DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI DESA TEJA KABUPATEN MAJALENGKA
FITRI MUNGGARANI KHOERUNNISA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja Kabupaten Majalengka” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Fitri Munggarani Khoerunnisa NIM: I34120087
ABSTRAK
FITRI MUNGGARANI K. Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja Kabupaten Majalengka. Di bawah bimbingan RILUS A. KINSENG dan HANA INDRIANA. Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga terjadi di negara maju. Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia pemerintah membuat berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dikelola oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Salah satu program penanggulangan kemiskinan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bidang Simpan Pinjam Khusus Perempuan (PNPM-MP Bidang SPP). Adanya program penanggulangan kemiskinan yaitu untuk membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga berdampak terhadap tingkat kesejahteraan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah program terlaksana, serta terdapat perbedaan variabel tingkat penerimaan usaha dan modal usaha sebelum dan setelah program terlaksana. Begitupun dengan hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara tingkat keberhasilan program simpan pinjam perempuan terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga. Kata Kunci: kemiskinan, program penanggulangan kemiskinsan, simpan pinjam perempuan, tingkat kesejahteraan ABSTRACT FITRI MUNGGARANI K. The Impact of Women's Credit Program to the Household’s Welfare in Teja Village, Majalengka Distict. Supervised by RILUS A. KINSENG and HANA INDRIANA. Poverty is a social phenomenon that is found not only in developing countries but also in developed countries. To eradicate poverty in Indonesia, the government exercises various poverty reduction programs run by various ministries and government agencies. One of these poverty alleviation program is the National Program for Rural Community Empowerment, especially Micro Credit for Women (PNPM-MP Field SPP). The purpose of this program is to help the poor families to meet their basic needs that will bring a significant impact on the level of their welfare. The results of this study confirm that there are differences in the level of welfare before and after the program is implemented, Similarly, there are differences in the income and financial level before and after the program is implemented. This study confirm as well there is a real positive correlation between the success rate of women's credit program to the level of household’s welfare. Keywords: level of welfare, poverty, poverty reduction program, women’s credit
DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI DESA TEJA KABUPATEN MAJALENGKA
FITRI MUNGGARANI KHOERUNNISA
Skripsi sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja, Kabupaten Majalengka Fitri Munggarani Khoerunnisa I34120087
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng,MA Pembimbing I
Hana Indriana, SP. MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya menyertai penulis dengan kasih setia serta berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Dampak Program Simpan Pinjam Perempuan terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga di Desa Teja, Kabupaten Majalengka” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA dan Hana Indriana, SP. MSi, selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung penulis, baik berupa masukan, saran, kritik, maupun motivasi selama penulisan skripsi. Tak lupa, ucapan terima kasih pada kedua orangtua tercinta, ibunda Yani Syafitriyani dan ayahanda Mohamad Komarukhiyat serta keluarga besar yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis, warga Desa Teja serta staf Desa Teja yang telah membantu dalam memperoleh data lapang. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 49 yang telah menjadi teman seperjuangan, dan semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa maupun dukungan semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak
Bogor, Juni 2016
Fitri Munggarani Khoerunnisa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan Responden dan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kondisi Geogrsfis Kondisi Aset Desa Teja Kondisi Kemiskinan di Desa Teja Karakteristik Responden PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Desa Teja Tingkat Penerimaan Usaha Tingkat Modal Usaha Perubahan Tingkat Pendapatan dan Tingkat Modal Usaha Sebelum dan Sesudah Pprogram Simpan Pinjam Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan
xi xii xii 1 1 2 3 3 5 5 10 12 12 19 19 19 19 20 20 23 23 24 26 27 30 33 33 35 36 37 38
DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
41
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pemanfaat Program Simpan Pinjam Perubahan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sebelum dan Seudah Program Simpan Pinjam Hubungan tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
41 47 49
PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
53 53 53 55 57 72
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17
18 19 20 21 22
23
24
Matriks definisi operasional tingkat keberhasilan program Simpan Pinjam Perempuan Matriks tingkat kesejahteraan Jumlah penduduk desa teja berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin Tingkat pendidikan penduduk Desa Teja Mata pencaharian penduduk Desa Teja Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Teja Jumlah sarana dan prasarana keagamaan, kesehatan, olahraga, dan umun Perbandingan kemiskinan secara konseptual dan kemiskinan komunitas Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah responden berdasarkan kelompok umur Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan Lama responden menjadi anggota simpan pinjam Daftar nama kelompok dan ketua kelompok simpan pinjam perempuan Desa Teja Tingkat penerimaan usaha masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Tingkat modal usaha masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Hasil uji beda tingkat pendapatan dan tingkat modal usaha masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan Tingkat kesejahteraan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Tingkat pengeluaran masyarakat pemanfaat prograam sebelum dan sesudah program Tingkat kepemilikan aset rumah tangga masyrakat pemanfaat program sebelum dan sesudah Tingkat kepemilikan kendaraan masyarakat pemanfaat program sebelum dan sesudah program Perubahan status kepemilikan tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan bahan atap rumah Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis dinding rumah
12 12 24 25 25 26 26 29 30 31 31 31 34 35 36 37
39
41 42 42 43 44
44
44
25
26 27 28
29 30 31 32 33
Perubahan konsidi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis lantai rumah Perubahan fasilitas MCK masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Perubahan sumber penerangan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Perubahan jenis bahan bakar untuk memesak masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan perubahan akses kesehatan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Perubahan kemampuan menanbung masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Hasil uji beda tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan Hubungan tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan
45
45 46 46
47 47 48 50 51
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka pemikiran Struktur organisasi Desa Teja Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal
11 23 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Denah lokasi penelitian Jadwal kegiatan penelitian skripsi 2016 Kerangka sampling Tematik catatan harian Kuesioner penelitian Uji reliabilitas dan validitas Uji normalitas Hasil uji korelasi rank spearman
58 59 60 63 66 69 70 71
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia menurut perkiraan Badan Pusat Statistik pada tahun 2014 sudah mencapai 252 juta jiwa. Dari 252 juta jiwa penduduk Indonesia sebanyak kurang lebih 27 juta jiwa atau sekitar 10,71% tergolong penduduk miskin yang tersebar di 34 Provinsi di wilayah perkotaan dan pedesaan. Namun, masalah kemiskinan lebih banyak terjadi di wilayah pedesaan. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik mengenai persentase kemiskinan untuk wilayah pedesaan di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun namun tidak terlalu signifikan. Menurut data terakhir pada tahun 2013 di bulan September persentase kemiskinan pedesaan di Indonesia adalah 14,42 %, mengalami penurunan di tahun berikutnya yaitu tahun 2014 pada bulan September sebesar 0,66 % menjadi 13,76 %. Sedangkan, untuk wilayah perkotaan persentase kemiskinan pada tahun 2013 di bulan September dan pada tahun 2014 di bulan September secara berurutan adalah 8,52 % dan 8,34 % dengan selisih 0,18 %. Persentase ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase wilayah pedesaan Indonesia. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik tahun 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2014 sekitar 27 juta jiwa menjadi 28 juta jiwa. Kenaikan angka kemiskinan ini disebabkan oleh karakteristik penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian sebagai buruh tani yakni sekitar 54% yang memiliki pendapatan rendah. Rendahnya pendapatan yang diperoleh membuat penduduk miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar apalagi harga bahan pokok terus meningkat akibat dari kondisi lemahnya perekonomian global1. Menurut Iskandar (2012) kemiskinan merupakan fenomena sosial yang tidak hanya terjadi di negara – negara berkembang tetapi juga terjadi di negara – negara maju. Secara umum kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan standar kebutuhan yang lain (Herbert 2001 dalam Iskandar 2012). Pengukuran kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai versi yang ditetapkan oleh ilmuwan atau intansi tertentu. Pada penelitian ini indikator kesejahteraan keluarga yang akan dilihat untuk mengukur kemiskinan berdasarkan versi yang dipakai oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kesejahteraan menurut Fahrudin (2012) memiliki tujuan bahwa untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, pangan, perumahan, dan relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya. Maka dari itu untuk mengukur ketercapaian standar kehidupan dalam pencapaian kesejahteraan 23 indikator yang dikemukakan oleh BKKBN diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana rumah tangga miskin dapat sejahtera dengan adanya program – program penanggulangan kemiskinan.
1
Suryamin (Kepala BPS) dalam http://ekbis.sindonews.com/read/1074259/34/angka-kemiskinan orang-1451890507.
Berita Sindonewes meningkat-tembus-28-51-juta-
2 Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 tercantum bahwa program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Pemerintah Indonesia dalam upaya penanggulangan kemiskinan membuat berbagai macam program yang dikelola oleh berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Pada periode pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga presiden Joko Widodo sekarang ini setidaknya ada beberapa program pengentasan kemiskinan berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 2 , diantaranya: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Rogram Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), Jamkesmas yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan BPJS Kesehatan, Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan lain sebagainya. Program – program penanggulangan kemiskinan ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Indonesia. Kemiskinan perlu ditanggulangi karena kemiskinan dapat merusak rajutan hidup sosial sebagai manusia, memecah masyarakat, menciptakan musuh, mengubah kawan menjadi lawan, dan menggetarkan stabilitas hidup sosial manusia. Terlebih, kemiskinan merusak harkat dan martabat manusia dan masyarakat. Kemiskinan menjadi sumber bagi tindak kekerasan yang banyak terjadi, sehingga perlu ada tindakan yang dilakukan oleh pemerintah guna menekan masalah kemiskinan yang lebih kompleks. Oleh sebab itu, keberadaan program penanggulangan kemiskinan menjadi penting dilaksanakan sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin. Penelitian Jasuli et al (2013) mengemukkakan keefektivan pelaksanaan program PNPM-MP berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada penelitian ini program penanggulangan kemiskinan yang akan di kaji adalah desa Teja Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Desa Teja merupakan desa yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi yaitu 21,22% pada tahun 2011 menurut data PPLS. Keberadaan program penanggulangan kemiskinan di desa Teja menjadi penting untuk dikaji, agar dapat diketahui bagaimana pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan khususnya Simpan Pinjam Perempuan dapat memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Teja Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.
2
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). http://www.tnp2k.go.id
3 Masalah Penelitian Dikatakan sebelumnya bahwa kemiskinan dapat memberikan masalah yang lebih besar apabila tidak ditanggulangi dengan baik, misalnya akibat kesehatan dan pendidikan yang buruk kualitas hidup serta daya saing masyarakat menjadi rendah, sehingga perlu ada kebijakan atau tindakan yang dapat mengangkat kualitas hidup masyarakat. Desa Teja yang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat tidak luput dari keberadaan program – program penanggulangan kemiskinan. Salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bidang Simpan Pinjam Perempuan. Keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan perlu dilihat dari segi pelaksanaan program tersebut, sehingga pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program simpan pinjam perempuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? Selain itu, tujuan program penanggulangan kemiskinan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat miskin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Pembuktian dari tujuan tersebut yaitu melihat dampak dari keberadaan program penanggulangan kemiskinan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pertanyaan yang diajukkan adalah bagaimana dampak program simpan pinjam perempuan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka penulisan ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pelaksanaan program simpan pinjam perempuan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. 2. Menganalisis dampak program simpan pinjam perempuan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Manfaat Penelitian 1.
2.
3.
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan mengenai kajian-kajian seputar penanggulangan kemiskinan dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai dampak yang terjadi akibat keberadaan program penanggulangan kemiskinan terhadap kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam menyusun dan menentukan kebijakan. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai program – program penanggulangan kemiskinan yang dapat memberikan perubahan pada kesejahteraan masyarakat.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kemiskinan Cheyne, O’ Brien, dan Belgrave (1998) dalam Suharto (2010) mengemukakan ada dua pandangan tentang kemiskinan, yaitu paradigma neoliberal dan demokrasi sosial. 1. Paradigma Neo-Liberal Pendukung teori neo-liberal mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor yang berasal dari individu yang bersangkutan. Persoalan individual tersebut adalah kelemahan (lemahnya pendapatan, malas, dll) dan pilihan individu. Pandangan neo-liberal menganggap kemiskinan akan hilang apabila kekuatan pasar diperluas dan pertumbuhan ekonomi dipacu. 2. Paradigma demokrasi-sosial Pada pandangan ini kemiskinan dilihat dari persoalan struktural karena adanya ketidakadilan dan ketimpangan akibat tersumbatnya akses kelompok tertentu terhadap sumberdaya. Kedua paradigma tersebut memiliki pandangan berbeda dalam melihat potret kemiskinan. Menurut Badan Statistika Nasional (2006) dalam Papilaya (2013) kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dari hasil empiris yang diperoleh, Karya (2013) mengatakan bahwa kemiskinan terjadi karena kejadian tak sengaja yaitu krisis ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sehingga kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Seperti halnya Karya, Rusdarti menganggap faktor ekonomi menjadi akar penyebab kemiskinan secara rinci Rusdarti et al. (2013) mengatakan bahwa kemiskinan adalah kondisi rusaknya tatanan ekonomi sehingga masyarakat tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, dan sarana prasarana lainnya. berbeda dengan Husna et al. (2013) yang melihat kondisi sosial juga ikut andil dalam permasalahan kemiskinan, ia yang mengatakan bahwa kemiskinan adalah kondisi yang ditandai adanya pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan adalah kondisi masyarakat sulit memenuhi kebutuhan hidupnya, disebabkan oleh rendahnya sumberdaya manusia, yang menyebabkan rendahnya daya saing dalam merebut peluang kerja (Purwanto et al. 2013). Utomo et al. (2014) kemiskinan adalah kondisi dimana kebutuhan hidup tidak dapat terpenuhi karena tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi kesehatan masyarakat yang menghambat produktivitasnya sehingga menyebabkan kualitas hidup yang buruk. Sinaga (2014) kemiskinan adalah kondisi kurang berpihaknya kebijakan ekonomi dan politik, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai pada sumberdaya – sumberdaya kunci (transportasi, pendidikan, pekerjaan, kesehatan) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak.
6 Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan Karya (2013) menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor – faktor struktural pada individu seperti: (1) kondisi keterbatasan penguasaan sumberdaya produktif, (2) keterbatasan akses terhadap sumberdaya produktif, (3) rendahnya kemampuan produktif, (4) pendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan yang terkait dengan pekerjaan, (5) kondisi kesehatan yang kurang baik, (6) rendahnya semangat dan kemauan kerja(behavior/perilaku). Kejadian tidak sengaja secara masal yaitu krisis ekonomi. Pemaparan konsep kemiskinan yang di paparkan oleh Karya lebih condong melihat kemiskinan secara absolute absolute yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya (Cahyat 2004 dalam Karya 2013). Budhi (2013) melihat konsep kemiskinan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat kemajuan pembangunan dan merupakan salaha satu dampak nyata atas keberhasilan dari berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan pada waktu sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang cepat bagi negara – negara didunia menjadi salah satu syarat utama untuk mengentaskan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga harus didorong oleh kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. Budhi (2013) menyebutkan bahwa faktor – faktor penyebab kemiskinan diantaranya: (1) tingkat pendidikan yang dilihat dari indikator wajib belajar 9 tahun, (2) jumlah penduduk, (3) pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB), (4) share pertanian dan industri. Menurut Rusdarti et al. (2013) faktor – faktor kemiskinan yang terjadi di Provinsi Jawa tengah disebabkan oleh: (1) PDRB, (2) belanja Publik (APBD), (3) pengangguran. Usman (2014) melihat bahwa kondisi kemiskinan terjadi karena seseorang tidak memiliki penghasilan yang layak sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya serta menyebabkan seseorang hidup di bawah garis kemiskinan. Hasil penelitian Usman (2014) di daerah Gorontalo menunjukkan bahwa faktor penyebab kemiskinan adalah: (1) kualitas SDM yang masih sangat rendah, (2) banyaknya anak usia sekolah yang sudah tidak lagi bersekolah/putus sekolah, (3) kurangnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka, (4) cenderung memiliki anak lebih dari dua sehingga begitu banyak beban yang harus mereka tanggung, (5) lapangan kerja yang terbatas, (6) upah minimum pekerja yang masih rendah. Utomo et al. (2014) mengatakan bahwa konsep kemiskinan berkaitan dengan kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada produktivitasnnya sehingga menyebabkan kualitas hidup yang yang buruk bagi masyarakat. Kartasasmita (Papilaya 2013) mengemukakan bahwa sekurangkurangnya ada 4 penyebab kemiskinan, yaitu: (1) rendahnya taraf pendidikan, (2) rendahnya tingkat kesehatan, (3) terbatasnya lapangan pekerjaan, (4) kondisi keterisolasian.
7 Penanggulangan kemiskinan dan Program Penanggulangan kemiskinan Emilia (2013) mengatakan bahwa penanggulangan kemiskinan adalah bantuan dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang sekaligus mengurangi pengeluaran RTM, meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok. Sedangkan menurut Husna et al. (2013) penanggulangan kemiskinan adalah upaya penanganan kemiskinan yang lebih berorientasi pada kemandirian dan berkelanjutan upaya–upaya masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Jasuli et al (2013) mengatakan bahwa penanggulangan kemiskinan adalah memberi peran masyarakat sebagai aktor utama atau subyek pembangunan sedangkan pemerintah sebagai fasilitator. Penanggulangan kemiskinana adalah bantuan sosial bagi masyarakat miskin sebagai salah satu cara melindungi masyarakat dari resiko sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Usman 2014). Menurut Fatony (2010) intervensi penanggulangan kemiskinan dan pengangguran ialah dengan menerapkan kebijakan teknis penyediaan sarana dan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar minimum bagi masyarakat miskin. Sesuai dengan alat ukur atau parameter kemiskinan yang ada maka intervensi yang dilakukan melalui: (1) perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan keluarga, (2) penyediaan layanan pendidikan, (3) penyediaan layanan kesehatan, (4) penyediaan layanan jaminan ketersediaan pangan, (5) penyediaan keterpenuhan pemukiman dan perumahan layak huni, (6) penyediaan keterpenuhan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik, (7) penguatan kualitas hidup keluarga miskin. Menurut Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, pasal 1 ayat 2 tercantum bahwa program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia sudah tersebar diberbagai wilayah. Penelitian Karya (2013) memberikan gambaran program penanggulangan kemiskinan yang terdapat di Riau tepatnya di Kabupaten Indragiri Hilir pada periode 2008 – 2012. Dari penelitian tersebut diketahui program penanggulangan yang terlaksana di Kabupaten Indragiri Hilir adalah: (1) Program Nasional Pemberdayaan Masayarakt Mandiri (PNPM Mandiri), (2) Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), (3) Program Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesmas), (4) Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), dan (5) Program Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Selanjutnya, Peran Pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia mencanangkan program bantuan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai sasarannya, khususnya untuk anak usia sekolah dasar dan kesehatan bagi ibu hamil dan balita. Program tersebut adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2014) di daerah Gorontalo menunjukkan bahwa
8 pelaksanaan Program Keluarga Harapan yang semakin efektif dapat meningkatkan penanggulangan kemiskinan di wilayah penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kesalahan sebesar 5%. Utomo et al. (2014) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program keluarga Harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara tidak langsung. Selain itu, Utomo et al. (2014) menyatakan bahwa ada faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan khususnya Program Keluarga Harapan dilokasi studi. Faktor – faktor pendukung diantaranya: (1) koordinasi yang bagus antar aktor yang terlibat, (2) tingkat patisipasi, (3) dukungan finansial (pembayaran), (4) pendampingan. Sedangkan, faktor – faktor penghambat adalah: (1) kurangnya sosialisasi, (2) data yang tidak valid karena pemalsuan. Menurut Papilaya (2013) penentu keberhasilan dapat dilihat dari adanya dukungan pemerintah pusat dan daerah, adanya kemitraan lokal, dan stabilitas lingkungan. Emalia (2013) menjelaskan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan (Raskin) di Lampung menunjukkan hasil yang baik dengan indikator penilaian berdasarkan enam indikator kinerja pelaksanaan program Raskin. Lima dari enam indikator tersebut tercapai dengan baik. Husna et al. (2013) meneliti pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dicetuskan oleh pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur berupa program Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Rakyat (Jalin kersa). Sasaran program tersebut dikategorikan menjadi dua kategori penerima yaitu RTSM produktif dan RTSM non-produktif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan terhadap RTSM di Jawa Timur. Program Jalis Kersa yang digagas pemerintah daerah provinsi Jawa Timur menguatkan pendapat Rusdarti et al. (2013) yang melihat kemiskinan dari kacamata lokal. Rustandi et al. (2013) mengatakan kemiskinan di setiap daerah bisa berbeda karena tergantung pada karakteristik komunitas dan kinerja pemerintah daerahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto et al. (2013) menyebutkan untuk melihat sejauh mana program penanggulangan kemiskinan terlaksana dengan baik(dalam penelitian program yang diteliti adalah PKH di Mojokerto) perlu ada dukungan dari faktor – faktor tertentu, diantaranya: (1) adanya komitmen yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk mensukseskan program keluarga harapan (PKH) guna membantu memutus rantai kemiskinan di tingkat masyarakat miskin, (2) adanya aturan yang jelas mengenai mekanisme pelaksanaan program dan adanya jaminan memperoleh kesehatan dan pendidikan yang layak dari pemerintah melalui dinas sosial. Sedangkan, faktor penghambat dalam implementasi Program Keluarga harapan (PKH) yaitu: (1) Rendahnya pendidikan RTSM dan sulitnya merubah pola berfikir RTSM untuk memandang pentingnya arti kesehatan dan pendidikan anak-anak mereka, (2) Kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara stakeholder secara intens. (3) Masih rendahnya partisipasi dari RTSM. Program Penanggulangan kemiskinan Program Pemberdayaan Masayarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) bidang Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Program Nasional Pemperdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program yang dimulai sejak tahun 2007. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan,
9 PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan umun PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan3. Salah satu bidang kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) yaitu Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang bertujuan meningkatkan dan memberdayakan perempuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan modal usaha. Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) memiliki tujuan umum yaitu untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan Rumah Tangga Miskin. Serta tujuan khususnya yaitu mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan kebutuhan dasar, kesempatan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, serta penguatan kelembagaan. Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan yang dibiayai melalui dana dari dana Bantuan Langsung Masyarakat yang bersumber dari APBN, APBD, CSR, dan sumber lainnya sehingga penyaluran dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Alokasi dana untuk kegiatan SPP maksimal sebesar 25% dari BLM kecamatan. Dampak Program Penanggulangan Kesejahteraan Masyarakat
Kemiskinan
Terhadap
Tingkat
Konsep kesejahteraan yang dijelaskan adalah kemampuan individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan sekunder/tersier, akses kesehatan, akses modal, akses pendidikan, dan aset ekonomi. Meningkatkan kesejahteraan bukan hanya dilihat dari segi ekonomi saja namun, dari aspek sosial juga perlu dilihat. Secara tidak langsung, meningkatkan kapasitas (keterampilan dan kemampuan) masyarakat miskin dalam partisipasi untuk membuat keputusan - keputusan yang dapat berpengaruh dalam kehidupan mereka dapat memperbaiki kehidupan masyarakat miskin (Jasuli et al. 2013). Menurut Utomo et al. (2014) konsep kesejahteraan diartikan menjadi kualitas hidup, dimana kualitas hidup yang baik dicirikan dengan akses pendidikan dan akses kesehatan yang memadai. Menurut Jasuli et al. (2013) hasil penelitiannya di daerah Sumenep menunjukkan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaaan (PNPM-MP) yang efektif dilihat dari indikator: (1) peningkatan pendapatan isteri, (2) kesempatan kerja masyarakat miskin dalam lapangan kerja baru, (3) peningkatan modal sosial/usaha, dan (4) kesetaraan gender menunjukkan korelasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Indikator kesejahteraan yang diukur oleh Jasuli et al. (2013) adalah: (1) kemampuan membeli kebutuhan dasar, (2) kemampuan berobat ke puskesmas, (3) kemampuan untuk membeli barang sekunder atau tersier, (4) kemampuan untuk meningkatkan modal usaha, (5) kemampuan menyekolahkan anak sampai tingkat SMA, (6) memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp500.000, (7) jaminan 3
Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan
10 ekonomi dan aset. Sedangkan, menurut Husna et al. (2013) program penanggulangan kemiskinan yang terdapat di Jawa Timur berdampak pada penurunan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Jawa Timur yang artinya tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkat seiring dengan pelaksanaan program Jalin Kersa di Jawa Timur. Seperti halnya Jasuli et al. (2013) yang mengatakan bahwa partisipasi masyarakat penting dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan sehingga kesejahteraan dapat dicapai, Utomo et al. (2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kemiskinan berpengaruh pada kualitas hidup masyarakat, terutama partisipasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Kerangka Pemikiran Keberadaan program penanggulangan kemiskinan di daerah merupakan langkah yang dilakukan oleh pemerintah guna menurunkan persentase penduduk miskin, khususnya di wilayah pedesaan. Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari program tersebut dapat dicapai. Secara umum, tujuan program penanggulangan kemiskinan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, sehingga kebutuhan dasar (pangan, kesehatan, pendidikan) dapat terpenuhi secara makasimal. Program penanggulangan kemiskinan di Desa Teja salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) khususnya bidang simpan pinjam perempuan. Merujuk pada tujuan umum dari kegiatan simpan pinjam perempuan yaitu untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan Rumah Tangga Miskin. Serta tujuan khususnya yaitu mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan kebutuhan dasar, kesempatan untuk meningkatkan ekonomi keluarga, serta penguatan kelembagaan. Berdasarkan hal tujuan umum dan khusus tersebut, keberhasilan dalam pelaksanaan program PNPM-MP bidang SPP dilihat melalui indikator (Jasuli et al. 2013) yaitu tingkat pendapatan, tingkat modal usaha. Pada penelitian ini tingkat pendapatan mengalami penyesuaian menjadi tingkat penerimaan usaha. Selain itu, indikator tingkat kesejahteraan masyarakat terdiri dari: pengeluaran untuk makan, kepemilikan aset rumah tangga, kepemilikan kendaraan, kemampuan mengakses fasilitas kesehatan, dan kemampuan menabung. Selain itu, akan dilihat pula faktor – faktor pendorong yang mempengaruhi keberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Menurut Utomo et al. (2014) faktor pendukung keberhasilan program penanggulangan kemiskinan adalah koordinasi yang bagus antar aktor yang terlibat, tingkat partisipasi, dukungan finansial (pembayaran), dan pendampingan. Temuan dilapangan adalah faktor kepercayaan serta tanggung jawab antar anggota kelompok. Pada kerangka pemikiran akan dilihat faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan, lalu melihat perubahan tingkat penerimaan usaha (X1) dan tingkat modal usaha (X2) sebelum dan setelah program, begitu pula dengan tingkat kesejahteraan yang akan dilihat perubahannya sebelum dan setelah program simpan pinjam. Setelah itu, analisis
11 hubungan variabel tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Variabel Y Variabel X Tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan 1. Tingkat penerimaan usaha 2. Tingkat modal usaha
Tingkat Kesejahteraan 1. Tingkat pengeluaran makan 2. Tingkat aset rumah tangga 3. Tingkat kepemilikan kendaraan 4. Tingkat kondisi tempat tinggal 5. Kemampuan mengakses fasilitas kesehatan 6. Kemampuan menabung
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program 1. Koordinasi yang bagus antar aktor yang terlibat 2. Tingkat partisipasi 3. Dukungan finansial (pembayaran) 4. Pendampingan 5. Tanggung jawab dan kepercayaan anggota kelompok
Keterangan: = Variabel yang duji Statistik (Kuantitatif) = Hubungan dampak =Variabel tidak diuji Statistik (Kualitatif)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
12 Hipotesis Penelitian 1.
2.
3.
Hipotesis penelitian ini adalah: Terdapat perbedaan antara tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha sebelum program simpan pinjam perempuan dengan setelah adanya program simpan pinjam perempuan. Terdapat perbedaan antara tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin sebelum adanya program penanggulangan kemiskinan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga setelah adanya program penanggulangan kemiskinan. Terdapat hubungan antara tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun et al. 2006). Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebegai berikut: Tabel 1 Matriks tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Penguk uran Tingkat Jumlah rupiah yang diperoleh Dalam rupiah Rasio penerimaan oleh peserta program pawa usaha periode waktu tertentu sebelum dan setelah mengikuti program. Tingkat Jumlah rupiah yang digunakan Dalam rupiah Rasio modal usaha untuk menunjang kegiatan produksi per bulan sebelum dan setelah mengikuti program. Tabel 2 Matriks tingkat kesejahteraan Variabel Definisi Operasional
Tingkat Pengeluar an makan
Kepemilikan
Indikator
Skala Penguk uran Interval
Besaran rupiah yang Tinggi, jika dikeluarkan responden untuk pengeluaran ≥ x + memenuhi kebutuhan dasarnya ½ sd (Skor 3) dalam periode satu bulan Sedang, jika pengeluaran x – ½ sd <x< + ½ sd (Skor2) Rendah, jika pengeluaran ≤ x – ½ sd (Skor 1) Merupakan barang yang Perabotan Ordinal
13 aset rumah tangga
Kepemilikan kendaraan
Kepemilikan tempat tinggal
menjadi aset dalam rumah 1. Televisi tangga responden sebelum dan 2. Radio setelah mengikuti SPP (BPS) 3. Handphone 4. Kipas Angin 5. Setrika 6. Rice cooker 7. Komputer 8. Kulkas 9. Ac 10. Mesin cuci Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden untuk perabotan hanya kode no 1-10 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden untuk perabotan hanya kode no 1-7 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden untuk perabotan hanya kode no 1-4 Kepemilikan kendaraan 1. Tidak punya responden sebelum dan setelah 2. Motor mengikuti program (BPS) 3. Mobil Tinggi (Skor 3), jika jawaban kendaraan untuk perabotan hanya kode no 2-5 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden untuk kendaraan hanya kode no 2-3 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden untuk kendaraan hanya kode no 1) Status bangunan yang 1. Milik Sendiri Ordinal ditempati responden untuk 2. Kontrak tinggal/menetap sebelum dan 3. Sewa setelah mengikuti SPP (BPS) 4. Bebas Sewa 5. Milik Orang
14
Jenis atap terluas
Penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami di bawahnya terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
Jenis dinding terluas
Sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik lain. Bila bangunan tersebut menggunakan lebih dari satu jenis dinding yang luasnya sama, maka yang dianggap sebagai dinding terluas adalah dinding yang bernilai lebih tinggi. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
Tua/Sanak/Saudar a Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 1 Sedang (Skor 2), jika responden menjawab kode no 2 dan 3 Rendah (Skor 1), jika responden menjawab kode no 4 dan 5 1. Beton Ordinal 2. Genteng 3. Sirap 4. Seng 5. Asbes 6. Ijuk/Rumbia 7. Lainnya Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 1 dan 2 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 3 dan 4 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 5 dan 6 1. Rumbia Ordinal 2. Bambu 3. Kayu kualitas rendah 4. Seng 5. Tembok Bata Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 5 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 3 dan 4
15 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 dan 2 Jenis lantai terluas
Bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari tanah maupun bukan tanah. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
Fasilitas MCK
Jenis MCK yang digunakan rumah tangga responden. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
Sumber penerangan
Sumber penerangan yang digunakan rumah tangga responden. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
1. Tanah/pasir Ordinal 2. Bambu 3. Kayu 4. Semen 5. Keramik Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 5 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 3 dan 4 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 dan 2 1. WC bersama Ordinal tanah/semen 2. WC bersama keramik 3. WC pribadi tanah/semen 4. WC pribadi keramik Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 4 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 3 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 dan 2 1. Listrik non- Ordinal PLN 2. Listrik PLN (bersama tetangga) 3. Listrik PLN
16
Bahan bakar untuk memasak
Jenis bahan bakar yang digunakan rumah tangga responden untuk kegiatan memasak. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP (BPS)
Kemampuan 1. Jenis pengobatan yang mengakses digunakan oleh responden fasilitas ketika ia atau anggota kesehatan keluarganya sakit. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP
Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 3 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 2 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 1. Kayu bakar Ordinal 2. Kayu bakar dan Gas 3. Gas Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 3 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no 2 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 Tinggi (Skor 3), Ordinal jika skala 8-10 Sedang (Skor 2), jika skala 4-7 Rendah (Skor 1), jika skala 0-3 1. Beli obat sendiri (warung) 2. Klinik 3. Puskesmas 4. Dokter praktek 5. Rumah sakit Tinggi (Skor 3), jika jawaban responden kode no 4 dan 5 Sedang (Skor 2), jika jawaban responden kode no
17
Kemampuan menabung
Kemampuan responden menyisihkan sebagian pendapatannya setiap bulan untuk disimpan di sebuah lembaga keuangan ataupun tidak. Kondisi dibandingkan sebelum dan setelah mengikuti SPP
2 dan 3 Rendah (Skor 1), jika jawaban responden kode no 1 Interval Tinggi, jika pengeluaran ≥ x + ½ sd (Skor 3) Sedang, jika pengeluaran x – ½ sd <x< + ½ sd (Skor2) Rendah, jika pengeluaran ≤ x – ½ sd (Skor 1)
18
19
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 2006). Penelitian survey dilakukan dengan pengujian hipotesis sehingga penelitian ini termasuk kedalam penelitian penjelasan (explanatory research) untuk mencari pengaruh antar variabel yang diuji, yaitu variabel keberhasilan program penanggulangan kemiskinann dengan variabel tingkat kesejahteraan rumah tangga penerima program penanggulangan kemiskinan di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali informasi dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program penanggulangan kemiskinan di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh. Lebih lanjut, pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap responden dan informan serta observasi langsung. Hasil penelitian akan dijelaskan secara deskriptif namun tetap fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat (Lampiran 1). Lokasi tersebut dipilih secara purposive dan di lokasi ini terdapat program penanggulangan kemiskinan yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan bidang Simpan Pinjam Perempuan. Program simpan pinjam perempuan di lokasi tersebut telah berjalan cukup lama yaitu sudah berlangsung selama 6 tahun sampai saat ini. Penelitian dilaksanakan dalam waktu lima bulan (Lampiran 2). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, uji coba kuesioner, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh hasil pengukuran metode survey, yaitu pengisian kuisioner oleh responden terpilih. Data kualitatif dari responden maupun informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Studi kasus sekaligus wawancara mendalam dilakukan pada rumah tangga peserta atau pemanfaat program penanggulangan kemiskinan. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, data-data, informasi tertulis, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti data rumah tangga miskin, peraturan daerah tentang percepatan dan penanggulangan kemiskinan, dan data-data terkait. Data sekunder diperoleh dari profil Desa Teja, dokumen UPK, dan sumbersumber data lain yang relevan.
20 Teknik Penentuan Responden dan Informan Sumber data dari penelitian ini adalah informan dan responden. Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan informasi atau keterangan tambahan mengenai topik penelitian atau ada hubungan dengan topik penelitian. Responden merupakan sumber data utama yang akan diberikan kuisioner. Berdasarkan data yang diperoleh Desa Teja terdiri atas 2 dusun yang dibagi kedalam 7 RW dan 23 RT. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga pemanfaat atau peserta program SPP di Desa Teja. Populasi penelitian adalah seluruh peserta atau pemanfaat program SPP Desa Teja yang berjumlah 128 orang (Lampiran 3). Alasan pemilihan unit analisis berupa rumah tangga karena analisis tingkat kesejahteraan erat kaitannya dengan rumah tangga. Pada penelitian ini, teknik pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) karena populasi yang menjadi fokus penelitian adalah rumah tangga peserta atau pemanfaat program SPP yang sifatnya homogen, responden yang dipilih sebanyak 50 responden. Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) melalui wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan wawancara, yang hasilnya akan disajikan melalui tematik catatan harian (Lampiran 4). Berdasarkan hasil observasi ditentukan informan dalam penelitian ini adalah aparatur desa, masayakat pemanfaat program, pihak UPK, dan beberapa responden yang telah mengisi kuesioner juga diwawancara lebih lanjut. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui hasil kuesioner (Lampiran 5) yang sudah diisi oleh responden yang kemudian disajikan kedalam tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sebelumnya, data kuantitatif diolah dengan uji beda akan untuk menguji tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam pada variable tingkat penerimaan usaha, tingkat modal usaha, dan tingkat kesejahteraan sebelum dan setelah program simpan pinjam dengan pengujian Wilcoxon dengan alasan jenis data yang diuji adalah ordinal dan uji hubungan untuk melihat hubungan pengaruh antar variabel menggunakan rank sparman. Adapun variabel-variabel yang diuji dengan rank sparman adalah variabel tingkat penerimaan usaha, tingkat modal usaha dengan variabel tingkat kesejahteraan. Pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 21.0 for Windows dan Microsoft Excell 2010. Data kualitatif yang berperan sebagai pendukung data kuantitatif dianalisis dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan dan disampaikan secara deskriptif analitik guna mempertajam hasil penelitian. Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepada 10 orang responden. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur dapat mengukur apa yang akan diukur (Ancok 2006). Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing- masing pertanyaan dengan skor total yang diperoleh, sehingga akan didapatkan nilai r hitung. Apanila nilai kritik r hitung > r tabel maka hasil yang diperoleh adalah valid (Lampiran 3). Pengujian reliabilitas adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (kuesioner) dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok 2006). Uji reabilitas
21 dilakukan dengan menghitung nilai korelasi yang dikuadratkan. Hasil uji reliabilitas ini didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,739 (Lampiran 3).
22
23
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Teja merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Majalengka. Desa Teja memiliki luas wilayah sekitar 879,86 ha dan merupakan desa dengan luas wilayah terluas kedua di Kecamatan Rajagaluh. Desa Teja termasuk dalam klasifikasi desa swakarya. Jarak tempuh desa Teja ke ibukota kecamatan sekitar 6 km dan jarak ke ibukota kabupaten sekitar 23 km. Angkutan umum yang terdapat di Desa Teja sebagai sarana transportasi adalah ojeg dan mobil pick up, namun keberadaan mobil pick up ini keberadaannya tidak menentu. Desa Teja di batasi oleh: 1. Sebelah Utara: Desa Kumbung 2. Sebelah Selatan: Desa Cikaracak Kecamatan Argapura 3. Sebelah Timur: Desa Payung di sebelah 4. Sebelah Barat: Desa Pajajar Kelembagaan yang terdapat di Desa Teja diantaranya Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelompok tani, karang taruna, dan Kelompok Remaja Masjid. Kuwu adalah sebuatan lain untuk kepala desa yang dipakai di wilayah Cirebon, Majalengka, dan Kuningan. Berikut adalah struktur organisasi Desa Teja: Kepala Desa
Sekertaris Desa
Kaur Umum
Kasi Pemerintahan Kepala Dusun 1
Kaur Aset
Kasi Ekonomi dan Bangunan
Kaur Keuangan
Kasi Kesejahteraan
Kepala Dusun 2
Sumber: profil Desa Teja 2016
Gambar 2. Struktur Organisasi Desa Teja Wilayah desa Teja di bagi kedalam 2 dusun yang terdiri atas 7 Rukun Warga (RW) yang di bagi ke dalam 7 blok (Minggu-Sabtu) dan 23 Rukun Tetangga (RT).
24 Kondisi Geografis Desa Teja termasuk pada wilayah dataran tinggi karena letak desa yang berada di kaki Gunung Ciremai dengan ketinggian 54,2 mdpl, curah hujan rata – rata per tahun adalah 25,003 mm/tahun dan suhu rata – rata sekitar 23,50C. Penduduk Desa Teja memanfaatkan mata air dari pegunungan Ciremai sebagai sumber air bersih dalam menopang kehidupan masyarakat Desa Teja. Kesuburan tanah di Desa Teja tergolong pada indikator Sangat Subur dan Subur, sehingga sangat cocok untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Luas sawah di Desa Teja sekitar 102,525 ha dan perkebunan sekitar 250 ha. Secara umum, kondisi jalan di Desa Teja sudah cukup baik, namun dibeberapa tempat masih ada jalan yang berlubang dan berbatu, selain itu penerangan di sisi jalan masih kurang memadai terutama disekitar jalan yang bersisian dengan hutan. Jalan disetiap blok, terutama blok yang memiliki ketinggian curam masih banyak yang licin sehingga membahayakan apabila musim hujan tiba. Jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 3055 jiwa yang terdiri atas penduduk laki – laki sekitar 1562 jiwa dan penduduk perempuan sekitar 1493 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sekitar 989 KK. Jumlah penduduk untuk masing – masing kelompok umur adalah sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Teja berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin Jenis Kelamin Kelompok Umur Jumlah No. (tahun) (orang) L P 1. 0-1 106 96 202 2. 2-4 118 108 226 3. 5-6 126 123 249 4. 7 - 12 144 129 273 5. 13 - 15 121 135 256 6. 16 - 18 135 124 259 7. 19 - 25 136 127 263 8. 26 - 35 127 122 249 9. 36 - 45 132 121 253 10 46 - 50 124 116 240 11. 51 - 60 123 132 255 12. 61 - 75 99 76 175 13. 76+ 68 87 155 Total 1562 1493 3055 Sumber: Profil Desa Teja Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 3 penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 16-60 tahun lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia muda dan penduduk usia tua, yaitu sebanyak 1519 jiwa, sedangkan penduduk usia muda sebanyak 1206 jiwa dan penduduk usia tua sebanyak 330 jiwa. Hal ini, dapat menjadi keuntungan bagi Desa Teja apabila penduduk usia produktif tersebut
25 dapat digali potensinya sehingga dapat menjadi aset sumberdaya masnusia yang berkualitas. Sebaran penduduk juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan akan dicantumkan pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat pendidikan penduduk Desa Teja No Tingkat pendidikan 1 Tamat SD/Sederajat 2 Tamat SLTP/Sederajat 3 Tamat SLTA/Sederajat 4 Diploma (D1-D3) 5 Sarjana Total
∑ (orang) 1611 255 90 13 30 1999
% 80.59 12.76 4.50 0.65 1.50 100.00
Sumber: Profil Desa Teja 2016
Berdasarkan Tabel 4 mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Desa Teja adalah tamat Sekolah Dasar/Sederajat. Penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi sangat kecil persentasenya. Hal ini juga berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Desa Teja. Sebaran mata pencaharian penduduk Desa Teja dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Mata pencaharian penduduk Desa Teja No Mata pencaharian 1 Pertanian tanaman pangan 2 Perkebunan 3 Peternakan 4 Pertambangan sektor galian 5 Industri kecil 6 Jasa Total
∑ (orang) 1898 113 634 185 7 328 3165
% 59.97 3.57 20.03 5.85 0.22 10.36 100.00
Sumber: Profil Desa Teja Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5 penduduk Desa Teja mayoritas bekerja di sektor pertanian tanaman pangan, terutama padi hal ini disebabkan oleh luas sawah di Desa Teja yang cukup luas yaitu sekitar 102,525 ha sehingga tidak heran apabila mayoritas penduduk Desa Teja berprofesi sebagai petani. Diurutan kedua peternak, peternak yang terdapat di Desa Teja mayoritas adalah peternak kambing. Kondisi dan wilayah Desa Teja yang masih asri dan banyak terdapat lahan kosong, mempermudah masyarakat dalam mencari pakan bagi ternak mereka. Diurutan ketiga yaitu jasa, dalam hal ini jenis pekerjaan jasa yang dimaksud adalah tukang ojeg, penjahit, tenaga medis, dan lain sebagainya. Diurutan keempat yaitu sektor pertambangan, yaitu galian. Desa Teja yang berada di wilayah kaki gunung ciremai di anugrahi kondisi sumberdaya alam yang melimpah, termasuk tanah yang subur, sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan kondisi tersebut sebagai lahan mencari nafkah, yaitu sebagai penambang tanah dan batu. Masyarakat yang bekerja pada sektor perkebunan adalah masyarakat yang menjual hasil perkebunannya seperti cengkeh dan sektor ini ada di urutan kelima dalam tabel mata pencaharian penduduk Desa Teja. Sektor terakhir adalah sektor
26 industri kecil yaitu dibidang anyaman bambu berupa kipas. Industri ini terpusat di wilayah blok minggu Desa Teja.
Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Teja Terdapat beberapa aset penunjang di Desa Teja. Jumlah aset pendidikan di Desa Teja dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Teja Jenjang ∑ (unit) SD 2 MD 1 TK 2 Total
5
% 40 20 40 100
Sumber: Profil Desa Teja 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa Desa Teja hanya memiliki bangunan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar. Belum ada penunjang pendidikan diatas SD, seperti SLTP maupun SLTA, untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi masyarakat harus pergi keluar desa, yang jarak tempuhnya sekitar 10 hingga 20 menit menggunakan kendaraan bermotor menuju ibukota Kecamatan. Selain dari bidang pendidikan, terdapat juga sarana dan prasarana untuk bidang keagamaan, kesehatan, olahraga, dan umum yang dapat dilihat dari Tabel 7. Tabel 7 Jumlah sarana dan prasarana keagamaan, kesehatan olahraga, dan umun Sarana dan prasarana ∑ (unit) % Masjid 1 1.64 Mushola 28 45.90 Majlis Ta’lim 4 6.56 Posyandu 3 4.92 Poskesdes 1 1.64 Lapangan sepak bola 1 1.64 Lapangan bola voli 3 4.92 Lapangan bulu tangkis 1 1.64 Lapangan tenis meja 4 6.56 Pos kamlinh 12 19.67 Balai dusun 3 4.92 Total 61 100.00 Sumber: Profil Desa Teja 2016
27 Kondisi Kemiskinan di Desa Teja Kondisi kemiskinan disuatu wilayah dapat terjadi karena rendahnya sumberdaya manusia yang menyebabkan rendahnya daya saing dalam merebut peluang kerja. Menurut data yang diperoleh dari PPLS pada tahun 2011 Desa Teja memiliki persentase kemiskinan sebesar 21,22%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilapangan terdapat faktor penyebab kemiskinan yang terjadi di Desa Lokasi penelitian disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga daya saing masyarakat menjadi rendah. Hal ini di perkuat oleh data yang dimiliki oleh desa bahwa sekitar 1611 penduduk Desa Teja hanya tamat Sekolah dasar. Hal ini di perkuat oleh salah satu informan yang mengatakan bahwa “masyarakat desa Teja apalagi yang lahir di tahun 80an ke bawah jarang sekali yang melanjutkan pendidikan sampe perguruan tinggi, jangankan sampe perguruan tinggi, yang lanjut SMP dan SMA aja bisa dihitung, sekarang saja masih ada yang anaknya baru lulus SD sudah disuruh kerja sama orangtuanya, ya karena orangtuanya gak sanggup ditambah anaknya juga gak mau sekolah, pokonya mah neng bisa dihitung yang lanjut SMA juga” ARY, 65 tahun Hal ini juga terjadi karena jarak sekolah lanjutan setingkat SMP dan SMA cukup jauh dari Desa Teja. Sekolah lanjutan lokasinya berada di kota Kecamatan, untuk menuju kesana perlu waktu tempuh sekitar 10-15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Salah satu narasumber mengatakan bahwa: “anak saya perempuan, setelah lulus SD tidak mau meneruskan lagi sekolah, alasannya capek karena sekolahnya jauh, jasi langsung bekerja di Bogor menjadi pelayan di warung makan. Saya sebagai orangtua ya gak bisa berbuat apa-apa karena itu kemauan dia, saya mah terserah aja. Lagipula jadi bisa menurunkan beban orangtua juga” MRM 30tahun Selain itu, tidak adanya lapangan pekerjaan yang memadai di Desa Teja menjadi salah satu faktor kemiskinan terjadi. Sulitnya mencari pekerjaan dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai membuat masyarakat Desa Teja meninggalkan Desa dan pergi merantau baik di dalam negeri maupun luar negeri. Menurut kepala desa setempat, banyak dari warga Desa Teja yang mencoba peruntungan bekerja di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga. “warga Desa Teja terutama perempuan banyak neng yang pergi ke luar negeri, terutama daerah timur tengah di Kuwait, Arab Saudi. Kalo sekarang udah kemana-mana, Hongkong, Korea, Malaysia. Karena di sini mereka sudah sulit mencari pekerjaan dengan kondisi latar belakan pendidikan dan keterampilan mereka yang kurang.” Kepala Desa Teja
28 Ketiga faktor penyebab kemiskinan di atas, yaitu rendahnya pendidikan, kurangnya keterampilan, dan kurang memadainya lapangan pekerjaan di Desa Teja menjadi masalah kemiskinan yang menghantui desa dengan sumberdaya alam yang melimpah. Ketiga faktor tersebut juga serupa seperti yang dikemukakan oleh Karya (2013) dalam jurnal penelitiannya. Walaupun demikian kondisi alam Desa Teja yang subur dan banyak terdapat lahan pertanian membuat masyarakat masih bisa menghidupi keluarganya dengan cara bertani. Berdasarkan kondisi tersebut Desa Teja memiliki penyebab kemiskinan pada ranah faktor situasional. Faktor situasional menurut Murbyarto (1991) dalam Papilaya (2013) mengatakan bahwa faktor situasional berasumsi bahwa kemiskinan yang melanda setiap individu/kelompok masyarakat lebih disebabkan oleh faktor yang berasal dari luar individu/kelompok masyarakat tersebut. Dengan kata lain kemiskinan terkait dengan faktor kultural, struktural, dan alamiah. Pada kasus di Desa Teja kemiskinan terkait dengan faktor struktural. Hal ini seperti halnya paradigma kemiskinan demokrasi-sosial yang dikemukakan oleh Cheyne, O’Brien, dan Belgrave (1998) dalam Suharto (2010) yang mengatakan bahwa kemiskinan dilihat dari persoalan struktural karena adanya ketidakadilan dan ketimpangan akibat tersumbatnya akses kelompok terhadap sumberdaya. Sumberdaya yang teridentifikasi di wilayah penelitian adalah kurang memadainya lapangan pekerjaan. Menurut KIKIS (2003) dalam Papilaya (2013) ada lima dimensi pokok dalam kemiskinan struktrural, pertama, dimensi kekuasaan yang mengatur pola hubungan kekuasaan (power relation), baik hubungan kekuasaan ekonomi, politik, maupun kebudayaan, kedua, dimensi kelembagaan, bukan saja lembaga pemerintahan, tetapi juga lembaga tradisional yang mempunyai pengaruh signifikan dengan kemiskinan strktural. Ketiga, dimensi kebijakan, yaitu terkait dengan produk perundang-undangan dan keputusan-keputusan lembaga pemerintah yang mempunyai dampak langsung maupun tidak terhadap penanggulangan kemiskinan. Keempat, dimensi budaya, meliputi sikap, nilai, perilaku budaya, khususnya yang memberikan reaksi terhadap tekanan eksternal masyarakat miskin, dan kelima, dimensi lingkungan hidup yang berhubungan dengan potensi sumberdaya alam. Berkaitan dengan dimensi tersebut Kartasasmita (Papilaya 2013) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 penyebab kemiskinan, yaitu: (1) rendahnya taraf pendidikan, (2) rendahnya tingkat kesehatan, (3) terbatasnya lapangan pekerjaan, (4) kondisi keterisolasian. Setidaknya pada kasus kondisi kemiskinan di Desa Teja dua penyebab kemiskinan terjadi yaitu rendahnya taraf pendidikan masyarakat dan terbatasnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat. rumah tangga miskin di Desa Teja ada sekitar 128 KK atau 13,11%. Artinya dari 14 kriteria miskin menurut BPS 9 kriteria diantaranya terpenuhi sehingga sebanyak 128 KK termasuk pada kategori rumah tangga miskin. Perbandingan kemiskinan secara konseptual, merujuk pada 14 kriteria miskin menurut BPS dengan kondisi kemiskinan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 8.
29 Tabel 8 Perbandingan kemiskinan secara konseptual dan kemiskinan komunitas Kriteria miskin BPS Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
Komunitas Menurut data laporan Desa Teja tahun 2015 terdapat 59 rumah tidak layak huni
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
Menurut data laporan desa tahun 2015 Seluruh rumah tangga telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan Sumber air minum masyarakat berasal dari mata air Gunung Ciremai Menurut data tahun 2015 terdapat 36 rumah tangga yang hanya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa msayarakat mereka mengkonsumsi daging/telur/ayam lebih dari satu kali dalam seminggu Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat mereka membeli pakaian sesuai dengan kebutuhan, tidak hanya pada saat hari raya saja Berdasarkan hasil wawancara masyoritas masyarakat makan sebanyak 3 kali dalam sehari bahkan bisa lebih sesuai keinginan. Berdasarkan hasil wawancara masyoritas masyarakat sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/klinik karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal. Tetapi, masih ditemukan msyarakat yang hanya mengandalkan obat warung sebagai alternatif pengobatan abilala sakita yang diderita tidak terlalu parah Masyarakat dengan pekerjaan buruh bangunan, buruh tani, buruh industri rumah tangga, dan buruh perkebunan yang memiliki penghasilan di bawah Rp600.000/bulan ada sekitar 500 kepala rumah tangga atau 16% dari jumlah penduduk yang bekerja. Mayoritas masyarakat memiliki tingkat pendidikan tamat SD yaitu 80,59% Berdasarkan hasil observasi masyarakat umumnya memiliki tabungan/barang yang nilainya sekitar Rp500.000 apabila dijual.
Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,per bulan Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya
Rumah yang memiliki MCK hanya 700 unit dari jumlah rumah sebanyak 803, artinya terdapat 103 rumah yang belum memiliki fasilitas MCK
30 Karakteristik Responden Responden yang diwawancarai tersebar berdasarkan wilayah tempat tinggal. Sebaran responden akan ditampilkan pada diagram sebagai berikut:
blok minggu 28%
blok selasa 20%
blok rabu 10% blok sabtu 4% blok jumat 10%
blok kamis 28%
Gambar 3. Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal Berdasarkan data primer yang telah dikumpulkan, didapatkan karakteristik responden dilihat dari tingkat pendidikan, kelompok umur, agama dan jenis pekerjaan. Masyarakat yang menjadi responden merupakan masyarakat pemanfaat program penanggulangan kemiskinan, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) bidang Simpan Pinjam Perempuan (SPP), sehingga semua responden berjenis kelamin perempuan. Tabel 9 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan responden yaitu tamat SD. Hal ini juga dapat dilihat dari mayoritas penduduk Desa Teja yang merupakan tamatan SD. Tabel 9 Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan ∑ (orang) Tamat SD 38 Tamat SMP 8 Tamat SMA 3 Diploma 1 Total 50
% 76 16 6 2 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 76% masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini adalah lulusan Sekolah Dasar (SD), 16% lulusan SMP, 3 % lulusan SMA, dan hanya 2% atau satu orang saja yang merupakan lulusan Diploma bidang keperawatan. Selanjutnya sebaran responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan jumlah terbanyak responden pada kelompok umur 41-50
31 Tabel 10 Jumlah responden berdasarkan kelompok umur Kelompok umur ∑ (orang) 20-30 8 31-40 15 41-50 17 51-60 9 61 keatas 1 Total 50
% 16 30 34 18 2 100
Pada Tebel 10 sebanyak 34% masyarakat ada pada rentang usia 41-50 tahun dan 30% masyarakat ada pada rentang usia 31-40 tahun. Hal ini menunjukkan, usia responden rata – rata tersebabr di sekitaran usia 30 hingga 50 tahunan. Hanya sedikit masyarakat diusia muda, yaitu usia 20 tahunan yang menjadi pemanfaat program, hanya 16%, begitu pula dengan usia diatas 50 tahun keatas yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang saja atau sekitar 20%. Selain kelompok umur, karakteristik responden juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan. Berikut jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan. Tabel 11 Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan Pekerjaan ∑ (orang) Pedagang 25 Ibu Rumah Tangga 25 Total 50
% 50 50 100
Berdasarkan Tabel 11, persentase responden menurut jenis pekerjaannya berjumlah sama besar atau dengan persentase 50% berbanding 50%. Responden dengan jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga menjadi pemanfaat program simpan pinjam untuk membantu usaha suami mereka. Tabel 12 menunjukkan berapa lama responden menjadi anggota simpan pinjam perempuan, berikut adalah data yang diperoleh. Tabel 12 Lama responden menjadi anggota simpan pinjam Lama menjadi ∑ (orang) % anggota (tahun) 2 10 20 3 19 38 4 7 14 5 6 12 6 8 16 Total 50 100 Tabel 12 menunjukkan responden yang telah menjadi anggota simpan pinjam selama 3 tahun memiliki jumlah dan persentase paling besar diantara yang lainnya. apabila menghitung dari awal dimulainya program simpan pinjam yaitu tahun 2009 maka responden yang telah menjadi anggota selama 3 tahun bergabung sejak tahun 2013.
32
33
PELAKSANAAN PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Teja Mulai di tahun 2007 pemerintah mencanangkan Program Penanggulangan Kemiskinan Program Nasional Pengembangan Masyarakat Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program Penanggulangan Kemiskinan Program Nasional Pengembangan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Bidang Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Teja dimulai sejak tahun 2009. Pada awalnya hanya terdapat 1 kelompok yang terdiri atas 10 orang perempuan, hingga saat ini telah berkembang menjadi 8 kelompok dengan jumlah anggota sekitar 10-20 orang dan jumlah keseluruhan adalah 128 orang. Penyebaran kelompok Simpan Pinjam Perempuan hampir disetiap blok yang terdapat di Desa Teja. Sumber dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM perdesaan bersumber dari APBN, APBD, swadaya masyarakat, partisipasi swasta, dan sumber lain. Simpan Pinjam Perempuan merupakan salah satu kegiatan yang memenuhi kriteria kegiatan yang dibiayai oleh BLM. Kriteria tersebut adalah: 1. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin 2. Memenuhi kebutuhan antardesa dan/atau antarkecamatan 3. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin 4. Berdampak langsung terhadap perkembangan ekonomi perdesaan 5. Dapat dikerjakan oleh masyarakat 6. Didukung oleh sumber daya yang ada 7. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan 8. Mendukung kualitas lingkungan hidup dengan tidak merusak lingkungan hidup. Program simpan pinjam di Desa Teja sudah memenuhi 8 kriteria tersebut. Pencairan dana SPP untuk setiap kelompok di Desa Teja berbeda-beda hal ini dimaksudkan agar perguliran dana menjadi lebih mudah dikelola dan mempermudah tim verifikasi saat verifikasi berlangsung. Tim verifikasi adalah tim yang dibentuk dari anggota masyarakat yang memiliki pengalaman dan keahlian khusus di bidang teknik prasarana, simpan pinjam, pendidikan, kesehatan, atau pelatihan keterampilan masyarakat sesuai usulan kegiatan yang diajukan masyarakat dalam musyawarah desa perencanaan. Peran Tim verifikasi adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM Mandiri Perdesaan dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antardesa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Saat ini terdapat tiga orang yang termasuk tim verifikasi kecamatan rajagalauh yaitu Bapak Oning S Heriyadi, Bapak Sutarwan, dan Bapak Zaenal Arifin SE.
34 Pencairan dana SPP dilakukan oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) setelah pengajuan dana oleh setiap kelompok diverifikasi oleh tim verifikasi. Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan kegiatan antardesa. Pengurus UPK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta ditambahkan minimal 1 orang yang mengelola kegiatan dana bergulir pada Kecamatan PNPM MPd yang memiliki total kas, bank, dan pinjaman kegiatan dana bergulir minimal 2 miliar rupiah. Berkaitan dengan kelancaran pelaksanan program, kepengurusan UPK harus bebas dari keterikatan dengan partai politik, atau pengurusnya tidak menjadi pengurus partai politik, tim sukses pemilihan kepala daerah, atau pemilihan legistatif. Saat ini ketua UPK kecamatan Rajagaluh adalah Bapak Baban Sobana. Pengajuan pinjaman yang diajukkan oleh anggota kelompok berbeda beda tergantung pada lamanya keikutsertaan anggota dalam kelompok, artinya pinjaman yang diperoleh besarnya akan berjenjang. Apabila anggota baru bergabung maka jumlah pinjaman yang diperoleh hanya sekitar Rp500.000Rp1.000.000 namun apabila sudah bergabung lebih dari 5 tahun anggota bisa memperoleh pinjaman sebanyak Rp.5.000.000-Rp.6.000.000. Kepercayaan antar setiap anggota kelompok dan tanggung jawab setiap anggota kelompok juga sangat mempengaruhi keberlanjutan kegiatan Simpan Pinjam ini, karena apabila ada satu anggota kelompok mengalami kendala pembayaran maka akan sulit untuk kelompok lain memperoleh pinjaman di tahun berikutnya. Lamanya pinjaman setiap periode adalah 12 bulan atau satu tahun, pada periode satu tahun anggota kelompok akan mengunpulkan anggusaran dana pinjaman setiap bulannya sehingga diperiode berikutnya dana tersebut dapat digulirkan kembali, setiap anggota bertanggung jawab dalam setiap pembayaran angsuran setiap bulan, dan tanggung jawab individu tersebut berpengaruh terhadap keberlangsungan dana perguliran pada periode berikutnya. Apabila ada salah satu anggota yang mengalami kendala dalam pembayaran maka kelompok simpan pinjam tersebut akan mendapat dampak dari permasalahan tersebut, sehingga terkadang setiap anggota dalam kelompok tersebut akan membantu anggotanya yang bermasalah dengan cara saling menutupi angsuran yang harus dibayar, dengan ketentuan dan kesepakatan yang telah disetujui oleh setiap anggota kelompok. Peran ketua kelompok dalam kelompok simpan pinjam ini adalah jembatan pihak UPK kepada anggota lainnya. ketua kelompok menjadi tempat dalam mengumpulkan angsuran setiap bulannya sebelum nantinya apabila telah terkumpul diserahkan kepada pihak UPK. Di Desa Teja terdapat 8 kelompok yang diketuai oleh 6 orang yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Daftar Nama Kelompok dan Ketua Kelompok Simpan Pinjam Desa Teja. Nama Kelompok Ketua Kelompok Harapan 1 dan Harapan 2 Hj. Enung Edelwis Isti Matahari Aas Asrimah Anggrek 1 dan Anggrek 2 Unah Kenanga Sapti Kamboja Siti Khodijah
35 Tabel 13 menunjukkan adanya pengembangan kelompok, yaitu kelompok Harapan 2 dan Anggrek 2. Hal ini dimaksudkan agar dalam satu kelompok tidak terlalu banyak anggota didalamnya agar dapat mempermudah proses perguliran dan pengajuan pinjaman selanjutnya. Permekaran kelompok ini disebabkan oleh tingginya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program simpan pinjam. Tingginya partisipasi disebabkan oleh faktor individu dimana setiap anggota yang bergabung awalnya mengetahui program simpan pinjam dari cerita anggota lain yang terlebih dahulu bergabung. Setiap ketua kelompok dipilih secara sukarela dan melalui rasa kepercayaan yang timbul antar sesama anggota kelompok. “ketua ditentukannya tidak melalui pemilihan seperti kepala desa, hanya ditunjuk saja, saling percaya aja. Sampe sekarang saya ikut sudah hampir 4 tahun, ketua kelompok sampai sekarang selalu menyerakhan uang setoran pinjaman pada UPK tepat waktu” NNG-32tahun. Berkembangnya kelompok simpan pinjam perempuan menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat terhadap program simpan pinjam. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Simpan Pinjam Perempuan merupakan kegiatan pemberian modal bagi kaum perempuan pedesaan. Simpan pinjam perempuan memiliki tiga tujuan khusus yaitu: 1. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar. 2. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan peluang usaha. 3. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. Simpan Pinjam Perempuan dapat dikatakan berhasil apabila tiga poin dari tujuan khusus tersebut dapat dicapai. Adapun tingkat keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Teja akan dijelaskan pada alinea selanjutnya. Tingkat Penerimaan Usaha
Berdasarkan data primer yang diperoleh, tingkat pendapatan penerima atau pemanfaat program Simpan Pinjam Perempuan sebelum dan setelah mengikuti program mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tingkat penerimaan usaha masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Skala pengukuran (Rp.000.000) Rendah (01000) Sedang (11003000) Tinggi (310>5000) Total Keterangan: (-) menurun
Sebelum ∑ % (orang) 31 62
Sesudah ∑ % (orang) 19 38
Perubahan ∑ (orang)
%
-0.39
-39
7
14
13
26
0,.86
86
12
24
18
36
0.5
50
50
100
50
100
36 Tabel 14 menunjukkan responden pemanfaat program mengalami peningkatan penerimaan usaha yang dapat dilihat dari penurunan jumlah responden yang memiliki besaran penerimaan rendah (Rp0 - Rp1.000.000), dari sebelumnya 62% menjadi 38% terdapat penurunan sebesar 39% Pada skala pengukuruan sedang dan tinggi mengalami peningkatan, yaitu masyarakat dengan tingkat penerimaan usaha sedang (Rp1.100.000-Rp3.000.000) sebelumnya 14% menjadi 26%, meningkat sebesar 86% dan pada tingkat pendapatan tinggi yaitu Rp3.100.000->Rp5.000.000 mengalami peningkatan sebesar 50% dari 26% menjadi 36%. maka dari itu, pencapaian ini sesuai dengan tujuan khusus Simpan Pinjam Perempuan pada poin nomor 2 yaitu: Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan peluang usaha. Responden juga mengatakan adanya Simpan Pinjam Perempuan memberikan dampak pada pendapatan yang diperoleh. Salah satu responden menuturkan bahwa: “alhamdulillah neng, setalah ikut program simpan pinjam, usaha jadi lancar karena ada tambahan modal, uang masuk juga ada penambahan, alhamdulillah” UNH-55 tahun Tingkat Modal Usaha Berdasarkan data primer yang diperoleh, tingkat modal usaha masyarakat pemanfaat program Simpan Pinjam Perempuan mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada ulasan Tabel 15. Tabel 15 Tingkat modal usaha masyarakat pemanfaat perogram simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Skala pengukuran ∑ % ∑ % ∑ (orang) % (Rp.000.000) (orang) (orang) Rendah (030 60 6 12 -0.8 -80 1000) Sedang (11009 18 19 38 1.1 110 4900) Tinggi (>5000) 11 22 25 50 1.27 127 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 15 menunjukkan perubahan, sebelumnya sekitar 60% menjadi 12% dengan penurunan 48%, kategori modal sedang dari 18% menjadi 38% dengan peningkatan sebesar 110% dan kategori modal tinggi dari 22% menjadi 50% dengan peningkatan sebesar 127%. Hal ini membuktikan bahwa poin 1 (Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar) pada tujuan khusus simpan pinjam perempuan dapat terlaksana. Penuturan salah satu responden mengenai simpan pinjam perempuan adalah: “saya sudah ada 2 tahun ikut simpan pinjam, sudah dapat 2 juta. Uang ini saya gunakan untuk modal usaha bibit tanaman. Sebelum
37 ikut simpan pinjam saya belum memulai usaha karena tidak ada modal. Sekarang, jadi mudah mau usaha karena ada pinjaman ini” IMS-27 tahun “pada awalnya sebelum menjadi anggota suami saya hanya bekerja serabutan karena gak ada modal usaha, setelah tau ada simpan pinjam ini, tertarik ikut dan alhamdulillah sekarang sudah ada usaha tetap dengan yaitu jualan es kelapa muda.” HYT 32 tahun Berdasarkan pada dua indikator diatas, keberadaan program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Teja termasuk berhasil, hal ini juga di katakan oleh salah satu narasumber. “keberadaan simpan pinjam ini sangat membantu warga kami dan dapat dikatakan berhasil, terutama para warga yang melakukan usaha. Hal ini memberikan hasil positif pada pemenuhan kebutuhan masyarakat yang ikut simpan pinjam ini, banyak perubahan, ada yang tadinya belum punya motor jadi punya. Ada yang dulu motornya kurang bagus, bisa ganti.” WWN, 32 tahun “keberadaan program simpan pinjam di Desa Teja bisa dibilang berhasil, hal ini bisa dilihat dari eksistensi keberadaan program yang sudah berjalan selama hapir 7 tahun, selama ini tidak ada kendala serius yang dihadapi, paling hanya seputar kemacetan pembayaran salah satu anggota saja.” BBN, 35 tahun Perubahan Tingkat Penerimaan usaha dan Tingkat Modal Usaha Pada penelitian ini untuk menganalisis perubahan tingkat pendapatan dan tingkat modal usaha sebelum dan setelah adanya program akan digunakan uji beda non parametrik menggunakan matched pairs (wilcoxon). Uji ini dipilih karena data yang diuji berjenis ordinal dan walaupun sampel data berjumlah >30 sampel, namun data yang dihasilkan tidak terdistribusi normal (Lampiran 7). Berikut adalah hasil uji beda antara tingkat pendapatan dan tingkat modal msayarakat Teja sebelum dan setelah mengikuti program Simpan Pinjam Perempuan Tabel 16 Hasil uji beda tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam Indikator Asymp. Sig 2-tailed Taraf nyata (p value/probabilitas) (Significant Level) Tingkat penerimaan usaha 0.000 0.05 sebelum dan setelah program Tingkat modal usaha sebelum 0.000 0.05 dan setelah program *taraf nyata 5% (0.05) Berdasarkan tabel 16 nilai Asymp. Sig 2-tailed jauh lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata, yaitu 0.000 < 0.05, artinya terdapat berbedaan
38 tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha masayrakat Teja sebelum dan sesudah program simpan pinjam dilaksanakan. Artinya hipotesis pertama pada penelitian ini diterima. Hal ini diperkuat juga oleh data kualitatif dimana salah satu narasumber mengatakan bahwa: “setelah ikut simpan pinjam pendapatan bertambah, untuk modal juga jadi ada tambahan. Sangat ada perbedaan sebelum dan setelah ikut ini (program).” LNT, 32 tahun Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan ini tidak terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Setiap program yang dicetuskan oleh pemerintah selalu melibatkan banyak pihak dalam proses pelaksanaannya hingga program tersebut dapat dikategorikan sebagai program yang berhasil dan berkelanjutan. oleh sebab itu, faktor yang mempengaruhi keberhasilan program menjadi penting untuk diulas lebih jauh. Keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Teja tidak lepas dari dukungan setiap stakeholder yang terlibat. Pada program ini hampir semua stakeholder dari mulai tingkat kecamatan hingga tingkat masyarakat. Dengan demikian, faktor stakeholder menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan di Desa Teja. Stakeholder yang terlibat antara lain Kepala Desa Teja, Tim Verifikasi Kecamatan, pihak UPK Kecamatan, para anggota Simpan Pinjam Perempuan, serta masyarakat. “keberhasilan program simpan pinjam ini juga berkat dukungan pihak desa, pihak kecamatan, upk, dan semua pihak baik yang terlibat langsung ataupun tidak, kami pihak desa mempermudah dalam hal administrasi agar proses untuk verifikasi hingga pencairan masyarakat tidak mengalami kesulitan.” WW, 32 tahun “selama saya jadi ketua kelompok untuk urusan tanda tangan kuwu (kepala desa), cap dari desa tidak pernah dipersulit selagi ibu kuwu ada di kantor.” ENG, 61 tahun Selanjutnya, rasa tanggung jawab antar anggota kelompok menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan. Karena tanpa adanya rasa tanggung jawab dan rasa kepercayaan antar semasa anggota dan ketua keberlangsungan kelompok simpan pinjam ini tidak bisa berjalan dengan baik. “saling percaya, terbuka, sama tanggu jawab aja sih ya neng biar lancar. Kan kalo ada yang macet bayar yang rugi kita – kita juga engga Cuma satu orang itu aja.” IHT 35 tahun
39 Rasa saling percaya antar anggota kelompok tidak sulit dibentuk karena anggota kelompok berasal dari wilayah tempat tinggal yang sama, secara umum kelompok Simpan Pinjam Perempuan setiap kelompoknya bermukim di blok yang sama sehingga tidak sulit bagi mereka membangun rasa kepercayaan satu sama lain. Selain itu, faktor partisipasi masyarakat, yaitu keikutsertaan dalam program Simpan Pinjam Perempuan juga menjadi faktor dalam mendorong keberhasilan program. Apabila, masyarakat sudah tidak ada yang mau ikut berpartisipasi maka program simpan pinjam ini tidak akan berkelanjutan. “partisipasi masyarakat sejauh ini sangat baik, selalu ada saja anggota baru yang ikut dalam setiap perguliran dana berlangsung, walaupun terkadang ada beberapa anggota yang memutuskan berhenti tapi selalu ada gantinya untuk anggota yang berhenti tersebut. Sehingga, kegiatan ini masih terus berjalan hingga saat ini” BBN, 35 tahun Pembayaran (pemberian dana bergulir) pada setiap kelompok dilaksanakan tepat waktu. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu responden yaitu sebagai berikut: “pencairan dana SPP untuk setiap kelompok dilakukan diwaktu yang berbeda dan dilakukan tepat waktu, perguliran dana dilakukan setelah masa pinjaman selama 1 tahun berakhir, maka dimulai pengajuan pinjaman baru. Kelompok mi haji selalu melakukan verifikasi berkas dibulan april dan dana akan cair dibulan yang sama juga.” ENG, 63 tahun Secara lebih terstruktur faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya akan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 17 Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan Faktor –faktor Tingkat Indikator keberhasilan Koordinasi yang bagus Tinggi kemudahan dalam pelayanan antar aktor yang terlibat administrasi Tingkat partisipasi
Tinggi
Dukungan finansial Tinggi (Pembayaran) Pendampingan
Rendah
Tanggung jawab dan kepercayaan antar anggota
Tinggi
Anggota kelompok simpan pinjam bertambah Tim verifikasi dan pihak UPK melaksanakan perguliran di waktu yang telah ditentukan Pendampingan hanya dilakukan saat tahun pertama program SPP dilaksanakan. Setiap anggota kelompok selalu membayar cicilan pinjaman tepat waktu, ketua kelompok meyetorkan pada UPK tepat waktu
Tiga dari empat faktor pendorong yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan pada Tabel 17
40 selaras dengan Utomo et al. (2014) yaitu koodinasi yang bagus antar aktor yang terlibat, tingkat partisipasi, dukungan finansial (pembayaran) dalam hal perguliran dana simpan pinjam. Namun untuk faktor pendampingan tidak begitu terlihat karena pendampingan dilakukan hanya pada saat program simpan pinjam pertama kali dilaksanakan yaitu pada tahun 2009 hingga 2010 saja. Saat ini, kelompok simpan pinjam di Desa Teja sudah tergolong mandiri dan keberadaannya sudah cukup lama. Selain itu, ditemukan faktor lain yaitu tanggung jawab serta kepercayaan anggota kelompok dalam hal pembayaran pinjaman menjadi salah satu faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam di Desa Teja.
41
DAMPAK PROGRAM SIMPAN PINJAM PEREMPUAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pemanfaat Program Simpan Pinjam Perempuan Hasil yang diperoleh dari pengumpulan data primer tingkat kesejahteraan rumah tangga pemanfaat program Simpan Pinjam Perempuan secara keseluruhan dari aspek pengeluaran untuk kebutuhan dasar per bulan, aset rumah tangga, kepemilikan kendaraan, kondisi bangunan rumah, akses kesehatan, serta kemampuan menabung baik sebelum, maupun setelah mengikuti program simpan pinjam. Pada indikator konsisi bangunan rumah tidak banyak mengalami perubahan, karena kondisi bangunan rumah masyarakat sudah permanen. Hal yang sama juga terjadi pada indikator pengeluaran yang tidak mengalami perubahan baik sebelum ataupun setelah program terlaksana. Secara lebih rinci dapat dilihat dari Tabel 18 kondisi kesejahteraan masayarakat dari kelima aspek kesejahteraan. Tabel 18 Tingkat kesejahteraan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Skala ∑ % ∑ % ∑ (orang) % Pengukuran (orang) (orang) Rendah 20 60 14 28 -0.3 -30 Sedang 23 28 27 54 0.17 17 Tinggi 7 16 9 18 0.29 29 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah mengalami penurunan sebanyak 30% dari sebelumnya penduduk dengan kesejahteraan rendah ada sebanyak 20 orang menjadi 14 orang setelah mengikuti program simpan pinjam. Tingkat kesejahteraan penduduk pada kategori sedang mengalami peningkatan sebesar 17% dari sebelumnya jumlah responden dengan tingkat kesejahteraan sedang ada sebanyak 23 orang menjadi 27 orang, dan peningkatan sebesar 29% juga terjadi pada tingkat kesejahteraan masyarakat pada kategori tinggi, yang sebelumnya hanya ada 7 orang atau 16% menjadi 9 orang atau 18%. Tabel 19 akan menunjukkan hasil dari setiap poin tingkat kesejahteraan yang diuji.
42 Tabel 19 Tingkat pengeluaran makan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan sebelum dan setelah program Sebelum Sesudah Perubahan Skala ∑ % ∑ % ∑ (orang) % Pengukuran (orang) (orang) Rendah 33 60 33 60 0 0 Sedang 12 28 12 28 0 0 Tinggi 6 16 6 16 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 19 menunjukkan bahwa responden tidak mengalami perubahan dalam pengeluaran karena menurut responden pengeluaran mereka untuk konsumsi dan kebutuhan dasar lainya tidak mengalami perubahan baik sebelum ataupun setelah program. “resiko untuk setiap bulan dari sebelum dan setelah ikut SPP tidak mengalami perubahan yang berarti, tidak jadi tiba – tiba boros atau bagaimana, tapi emang setiap bulan ya itu itu aja yang dibeli neng.” IPH 29 tahun “kalo saya resiko tiap bulan ya, paling buat makan, lauknya juga itu-itu aja, apalagi sekarang pada mahal yang ngririt aja. Mungkin bedanya kalo pas sebelum ikut (2 tahun lalu) uang sehari 50 ribu bisa keluarga makan enak, ya kalo sekarang 50 ribu sehari belanja makannya biasa aja, yang penting mah ada nasi itu aja, lauknyamah apapun jadi.” WD 30 tahun Selain pengeluaran, kepemilikan sarana rumah tangga seperti barang elektronik dan perabotan lainnya jga menjadi salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan. Tabel 20 akan menunjukkan frekuensi kepemilikan barang rumah tangga masyarakat pemanfaat program Simpan Pinjam Perempuan Tabel 20 Tingkat kepemilikan aset rumah tangga masyarakat pemanfaat program simapan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Skala ∑ % ∑ % ∑ (orang) % Pengukuran (orang) (orang) Rendah 18 36 11 22 -0.38 38 Sedang 27 54 34 68 0.26 26 Tinggi 5 10 5 10 0 0 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 20 menunjukkan bahwa terjadi perubahan tingkat kepemilikan aset rumah tangga pada saat sebelum dan setelah masyarakat mengikuti program simpan pinjam. Perubahan tersebut terjadi pada skala rendah dan sedang. Pada skala pengukuran rendah penurunan terjadi sebesar 38% dari jumlah responden
43 yang memiliki aset rumah tangga sebanyak 18 orang menjadi 11 orang. dan pada skala pengukuran sedang peningkatan terjadi sebesar 26%, artinya jumlah responden dengan tingkat kepemilikan aset pada kategori sedang mengalami perubahan dari 27 orang menjadi 34 orang. Pada skala pengukuran tinggi tidak mengalami perubahan apapun “alhamdulillah, saya mengalami perubahan setelah mengikuti simpan pinjam. Awalnya sebelum ikut saya belum punya kulkas. Sekarang setelah ikut simpan pinjam, diberi modal usaha, alhamdulillah kulkas bisa kebeli.” WD 30 tahun Perubahan juga terjadi dalam hal kepemilikan kendaraan masyarakat penerima program simpan pinjam yang akan diulas pada tabel 21 Tabel 21 Tingkat Kepemilikan Kendaraan Masyarakat Penerima Pemanfaat Program Simpan Pinjam Perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Skala ∑ % ∑ % ∑ % Pengukuran (orang) (orang) (orang) Tidak punya 12 24 6 12 -0.5 -50 kendaraan Motor 33 66 37 74 0.12 12 Motor dan 5 10 7 14 0.4 40 mobil Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Berdasarkan tabel 21 menunjukkan perubahan sebelum dan setelah masyarakat mengikuti program simpan pinjam. Penurunan sebanyak 50% terdapat pada golongan masyarakat yang tidak memiliki kendaraan, dari data sebelumnya ada sekitar 12 orang (24%) menjadi 6 orang (12%). Masyarakat yang memiliki kendaraan sepade motor, sebanyak 33 orang (66%) menjadi 37 orang (74%) mengalami peningkatan sebesar 12%, dan masyarakat yang memiliki kendaraan motor dan mobil sebanyak 5 orang (10%) menjadi 7 orang (14%) atau mengalami peningkatan sebesar 40%. “sebelum ikut simpan pinjam awalnya saya tidak punya kendaraan, padahal disini kendaraan pribadi itu sangat penting untuk mempermudah aktivitas sehari – hari. Karena usaha belum ada jadi belum kebeli, istilahnya mah. Sekarang alhamdulillah sudah ada motor, walaupun kreditan neng.” HYT, 32 tahun
44 Tabel 22 Perubahan status kepemilikan tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Milik Orang tua 6 12 5 10 -0.17 -17 Milik Sendiri 44 88 45 90 0.023 2,3 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Berdasarkan Tabel 22, sebelum mengikuti program simpan pinjam sebanyak 6 orang responden atau 12% masih tinggal bersama dengan orang tua dengan status kepemilikan tempat tinggal milik orang tua. Sebanyak 44 orang responden atau 88% tinggal di rumah dengan status kepemilikan milik sendiri. Setelah mengikuti program simpan pinjam 5 orang responden atau 10% masih tinggal bersama orang tua dan sebanyak 45 orang responden atau 90% tinggal di rumah milik sendiri. Perubahan kearah positif pada status kepemilikan tempat tinggal milik sendiri terjadi setelah masyarakat mengikuti program simpan pinjam, peningkatan yang terjadi hanya sebesar 2,3% dan status tempat tinggal milik orang tua menurun sebesar 17%. Perubahan kondisi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan bahan atap rumah Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Genteng 50 100 50 100 0 0 Total 50 100 50 100
Tabel 23
Tabel 24 Perubahan kondisi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis dinding rumah Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Tembok bata 50 100 50 100 0 0 Total 50 100 50 100 Tabel 23 dan 24 tidak menunjukkan adanya perubahan kondisi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam pada indikator bahan atap rumah dan jenis dinding rumah.
45 Tabel 25 Perubahan kondisi tempat tinggal masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan berdasarkan jenis lantai rumah Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Semen 15 20 7 14 -0.53 -53 keramik 35 80 43 86 0.23 23 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 25 menunjukkan seblum mengikuti program simpan pinjam sebanyak 15 orang responden atau 20% memiliki jenis lantai rumah semen. Sebanyak 35 orang responden atau 80% memiliki jenis lantai rumah keramik. Setelah mengikuti program simpan pinjam 7 orang responden atau 14% kondisi lantai berjenis semen dan 43 orang responden atau 86% memiliki jenis lantai rumah keramik. Perubahan yang meningkat terjadi pada jenis lantai keramik yaitu 23% dan penurunan pada jenis lantai semen terjadi sebesar 53%. Tabel 26 Perubahan fasilitas MCK masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) WC pribadi 14 28 6 12 -0.57 -57 tanah/semen Milik pribadi 36 27 44 88 0.22 22 keramik Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tabel 26 menunjukkan hasil sebelum mengikuti program simpan pinjam perempuan sebanyak 14 orang responden atau 28% menggunakan WC pribadi tanah/semen dan sebanyak 36 orang responden atau 27% menggunakan WC pribadi keramik. Sesudah mengikuti program simpan pinjam terjadi perubahan positif sebesar 22% dalam hal fasilitas MCK menjadi WC pribadi keramik, dan penurunan pada kepemilikan WC pribadi tanah/semen menurun menjadi 57%. Pada indikator sumber penerangan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam tidak menunjukkan adanya perubahan pada periode sebelum dan sesudah pelaksanaan program, masuatakat telah menggunakan sumber penerangan listrik sebagai sumber penerangan. Masyarakat yang menggunakan listrik bersama biasanya menggunakan sumber listrik berbarengan dengan sanak keluarga yang jarak rumahnya bersebelahan. Penentuan pembayaran dilakukan dengan membagi dua tagihan listrik setiap bulannya. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 27 mengenai sumber penerangan masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam perempuan.
46 Tabel 27 Perubahan sumber penerangan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Listrik PLN 2 28 2 28 0 0 bersama Listrik PLN 48 27 48 88 0 0 sendiri Total 50 100 50 100 Tabel 28 menunjukkan, sebelum mengikuti program simpan pinjam perempuan terdapat 1 orang responden atau 2% masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak, 17 orang responden atau 34% menggunakan kayu bakar dan gas untuk bahan bakar, dan 32 orang responden atau 64% menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk memasak. Setelah mengikuti program, penurunan sebesar 100% terjadi pada penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, lalu penurunan sebesar 12% terjadi pada penggunaan kayu bakar dan gas. Peningkatan pada penggunaan gas sebagai bahan bakar untuk memasak yaitu sebanyak 9,4%. Tabel 28 Perubahan jenis baham bakar untuk memasak masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Indikator ∑ % ∑ % ∑ % (orang) (orang) (orang) Kayu bakar 1 2 0 0 -1 -100 Kayu bakar dan 17 34 15 48 -0.12 -12 gas Gas 32 64 35 0.094 9,4 Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Tingkat akses kesehatan juga menjadi indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan msyasrakat pemanfaat program simpan pinjam. Tingkat akses kesehatan akan diulas pada Tabel 29. Berdasarkan pada Tabel 29 sebelum masyarakat mengikuti program simpan pinjam, sebanyak 40 orang responden atau 80% pergi ke puskesmas/klinik untuk berobat, dan sebanyak 10 orang responden atau 20% pergi ke dokter praktek/rumah sakit untuk berobat. Setelah mengikuti program simpan pinjam, sebanyak 29 orang responden atau 58% pergi ke puskesmas atau klinik untuk berobat, dan 21 orang responden atau 42% pergi ke dokter praktek atau rumah sakit untuk berobat. Tabel 29 juga menunjukkan adanya penurunan jumlah responden yang pergi ke puskesmas atau klinik untuk berobat sebesar 27,5% dan setelah masnyarakat mengikuti program terjadi peningkatan pada penggunaan jasa kesehatan dokter pribadi dan rumah sakit sebesar 110%. Berdasarkan data tersebut masyarakat mengalami peningkatan
47 dalam mengakses kesehatan setelah mengikuti program simpan pinjam perempuan. Tabel 29 Perubahan akses kesehatan masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Fasilitas ∑ % ∑ % ∑ % kesehatan (orang) (orang) (orang) Klinik/puskesmas 40 80 29 58 -0.275 -27,5 Dokter 10 20 21 42 1.1 110 praktek/rumah sakit Total 50 100 50 100 Keterangan: (-) menurun Indikator kemampuan menabung masyarakat pemanfaat program simpan pinjam yang akan dibahas pada Tabel 30. Tabel 30 Perubahan kemampuan menabung masyarakat pemanfaat program simpan pinjam perempuan Sebelum Sesudah Perubahan Skala ∑ % ∑ % ∑ % pengukuran (orang) (orang) (orang) Rendah 21 42 17 34 -0.19 -19 Sedang 15 30 16 32 0.07 7 Tinggi 14 28 17 34 0.21 21 Total 50 Keterangan: (-) menurun
100
50
100
Tabel 30 menunjukkan perubahan kemampuan menabung masyarakat. Masyarakat dengan kemampuan menabung yang rendah mengalami perubahan dari 42% menjadi 34% dengan penurunan sebesar 19%, perubahan kemampuan menabung masyarakat pada kategori sedang yaitu 30% menjadi 32% meningkat sebesar 7%, dan skala pengukuran tinggi mengalami perubahan dari 28% menjadi 34% meningkat sebesar 21%. Berdasarkan data tersebut kemampuan masyarakat dalam hal menabung mengalami peningkatan setelah mengikuti program simpan pinjam. “alhamdulillah neng, setalah ikut program simpan pinjam, usaha jadi lancar karena ada tambahan modal, uang masuk juga ada lebihnya, jadi bisa nabung, ya alhamdulillah” UNH-55 tahun Perubahan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pada penelitian ini uji beda juga dilakukan pada komponen tingkat kesejahteraan, yaitu pengeluaran, kepemilikan aset rumah tangga, kepemilikan
48 kendaraan, kondisi tempat tinggal, akses kesehatan, dan tingkat menabung. Tabel 31 akan menunjukkan hasil dari uji beda tersebut. Tabel 31 Hasil Uji Beda Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Program Simpan Pinjam Indikator Asymp. Sig 2-tailed (p Taraf nyata value) (Significant Level) Tingkat pengeluaran 1.000 0.05 makan sebelum dan sesudah Tingkat kepemilikan aset 0.008 0.05 rumah tangga sebelumdan sesudah Tingkat kepemilikan 0.137 0.05 kendaraan sebelum dan sesudah Kondisi status tempat 0.317 0.05 tinggal sebelum dan sesudah Kondisi jenis atap sebelum 1.000 0.05 dan sesudah Kondisi jenis dinding 1.000 0.05 sebelum dan sesudah Kondisi jenis lantai 0.005 0.05 sebelum dan sesudah Kondisi fasilitas MCK 0.005 0.05 sebelum dan sesudah Kondisi sumber 1.000 0.05 penerangan sebelum dan sesudah Kondisi penggunaan bahan 0.04 0.05 bakar untuk memasak sebelum dan sesudah Tingkat akses kesehatan 0.001 0.05 sebelum dan sesudah Tingkat menabung 0.020 0.05 sebelum dan sesudah Tingkat kesejahteraan 0.011 0.05 sebelum dan sesudah Taraf nyata 5% (0.05) Berdasarkan Tabel 31 hasil uji beda pada setiap indikator kesejahteraan menunjukkan hasil yang beragam. Pada indikator tingkat pengeluaran makan nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih besar dibandingkan nilai taraf nyata, yaitu 1.000 > 0.05, artinya tidak ada beda tingkat pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam. Hal ini terjadi karena masyarakat mengatakan tidak mengalami perubahan pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari, masyarakat cenderung melakukan penghematan apabila harga bahan pokok
49 mengalami kenaikan. Hal ini seperti dikatakan oleh AA yang merasa pengeluaran untuk kebutuhan sehari – hari tidak mengalami perubahan baik sebelum ataupun sesudah mengikuti program. Pada indikator tingkat aset rumah tangga nilai Asymp. Sig 2-tailed menunjukan hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai taraf nyata, yaitu 0.008 < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator tingkat aset rumah tangga masyarakat sebelum dan setelah program simpan pinjam . Hasil uji pada indikator kepemilikan kendaraan menunjukkan hasil yang sebaliknya. Nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih besar dibandingkan nilai taraf nyata, yaitu 0.137 > 0.05, artinya tidak ada beda tingkat kepemilikan kendaraan sebelum dan sesudah program simpan pinjam. Hal ini terjadi karena, masyoritas masyarakat memiliki kendaraan bermotor roda dua, hanya beberapa amsyarakat yang kepemilikan kendaraannya meningkat. Setelah mengikuti program masyarakat yang memiliki sepeda motor saja hanya mengalami perubahan setelah yaitu mengganti kendaraan lama menjadi baru. Pada indikator status tempat tinggal nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih besar dari nilai taraf nyata, yaitu 0.317 > 0.05, artinya tidak ada beda status kepemilikan tempat tinggal sebelum dan sesudah program simpan pinjam. Pada indikator kondisi jenis atap dan jenis dinding nilai probalbilitas lebih besar dari nilai taraf nyata yaitu 1.000 > 0.05 sehingga pada indikator jenis atap dan dinding tidak ada perbedaan. Nilai probabilitas pada indikator jenis lantai dan fasilitas MCK lebih kecil dari nilai taraf nyata yaitu 0.005 < 0.05 artinya terdapat perbedaan antara kondisi lantai dan fasilitas MCK sebelum dan setelah program simpan pinjam. Nila probabilitas indikator sumber penerangan lebih besar dari nilai taraf nyata yaitu 1.000 > 0.05 artinya tidak ada beda sumber penerangan masyarakat sebelum atau sesudah program simpan pinjam. Terdapat beda antara penggunaan bahan bakar sebelum dan sesudah program simpan pinjam, hal ini dapat dilihat bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari nilai taraf alfa yaitu 0.04 < 0.05. Hasil uji pada indikator tingkat akses kesehatan menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih kecil dibandingkan nilai taraf nyata, yaitu 0.001 < 0.05, artinya terdapat perbedaan signifikan tingkat akses kesehatan masyarakat Teja sebelum dan sesudah program simpan pinjam. Hasil yang sama ditunjukkan pula oleh indikator tingkat menabung, dimana nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih kecil dibandingkan dengan nilai taraf nyata, yaitu 0.020 < 0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat menabung masyarakat Teja sebelum dan sesudah program simpan pinjam. Secara kumulatif apabila indikator tingkat kesejahteraan yaitu tingkat pengeluaran, tingkat aset rumah tangga, tingkat kepemilikan kendaraan, tingkat kondisi tempat tinggal, tingkat akses kesehatan, dan tingkat menabung digabung menjadi satu kesatuan dalam variabel tingkat kesejahteraan maka hasil uji beda yang diperoleh adalah nilai Asymp. Sig 2-tailed lebih kecil dibandingkan nilai taraf nyata, yaitu 0.011 < 0.05 hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah program simpan pinjam, dengan demikian hipotesis kedua pada penelitian ini diterima.
50 Hubungan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Simpsn Pinjam Perempuan dengan Tingkat Kesejahteraan Jasuli et al. (2013) mengatakan bahwa keberhasilan program penanggulangan kemiskianan menunjukkan korelasi positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan program Simpan Pinjam Perempuan pada penelitian ini ditunjukkan oleh dua variabel yaitu tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha dan variabel tingkat kesejahteraan sudah di ulas di bab sebelumnya dan menunjukkan hasil yang beragam. Selanjutnya, pembahasan mengenai hubungan, yaitu bagaimana hubungan antara tingkat keberhasilan pelaksanaan program SPP dengan tingkat kesejahteraan. Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman dengan menggunakan SPSS 21.0 untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel. Hubungan Tingkat Masyarakat
Penerimaan
Usaha
dan
Tingkat
Kesejahteraan
Tingkat pendapatan menunjukkan seberapa berhasil program penanggulangan kemiskinan dapat membantu masyarakat lepas dari kemiskinan karena adanya peningkatan pemasukan. Pada penelitian ini, tingkat pendapatan menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat yaitu tolak ukur kemiskinan masyarakat Desa Teja. berikut hasil tabulasi silang antara tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Teja dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Hubungan tingkat penerimaan usaha dengan tingkat kesejahteraan Tingkat Kesejahteraan Tingkat Total Penerimaan Rendah Sedang Tinggi usaha ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Rendah 10 38.5 14 53.8 2 7.7 26 100 Sedang 4 28.6 8 57.1 2 14.3 14 100 Tinggi 0 0.0 5 50.0 5 50.0 10 100 Total 14 28 27 54 9 18 50 100 Tabel 32 menunjukkan hubungan antara tingkat penerimaan usaha dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data pada kolom tingkat kesejahteraan tinggi berjumlah 9 orang. Pada kolom tingkat kesejahteraan tinggi terdapat persentase yang meningkatkan tingkat penerimaan usaha. Persentase meningkat sebesar 7.7%, 14.3% dan 50.0%. Hal ini memperlihatkan jelas terdapat hubungan positif yaitu semakin tinggi tingkat penerimaan usaha maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Terdapat hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi rank spearman. Hasil uji korelasi rank spearman dengan SPSS 21.0 didapatkan hubungan positif yang kuat diantara tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Lampiran 8).
51 Hubungan Tingkat Masyarakat
Modal
Usaha
Dengan
Tingkat
Kesejahteraan
Papilaya (2013) pada penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat nyata antara indikator modal finansial terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga. Pada penelitian ini hasil dari hubungan antara tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada tabel tabulasi silang di bawah ini. Tabel 33 Hubungan Tingkat Modal Usaha dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Tingkat Kesejahteraan Total Tingkat Modal Rendah Sedang Tinggi Usaha ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Rendah 7 43.8 9 56.2 0 0.0 16 100 Sedang 7 33.4 11 52.3 3 14.3 21 100 Tinggi 0 0.0 7 53.8 6 46.2 13 100 Total 14 28 27 54 9 18 50 100 Tabel 33 menunjukkan hubungan antara tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data pada kolom tingkat kesejahteraan tinggi berjumlah 9 orang. Pada kolom tingkat kesejahteraan tinggi terdapat persentase yang meningkatnya tingkat modal usaha. Persentase meningkat sebesar 0.0%, 14.3% dan 46.2%. Hal ini memperlihatkan jelas terdapat hubungan positif yaitu semakin tinggi tingkat modal usaha maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat. Terdapat hubungan diantara kedua variabel ini juga didukung oleh uji korelasi rank spearman. Hasil uji korelasi rank spearman dengan SPSS 21.0 didapatkan hubungan positif yang kuat diantara tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan masyarakat (Lampiran 8).
52
53
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada variabel tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha, serta variabel tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Teja, diperoleh hubungan positif yang kuat antara tingkat penerimaan usaha dengan tingkat kesejahteraan dan hubungan positif yang kuat antara tingkat modal usaha dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Terdapat perbedaan antara tingkat penerimaan usaha sebelum dan setelah program simpan pinjam terlaksana, perbedaan antara pada tingkat modal usaha sebelum dan setelah program simpan pinjam dilaksanakan, serta perbedaan antara tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan setelah program simpan pinjam. Selanjutnya dapat dirumuskan pula beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan program simpan pinjam di Desa Teja dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam perempuan terlihat pada tingkat penerimaan usaha dan tingkat modal usaha. Jumlah masyarakat yang memiliki penerimaan usaha rendah mengalami penurunan sebesar 39%, sebaliknya jumlah responden yang memiliki penerimaan sedang dan tinggi meningkat masing-masing sebesar 86% dan 50%. Begitupun dengan jumlah responden yang memiliki modal usaha rendah mengalami penurunan sebesar 80%, dan jumlah responden yang memiliki modal sedang dan tinggi meningkat sebesar 110% dan 127%. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan 2. program simpan pinjam perempuan di Desa Teja yaitu: pertama, koordinasi yang bagus antar aktor yang terlibat, yaitu kemudahan pelayanan administrasi dari pihak desa. Kedua, tingkat partisipasi masyarakat, yaitu samakin bertambahnya anggota simpan pinjam. Ketiga, rasa tanggung jawab dan kepercayaan antar anggota, yaitu kelancaran dalam pembayaran. Keempat, dukungan finansial (pembayaran) yaitu pelaksanaan perguliran dana dilakukan tepat waktu sesuai waktu yang ditentukan. 3. Program simpan pinjam perempuan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Terdapat hubungan positif yang kuat antara tingkat keberhasilan pelaksanaan program dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Perubahan pada tingkat kesejahteraan terlihat dalam hal aset rumah tangga, kondisi lantai rumah, fasilitas MCK, penggunaan bahan bakar, kesehatan dan menabung. Saran Berdasarkan hasl penelitian ini, terdapat hal yang dapat menjadi masukan atau saran diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktorfaktor pendorong keberhasilan program simpan pinjam perempuan secara kuantitatif terutama pada faktor tingkat partisipasi dan tingkat kepercayaan anggota. 2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat terus meningkatkan partisipasi pada setiap program pemerintah yang sifatnya memberdayakan, selain itu
54
3.
masayrakat bisa lebih meningkatkan keterampilan sehingga lapangan pekerjaan bisa tercipta. Bagi pemerintah, sebaiknya membuat program penanggulangan kemiskinan yang tidak hanya bersifat pemberian subsidi atau hanya memberikan modal usaha saja. Namun, alangkah lebih baik pemberian modal diintegrasikan pula dengan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
55
DAFTAR PUSTAKA Budhi MKS. 2013. Anaisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan di bali: analisis FEM data panel. JEKT [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 06(01):1-6. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jekt/article/download/4506/3435. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Rajagaluh Dalam Angka 2015. Majalengka (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kecamatan Rajagaluh 2015. Majalengka (ID): Badan Pusat Statistik Kabipaten Majalengka Emalia Z. 2013. Analisis efektivitas pelaksanaan program raskin di kota Bandar lampung. JEKT [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 06(01):46-54. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jekt/article/view/4512/3441 Fahrudin A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung (ID): Refika Aditama Fajriah LR. 2016 Januari 04. Angka kemiskinan meningkat tembus 28,51 juta orang. Sindonews [Internet]. [diunduh 2016 Juni 27]. Tersedia pada: http://ekbis.sindonews.com/read/1074259/34/angka-kemiskinan meningkat-tembus-28-51-juta-orang-1451890507. Fatony A. 2010. Kebijakan pengentasan kemiskinan berbasis participatory poverty assessment: kasus Yogyakarta. Sosiokonsepsia [Internet]. [diunduh 2015 Desember 10]. 16(02):123-142. Tersedia pada: http://pulsit.kemsos.go.id/upload/post/files/ed6326e75149ec78d25d46d3da 2bb3f9.pdf Husna A, Hermawan, Wachid A. 2013. Evaluasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan JALIN KESRA (jalan lain menuju kesejahteraan rakyat) sebagai upaya mendukung pencapaian target MDG’s (Millenium Development Goals) di Provinsi Jawa Timur (studi pada crisis center pendampingan Provinsi Jawa Timur). Jurnal Administrasi Publik [Internet]. [dikutip 2015 November 19]. 01(03):9-17. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=190291&val=6469&title=Ev aluasi%20Pelaksanaan%20Program%20Penanggulangan%20Kemiskinan%20Jali n%20Kesra%20Sebagai%20Upaya%20Mendukung%20Pencapaian%20Target% 20MDG%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2s%20di%20Provinsi%20Jawa%2 0Timur%20(Studi%20Pada%20Crisis%20Center%20Pendampingan%20Provinsi %20Jawa%20Timur)
Iskandar A. 2012. Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan Suatu Studi ke Arah Penggunaan Indikator Tunggal. Bogor (ID): IPB Press Jasuli D, Karman. 2013. Efektifitas program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat (studi dampak tentang pelaksanaan PNPM-MP di Desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep). Mitsu [Internet]. [diunduh 2015 November 19]. 01(02):1-10. Tersedia pada: http://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/FT/article/view/56/36 Karya D. 2013. Sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan di kabupaten indragiri hilir tahun 2012. Kiat UIR [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 20(01):1-20. Tersedia pada:
56 http://www.jurnalkiatuir.com/jurnal/index.php/jurnalekonomi/article/down load/50/48 Mutaqqien A, Handayani R, Marbun L, Rahman E, Isa M, Arafat W, Sekedang Z, Wijarnako Y, Triono I. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia. Papilaya EC. 2013. 7 Kiat Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pemiskinan Bangsa. Bogor (ID): IPB Press [Pepres]. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2014 tentang program percepatan penanggulangan kemiskinan. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pengembangan Masyarakat Mandiri Perdesaan Purwanto SA, Sumartono, Makmur M. 2013. Implementasi kebijakan program keluarga harapan (PKH) dalam memutus rantai kemiskinan (kajian di Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). Wacana [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 16(02):79-96. Tersedia pada: http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/246/245 Rusdarti, Sebayang LK. 2013. Faktor – faktor yang mempengaruhi tinggkat kemiskinan di Provinsi jawa Tengah. Economia [Internet]. [dikutip 2015 Oktober 01]. 09(1):1-9. Tersedia pada: http://uns.ac.id/index.php/jurnaleconomia/article/view/4512/3441 Sinaga AH. 2014. Pengaruh penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Darma Agung [Internet]. [diunduh 2015 November 19]. 02(01):1-8. Tersedia pada: http://uda.ac.id/jurnal/files/Asmina_PENGARUH%20PENANGGULANGAN.pd f
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES Suharto E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung (ID): Refika Aditama. [TNP2K]. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan tentang Program Kredit Usaha Rakyat [Internet]. [diunduh 2016 Januari 31]. Dapat diunduh dari: http://www.tnp2k.go.id/id/tanya -jawab/klaster-iii/progamkredit-usaha-rakyat-kur/ Usman C. 2014. Efektivitas program keluarga harapan (PKH) dalam rangka penanggulangan kemiskinan (suatu studi di Kecamatan Kota Utara kota Gorontalo). Jurnal Administrasi Publik [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 02(01):1-13. Tersedia pada: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/4503 Utomo D, Hakim A, Ribawanto H. 2014. Pelaksanaan program keluarga harapan dalam meningkatkan kualitas hidup rumah tangga miskin (studi pada unit pelaksana program keluarga harapan Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri). Jurnal Administrasi Publik [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 01]. 02(01):29-34. Tersedia pada: http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view /333/190 Wijaya FT. 2013. Pengaruh Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Teluk Panji terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Teluk Panji Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Welfare State [Internet]. [diunduh 2015 Desember 08]. 02(04):1-12. Tersedia pada: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ws/article/view/6225/2638
57
LAMPIRAN
58 Lampiran 1 Denah Lokasi penelitian
Keterangan: =
Hutan
=
TK/PAUD
=
Masjid
=
Balai Pertemuan
=
Sekolah Dasar
Sebaran Responden Penelitian Blok Jumat Blok Sabtu
Blok Rabu Blok Selasa
Blok Kamis Blok Minggu
59 Lampiran 2 Jadwal Kegiatan Penelitian Skripsi Tahun 2016 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Uji coba kuesioner Perbaikan proposal skripsi Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan skripsi
draft
Uji petik Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian
Januari Februari
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
60
Lampiran 3 Kerangka Sampling No Nama Anggota 1 Arni 2 Aryanah 3 Emah 4 Isti 5 Jubaedah 6 Lilis Yani 7 Nengsih 8 Nining Nuryani 9 Noeryani 10 Onah 11 Roenah 12 Animah 13 Rohamah 14 Sayi 15 Uju 16 Yoyoh Jariah 17 Amasih 18 Emi 19 Suciah 20 Koti 21 Muinah 22 Sani 23 Saniti 24 Sapti 25 Sarah 26 Yayah Aulia 27 wiwin Winarti 28 Ai Putriyani 29 Aidah 30 Ani 31 Artiah 32 Hayati 33 Ihat Solihat 34 Jubaedah 35 Lianti 36 Maryam 37 Patimah 38 Rini Kusraeni 39 Siti Rohayati 40 Siti Maemunah 41 Sumarni 42 Unah 43 Wati Susilawati 44 Eti Juhaeti
Alamat Blok Rabu 004/001 Blok Jumat 002/006 Blok Kemis 003/005 Blok Selasa 002/013 Blok Jumat 001/006 Blok Sabtu 003/007 Blok Minggu 001/001 Blok Rabu 001/004 Blok Kemis 005/002 Blok Rabu 001/004 Blok Sabtu 004/007 Blok Minggu 003/001 Blok Jumat 002/006 Blok Jumat 002/006 Blok Minggu 001/001 Blok Sabtu 003/007 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 01/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 03/01 Blok selasa 03/03 Blok Senen 03/02 Blok Sabtu 01/07 Blok Kamis 05/02 Blok Jumat 01/06 Blok Rabu 01/04 Blok Jumat 02/06 Blok Selasa 02/03 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 05/02 Blok Jumat 01/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 02/05 Blok Selasa 01/03 Blok Kamis 03/05 Blok Sabtu 02/07
61 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Hj Enung Ina Misnah Imas Susilawati Maryam Sofiana Nani Nasem Sumarni Neneng Nurhayati Ipah H Nurhayati Patimah Rukasih Sarah Siti Titin Aniti Titin Supriatin Uun Unah Yayat Hayati Yeni Ecih Emah Iti Marni Masitoh Sani Sri Rahayu Sukenah Sumarnah Tinah Saptinah Titin K Saetin Aminah Ayumi Icih Inah Karsinah Ita Rosita Juhrinah Juhenah Enok Atikah Juju Juhaeriah Kusnaeti Marti Onih Popon Rasih Rustini Sumiati Utiah Warsiti
Blok Kamis 02/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 02/05 Blok Salasa 01/03 Blok Kamis 03/05 Blok Jumat 06/01 Blok Salasa 03/03 Blok Jumat 06/01 Blok Kamis 02/05 Blok Kamis 02/05 Blok Selasa 01/03 Blok Kamis 03/05 Blok Selasa 03/03 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 05/02 Blok Kamis 05/02 Blok Jumat 03/08 Blok Kamis 01/05 Blok Kamis 05/02 Blok Kamis 02/05 Blok Rabu 03/04 Blok Selasa 01/03 Blok Kamis 01/05 Blok Kamis 01/05 Blok Rabu 03/04 Blok Jum'at 03/06 Blok Jumat 03/06 Blok Selasa 01/03 Blok Jumat 02/06 Blok Rabu 01/04 Blok Kamis 01/05 Blok Kamis 02/05 Blok Kamis 01/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 02/05 Blok Kamis 02/05 Blok Jum'at 03/06 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 02/05 Blok Jum'at 02/06 Blok Sabtu 02/07 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Kamis 03/05 Blok Rabu 03/04 Blok Rabu 02/04
62 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128
Wiwin W Yati yayat Hayati yeti solihat Yoyoh Rohelah Aas Asrinah Anah Rokanah Ati Awen Kosiah Eni Yuhaeni Jamilah Mimin Rusmini Teti Ruswati Amasih Titi Yeni Agustini Ati Rahmawati Edoh Emah Icih Icih Tarsih Inah Suinah Martini Masitoh Mulyati Nuryanti Roinah Siti Khodijah Sumini Titi Saryiti Yeti Sholihat Yoyoh Dewi Sukinah
Blok Kamis 02/05 Blok Jumat 03/06 Blok Rabu 02/04 Blok Jum'at 01/06 Blok Kamis 03/05 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 02/01 Blok Senin 03/02 Blok Minggu 03/01 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 01/01 Blok Minggu 02/01 Blok Minggu 02/01 Blok Senin 03/02 Blok Minggu 03/01 Rt.004/04 Rt.001/06 Rt.003/03 Rt.002/03 Rt.002/04 Rt.002/07 Rt.001/07 Rt.002/06 Rt.003/02 Rt.003/04 Rt.001/04 Rt.002/03 Rt.003/03 Rt.001/07 Rt.001/06 Rt.003/04 Rt.003/03 Rt.003/06
63 Lampiran 4 Tematik Catatan Harian Profil Desa Desa Teja merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Rajagaluh. Desadengan wilayah terluas kedua yang ada di rajagaluh setelah Desa payung. Luas Desa Teja kira-kira 879,860 Ha. Desa Teja memiliki 2 dusun dan 7 RW yang dibagi dalam 7 blok, yaitu blok minggu-sabtu dan ada 23 RT, ini hasil pemekaran wilayah. Karena wilayah Desa Teja cukup luas cakupannya. –ARY Mata pencaharian penduduk masyoritas dibidang pertanian, banyak penduduk desa Teja yang menjual bibit tanaman tahunan atapun perkebunan yang dijual di luar wilayah Desa Teja. mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Desa Teja adalah tamatan Sekolah Dasar. Jumlah penduduk sampai saat ini sekitar 3055 jiwa, dengan pembagian setiap jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 1562 jiwa penduduk perempuan dan 1493 jiwa. –WWN Di Desa Teja untuk menunjak aktivitas warga tidak ada angkutan umum seperti angkot, masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi biasanya menggunakan jasa ojeg. Di Desa Teja untuk melakukan kegiatan komunikasi menggunakan telepon genggam agak sulit, karena sulit sekali mendapatkan signal. Hanya di wilayah tertentu saja terdapat signal untuk berkomunikasi. –VIT Kondisi Kemiskinan Desa Teja Kondisi kemiskinan di Desa Teja trjadi karena faktor rendahnya pendidikan masyrakat yang mayoritas hanya lulusan Sekolah Dasar. Selain itu, rendahnya keterampilan masyarakat menjadikan masyarakat sulait bersaing dalam mencari pekerjaan. Kurangnya lapangan pekerjaan di Desa Teja memicu pula adanya pengangguran dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah. Masyarakat Desa Teja sekali yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, jangankan hingga perguruan tinggi, masyrakat yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP dan SMA saja bisa dihitung. –ARY Seperti halnya yang dikemukakan oleh MRM, salah satu masyarakat Desa Teja yang mengatakan anak perempuannya yang lulusan Sekolah Dasar tidak melanjutkan pendidikannya, alasannya karena keberadaan ssekolah menengah yang jauh dari desa, sehingga anak yang bersangkutan memilih untuk bekerja sebagai pelayan restoran di daerah Bogor. Kondisi desa yang minim lapangan pekerjaan menbuat masyarakat memutuskan untuk mengadu nasib ke luar kota atau ke luar negeri. Menurut WWN warga Desa teja terutama perempuan banyak yang pergi merantau menjadi tenaga kerja ke luar negeri, terutama daerah timur tengah, yaitu negara Kuwait dan Arab Saudi. Seiring berlalunya waktu, saat ini negara tujuan mengadu nasib merambah pada negara asia, seperti, Hongkong, Korea, Malaysia. Program Simpan Pinjam Perempuan Keberadaan program simpan pinjam sudah lama ada di Desa teja yaitu pada tahun 2009. keberadaan program ini sangat membantu warga, terutama dalam memenuhi kebutuhan modal usaha masyarakat. Sampai detik ini masih berjalan
64 baik, karena masyarakat tidak pernah mengalami kendala macet dalam pembayaran. –WWN Program simpan pinjam ini tidak ditangani langsung oleh desa tapi oleh tim dari kecamatan, karena program ini merupakan hasil musyawarah antar desa pada satu kecamatan. Kantor yang mengurus segala tatacara pencairan dana bergulir adalah kantor Unit Pelaksana kegiatan (UPK). Saat ini program simpan pinjam di kecamatan Rajagaluh ada di sedikitnya ada 5 desa dari total 13 desa di kecamatan Rajagaluh. –BBN. Menurut NNG di Desa Teja terdapat 7 kelompok Simpan pinjam, dimana ketuanya ditentukan penunjukkan saja dan didasari rasa saling percaya aja. Keberadaan program simpan pinjam di Desa Teja dapat dikatakan berhasil karena semua pihak yang harus terlibat, terlibat secara aktif pada program ini. Baik pemerintah maupun masyarakat saling bekerja sama. Keberadaan simpan pinjam ini sangat membantu warga kami dan dapat dikatakan berhasil, terutama para warga yang melakukan usaha. Hal ini memberikan hasil positif pada pemenuhan kebutuhan masyarakat yang ikut simpan pinjam ini, banyak perubahan, ada yang tadinya belum punya motor jadi punya. Ada yang dulu motornya kurang bagus, bisa ganti. – WWN Keberadaan program simpan pinjam di Desa Teja bisa dibilang berhasil, hal ini bisa dilihat dari eksistensi keberadaan program yang sudah berjalan selama hapir 7 tahun, selama ini tidak ada kendala serius yang dihadapi, paling hanya seputar kemacetan pembayaran salah satu anggota saja. –BBN Keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak, dianytaranya: pihak desa, pihak kecamatan, upk, dan semua pihak baik yang terlibat langsung ataupun tidak, kami pihak desa mempermudah dalam hal administrasi agar proses untuk verifikasi hingga pencairan masyarakat tidak mengalami kesulitan. – WWN Adanya dukungan segala pihak ini diutarakan pula oleh ENG salah satu ketua kelompok simpan pinjam yang mengatakan bahwa selama ini tidak pernah merasa kesulitan dalam kepengurusan administrasi dalam melengkapi berkas baik sebelum ataupun setelah verifikasi berlangsung. Menurut ENG pihak desa selalu memberi kemudahan dan bersifat kooperatif. Selain itu menurut IHT rasa saling percaya dan adanya keterbukaan antar sesama anggota juga menjadi salah satu pendorong dalam keberhasilan program simpan pinjam di Desa Teja, selain itu rasa tanggung jawab anggota pada saat jatuh tempo pembayaran membuat program simpan pinjam ini berjalan lancar tanpa kendala. Selain itu, menurut BBN partisipasi masyarakat yang cukup baik dalam kegiatan simpan pinjam mendorong pula keberhasilan pelaksanaan program simpan pinjam ini. Keberhasilan program simpan pinjam diikuti oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan modal usaha masyarakat. Menurut UNH setalah mengiikut program simpan pinjam, pendapatan dari usaha jual bibitnya ada peningkatan. Begitu pula pada modal usaha masyarakat. IMS mengatakan uang pinjaman digunakan untuk modal usaha jual bibit tanaman, sebelumnya IMS tidak memiliki modal untuk memulai usaha. Begitu pula HYT yang mengatakan bahwa uang pinjaman digunakan untuk modal usaha berjualan es kelapa muda, karena sebelum meulai usaha suami HYT hanya bekerja serabutan dengan pendapatan yang tak menentu.
65 Kesejahteraan Masayrakat WWN mengatakan secara kasat mata melihat adanya perbedaan kesejahteraan amsyarakat sebelum dengan setelah adanya program simpan pinjam. Menurut WWN masyarakat yang sebelum mengikuti simpan pinjam belum punya kendaraan setelah 2 tahun atau lebih masyrakat yang mengikuti simpan pinjam jadi memiliki kendaraan atau mengganti kendaraannya dengan yang baru. Hal ini juga dikemukakan oleh HYT, sebelum mengikuti simpan pinjam yang bersangkutan belum memiliki kendaraan, namun setelah ikut selama 3 tahun HYT bisa memiliki kendaraan, karena usaha yang dijalaninya terus berputar dan memberikan hasil yang lebih dari cukup untuk kebutuhan keluarganya. Kesejahteraan masyarakat juga menjadi lebih baik dalam hal memenuhi keperluan aset rumah tangga, menabung, mengakses kesehatan, dan dalam memenuhui kebutuhan sehari – hari. UNH mengatakan adanya tambahan dalam pendapatan berpengaruh pula dalam hal menabung. Pengeluaran masyarakat sebelum ataupun setelah program tidak mengalami perubahan. SRH mengatakan bahwa, baik sebelum ataupun setelah mengikuti program resiko yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari – hari tidak berubah, karena pola makan keluarga SRH tidak tetrpengaruh oleh ada tidaknya program. Begitu pula STK yang menyebutkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari – harinya tidak berubah karena ia tidak memiliki tanggungan anak yang masih bersekolah. Pada kondisi aset rumah tangga masyarakat banyk yang mengalami perubahan. Seperti halnya WD yang mengatakan sebelum mengikuti program simpan pinjam, WD tidak memiliki lemari pendingin karena tidak surplus pendapatan yang didapat selama ini, namun setelah mngikuti program simpan pinjam dan usaha berjualan mainan yang digeluti suaminya berkembang WD dapat membeli lemari pendingin dan mengganti televisi lamanya. Secara keseluruhan, masyarakat merasakan adanya manfaat dari program Simpan Pinjam Perempuan. Masyarakat merasakan perubahan pada meningkatnya pendapatan, meningkatnya modal usaha, dan membaiknya kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pemanfaat program Simpan Pinjam Perempuan.
66 Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Nomor Responden
:
Hari, Tanggal Survei
:
Tanggal Entri Data
:
KUESIONER PENELITIAN PERUBAHAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA SEBAGAI DAMPAK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PNPM-MP BIDANG SPP) DI DESA TEJA KECAMATAN RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA I.
IDENTITAS RESPONDEN 1 Nama : 2 Umur : 3 Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 4
Tingkat pendidikan
:
5
Alamat
:
6
:
7
Jumlah tanggungan Pekerjaan
8
Agama
:
:
2. Perempuan
1. Tidak tamat SD 5. Sarjana
1. Petani tangga
2. SD
3. SMP
2. Pedagang
II. Keberhasilan Pelaksanaan Program Penanggulangan (PNPM-MP Bidang SPP) 9 Tingkat penerimaan usaha Berapa pendapatan anda sebelum mengikuti SPP? Berapa pendapatan anda saat ini?
10
Tingkat modal usaha
Berapa modal usaha anda sebelum mengikuti SPP? Berapa modal usaha yang digunakan setelah mengikuti SPP?
4. SMA
3. Ibu rumah
Kemiskinan
67
III. Tingkat Kesejahteraan Pengeluaran makan 11 Berapa rupiah yang anda gunakan untuk keperluan makan setiap bulan Kepemilikan aset rumah tangga 12
Barang apa saya yang anda miliki?
13
Kendaraan apa yang anda miliki?
Kondisi Tempat Tinggal 14 Apa status kepemilikan rumah yang anda tempati?
15
16
Apa bahan atap rumah anda?
Apa jenis dinding rumah anda?
Sebelum
Sesudah
Rp.......................
Rp......................
Sebelum
Sesudah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
Televisi Radio Handphone Kipas angin Setrika Rice cooker Komputer Kulkas Ac Mesin cuci Tidak punya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
Televisi Radio Handphone Kipas angin Setrika Rice cooker Komputer Kulkas Ac Mesin cuci Tidak punya
2
Motor
2
Motor
3
Mobil
3
Mobil
1
Sebelum Milik sendiri
1
2
Kontrak
2
Kontrak
3
Sewa
3
Sewa
4
Bebas sewa
4
Bebas sewa
5
5
6
Milik orangtua/sanak/s audara Lainnya
6
Milik orangtua/sanak/s audara Lainnya
1
Beton
1
Beton
2
Genteng
2
Genteng
3
Sirap
3
Sirap
4
Seng
4
Seng
5
Asbes
5
Asbes
6
Rumbia/ijuk
6
Rumbia/ijuk
7
Lainnya
7
Lainnya
1
Rumbia
1
Rumbia
2
Bambu
2
Bambu
3
3
4
Kayu kualitas rendah Seng
4
Kayu kualitas rendah Seng
5
Tembok bata
5
Tembok bata
6
Lainnya
6
Lainnya
Sesudah Milik sendiri
68 17
18
Apa jenis lantai rumah anda?
Fasilitas MCK apa yang anda gunakan?
1
Tanah/Pasir
1
Tanah/Pasir
2
Bambu
2
Bambu
3
Kayu
3
Kayu
4
Semen
4
Semen
5
Keramik
5
Keramik
6
Lainnya
6
Lainnya
1
WC bersama tanah/semen WC bersama keramik WC pribadi tanah/semen WC pribadi keramik
1
WC bersama tanah/semen WC bersama keramik WC pribadi tanah/semen WC pribadi keramik
1
Listrik non-PLN
1
Listrik non-PLN
2
2
3
Listrik PLN (bersama tetangga) Listrik PLN
3
Listrik PLN (bersama tetangga) Listrik PLN
4
Lainnya
4
Lainnya
1
Kayu bakar
1
Kayu bakar
2
Minyak tanah
2
Minyak tanah
3
3
4
Kayu bakar dan gas Gas
4
Kayu bakar dan gas Gas
5
Listrik
5
Listrik
6
Lainnya
6
Lainnya
2 3 4
19
20
Sumber penerangan apa yang anda gunakan?
Jenis bahan bakar apa yang anda gunakan untuk memasak?
Kemampuan mengakses kesehatan 22 Apabila anda atau anggota keluarga anda sakit kemana anda berobat?
Kemampuan Menabung 23
Berapa rupiah dari penghasilan anda per bulan yang disisihkan untuk menabung?
2 3 4
Sebelum 1
Sesudah 1
2
Beli obat sendiri (warung) Klinik
2
Beli obat sendiri (warung) Klinik
3
Puskesmas
3
Puskesmas
4
Dokter praktek
4
Dokter praktek
5
Rumah sakit
5
Rumah sakit
6
Lainnya
6
Lainnya
Sebelum Rp......................
Sesudah Rp.......................
69 Lampiran 6 Uji Reliabilitas dan Validitas
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,739 21
Validitas Uji validitas dilakukan pada 14 pertanyaan, diluar pertanyaan mengenai identitas responden. Sampel yang diuji adalah 10 orang (n=10) dengan α 5%. Berikut adalah hasil uji validitas NO
Pertanyaan
1 2 3 4
Tingkat pendapatan Tingkat modal usaha Tingkat pengeluaran Kepemilikan aset rumah tangga Kepemilikan kendaraan Kepemilikan rumah Jenis atap Jenis dinding Jenis lantas Fasilitas MCK Sumber penerangan Bahan bakar memasak Tingkat akses kesehatan Tingkat menabung
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nilai r Hitung
0,635 0,646 0,452 0,900
Nilai r Tabel (drajat kebebasan) n-2 = 8 0,632 0,632 0,632 0,632
0,538 . . . 0,675 0,675 . 0,907 0,816 0,823
0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632 0,632
Berdasarkan hasil uji validitas pertanyaan yang dinyatakan valid adalah pertanyaan yang nilai r hitungnya > nilai r tabel adalah pertanyaan nomor 1, 2, 4, 9, 10, 12, 13, 14 (8 pertanyaan). Pada pertanyaan nomor 6, 7, 8, 11 tidak diketahui nilai r hitungnya karena 10 data memberikan jawaban yang konsisten. Pada pertanyaan nomor 3 dan 5 nilai r hitung < nilai r tabel sehingga pernyataan dinyatakan tidak valid.
70 Lampiran 7 Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. ,386 50 ,000 ,669 50 pendapatan
Tingkat sebelum Tingkat pendapatan setelah Modal sebelum Modal setelah Pengeluaran sebelum Pengeluaran setelah Sarana rumah tangga sebelum Sarana rumah tangga setelah Kepemilikan kendaraan sebelum Kepemilikan kendaraan setelah Kondisi rumah sebelum Kondisi rumah setelah Akses kesehata sebelum Akses kesehatan setelah Tingkat menabung sebelum Tingkat menabung setelah
,000
,250
50
,000
,771
50
,000
,372 ,313 ,369 ,369 ,299
50 50 50 50 50
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
,690 ,755 ,703 ,703 ,771
50 50 50 50 50
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
,365
50
,000
,729
50
,000
,357
50
,000
,740
50
,000
,375
50
,000
,690
50
,000
,536 ,536 ,490 ,380 ,269
50 50 50 50 50
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
,125 ,125 ,490 ,627 ,778
50 50 50 50 50
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
,225
50
,000
,790
50
,000
,257
50
,000
,786
50
,000
Kesejahteraan setelah ,279 a. Lilliefors Significance Correction
50
,000
,798
50
,000
Kesejahteraan sebelum
Dari tabel uji normalitas tersebut, baik pada uji normalitas baik dengan uji liliefors (kolmogorov-Smirnov) ataupun pada Shapiro-Wilk menunjukan nilai keseluruhan data pada kolom Sig. 0.00 dimana nilai tersebut lebih rebil rendah dari nilai α = 5% (0.05) maka data tersebut tidak tersebar normal. Data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila nilai Sig. > 0.05.
71 Lampiran 8 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan Tingkat Penerimaan Usaha dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat penerimaan usaha dengan tingkat kesejahteraan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,01 (2-tailed). Uji hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan memiliki nilai correlation coeficient sebesar +0,404 yang memiliki arti terdapat hubungan positif yang signifikan Correlations Tingkat
Tingkat
penerimaan
kesejahteraan
usaha Correlation
1,000
,404**
.
,004
50
50
**
1,000
,004
.
50
50
Tingkat penerimaan Coefficient usaha
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Tingkat
Coefficient
kesejahteraan
Sig. (2-tailed)
,404
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hubungan Tingkat Modal Usaha dengan Tingkat kesejahteraan Masyarakat Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,01 (2-tailed). Uji hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kesejahteraan memiliki nilai correlation coeficient sebesar +0,489 yang memiliki arti terdapat hubungan positif yang signifikan Correlations
Correlation
Tingkat modal
Tinfkat
usaha
kesejahteraan
1,000
,489**
.
,000
50
50
**
1,000
,000
.
50
50
Coefficient Tingkat modal usaha
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Tinfkat
Coefficient
kesejahteraan
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
,489
72
RIWAYAT HIDUP Fitri Munggarani Khoerunnisa lahir di Bandung, 15 Mei 1995 merupakan anak pertama dari pasangan Mohammad Komarukhiyat dan Yani Syafitriyani. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah RA Ma’arif (2000-2001), SD Negeri 1 Rajagaluh (2001-2007), SMP Negeri 1 Rajagaluh (2007-2010), dan SMA Negeri 1 Majalengka (2010-2012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan. Selain pendidikan formal, penulis juga pernah mengikuti pendidikan informal yaitu ASMA (Adil Sempoa Mandiri) (2003-2005), dan pelatihan Bahasa Inggris Kangaroo Language Program (2010-2011). Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga mengikuti Unit Kegiatan Kampus Lises Gentra Kaheman IPB sebagai anggota divisi musik (2012sekarang). Selain itu penulis juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan di dalam kampus, yaitu anggota divisi acara rangkaian Open Requirement UKM Lises Gentra Kaheman (2013), anggota divisi konsumsi Forsia Islamic Festival (FIF) (2014).