KINERJA DAN DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DESA WARGAJAYA KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
DYAH UTARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dyah Utari NIM I34110060
iv
ABSTRAK DYAH UTARI. Kinerja dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg Kabupaten. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP), menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja serta dampaknya terhadap taraf hidup rumahtangga di Wargajaya, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Kelompok SPP tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan jenis usaha yaitu usaha dagang, home industry dan jasa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan didukung metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan wawancara mendalam serta teknik pengambilan data yang digunakan yaitu dengan kuesioner. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa kinerja yang terdapat pada kelompok SPP Wargajaya yaitu secara rumahtangga dan administrasi. Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Dampak terhadap taraf hidup dianalisis mencakup tingkat perkembangan usaha dan tingkat konsumsi rumahtangga. Tingkat perkembangan usaha pada jenis usaha jasa dipengaruhi oleh kinerja sedangkan dagang dan home industry tidak dipengaruhi oleh kinerja. Tingkat konsumsi rumahtangga yang tinggi terdapat pada jenis usaha dagang. Kata kunci: simpan pinjam, kelompok, perempuan
ABSTRACT DYAH UTARI. Performance and impact Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) at Wargajaya Village, Cigudeg, Bogor. Supervised by DJUARA P. LUBIS. The purpose of this study was to describe the performance of program saving loan (among woman group). To analyze factors influencing the performance standard and the impact on household life di desa wargajaya. Group SPP is divided into three groups namely trade, home industry and servicce. This research used quantitative method moreover supported by qualitative method. Surveys, interviews, and questionnaires were used for data collection. The result of these study is household performance and administration performance. The factors influence of kinerja is productive age, education levels and income levels. The impact of standard life is analyze with level business development and level household consumption. Keywords: saving and loan, group and woman
vi
KINERJA DAN DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DESA WARGAJAYA KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
DYAH UTARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2015
viii
x
PRAKATA
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kinerja dan Dampak Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor ” ini dengan baik, untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi masukan serta saran yang berarti selama proses penyelesaian penulisan skripsi ini. 2. Orang tua penulis Ayahanda Trubus dan Ibunda Rhokayah yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta menjadi sumber motivasi paling besar untuk penyelesaian skripsi ini. 3. Kakak tercinta Nur Khakim, Indah Sulityani dan adik tercinta Masfu Maghfiroh yang selalu menjadi sumber keceriaan dan kebahagiaan bagi penulis. 4. Pihak PNPM MPd Cigudeg, KPMD Desa Wargajaya serta pemerintah Desa Wargajaya yang telah membantu peneliti dalam penelitian. 5. Beasiswa Bidikmisi yang diberikan oleh DIKTI yang sangat meringankan penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. 6. Nidya Cahyana Wulan, Gita Riyana, Fatimah Azzahra, Sri Anindya, dan Ade Mirza sebagai orang-orang yang lebih dari sahabat bagi penulis. Terimakasih untuk inspirasi dan kebersamaannya selama ini. 7. Mega Silviana, sahabat seperjuangan penulis. Tempat berbagi keluh kesah dan tawa canda selama menjadi mahasiswa tingkat akhir 8. Teman- teman akselerasi Anita, Fitri Hilmi, Indah Oktavia, Indah Erina, Siska, Ethaliani, Tiffany, Iradhatie, Nindya, Mirfa, Tri, Novia, Citra, Dwi, Intan, Riski, Amel, Maria, Radha, Nadia, Lingga yang telah memberikan semangat satu sama lain. 9. Keluarga besar SKPM 48 atas perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya sampai saat ini. Semoga kita suskes di masa depan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Bogor, Januari 2015
Dyah Utari I34110060
viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Pengambilan Sampel Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Desa Wargajaya Gambaran Umum Kelompok SPP Desa Wargajaya Gambaran Umum Karakteristik Responden Gambaran Umum Sumberdaya Keluarga Pendampingan Program SPP Desa Wargajaya KINERJA PROGRAM SPP Kinerja Rumahtangga Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Rumahtangga Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Rumahtangga Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja Rumahtangga Kinerja Administrasi Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Administrasi Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Administrasi Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja Administrasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja SPP TARAF HIDUP RUMAHTANGGA Tingkat Perkembangan Usaha Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Usaha Tingkat Konsumsi Rumahtangga Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumahtangga
ix xi xiii 1 1 2 2 3 5 5 14 15 15 19 19 19 20 21 23 23 24 27 28 31 35 35 39 41 42 42 45 46 47 48 53 53 59 60 64
viii
PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
65 65 66 67 69 84
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19
20 21 22
Perkembangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2014 Perbandingan hasil penelitian sebelumnya, mengenai kinerja, faktor dan dampak pada program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Metode pengumpulan data Jumlah penduduk menurut usia dan pendidikan Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik responden peserta SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pendamping dalam memfasilitasi, memotivasi dan sumber informasi pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Persentase penggunaan dana SPP menurut jenis usaha SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengembalian pinjaman program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dan kienrja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pendamping dengan kienrja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut mutu pembukuan program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut mutu managerial keuangan program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dan kienrja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pendamping dengan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rumahtangga SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja administrasi SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat perkembangan usaha program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
6 13 20 23 24 27 32
35 37 38 39 41 42
43 43 44 45 46 47
48 50 53
x
23 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan tingkat perkembangan usaha program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 24 Jumlah dan persentse responden menurut tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis dagang program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis home industry program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 26 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis jasa program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 27 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 28 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat konsumsi rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 29 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga jenis dagang program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 30 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga jenis home industry program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 31 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga jenis jasa program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 32 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
54
56 57
58
59 60 62
63
63
64
xi
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
5 6 7
Kerangka pemikiran Bagan sistem perguliran PNPM Mpd Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota rumahtangga yang mencapai usia produktif pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendidikan rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendapatan rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Persentase rumahtangga responden menurut tingkat konsumsi rumahtangga pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
14 26 28 29
30 30 60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Peta lokasi penelitian Jadwal kegiatan penelitian Hasil uji regresi linier Kuesioner penelitian Panduan wawancara mendalam Kerangka sampling Dokumentasi
72 73 74 76 82 83 85
xiv
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa terlepas dari pembangunan suatu bangsa. Kemiskinan yang dialami penduduk Indonesia tidak hanya sebatas kemiskinan ekonomi, akan tetapi bersifat non ekonomi seperti terbatasnya akses pengetahuan dan keterampilan, produktivitas yang rendah, serta terbatasnya akses terhadap partisipasi pembangunan (Soraya 2009). Berdasarkan data BPS (2013), jumlah penduduk miskin Indonesia Maret 2013 di perkotaan tercatat 10634,47 ribu jiwa (8,39%), sedangkan di desa tercatat 17919,46 ribu jiwa (14,32 %). Pada Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk miskin Maret 2013 di perkotaan tercatat 2501,00 ribu jiwa (8,44%) dari jumlah penduduk, sedangkan di pedesaan tercatat 1796,04 ribu jiwa (11,59%). Data tersebut menunjukkan bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi di pedesaan dibandingkan perkotaan. Oleh karena itu, banyak program pemberdayaan masyarakat yang diberikan oleh pemerintah untuk masyarakat pedesaan. Program pemberdayaan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tujuan MDGs (Millenium Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Millenium yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan. Menurut Sumodiningrat (1999), pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian masyarakat. Dalam rangka pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sudut pandang. Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang, kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah, ketiga, perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak jenis program pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). PNPM-MPd telah mengucurkan dana untuk usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk perempuan yang berupa simpan pinjam. Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) ini merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja, selain itu juga merupakan salah satu alternatif pemecahan permasalahan permodalan, bahkan sampai pada bantuan teknis, informasi, teknologi, manajemen dan pasar. Menurut Tim Koordinasi PNPM-MPd, dana tersebut diberikan dalam bentuk bantuan kredit untuk membuka usaha keluarga melalui kelompok yang dibentuk perempuan. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa berbagai program penanggulangan kemiskinan belum dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan, hal tersebut dapat dibuktikan jumlah penduduk miskin yang masih
2
tinggi. Berdasarkan penelitian Soraya (2009) terdapat ketidaktepatan penggunaan dana pinjaman yang dilakukan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kelompok yang tergabung dalam Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) memperoleh dana sesuai dengan yang diajukan dalam usulan, kemudian pemanfaatan dana diserahkan pada masing-masing peserta selaku pengelola usaha mikro perorangan. Responden yang menggunakan dana pinjaman untuk usaha dan memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar 42 persen, responden yang menggunakan dana SPP hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar 32 persen, sedangkan 24 persen sepenuhnya menggunanakan dana pinjaman untuk modal usaha. Hal tersebut dapat terlihat bahwa terjadi ketidakmaksimalan dalam penggunaan dana pinjaman yang seharusnya digunakan untuk modal usaha, namun banyak anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) yang menggunakan dana pinjaman tersebut untuk keperluan lain. Berdasarkan pemaparan tersebut, menjadi penting bagi penulis untuk meneliti program SPP khususnya di Desa Wargajaya, Cigudeg, Bogor. Program ini sudah berjalan dari tahun 2008, sehingga memungkinkan untuk diteliti kinerja program, faktor- faktor yang mempengaruhinya, dan dampak kinerja program terhadap taraf hidup. Perumusan Masalah Penelitian ini menggali kinerja dari program pengentasan kemiskinan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Program pengentasan kemiskinan yang ada di Indonesia masih kurang terlihat dampaknya untuk mengurangi jumlah keluarga miskin karena masih banyak terdapat keluarga di daerah-daerah yang masih dianggap kurang mampu. Hal ini karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari sebuah program tersebut. Faktor tersebut dapat berasal dari individu yang menjadi sasaran program maupun berasal dari institusi program. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor? 2. Bagaiman pengaruh sumberdaya keluarga dengan kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan terhadap di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor? 3. Bagaimana pengaruh penilaian terhadap pendamping dengan kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor? 4. Bagaimana pengaruh kinerja SPP dengan taraf hidup rumahtangga program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan 1. Deskripsi kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor
3
2. Analisis pengaruh sumberdaya keluarga dengan kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan terhadap di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor. 3. Analisis pengaruh penilaian terhadap pendamping dengan kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor. 4. Analisis pengaruh kinerja SPP dengan taraf hidup rumahtangga program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Bogor. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat Desa Wargajaya, Cigudeg, Bogor Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai kinerja program Simpan Pinjam Khusus Perempuan. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi referensi bagi masyarakat Desa Wargajaya, Cigudeg, Bogor agar perencanaan kedepannya dapat berjalan dengan baik. 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat memberi masukan bagi pemerintahan yang merupakan pengambil kebijakan dalam memonitoring bagi kelangsungan kinerja program Simpan Pinjam Perempuan. Hal tersebut ditunjukan kepada baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Diharapkan pihak pemerintah dapat bersinergi dengan pihak- pihak lain dalam membangun hubungan baik dengan pihak swasta maupun masyarakat. Serta diharapkan pemerintah juga dapat menyusun strategi untuk perencanaan program Simpan Pinjam Perempuan kedepannya. 3. Bagi Peneliti dan Kalangan Akademisi Penelitian ini dapat memberikan literatur bagi peneliti dan akademisi lain dalam mengembangkan program SPP dengan melihat kinerja dan faktor yang mempengaruhi kinerja serta pengaruhnya terhadap taraf hidup rumahtangga.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kemiskinan di Indonesia Menurut Sayogyo (1977), kemiskinan (poverty) pada dasarnya menggambarkan kondisi kesejahteraan yang buruk. Indikator yang digunakan yaitu dengan pendekatan konsumsi atau pengeluaran. Pendekatan ini lebih baik dari pendekatan pendapatan, karena: dalam survei lebih tepat dilaporkan (daripada angka penghasilan), selain itu pendekatan pengeluaran sudah mencakup penghasilan bukan uang, pemakaian tabungan masa lalu, dan pinjaman. BPS (2009) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur kemiskinan. Melalui pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. BPS (Badan Pusat Statistik) mengukur kemiskinan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Pendekatan kemiskinan ini dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan yang dipublikasikan oleh BPS setiap tahunnya. BPS mendefenisikan Garis Kemiskinan sebagai nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu kebutuhan hidup makanan (GKM) maupun kebutuhan hidup non-makanan (GKNM) (BPS 2014). Indonesia sudah 69 tahun merdeka, namun sampai pada saat ini yang diakui oleh internasional negara Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah penduduk miskin yang masih tergolong tinggi menurut data BPS. Pemerintah Indonesia sudah memberikan berbagai program pengentasan kemiskinan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Program pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tujuan MDGs (Millenium Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Millenium yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan. Jumlah penduduk miskin tersebut disebabkan oleh ketidakmerataan sosial atau keterbatasan akses, terutama di desa. Penduduk miskin tidak hanya terdapat di desa, namun penduduk miskin di kota sampai pada saat ini masih tergolong tinggi, bahkan pada beberapa daerah penduduk miskin di kota lebih banyak dibandingkan dengan penduduk miskin di desa. Berikut adalah data mengenai jumlah penduduk miskin menurut provinsi di Indonesia:
6
Tabel 1 Jumlah penduduk miskin menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 Propinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Kota (juta) 161,94 632,20 108,08 166,36 97,38 100,12 367,12 22,33 104,54 230,63 393,98 2578,36 375,69 1945,29 333,03 1535,81 99,90 370,18 100,34 82,05 40,78 62,51 97,89 59,18 25,21 67,08 162,49 26,31 48,25 49,83 12,19 35,37 14,78 10507,20
Jumlah penduduk miskin Persentase (%) Desa (juta) 1,54 719,31 6,01 654,47 1.02 271,12 1,58 333,52 0,92 30,42 0,95 163,68 3,49 733,71 0,21 49,31 0,99 216,41 2,19 912,28 3,74 0 24,53 1748,71 3,57 247,14 18,51 2891,17 3,16 211,84 14,61 3250,98 0,95 85,30 3,52 450,64 0,95 894,33 0,78 319,46 0,38 105,55 0,59 120,37 0,93 155,71 0,56 149,05 0,23 168,96 0,63 325,57 1,54 701,81 0,25 127,58 0,45 294,01 0,47 266,28 0,11 70,45 0,33 889,04 0,14 214,65 100,00 17772,81
Sumber:bps.go.id http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=23
Persentase (%) 4,04 3,68 1,52 1,87 0,17 0,92 4,12 0,27 1,21 5,13 0 9,83 1,39 16,26 1,19 18,29 0,47 2,53 5,03 1,79 0,59 0,67 0,87 0,83 0,95 1,83 3,94 0,71 1,65 1,49 0,39 5,00 1,20 100,00
7
Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia terdapat pada provinsi Jawa Barat dengan total 4327,07 juta jiwa dengan jumlah di desa sebanyak 1748,71 juta jiwa dan di kota 2578,36 juta jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di kota lebih tinggi daripada di desa. Provinsi Jawa Barat mendapat predikat jumlah peduduk tinggi karena populasi di Jawa Barat tergolong tinggi, penduduk berasal dari berbagai daerah di seluruh Indoensia yang terkumpul di Jawa Barat dan saling bersaing untuk mendapatkan mata pencaharian. Jumlah penduduk miskin paling sedikit terdapat pada provinsi Maluku Utara dengan total 82,64 juta jiwa karena jumlah populasi penduduknya sedikit. Simpan Pinjam sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan Menurut Muttaqien (2006) beberapa kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan pedesaan adalah (1) mengusahakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar seperti sembako gratis kepada rakyat miskin di pedesaan, (2) memberikan kredit usaha tani, penyaluran kredit sebagai modal usaha, jaminan usaha serta KUD, (3) mengadakan sarana dan prasarana di pedesaan terutama yang menunjang pertanian, (4) pelayanan kesehatan dengan mendirikan Puskesmas dan menyebarkan tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, (5) pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah Inpres, (6) Listrik Masuk Desa (LMD), dan (7) melengkapi sarana kesehatan yang lain seperti sanitasi dan air bersih. Kemiskinan menurut Muttaqien (2006) disebabkan karena tidak adanya akses dalam permodalan, sehingga pemerintah Indonesia telah banyak meluncurkan berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk membantu permodalan yaitu koperasi simpan pinjam khusus perempuan. Program koperasi simpan pinjam khusus perempuan merupakan salah satu produk program pembangunan PNPM Pedesaan di bidang pembangunan ekonomi. Program tersebut diperuntukkan untuk para wanita yang akan memulai usaha dan atau yang sudah mempunyai usaha. Dalam berjalannya program ini terdapat beberapa pemangku kepentingan atau stakeholder yang berperan dalam berjalannya program tersebut, yaitu: pihak aparatur desa (Kades, Sekdes, dan Fasilitator Desa), UPK (Unit Pelaksana Kegiatan), TPK (Tim Pelaksana Kegiatan), monitoring dan juga Anggota KSPP (Kelompok Simpan Pinjam Perempuan) itu sendiri sebagai penerima manfaat. Hawe seperti dikutip Tanasale (2012), model perencanaan program Simpan Pinjam Khusus Perempuan adalah sebagai berikut: 1. Goal: Untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan, usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan sosial pendanaan sosial dasar, memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan, serta mendorong pengurangan rumahtangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. 2. Objective: Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan kaum rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam kaum perempuan. 3. Sub Objective: Pengembalian SPP dan pengelolaan dana bergulir.
8
4. Strategi Objective: Pendampingan, pendanaan, monitoring, evaluasi Penelitian Tanasale (2012) menyebutkan tujuan khusus kegiatan SPP adalah (1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha/sosial dasar; (2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumahtangga melalui pendanaan modal usaha; (3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam kaum perempuan. Sasaran kegiatan SPP yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) yang produktif yang memerlukan pendanaan kegiatan usaha/kebutuhan sosial dasar melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada dimasyarakat. Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman. Tanasale (2012) kriteria kelompok perempuan yang mendapat pinjaman dana yaitu: (1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, satu sama lain mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun; (2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpan dan dana pinjaman yang telah disepakati; (3) Mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota; (4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik; (5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana. Tanasale (2012) tahapan seleksi di tingkat desa untuk memilih kelompok SPP: (1) Penentuan usulan desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP; (2) Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan dalam paket usulan desa; (3) Penulisan usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan. Syarat penulisan usulan SPP harus memuat beberapa hal sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan kondisi kelompok SPP; (2) Gambaran kegiatan dan rencana yang menjelaskan kondisi anggota, kondisi permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional, rencana usaha dalam satu tahun yang akan datang, dan perhitungan rencana kebutuhan dana; (3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan peta sosial dan peta rumah tangga miskin. Kelompok wanita harus mengajukan proposal yang ditetapkan melalui jalur Musyawarah Khusus untuk Perempuan (MKP). Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam perjanjian pinjaman paling tidak mencakup hal-hal: (1) Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan: besar jasa pinjaman ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga keuangan pada wilayah masing-masing. Sistem perhitungan pinjaman menurun atau tetap; (2) Jangka waktu pinjaman sumber dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) maksimal 12 bulan; (3) Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur tiga kali angsuran dalam 12 bulan dengan memperlihatkan siklus usaha baik pada tingkat pemanfaat maupun tingkat kelompok; (4) Angsuran langsung dari kelompok ke Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Penanggulangan kemiskinan dengan cara meningkatkan permodalan melalui koperasi simpan pinjam juga telah dibuktikan di Bangladesh yaitu pembangunan dalam konteks Grameen Bank. Yunus (2007) menyatakan bahwa
9
pembangunan dalam konteks Grameen Bank1 adalah sebuah proses perubahan sosial- politik- ekonomi yang kompleks, dimana bagian yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Pembangunan harus dilaksanakan dengan meminjam uang dalam jumlah besar seperti yang menjadi tren ilmu ekonomi-politik saat ini. Kelompok lima yang dibentuk di Bangladesh oleh perempuan-perempuan miskin itu lama-kelamaan berkembang menjadi mirip sebuah “bappeda” kecil, dimana mereka merancang program dan kegiatan pembangunan bagi rumahtangga mereka sendiri, yang karena dilakukan dalam ritme yang kurang lebih serempak dan meluas, dampak institusionalnya tidak kalah dengan badan perencanaan pembangunan yang didirikan oleh pemerintah. Jika tujuan pembangunan ekonomi mencakup perbaikan standar hidup secara umum, mengurangi kemiskinan, menciptakan peluang kerja yang bermartabat, dan mengurangi kesenjangan, maka lumrah saja untuk melakukannya melalui perempuan. Bukan hanya karena sebagian besar kaum miskin dan menganggur serta mereka yang kurang beruntung secara sosial-ekonomi adalah kaum perempuan, tetapi mereka juga lebih siap dan berhasil meningkatkan kesejahteraan anak- anak dan suaminya. Grameen Bank menurut penelitian Yunus (2007) melembagakan program cicilan pinjaman harian untuk mengatasi hambatan psikologis menyisihkan uang dalam jumlah besar, sehingga dapat menstrukturkan program kredit. Grameen Bank juga mewajibkan bahwa setiap pemohon bergabung dalam sekelompok orang yang memiliki pemikiran yang sama dan hidup dalam kondisi sosialekonomi serupa. Kelompok ini menyakini bahwa solidaritas akan terjalin lebih kuat bila kelompok itu dibentuk oleh mereka sediri, anggota saling membantu demi keberhasilan usaha masing- masing. Keanggotaan kelompok tidak hanya menciptakan rasa aman dan saling dukung tetapi juga mengurangi pola perilaku yang tidak sehat dari individu anggota, dan membuat setiap peminjam jadi lebih bisa diandalkan dalam prosesnya. Tekanan kelompok secara halus membuat setiap anggota tetap segaris dengan tujuan program kredit yang luas. Rasa persaingan antar kelompok maupun dalam kelompok juga memicu setiap anggota menjadi orang yang berhasil. Menggeser tugas pengawasan awal pada kelompok tidak hanya mengurangi beban kerja bank tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri masing-masing individu peminjam. Kelompoklah yang menyetujui permohonan pinjaman setiap anggota, maka kelompok memiliki tanggungjawab moral atas setiap pinjaman. Jika ada anggota kelompok yang menghadapi masalah, kelompok biasanya datang membantu. Selama 18 bulan pertama sebagai anggota Grameen Bank, seorang peminjam yang dahulunya adalah seorang dari ribuan mantan pengemis, dia mampu membeli pakian untuk dia dan keluarganya senilai 330 taka dan peralatan masak seharga 105 taka. Ini adalah kemewahan yang tidak pernah diperolehnya seja bercerai dengan suaminya. Dia dan keluarga makan lebih teratur dan lebih bergizi, kini dia hidup bermartabat karena mampu mengakses pinjaman dari Grameen Bank. Taraf Hidup Taraf hidup dilihat dari data BPS seperti dikutip Rahman (2009) yaitu variabel kemiskinan yang dapat dilihat dari luas lantai bangunaan tempat tinggal, 1
Kepercayaan pada kaum miskin
10
jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu/perminggu, pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan pekerjaan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi kepala rumahtangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil Penelitian Terdahulu Kinerja Program Simpan Pinjam Perempuan Kinerja Koperasi Simpan Pinjam Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Lebih khusus Palapa seperti dikutip Santy (2008) menjelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh badan usaha dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap kinerja koperasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien koperasi tersebut dalam menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Ginting seperti dikutip Santy (2008), kinerja koperasi dapat dinilai dari keragaan koperasi baik dari segi organisasi, usaha maupun keuangannya. Ginting menganalisis keragaan Koperasi Kredit Sejahtera dari segi organisasinya yang meliputi keanggotaan (jumlah anggota), pengurus dan manajemen (pembagian tugas dan tanggung jawab). Keragaan koperasi juga dinilai dari segi usahanya yaitu dengan melihat volume usaha dan perkembangan permodalan koperasi khususnya proporsi modal luar terhadap modal sendiri, sedangkan dari segi keuangan, kesehatan keuangan koperasi dinilai dengan analisis rasio seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Kinerja menurut Nawawi (2006) adalah bukan sifat atau karakteristik individu, melainkan kemampuan kerja yang ditunjukkan melalui proses atau cara bekerja dan hasil yang dicapai. Secara praktis kinerja dapat diartikan sebagai upaya yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Penelitian mengenai program SPP menurut Kusmeiran dan Budhi (2014), bahwa kinerja program SPP dapat dilihat dari pelaksanaan, perencanaan dan pelestarian yang disebut dengan tingkat efektifitas. Perencanaan menunjukkan interpretasi efektif meliputi sosialisasi, partisipasi, tingkat demokratisasi, kesetaraan gender, serta prioritas dan berorientasi pada masyarakat miskin. Pelaksanaan menunjukkan interpretasi efektif, yakni otonomi dan desentralisasi sederhana, serta bertumpu pada pembangunan manusia. Pelestarian menunjukkan interpretasi efektif, yakni keberlanjutan serta transparansi dan akuntabel. Mendrofa (2012) kinerja dapat dilihat dari cara mengelola keuangan simpan pinjam dimana pada saat menentukan tingkat suku bunga dilakukan dengan cara forum musyawarah yang mengundang seluruh kelompok yang tergabung dalam SPP. Pada aturan pengelolaan pinjaman terdapat beberapa persyaratan antara lain syarat meminjam, jumlah maksimal, jangka waktu pinjaman yaitu ditentukan oleh semua struktur yang ada pada kelompok, sehingga semua struktur dalam kelompok harus berperan dengan baik. Widayati (2013),
11
kinerja dapat dilihat dari perkembangan usaha yang ada yaitu dikelompokkan dalam empat bidang yaitu: sektor perdagangan, sektor produksi, sektor jasa, dan budidaya. Usaha tersebut masih dikatakan belum bekerja secara maksimal karena belum adanya inovasi. Hanika dan Lituhayu (2012) kinerja dapat dilihat bahwa apabila terdapat anggota yang tidak bisa membayar pinjaman maka akan terjadinya kredit macet, dan anggota tersebut bisa dikeluarkan dari kelompok. Tanasale (2012) kinerja yaitu fokus pada pencapaian objektif tujuan jangka menengah diantaranya dinilai berhasil dalam hal pencairan dana perkembangan usaha. Ada juga yang dinilai kurang berhasil yaitu dalam hal pendampingan dan penguatan kelembagaannya. Putra (2013) kinerja dapat dilihat dari adanya pembuatan pembukuan yang sangat berguna sehingga setiap anggota merasa adanya ketransparanan dalam satu kelompok, sehingga nantinya tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam satu kelompok tersebut. Sipayung (2013) kinerja dilihat dari pelaksanaannya bahwa program telah disosialisasikan dengan baik. pelayanan fasilitator sebagai pemberian informasi mengenai program yang dapat diperoleh masyarakat secara tepat yang langsung. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Simpan Pinjam Perempuan Faktor yang mempengaruhi kinerja program SPP menurut Kusmeiran dan Budhi (2014) yaitu adanya persepsi dari pemanfaatan dana SPP, kendala yang dihadapi dalam upaya bantuan dana SPP, tanggapan responden terhadap pemecahan masalah, pentingnya program untuk dianjurkan, saran terhadap program dan persepsi para pelaku kegiatan. Mendrofa (2012), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu aturan pengelolaan pinjaman , jangka waktu pinjaman yaitu ditentukan oleh semua struktur yang ada pada kelompok, dan aturan pertemuan kelompok harus dilaksanakan secara rutin sesuai jadwal. Widayati (2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu motivasi anggota dalam bergabung dengan SPP serta faktor pendamping sangat mempengaruhi dalam berkembangnya usaha mereka. Hanika dan Lituhayu (2012), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP adalah kordinasi antar pengelola kegiatan dan penerima dana, pemanfaatan dana masih sering digunakan konsumtif serta kurangnya pendampingan untuk mengembangkan dan mengawasi usaha mereka. Tanasale (2012), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu kurangnya pendampingan, penguatan kelembagaan, tempat tinggal yang kurang memadai untuk melakukan usaha, motivasi anggota, dan hubungan antar anggota. Putra (2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu dalam pemanfaatan dana masih digunakan untuk keperluan konsumtif serta program tersebut tidak tepat sasaran karena warga yang miskin tidak berani meminjam dikarenakan takut tidak bisa membayar cicilan. Sipayung (2013), faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu bahwa dalam pemahaman program seringkali masyarakat salah persepsi terhadap program SPP dan tidak tepat sasaran. Menurut Mardikanto (2010), tim pendamping merupakan fakor eksternal dalam pemberdayaan masyarakat, peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan kurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri. Panduan Operasional PNPM Mandiri menjelaskan fungsi dari pendamping:
12
1. Fasilitator yaitu berperan dalam memfasilitasi masyarakat dalam setiap proses tahapan, mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Panduan operasional PNPM Mandiri menjelaskan bahwa menjadi seorang fasilitator/pendamping perlu dibekali beberapa kemampuan diantaranya, kepemimpinan, konseptual, komunikasi, menjadi pendengar yang aktif, bertanya efektif dan terarah, kemampuan dalam pengembangan masyarakat. Proses memfasilitasi masyarakat perlu melalui dua tahap yaitu tahap identifikasi dan penjajakan awal dimana tahap tersebut melakukan kegiatan penjelasan umum dan pembentukan tim pelaku. Tahap kedua dimulai dari tahap sosialisasi dan penyebarluasan informasi hingga pada pelaksanaan pendampingan. 2. Motivator didefinisikan sebagai seseorang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak yang mampu menggerakkan masyarakat dan petugas yang ditunjuk untuk memberikan penerangan. Pendamping program berperan untuk mempersuasi masyarakat dengan cara memotivasi untuk ikut terlibat dalam program. Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan Berdasaran penelitian Tanasale (2012) bahwa dampak dari kinerja prgram SPP bagi penerima dana adalah mengalami peningkatan taraf hidup. Peningkatan taraf hidup tersebut dapat dilihat dari meningkatknya pendapatan mereka melalui usaha, meningkatkan peluang lapangan pekerjaan yakni ibu-ibu atau wanita yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan, kini memiliki pekerjaan pokok sebagai penjahit dan ada juga yang mulai berdagang dan kini mereka mampu untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Pada mata pencaharian yang memiliki waktu luang dapat membuka usaha dagang kecil-kecilan setelah mengikuti program simpan pinjam perempuan yang mana responden ini akan memiliki penghasilan yang sisanya dapat ditabung, selain itu dapat mengembangkan usaha. Perkembangan usaha bagi yang sudah mempunyai usaha juga mengalami peningkatan karena telah memiliki modal dan dapat melakukan inovasi usaha melalui proses pendampingan. Ibu-ibu mengalami pembebasan dari jeratan bank keliling dan tercapainya kebutuhan dasar sosial seperti pendidikan, kesehatan dan peningkatan standar hidup menjadi lebih baik serta peningkatan lapangan pekerjaan.
13
Tabel 2
Perbandingan hasil penelitian sebelumnya mengenai kinerja, faktor dan dampak pada program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP)
Penulis Kusmeiran dan Budhi (2014)
Hasil Penelitian Kinerja dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Faktor yang mempengaruhi dapat dilihat dari persepsi mengenai program SPP. Dampaknya yaitu adanya peningkatan pendapatan, peluang lapangan pekerjaan dan mengembangkan usaha.
Mendrofa (2012)
Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan SPP dan pengelolaan keuangan. Faktor yang mempengaruhi struktur kelompok, jangka waktu pinjaman, pertemuan kelompok.
Widayati (2013)
Kinerja dapat dilihat dari pengelolaan usaha dan keuangan. Faktor yang mempengaruhi adalah motivasi anggota pendampingan.
dan
Hanika dan Lituhayu (2012)
Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan SPP. Faktor yang mempengaruhi adalah koordinasi SDM, pemanfaatan dana dan pendampingan. Dampaknya yaitu Perkembangan usaha, peningkatan pendapatan, bebas dari jeratan bank keliling.
Tanasale (2012)
Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan jangka menengah SPP dengan melakukan evaluasi outcome. Faktor yang mempengaruhi yaitu pendampingan, penguatan kelembagaan, tempat tinggal, motivasi anggota, dan hubungan antar anggota. Dampaknya adalah peningkatan usaha dan tercapainya kebutuhan dasar sosial.
Putra (2013)
Kinerja dapat dilihat dari efektivitas pelaksanaan, dampaknya yaitu peningkatan usaha dan pendapatan.
Sipayung (2013)
Kinerja dapat dilihat dari pengelolaan keuangan. Faktor yang mempengaruhi adalah pemanfaatan dana, ketepatsasaran penerima dana. Dampaknya adalah pendanaan sosial dasar seperti pendidikan, kesehatan, peningkatan standar hidup lebih baik.
(Ketaren, 2007)
Kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan SPP. Faktor yang mempengaruhi pemahaman program dan ketepatsasaran penerima dana. Dampaknya adalah peningkatan lapangan pekerjaan.
(Marpaung, Sarma dan Limbong, 2013)
Kinerja dapat dilihat dari partisipasi, pendidikan, kepemimpinan dan manajemen.
14
Kerangka Pemikiran Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan adalah suatu kegiatan kredit mikro berupa dana bergulir yang dipinjamkan kepada para perempuan untuk mengentaskan kemiskinan, yang kemudian dana tersebut dikelola untuk mengembangkan usaha mereka. Keberhasilan dari suatu program dapat dinilai dari kinerja program itu sendiri. Kinerja program SPP dapat dilihat dari kinerja rumahtangga, dan kinerja administrasi. Kinerja program SPP dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor sumberdaya keluarga dan faktor penilaian terhadap pendamping. Faktor karakteristik rumahtangga dan penilaian terhadap pendamping akan dihubungkan dengan kinerja SPP. Kinerja tersebut akan dihubungkan dengan taraf hidup rumahtangga yang dapat dilihat dari tingkat perkembangan usaha dan tingkat konsumsi rumahtangga.
Sumberdaya keluarga -Jumlah anggota keluarga -Jumlah usia produktif -Tingkat pendidikan -Tingkat pendapatan
Penilaian terhadap Pendamping -Kemampuan memfasilitasi -Kemampua memotivasi -Kemampuan memberikan sumber informasi
Kinerja Kinerja Rumahtangga: -Jumlah simpan -Jumlah pinjam -Penggunaan pinjaman -Tingkat pengembalian pinjaman ----------------Kinerja administrasi: -Mutu pembukuan -Mutu manajerial keuangan
Keterangan : Mempengaruhi Gambar 1 Kerangka pemikiran
Taraf hidup
-Perkembangan usaha -Tingkat konsumsi rumahtangga
15
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Sumberdaya keluarga mempengaruhi kinerja program SPP. 2. Penilaian terhadap pendamping mempengaruhi kinerja program SPP. 3. Kinerja program SPP mempengaruhi taraf hidup rumahtangga program SPP. Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Sumberdaya Keluarga (X1) 1.) Jumlah anggota rumahtangga adalah banyaknya orang dalam satu keluarga atau rumahtangga yang mengikuti program SPP. Indikator yang digunakan untuk pengkategorian jumlah anggota keluarga akan disesuaikan data di lapangan. -Rendah: jumlah 2-3 orang -Sedang: jumlah 4-5 orang -Tinggi: jumlah 6-7 orang 2.) Jumlah usia produktif merupakan banyaknya orang dalam satu keluarga atau rumahtangga yang bekerja atau sudah berpenghasilan. Usia produktif berkisar lebih dari 15 tahun. -Rendah: jumlah 2 orang -Sedang: jumlah 3-4 orang -Tinggi: jumlah 5 orang 3.) Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden sampai dengan waktu saat penelitian berlangsung. a. Tidak Tamat SD b. SD c. SMP d. SMA 4.) Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh rumahtangga dalam satu bulan terakhir. Besarnya pendapatan akan dilihat berdasarkan tinggi rendahnya jumlah uang yang diterima oleh rumahtangga dari sumber pendapatannya. Indikator penggolongan tingkat pendapatan akan disesuaikan pada kondisi lapangan. a. Pendapatan rendah jika ≤ - ½ sd b. Pendapatan sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd c. Pendapatan tinggi jika ≥ x + ½ sd
16
2. Penilaian terhadap Pendamping (X2) 1.) Kemampuan memfasilitasi adalah penilaian responden terhadap pendamping dalam memberikan pelayanan kepada peserta, mampu memimpin, pendengar yang aktif dan mampu berkomunikasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan. a. Rendah (skor <15) b. Sedang (skor 15-17) c. Tinggi (skor >18) 2.) Kemampuan memotivasi adalah penilaian responden terhadap pendamping dalam kemampuan memberikan motivasi dan dukungan kepada peserta untuk melaksanakan sesuatu, dapat memberi penerangan, memberi semangat, dan dapat menggerakkan peserta. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan. a. Rendah (skor <15) b. Sedang (skor 15-17) c. Tinggi (skor >18) 3.) Kemampuan menjadi sumber informasi adalah penilaian responden terhadap pendamping dalam kemampuan memberikan informasi mengenai kegiatan SPP, yaitu tingkat penguasaan pengetahuan mengenai program dan dapat memberikan informasi terkait pengelolaan kegiatan. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan. a. Rendah (skor <15) b. Sedang (skor 15-17) c. Tinggi (skor >18) 3. Kinerja (X3) 1.) Kinerja rumahtangga adalah kemampuan kerja yang dilakukan oleh anggota rumahtangga sebagai penerima dana SPP. a. Jumlah simpan adalah besarnya dana yang terdapat dalam tabungan yang dimiliki oleh masing- masing peserta. Indikator besarnya dana akan disesuaikan data di lapangan. -Simpanan rendah jika ≤ - ½ sd -Simpanan sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd -Simpanan tinggi jika ≥ x + ½ sd b. Jumlah pinjam adalah besarnya dana yang dipinjam oleh masing- masing peserta. Indikator besarnya dana akan disesuaikan data di lapangan. -Pinjaman rendah jika ≤ - ½ sd -Pinjaman sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd -Pinjaman tinggi jika ≥ x + ½ sd c. Penggunaan pinjaman adalah pemanfaatan dana SPP oleh anggota keluarga yang dipijam oleh peserta.
17
-Rendah apabila dana digunakan untuk keperluan selain modal usaha. -Sedang apabila dana digunakan untuk keperluan modal usaha dan pendidikan serta kesehatan. -Tinggi apabila dana digunakan seluruhnya untuk modal usaha. d. Tingkat pengembalian pinjaman adalah intensitas peserta dalam mengembalikan pinjaman setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan. Rendah (skor <15), Sedang (skor 15-17), Tinggi (skor >18). 2.) Kinerja administrasi adalah kemampuan yang dilakukan kelompok SPP menyangkut administrasi. a. Mutu pembukuan adalah pembukuan yang ada dalam setiap peserta yang nantinya setiap peserta merasakan adanya ketransparanan pembukuan mereka, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam setiap peserta dengan ketua kelompok, dengan indikator penulisan pembayaran iuran, pemasukan, pengeluaran dan jangka waktu pembayaran iuran. -Rendah (skor <15) -Sedang (skor 15-17) -Tinggi (skor >18) b. Mutu manajerial keuangan adalah kemampuan dalam kelompok untuk memajemen keuangan dan pengelolaan uang yang ada di kelompok. -Rendah (skor <15) -Sedang (skor 15-17) -Tinggi (skor >18) 4. Taraf Hidup (Y) a. Peningkatan usaha adalah kondisi usaha rumahtangga setelah mengikuti kelompok SPP. Variabel ini diukur dengan menggunakan lima pertanyaan. - Rendah (skor <15) - Sedang (skor 15-17) - Tinggi (skor >8) b. Tingkat konsumsi rumahtangga adalah rata- rata jenis dan jumlah barang atau pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Pengukuran tingkat konsumsi didasarkan pada jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga responden untuk pemenuhan kebutuhan pangan dalam satu bulan terakhir. -Pengeluaran rendah jika ≤ - ½ sd -Pengeluaran sedang jika x – ½ sd < x < + ½ sd -Pengeluaran tinggi jika ≥ x + ½ sd
19
19
METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai kinerja dan dampak program Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan kinerja dari peserta program Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) kemudian menganalisis hubungan sumberdaya keluarga dan penilaian terhadap pendamping dengan kinerja SPP. Peneliti menggali kinerja dari program tersebut dengan melihat tugas-tugas dari program SPP yaitu dapat dilihat dari kinerja secara rumahtangga dan administrasi keuangannya, kemudian menganalisis dampak dari program tersebut. Dampak yang dimaksud adalah mengetahui tingkat taraf hidup dari rumahtangga yaitu melihat perkembangan usaha dan tingkat pengeluaran atau konsumsi rumahtangga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah survey dan wawancara mendalam kepada peserta dan ketua SPP serta pihak petugas PNPM atau Unit Pengelola Keuangan (UPK) antara lain fasilitator kecamatan dan fasilitator desa. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih pada penelitian ini yaitu di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (puposive) dengan alasan bahwa desa ini memperoleh program SPP yang telah berjalan cukup lama yaitu berdiri pada tahun 2008. Oleh karena itu, kinerja dari peserta tersebut dapat menentukan keberlanjutan dari program. Peneliti melakukan penjajakan ke lokasi penelitian dan penelusuran literatur yang terkait dengan lokasi penelitian. Sasaran penelitian ini adalah peserta program SPP yang dipilih secara acak dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, yaitu terhitung sejak September 2014 sampai dengan Desember 2014 meliputi penyusunan proposal penelitian hingga pelaporan hasil penelitian (Lampiran 2) Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang salah satu anggotanya merupakan peserta dalam program SPP. Populasi sasaran adalah peserta aktif sampai tahun 2014 dengan jumlah seluruh anggota SPP di Desa Wargajaya yaitu 52 peserta yang terbagi menjadi 10 kelompok. Pengambilan sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik cluster random sampling yaitu kelompok dengan membagi kelompok berdasarkan jenis usahanya. Adapun jenis usaha dari kegiatan SPP antara lain perdagangan, home industry, dan jasa. Cara menentukan kerangka sampling pada penelitian ini yaitu secara acak yang diambil sebanyak 30 rumahtangga yang dijadikan responden penelitian. Responden yang diambil sebanyak 30 rumahtangga karena sudah cukup mewakili populasi dan dapat diuji statistik. Berikut adalah uji kelayakan kerangka sampling dengan menggunakan rumus solvin:
20
n = N/(1+ne2) e = 0,1 n= 52/(1+n.0,12) n= 52/(1+52.0,12 ) n=34,21 Hasil tersebut dapat ditentukan jumlah kerangka sampling sebesar 30 rumahtangga. Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan didukung oleh metode kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui pendekatan wawancara dengan panduan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang telah disusun untuk 30 rumahtangga. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan pendekatan wawancara mendalam dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun serta observasi pada kondisi nyata dilapangan. Berikut adalah tabel mengenai metode pengumpulan data. Tabel 3 Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan
Data terkait Desa Wargajaya, Cigudeg Data profil SPP PNPM Kecamatan Cigudeg Literatur yang terkait dengan Kinerja SPP terkait administrasi Data karakteristik responden Data sumberdaya keluarga Data penilaian responden terhadap kemampuan pendamping Data kinerja rumah tangga penerima SPP Data taraf hidup rumah tangga Kendala dalam menjalankan program SPP Kemampuan yang dilakukan pendamping Kondisi rumah dan aset yang dimiliki rumah tangga.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data
Mengkaji dokumen
Sekunder
Wawancara Terstruktur dengan Kuesioner
Primer
Wawancara Mendalam dengan panduan kuesioner
Primer
Observasi Lapang
Primer
21
Informan untuk pengambilan data kualitatif adalah pendamping, yaitu ketua kelompok dan KPMD serta unit pelaksana kegiatan (UPK) PNPM Mandiri Perdesaan. Data primer berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara kuesioner, wawancara mendalam dengan responden dan beberapa informan yang terkait dengan kebutuhan penelitian selama di lapangan. Data primer juga diperoleh melalui studi pustaka dan menganalisis berbagai literatur yang terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh melalui pihak dari Unit Pelaksana Kegiatan (UPK), literatur berbagai buku ataupun jurnal, internet dan sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis data kuantitatif. Data kuantittaif yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diolah dengan mengentri menggunakan Microsoft Excel 2007, kemudian data tersebut diolah per variabel menggunakan cross tab atau uji tabulasi silang. Uji tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Uji statistik untuk mendukung hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji regresi. Uji regresi ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kegiatan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) dan faktor-faktor yang mempengaruhi taraf hidup rumah tangga peserta. Data kualitatif yang didapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi lapang kemudian dianalisis yang digunakan untuk menguatkan data kuantitatif.
22
23
GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Luas wilayah Desa Wargajaya sebesar 772,38 ha dan komoditas utamanya yaitu pertanian. Batas-batas wilayah desa yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Cintamanik. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyuwangi. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cigudeg, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bunar. Apabila dilihat dari kondisi geografis desa ini mempunyai ketinggian tanah dari permukaan laut dengan tinggi 439,9 m. Curah hujan yang dimilki sebesar enam Mm/Th serta kondisi topografinya berbukit. Apabila dilihat dari orbitasi, jarak desa dari pusat kecamatan yaitu 2,5 km. Jarak dari pusat kota atau kabupaten yaitu 45 km. Jarak dari pusat ibu kota Provinsi yaitu 155 km dan jarak dari ibu kota Negara yaitu 90 km. Jumlah penduduk desa ini mencapai 6730 jiwa. Desa ini mempunyai berbagai karakteristik jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, kelompok pendidikan dan kelompok mata pencaharian. Tabel 4
Jumlah penduduk menurut kelompok usia dan pendidikan di Desa Wargajaya tahun 2014 Usia
00-04 Tahun 05-09 Tahun 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun 25- ke atas Total Pendidikan TK/TPA/PAUD SD/MI (Paket A) SMP/SLTP (MTS dan paket B) SMA/SLTA (MA dan paket C) Akademi/D1-D3 Sarjana/S-1 Pendidikan Ponpes Total
Jumlah (jiwa) 851 700 995 609 536 2.582 6.273 40 2.395 292 215 2 9 8 2961
Persentase (%) 13,56 11,15 15,87 9,70 8,55 41,17 100,00 1,35 80,88 9,86 7,26 0,06 0,32 0,27 100,00
Sumber: Data monografi Desa Wargajaya tahun 2014 Berdasarkan Tabel 4, jumlah penduduk berdasarkan usia, paling banyak terdapat pada penduduk usia 25 ke atas dan usia 10-14 tahun yaitu sejumlah 2.582. Hal ini dikarenakan masih banyak orang tua sudah lanjut usia yang tinggal di Desa Wargajaya, kemudian sebagian besar penduduk desa ini setelah lulus sekolah dasar, mereka langsung menikah dan menetap di desa sehingga masih banyak terdapat anak-anak usia remaja. Jumlah penduduk berdasarkan
24
pendidikan, paling banyak yaitu sekolah dasar sejumlah 2.395. Hal ini dikarenakan, sebagian besar dari mereka hanya lulusan sekolah dasar dan hanya sebagian kecil saja jumlah mereka yang melanjutkan sampai sekolah menengah dikarenakan faktor biaya. Meskipun tingkat pendidikan warga masih rendah, namun kesadaran akan pendidikan sudah mulai tinggi untuk melanjutkan ke pendidikan di atas sekolah dasar. Tabel 5
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Wargajaya tahun 2014
Mata Pencaharian PNS PNS POLRI Pensiunan PNS/POLRI/TNI Karyawan swasta Wiraswasta Pedagang Petani dan penggarap Buruh tani dan perkebunan Buruh bangunan Total
Jumlah (jiwa) 12 1 6 122 99 165 1.073 160 46 1684
Persentase (%) 0,71 0,05 0,36 7,25 5,88 9,79 63,72 9,50 2,74 100,00
Sumber: Data monografi Desa Wargajaya tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, paling banyak yaitu petani dan penggarap sejumlah 1.073, karena di desa ini mempunyai lahan dengan karakteristik masih banyak terdapat sawah. Penduduk di desa ini sebagian besar bekerja sebagai buruh petani penggarap, sawah yang mereka garap adalah milik orang lain, karena sedikit dari mereka yang mempunyai lahan sendiri. Gambaran Umum Kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Desa Wargajaya Desa Wargajaya merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Kecamatan Cigudeg. Kelompok SPP Desa Wargajaya berada dibawah pengawasan Unit Pengelola Keuangan (UPK) Kecamatan Cigudeg dan merupakan bagian dari program pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Kelompok SPP yang ada di Desa Wargajaya mempunyai sepuluh kelompok yang masih aktif, masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anggota kelompok dengan satu ketua. Kelompok SPP di Desa Wargajaya dipimpin atau dikendalikan oleh seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) perempuan. Peserta SPP mempunyai jenis usaha yang berbeda dari peserta yang lainnya, antara lain jenis usaha dagang pakaian atau kredit, usaha dagang makanan kecil atau home industry, serta bergerak dalam jenis usaha jasa seperti menyalurkan keahliannya yaitu dengan membuka salon keliling dan rias pengantin. Akan tetapi, kegiatan usaha secara berkelompok belum berjalan,
25
peserta hanya menjalankan usahanya berdasarkan usaha masing-masing individu. Keaktifan kelompok dinilai dari ketepatan mengembalikan pinjaman dan kecepatan melakukan perguliran antar anggota dalam setiap kelompok. Namanama kelompok SPP di Desa Wargajaya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Kelompok SPP di Desa Wargajaya sudah berjalan selama enam tahun yaitu berdiri pada tahun 2008, sehingga pencairan dana juga sudah dilakukan enam kali. Pelaksanaan selama dua tahun dari tahun 2008 sampai 2010, jumlah kelompok yang ada hanya tiga kelompok, karena hanya dilakukan untuk sekedar uji coba kepada masyarakat Desa Wargajaya mengenai kesanggupan membayar cicilan setiap bulan dan perkembangan usahanya. Tahun berikutnya, selalu bertambah kelompok baru yang ikut bergabung, dengan alasan mereka bergabung karena tertarik dengan jumlah dana yang ditawarkan serta dapat menjadi tambahan untuk biaya kehidupan keluarga mereka. Sosialisasi selalu diadakan pada waktu pengajuan proposal yang dibimbing oleh salah satu kader desa dan fasilitator desa dari UPK. Kegiatan sosialisasi tersebut sering disebut juga kegiatan pelatihan SPP yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Adapun pelatihanpelatihan yang sudah dilakukan untuk peserta SPP yang difasilitasi oleh pihak UPK yaitu pelatihan manajemen keuangan, ketrampilan menjahit dan pelatihanpelatihan untuk meningkatkan kreativitas peserta dalam melakukan kegiatan usahanya. Kegiatan SPP yang dilaksanakan di Desa Wargajaya juga memiliki syarat dan ketentuan yang telah di tetapkan. Ketentuan yang diberlakukan ini berguna agar tidak ada penyimpangan dalam pelaksanaanya, dengan dasar ketentuannya adalah kemudahan, terlembagakan, keberdayaan, pengembangan, dan akuntabilitas. Ketentuan dan syarat kegiatan kelompok SPP Desa Wargajaya adalah sebagai berikut: 1) kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling mengenal minimal satu tahun, 2) mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan dan pengeolaan dana simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati, 3) telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota. 4) kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung baik dan 5) mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana. Setiap kelompok harus memiliki anggota yang berpengalaman yang dapat diartikan sudah pernah mengikuti kegiatan SPP di tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk proses penyuluhan atau transfer informasi kepada anggota baru, sehingga pada saatnya nanti anggota baru siap untuk membentuk kelompok simpan pinjam yang baru. Kelompok yang baru terbentuk tersebut biasanya diketuai oleh peserta yang sudah berpengalaman pada tahun sebelumnya. Pembentukan kelompok diawali dengan cara mengajukan proposal kemudian dilaksanakan perguliran kepada masing-masing anggota. pembuatan proposal di Desa Wargajaya dilakukan secara bersama-sama pada saat pelatihan dengan dipandu oleh salah satu KPMD perempuan yang ada di Desa Wargajaya. Berikut mekanisme pencairan dana SPP di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.
26
PROSEDUR PERGULIRAN
PENGORGANISASIAN
BKAD (Keputusan forum MAD) : 1. Ketentuan dan proseur perguliran 2. Menetapkan besaran pagu dan rencana perguliran 3. Menetapkan lembaga pengelola 4. Menetapkan Musyawarah Pendanaan Perguliran
P E R S I A P A N
KELOMPOK
Pengajuan Usulan
UPK
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
TV
MPP
Verifikasi usulan
Evaluasi usulan
UPK
KELOM POK
Pencaira n
Pengembalian Keputusan Pendanaan
PERTANGGUNG JAWABAN
Sumber: PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Cigudeg, Bogor Gambar 2 Bagan sistem perguliran PNPM Mpd Tahap awal dalam pemberian dana, melakukan pengorganisasian terlebih dahulu yaitu membuat kelompok dengan jumlah anggota enam sampai delapan. Setiap anggota berhak mengajukan pendanaan modal kepada kelompoknya, pengajuan oleh anggota ini disesuaikan dengan seberapa besar modal yang akan diajukan dan digunakan untuk apa modal tersebut. Setiap anggota akan membuat proposal pengajuan dana yang selanjutnya akan dikumpulkan oleh ketua kelompok untuk dirangkum sebagai pengajuan dari kelompok. Pengajauan yang dilakukan oleh ketua diserahkan kepada tim verifikasi yaitu Unit Pengelola Keuangan (UPK), kemudian UPK melakukan diskusi. Kegiatan diskusi ini dinamakan dengan Musyawarah Persiapan Pendanaan (MPP). Kegiatan MPP inilah yang sangat menentukan apakah usulan dari kelompok dapat diterma dan dikabulkan, dengan memperhatikan berbagai pertimbangan yang telah ditentukan oleh petugas. Kegiatan MPP dilakukan dengan berbagai tahap yaitu tahap persiapan. Tahap persiapan meliputi pengajuan usulan dari setiap kelompok, kemudian pihak UPK memberikan evaluasi usulan, pihak TV memberikan verifikasi usulan, kemudian berdasarkan hasil MPP, sudah dapat diputuskan pada tahap pencairan dana atau keputusan pendanaan. Penerima dana sudah ditetapkan dan selanjutnya dapat dilakukan proses pencairan. Setiap bulannya peserta wajib melakukan pembayaran cicilan sebesar Rp. 104.000,00 yang sudah termasuk
Pengur us BKAD dan BPUPK
27
bunga dari pinjaman. Pada tahap pengembalian, setelah ketua kelompok berhasil mengumpulkan cicilan dari semua anggotanya, kemudian jumlah uang tersebut dapat disetorkan kepada pihak UPK untuk dilakukan perguliran kepada kelompok lain, serta membuat laporan pertanggungjawaban. Gambaran Umum Responden Gambaran umum yang diuraikan pada bagian ini adalah karakteristik responden terdiri atas usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lamanya mengikuti program SPP. Mengutip pendapat Havighurst (1950) seperti yang dikutip Mugniesyah (2006), usia dewasa dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu dewasa awal (18-29 tahun), dewasa pertengahan (30-50 tahun), dan dewasa tua (50 tahun keatas). Penelitian ini pada awalnya mengacu konsep tersebut, data di lapangan kurang sesuai untuk dicockkan dengan konsep di atas, tetapi karena tidak meratanya sebaran usia responden pada kategori tersebut maka penentuan kategori umur dilakukan secara emic. Umur dibagi menjadi dewasa muda untuk responden berusia kurang dari 25, dewasa menengah usia antara 26 sampai 40, lebih dari 40 adalah dewasa tua. Pendidikan formal responden yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP dan tamat SMA. Responden dengan kategori rendah tidak tamat SD dan tamat SD, kategori menengah tamat SMP, dan kategori tinggi adalah tamat SMA. Tingkat pekerjaan responden dibagi menjadi petani, buruh, swasta, dan ibu rumahtangga. Lamanya mengikuti program SPP adalah jangka waktu dalam tahunan responden sebagai peserta SPP. Berikut adalah tabel mengenai karakteristik responden Tabel 6
Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik responden peserta SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Karakteristik responden
Usia
Kategori Dewasa muda (< 25 tahun) Dewasa pertengahan (25- 40 tahun) Dewasa tua (>40 tahun)
Peserta SPP Jumlah (Orang) 2 18
60,00
10
33,33
Rendah (Tidak tamat SDTamat SD) Menengah (SMP) Tinggi (SMA)
15
100,00 50,00
Petani Buruh Swasta Ibu Rumahtangga
5 1 3 20
Rendah (1-2 tahun) Sedang (3-4 tahun) Tinggi (5-6 tahun)
8 12 10
Total Tingkat pendidikan
12 3
Total Tingkat pekerjaan
Total Lama mengikuti program SPP Total
Pesentase (%) 6,66
40,00 10,00 100,00 16,66 3,33 10,00 66.66 100,00 26,66 40,00 33,33 100,00
28
Gambaran Umum Sumberdaya Keluarga Sumberdaya keluarga merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi dalam kinerja program SPP, karena faktor ini berasal dari dalam rumahtangga itu sendiri yang melihat bagaimana mengerjakan tugas yang seharusnya dalam program SPP. Faktor-faktor ini meliputi jumlah anggota dalam rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga yang berusia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatannya dari setiap rumahtangga. Sumberdaya keluarga diukur meliputi semua jumlah anggota keluarga yang masih tinggal di rumah dan menjadi tanggungan keluarga tersebut, karena akan berpengaruh pada penggunaan dana pinjaman SPP. Jumlah anggota dalam setiap keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang memanfaatkan dana SPP. Anggota tersebut terdiri dari suami, istri, anak maupun orang tua dalam keluarga tersebut. Berikut adalah gambar diagram lingkaran yang menjelaskan mengenai persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota dalam setiap rumahtangga pada program SPP.
Gambar 3
Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota rumahtangga peserta program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Berdasarkan Gambar 3, jumlah anggota rumahtangga pada responden sebanyak dua sampai tujuh anggota. Grafik di atas menyatakan bahwa yang memiliki anggota dua orang sebanyak 17%, anggota dengan jumlah tiga orang sebanyak 13%, anggota dengan jumlah empat orang sebanyak 44%, anggota dengan jumlah lima orang sebanyak 20%, anggota dengan jumlah enam orang sebanyak 3% dan anggota dengan jumlah tujuh orang sebanyak 3%. Jumlah anggota rumah tangga terbanyak yaitu terdapat pada jumlah empat anggota sebanyak 44% dari 30 responden. Jumlah empat orang tersebut terdiri dari suami, istri dan dua orang anak. Usia produktif merupakan usia yang seharusnya orang tersebut sudah berpenghasilan atau memiliki pekerjaan. Menurut departemen ketenagakerjaan RI, usia produktif berkisar 15 tahun ke atas. Setiap rumahtangga biasanya terdapat usia produktif hanya terdiri dari suami dan istri, atau hanya suaminya saja yang
29
bekerja. Berikut adalah gambar diagram lingkaran yang menjelaskan mengenai persentase rumahtangga responden menurut jumlah usia produktif rumahtangga pada program SPP.
Gambar 4
Persentase rumahtangga responden menurut jumlah anggota rumahtangga yang mencapai usia produktif pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Berdasarkan Gambar 4, setiap rumahtangga terdapat dua sampai lima anggota dengan usia produktif. Usia produktif dengan jumlah dua orang dalam rumahtangga sebanyak 67%, usia produktif dengan jumlah tiga orang sebanyak 20%, usia produktif dengan jumlah empat orang sebanyak 10%, usia produktif dengan jumlah lima orang sebanyak 3%. Jumlah paling banyak setiap rumah tangga dengan usia produktif yaitu sebanyak dua orang yang hanya terdiri dari suami dan istri dengan membangun sebuah usaha yang ditekuni sendiri. Kondisi di lapang ditemukan bahwa terdapat rumahtangga yang sudah berada pada usia produktif, namun belum bekerja sehingga masih ikut memanfaatkan dana SPP bersama orang tuanya. Saat di lapang juga ditemukan bahwa apabila suami dan istri tidak bisa membayar cicilan dana, maka anak yang bekerja sering membantu membayar cicilan. Tingkat pendidikan digolongkan dari tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, dan tamat SMA. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam pengelolaan penggunaan dana SPP dikarenakan ketrampilan yang dimiliki pada setiap individu berbeda, berdasarkan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh selama pendidikannya. Berikut adalah diagram lingkaran yang menjelaskan mengenai persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendidikan rumahtangga peserta program SPP.
30
Gambar 5
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendidikan rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Berdasarkan Gambar 5, rata-rata rumahtangga dengan tingkat pendiidkan tidak tamat SD sebanyak 3%, tamat SD sebanyak 60%, tamat SMP sebanyak 17% dan tamat SMA sebanyak 20%. Tingkat pendidikan rata-rata anggota rumahtangga dengan jumlah persen terbanyak yaitu tamat SD sebanyak 60% dari 30 responden. Kondisi di lapang ditemukan bahwa ibu rumahtangga dengan tamat pendidikan SMA lebih bisa memanajemen penggunaan dana untuk mengembangakan keperluan usahanya. Responden mempunyai rata-rata anggota suami dan istri dengan tamat SD sedangkan anak dengan tamat SMP kemudian mereka bekerja. Tingkat pendapatan dihitung dengan memakai kurva sebaran normal yang dihitung menggunakan analisis untuk menentukan batas atas dan batas bawah sehingga dapat dihasilkan data dengan pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Berikut adalah grafik mengenai persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendapatan rata-rata pada program SPP.
Gambar 6
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat pendapatan rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
31
Berdasarkan Gambar 6, dihasilkan rata-rata jumlah pendapatan setiap rumahtangga pada golongan bawah mempunyai kisaran satu juta sejumlah 33,55%, kemudian pada golongan menengah sebesar 43,45% mempunyai kisaran tiga juta, sedangkan pada golongan tinggi sebesar 23,00% mempunyai kisaran enam juta. Pendapatan tersebut sudah ditotal dari seluruh anggota keluarga yang mempunyai usia produktif dan menghasilkan pendapatan tiap bulannya. Pendapatan rendah adalah rumah tangga yang tergolong mempunyai pekerjaan tidak tetap seperti serabutan, buruh bangunan karena kadang bekerja kadang tidak bekerja. Pendapatan sedang adalah anggota rumahtangga dengan pekerjaan sebagai sopir, dan buruh tani, sedangkan anggota rumahtangga dengan pendapatan tinggi adalah anggota rumahtangga dengan status pekerjaan mempunyai usaha tergolong skala besar seperti toko dan perantauan ke luar kota. Tingkat pendapatan responden SPP Desa Wargajaya sebagian besar tergolong tingkat atas, dan paling banyak kedua adalah golongan menengah serta dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu pada golongan menengah kebawah. Pendampingan Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya Pendamping dalam program SPP adalah fasilitator kecamatan, fasilitator desa dan pihak kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) perempuan yang bertugas memantau kegiatan SPP. Petugas tersebut mempunyai peranannya masing-masing dalam pelaksanaan pendampingan peserta kelompok SPP. Fasilitator kecamatan bertugas memantau kegiatan SPP, namun tidak secara langsung berada di lapangan, tetapi berada di kecamatan dan memantau pihak UPK dengan melakukan berbagai evaluasi mengenai program tersebut. Fasilitator desa bertugas mengecek situasi di lapangan, melakukan kegiatan survei mengenai usaha apa yang dikembangkan peserta SPP. Fasilitator desa biasanya melakukan kunjungan ke desa pada saat proses verifikasi dan pencairan dana. KPMD perempuan atau kader merupakan seseorang yang secara sukarela bisa meluangkan waktunya dan sudah dipercaya oleh pihak fasilitator desa bahwa dia mempunyai kemampuan untuk memantau secara langsung mengenai perkembangan kegiatan SPP. KPMD ini adalah masyarakat lokal di desa penerima program SPP, sehingga dapat secara langsung setiap minggu berinteraksi dengan masing-masing peserta. Pemantauan tersebut meliputi perkembangan usaha, ketepatan waktu pada saat pembayaran cicilan dan mengawasi terjadinya kredit macet. Suatu program pemberdayaan masyarakat khususnya program SPP, pendamping menjalankan perannya masing-masing. Dalam hal ini, peserta dapat memberikan penilaian mengenai peran pendamping yang dibagi menjadi tiga kemampuan, meliputi kemampuan pendamping dalam memfasilitasi, kemampuan pendamping dalam memberikan motivasi dan kemampuan pendamping dalam memberikan informasi atau menajdi informan bagi peserta SPP. Berikut adalah tabel penilaian peserta terhadap kemampuan pendamping yang dilihat dari kemampuan memfasilitasi, memotivasi dan sumber informasi:
32
Tabel 7
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap pendamping dalam memfasilitasi, memotivasi dan sumber informasi pada program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Penilaian terhadap pendamping Rendah Sedang Tinggi Total
Memfasilitasi n 6 20 4 30
% 20,00 66,67 13,33 100,00
Memotivasi n 5 16 9 30
% 16,67 53,33 30,00 100,00
Sumber informasi n % 6 20,00 10 33,34 14 46,66 2 100,00
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh hasil penilaian terhadap pendamping dalam kemampuan memfasilitasi termasuk dalam kategori sedang, kemampuan memotivasi termasuk dalam kategori sedang dan kemampuan menjadi sumber informasi termasuk dalam kategori tinggi. Berikut adalah penjabaran dari masingmasing penilaian terhadap pendampingan tersebut. Penilaian terhadap Kemampuan Memfasilitasi Kemampuan memfasilitasi merupakan peran pendamping dalam memberikan pelayanan fasilitas selama berjalannya kegiatan SPP mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai mengevaluasi. Penilaian peserta terhadap pendamping dalam memberikan fasilitas masih dinilai sedang. Peserta menganggap bahwa pendamping jarang berkunjung ke masing-masing peserta dan memantau perkembangan usaha peserta. Salah satu responden menyatakan bahwa dia tidak mengenal petugas dari UPK. Pihak UPK hanya datang selama satu tahun sekali pada saat pencairan dana, dan verifikasi namun tidak semua satu per satu rumah dikunjungi untuk melakukan kegiatan survei. Petugas UPK hanya sekedar berinteraksi dengan KPMD dan ketua untuk melakukan koordinasi. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan seharusnya kurang lebih tiga bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya responden mengaku bahwa dia hanya mengikuti pelatihan sekali mengenai pengelolaan keungannya. Responden menyatakan bahwa kegiatan pelatihan sangat penting untuk dilaksanakan, karena dari forum kegiatan tersebut, mereka dapat berinteraksi dengan sesama anggota dan pendamping sehingga dapat menyatakan kendala-kendala dalam menghadapi pembayaran cicilan. Pelatihan yang sudah dilakukan juga dapat berisi mengenai ketrampilan menjahit, dan cara memasarkan atau mengembangkan usaha peserta sesuai dengan usahanya masing-masing. Penilaian terhadap Kemampuan Memotivasi Kemampuan memotivasi merupakan peran pendamping dalam memberikan motivasi pada saat mengikuti program SPP. Pendamping menjalankan perannya agar muncul motivasi pada orang lain untuk melaksanakan tugasnya dengan cara memberikan penerangan secara persuasi. Pendamping yang bertugas memotivasi sering pada petugas KPMD karena selalu berada di lapang untuk membantu tugas fasilitator desa. Penilaian peserta terhadap kemampuan
33
memotivasi sudah cukup tinggi, mereka menyatakan bahwa pihak KPMD sering berkunjung melihat perkembangan usahanya dan memberikan dorongan semangat kepada peserta yang mengalami penurunan semangat dalam menjalankan usahanya. Pada saat pertemuan pencairan dana, sering pihak fasilitator desa memberikan bimbingan agar usahanya terus dilanjutkan dan menjanjikan akan mendapatkan reward apabila pengembalian cicilan tepat waktu dan memiliki keuntungan yang cukup besar. Hal ini membuat peserta SPP memiliki semangat yang tinggi dalam menjalankan kegiatan simpan pinjamnya. Selain itu, agar peserta memiliki semangat, pihak pendamping memberikan kegiatan lomba yang dijalankan antar kelompok yaitu mendirikan usaha kelompok, sehingga keuntungan tersebut bisa dimasukkan ke dalam jumlah simpanan kelompok dan anggota lebih merasakan manfaat dana tersebut. Responden juga menyatakan apabila terdapat anggota yang tidak bisa membayar tepat waktu sering dibantu oleh ketua untuk menutupi kekurangan dana cicilan, sehingga tidak terjadi kredit macet. Dalam hal ini, solidaritas kelompok juga terjadi dalam setiap kelompok dengan cara saling membantu kendala yang dihadapi peserta. Penilaian terhadap Kemampuan menjadi Sumber Informasi Kemampuan dalam menjadi sumber informasi, merupakan peran pendamping dalam memberikan informasi kepada peserta SPP. Informasi yang dimaksud yaitu mengenai kegiatan dan tata cara pelaksanaan SPP. Penilaian peserta terhadap pendampimg dalam kemampuan menjadi informan sudah cukup baik. Responden mendapatkan informasi secara mendetail, kemudian penyebaran informasinya merata dari setiap peserta ke peserta yang lain. Responden juga mengaku bahwa penyampaian informasi yang diberikan oleh pendamping sudah cukup jelas, bisa diterima dari pihak peserta. Pendamping selalu menerima dan menampung aspirasi dari peserta dengan mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan peserta dengan seksama dan menguasai informasi kegiatan SPP. Salah satu responden menyatakan bahwa pada saat peserta mengalami kendala dalam hal usahanya, maka pendamping selalu memberikan solusi agar kegiatan usahanya dapat berkembang lagi. Pendamping yang sering menjadi informan dalam hal ini adalah pihak KPMD, setiap minggunya berkeliling ke kelompok-kelompok dari semua Desa Wargajaya. Pemantauan ini dilakukan selain untuk menagih cicilan, tetapi melihat juga perkembangan usaha serta memberikan sejumlah informasiinformasi penting terkait akan diadakannya pelatihan dan pemberian reward bagi kelompok yang aktif.
34
35
KINERJA PROGRAM SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN Kinerja merupakan tugas-tugas yang menyangkut pada program SPP yang seharusnya dikerjakan. Pada bab ini, kinerja dalam program SPP yang akan dibahas meliputi kinerja rumah tangga dan kinerja apabila dilihat dari administrasinya. Kinerja rumah tangga dan kinerja administrasi ini kemudian akan dilihat juga perbandingannya dari jenis usaha yaitu jenis usaha dagang, jenis usaha home industry dan jenis usaha jasa. Jenis usaha dagang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, meliputi kredit pakaian, usaha warung sembako dan toko. Jenis usaha home industry merupakan usaha yang dalam bidang berdagang makanan-makanan kecil hasil karya sendiri seperi kue, gorengan dan makanan lainnya. Jenis usaha jasa merupakan usaha yang bergerak dalam bidang seperti salon keliling, rias dan bengkel motor. Kinerja Rumahtangga Kinerja rumahtangga adalah kinerja yang cara kerjanya termasuk ke dalam tugas-tugas rumah tangga yaing meliputi banyaknya jumlah simpanan, banyaknya jumlah pinjaman, pemanfaatan dana serta tingkat pengembalian pinjaman atau cicilan. Kinerja dalam hal ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam rumahtangga menyangkut tugas-tugas kelompok SPP. Berikut adalah jumlah dan persentase responden tentang kinerja rumah tangga pogram SPP. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Kinerja rumahtangga Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 14 16 0 30
Persentase (%) 46,66 53,34 0,00 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa kinerja rumahtangga digolongkan ke dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Kinerja rumah tangga rendah dengan jumlah sebanyak empat belas responden, kategori sedang dengan jumlah sebanyak enam belas responden, namun kategori tinggi dengan skor 0. Kinerja rumah tangga dalam program termasuk ke dalam kategori sedang. Responden menyatakan bahwa dalam pemanfaatan dana digunakan tidak untuk keperluan usaha, namun untuk keperluan konsumsi. Responden menggunakan keperluan konsumsi karena kebutuhan akan biaya hidup yaitu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Berikut adalah penjabaran masing-masing kinerja yang termasuk dalam kinerja rumah tangga. Jumlah Simpanan Jumlah simpanan merupakan besarnya dana yang disimpan pada tabungan kelompok yang dihitung tiap peserta. Besarnya jumlah simpanan tergantung pada
36
jangka waktu mengikuti program SPP. Simpanan dalam kelompok ini dapat digunakan sebagai tabungan yang nanti bisa dimanfaatkan apabila ada anggota yang tidak bisa membayar pada waktu yang tepat. Pada responden dengan jenis usaha dagang besarnya simpanan rata-rata menyatakan sebesar Rp. 250.00,00 setiap tahun. Responden tersebut sudah bergabung selama satu sampai empat tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu selama tiga tahun. Pada responden dengan jenis usaha home industry besarnya simpanan rata-rata menyatakan sebesar Rp. 240.000,00 setiap tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu satu dan tiga tahun. Pada responden dengan usaha jasa, besarnya simpanan rata- rata menyatakan sebesar Rp. 250.000,00 setiap tahun. Responden terbanyak dengan lama waktu bergabung yaitu selama satu tahun dan empat tahun. jumlah simpanan dari keseluruhan jenis usaha dagang, home industry dan jasa rata-rata diatas Rp. 200.000,00. Dana simpanan sebesar Rp. 200.000,00 merupakan simpanan bagi peminjam yang sudah berada pada kelompok SPP selama dua tahun. Jumlah Pinjaman Jumlah pinjaman merupakan sisa dari hasil simpanan tiap anggota SPP yang dihitung selama satu kali pinjaman yaitu setiap satu tahun. Semakin lama waktu bergabung, maka semakin banyak dana yang dipinjamkan kepada anggota, misalnya dalam tahun pertama mendapatkan pinjaman sebesar satu juta, maka tahun berikutnya akan meningkat pinjamannya sebesar dua juta. Apabila dalam suatu kelompok tidak mengalami kredit macet, maka pinjaman akan terus meningkat dan semakin menguntungkan kelompoknya. Pada responden dengan jenis usaha dagang, mempunyai rata-rata jumlah pinjaman sebesar Rp. 2.250.000,00 tiap peserta selama satu tahun, responden dengan jenis usaha home industry mempunyai rata-rata jumlah dalam meminjam dana sebesar Rp. 2.160.000,00 tiap peserta dalam satu tahun, sedangkan responden dengan jenis usaha jasa mempunyai jumlah pinjaman sebesar Rp. 2.250.000,00 setiap peserta dalam satu tahun. jumlah pinjaman dari semua jenis usaha yang dikelompokkan tersebut, rata-rata setiap peserta telah mengalami perguliran dana sebanyak dua kali berturut-turut tanpa mengalami kredit macet. Penggunaan atau Pemanfaatan Dana Penggunaan atau pemanfaatan dana adalah cara responden mengalokasikan dana SPP yang digunakan untuk berbagai keperluan. Keperluan tersebut dapat digunakan untuk modal usaha, untuk keperluan pendidikan, untuk keperluan kesehatan dan digunakan untuk keperluan sehari-hari atau konsumsi. Dana SPP tersebut sebenarnya telah dijelaskan kegunaannya pada saat sosialiasi yaitu untuk penambahan modal usaha. Akan tetapi, karena berbagai kebutuhan yang semakin banyak dan jumlah anggota keluarga semakin banyak, maka responden banyak yang menyatakan bahwa dana tersebut digunakan sebagian besar untuk keperluan konsumsi atau agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Berikut adalah rincian penggunaan dana SPP.
37
Tabel 9
Persentase penggunaan dana SPP menurut jenis usaha SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Penggunaan dana Modal Usaha Pendidikan Kesehatan Konsumsi Total
Dagang (%) 20,00 10,00 0 70,00 100,00
Jenis usaha Home industry (%) 10,00 40,00 0 50,00 100,00
Jasa (%) 45,50 0 0 54,50 100,00
Tabel 9 menunjukkan bahwa penggunaan dana tidak sepenuhnya digunakan untuk modal usaha, melainkan juga digunakan untuk keperluan pendidikan anak, kesehatan dan konsumsi. Pada jenis usaha dagang, responden menggunakan dana untuk modal usaha sebanyak sepuluh responden, namun tidak seluruhnya. Rata-rata penggunaan modal usaha sebesar Rp.1.560.000,00. Dana tersebut merupakan 20 % dari total jumlah pinjaman responden. Keperluan untuk biaya pendidikan juga digunakan yaitu sebesar Rp.400.000,00, dana tersebut juga merupakan 10 % dari sisa penggunaan usaha. Data di lapang menemukan satu rumahtangga yang memanfaatkan dananya untuk keperluan pendidikan. Keperluan konsumsi juga digunakan yaitu dengan rata-rata sebesar Rp.1.600.00,00, dana tersebut merupakan 70 % dari total jumlah pinjaman. Data di lapang menemukan tiga rumahtangga yang memanfaatkan dananya untuk keperluan konsumsi. Pada jenis usaha home industry, responden juga menggunakan dananya untuk keperluan modal usaha, pendidikan dan konsumsi. Keperluan modal usaha dengan rata-rata sebesar Rp. 912.000,00, data di lapang menemukan sembilan orang yang memanfaatkan dananya untuk keperluan modal usaha. Keperluan untuk pendidikan rata-rata sebesar Rp. 200.000,00, di lapangan menemukan satu rumahtangga yang memanfaatkan dana untuk keperluan pendidikan. Keperluan konsumsi digunakan rata-rata sebesar Rp. 1.885.714,00, data di lapang menemukan tujuh rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Pada jenis usaha jasa, responden hanya menggunakan untuk keperluan modal usaha dan konsumsi. Keperluan modal usaha digunakan dengan rata-rata sebesar Rp. 2.100.000,00, data di lapang menemukan enam rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan modal usaha. Keperluan konsumsi digunakan dengan rata-rata sebesar Rp. 2.250.000,00, data di lapang menemukan sebannyak empat rumahtangga menggunakan dananya untuk keperluan konsumsi. Seluruh dana yang dipinjam sebagian besar sudah digunakan untuk keperluan usaha, namun hanya sekitar 30 % dari totalnya. Dana tersebut sebagian besar masih dialokasikan untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Berbagai responden mengaku bahwa pemanfaatan dana tidak dilakukan semestinya untuk kegiatan usaha tapi untuk keperluan sehari-hari, seperti yang diungkapkan oleh responden (AH, 40 tahun)
38
“Saya tidak mempunyai usaha, buat makan aja pas-pasan. Dananya buat tambahan makan saja, cucu juga masih banyak yang tinggal disini jadi kebutuhan juga banyak, yang penting kalau tanggalnya bayar ya saya bayar”. Berdasarkan penuturan responden di atas, hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan dana SPP lebih besar digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup daripada menggunakan untuk modal usaha, karena banyaknya kebutuhan yang semakin meningkat. Tingkat Pengembalian Pinjaman Pengembalian pinjaman pada peserta program SPP dilakukan selama satu bulan sekali sebesar Rp.104.000,00 dengan angsuran dibayar selama dua belas bulan. Jumlah cicilan tersebut sudah termasuk bunga pinjaman. Tingkat pengembalian pinjaman pada peserta SPP diukur dengan melihat kendala-kendala dalam pembayaran cicilan, tanggung jawab peserta dalam membayar cicilan, terjadinya kredit macet dalam kelompok, ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran dan seringnya petugas menagih angsuran tersebut. Berikut pemaparan hasil tingkat pengembalian pinjaman. Tabel 10
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengembalian pinjaman dana program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
. Tingkat pengembalian pinjaman Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 2 23 5 30
Persentase (%) 6,70 76,70 16,60 100,00
Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian pinjaman yang dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Hasil tersebut menyatakan bahwa tingkat pengembalian pinjaman masih dikatakan cukup baik yaitu berada pada kategori sedang. Responden menyatakan bahwa kendala yang dihadapi saat membayar cicilan adalah tidak bisa menyisihkan uangnya untuk membayar cicilan, dikarenakan banyaknya kebutuhan, namun hal tersebut bisa diatasi dengan iuran dari anggota kelompoknya untuk menutup kekurangan dana tersebut sehingga tidak terjadi kredit macet yang akan menghambat kinerja dalam kelompok tersebut, kemudian berdampak pada anggota yang lain. Oleh karena itu, petugas KPMD di desa Wargajaya sering mengunjungi tiap kelompok untuk memantau perkembangan usaha anggotanya serta menagih cicilan. Rasa tanggung jawab responden untuk membayar cicilan masih terdapatnya peserta yang tidak menepati janjinya untuk membayar. Hal ini diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok yang menyatakan bahwa selama tiga bulan berturut-urut dia selalu menutup kekurangan cicilan dari salah satu anggota. Pengalaman ini membuat ketua kelompok tidak sanggup lagi untuk menjadi ketua, karena merasa rugi sedangkan yang dibantu kurang peduli dengan hutang-hutangnya. Ketepatan waktu dalam membayar dilakukan setiap tanggal sepuluh, namun seringnya
39
petugas memberikan batas waktu dua sampai tiga hari sejak tanggal waktu pembayaran untuk melunasinya. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan sistem anggota membayar secara langsung kepada ketua, selanjutnya ketua menyetorkan kepada KPMD kemudian KPMD menyetorkan kepada pihak UPK. Akan tetapi agar pengembalian bisa berlangsung tepat waktu, seringnya pihak KPMD bergerak untuk menagih angsuran ke tiap kelompok dalam satu desa. Pengembalian pinjaman terkadang masih terdapat kelompok yang susah untuk membayar sehingga dari pihak ketua kelompok langsung turun tangan untuk memberikan solusi. Kesulitan tersebut akan berdampak pada suatu kasus yang dinamakan kredit macet dalam kelompok sehingga akan mengakibatkan anggota kelompok yang lain tidak akan menerima dana perguliran selanjutnya. Kasus demikian biasanya ketua secara langsung mengeluarkan anggota yang tidak bertanggungjawab dalam pembayaran cicilan akan dikeluarkan dari kelompok, seperti yang dinyatakan oleh salah satu ketua kelompok adalah sebagai berikut (SS, 37 tahun): “anggota kelompok saya yang susah sekali membayar cicilan tiap bulan. Tapi lama-kelamaan terus mengandalkan saya, kebutuhan keluarga saya jadi semakin kekurangan karena sering meminjamkan uang kepada anggota lain untuk membayar cicilan, tetapi orangnya tidak tanggung jawab dan tidak mau tau. Akhirnya dengan terpaksa saya sudah tidak mau meminjamkan uang perguliran selanjutnya kepada dia yang artinya saya mengeluarkan anggota tersebut dari kelompok daripada menghambat jalannya perguliran dan makan ati terus jadi ribut” Berdasarkan penuturan responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa pada saat mengalami kendala dalam pembayaran cicilan, maka ketua kelompok akan bertindak untuk mencari solusi agar dapat menutupi kekurangan cicilan. Tetapi apabila anggota sudah tidak mampu untuk membayar maka ketua kelompok akan mengeluarkan anggota dari kelompok SPP tersebut. Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Rumahtangga Jenis usaha yang ada di kelompok SPP Desa Wargajaya dibagi menjadi tiga yaitu usaha dagang, home industry, dan jasa. Masing-masing jenis usaha tersebut akan dilihat perbandingannya berdasarkan kinerja rumahtangga. Tabel 11
Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Kinerja rumahtangga Rendah Sedang Tinggi Total
Dagang n 3 6 1 10
% 30,00 60,00 10,00 100,00
Home industry n % 4 40,00 6 60,00 0 0 10 100,00
Jasa n 3 7 0 10
% 30,00 70,00 0 100,00
40
Tabel 11 menunjukkan bahwa kinerja rumahtangga dapat dilihat dari jumlah simpanan, jumlah yang dipinjam dan penggunaan pinjaman. Perbandingan berdasarkan jenis usaha, apabila usaha dagang memiliki frekuensi terbanyak yaitu dengan kategori sedang sebanyak enam atau 60,00%, kemudian usaha home industry memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang sebanyak enam atau 60,00% dan jenis usaha jasa memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang yaitu sebanyak tujuh atau 70,00%, Ketiga jenis usaha tersebut memiliki kinerja yang sama-sama berada pada tingkat yang sedang. Kinerja rumahtangga pada jenis usaha dagang adalah peserta yang mempunyai usaha kredit pakaian, mendirikan toko dengan skala besar, serta dagang di pasar. Peserta mempunyai jumlah simpanan pada tingkat rendah karena peserta masih mengikuti program SPP kurang dari empat tahun, sehingga jumlah simpanan yang mereka punya rata-rata diatas Rp.200.000,00, sedangkan jumlah pinjaman peserta merupakan sisa dari jumlah simpanan yaitu dana yang ada di tangan peserta diatas Rp. 2.000.000,00. Rumahtangga pada jenis usaha dagang menggunakan uangnya untuk modal usaha rata-rata sebesar 50,00% saja. Salah satu responden juga mengaku bahwa pada daftar tercatat jenis usaha yang digarap adalah berdagang, namun sepenuhnya tidak benar karena pada kenyataannya mereka menggunakan dana mereka untuk keperluan konsumsi sehari- hari untuk menutupi pembayaran hutang, namun terdapat peserta yang sangat menekuni usahanya artinya dana yang SPP hanya digunakan untuk keperluan modal usahanya yang sebagian besar sudah menjalani usaha sejak sebelum bergabung dengan program SPP. Oleh karena itu, dana tersebut menjadi modal tambahan bagi usahanya. Pada tingkat pengembalian peserta usaha dagang, responden mengaku selalu tepat waktu dalam membayar dan bisa menyisahkan uang hasil keuntungan untuk ditabung. Kinerja rumahtangga pada jenis usaha home industry adalah peserta yang mempunyai jenis usaha makanan-makanan kecil yang dibuat secara pribadi misalnya gorengan, kue-kue, dan dagang es keliling. Peserta mempunyai jumlah simpanan sama seperti dengan jenis usaha dagang diatas Rp. 200.000,00, sedangkan jumlah pinjaman mereka kurang lebih diatas dua tahun dan kurang dari tiga tahun, terdapat perbedaan dari jenis usaha dagang. Usaha home industry ini merupakan usaha baru, karena peserta terpaksa menekuni usahanya dengan cara berdagang keliling karena tuntutan menggunakan uangnya sebagai modal usaha. Sebagai contohnya pedangan gorengan, pada saat belum mengikuti SPP peserta belum mempunyai usaha apapun sehingga saat mendapatkan dana SPP peserta mempunyai inisiatif untuk berjualan gorengan keliling setiap siang hari. Sebagian besar dari peserta jenis usaha home industry ini menggunakan uang untuk modal usaha, disini mereka berusaha menekuni usahanya dan hanya sedikit dana mereka untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan jenis usaha dagang. Tingkat pengembalian pinjaman sering dibantu oleh anggota keluarga yang lain mislanya dari pihak suami, karena sebagian besar dari mereka kurang bisa menyisihkan keuntungan untuk membayar cicilan dan sering melampaui batas waktu pembayaran ke pihak ketua SPP. Jenis usaha jasa adalah peserta yang menekuni usaha seperti mengaplikasikan keahlian mereka yaitu salon keliling, merias, membuka usaha bengkel dan usaha penyewaan ojek motor. Jumlah simpan rata-rata diatas Rp. 200.000,00 begitupun dengan jumlah yang dipinjam sebesar lama waktu hanya
41
dua tahun sekitar Rp.2.000.000,00. Usaha jenis jasa menggunakan uangnya untuk menambah modal usaha seperti jasa penyewaan ojek motor, sering menyisihkan uangnya untuk kebutuhan perbaikan dan service motor. Tingkat pengembalian pinjaman mereka dapat menyisahkan uang keuntungan mereka untuk membayar cicilan dan melakukan pembayaran secara tepat waktu. Ketiga jenis usaha yang ada pada program SPP desa Wargajaya mempunyai tingkat kinerja rumahtangga masih dikatakan sedang artinya cukup baik. Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Rumahtangga SPP Sumberdaya keluarga merupakan faktor internal dari peserta SPP. Sumberdaya keluaraga tersebut terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Hubungan sumberdaya keluarga dengan kinerja rumahtangga dapat dijelaskan menggunakan analisis tabulasi silang yang dinyatakan sebagai berikut. Tabel 12
Jumlah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dengan kinerja rumah tangga program SPP di Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat kinerja rumahtangga SPP Rendah Sedang Tinggi Total
Sumberdaya keluarga Rendah Sedang n % n % 6 42,85 2 38,89 7 50,00 10 55,56 1 7,15 1 5,55 14 100,00 13 100,00
Tinggi n % 2 66,67 1 33,33 0 0 3 100
Tabel 12 menunjukkan bahwa variabel bebas adalah sumberdaya keluarga yang terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan. Variabel terikat adalah tingkat kinerja rumahtangga yang terdiri dari jumlah simpan, jumlah pinjam, penggunaan pinjaman dan tingkat pengembalian pinjaman. Sumberdaya keluarga dan tingkat kienrja rumahtangga mempunyai hubungan yaitu pada saat bernilai sedang, karena apabila dilihat dari kinerja rumahtangga, program SPP belum mencapai kinerja yang tinggi. Variabel yang berhubungan dengan tingkat kinerja rumahtangga yaitu jumlah anggota pada keluarga, karena pada saat jumlah anggotanya sedikit maka akan berpengaruh pada penggunaan dananya. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka pemanfaatan dana yang digunakan untuk konsumsi juga akan semakin kecil, sehingga peserta tidak mempunyai alasan untuk menggunakan dana sebagai kebutuhan sehari-hari dengan alasan banyaknya anggota keluarga. Variabel yang berhubungan selanjutnya yaitu jumlah pinjaman yang diberikan. Apabila jumlah pinjaman kecil maka akan berdampak pada kinerja dalam tingkat pengembaliannya. Peserta mengaku bahwa dana yang digunakan untuk modal secara keseluruhan maka mereka tidak bisa menyisihkan uangnya untuk membayar cicilan. Variabel tingkat pendapatan tidak terlalu berhubungan dengan kinerja, karena bergantung pada rumahtangga dalam cara mengelola uang.
42
Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja Rumahtangga SPP Kemampuan pendamping mencakup kemampuan memfasilitasi, kemampuan memotivasi dan kemampuan menjadi sumber informasi. Berikut adalah tabel jumlah dan persentase responden tentang penilaian terhadap pendamping dengan kinerja rumahtangga SPP. Tabel 13
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian pendamping dengan kinerja rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat kinerja rumahtangga SPP Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat penilaian pendamping Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 4 80,00 1 11,11 5 31,25 1 20,00 7 77,78 10 62,50 0 0 1 11,11 1 6,25 10 100,00 18 100,00 2 100,00
Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat penilaian pendampingan merupakan variabel bebas dan tingkat kinerja rumahtangga merupakan variabel terikat. Tingkat penilaian pendampingan sendiri terdiri dari beberapa sub variabel yaitu penilaian terhadap pendamping dalam kemampuan memfasilitasi, penilaian terhadap pendamping dalam kemampuan memotivasi dan penilaian terhadap pendamping dalam menjadi sumber informasi. Tingkat kinerja rumahtangga mempunyai komponen yaitu jumlah simpan, jumlah pinjam, pemanfaatan dana serta tingkat pengembalian pinjaman. Tingkat penilaian terhadap pendamping dengan tingkat kinerja rumahtangga mempunyai hubungan pada saat berada dalam kategori sedang karena berdasarkan temuan di lapangan bahwa tingkat penilaian pendamping belum mencapai pada kategori penilaian yang tinggi. apabila pendampingan sudah mencapai dalam kategori tinggi, kinerja tetap rendah karena kinerja peserta tersebut tidak dipengaruhi oleh pendamping, melainkan dipengaruhi oleh sumberdaya keluarganya. Kinerja Administrasi Kinerja administrasi yang akan dibahas dalam bab ini adalah kinerja yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut administrasi antara lain mutu pembukuan atau tingkat ketransparan pembukuan dan mutu managerial keuangan pada program SPP. Berikut adalah data hasil kinerja administrasi pada program SPP.
43
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Kinerja administrasi Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 5 24 1 30
Persentase (%) 16,67 80,00 3,33 100,00
Tabel 14 menunjukkan bahwa diperoleh hasil bahwa kinerja administrasi digolongkan dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah mendapatkan jumlah sebanyak lima dan sebesar 16,67%, kategori sedang dengan jumlah sebanyak 24 dan sebesar 80,00%, sedangkan kategori tinggi diperoleh jumlah sebanyak satu responden dan sebesar 3,33%. Hal ini berarti kinerja tergolong dalam kategori sedang. Responden menyatakan bahwa secara administrasi dari mulai pendaftaran nama-nama kelompok sudah cukup transparan dan anggota dapat memahami maksud dari pembukuan program SPP. Berikut adalah penjabaran masing-masing yang termasuk dalam kinerja administrasi. Mutu Pembukuan Mutu pembukuan yang dimaksud dalam program SPP adalah kriteria pembukuan pada program SPP, mencakup pencatatan jumlah simpanan dan pinjaman. Jumlah simpanan dan jumlah pinjaman harus ada dokumen baik dari pihak UPK maupun peserta SPP. Tabel jumlah dan persentase responden menurut mutu pembukuan dijabarkan sebagai berikut: Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap mutu pembukuan program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Mutu pembukuan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 12 16 2 30
Persentase (%) 40,00 53,33 6,67 100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa mutu pembukuan dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Mutu pembukuan pada program SPP masih dikategorikan cukup baik karena berada pada kategori sedang. Setiap kelompok SPP mempunyai buku kendali dalam bentuk kartu yang dipegang oleh masingmasing anggota SPP. Kartu tersebut berisikan catatan jumlah cicilan dan tanggal saat melakukan pembayaran angsuran. Pencatatan mengenai pembukuan tidak hanya terdapat pada anggota, namun ketua kelompok juga memiliki buku catatan tersendiri mengenai pembukuan anggotanya, sehingga apabila kartu yang dipegang oleh anggota hilang, maka masih ada buki catatan pembayaran yang dipegang oleh ketua kelompok. Kegunaan dari pembukuannya juga sebagai bukti yang akan dilaporkan kepada pihak UPK, sehingga tidak bisa melakukan kecurangan. Pencatatan jumlah pengeluaran merupakan catatan mengenai jumlah
44
yang dipinjam oleh masing-masing peserta. Pencatatan jumlah pemasukan merupakan catatan mengenai jumlah simpanan yang diperoleh dari masingmasing peserta, kemudian terdapat pencatatan jumlah cicilan yang ditulis secara rutin tiap bulan besarnya pembayaran setiap peserta, serta pembukuan juga tertulis nama-nama kelompok beserta jenis usaha yang disajikan dengan lengkap berdasarkan data dan identitas suami peserta. Pembukuan dalam program SPP sudah cukup jelas dan transparan dapat dipahami oleh berbagai pihak. Responden mengaku bahwa pencatatan pembukuan sudah cukup jelas, seperti yang diungkapkan responden (WK, 28 tahun) “Ada kartu SPP yang sudah cukup jelas dan paham, kartunya juga tidak dipegang anggota saja tapi ada pencatatannya juga di ketua, jadi kita punya bukti kalau kita sudah bayar cicilan” Berdasarkan penuturan dari responden di atas, maka hal tersebut dapat membuktikan bahwa mutu pembukuan dari kelompok SPP di Desa Wargajaya sudah cukup jelas dan dapat dipahami oleh pihak ketua maupun anggota. Pembukuan yang ada sudah menjelaskan mengenai catatan pinjaman selama satu tahun dan simpanan selama satu tahun yang dibuat per bulan. Mutu Managerial Keuangan Managerial keuangan merupakan cara mengatur keuangan atau jadwal dalam mengalokasikan dana SPP untuk kebutuhan tertentu. Hal tersebut dianalisis karena mengatur keungan dalam dana SPP harus jelas diketahui oleh UPK. Berikut adalah tabel mengenai jumlah dan persentase responden tentang mutu managerial keuangan. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut mutu managerial keuangan program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Mutu managerial keuangan Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 7 19 4 30
Persentase (%) 23,34 63,33 13,33 100,00
Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil dari mutu managerial keuangan sudah cukup baik karena berada pada kategori sedang. Dalam hal ini, analisis yang dimaksudkan pada managerial keuangan yaitu mengenai cara memanajemen penggunaan uangnya yang dilakukan bersama dengan anggota keluarga, namun pada saat di lapang terdapat peserta yang mengelola keuangannya sendiri tanpa dibantu oleh anggota keluarga baik dalam memanfaatkan dana maupun dalam pembayaran angsuran. Pengelolaan keuangan dilakukan biasanya antara suami dan istri mengelola dengan cara mendirikan usahanya secara bersama-sama, namun saat menjalani dapat bergantian misalnya pada jenis usaha dagang pakaian keliling pakaian, tidak hanya suami dan istri namun anak juga ikut terlibat dalam
45
pembagian tugas berdagang. Peserta SPP juga mempunyai jadwal sendiri dalam menetapkan pembayaran, yang didiskusikan terlebih dahulu kepada suaminya sehingga uang sudah dapat terkumpul sebelum jatuh tanggal pembayaran. Sebagian kecil dapat dikatakan pembayaran tidak tepat waktu, dikarenakan peserta lupa tanggal pembayaran dan tidak ada uang yang cukup untuk melakukan cicilan. Cara penggunaan dana juga dialokasikan secara musyawarah dengan suami peserta, mereka tidak langsung memakai uang tersebut untuk modal usaha, namun penggunaannya secara bertahap dari setengah atau seperempat dana untuk modal usaha, setelah memperoleh keuntungan maka uang yang sisa digunakan kembali untuk tambahan modal. Pada salah satu usaha jasa penyewaan motor atau ojek motor, mereka mengalokasikan dananya untuk memperbaiki atau men service kan motornya secara teratur. Adapun penggunaan uangnya digunakan untuk tambahan modal semua, hal ini digunakan bagi peserta yang memiliki usaha skala besar yaitu warung atau toko sembako yang sudah berdiri sejak mereka belum bergabung dengan SPP. Berikut adalah penuturan salah satu responden (SDN, 35 tahun) “kalau saya selalu membuat jadwal dengan suami untuk menentukan tanggal pembayaran, karena usaha yang saya kelola juga bekerjasama dengan suami yaitu menjalankan kredit pakaian setiap minggunya”. Berdasarkan penuturan dari responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa dalam mutu managerial keuangan khususnya dalam membayar cicilan, maka peserta menetapkan jadwal bersama dengan suami. Penetapan jadwal tersebut dilakukan secara bersama-sama karea tidak hanya istri yang memanfaatkan dana, tetapi pihak suami juga ikut memanfaatkan dana. Oleh karena itu akan lebih baik jika pembayaran dilakukan secara bersama-sama. Perbandingan Jenis Usaha dalam Kinerja Administrasi Jenis usaha dagang, home industry dan jasa juga dianalisis dan dibandingkan antara usaha yang satu dengan usaha yang lain berdasarkan kinerja administrasi. Hal tersebut untuk membahas lebih jelas mengenai masing-masing usaha. Berikut adalah tabel mengenai perbandingan jenis usaha dalam kinerja administrasi. Tabel 17 Jumlah dan persentase menurut jenis usaha dan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Kinerja administrasi Rendah Sedang Tinggi Total
Dagang n 2 7 1 10
% 20,00 70,00 10,00 100,00
Home Industry n % 1 10,00 9 90,00 0 0 10 100,00
Jasa n 2 8 0 10
% 20,00 80,00 0 100,00
46
Tabel 17 menunjukkan bahwa kinerja administrasi dapat dilihat dari tingkat pengembalian pinjaman, mutu pembukuan dan penilaian manajerial keuangan. Perbandingan apabila dilihat dari jenis usahanya, usaha dagang memiliki frekuensi terbanyak yaitu dengan kategori sedang, kemudian usaha home industry memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang dan usaha jasa memiliki frekuensi terbanyak dengan kategori sedang. Kinerja administrasi masih dapat dikatakan sedang, namun diantara ketiga usaha tersebut yang paling tinggi kinerjanya yaitu usaha home industry dengan frekuensi sebanyak 9 atau 90,00%. Ketiga jenis usaha tersebut apabila dilihat dari kinerja secara administrasi, tidak ada perbedaanya. Semua jenis usaha mempunyai nilai pada kategori sedang, karena mutu pembukuan pada program SPP dibuat sama tidak ada perbedaan, hanya saja data yang menyebutkan jenis usahanya yang beda. Pada saat pembayaran cicilan tidak dibedakan secara jenis usahanya. Apabila dilihat dari mutu managerial keuangan, usaha jenis dagang lebih bisa mengelola keuangannya karena mereka sudah membuat alokasi dana untuk modal usaha atau lebih tepatnya untuk tambahan modal usaha mereka. Pada saat pembayaran cicilan juga membuat jadwal bersama suami untuk mengumpulkan uang sampai pada jatuh tanggal pembayaran. Pada jenis usaha home industry, mempunyai kinerja administrasi apabila dilihat dari mutu managerial keuangan, peserta juga mampu membuat jadwal dengan anggota keluarga yang lain, karena kegiatan mereka adalah berjualan keliling desa yang tidak dilakukan oleh satu orang saja melainkan dikerjakan secara bergantian antara suami dan istrinya. Pada jenis usaha jasa apabila dilihat mutu managerial keuangannya, mereka mampu menetapkan jadwal secara mandiri, misalnya pada jenis usaha salon keliling biasanya dikerjakan oleh seorang istri dan suami tidak ikut campur dalam usaha tersebut. Hubungan Sumberdaya Keluarga dengan Kinerja Administrasi Sumberdaya keluarga merupakan faktor internal dari peserta SPP. Sumberdaya keluaraga tersebut terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Berikut adalah tabel jumlah dan persentase responden menurut sumberdaya keluarga dengan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya. Tabel 18
Jumlah dan persentase menurut sumberdaya keluarga dan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat kinerja rumahtangga SPP Rendah Sedang Tinggi Total
Sumberdaya keluarga Rendah Sedang n % n % 3 21,42 2 16,67 10 71,42 10 83,33 1 7,16 0 0 14 100,00 12 100,00
n 0 4 0 4
Tinggi % 0 100,00 0 100,00
47
Tabel 18 menunjukkan bahwa variabel bebas adalah sumberdaya keluarga dan variabel terikat adalah tingkat kinerja administrasi. Sumberdaya keluarga terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produkif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Tingkat kinerja administrasi mempunyai penjabaran antara lain mutu pembukuan dan mutu managerial keuangan. Sumberdaya keluarga dengan tingkat kinerja administrasi mempunyai hubungan pada saat berada pada kategori sedang, karena secara administrasi masing-masing peserta mempunyai kinerja administrasi yang sama, sebagian besar apabila dilihat dari mutu pembukuan dan managerial keuangan mempunyai catatan pengeluaran dan pemasukan sama. Hubungan Penilaian terhadap Pendamping dengan Kinerja Administrasi Kemampuan pendamping mencakup kemampuan memfasilitasi, kemampuan memotivasi dan kemampuan menjadi sumber informasi. Kemampuan memfasilitasi yaitu penilaian peserta terhadap pendmaping dalam memberikan fasilitas. Kemampuan memotivasi adalah penilaian peserta terhadap pendamping dalam memotivasi. Kemampuan memberikan sumber informasi adalah penilaian peserta terhadap pendamping dalam memberikan sumber informasi. Masing-masing kemampuan pendamping tersebut akan dihubungkan dengan kinerja secara administrasi karena pembukuan mengenai kelompok SPP dipandu oleh kelompok pendamping atau unit pelaksana kegiatan (UPK). Berikut adalah tabel jumlah dan persentase responden tentang penilaian terhadap pendamping dengan kinerja administrasi SPP. Tabel 19
Jumlah dan persentase menurut penilaian terhadap pendamping dan kinerja administrasi program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat kinerja administrasi SPP Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat penilaian terhadap pendamping Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 2 40,00 1 11,11 2 12,50 3 60,00 8 88,89 13 81,25 0 0 0 0 1 6,25 5 100 9 100,00 16 100,00
Tabel 19 menunjukkan hubungan antara tingkat penilaian terhadap pendamping dengan tingkat kinerja administrasi. Tingkat penilaian terhadap pendamping hanya berhubungan dengan tingkat kinerja administrasi pada saat kinerja bernilai sedang. Pendampingan yang dilakukan dalam kinerja administrasi belum mencapai pada kategori yang tinggi, oleh karena itu kinerja administrasi belum mencapai pada kategori tinggi, karena kinerja administrasi program SPP dipengaruhi oleh pendamping yaitu ketua kelompok mereka yang mengatur mengenai pembukuan.
48
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program SPP dengan analisis regresi linier, alpha ditentukan sebesar 20% atau 0,2 artinya toleransi kesalahan pada uji regresi tersebut adalah 20% dan kebenarannya adalah 80% (Lampiran 3). Kinerja SPP sendiri dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kinerja secara rumahtangga dan kinerja secara administrasi. Berdasarkan analisis regresi tersebut, untuk kinerja secara rumahtangga, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya adalah jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan rumahtangga serta apabila dihubungkan dengan kemampuan pendampingan yaitu faktor yang mempengaruhi adalah kemampuan pendamping dalam memberikan motivasi. Kinerja secara administrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor sumberdaya keluarga dan penilaian peserta terhadap pendamping. Sumberdaya keluarga tersebut terdiri dari jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan sangat mempengaruhi kinerja administrasi. Faktor penilaian terhadap pendamping terdiri kemampuan pendamping dalam memfasilitasi, kemampuan pendamping dalam memotivasi dan kemampuan pendamping dalam memberikan sumber informasi. Berikut pemaparan hasil analisis regresi mengenai fakor-faktor yang mempengaruhi kinerja SPP dalam rumahtangga dan kinerja SPP dalam administrasi. Tabel 20
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rumahtangga SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Model
(Constant) Jumlah anggota keluarga Jumlah usia produktif Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Kemampuan memfasilitasi Kemampuan memotivasi Kemampuan memberikan sumber informasi (*) signifikan
Unstandardized coefficients B 3.577 .074
Standar error .988 .178
Standardized coefficients
t
Sig
Beta .088
3.619 .414
.001 .682
-.320
.252
-.258
-1.271
.215*
.254
.232
.215
1.094
.284*
1.128E-7
.000
.242
1.268
.217*
-.023
.090
-.102
-.254
.801
-.112
.084
.597
1.342
.191*
-.040
.076
.223
-523
.605
49
Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis regresi dengan tingkat diketahui tingkat signifikan variabel yang mempengaruhi kinerja rumahtangga program SPP. Jumlah usia produktif signifikan dengan kinerja rumahtangga program SPP. Hal ini karena semakin banyak dalam rumahtangga terdapat usia yang produktif, maka pembayaran cicilan akan berjalan dengan lancar. Pembayaran cicilan tersebut dapat dibantu oleh anggota keluarga yang lain yang sudah memiliki penghasilan. Hal ini juga berpengaruh pada pemanfaatan dana, dengan adanya usia yang produktif akan mengurangi biaya pemanfaatan dana tersebut karena dana biasanya digunakan untuk anggota keluarga yang belum menghasilkan pendapatan atau produktif. Pada jenis usaha dagang, jumlah usia produktif biasanya ikut membantu iuran dalam hal pemberian modal usaha, misalnya dalam pedagang kredit pakaian keliling apabila sore hari yang berjualan orang tuanya, maka keesokan harinya sang anak bergantian dalam menjual pakaian secara keliling atau dibantu dalam hal memperluas jaringan kepada rekan kerjanya. Pada jenis usaha home industry, jumlah usia produktif mempengaruhi kinerja dalam hal membantu pemberian modal dan membantu dalam hal pembayaran cicilan. Pada jenis usaha jasa jumlah usia produktif mempengaruhi kinerja dalam hal peningkatan kreativitas. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden (MR, 40 tahun) : “saya sudah dari dulu kredit pakaian keliling, jualan bersama suami. Tetapi anak saya yang nomor satusering membantu, kalau sorenya saya dan suami sibuk atau capek. Kadang anak saya bersama suaminya ikut keliling menggantikan saya dan suami saya atau dibawa ke tempat kerjanya”. Berdasarkan penuturan tersebut dapat membuktikan bahwa usia produktif dalam keluarga dapat membantu meringankan kinerja atau meningkatkan kinerja tinggi, karena dapat membantu usaha orang tua dan membantu dalam pembayaran cicilan. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden yang lain yang dapat menguatkan pengaruh faktor jumlah usia produktif dalam rumahtangga (YI, 35 tahun): “saat jatuh tanggal pembayaran cicilan, kalau sedang tidak ada uang untuk membayar kadang-kadang anak saya yang sudah bekerja ikut membantu iuran agar saya tidak dikeluarkan dari kelompok” Tingkat pendidikan signifikan dengan kinerja program SPP. Hal ini karena tingkat pendidikan mempengaruhi kreativitas peserta dalam mengelola keuangannya. Pengelolaan keuangan tersebut dapat berbentuk jenis usaha yang dikerjakan oleh peserta SPP. Semakin jenis usahanya bagus, maka kreativitasnya tinggi dan peserta tersebut sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Berikut adalah pernyataan dari salah satu responden (YI, 35 tahun) : “untuk menghemat waktu dan biaya saya lebih memilih menjual kue- kue kering dengan cara mengedarkan brosur, karena tidak
50
capek juga dan seringnya pelanggan menghubungi saya lewat sms. Baru akan membuat kue apabila ada yang memesan saja.” Tingkat pendapatan signifikan dengan kinerja SPP. Hal ini karena, pendapatan yang dimiliki oleh rumahtangga tersebut dapat menjadikan tabungan atau modal dalam usahanya. Oleh karena itu dengan adanya modal SPP, maka peserta akan bisa menyisihkan pendapatannya dan menggunakan dana untuk modal. Tingkat pendapatan yang rendah juga akan berpengaruh pada tingkat pengembalian cicilan yang dilakukan setiap bulan.tidak mempunyai pendapatan berarti akan menghambat pada saat membayar cicilan yang akan berdampak ke semua anggota yang lain. Tetapi sejauh penelitian di lapang, kendala pada saat pembayaran tidak terlalu serius, ketua kelompok akan langsung mengeluarkan anggota dari kelompok tersebut karena sudah tidak dapat dipercaya atau diragukan ketepatan waktunya. Beberapa responden mengaku bahwa apabila pendapatan dari hasil dagangannya menurun berarti kinerja dalam hal kreativitas usahanya sedang menurun, disebabkan karena faktor rasa malas dan cuaca. adapun faktor rasa bosan yang dirasakan peserta karena merasa kelelahan dengan tuntutan harus menggunakan dana untuk keperluan usaha. Kemampuan memotivasi mempengaruhi kinerja rumahtangga, karena motivasi dari pendamping berupa pemberian reward kepada peserta yang mempunyai tingkat perkembangan usaha tinggi. Berikut adalah tabel mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja administrasi SPP: Tabel 21 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja administrasi SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Unstandardized Coefficients Model
(Constant)
B
Standar error
4.327
.609
7.797E-8
.000
-.202
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 7.107
.000
.264
1.423
.167*
.110
-.381
-1.842
.077*
.292
.155
.372
1.883
.071*
Tingkat pendidikan
-.203
.143
-.272
-1.422
.167*
Kemampuan
-.071
-.055
.055
-1.307
.203*
-.055
.051
-.462
-1.079
.290*
.109
.046
.962
2.353
.026*
Tingkat pendapatan Jumlah anggota keluarga Jumlah usia produktif
memfasilitasi
Kemampuan memotivasi Kemampuan memberikan informasi *(signifikan)
51
Berdasarkan Tabel 21, hasil analisis regresi dengan tingkat diketahui tingkat signifikan variabel yang mempengaruhi kinerja administrasi program SPP. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi kinerja administrasi, karena sedikit banyaknya jumlah anggota keluarga akan sangat membantu managerial keuangannya. Jumlah usia produktif mempengaruhi kinerja administrasi karena untuk mutu pembukuan, anggota yang sudah berpenghasilan akan membantu dalam pembukuan dana SPP. Tingkat pendidikan mempegaruhi kreativitas dalam membuat pembukuan dan managerial keuangannya. Hasil kenyataan di lapang menunjukkan jenis usaha peserta karena faktor tingkat pendidikannya, mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih banyak mempunyai jaringan usaha dan inovasi-inovasi yang lebih bagus daripada sekedar jualan keliling, tetapi akan lebih baik menggunakan brosur. Berikut adalah penuturan dari salah satu responden yang dapat memperkuat bahwa tigkat pendapatan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kinerja SPP (AA, 28 tahun): “ saya ikut meminjam dana SPP, karena ingin agar tercukupi kebutuhan dan pendapatan keluarga naik. Selama satu tahun meminjam saya dan suami membuka usaha sendiri jualan bakso, tapi kadang jualan dan kadang tidak” Penilaian terhadap pendamping terdiri dari kemampuan memfasilitasi, kemampuan memotivasi dan kemampuan dalam memberikan sumber informasi. Kemampuan memfasilitasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja administrasi. Pendamping dalam memfasilitasi mempunyai pengaruh kuat dalam pembukuan karena untuk fasilitas buku keuangan disediakan oleh pendamping atau UPK. Setiap satu minggu sekal pihak pendamping khususnya ketua selalu memantau perkembangan pencatatan pembukuan peserta. Apabila ada yang mempunyai kendala atau masalah maka segera diatasi oleh pihak ketua, namun apabila ketua sudah tidak bisa menangani maka pihak UPK segera turun tangan. Kemampuan dalam memotivasi mempunyai pengaruh dalam kinerja adminitstrasi, karena pendamping memberikan hadiah atau sesuatu bingkisan untuk kelompok yang mempunyai pembukuan rapi. Pemberian motivasi tersebut dalam bentuk reward atau buah tangan dari pendamping kepada peserta. Bagi peserta dengan tata pembukuan yang terartur dan rapi akan diberikan penghargaan oleh ketua sehingga peserta yang lain dapat mengikuti. Kemampuan dalam memberikan sumber informasi mempunyai pengaruh dengan kinerja administrasi, karena informasi dari pendamping sangat kuat dan berpengaruh terhadap pembukuan. Pendamping memberikan cara-cara mengenai pengisisan pembukuan dan cara mengatur keuangannya, sehingga peserta dengan mudah bisa mengisi pembukuan. Pendamping juga memberikan petunjuk mengenai penulisan pada pembukuan dana.
52
53
TARAF HIDUP RUMAHTANGGA Taraf hidup merupakan kemampuan rumahtangga untuk mencukupi kebutuhanya sehari-hari. Taraf hidup dalam pembahasan ini dapat diukur dari tingkat perkembangan usaha dan tingkat konsumsi atau pengeluaran sehari-hari. Tingkat perkembangan usaha dilihat setelah menerima dana SPP, sedangkan pengeluaran konsumsi rumahtangga dilihat dengan cara melakukan konsumsi baik pangan maupun non pangan. Tingkat Perkembangan Usaha Tingkat perkembangan usaha merupakan usaha-usaha yang dijalankan oleh peserta SPP dari saat menerima dana sampai waktu saat ini. Perkembangan usaha peserta dikelompokkan menjadi usaha dagang, home industry dan jasa. Berikut adalah adalah tabel jumlah dan persentase responden tentang tingkat perkembangan usaha pada program SPP. Tabel 22
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat perkembangan usaha progam SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat perkembangan usaha Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 6 13 11 30
Persentase (%) 20,00 43,33 36,67 100,00
Berdasarkan Tabel 22, perkembangan usaha digolongkan ke dalam rendah, sedang dan tinggi. kategori rendah diperoleh jumlah sebanyak enam dan sebesar 20,00%, sedang diperoleh jumlah sebanyak 13 dan sebesar 43,33% dan tinggi sebanyak 11 dan sebesar 36,67%. Hasil tersebut menyatakan bahwa tingkat perkembangan usaha termasuk dalam kategori sedang. Sebelum menerima dana, peserta hanya bisa membuka usaha kecil-kecilan, tetapi setelah bergabung dalam kelompok, mereka dapat meningkatkan hasil jualannya. Peningkatan hasil jualan tersebut dapat berupa penambahan barang dagangan, perluasan jaringan dalam menjual dagangan serta membuat inovasi-inovasi baru dalam usahanya. Penambahan barang dagangan misalnya untuk yang jualan gorengan, tiap minggu dengan hasil keuntungannya dapat menambah jenis gorengan yang lain sehingga lebih beraneka ragam. Pada saat perluasan jaringan masih dikatakan belum mengalami kemajuan, karena usaha mereka sebagian besar masih dalam skala kecil seperti mencakup wilayah satu RT. Usaha dengan skala besar misalnya mendirikan toko yang sudah dijalani sejak sebelum mengikuti kelompok SPP dan sesudah bergabung dalam kelompok mendapat biaya tambahan modal, sehingga peningkatan jenis barang dagangan bisa dikatakan tinggi. peningkatan inovasi usaha belum sepenuhnya dikatakan sangat baik, karena rata-rata masih menggunakan alat-alat yang tradisional seperti dagang es dengan menggunakan grobak keliling dan belum dikombinasikan dengan bentuk yang modern,
54
kemudian apabila dilihat dari harga masih dengan harga jualan dengan standar di desa. Perkembangan usaha akan lebih jelas jika dibahas satu-persatu menurut jenis usahanya. Jenis usaha tersebut adalah dagang, home industry dan jasa. Berikut adalah data hasil perbandingan jenis usaha dalam perkembangan usaha peserta program SPP. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut jenis usaha dan tingkat perkembangan usaha peserta program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Tingkat perkembangan usaha Rendah Sedang Tinggi Total
Dagang n 0 4 6 10
Home industry %
0 40,00 60,00 100,00
n 2 4 4 10
% 20,00 40,00 40,00 100,00
Jasa n 4 5 1 10
% 40,00 50,00 10,00 100,00
Berdasarkan Tabel 23, tingkat perkembangan usaha digolongkan ke dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. jenis usaha dagang mempunyai tingkat perkembangan usaha tergolong tinggi yaitu sebanyak enam dan sebesar 60,00%, home industry tergolong sedang dan tinggi karena skornya sama yaitu sebanyak empat dan sebesar 40,00%, sedangkan jasa tergolong sedang yaitu sebanyak 5 dan sebesar 50,00%. Jenis usaha dagang mempunyai perkembangan usaha dengan kategori sedang. Usaha dagang yang dikerjakan adalah jenis usaha kredit pakaian. Kredit pakaian dijalankan dengan berkeliling disekitar satu RT karena dengan kondisi yang belum bisa dijangkau. Peserta berkeliling dengan tidak menggunakan kendaraan roda dua melainkan dengan jalan kaki yang dilaksanakan sore hari. Kredit pakaian biasanya memberi waktu selama seminggu satu kali dalam tiga bulan lamanya. responden mengaku apabila ada pelanggan yang memesan pakaian, mereka baru akan berangkat menuju pusat belanja untuk mendapatkan pesanan tersebut. Kemungkinan kecil usaha kredit pakaian ini akan mengalami keuntungan yang meningkat. Dana yang didapat dari program SPP hanya bisa digunakan untuk penambahan modal. Jenis usaha kredit mengalami peningkatan jumlah barang dagangan misalnya dengan adanya dana SPP dapat menambah jenis pakaian untuk diedarkan sebagai barang tambahannya sebelum ada yang memesan. Apabila dilihat dari perluasan jaringan masih dikatakan sedang karena sebagian besar masih menggunakan alat transportasi tradisional yaitu jalan kaki, namun terdapat juga peserta yang sudah membawa sepeda motor dapat menjangkau perluasan jaringan sampai satu desa tetap tidak semuanya dijangkau. Apabila dilihat dari inovasi yang digunakan belum terlihat dari jenis usaha kredit pakaian, mereka sebagian besar masih menjual jenis pakaian yang dibutuhkan oleh pelanggan dan belum menjual pakaian-pakaian yang unik. Selain jenis usaha kredit pakaian, terdapat juga jenis usaha dagang toko sembako dengan skala besar. Jenis usaha ini yaitu mendirikan sebuah toko yang menjual beraneka macam kebutuhan rumah tangga. Sebagian besar jenis usaha ini sudah berdiri
55
sebelum peserta mengikuti kegiatan SPP. Dana yang didapat dari program hanya digunakan sebagai dana tambahan modal. Peserta SPP mengalami peningkatan jumlah jenis barang dagangan setiap sebulan sekalinya bisa belanja dengan jumlah yang lebih. Apabila dilihat dari perluasan jaringan tidak terlihat karena mereka mendirikan sebuah toko dengan menetap di depan rumah mereka. Jenis usaha home industry yaitu peserta yang menjual hasil karyanya sendiri seperti makanan-makanan tiap pagi hari. Peserta juga menjual kue-kue kering dengan cara memesan terlebih dahulu, kemudian menjual es dengan cara berjualan keliling atau menetap, serta berjualan gorengan tiap siang hari dengan keliling mencakup satu RT dan RW. Jenis usaha kue-kue kering mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena banyak pelanggan yang penasaran dengan hasil kue tetangganya sehingga penerimaan pesanan bisa meningkat tiap satu minggu. Jenis usaha ini sudah mengalami perluasan jaringan dengan cara menyebarkan brosur ke seluruh desa. Apabila dilihat dari segi inovasi juga sudah mengalami peningkatan yaitu dengan memberikan kotak tempat kue seperti dibungkus pada saat kue-kue lebaran disajikan sehingga terlihat menarik dan dapat diminati oleh semua pelanggan. Jenis usaha selanjutnya yaitu jenis usaha jualan es keliling. Jualan es keliling dilakukan setiap hari, adapun jualan es yang dilakukan dengan menetap dipangkalan kebun sawit. Apabila dengan kondisi musim hujan pedagang es tidak mendapatkan keuntungan dan harus mempunyai kreativitas dengan mengganti jualannya yaitu jualan makanan-makanan kecil. Apabila dilihat dari inovasi belum mengalami peningkatan karena hanya menjual es secara trdisonal dengan menggunakan gerobak dorong dan hanya satu macam jenis es. Jenis usaha di bidang jasa adalah peserta yang mempunyai jenis usaha seperti salon keliling dan rias pengantin. Salon keliling dapat berupa potong rambut dan rebounding rambut. Selain itu jenis usaha jasa seperti membuka bengkel motor dan penyewaan ojek motor. Usaha salon keliling dilakukan dengan cara berkeliling ke seluruh wilayah RT dan menunggu pelanggan yang membutuhkan siapa yang ingin jasa potong rambut dan lainnya. Peserta akan mengunjungi ke rumah pelanggan dan dilayani dengan menggunakan alat yang ada. Salon keliling belum cukup mempunyai keuntungan lebih karena tergantung pelanggan yang ada, sehingga bisa mencapai seminggu sekali bahkan sebulan sekali untuk mendapatkan pelanggan. Apabila dilihat dari inovasi belum terihat, mislanya masih menggunakan gunting seperti salon biasa dan belum menggunakan obat-obat tertentu. Dana program digunakan untuk membeli alatalat rebounding serta obatnya. Perluasan jaringan juga belum terlihat, hanya beberapa yang sudah menggunakan transpotasi untuk berkeliling dan membangun salon tetap di depan rumahnya. Jenis usaha rias pengantin juga seperti salon keliling tergantung situasi dan kondisi, apabila banyak undangan untuk merias pengantin baru akan bisa bekerja, selain itu rias pengantin masih disekitar satu desa Wargajaya. Inovasi sudah terlihat karena rias pengantin sudah berpengalaman sejak dahulu sehingga setelah peserta mengikuti program SPP dapat membeli barang kosmetik yang lebih berkualitas. Jenis usaha ini tidak hanya merias pengantin, tetapi merias orang-orang yang membutuhkan seperti anak-anak sekolah yang sedang melakukan kegiatan perpisahan, sehingga jaringan sudah cukup luas.
56
Perkembangan usaha dari berbagai responden adalah mereka mengalami peningkatan usaha setelah menerima dana SPP. Manfaat yang diterima yaitu peserta dapat menambah barang dagangan tiap bulan dan menggunakan dana untuk keperluan modal usaha sebagai dana tambahan. Jenis manfaat yang lain adalah dapat mencukupi kebutuhan untuk biaya hidup sehari-hari dalam keluarganya, seperti yang diungkapkan oleh responden (ESH, 32 tahun) “manfaatnya banyak, terutama dapat mencukupi kebutuhan sehari- hari seperti biaya makan dan jajan anak. Bisa membeli perabotan rumah yang baru dan uang digunakan tambahan modal alat potong rambut” Dagang Usaha dagang merupakan jenis usaha dengan peserta membuat usaha seperti membuka toko disekitar halam rumah, warung-warung kecil dan kredit pakaian. Usaha ini sudah tergolong lama. Peserta membuka usaha sebelum menerima dana SPP. Berikut adala tabel jumlah dan persentase responden tentang tingkat kinerja dengan tingkat perkembangan usaha. Tabel 24
Jumlah dan persentase responden menurut kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis dagang program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat perkembangan usaha jenis dagang Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah n
%
0 2 3 5
0 40,00 60,00 100,00
Tingkat kinerja SPP Sedang n % 0 2 3 5
0 40,00 60,00 100,00
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 0
Tabel 24 menjelaskan bahwa variabel bebas yaitu tingkat kinerjadan variabel terikat yaitu tingkat perkembangan usaha. Tingkat kinerja terdiri dari kinerja rumahtangga dan kinerja administrasi, sedangkan tingkat perkembangan usaha terdiri dari perluasan jaringan, inovasi dan penambahan jumlah barang dagangan. Tingkat perkembangan usaha dagang tidak dipengaruhi oleh kinerjanya karena usaha dagang sudah berdiri sebelum peserta menerima dana SPP. Jenis usaha dagang masih berada dalam kategori jenis usaha yang sedang. Hal ini dikarenakan alasan bahwa jenis usaha dagang jarang menggunakan inovasi saat mendapat dana SPP dan masih berada pada lingkup jaringan satu RT yang berakibat pada peningkatan usahanya. Berikut adalah peryataan dari salah satu responden (NN, 34 tahun) “ kalau jualan baju keliling aja, belum bisa menetap di salah satu tempat. Karena kalau tidak keliling tidak akan laku. Tidak ada tambahan dagangan hanya saja ganti-ganti jenis makanannya. Iniini saja. Kalau inovasi-inovasi belum bisa dilakukan karena
57
orientasi saya hanya mengahbiskan jualan saja dan untung yang didapat cukup buat makan, tetapi lumayan bisa nambah untuk membeli makan yang enak” Berdasarkan penuturan dari responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa peningkatan usaha jenis dagang tidak melakukan atau belum melakukan inovasi-inovasi dalam dagangannya. Hal tersebut menjelaskan bahwa perkembangan usaha masih dikatakan minimal. Home Industry Usaha home industry merupakan jenis usaha yang dibuat dengan kemampuan peserta seperti berjualan kue-kue kecil atau kue pesanan dan berjualan gorengan atau es sesuai keinginan peserta. Usaha ini masih tergolong baru dan akan mulai membuka usaha setelah ada pesanan terlebih dahulu. Tabel 25 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis home industry program SPP Desa Wargajaya tahun 2014 Tingkat perkembangan usaha Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat kinerja SPP Sedang % n % 20,00 1 20,00 40,00 2 40,00 40,00 2 40,00 100,00 5 100,00
Rendah n 1 2 2 5
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 0
Tabel 25 menjelaskan bahwa variabel bebas yaitu tingkat kinerja dan variabel terikat yaitu tingkat perkembangan usaha. Tingkat kinerja dengan tingkat perkembangan usaha jenis usaha home industry mempunyai nilai tinggi pada saat kategori sedang. Perkembangan usaha ini masih dalam kategori sedang dan tinggi, karena merupakan jenis usaha baru dan perkembangan usaha ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisinya dibandingkan jenis ushaa dagang. Berikut adalah pernyataan dari salah satu responden (YN, 37 tahun) “usaha yang saya jalankan seperti jualan es, kalau lagi musim hujan seperti ini tidak akan habis es yang saya jual tapi kalau musim panas langsung habis. Jadi tidak menentu untungnya juga. Tergantung situasi dan kondisi, kalau musim hujan saya ganti jadi jualan yang lain yang panas-panas” Berdasarkan penuturan dari responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa pada jenis usaha home industry dalam peningkatan jenis usaha masih dikategorikan minimal, karena hasil penjualan yang tidak menentu yang disebabkan oleh faktor cuaca. Usaha home industry merupakan jenis usaha yang tergolong baru juga. Peserta membuat usaha sesuai dengan kemampuan
58
yang ada pada dirinya dan disesuaikan dengan permintaan pasarnya atau pelanggan. Jasa Usaha jasa merupakan jenis usaha dengan masing-masing peserta membuka usaha seperti salon keliling, membuka mebel dan jasa penyewaan ojek. Usaha ini masih tergolong baru dan biasanya dimiliki oleh peserta SPP dengan tingkat pendidikan yang tinggi yaitu lulusan sekolah menengah karena mempunyai keterampilan tersendiri. Berikut adalah tabel jumlah dan persentase responden tentang tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis jasa. Tabel 26
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha jenis jasa program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat perkembangan usaha Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat kinerja SPP Sedang % n % 75,00 1 16,67 25,00 4 66,66 0 1 16,67 100,00 6 100,00
Rendah n 3 1 0 4
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 0
Tabel 26 menjelaskan bahwa tingkat kinerja dan tingkat perkembangan usaha bernilai tinggi pada saat kategori sedang. Apabila jumlah pinjaman yang diterima rendah, maka peserta tidak akan bisa meningkatkan barang dagangan. Jenis usaha jasa merupaka jenis usaha baru sehingga belum mencapai pada jenis usaha yang tinggi. Berikut adalah pernyataan dari salah satu responden jenis usaha jasa (RI, 29 tahun) “Usaha yang saya jalankan adalah salon keliling, agar keahlian saya dikenal banyak orang maka saya harus mempromosikannya dari mulut ke mulut saja. Baru dapat pengahsilan ketika ada pelanggan yang menyuruh saya datang ke rumahnya, entah disuruh merias atau sekedar potong rambut. Karena usaha ini belum berjalan lama, jadi belum terlalu dikenal banyak orang di desa ini.” Berdasarkan penuturan responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa jenis usaha jasa belum dikategorikan mempunyai peningkatan usaha yang tinggi. Hal ini disebabkan karena jenis usaha jasa belum berjalan dalam waktu yang lama.
59
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Usaha Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha program SPP dengan analisis regresi linier, alpha ditentukan sebesar 20% atau 0,2 artinya toleransi kesalahan pada uji regresi tersebut adalah 20% dan kebenarannya adalah 80% (Lampiran 3). Faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha dianalisis dengan uji pengaruh oleh kinerja rumahtangga dan kinerja administrasi. Berikut adalah tabel yang menjelaskan hasil analisis regresi kinerja dengan tingkat perkembangan usaha. Tabel 27.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Model
Unstandardized coefficients B
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
.358
.724
Beta
(Constant)
3.850
10.766
Penggunaan pinjaman
-.293
1.203
-.049
-.244
.809
Tingkat pengembalian pinjaman
.130
.501
.050
.259
.798
Mutu pembukuan
.370
.284
.268
1.305
.204*
Mutu managerial keuangan
.471
.585
.159
.805
.429
*(signifikan)
Berdasarkan Tabel 27, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha program SPP. Faktor-faktor tersebut berasal dari kinerja rumahtangga dan kinerja administrasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan usaha yaitu faktor kinerja administrasi khusunya mutu pembukuan. Mutu pembukuan berisi mengenai jumlah simpan dan jumlah pinjaman yang berakibat pada peningkatan perkembangan usaha. Perkembangan usaha tergolong tinggi apabila pada pembukuan mempunyai catatan jumlah simpan dan pinjamannya tinggi serta mempunyai tabungan. Adanya kinerja yang baik menjalankan peraturan dalam program baik secara rumah tangga maupun administrasi, maka perkembangan usaha juga meningkat seperti penambahan jumlah barang dagangan dan memperluas jaringan. Perkembangan usaha juga dapat dilihat dari tergantungnya pada pelanggan artinya dapat melihat situasi dan kondisi. Apabila kinerja ternyata masih sedang, namun tingkat perkembangan usaha ternyata sudah tinggi, karena usaha dagang tidak dapat dipastikan kapan mengalami keutungan yang pesat melainkan tergantung situais dan kondisi seperti pedagang es apabila musim hujan keuntungannya bisa menurun begitu pula sebaliknya apabila musim panas dapat meningkatkan keuntungan bahkan bisa menambah barang dagangannya. Berikut adalah penjabaran masing-masing jenis usaha berdasarkan hubungan kinerja dengan tingkat perkembangan usaha SPP.
60
Tingkat Konsumsi Rumahtangga Tingkat konsumsi rumahtangga dalam pembahasan ini diukur dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait pengeluaran sehari-hari yang dikalikan menjadi satu bulan. Pengeluaran sehari-hari tersebut mencakup pangan dan non pangan. Tingkat konsumsi rumahtangga juga akan dilakukan perbandingan berdasarkan jenis usaha yaitu dagang, home industry dan jasa. Berikut adalah data hasil tingkat konsumsi rumahtangga pada peserta program SPP. Tabel 28
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat konsumsi rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat konsumsi rumahtangga Bawah Menengah Atas Total
Jumlah (n) 11 12 7 30
Persentase (%) 36,67 40,00 23,33 100,00
Berdasarkan Tabel 28, tingkat konsumsi rumahtangga yang digolongkan menjadi golongan bawah, menengah dan atas. Golongan bawah dengan jumlah sebanyak sebelas dan sebesar 36,67%, golongan menengah dengan jumlah sebanyak dua belas dan sebesar 40,00%, golongan atas dengan jumlah sebanyak tujuh dan sebesar 23,33%. Oleh karena itu, keseluruhan taraf hidup peserta program SPP tergolong pada golongan menengah dengan rata-rata pengeluaran sekitar dua juta per bulannya. Berikut adalah grafik mengenai rata-rata tingkat konsumsi rumahtangga pada peserta program SPP.
Gambar
7
Persentase rumahtangga responden menurut tingkat konsumsi rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
61
Berdasarkan Gambar 7, golongan bawah mempunyai tingkat konsumsi rumahtangga rata-rata sebesar Rp. 1.169.245,00. Golongan menengah mempunyai tingkat konsumsi rata-rata sebesar Rp. 2.237.238,00, sedangkan golongan atas mempunyai tingkat konsumsi rumahtangga rata-rata sebesar Rp. 4.703.833,00. Konsumsi rumahtangga tersebut meliputi kebutuhan pangan selama satu minggu yaitu beras, minyak, gula, jajan, gandum yang dikalikan selama satu bulan, sedangkan kebutuhan non pangan seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, listrik transportasi dan pajak rumah yang dikonversikan dalam satu bulan. Tingkat konsumsi rumahtangga akan lebih jelas apabila dibahas berdasarkan jenis usahanya yaitu dagang, home industry dan jasa. Berikut adalah tabel perbandingan jenis usaha dalam tingkat konsumsi rumahtangga peserta program SPP. Apabila dilihat dari perbandingan jenis usahanya, usaha dagang digolongkan dalam jumlah pengeluaran menengah yaitu dengan frekuensi sebanyak enam atau 60,00%, kemudian jenis usaha home industry dapat digolongkan dalam jumlah pengeluaran bawah yaitu dengan jumlah frekuensi sebanyak lima atau 50,00%, sedangkan jenis usaha jasa dapat digolongkan ke dalam jumlah pengeluaran menengah yaitu memiliki frekuensi sebanyak lima atau 50,00%. Jenis usaha dagang mempunyai jumlah pengeluaran dalam kategori menengah atau sedang yaitu sebesar Rp. 2.237.238,00 per bulan. Jenis usaha dagang sudah mendapatkan keuntungan yang lebih karena sebagian besar sudah memulai usaha sebelum mengikuti program SPP, selain itu jumlah anggota keluarga dari jenis usaha dagang sekitar dua sampai empat sehingga bisa menghabiskan pengeluaran yang lumayan besar. Jenis usaha home industry mempunyai jumlah pengeluaran pada golongan bawah atau rendah yaitu sebesar 1.169.245,00 per bulan. Jenis usaha ini merupakan usaha yang harus ditekuni, karena mendapatkan keuntungan tergantung situasi dan kondisi sehingga pengeluarannya tidak terlalu tinggi, selain itu jumlah anggota keluarga terdiri dari dua sampai tiga ornag, sehingga kebutuhan tidak terlalu banyak. Pada jenis usaha jasa mempunyai jumlah pengeluaran pada golongan menengah atau sedang sebesar Rp. 237.238,00 per bulan. Jenis usaha ini mendapatkan keuntungan lebih besar walaupun tidak menentu seperti rias pengantin, tetapi sekali mendapat pelanggan akan mendapatkann keuntungan tinggi, sehingga pengeluaran masuk ke dalam kategori lebih besar dari jenis usaha home industry, yaitu golongan menengah. Selain itu jumlah anggota keluarga terdiri dari dua sampai empat orang sehingga pengeluarannya lebih banyak. Peserta SPP pada taraf hidup konsumsi rumahtangga sebagian besar dapat mengkonsumsi kebutuhan pokok dengan sangat cukup, bahkan telah memiliki barang- barang sekunder maupun tersier di dalam rumahnya seperti motor, kulkas, handphone, bahkan mobil. Kondisi fasilitas rumah juga sudah cukup memadai seperti adanya lantai yang terbuat dari keramik, kemudian temboknya terbuat dari batu bata. Tempat untuk mandi bersama anggota keluarga sudah mengalami kemajuan karena mereka sudah mempunyai fasilitas MCK mandiri, karena desa mereka mengalami kemajuan. Pembayaran listrik dan pajak dilakukan secara mandiri, namun masih terdapat rumahtangga yang tidak bertanggungjawab membayar pajak kemudian listrik yang mereka gunakan masih ada yang
62
bergabung dengan tetangga. Berikut adalah pernyataan dari salah satu responden (AHH, 35 tahun) “dana bantuan modal usaha ini banyak manfaatnya salah satunya sangat membantu untuk tambahan modal jualan saya bersama suami. Keuntungannya seperti membayar listrik tepat waktu dan bisa makan makanan yang enak dan sedikit bergizi tidak seperti dahulu. Selain itu keuntungannya juga dapat merenovasi rumah membuat kamar mandi, yang dananya didapat dari laba usaha warung” Berdasarkan penuturan dari responden di atas, hal tersebut dapat membuktikan bahwa setelah menerima dana SPP, responden menyatakan dapat merenovasi rumah yaitu dapat membeli perabotan rumahtangga dan membayar listrik tepat waktu. Peningkatan fasilitas rumah dikategorikan cukup baik. Dagang Usaha dagang merupakan jenis usaha dengan peserta membuat usaha seperti membuka toko disekitar halaman rumah, warung-warung kecil dan kredit pakaian. Usaha ini sudah tergolong lama. Peserta membuka usaha sebelum menerima dana SPP. Tabel 29
Jumlah dan persentase menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga jenis usaha dagang program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat konsumsi rumahtangga Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat kinerja SPP Sedang % n % 20,00 2 40,00 60,00 3 20,00 20,00 0 40,00 100,00 5 100,00
Rendah n 1 3 1 5
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 29, tingkat kinerja dengan tingkat konsumsi rumahtangga mempunyai nilai tertinggi pada saat kategori sedang. Tingkat konsumsi rumahtangga pada jenis usaha dagang masih tergolong sedang, karena mereka tidak banyak mengeluarkan pengeluaran kebutuhan sehari- hari melainkan uang yang mereka terima digunakan untuk penambahan modal usaha. Home Industry Usaha home industry merupakan jenis usaha yang dibuat dengan kemampuan peserta seperti berjualan kue-kue kecil atau kue pesanan dan berjualan gorengan atau es sesuai keinginan peserta. Usaha ini masih tergolong baru dan akan mulai membuka usaha setelah ada pesanan terlebih dahulu.
63
Tabel 30
Jumlah dan persetase menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga dalam jenis usaha home industry program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat konsumsi rumahtangga Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat kinerja SPP Rendah Sedang n % n % 3 60,00 2 40,00 1 20,00 1 20,00 1 20,00 2 40,00 5 100,00 5 100,00
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 100,00
Berdasarkan Tabel 30 , tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga dalam jenis usaha home industry tidak mempunyai hubungan. Nilai tertinggi untuk tingkat kinerja masih tergolong sedang sedangkan tingkat konsumsi rumahtangga masih tergolong rendah. Usaha home industry merupakan jenis usaha baru sehingga tingkat konsumsinya untuk mencukupi kebutuhan tegrolong rendah karena keuntungan yang diterima masih minimal. Jasa Usaha jasa merupakan jenis usaha dengan masing-masing peserta membuka usaha seperti salon keliling, membuka mebel dan jasa penyewaan ojek. Usaha ini masih tergolong baru dan biasanya dimiliki oleh peserta SPP dengan tingkat pendidikan yang tinggi yaitu lulusan sekolah menengah karena mempunyai keterampilan tersendiri. Tabel 31
Jumlah dan persentase menurut tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumahtangga dalam jenis usaha jasa program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Tingkat konsumsi rumahtangga Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat kinerja SPP Sedang % n % 50,00 1 16,66 0 5 83,34 50,00 0 0 100,00 6 100,00
Rendah n 2 0 2 4
Tinggi n 0 0 0 0
% 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 31, tingkat kinerja dengan tingkat konsumsi rumahtangga mempunyai tertinggi pada saat berada dalam kategori sedang, karena kinerja jenis usaha jasa memiliki jumlah simpan dan pinjam rata-rata tergolong rendah atau lama mengikuti masih dua tahun sehingga untuk mencukupi kebutuhan masih tergolong sedang.
64
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Rumahtangga Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga program SPP dengan analisis regresi linier, alpha ditentukan sebesar 20% atau 0,2 artinya toleransi kesalahan pada uji regresi tersebut adalah 20% dan kebenarannya adalah 80% (Lampiran 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga dianalisis dengan kinerja yang meliputi kinerja rumahtangga dan kinerja administrasi. Berikut adalah tabel mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga. Tabel 32 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga program SPP Desa Wargajaya tahun 2014
Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
(Constant)
8.555E6
2.429
3.522
.002*
Penggunaan pinjaman
-720655
27143
-.437 -2.655
.014*
Tingkat pengembalian pinjaman
-317405
11302
-.445 -2.808
.010*
Mutu pembukuan
-82973
64034
-.219 -1.296
.207*
Mutu managerial keuangan *(Signifikan)
-57139
13200
-.071
-.433
.669
Berdasarkan Tabel 32, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga peserta SPP. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari kinerja rumahtangga dan kinerja administrasi. Fakor-faktor yang mempengaruhi adalah penggunaan pinjaman,tingkat pengembalian pinjaman dan mutu pembukuan. Penggunaan pinjaman mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga peserta SPP. Penggunaan pinjaman yang tepat adalah penggunaan dana untuk keperluan modal usaha, sedangkan penggunaan dana untuk keperluan selain dana yaitu pendidikan, kesehatan dan konsumsi akan mengakibatkan tingkat konsumsi rumahtangga cukup tinggi dan tidak mempunyai tabungan. Apabila digunakan untuk keperluan usaha maka konsumsi rumahtangga bisa tercukupi dan tidak mempunyai hutang. Tingkat pengembalian pinjaman mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga peserta SPP. Peserta dengan tingkat konsumsi rumahtangga yang tergolong tinggi mempunyai tingkat pengembalian pinjaman yang cukup disiplin. Tingkat pengembalian pinjaman tersebut cukup disiplin karena peserta dapat mencukupi kebutuhan sehai-harinya. Mutu pembukuan juga mempengaruhi tingkat konsumsi rumahtangga karena apabila dalam pembukuan tercatat rapi dan jelas maka akan terlihat penggunaan dana dan jumlah simpanan maupun pinjamannya.
65
PENUTUP Berdasarkan hasil deskripsi mengenai profil masyarakat Desa Wargajaya, profil SPP Desa Wargajaya, Kinerja SPP yang dilihat secara rumahtangga dan administrasi, serta Dampak terhadap taraf hidup rumahtangga, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: Simpulan 1. Kinerja program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) di Desa Wargajaya dalam kinerja rumahtangga bahwa jumlah simpan dan jumlah pinjaman untuk ketiga jenis usaha yaitu dagang, home industry dan ratarata tergolong dalam kategori lama mengikuti program SPP selama dua tahun. Penggunaan pinjaman rata-rata untuk jenis usaha dagang digunakan untuk keperluan modal usaha, pendidikan dan konsumsi. Jenis usaha home industry menggunakan dana untuk keperluan modal usaha, pendidikan dan konsumsi, sedangkan jenis usaha jasa menggunakan dana usahanya untuk keperluan modal usaha dan konsumsi. Tingkat pengembalian pinjaman dari keseluruhan kelompok dilakukan dengan sistem pembayaran bahwa anggota membayar secara langsung kepada ketua, selanjutnya ketua menyetorkan kepada KPMD kemudian KPMD menyetorkan kepada pihak UPK. Kinerja administrasi dilihat dari segi mutu pembukuan dan segi managerial keuangan. Mutu pembukuan masuk dalam kategori sedang dan mutu managerial keuangan masuk dalam kategori sedang. Ketiga jenis usaha antara dagang, home industry dan jasa, yang mempunyai kinerja administrasi paling tinggi adalah jenis usaha home industry. Mereka mampu membuat jadwal untuk menetapkan pembayaran cicilan bersama dengan anggota keluarga yang lain. 2. Variabel yang berhubungan dengan tingkat kinerja rumahtangga yaitu jumlah anggota pada keluarga, karena pada saat jumlah anggotanya sedikit maka akan berpengaruh pada penggunaan dananya. Variabel tingkat pendapatan tidak terlalu berhubungan dengan kinerja, karena bergantung pada rumah tangga dalam cara mengelola uang. Analisis karakteristik rumahtangga yang berhubungan dengan kinerja rumahtangga terjadi pada saat berada di kategori rendah dan sedang, sedangkan pada saat berada pada kategori tinggi tidak berhubungan. 3. Penilaian terhadap pendamping tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kinerja rumah tangga. kedua konsep tidak berhubungan, seperti yang dinyatakan oleh responden bahwa kinerja peserta tergantung dari diri masing- masing individunya dan tidak memperhatikan pendamping, karena pendamping tidak mempunyai intensitas yang tinggi untuk berinteraksi dengan peserta SPP. Penilaian terhadap kemampuan pendamping juga tidak mempunyai hubungan dengan kinerja administrasi. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja SPP yaitu jumlah usia produktif, tingkat pendiidkan dan tingkat pendapatan.
66
4. Taraf hidup dibagi menjadi dua yaitu perkembangan usaha dan tingkat konsumsi rumahtangga. Hubungan kinerja dengan perkembangan usaha mempunyai hubungan signifikan apabila keduanya berada pada kategori rendah dan sedang. Hal ini terjadi karena jenis usaha jasa hanya berjalan kurang dari empat tahun, sehingga perkembangan usahanya masih dipengaruhi oleh kinerjanya. Apabila tidak terdapat hubungan karena tingkat perkembangan usaha yang tinggi belum tercapai pada jenis usaha jasa. Pada kondisi tingkat konsumsi rumahtangga dapat diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kinerja dan tingkat konsumsi rumah tangga mempunyai hubungan pada saat bernilai rendah dan sedang, namun pada saat kondisi ini tidak terdapat hubungan. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan atau saran diantaranya sebagai berikut: 1. Kinerja peserta SPP sebaiknya ditingkatkan yaitu kinerja secara rumahtangga khususnya dalam hal penggunaan dana. Penggunaan dana sebaiknya diutamakan untuk keperluan modal usaha, dan sangat diminimalkan untuk keperluan konsumsi sehingga tercapai pada perkembangan usaha yang maksimal atau peningkatan usaha yang besar. Kinerja administrasi dari mutu pembukuan sebaiknya lebih dibuat transparan sehingga antara satu kelompok dengan kelompok yang lain mengetahui perkembangannya. 2. Kegiatan pendampingan seharusnya dilakukan lebih intensif dan rutin serta lebih sering mengadakan pelatihan sehingga peserta mempunyai kreativitas yang lebih untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan taraf hidup peserta.
67
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Meta Data Subdit Statistik Kerawanan Sosial. [Internet]. [diunduh 15 Januari 2011]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/aboutus.php?id_subyek=23&tabel=1&fl=2 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2013. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik. No. 43/07/Th. XXI, 1 Juli 2013. [Internet]. [diunduh 4 Mei 2014]. Format/Ukuran: PDF/132 KB. Dapat diunduh dari: http://bps.go.id/tab_sub/view.php ?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=1 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia 2013. [diunduh 25 Mei 2014]. Dapat diunduh dari:http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/miskin_makro_2013/index3.php ?pub=Penghitungan%20dan%20Analisis%20Kemiskinan%20Makro%20T ahun%202013 Hanika IM dan Lituhayu D. 2012. Implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan pada simpan pinjam perempuan di Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara tahun 2010. J Universitas Diponegoro. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Maret 2014]. 1(1): 1- 19. Dapat diunduh di: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/345 Ketaren N. 2007. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi Credit Union dalam pemberdayaan masyarakat. J FISIP USU. [Internet]. [diunduh tanggal 12 April 2014]. 1(23): 138- 146. Dapat diunduh di: http://usupress.usu.ac.id/files/Harmoni%20Sosial%20Vol%201%20No%2 03%20Mei%202007.pdf#page=28 Kusmeiran YH dan Budhi MKS. 2014. Efektivitas dan dampak program SPP terhadap pendapatan dan jam kerja anggota kelompok di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianjar. J EP Unud. [Internet]. [diunduh tanggal 16 Maret 2014]. 3(1): 27-41. Dapat diunduh di: http://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/7060/5753 Mardikanto T. 2010. Konsep- Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Jawa Tengah (ID): Fakultas Pertanian UNS. 398 hlm. Marpaung ES, Sarma M, Limbong WH. 2013. Dampak pemberian kredit pola Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir oleh koperasi lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina di kabupaten Tuban. J Manajemen IKM. [Internet]. [diunduh tanggal 17 April 2014]. 8(1): 2026. Dapat diunduh di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/6582
Mendrofa K. 2012. Analisis pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan di Desa Kecamatan Jujuhan Kabupaten Bungo dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Padang (ID): UNAND. hlm 1-16; [diunduh tanggal 16 Maret 2014]. Dapat diunduh di: http://pasca.unand.ac.id/id/ Muttaqien A. 2006. Paradigma Baru Pemberantasan Kemiskinan: Rekontruksi Arah Pembangunan Menuju Masyarakat yang Berkeadilan, Terbebaskan, dan Demokratis: dalam Menuju Indonesia Sejahtera, Upaya Konkret Pengentasan Kemiskinan. Jakarta (ID): Khatana Pustaka LP3ES
68
Indonesia. 123 hlm. Nawawi H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan Industri. Jakarta (ID): Gajah Mada University Press. 244 hlm. Putra SD. 2013. Efektivitas program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan dalam rangka pemberdayaan perempuan di kelurahan Nenang Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J Pemerintahan. [Internet]. [diunduh tanggal 24 Maret 2014]. 1(1): 112122. Dapat diunduh di: http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/02/Septian%20Dwi%20Putra%20(02-23-13-03-14-34).pdf
Rahman, Aditya. 2009. Evaluasi tanggung jawab sosial PT HOLCIM Indonesia Tbk. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sajogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan, 22 Tahun Studi Pembangunan, Pembangunan Kemiskinan,Pembangunan Agribisnis dan Revitalisasi Pertanian. Indrayati Y, editor. Bogor (ID): PSP3- LPPM IPB. 223 hlm. Santy. 2008. Analisis kinerja dan faktor- faktor yang mempengaruhi keanggotaan Koperasi Petani (KOPTAN) Mitra Sukamaju Desa Pasir Langu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung- Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarman M dan Sajogyo. 2000. Mencari Bentuk Pola Penguatan Ekonomi Rakyat. Kasus Nusa Tenggara Barat. Jakarta (ID): Puspa Swara.322 hlm. Siregar, Gina LC. 2012. Kinerja promosi produk kopi Anomali Coffee melalui media sosial (kasus twitter dan website). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sipayung J. 2013. Efektivitas pelaksanaan program simpan pinjam perempuan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang. J Elektronik. [Internet].[diunduh tanggal 25 Maret 2014]. 2(3): 1- 13. Dapat diunduh di: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/6212/2626 Soraya, Zakiya. 2009. Peranan simpan pinjam perempuan (SPP PNPM) dalam PNPM PPK terhadap pendapatan rumahtangga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Nasional. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Tanasale SA. 2012. Evaluasi kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) dalam PNPM- Mandiri Perdesaan (studi kasus pada kelompok SPP nurul iman di Desa Tulehu UPK Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah). [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Widayati S. 2013. Pemberdayaan ekonomi melalui dana bergulir PNPM mandiri bagi kelompok simpan pinjam perempuan di Desa Sraten Kabupaten Semarang. J Ilmiah Inkoma. [Internet]. [diunduh tanggal 5 Maret 2014]. 24(1): 6074. Dapat diunduh di: http://jurnal.undaris.ac.id/index.php/ekonomi/article/view/40 Yunus M. Bank Kaum Miskin. Nasution I, penerjemah. Jakarta (ID): GH274. Terjemahan dari: Banker to the Poor: The Story of the Grameen Bank. Ed ke- 1.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
71
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Juni
Juli
AgustusOktober
NovemberDesember
Januari
72
Lampiran 3. Hasil Uji Regresi Linier
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
3.577
.988
.074
.178
-.320
t
Sig.
3.619
.001
.088
.414
.682
.252
-.258
-1.271
.215
.254
.232
.215
1.094
.284
1.128E-7
.000
.242
1.268
.217
jumlahanggotakeluarga umur tingkatpendidikan pendapatan
Coefficients
a. Dependent Variable: kinerjarumahtangga
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) pendapatan
Std. Error
Beta
4.327
.609
7.797E-8
.000
-.202
jumlahanggotakeluarga umur tingkatpendidikan
Coefficients t
Sig.
7.107
.000
.264
1.423
.167
.110
-.381
-1.842
.077
.292
.155
.372
1.883
.071
-.203
.143
-.272
-1.422
.167
a. Dependent Variable: kinerjaadministrasi Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
4.062
.322
kemampuanmemfasilitasi
-.071
.055
kemampuanmemotivasi
-.055 .109
kemampuaninforman a. Dependent Variable: kineraadministrasi
Coefficients Beta
t
Sig.
12.621
.000
-.505
-1.307
.203
.051
-.462
-1.079
.290
.046
.962
2.353
.026
73
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
3.408
.529
kemampuanmemfasilitasi
-.023
.090
.112 -.040
kemampuanmemotivasi kemampuaninforman
t
Sig.
6.448
.000
-.102
-.254
.801
.084
.597
1.342
.191
.076
-.223
-.523
.605
a. Dependent Variable: kinerjarumahtangga
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
3.850
10.766
penggunaanpinjaman
-.293
1.203
.130
mutupembukuan mutumanagerialkeuangan
tingkatpengembalianpinjama n
Coefficients Beta
t
Sig. .358
.724
-.049
-.244
.809
.501
.050
.259
.798
.370
.284
.268
1.305
.204
.471
.585
.159
.805
.429
a. Dependent Variable: tingkatperkembanganusaha
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
8.555E6
2.429E6
-720655.366
271433.093
-317405.466
mutupembukuan mutumanagerialkeuangan
penggunaanpinjaman tingkatpengembalianpinjama n
Coefficients Beta
t
Sig.
3.522
.002
-.437
-2.655
.014
113021.667
-.445
-2.808
.010
-82973.200
64034.016
-.219
-1.296
.207
-57139.040
132000.742
-.071
-.433
.669
a. Dependent Variable: tingkatkonsumsirumahtangga
74
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Nomor Responden Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT KINERJA DAN DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN DI DESA WARGAJAYA, KECAMATAN CIGUDEG, BOGOR Saya, Dyah Utari, mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan, saya meminta kesediaan Saudara/Saudari/Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan keadaan yang sebenar-benarnya. Jawaban Saudara/Saudari/Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian ini. Terima kasih.
Petunjuk : Berilah centang (√) pada kolom yang telah disediakan SS (Sangat setuju), S ( Setuju), TS (Tidak setuju) STS, (Sangat tidak setuju) Untuk kolom yang di dalamnya terdapat titik-titik, maka isilah sesuai dengan informasi yang ditanya
Identitas Responden 1 Nama 2 Umur 3 Jenis kelamin 4 Pekerjaan 5 Alamat 6 Nomor telepon
: : :
……………………………………………… ……………………………………………… tahun …………………………………………………………………...
: : :
…………………………………………………………………... …………………………………………………………………... …………………………………………………………………...
75
7
Pendidikan
:
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP/SMP Tamat SLTA/SMA Perguruan Tinggi Lainnya ………………………………
A. FAKTOR INTERNAL
No.
Nama
KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA Hubungan dengan Tingkat JK kepala Umur Pekerjaan Pendidikan rumah tangga (A)
(B)
(th)
1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan : (A) 1. laki- laki 2. perempuan (B) 1. istri 2. anak 3. kakak/adik 4. orang tua 5. menantu 6. mertua 7. hubungan lain, sebutkan ...
(C)
Pendapatan Per bulan
Utama Sampingan Utama Sampingan
76
(C) 1. tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT B. FAKTOR EKSTERNAL
PENILAIAN TERHADAP PENDAMPING KEMAMPUAN MEMFASILITASI No Pertanyaan . 1. Pendamping rajin memantau kegiatan SPP setiap sebulan sekali 2. Pendamping selalu membantu mengembangkan usaha Anda melalui program SPP 3. Pendamping memberikan tips sukses dalam program SPP 4. Pendamping selalu berlaku adil kepada Anda dalam kegiatan SPP 5. Pendamping sungguh-sungguh ingin mendengarkan pikiran, saran dan kepedulian Anda untuk mensukseskan pelaksanaan program SPP KEMAMPUAN MEMOTIVASI 6. Pendamping selalu menasehati Anda agar selalu memiliki semangat yang tinggi dalam pelaksanaan program SPP 7. Pendamping selalu meyakinkan Anda bahwa dalam keikutsertaan program SPP dapat merasakan manfaatnya 8. Pendamping selalu mendukung ide- ide Anda dalam perkembangan usaha 9. Pendamping selalu memberikan penghargaan apabila usaha Anda mengalami kemajuan 10. Pendamping selalu meningkatkan kepercayaan diri Anda untuk membantu mensukseskan program SPP
SS
S
TS
STS
77
KEMAMPUAN MENYEDIAKAN INFORMASI 11. Pendamping menguasai pengetahuan mengenai program SPP 12. Pendamping selalu memberikan informasi penting mengenai program SPP 13. Pendamping menjelaskan manfaat dari program SPP 14. Pendamping menjelaskan tahapan mengikuti program SPP 15. Pendamping mempunyai pengaruh kuat dalam pengambilan keputusan
C.
KINERJA SPP Kinerja Rumah Tangga
No Pertanyaan Jumlah Simpan 16. Anda mempunyai jumlah simpanan sebanyak Jumlah Pinjam 17. Anda mempunyai jumlah pinjaman sebanyak Penggunaan Pinjaman 18. Anda menggunakan dana SPP untuk keperluan apa?
Tingkat Pengembalian Pinjaman 19. Anda mengalami kendala saat membayar angsuran 20. Anda melalukan angsuran secara teratur 21. Petugas menagih angsuran 22. Anda bertanggung jawab membayar cicilan 23. Kelompok anda mengalami kredit macet Kinerja Administrasi Penilaian mutu pembukuan 24. Terdapat pencatatan jumlah pengeluaran transparan 25. Terdapat pencatatan jumlah pemasukan
SS
S
TS
Rp. Rp. 1. Modal usaha sebesar Rp. 1. Pendidikan Rp. 2. Kesehatan Rp. Lainnya Rp.
STS
78
transparan 26 Terdapat pencatatan jumlah pinjaman transparan 27 Terdapat pencatatan jumlah cicilan transparan 28 Terdapat pencatatan daftar nama peserta yang akurat Penilaian managerial keuangan 26. Anda mengelola keuangan dengan baik 27. Anda mampu membuat jadwal untuk menetapkan pembayaran cicilan 28. Anda mengerti cara menggunakan dana
D. TARAF HIDUP No. Pertanyaan Jawaban Perkembangan Usaha 29. Apakah Anda melakukan inovasi usaha 1. Ya, sebutkan............................ tiap bulan ? 2. Tidak 30 Apakah Anda menambah barang dagangan 1. Ya, sebutkan............................ tiap bulan ? 2. Tidak 31. Apakah Anda menambah usaha Anda ? 1. Ya, sebutkan............................ 2. Tidak 32. Apakah Anda berusaha memperluas 1. Ya, jelaskan.............................. jaringan usaha ? 2. Tidak
33.
Pendapatan Usaha
Besarya
Omset
Rp.
Keuntungan
Rp.
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pangan No. Pengeluaran 34 Beras 35 Ikan 36. Daging 37 Telur dan susu
Besarnya Rp. Rp. Rp. Rp.
79
38 Sayur- sayuran 39 Buah- buahan 40 Minyak dan lemak 41 Bumbu- bumbuan 42 Makanan dan minuman jadi 43 Konsumsi lainnya: Non- Pangan 44 Listrik 45 Transportasi 46 Pendidikan 47 Kesehatan 48 Pajak 49 Konsumsi lainnya :
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
80
Lampiran 5. Panduan Wawancara Mendalam 1. Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Informan (Petugas Program Simpan Pinjam Khusus Perempuan) Hari, Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Nama dan Umur Informan : Pekerjaan : Pertanyaan Penelitian : a. Bagaimana sejarah berdirinya program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor? b. Faktor- faktor apa saja yang mendorong terjadinya program Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor? c. Bagaimana peran fasilitator dalam mendampingi kegiatan kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Desa Wargajaya? d. Apakah ada kegiatan pelatihan untuk fasilitator? Jika iya, bagaimana pelatihan tersebut dijalankan? e. Apakah fasilitator mengadakan pelatihan manajemen keuangan untuk para anggota SPP? Jika iya, bagaimana pelatihan tersebut dijalankan? f. Mengapa harus ada persyaratan yang rumit untuk menentukan kelompok SPP yang akan dicairkan dananya? g. Kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan UPK dalam program SPP di Desa Wargajaya? 2. Pedoman Wawancara Mendalam Kepada Anggota Kelompok SPP Hari, Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara : Nama dan Umur Informan : Pekerjaan : Pertanyaan Penelitian : a. Sejak kapan Ibu bergabung dalam kelompok SPP? b. Manfaat apa yang Ibu peroleh setelah bergabung dalam kelompok SPP? c. Apa sajakah kendala- kendala dalam mengikuti kelompok SPP? d. Apakah ada sanksi apabila Ibu tidak bisa membayar cicilan? e. Apakah dalam kelompok Ibu pernah terjadi kredit macet? Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? f. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi Ibu untuk bergabung dalam kelompok SPP? g. Strategi apa yang Ibu lakukan ketika Ibu tidak bisa membayar angsuran? h. Apakah dalam kelompok Ibu terdapat struktur pengurus yang aktif dalam menangani masalah yang terdapat di kelompok?
81
Lampiran 6. Kerangka Sampling No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Nama LLS RH EGO SNH AH PKT SRN SI ASN AD SDN AC MRN WK EI GNN GNI NI JBG DA WRN YN UKR HT SAP RI DY AS RYI AU AA HGI KH AH FMY NN ZHR ET DPK ESH MS RA JK AHH
Jenis usaha Dagang Home industry Home industry Dagang Jasa Home industry Dagang Dagang Dagang Home industry Home industry Home industry Jasa Dagang Jasa Dagang Home industry Home industry Jasa Home industry Jasa Home industry Jasa Jasa Home industry Jasa Dagang Jasa Dagang Dagang Jasa Home industry Dagang Dagang Dagang Dagang Home industry Home industry Jasa Jasa Dagang Jasa Jasa Home industry
Alamat Pasir Angin 02/02 Pasir Angin 02/02 Cigaok 03/14 Cigaok 02/14 Cigaok 05/14 Pasir Angin 01/02 Cigaok 03/14 Cigaok 05/14 Ciangger 02/08 Cigaok 04/14 Cigaok 01/14 Cigaok 01/14 Pasir Angin 02/02 Pasir Angin 02/01 Pasir Angin 02/02 Cigaok 01/14 Cigaok 01/14 Pasir Angin 03/01 Cigaok 01/14 Pasir Angin 02/01 Cigaok 02/14 Pasir Angin 04/01 Pasir Angin 01/02 Pasir Angin 03/01 Ciangger 03/08 Pasir Angin 03/01 Pasir Angin 01/02 Pasir Angin 02/02 Pasir Angin 02/02 Cigaok 02/14 Pasir Angin 02/02 Cigaok 02/14 Cigaok 02/14 Pasir Angin 03/02 Ciangger 03/08 Pasir Angin 02/01 Ciangger 01/07 Pasir Angin 02/01 Ciangger 02/07 Ciangger 01/07 Ciangger 01/07 Ciangger 01/07 Ciangger 02/08 Ciangger 01/07
82
45 46 47 48 49 50 51 52
FHJ RYI AR YI KIJ YYN MR LLJ
Dagang Dagang Jasa Jasa Dagang Jasa Home industry Jasa
Pasir Angin 02/02 Pasir Angin 01/02 Ciangger 01/07 Pasir Angin 04/02 Cigaok 02/14 Pasir Angin 02/02 Pasir Angin 04/01 Pasir Angin 03/01
Nama Kelompok SPP di Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Kenanga No Anggota 1 Kesih 2 Ayu 3 Lilis 4 Roh 5 Ernawati Anggrek 1 Siti Dian 2 Tini 3 Maskana 4 Euis Sobaria 5 Juariyah Melati I 1 Rina 2 Listia 3 Dona 4 Royati 5 Juli 6 Asih Mawar 1 Risma 2 Ika 3 Heni 4 Yuni 5 Diania Cempaka 1 Nuri 2 Rohyana 3 Budi 4 Tian 5 Nita
Usaha Dagang Dagang Jualan es Kredit pakaian Dagang Dagang Jualan es Jualan bakso Warung Dagang Dagang Jasa Bengkel Dagang Merias Kredit Jualan Warung Salon Jualan gorengan Potong rambut Home industry Potong rambut Bengkel Mebel Dagang
Melati No Anggota 1 Yuyun 2 Ade Irma 3 Mamas 4 Nyai 5 Beqi Bougenvile 1 Aat 2 Witik 3 Peni 4 Rindi 5 Dini Melati II 1 Ria 2 Fatwa 3 Etin 4 Titin 5 Hasanah Kamboja 1 Lisdiana 2 Kukuh 3 Sara 4 Mun 5 Amanah 6 Nurlita Dahlia 1 Sopia 2 Irnamawati 3 Wahyuni 4 Dila 5 Siti
Usaha Jualan kue Dagang Dagang Dagang Bengkel Dagang Salon keliling Dagang Jualan kue kering Salon Jualan gorengan Jualan gorengan Ojek motor Dagang Ojek Warung Dagang Dagang Dagang Ojek Bengkel Jasa Dagang Jualan kue Jualan kue Jasa
83
Lampiran 7. Dokumentasi
Wawancara dengan responden pedagang
Wawancara dengan KPMD
Wawancara dengan ketua kelompok atau pendamping
84
RIWAYAT HIDUP Dyah Utari dilahirkan di Kabupaten Batang pada tanggal 30 Juni 1993 adalah anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Trubus dan Rhokayah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK PGRI Batang periode 19981999, SDN Proyonanggan 13 Batang periode 1999-2005, SMP Negeri 3 Batang periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Batang periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di IPB, diantaranya sebagai divisi sponsorship pada IPB Social and Health Care 2012 yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB. Penulis bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Pekalongan Batang (IMAPEKA). Penulis juga aktif sebagai pengurus FORSIA FEMA 2013/2014 Divisi Pengembangn Sumberdaya Manusia, Pengurus Majalah Komunitas FEMA (Divisi percetakan pada tahun 2013, divisi advertising pada tahun 2014). Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Bidikmisi dan aktif dalam kepengurusan Paguyuban Bidikmisi periode 2013/ 2014 Departemen Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa. Selain itu penulis juga terlibat sebagai asisten praktikum mata kuliah Sosiologi Umum periode 2014.