KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI TAHUN 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2012
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Dengan semangat kebersamaan akan dapat terwujud “Masyarakat Sehat Mandiri yang Berkeadilan” melalui pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat, dengan melaksanakan kegiatan prioritas antara lain: a) Pendidikan gizi masyarakat; b) Pelayanan gizi dan pencegahan masalah gizi; c) Penanganan masalah gizi; d) Pembinaan gizi melalui pemberdayaan masyarakat dan; e) surveilans. Dalam Rencana Aksi Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 telah ditetapkan target indikator: (a) 100% balita gizi buruk mendapat perawatan; (b) 85% balita ditimbang berat badannya; (c) 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (d) 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (e) 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (f) 95% ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (g) 100% Kabupaten dan kota melaksanakan surveilans; dan (h) 100% Penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana. Buku Laporan Menuju Pelayanan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu ini memuat pencapaian indikator kinerja yang diolah dan dianalisis berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia, serta dari sumber lainnya, yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan dan penerbitan buku pedoman ini, disampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Juni 2012 Direktur Bina Gizi,
DR. Minarto, MPS
i
ii
DAFTAR ISI ISI
HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
3
BAB III SASARAN DAN KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011
5
A. Sasaran
5
B. Kegiatan yang Dilaksanakan
6
1. Cakupan Penimbangan Balita (D/S)
7
2. Kasus Balita Gizi Buruk yang ditangani/dirawat
9
3. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 Bulan)
11
4. Cakupan Pemberian 90 Tablet Fe Pada Ibu Hamil
13
5. Cakupan Konsumsi Garam Beriodium
15
6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan
17
BAB IV PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT
7
A. Pencapaian Indikator Kinerja
7
B. Pencapaian Indikator Kinerja Berdasarkan Provinsi
21
1. Provinsi Aceh
21
2. Provinsi Sumatera Utara
23
3. Provinsi Sumatera Barat
25
4. Provinsi Riau
27
5. Provinsi Jambi
29
6. Provinsi Sumatera Selatan
31
7. Provinsi Bengkulu
33
8. Provinsi Lampung
35
9. Provinsi Kep. Bangka Belitung
37
10. Provinsi Kep. Riau
39
11. Provinsi DKI Jakarta
41 iii
12. Provinsi Jawa Barat
43
13. Provinsi Jawa Tengah
45
14. Provinsi DI Yogyakarta
48
15. Provinsi Jawa Timur
50
16. Provinsi Banten
53
17. Provinsi Bali
55
18. Provinsi Nusa Tenggara Barat
57
19. Provinsi Nusa Tenggara Timur
59
20. Provinsi Kalimantan Barat
61
21. Provinsi Kalimantan Tengah
63
22. Provinsi Kalimantan Selatan
65
23. Provinsi Kalimantan Timur
67
24. Provinsi Sulawesi Utara
69
25. Provinsi Sulawesi Tengah
71
26. Provinsi Sulawesi Selatan
73
27. Provinsi Sulawesi Tenggara
75
28. Provinsi Gorontalo
77
29. Provinsi Sulawesi Barat
79
30. Provinsi Maluku
81
31. Provinsi Maluku Utara
83
32. Provinsi Papua Barat
85
33. Provinsi Papua
87
BAB V MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT
iv
89
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi Konsep Pelayanan Gizi Peta Sebaran Cakupan Penimbangan Balita (D/S) di Indonesia Tahun 2011 Gambar 4. Cakupan Balita yang Ditimbang (D/S) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011 Gambar 5. Capaian Indikator D/S Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun 2011 Gambar 6. Perkembangan Jumlah Kasus Gizi Buruk Di Indonesia Tahun 2006 – 201 Gambar 7. Jumlah Balita Gizi Buruk Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 8. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Ditangani Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun 2011 Gambar 9. Peta Sebaran Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bln) Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 10. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita 6-59 bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 11. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Vitamin A ≥ 78% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Gambar 12. Cakupan Ibu Yang Selama Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 13. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Fe3 ≥ 86% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Gambar 14. Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Cukup Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 (Riskesdas 2007) Gambar 15. Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 16. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Garam Beriodium ≥ 77% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Gambar 17. Kecenderungan Pemberian ASI EKsklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan dan Bayi Usia 6 Bulan yang Menyusu Eksklusif sampai 6 Bulan (Susenas 2004-2010) Gambar 18. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2010 (Susenas, 2010) Gambar 19. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Gambar 20. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan ASI Eksklusif ≥ 67% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Gambar 21. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Aceh Tahun 2011 Gambar 22. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Aceh Tahun 2011 Gambar 23. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Gambar 24. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Gambar 25. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
v
3 5 7 8 8 9 10 10 12 12 13 14 14 15 16 17 18 18 19 19 21 22 23 23 25
Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36. Gambar 37. Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41. Gambar 42. Gambar 43. Gambar 44. Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47. Gambar 48. Gambar 49. Gambar 50. Gambar 51. Gambar 52. Gambar 53. Gambar 54. Gambar 55. Gambar 56. Gambar 57.
Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Riau Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Riau Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jambi Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jambi Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Lampung Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Lampung Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Banten Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Banten Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bali Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bali Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTB Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTB Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTT Tahun 2011
vi
25 27 27 29 29 31 31 33 33 35 35 37 37 39 39 41 41 43 45 46 48 48 50 51 53 53 55 55 57 57 59
Gambar 58. Gambar 59. Gambar 60. Gambar 61. Gambar 62. Gambar 63. Gambar 64. Gambar 65. Gambar 66. Gambar 67. Gambar 68. Gambar 69. Gambar 70. Gambar 71. Gambar 72. Gambar 73. Gambar 74. Gambar 75. Gambar 76. Gambar 77. Gambar 78. Gambar 79. Gambar 80. Gambar 81. Gambar 82. Gambar 83. Gambar 84. Gambar 85. Gambar 86.
Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTT Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Tahun 2011 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Tahun 2011
vii
59 61 61 63 63 65 65 67 67 69 69 71 71 73 73 75 75 77 77 79 79 81 81 83 83 85 85 87 87
viii
DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23.
Halaman Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
ix
22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 47 49 52 54 56 58 60 62 64 66 68
Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Tabel 30. Tabel 31. Tabel 32. Tabel 33.
Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Suawesi Tengah Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2011
x
70 72 74 76 78 80 82 84 86 88
BAB I PENDAHULUAN
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana tercantum di dalam Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20102014 telah menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% serta menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%. Untuk mengetahui kinerja dari pencapaian indikator yang telah ditetapkan tersebut, dilakukan evaluasi tahunan dengan melakukan pengolahan dan analisis data yang telah dilaporkan dari Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia, serta sumber lainnya yang sahih. Sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1) 100% balita gizi buruk mendapat perawatan/ditangani; 2) 85% balita ditimbang berat badannya; 3) 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; 4) 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium cukup; 5) 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; 6) 95% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet. Hasil pengolahan dan analisis data pencapaian kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada tahun 2011, diharapkan dapat dijadikan masukan untuk perencanaan, pembinaan dan pengendalian kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada tahun berikutnya. Selain itu diperlukan pula upaya tindak lanjut guna mendukung pencapaian target RPJMN maupun Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
1
2
BAB II TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Mengacu pada Permenkes Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina gizi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 409, Direktorat Bina Gizi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; b. pelaksanaan kegiatan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; c. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; d. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Direktorat Bina Gizi terdiri atas: (a) Subdirektorat Bina Gizi Makro; (b) Subdirektorat Bina Gizi Mikro; (c) Subdirektorat Bina Gizi Klinik; (d) Subdirektorat Bina Konsumsi Makanan; (e) Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi; (f) Subbagian Tata Usaha; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional, dengan struktur organisasi sebagai berikut: Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi
3
4
BAB III SASARAN DAN KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 A. Sasaran Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hami, ibu menyusui, bayi, dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi di gambarkan sbagaimana diagram berikut: Gambar 2 Konsep Pelayanan Gizi
PROMOTIF
PREVENTIF
KURATIF
Kegiatan promotif adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di tingkat masyarakat oleh masyarakat dan petugas. Kegiatannya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling tentang pemberian makanan bayi dan anak, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, promosi garam beriodium, pelacakan dan tindak lanjut kasus gizi buruk. Kegiatan preventif adalah pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap anakanak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan lokal, dengan resep-resep yang dianjurkan. Kegiatan kuratif, berupa tatalaksana gizi buruk baik rawat inap maupun rawat jalan, menggunakan protokol yang telah ditetapkan. Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011 mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang.
1. Indikator utama:
5
a. 70% b. 100%
balita ditimbang berat badannya (D/S) balita gizi buruk mendapat perawatan
2. Indikator penunjang: a. 78% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A b. 67% bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi f. 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana Strategi untuk mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pendidikan gizi dan pemberdayaan masyarakat melalui gerakan nasional sadar gizi menuju manusia Indonesia prima dengan tema Seribu hari pertama Untuk Negeri. 2. Mengembangkan regulasi dan kebijakan dalam bentuk Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) 3. Melakukan peningkatan kapasitas manajemen dan teknis petugas kesehatan dan masyarakat, utamanya dalam Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) 4. Kemitraan pemerintah dan swasta 5. Penguatan sistem pelayanan gizi masyarakat B. Kegiatan yang dilaksanakan 1. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat, yang meliputi kegiatan: Gerakan Nasional Sadar Gizi; Pemberdayaan masyarakat (NICE Project) 2. Peningkatan kapasitas, yang meliputi kegiatan: pelatihan fasilitator dan petugas, pembinaan teknis, 3. Penyediaan suplemen gizi dan alat penunjang yang meliputi; taburia, MP ASI buffer stock, PMT bumil, Antropometri kit, pengadaan alat tes cepat garam beriodium dan kit konseling menyusui 4. Surveilans Gizi 5. Penyusunan NSPK 6. Penyelenggaraan manajemen
Keterangan Gambar: Kegiatan Bimbingan Teknis Terpadu ke Kabupaten Lampung Timur
6
BAB IV PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT A. Pencapaian Indikator Kinerja 1. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi masyarakat serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011 cakupan D/S di Indonesia sudah mencapai target nasional yaitu sebesar 71,4% (Target 2011= 70%). Jumlah provinsi yang cakupan D/S sudah mencapai target nasional ada 12 (36,4%). Sebaran cakupan penimbangan balita menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3 Peta Sebaran Cakupan Penimbangan Balita (D/S) di Indonesia Tahun 2011
� 5 Provinsi ≥ 70% 50 – 69,9 % � 16 Provinsi � 12 Provinsi < 50%
Provinsi dengan cakupan D/S rendah adalah Provinsi Kalimantan Timur (39,9%), Papua (44,1%), Papua Barat (44,9%), Kalimantan Tengah (46,0%) dan Sulawesi tengah (49,3%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Gorontalo (85,7%). Cakupan D/S menurut provinsi tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.
7
Gambar 4 Cakupan Balita Yang Ditimbang (D/S) Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Cakupan D/S secara nasional menunjukkan tercapainya target kinerja Kementerian Kesehatan sesuai dengan Inpres Nomor 3 tahun 2010 yang disampaikan kepada Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pada bulan Maret (B03), Juni (B06), September (B09) dan Desember (B12), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 5 Capaian Indikator D/S Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun 2011
8
Masalah yang berkaitan dengan kunjungan Posyandu antara lain: dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu; tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu; serta pelaksanaan pembinaan kader. 2. Kasus Balita Gizi Buruk yang ditangani/dirawat Jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai 2008 cenderung menurun, namun pada tahun 2009 jumlah kasus balita gizi buruk meningkat dibandingkan tahun 2008 yaitu dari 41.064 kasus (2008) menjadi 56.941 kasus (2009) sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan kembali turun menjadi 43.616 kasus dan 40.412 kasus. Semua kasus balita gizi buruk telah ditangani di Rumah Sakit (RS), Puskesmas dan Pusat Pemulihan Gizi (Therapeutic Feeding Center = TFC) baik rawat inap maupun rawat jalan, hal ini sesuai dengan target indikator dimana 100% balita gizi buruk yang ditemukan harus ditangani dan mendapat perawatan. Kecenderungan jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6 Perkembangan Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Indonesia Tahun 2006 – 2011
Ada 3 (tiga) provinsi dengan jumlah tinggi, masing-masing: Jawa Timur (9.859), NTT (8.235) dan Banten (5.117). Sedangkan provinsi yang jumlahnya rendah, masing-masing: Bali (51), Riau (66), dan Kalteng (77). Jumlah kasus balita gizi buruk menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut.
9
Gambar 7 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Secara nasional jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani telah mencapai target kinerja Kementerian Kesehatan sesuai dengan Inpres Nomor 3 tahun 2010, yang disampaikan kepada UKP4 pada bulan Maret (B03), Juni (B06), September (B09) dan Desember (B12), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 8 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Ditangani Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun 2011
Keterangan Gambar: Balita Gizi Buruk, Mulyana 14 bulan BB 4 kg, yang sudah mendapat perawatan di RSUD Kab. Cianjur
10
3. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah Kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Masalah vitamin A pada balita secara klinis sudah tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%. Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Disamping itu sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah target. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan sebesar 82,7% (Target 78%). Berdasarkan laporan tersebut hanya 17 provinsi (51,5%) yang cakupannya sudah mencapai target. Dengan demikian masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan tersebut, antara lain melalui: peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
11
Gambar 9 Peta Sebaran Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (6-59 bln) Di Indonesia Tahun 2011
≥ 78% 50 – 77,9 % < 50%
� 16 Provinsi � 15 Provinsi � 2 Provinsi
Tiga provinsi dengan cakupan vitamin A yang tinggi, masing-masing: DI Yogyakarta (98,2%) Jawa Tengah (98,1%) dan Bali (96,2%). Sedangkan provinsi yang cakupannya rendah, masing-masing: Papua (23,8%), Papua Barat (32,8%) dan Maluku Utara (52,3%). Cakupan pemberian vitamin A pada balita (6-59 bulan) menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 10 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita 6-59 bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 276 (55.5%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan ≥ 78%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut.
12
Gambar 11 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Vitamin A ≥ 78% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011
4. Cakupan Pemberian 90 Tablet Fe pada Ibu Hamil Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi antar lintas program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum terlaporkan dengan baik. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Angka tersebut belum mencapai target nasional yaitu 86%. Ada 12 provinsi (36,4%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Bali, Jawa tengah, DKI Jakarta, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Maluku Utara dan DI Yogyakarta. Cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut.
13
Gambar 12 Cakupan Ibu Yang Selama Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 204 (41.0%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil ≥ 86%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 13 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Fe3 ≥ 86% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011
14
5. Cakupan Konsumsi Garam Beriodium Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur iodium secara terusmenerus dalam jangka waktu lama. Kekurangan iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi ternyata kekurangan iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient=IQ). Penanggulangan masalah ini dilakukan dengan upaya Universal Salt Iodination (USI), yaitu fortifikasi iodium dalam garam konsumsi. Pemantauan GAKI dilakukan melalui Ekskresi Iodium dalam Urine (EIU) sebagai refleksi asupan iodium dan cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. Hasil Studi Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) tahun 2003, dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa ratarata EIU <100 µg/L sebesar 16,7% dan 12,9%. Secara nasional sebanyak 86% garam yang dikonsumsi rumah tangga sudah mengandung iodium tapi hanya 62,3% yang memenuhi syarat (cukup) dan masih ada 14% garam yang dikonsumsi tidak mengandung iodium. Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beriodium rendah adalah Nusa Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat (34,2%), sedangkan provinsi dengan cakupan tinggi adalah Kep. Bangka Belitung (98,7%), Jambi (94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%).Terdapat disparitas antar daerah yang cukup tinggi seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 14 Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Cukup Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 (Riskesdas 2007)
Target 2011
15
Masalah masih rendahnya cakupan konsumsi garam beriodium di masyarakat antara lain karena belum optimalnya penggerakan masyarakat dan kurangnya kampanye dalam mengkonsumsi garam beriodium, serta dukungan regulasi yang belum memadai. Disamping itu masalah lain adalah belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam beriodium di masyarakat secara terus menerus. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, secara nasional cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah 86.0% dan sudah mencapai target nasional yaitu 77%. Dari 22 provinsi yang melakukan pemantauan garam beriodium, ada 16 provinsi (72,7%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Jambi, Kalimatan Timur, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kep. Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Papua dan Jawa Tengah. Berikut adalah cakupan garam beriodium dari 22 provinsi. Gambar 15 Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 160 (32.2%) kabupaten/kota yang telah mencapai target rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium ≥ 77%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut.
16
Gambar 16 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Garam Beriodium ≥ 77% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011
6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2010, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan persentase bayi usia 6 bulan yang menyusu eksklusif sampai 6 bulan menunjukan kecenderungan meningkat, sebagaimana digambarkan dalam grafik berikut.
17
Gambar 17 Kecenderungan Pemberian ASI EKsklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan dan Bayi Usia 6 Bulan yang Menyusu Eksklusif sampai 6 Bulan (Susenas 2004-2010)
Data terakhir cakupan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) di Indonesia sebesar 61,5% (Susenas, 2010). Provinsi dengan cakupan terendah adalah Aceh (49,6%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tinggi diantaranya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (79.7%), Nusa Tenggara Timur (77,4%) dan Bengkulu (77,5%). Gambar berikut menyajikan persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 06 bln menurut Provinsi tahun 2010. Gambar 18 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2010 (Susenas, 2010)
18
Berdasarkan laporan dari 24 Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, ada 4 provinsi (15,4%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Sumatera Barat, sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 19 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011
Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 73 (14.7%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan ≥ 67%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 20 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan ASI Eksklusif ≥ 67% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011
Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa
19
hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Perundangan tentang Pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. Dilain pihak adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan. Mungkin pula masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan RS. Upaya terobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI eksklusif, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja, peningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu, peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula. Selain itu perlu juga penerapan 10 (sepuluh) Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang melakukan kegiatan persalinan.
Keterangan Gambar: Kegiatan pelatihan Konselor ASI dan MP-ASI serta contoh makanan tambahan bagi ibu hamil dan menyusui
20
B. Pencapaian Indikator Kinerja Berdasarkan Provinsi Kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011 di masing-masing provinsi akan diuraikan sebagai berikut: 1. Provinsi Aceh Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, Cakupan D/S di Provinsi Aceh tahun 2011 sebesar 60,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 8 (34,8%) dari 23 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Aceh. Cakupan terendah ada di Kabupaten Aceh Barat (37,4%). Sedangkan cakupan tertinggi ada di Kabupaten Aceh Selatan (99.5%). Gambar 21 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Aceh Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Aceh sebanyak 226 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 18 Kabupaten/Kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bireuen yaitu 28 kasus, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Bener Meriah, Aceh Singkil Aceh Selatan dan Kota Langsa masing masing 3 kasus.
21
Gambar 22 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Aceh Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kabupaten/Kota
Simeule Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Abdya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh Sabang Langsa Lhokseumawe Subulussalam Aceh Catatan: tad = tidak ada data
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 28.7 83.2 49.2 79.9 41.4 65.5 74.4 83.8 70.3 92.6 68.2 75.0 89.4 86.5 82.9 92.9 74.6 82.3 90.6 80.7 66.4 83.1 66.7 73.6
22
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 80.9 tad 96.3 13.1 99.8 44.1 60.5 23.5 32.3 tad 92.8 99.6 84.0 tad 95.6 14.1 86.9 5.4 92.6 25.5 53.0 tad 53.5 tad 80.5 72.3 61.1 tad 68.1 39.8 83.4 93.8 98.8 9.4 84.6 43.3 86.6 tad 94.6 tad 85.0 tad 91.6 21.1 92.9 24.8 74.0 45.5
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 17.1 37.0 55.1 25.5 23.0 39.7 42.1 44.7 52.9 58.4 17.4 40.3 33.9 26.4 38.8 62.6 33.4 42.0 21.2 15.9 28.0 15.0 21.9 33.2
2. Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 sebesar 65,8% (Target 70%). Data dari 28 kabupaten/kota menunjukkan jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 13 (46,4%). Cakupan terendah ada di Kabupaten Nias Selatan (37,4%). Sedangkan yang tertinggi ada di Toba Samosir (93,5%). Gambar 23 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.234 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 24 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah kabupaten Padang Lawas Utara (284 kasus), sedangkan yang terendah adalah Nias (1 kasus). Gambar 24 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
23
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Asahan Batubara Binjai Dairi Deli Serdang Gunung Sitoli Humbang Hasundutan Karo Labuhan Batu Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Langkat Mandailing Natal Medan Nias Nias Barat Niat Selatan Nias Utara Padang Lawas Padang Lawas Utara Padang sidempuan PakPak Barat Pematang Siantar Samosir Serdang Begadai Sibolga Simalungun Tanjung Balai Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Tebing Tinggi Toba Samosir SUMUT Catatan: tad = tidak ada data
88.2 tad 81.2 tad 84.0 tad tad tad 96.0 tad tad tad 90.4 94.8 tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad 87.4 tad tad tad 90.0
24
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 44.2 tad tad tad tad tad 53.6 tad 86.0 100.0 85.6 tad 16.3 100.0 tad tad 82.4 tad 58.6 tad tad tad 82.3 95.9 64.0 tad tad tad 49.2 tad 71.7 tad 12.1 100.0 32.0 tad 22.6 tad 85.3 tad tad tad 70.9 tad 94.4 tad 99.3 tad 80.1 tad 82.1 tad 79.5 tad tad tad 71.0 tad tad tad 89.2 tad tad tad 77.2 tad 70.9 94.4
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
3. Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 sebesar 70,7% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target nasional ada 7 (36,8%). Cakupan terendah pada Kabupaten Mentawai (44,6%), sedangkan yang tertinggi di Kota Sawahlunto (89,5%). Gambar 25 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 764 kasus. Jumlah tinggi adalah Kabupaten Agam (229 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Padang Panjang (6 kasus). Gambar 26 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
25
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Pesisir Selatan Solok Solok Selatan Sijunjung Dharmasraya Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima puluh Kota Pasaman Pasaman Barat Mentawai Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi Kota Payakumbuh Kota Pariaman SUMBAR
71.1 71.5 63.1 83.1 84.5 74.9 95.5 75.0 72.6 87.6 81.5 45.1 94.4 93.4 74.9 99.8 94.8 92.6 97.1 82.0
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 76.7 tad 88.2 98.5 90.5 99.0 66.8 tad 86.7 97.6 80.7 94.6 98.2 tad 80.1 tad 77.7 95.4 90.4 tad 82.3 83.3 27.5 tad 50.0 96.8 82.4 74.0 88.6 tad 80.9 91.5 80.8 tad 84.4 98.9 81.7 82.3 76.7 94.8
Catatan: tad = tidak ada data
26
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 55.8 58.4 68.7 34.2 66.9 55.6 tad 77.6 61.0 56.3 48.4 tad 60.3 76.3 64.2 73.0 70.5 76.6 66.3 67.0
4. Provinsi Riau Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Riau tahun 2011 sebesar 61,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 3 (25,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Dumai (82,5%) sedangkan terendah pada Kabupaten Indragiri Hilir (41,5%). Gambar 27 Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Riau Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Riau sebanyak 66 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Rokan Hilir (15 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Meranti (1 kasus). Gambar 28 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Riau Tahun 2011
27
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Pekan Baru Dumai Meranti RIAU
72.4 90.9 81.0 133.7 88.7 89.9 83.2 96.6 89.9 80.8 93.7 85.4 88.6
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 69.3 tad 78.1 tad 74.7 tad 84.8 tad 87.0 tad 91.0 tad 79.3 tad 66.5 tad 81.5 tad 79.1 tad 94.3 tad 72.1 tad 79.5 tad
Catatan: tad = tidak ada data
28
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 28.2 53.8 46.5 45.6 33.5 44.5 43.1 40.7 45.6 47.0 50.8 47.2 44.2
5. Provinsi Jambi Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Jambi tahun 2011 mencapai 67,6% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 5 (45,5%). Cakupan tertinggi Kabupaten Tanjab Timur (82,7%) dan terendah Kabupaten Sarolangun (51,1%). Gambar 29 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jambi Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jambi sebanyak 449 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sarolangun (144 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci (7 kasus). Gambar 30 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jambi Tahun 2011
29
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 5 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2011 Cakupan (%) NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kerinci Kota Sei Penuh Merangin Sarolangun Batanghari Muara Jambi Tanjab Timur Tanjab Barat Tebo Bungo Kota Jambi JAMBI
Vitamin A balita 6-59 Bulan
84.2 88.2 84.0 90.5 95.7 94.7 89.6 95.2 87.8 83.7 93.2 89.9
Catatan: tad = tidak ada data
30
85.6 85.3 90.0 81.9 90.0 93.5 84.7 88.2 85.5 54.9 94.7 86.0
RT ASI Mengonsumsi Eksklusif Garam Bayi 0-6 Beriodium Bulan 99.6 47.5 94.4 74.0 99.3 tad 96.0 51.7 99.8 87.7 95.6 54.2 99.2 55.0 97.5 49.3 98.7 54.9 97.6 27.9 99.6 29.7 97.8 48.1
6. Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 sebesar 77,4% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 11 (73,3%). Cakupan tertinggi Kabupaten Lahat (86,3%), sedangkan terendah adalah Kabupaten Prabumulih (63,2%). Gambar 31 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 136 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 kabupaten/kota. Jumlah tertinggi adalah Kota Palembang (70 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Musi Rawas (1 kasus). Gambar 32 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011
31
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 6 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin Ogan Ilir OKU Timur OKU Selatan Empat Lawang Palembang Pagar Alam Prabumulih Lubuk Linggau SUMSEL
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 93.1 91.3 83.4 87.9 94.2 81.0 98.3 91.0 94.6 90.3 90.0 92.4 89.6 90.0 94.9 90.9
Catatan: tad = tidak ada data
32
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 67.8 92.0 84.8 67.6 87.5 98.0 84.3 100.0 83.2 96.7 78.1 90.3 87.7 100.0 77.3 tad 87.3 tad 58.8 tad 92.5 tad 86.2 100.0 80.6 87.1 82.8 100.0 64.3 81.7 82.3 89.8
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 35.3 57.2 69.8 68.2 54.7 49.8 88.8 45.5 40.3 54.6 99.2 71.0 66.8 91.4 59.1 65.1
7. Provinsi Bengkulu Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Bengkulu tahun 2011 sebesar 61,8% (Target 70%). Kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 2 (20,0%). Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Bengkulu Tengah (88,0%), sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Bengkulu Selatan (39,6%). Gambar 33 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Bengkulu sebanyak 128 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Bengkulu (25 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Seluma (3 kasus). Gambar 34 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011
33
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 7 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kabupaten/Kota
Bengkulu Utara Muko-Muko Bengkulu Tengah Bengkulu Selatan Seluma Kaur Rejang Lebong Kepahiang Lebong Kota Bengkulu BENGKULU
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 95.3 113.1 82.0 99.6 99.9 89.5 90.3 95.8 69.0 80.9 91.3
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 87.0 99.5 79.5 98.2 87.7 99.5 82.8 91.9 75.7 85.6 83.4 99.9 90.5 95.3 84.1 97.8 72.2 100.0 69.4 100.0 81.7 97.3
34
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 73.5 68.0 77.2 75.2 40.1 62.4 74.3 85.1 63.3 60.3 67.7
8. Provinsi Lampung Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Lampung tahun 2011 sebesar 65,5% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 5 (35,7%). Cakupan tertinggi Kabupaten Pringsewu (79,6%) dan terendah Kabupaten Tulang Bawang (41,8%). Gambar 35 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Lampung Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Lampung sebanyak 193 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Lampung Selatan (26 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tanggamus (1 kasus). Gambar 36 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Lampung Tahun 2011
35
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 8 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2011 Cakupan (%) NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Pringsewu Mesuji TL Bawang Barat Bandar Lampung Kota Metro LAMPUNG
Vitamin A balita 6-59 Bulan
86.0 87.6 84.2 80.9 70.0 88.7 90.0 75.8 98.4 92.0 81.2 72.0 49.0 98.8 79.7
84.4 72.5 74.2 66.6 72.6 80.2 71.8 75.0 72.7 84.5 96.2 66.0 75.0 88.7 75.1
Catatan: tad = tidak ada data
36
RT Mengonsumsi Garam Beriodium tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 58.5 22.4 26.5 47.2 36.7 65.1 71.5 29.6 37.3 52.6 25.4 24.0 66.0 61.4 44.8
9. Provinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Kep. Bangka Belitung tahun 2011 sebesar 51,0% (Target 70%). Hanya ada 1 (14,3%) kabupaten yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kabupaten Belitung Timur (70,9%) dan terendah Kabupaten Bangka Selatan (38,2%). Gambar 37 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kep. Bangka Beliltung 85 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bangka Selatan (31 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Pangkal Pinang (4 kasus). Gambar 38 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011
37
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 9 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Selatan Bangka Tengah Belitung Timur Pangkal Pinang KEP. BABEL
92.6 104.2 79.7 101.0 100.6 102.1 97.4 95.3
Cakupan (%) RT ASI Vitamin A Mengonsumsi Eksklusif balita 6-59 Garam Bayi 0-6 Bulan Beriodium Bulan 86.5 tad 43.3 93.5 tad 27.2 77.1 tad 21.7 94.1 tad tad 76.6 tad tad 92.7 tad 55.9 91.4 tad 43.7 86.1 tad 32.4
Catatan: tad = tidak ada data
38
10. Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 sebesar 58,9% (Target 70%). Ada 2 (28,6%) kabupaten yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi Kabupaten Bintan (80,2%) dan terendah pada Kota Tanjung Pinang (32,7%). Gambar 39 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kep. Riau 253 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 6 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Batam (88 kasus), sedangkan yang terendah adalah Natuna (13 kasus). Gambar 40 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011
39
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 10 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7
Kabupaten/Kota
Tanjung Pinang Bintan Batam Karimun Lingga Natuna Anambas KEP. RIAU
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 93.0 86.0 81.3 68.7 84.2 89.1 54.8 81.7
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 67.9 94.4 88.3 97.6 72.0 95.9 68.2 92.7 55.5 tad 67.4 87.1 77.2 97.4 71.4 95.4
Catatan: tad = tidak ada data
40
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 11.6 25.8 15.4 23.3 tad 18.6 11.5 16.6
11. Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan laporan dari Suku Dinas Kesehatan Kota cakupan D/S di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 51,6% (Target 70%). Hanya ada 1 (16,7%) kota yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kepulauan Seribu (88,0%) dan terendah pada Jakarta Utara (39,0%). Gambar 41 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi DKI Jakarta 185 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Jakarta Timur (46 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Seribu (13 kasus). Gambar 42 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
41
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 11 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota
Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Kep. Seribu DKI JAKARTA
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 112.4 83.5 93.9 91.4 89.1 81.9 92.0
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 80.3 tad 61.9 tad 82.2 tad 79.6 tad 72.3 tad 86.7 tad 75.1 tad
Catatan: tad = tidak ada data
42
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 67.9 27.9 30.1 25.3 53.9 29.3 38.6
12. Provinsi Jawa Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebesar 84,8% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 23 (88,5%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Bogor (97,5%) dan terendah pada Kota Bandung (50,4%). Gambar 43 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Barat 4.358 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Majalengka (762 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Sukabumi (6 kasus). Gambar 44 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
43
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 12 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kt Bogor Kt Sukabumi KT Bandung Kt Cirebon Kt Bekasi Kt Depok Kt Cimahi Kt Tasikmalaya Kt Banjar JABAR
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 83.4 69.8 72.8 76.1 78.6 87.3 80.4 80.4 86.2 79.1 74.9 80.1 88.9 99.7 94.8 94.4 71.0 82.4 93.4 67.2 86.6 88.8 88.6 90.9 84.2 91.7 82.2
Cakupan (%) Vitamin RT A balita Mengonsumsi 6-59 Garam Bulan Beriodium 101.7 tad 86.6 tad 73.0 tad 89.4 tad 86.8 tad 75.7 tad 87.0 tad 90.5 tad 88.5 tad 89.5 tad 101.3 tad 99.0 tad 85.3 tad 100.4 tad 89.6 tad 77.1 tad 93.1 tad 88.7 tad 101.6 tad 54.2 tad 80.4 tad 76.3 tad 75.4 tad 88.0 tad 97.2 tad 93.0 tad 85.3 tad
Catatan: tad = tidak ada data
44
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
13. Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 mencapai 79,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 32 (90,7%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Sragen (90,7%) dan terendah pada Kabupaten Pemalang (60,6%). Gambar 45 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Tengah 1.597 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 34 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Pekalongan (129 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota (3 kasus).
45
Gambar 46 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut.
46
Tabel 13 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal JATENG
95.0 92.1 93.3 85.9 96.6 90.1 95.3 89.8 94.8 82.7 97.1 89.3 90.9 94.1 95.8 83.1 79.5 92.9 95.9 90.3 99.7 85.1 89.9 94.0 88.4 101.8 85.8 93.1 94.4 94.2 97.5 96.4 89.7 95.7 93.4 92.1
Catatan: tad = tidak ada data
47
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 99.9 57.0 99.9 92.7 99.3 88.8 98.1 tad 99.0 tad 100.0 78.9 97.7 tad 100.0 tad 100.1 88.0 99.8 88.3 98.4 91.5 95.4 tad 98.3 tad 100.3 87.0 98.5 59.9 99.3 tad 99.5 77.2 96.8 68.2 99.6 83.5 82.2 tad 99.7 66.9 99.8 tad 99.9 82.5 100.0 tad 99.5 80.0 99.0 tad 88.6 tad 97.5 73.7 99.4 82.4 100.0 78.1 99.3 tad 99.2 94.7 101.6 tad 98.2 97.3 97.8 tad 98.1 79.6
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 39.5 53.9 53.9 54.5 51.8 75.3 54.9 9.2 5.7 77.2 56.5 59.0 29.3 51.0 35.6 67.6 6.1 86.3 tad 57.9 48.9 0.0 67.5 53.9 32.0 22.5 48.8 50.3 58.4 31.6 25.0 46.4 21.1 23.8 30.5 45.9
14. Provinsi DI Yogyakarta Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2011 mencapai 78,9% (Target nasional 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Gunung Kidul (83,1%) dan terendah pada Kota Yogyakarta (74,3%). Gambar 47 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 291 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Yogyakarta (141 kasus), sedangkan yang terendah adalah Gunung Kidul (3 kasus). Gambar 48 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut.
48
Tabel 14 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota
Kota Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman DIY
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 74.1 85.1 91.3 83.0 95.0 86.7
49
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 99.3 95.7 96.7 97.7 99.7 98.9 98.4 98.8 98.5 98.0 98.2 97.3
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 40.2 42.3 52.5 31.0 64.6 49.5
15. Provinsi Jawa Timur Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 mencapai 84,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 33 (86,8%). Cakupan tinggi pada Kabupaten Lamongan (116,1%), Kabupaten Malang (110,2%) dan Kabupaten Pacitan (97,7%). Sedangkan cakupan terendah pada Kota Malang (55,2%). Gambar 49 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Timur 9.859 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Surabaya (753 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Blitar (2 kasus).
50
Gambar 50 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut.
51
Tabel 15 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Ngajuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu JATIM Catatan: tad = tidak ada data
75.8 82.9 75.0 83.0 83.9 70.4 88.8 91.5 91.5 83.1 90.2 80.6 88.1 101.4 85.9 77.0 86.3 83.8 84.7 90.0 80.9 83.3 88.6 71.6 90.1 79.7 72.8 80.3 58.1 91.0 89.1 58.0 79.8 50.8 98.0 85.7 66.1 82.6 81.8
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Garam Bulan Beriodium 101.4 86.4 68.3 90.5 99.8 89.6 85.4 92.6 83.5 84.0 88.2 82.9 94.0 73.9 95.8 84.9 98.2 80.8 84.8 73.4 96.5 84.0 86.5 73.4 90.4 67.0 72.9 80.0 90.8 93.2 89.6 86.4 106.2 92.4 87.3 82.4 98.8 90.6 103.5 89.4 13.3 87.4 75.9 93.7 83.2 88.5 84.5 89.5 105.2 88.4 89.7 89.6 95.7 67.9 81.8 88.4 85.3 74.6 61.5 94.5 95.8 92.1 186.4 91.9 80.5 91.2 76.5 92.8 97.8 95.6 119.1 96.6 99.2 96.9 93.1 78.1 90.9 85.2
52
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 13.1 74.3 63.7 39.4 83.8 82.2 84.3 76.5 62.7 58.2 59.2 66.5 70.4 29.2 48.9 71.6 91.6 82.4 80.1 46.2 tad 79.1 87.8 50.5 79.8 88.7 22.0 52.8 63.4 87.4 86.8 66.4 11.3 51.3 86.0 56.4 21.9 75.5 57.8
16. Provinsi Banten Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Banten tahun 2011 sebesar 62,7% (Target 70%). Kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 5 (62,5%). Cakupan tertinggi pada Kota Serang (82,4%) dan terendah pada Kota Tangerang (30,2%). Gambar 51 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Banten Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Banten 5.117 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Tanggerang (1.961 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Cilegon (58 kasus). Gambar 52 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Banten Tahun 2011
53
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 16 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
Kabupaten/Kota
Tangerang Kota Cilegon Lebak Serang Kota Tangerang Pandeglang Kota Serang Kota Tangerang Selatan BANTEN
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 90.7 94.7 93.4 78.3 88.2 77.1 66.6 91.0 85.5
Catatan: tad = tidak ada data
54
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 88.1 84.3 98.4 80.2 72.3 tad 109.2 91.5 104.2 84.3 61.4 tad 92.4 tad 74.6 78.4 85.0 86.1
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad
17. Provinsi Bali Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Bali tahun 2011 mencapai 81,4% (Target 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Denpasar (92,7%) dan terendah Kabupaten Jembrana (73,1 %). Gambar 53 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bali Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Bali 51 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Klungkung (10 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Jembrana (2 kasus). Gambar 54 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bali Tahun 2011
55
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 17 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kabupaten/Kota
Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem BALI
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 89.4 93.2 93.6 98.4 98.4 91.3 91.1 86.0 92.6 93.5
Cakupan (%) RT ASI Eksklusif Vitamin A Mengonsumsi balita 6-59 Bayi 0-6 Garam Bulan Bulan Beriodium 89.2 73.7 54.9 95.1 78.3 59.1 101.8 60.7 48.7 100.0 60.7 61.3 99.8 90.0 65.2 99.0 65.3 74.3 100.0 56.0 56.1 92.0 87.7 58.4 95.6 48.7 54.9 96.2 69.0 58.6
56
18. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi NTB tahun 2011 sebesar 70,1% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 5 (50,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Lombok Utara (78,2%) dan terendah Kota Bima (60,8 %). Gambar 55 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTB Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB 753 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa (170 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sumbawa Barat (13 kasus). Gambar 56 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTB Tahun 2011
57
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 18 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Barat Sumbawa Dompu Bima Kota Bima NTB
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 96.3 89.2 82.2 86.8 46.4 88.6 89.9 88.6 91.4 91.5 78.9
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 71.3 60.6 80.1 48.7 96.5 44.5 94.6 70.2 92.8 57.8 95.5 32.2 92.5 18.8 70.7 33.9 79.4 31.6 90.6 42.4 87.1 44.3
58
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 97.0 81.0 70.8 96.6 64.6 49.0 65.1 64.0 45.5 79.3 73.6
19. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi NTT tahun 2011 mencapai 73,4% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 13 (61,9%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Belu (82,6%) dan terendah di Kabupaten Nagekeo (10,0 %). Gambar 57 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTT Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTT 8.235 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Alor (2.304 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sikka (34 kasus). Gambar 58 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTT Tahun 2011
59
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 19 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kota Kupang Kab Kupang TTS TTU Belu Alor Lembata Flotim Sikka Ende Nagekeo Ngada Manggarai Timur Manggarai Manggarai Barat Sumba Barat Daya Sumba Barat Sumba Tengah Sumba Timur Rote Ndao Sabu Raijua NTT
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 52.5 59.8 77.8 75.7 61.6 60.6 55.2 56.6 62.7 53.6 60.7 46.1 49.5 64.1 81.2 15.7 33.5 54.9 67.8 62.5 65.7 59.0
Catatan: tad = tidak ada data
60
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsum balita 6-59 si Garam Bulan Beriodium 71.0 tad 88.9 tad 75.5 tad 75.1 tad 93.4 tad 83.3 tad 96.5 59.5 82.4 tad 86.6 tad 81.5 49.6 98.3 tad 98.2 tad 89.6 tad 84.6 tad 80.9 tad 70.7 tad 83.1 58.5 63.3 tad 76.5 tad 77.0 tad 58.8 tad 82.3 57.5
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 53.6 11.3 8.8 12.0 50.1 18.8 18.4 43.5 43.0 61.4 10.1 25.7 56.1 62.0 19.7 5.5 25.6 4.9 8.5 4.5 27.4 27.3
20. Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 sebesar 52,6% (Target 70%). Hanya ada 2 (dua) kabupaten yang sudah mencapai target (14,3%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Bengkayang (81,3%) dan terendah di Kabupaten Kayong Utara (40,3%). Gambar 59 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Barat 776 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Kubu Raya (162 kasus), sedangkan yang terendah adalah Sekadau (5 kasus). Gambar 60 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011
61
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 20 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Sambas Bengkayang Landak Kab. Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Singkawang KALBAR
78.8 20.7 71.4 76.0 85.7 73.9 81.4 93.9 69.2 69.2 71.6 84.7 95.4 77.2 78.2
Cakupan (%) RT ASI Vitamin A Mengonsumsi Eksklusif balita 6-59 Garam Bayi 0-6 Bulan Beriodium Bulan 42.2 tad 9.3 83.9 100.0 tad 67.0 tad 24.3 71.3 tad 39.6 66.7 tad 19.8 58.2 100.0 78.0 67.8 tad 23.3 69.0 tad 83.2 57.9 71.1 114.8 48.0 tad 74.1 63.3 46.5 35.5 65.7 tad 27.5 81.4 tad 32.2 84.3 tad 19.1 65.1 96.4 39.4
Catatan: tad = tidak ada data
62
21. Provinsi Kalimantan Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 sebesar 46,0% (Target 70%). Belum ada kabupaten/kota yang mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kabupaten Barito Selatan (60,3%) dan terendah pada Kabupaten Katingan (33,4%). Gambar 61 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Tengah 77 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Barito Selatan (20 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sukamara (1 kasus). Gambar 62 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011
63
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 21 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kotawaringin Barat Sukamara Lamandau Kotawaringin Timur Seruyan Katingan Kapuas Gunung Mas Pulang Pisau Barito Selatan Barito Timur Barito Utara Murung raya Palangka Raya KALTENG
73.2 78.7 66.8 84.8 90.9 60.0 66.7 86.5 91.0 74.7 78.6 49.4 72.4 85.8 75.3
Catatan: tad = tidak ada data
64
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 89.9 tad 64.4 tad 62.7 tad 57.7 tad 58.6 tad 49.7 tad 57.1 tad 65.1 tad 72.4 tad 96.1 tad 77.3 tad 76.1 tad 60.3 tad 74.7 tad 66.4 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
6. Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 sebesar 60,9% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target nasional ada 3 (23,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Banjarmasin (73,7%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Tanah Bumbu (47,9%). Gambar 63 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Selatan 113 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Banjarmasin (40 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tanah Bumbu (3 kasus). Gambar 64 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011
65
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 22 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Banjarmasin Banjarbaru Banjar Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Laut Barito Kuala Kotabaru Tanah Bumbu Balangan KALSEL
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 88.2 84.7 87.5 56.5 84.7 77.3 83.9 69.5 89.1 87.0 92.9 85.8 75.4 83.6
Catatan: tad = tidak ada data
66
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 80.6 88.9 72.5 96.3 70.3 45.7 84.3 89.9 92.7 91.9 68.5 80.0 82.7 91.0 66.2 82.9 87.0 99.3 96.5 83.3 74.6 90.9 60.8 88.9 72.7 82.4 76.2 90.9
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 51.6 17.8 tad 44.8 tad tad 25.3 tad 63.4 tad tad 51.9 4.1 51.2
7. Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 sebesar 39,9% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target nasional hanya ada 1 (7,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Balikpapan (71,2%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Kutai Timur (5,5%). Gambar 65 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Timur 168 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 12 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bontang (43 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Balikpapan (1 kasus). Gambar 66 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang
67
mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 23 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pasir Kutai kartanegara Bulungan Berau Malinau Nunukan Kutai timur Kutai Barat Penajam Pasir Utara Samarinda Balikpapan Tarakan Bontang Tanah Tidung KALTIM
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 56.8 60.3 79.0 64.9 24.0 38.4 68.1 62.0 71.1 84.4 74.6 89.4 66.7 90.2 69.1
Catatan: tad = tidak ada data
68
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 139.6 96.1 69.1 98.2 59.6 98.0 68.6 98.3 62.0 98.4 81.0 96.9 38.9 tad 59.7 98.1 78.6 98.7 67.0 98.1 92.8 tad 71.9 91.7 59.1 tad 79.8 99.7 72.2 97.5
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 35.6 4.4 tad 58.7 tad 31.1 tad tad 55.2 35.1 tad 48.7 59.3 14.7 32.9
8. Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011 mencapai 78,6% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 11 (73,3%). Cakupan tinggi pada Kabupaten Bolaang Mongondow (102,4%), Kabupaten Minahasa Selatan (102,4%) dan Kota Kotamobagu. Sedangkan cakupan terendah pada Kabupaten Balmong Timur (44,0 %). Gambar 67 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Utara 90 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 13 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Manado (23 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sangihe (1 kasus). Gambar 68 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang
69
mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 24 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Sangihe Talaud Bolmong Utara Minahasa Tenggara Sitaro Kota Kotamobagu Bolmong Timur Bolmong Selatan SULUT
84.5 95.9 93.5 88.6 72.2 88.7 78.5 37.9 19.3 55.9 90.0 68.1 69.4 85.1 63.6 78.3
Catatan: tad = tidak ada data
70
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 65.5 tad 79.9 tad 89.6 89.6 90.8 96.3 110.3 tad 89.8 tad 86.9 tad 73.6 tad 70.1 tad 82.1 tad 87.4 tad 85.9 tad 93.9 tad 96.2 tad 100.0 tad 84.3 95.7
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad 0.0
9. Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 sebesar 49,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 1 (9,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Palu (77,6%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Parimo (23,9%). Gambar 69 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Tengah 435 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Donggala (80 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Morowali (6 kasus). Gambar 70 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang
71
mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 25 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kota Palu Donggala Parimo Poso Touna Morowali Banggai Bangkep Toli-Toli Buol Sigi SULTENG
91.4 77.4 60.3 67.6 57.7 55.8 49.9 60.0 60.2 75.4 69.9 66.6
Catatan: tad = tidak ada data
72
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 74.4 tad 81.9 tad 88.6 tad 61.5 tad 81.4 tad 87.1 tad 89.1 tad 65.8 tad 52.3 tad 69.4 tad 57.1 tad 74.4 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 114.7 65.6 24.6 58.7 70.5 41.7 22.4 55.8 63.8 39.8 55.0 50.3
10. Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 mencapai 66,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 11 (45,8%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Wajo (84,8%) dan cakupan terendah pada Kabupaten TanaToraja (39,4%). Gambar 71 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Selatan 621 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Maros (94 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Luwu Timur (2 kasus). Gambar 72 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu
73
hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 26 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kepulauan Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makassar Kota Parepare Kota Palopo SULSEL
95.2 107.1 96.3 84.5 100.0 100.0 97.9 92.1 97.8 99.2 99.6 100.0 99.0 90.8 101.2 91.1 100.0 96.6 88.2 91.7 89.9 77.7 123.8 99.9 93.7
Catatan: tad = tidak ada data
74
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 71.2 61.6 81.6 82.0 94.3 77.2 55.3 63.7 98.3 tad 94.2 70.1 92.0 99.3 66.5 47.1 0.0 96.1 88.0 93.6 87.0 94.8 92.7 99.5 67.4 98.0 81.2 99.8 93.0 98.6 97.3 98.9 81.3 99.8 51.5 97.1 74.6 95.8 95.4 tad 60.6 100.0 68.1 96.5 55.7 98.2 83.5 95.3 87.6 93.7
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 50.7 55.1 tad 78.4 tad 99.6 66.1 45.7 41.6 86.2 71.0 62.3 60.3 69.3 70.0 70.4 49.5 64.4 65.1 75.4 50.9 31.4 35.3 72.7 64.9
11. Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 sebesar 74,9% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 9 (75,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Buton (98,8%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Kolaka (47,4%). Gambar 73 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Tenggara 726 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Konawe Selatan (222 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Muna (6 kasus). Gambar 74 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu
75
hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 27 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Konawe Bau-Bau Buton Kolaka Kolaka Utara Bombana Wakatobi Muna Konawe Selatan Kendari Konawe Utara Buton Utara SULTRA
72.2 81.3 85.4 87.3 96.4 64.7 83.1 86.3 91.6 78.5 100.0 94.6 83.7
Catatan: tad = tidak ada data
76
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 67.6 tad 63.1 tad 63.4 68.6 62.8 tad 62.3 tad 63.9 tad 72.4 tad 94.9 tad 59.1 tad 77.8 tad 94.0 tad 56.0 tad 69.9 68.6
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 59.2 64.8 48.7 74.7 68.5 85.9 61.5 53.4 73.5 61.2 65.3 66.6 63.8
12. Provinsi Gorontalo Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Gorontalo tahun 2011 sebesar 85,7% (Target nasional 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Gorontalo (94,6%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Pohuwato (75,8%). Gambar 75 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Gorontalo 768 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo (439 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Gorontalo (25 kasus). Gambar 76 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 28
77
Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Gorontalo Utara Kota Gorontalo GORONTALO
34.0 73.8 68.0 98.8 71.4 60.1 69.0
Catatan: tad = tidak ada data
78
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 93.0 tad 85.9 tad 83.9 tad 68.4 tad 72.6 tad 93.1 tad 84.2 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 51.9 56.4 53.6 47.3 53.6 40.5 49.6
13. Provinsi Sulawesi Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 sebesar 66,8% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 4 (80,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Mamasa (73,7%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Mamuju (56,7%). Gambar 77 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Barat 264 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Polewali Mandar (119 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (8 kasus). Gambar 78 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang
79
mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 29 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6
Kabupaten/Kota
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Mamuju Majene Polewali Mandar Mamuju Utara Mamasa SULBAR
79.4 85.0 70.5 63.9 77.6 75.0
Catatan: tad = tidak ada data
80
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 68.2 tad 86.4 tad 90.7 tad 13.5 tad 84.8 tad 72.7 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 74.2 100.0 63.8 100.0 70.3 75.4
14. Provinsi Maluku Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Maluku tahun 2011 sebesar 64,5% (Target 70%). Jumlah tersebut merupakan laporan dari 10 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 3 (30,0%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (86,6%), sedangkan yang terendah ada di Seram Bagian Barat (30,9%). Gambar 79 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Maluku 152 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Ambon (50 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Maluku Tengah (1 kasus). Gambar 80 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu
81
hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 30 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kota Ambon Maluku Tengah Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Buru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Aru Tual Buru Selatan Maluku Barat Daya MALUKU
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 60.1 48.0 82.4 72.1 80.5 75.7 55.3 47.2 89.0 tad 11.8 60.9
Catatan: tad = tidak ada data
82
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 73.9 92.9 53.0 tad 77.8 69.4 77.3 50.0 74.1 62.8 63.3 68.5 53.4 28.0 62.5 28.6 77.3 tad 24.8 tad 25.9 tad 63.3 60.5
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan 5.3 3.5 16.1 2.1 1.7 1.1 17.7 25.9 20.2 3.3 3.1 6.9
15. Provinsi Maluku Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Maluku Utara tahun 2011 sebesar 52,3% (Target 70%). Kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 3 (33,3%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Kep Morotai (87,7%), sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Kep. Sula (29,5 %). Gambar 81 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Maluku Utara 110 kasus. Jumlah tertinggi adalah Halmahera Utara (28 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kep. Morotai (1 kasus). Gambar 82 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang
83
mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 31 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kabupaten/Kota
Kota Ternate Kota Tidore Halmahera Timur Halmahera Tengah Halmahera Utara Halmahera Barat Halmahera Selatan Kepulauan Sula Pulau Morotai MALUT
72.0 193.7 41.2 75.4 78.4 131.7 45.3 93.2 108.8 88.5
Catatan: tad = tidak ada data
84
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 87.9 tad 70.3 tad 30.4 tad 67.2 tad 76.1 tad 85.0 tad 57.1 tad 10.2 tad 81.8 tad 52.3 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
16. Provinsi Papua Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebesar 44,9% (Target 70%). Cakupan tersebut merupakan laporan dari 7 kabupaten/kota. Belum ada kabupaten/kota yang mencapai target. Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Sorong Selatan (67,0%), sedangkan yang tertinggi ada di Kabupaten Teluk Wondama (19,4%). Gambar 83 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Papua Barat 623 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sorong Selatan (152 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kaimana (26 kasus). Gambar 84 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
85
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 32 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD
Kabupaten/Kota
Manokwari Teluk Bentuni Teluk Wondama Kota Sorong Kab. Sorong Sorong Selatan Raja Ampat Fak-fak Kaimana Tambrauw Maibrat PAPUA BARAT
22.3 51.2 tad 27.5 40.9 19.6 62.3 33.4 4.8 26.1 tad 30.0
Catatan: tad = tidak ada data
86
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 12.1 tad 22.7 tad tad tad 52.9 tad 41.8 tad 41.8 tad 57.8 tad 15.2 tad 26.2 tad 38.3 tad tad tad 32.8 tad
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad 60.6 tad 18.5 14.5 tad 86.4 tad tad tad tad 32.0
17. Provinsi Papua Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Papua tahun 2011 sebesar 44,1% (Target 70%). Cakupan tersebut merupakan laporan dari 14 kabupaten/kota. Hanya ada 1 (satu) kabupaten/kota yang mencapai target (6,3%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Yahukimo (77,8%), sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Nabire (25,6%). Gambar 85 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Tahun 2011
Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Papua Barat 1.509 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 18 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Merauke (318 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Nduga (2 kasus). Gambar 86 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Tahun 2011
Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu
87
hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 33 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun 2011
NO
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Paniai Puncak Jaya Mimika Yapen Waropen Biak Numfor Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Yolikara Sarmi Keerom Waropen Jayapura Kota Supiori Deiyai Dogiyai Intan Jaya Lani Jaya Memberamo Raya Memberamo Tengah Nduga Puncak Yalimo PAPUA
Ibu Hamil Mendapat 90 TTD 42.6 36.0 56.6 67.9 23.5 tad 42.5 tad tad 88.7 43.2 22.5 tad 76.6 tad tad tad tad tad tad 60.0 tad 24.0 tad tad tad tad tad tad 50.5
Catatan: tad = tidak ada data
88
Cakupan (%) RT Vitamin A Mengonsumsi balita 6Garam 59 Bulan Beriodium 26.5 tad 11.8 tad 40.7 tad 32.2 tad 2.6 tad 16.7 tad 44.2 tad tad tad tad tad 65.8 tad 15.2 tad 37.5 tad 1.2 tad 14.1 tad tad tad tad tad 85.6 tad tad tad tad tad tad tad tad tad 15.4 tad tad tad 7.5 tad tad tad 16.9 tad 1.6 tad 64.7 83.7 5.5 tad 23.8 83.7
ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad tad
BAB V MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Masalah Secara umum beberapa indikator program belum mencapai target yang diharapkan walaupun telah dilakukan berbagai strategi. Kondisi ini terjadi karena adanya hambatan internal maupun eksternal baik di puskesmas maupun di Dinkes Kabupaten/Kota, seperti: • Pelaporan data belum tepat waktu yang antara lain disebabkan terlambatnya pengiriman laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota • Data yang dilaporkan masih belum lengkap baik dari jumlah puskesmas yang melapor maupun jenis indikator yang dilaporkan • Masih ada data yang dilaporkan belum akurat, seperti jumlah pencapaian lebih besar dari jumlah sasaran yang disebabkan pemahaman petugas terhadap definisi operasional indikator pembinaan gizi masyarakat belum sama • Masih ada puskesmas yang tidak rutin melaporkan kegiatan baik data bulanan maupun data 6 bulanan • Sosialisasi sistem pelaporan indikator kegiatan pembinaan gizi kepada petugas belum optimal • Petugas pengelola kegiatan surveilans gizi yang sudah tersosialisasi di mutasi • Jumlah dan kelayakan alat antropometri yang tersedia kurang memadai • Sulitnya koneksi internet di beberapa kabupaten/kota sehingga menghambat pengiriman data melalui email atau sigizi. • Belum optimalnya koordinasi lintas program maupun lintas sektor terkait B. Rencana Tindak Lanjut Dalam rangka mengatasi masalah di atas maka perlu dilakukan rencana tindak lanjut antara lain sebagai berikut: • Puskesmas sebaiknya menjemput dan merekap data dari posyandu yang ada setiap bulan dan segera mengirimkan ke Dinkes Kabupaten/Kota sesuai waktu yang telah disepakati. • Direktorat Bina Gizi, Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan umpan balik pelaporan secara berkala. • Bimbingan teknis kepada petugas pengelola surveilans gizi secara berjenjang • Sosialisasi pedoman surveilans gizi secara berjenjang dari petugas Dinkes Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas • Mutasi petugas pengelola kegiatan gizi sebaiknya mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan pengalaman petugas. • Pelaporan berbasis website melalui situs www.gizi.depkes.id/sigizi agar dioptimalkan untuk mempercepat proses pelaporan sekaligus mendukung program pemerintah dalam penggunaan kertas yang tidak berlebihan (paper less) • Mengupayakan ketersediaan alat antropometri diseluruh posyandu
89