KINERJA BIDAN PEMBINA WILAYAH PUSKESMAS DI KOTA BEKASI 1)
Wahyudin Rajab1) Poltekkes Kemenkes Jakarta-III
Abstract: Performance of Supervisors Midwifve of Public Health Centre Area in Bekasi City. Improvement of health services in the city of Bekasi with minimum standards indicators of service were performed by midwives in 2005 has not been showed optimal results. Research purposes to determine the factors associated with the performance of supervisors midwives in health center area of Bekasi city. This research was conducted with cross-sectional design, with a total sample of 104 supervisors midwive of public health center area in Bekasi. Collecting data in this study conducted using questionnaires. The research was conducted during the month of November 2008 - December 2010. Analasis data in this study using univariate, bivariate with chisquare test and multivariate with logistic regression. The results showed that the proportion of supervisors midwive poorly performing regions as many as 109 (43.4%) and 95 (46.6%) on midwives that perform well. And the existence of a significant relationship variables infrastructures (p = 0.000), incentives (p = 0.000), supervision (p = 0.000), and leadership support (p = 0.000) with a midwife builder performance areas. The most dominant factor that has to do with the performance of supervisors midwive incentives variable region is OR 9.64 (95% CI: 4.33 to 21.44) followed by community support variable OR 2.40 (95% CI: 1 , 26 to 4.54). The based of results advice need for coaching, supervision and provision of adequate incentives in the form of rewards to midwife supervisors region, as well as the need for cooperation with professional organizations and academic intitution. Keywords: performance Abstrak: Kinerja Bidan Pembina Wilayah Puskesmas di Kota Bekasi. Peningkatan pelayanan kesehatan di kota Bekasi dengan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan oleh bidan pada tahun 2005 belum memperlihatkan hasil yang optimal. Tujuan penelitian untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan pembina wilayah puskesmas kota bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 104 orang bidan pembina wilayah puskesmas di Kota Bekasi. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan angket kuesioner. Penelitian dilaksanakan selama bulan November 2008 - Desember 2010. Analasis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi Square dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi bidan pembina wilayah yang kurang baik kinerjanya sebanyak 109 (43,4%) dan 95 (46,6%) pada bidan yang kinerjanya baik. Serta adanya hubungan yang bermakna variabel sarana dan prasarana (p= 0,000), insentif (p= 0,000), supervisi (p= 0,000), dan dukungan pimpinan (p= 0,000) dengan kinerja bidan pembina wilayah. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan pembina wilayah adalah variabel pemberian insentif OR 9,64 (95%, CI: 4,33 – 21,44) disusul dengan variabel dukungan masyarakat OR 2,40 (95%, CI: 1,26 – 4,54). Hasil penelitian menyaranakan perlu adanya pembinaan, supervisi dan pemberian insentif yang memadai yang berbentuk reward kepada bidan pembina wilayah, serta perlu adanya kerja sama dengan organisasi profesi dan akademisi Kata Kunci: kinerja
Program Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan optimal, yang ditandai dengan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata (Depkes, 2001). Kinerja upaya peningkatan pelayanan kesehatan di kota Bekasi pada indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan oleh bidan pada tahun 2005 belum memperlihatkan hasil yang optimal. Di kota Bekasi cakupan pelayanan KIA tahun 2008 masih tampak rendah, hal ini dapat terlihat dari tidak tercapainya target cakupan pada hampir seluruh puskesmas. Dari 31 puskesmas terdapat 10 puskesmas yang tercapai target sisanya 21 puskesmas belum mencapai target dari target tahun 2008 sebesar 90%. Berdasarkan hal diatas tersebut peneliti
290
Rajab, Kinerja Bidan Pembina Wilayah Puskesmas 291 tertarik untuk melakukan suatu penelitian yaitu tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Puskesmas Kota Bekasi Tahun 2008.”
6
7
Metode Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional, dengan populasi seluruh bidan pembina wilayah puskesmas di Kota Bekasi dan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 orang bidan. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu angket kuesioner, yang dilakukan pada seluruh bidan pembina wilayah yang berada di 31 Puskesmas Kota Bekasi yang dilaksanakan selama bulan November 2008 - Desember 2010. Selanjutnya penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat berupa distribusi frekuensi dan persentase, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas dinas kesehatan Kota Bekasi adalah sebagai berikut: dokter berjumlah 159 orang (dokter umum 112 orang, dokter gigi 76 orang dokter spesialis 6 orang), bidan berjumlah 204 orang, perawat 201 orang dan SKM 32 orang. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah di Kota Bekasi (n= 104) No 1
2
3
4
5
Variabel Kinerja Bidan Pembina Wilayah Kurang Baik Baik Umur < 30 tahun ≥ 30 tahun Lama bekerja < 10 tahun ≥ 10 tahun Pendidikan DI + DIII DIII + DIV + S1/S2 Status Perkawinan Tidak Menikah Menikah
f
%
109 95
53,4 46,6
17 187
8,3 91,7
122 82
59,8 40,2
196 8
96,1 3,9
3 201
1,5 98,5
8
9
10
11
12
Pengetahuan Kurang Baik Sarana Tidak lengkap Lengkap Insentif Rendah Tinggi Supervisi Tidak ada Ada Dukungan Pimpinan Tidak pernah Pernah Dukungan Masyarakat Tidak ada Ada Pemanfaatan Oleh Ibu Hamil Baik Kurang baik
95 109
46,6 53,4
90 114
44,1 55,9
151 53
74 26
94 110
46,1 53,9
110 94
53,9 46,1
95 109
46,6 53,4
96 108
47,1 52,9
Proporsi bidan pembina wilayah yang kurang baik kinerjanya sebanyak 109 (53,4%) dan 95 (46,6%) pada bidan yang kinerjanya baik. Umur bidan pembina wilayah dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, dari hasil penelitian terlihat yang terbanyak responden berumur tua ( ≥ 30 tahun) sebesar (91,7%) dan 17 (8,3%) berumur muda. Lama praktik Belum lama (< 10 tahun) sebanyak 122 (59,8%) bidan dan didapatkan pula lama ≥ 10 tahun sebanyak 82 (40,2%). Mayoritas responden berpendidikan rendah (D1-D3) sebanyak 196 (96,1%), dan masih sangat sedikit yang pendidikannya tinggi (D3+D4+S1/S2) yaitu sebanyak 8 (3,9%) bidan. Mayoritas responden bersatatus menikah sebanyak 201 (96,5%), dan masih ada yang statusnya tidak menikah yaitu sebanyak 3 (1,5%) bidan. Bidan pembina wilayah adalah berpengetahuan baik sebanyak 109 (53,4%) dan 95 ( 46,6%) berpengetahuan kurang. Sarana/fasilitas yang tidak lengkap sebesar 90 (44,1%) sedangkan sarana/fasilitas yang lengkap tersedia sebanyak 114 (55,8%). Bidan yang menyatakan mendapat insentif rendah sebanyak 151(74%) bidan dan yang menyatakan insentifnya tinggi adalah 53 (26%). Sebagian besar responden adalah bidan pembina wilayah yang menyatakan mendapatkan supervisi sebanyak 110 ( 53,9%) dan 94 (46,1%) menyatakan tidak ada supervisi. Bidan yang tidak pernah mendapat dukungan jumlahnya sebanyak 110 bidan
292 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1, April 2013, hlm 290-296 dengan persentase (53,9%), sedangkan yang menyatakan pernah mendapat dukungan adalah 94 (46,1%). Bidan yang tidak ada dukungan dari masyarakat sebanyak 95 (46,6%) bidan, dan yang ada dukungan dari masyarakat adalah 109 (53,4%). Bidan dalam penelitian menyatakan dimanfaatkan oleh ibu hamil sebanyak 108 (52,9%) bidan dan yang menyatakan tidak sebanyak 96 (47,1%). Dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis Bivariat Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dilakukan analisis hubungan kinerja bidan pembina wilayah dengan melihat masing masing nilai OR dari variabel faktor resiko yang diteliti. Nilai kemaknaan hubungan dilihat dari P < 0,05 dan 95% confidence interval. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan pembina wilayah Di kota Bekasi – Jawa Barat Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor-faktor dan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Di kota Bekasi (n= 104) No
Variabel
P Value 1 Umur 1,000 2 Lama bekerja 0,056 3 Pendidikan 0,575 4 Status Perkawinan 0,904 5 Pengetahuan 0,182 6 Sarana 0,000 7 Insentif 0,000 8 Supervisi 0,000 9 Dukungan Pimpinan 0,000 10 Dukungan 0,058 Masyarakat 11 Pemanfaatan ibu 0,143 hamil
OR
Keterangan
1,02 Tdk Bermakna 1,81 Bermakna 1,96 Tdk Bermakna 2,32 Tdk Bermakna 1,52 Tdk Bermakna 3,45 Bermakna 8.18 Bermakna 0,26 Bermakna 3,78 Bermakna 1,78 Bermakna 1,57 Tdk Bermakna
Umur bidan yang terlalu muda dan terlalu tua saat melaksanakan tugas sebagai bidan pembina wilayah diduga berkaitan erat dengan tugasnya, bidan yang umurnya muda < 30 yang kinerjanya baik sebesar 47,1 % dan umurnya tua ≥ 30 tahun yang kinerjanya baik sebesar 46,5 %, hasil uji statistik tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara bidan yang umurnya muda < 30 tahun dan tua ≥ 30 tahun dengan kinerjanya sebagai pembina wilayah (nilai p value = 1,000)
dengan OR 1,02 (95% CI: 0,38 – 2,76). Bidan yang mempunyai lama berkerja Belum lama sebagai bidan < 10 tahun kinerjanya baik sebesar 52,5 % dan bidan yang memiliki lama bekerja ≥ 10 dengan kinerja baik sebesar 37,8 %. Hasil uji statistic menunjukan hubungan yang bernakna dengan (nilai p value = 0,056, OR, 1,81 dan 95% CI: 1,02 – 3,21). Dengan kata lain bidan yang bekerja < 10 Tahun mempunyai potensi 1,81 berkinerja baik dalam menjalankan tugasnya sebagai bidan pembina wilayah dibandingkan bidan yang memiliki lama bekerja ≥ 10 tahun. Tingkat pendidikan bidan secara formal baik yang berkinerja baik maupun kurang terlihat bahwa mayoritas responden berpendidikan D1-D3 sebanyak 196 (96,1%) dengan kinerja baik sebesar 45,9% dan yang pendidikannya D4+S1/S2 yaitu sebanyak 8 (3,9%), dengan kinerja baik sebesar 62,5 %. Uji statistik antara hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja bidan pembina wilayah pada penelitian ini tidak menunjukan hubungan yang bermakna dengan nilai p value = 0,575. Status perkawinan seorang bidan dicurigai berkaitan erat dengan Kinerjanya sebagai bidan pembina wilayah. Bidan yang Statusnya tidak menikah dan mempunyai kinerja baik sebanyak 2 (66,7%) lebih rendah dibandingkan pada bidan yang menikah 93 (46,3%), Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan bidan dengan kineria sebagai bidan pembina wilayah p value = 0,904, OR= 2,32 (95% CI : 0,20 - 26,03). Bidan yang pengetahuannya baik dan kinerjanya baik sebesar 56 (51,4%) sedangkan bidan yang kinerja kurang dan kinerjanya baik sebesar 39 (41,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,182, berarti hubungan ini secara statistik tidak bermakna dengan OR= 1,52 (95% CI: 0,87 - 2,64). Dari penelitian ini fasilitas/sarana dibagi dalam dua katagorik yaitu kurang lengkap dan tersedia lengkap, pada penelitian ini terlihat bidan yang fasilitasnnya lengkap dan kinerjanya baik jumlahnya 68 (59,6%) lebih tinggi dari bidan yang kinerjanya kurang 46 (1,9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000, berarti hubungan ini secara statistik bermakna dengan OR= 3,45 (95% CI: 1,97 – 6,19). Bidan yang mendapatkan insentif yang tinggi dan kinerjanya baik sebesar 81,1% sedangkan bidan yang mendapatkan insentifnya rendah sebesar 34,4%. Hubungan ini secara statistik bermakna nilai p value = 0,000 dengan OR 8,18 dan 95% CI:3,80 –
Rajab, Kinerja Bidan Pembina Wilayah Puskesmas 293 17,60. Dengan kata lain bidan yang mendapatkan insentif tinggi berpotensi 8,18 kali lebih sering untuk berkinerja baik dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pembina wilayah dibandingkan dengan bidan yang insentifnya rendah.Bidan yang menyatakan ada supervisi dan berkinerja baik jumlahnya 35 (31,8%) lebih rendah dari bidan yang berkinerja kurang 75 (68,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000, berarti hubungan ini secara statistik bermakna dengan OR= 0,26 (95% CI: 0,14 – 0,47). Bidan yang pernah mendapatkan dukungan dari pimpinan mempunyai potensi 3,78 lebih sering untuk berkinerja dengan baik dibandingkan bidan yang tidak pernah mendapat dukungan dari pimpinan . Hasil uji statistik menunjukan hubungan tersebut secara statistik bermakna (nilai p value = 0,000 dan 95% CI: 2,11 – 6.76. Bidan yang mendapatkan dukungan dari masyarakat masih mempunyai potensi 1,78 lebih sering untuk berkinerja dengan baik dibandingkan dengan bidan yang tidak ada dukungan dari masyarakat masyarakat, hasil uji statistik menunjukan hubungan ini bermakna (nilai p value = 0,058 dan 95% CI: 1,02 – 3,11). Pemanfaataan oleh ibu hamil dengan baik mempunyai kinerja baik sebesar 51,9% sedangkan pemanfaataanya kurang baik mempunyai kinerja baik sebanyak 40,6 %, Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p value = 0,143 dan 95% CI: 0,90 – 2,74)
substansi keilmuan lainya (Bastaman ,2000), begitu pula yang dianjurkan oleh Mickey dan Greenland (1989) dalam Murti, B, variabel yang melalui uji bivariat memiliki P < 0,25 dan memiliki kemaknaan secara biologik hendaknya dipertimbangkan dimasukkan ke model multivariat. Hasil analisis diperoleh 8 kandidat p-valuenya < 0,25 untuk selanjutnya dimasukkan dalam model multivariat. Dari hasil analisis berdasarkan variabel yang ada terdapat 8 variabel dengan nilai P < 0,25 yang memenuhi syarat untuk masuk model awal dan akan dianalisis lebih lanjut. Variabel bebas lainnya seperti umur, pendidikan, dan status perkawinan tidak dianalisis lebih lanjut karena nilai P > 0,25. Hasil analisis lain menunjukkan bahwa nilai -2 log likelihood = 230,842 dengan nilai p value = 0,000, berarti secara keseluruhan veriabel variabel bebas dan variabel interaksi secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan bidan praktik swasta (BPS) dalam melaksanakan pencegahan infeksi, namun bila ditelaah secara parsial terdapat variabel variabel yang memiliki p = > 0,05. Hasil analisis pada pemodelan akhir diperoleh nilai -2 log likelihood = 238,26 dengan nilai p value = 0,000 berarti secara keseluruhan variabel yang masuk dalam pemodelan akhir secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan kinerja bidan Pembina wilayah di Wilayah Dinas kesehatan Kota Bekasi dengan nilai P wald < 0,05. Hal tersebut dapat dilihat pada table 3 berikut.
Analisis Multivariat
Tabel 3 Distribusi Pemodelan Akhir Terbaik Pada penelitian faktorfaktor yang berhubungan dengan kinerja bidan pembina wilayah di kota Bekasi (n= 104)
Analisis multivariat yang dipakai adalah logistik regresi ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko yang dominan sekaligus membuat model yang baik dalam menggambarkan hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan pembina wilayah (Hesketh dan Everit, 1998) tahapan analisa multivariat meliputi seleksi variabel kandidat model, pembuatan model faktor penentu dan analisa interaksi.
Variabel Insentif Dukungan masyarakat Constant
B
P OR 95% CI Wald 2,267 0,000 9,646 4,339 – 21,445 0,876 0,007 2,401 1,267 – 4,548 -1,980 0.000 0,138
-2 Log likelihood= 238,26, G= 43,616, p.V = 0,000
Seleksi Variabel Kandidat Metoda analisis regresi logistik dalam penelitian ini juga untuk menilai secara simultan suatu hasil jadi antara faktor resiko utama dengan beberapa variabel faktor resiko, untuk menilai ini harus dipilih suatu model yang sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan pengetahuan kesehatan, kedokteran dan
Dari tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut, terlihat variabel pemberian insentif OR 9,64 (95%, CI: 4,339 – 21,445) disusul dengan variabel dukungan masyarakat OR 2,40 (95%, CI: 1,267 – 4,548) merupakan dua variabel yang paling besar berhubungan dengan kinerja bidan Pembina wilayah di wilayah dinas kesehatan Kota Bekasi.
294 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1, April 2013, hlm 290-296 Pembahasan Kinerja Bidan Pembina wilayah Kurang baiknya kinerja bidan ini dapat disebabkan karena banyak hal antara lain beban kerja tinggi yang harus dipertanggung jawabkan oleh seorang bidan pembina wilayah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa untuk mengetahui prestasi kerja personel dipengaruhi oleh perilaku kerja dan prestasi kerja yang meliputi tiga komponen, yaitu variabel individu terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologi terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel psikologi merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Variabel organisasi terdiri dari sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Kurang baiknya kinerja bidan pembina wilayah menurut pendapat peneliti ini lebih disebabkan kurangnya insentif yang diberikan dan dukungan masyarakat, hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa faktor tersebut merupakan variabel yang paling dominan yang berhubungan kinerja bidan pembina wilayah Hubungan Umur dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Kinerja merosot sejalan dengan makin tuanya usia, kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurang rangsangan akibat usia tua ( Stephen R, Robins, 1996) dikutip dari Salmah (2001). Hubungan Lama Bekerja dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Secara psikologis yang bersangkutan sudah merasa lama menjadi bidan dan sudah merasa berpengalaman sehingga tidak perlu lagi terhadap ketentuan atau aturan yang ada. Dari hasil telaah, tidak ada jaminan bahwa petugas yang lebih lama bekerja dapat dikatakan lebih produktif dibandingkan yang belum senior. Hubungan Tingkat Pendidikan Kinerja Bidan Pembina Wilayah
dengan
Hasil penelitian mendapatkan mayoritas responden berpendidikan rendah ( D1-D3 ) sebanyak 196 (96,1%), dan masih sangat
sedikit yang pendidikannya tinggi (D3+D4+S1/S2) yaitu sebanyak 8 (3,9%). Uji statistik antara hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja bidan pembina wilayah pada penelitian ini tidak menunjukan hubungan yang bermakna dengan nilai p value = 0,575. Dari hasil telaah Stephen R.Robins (1996) dalam Salmah, (2001), tidak ada jaminan bahwa petugas yang berpendidikan tinggi dapat dikatakan lebih produktif dibandingkan yang belum senior. Hubungan Status Perkawinan Kinerja Bidan Pembina Wilayah
dengan
Hasil penelitian menunjukan Bidan yang statusnya tidak menikah dan mempunyai kinerja baik sebanyak 2 (66,7%) lebih tinggi dibandingkan pada bidan yang menikah 93 (46,3%), Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan bidan dengan kineria sebagai bidan pembina wilayah p value = 0,904, OR= 2,32 (95% CI: 0,20 - 26,03). Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Bloom (1975) mengklasifikasikan pengetahuan dalam enam tingkatan yaitu: pengertian, pemahamanan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Komponen konitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Notoadmodjo (1993) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Adapun menurut Green (1980) pengetahuan adalah salah satu bagian dari predisposing faktor yang menjadi dasar untuk memotivasi perilaku seseorang. Dari penelitian ini tingkat pengetahuan bidan dibagi dalam dua katagorik yaitu kurang dan baik, hasil penelitian terlihat, pada penelitian ini bidan yang pengetahuannya baik dan kinerjanya baik jumlahnya 56 (51,4%) lebih tinggi dari bidan yang kinerja kurang baik 53 (48,6%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,182, berarti hubungan ini secara statistik tidak bermakna dengan OR= 1,52 (95% CI: 0,87 - 2,64). Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan pendapat beberapa pakar diatas tersebut. Menurut pendapat peneliti ketidak kemaknaan ini
Rajab, Kinerja Bidan Pembina Wilayah Puskesmas 295 dimungkinkan banyak hal diantaranya adanya SOP dalam bekerja dan fungsi pengawasan yang baik dari atasan selain itu peningkatan kinerja melalui pendidikan non formal banyak dilakukan oleh bidan maupun institusi seperti seminar, workshop dan lain sebagainya. Hubungan Fasilitas/Sarana Prasarana dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Dari penelitian ini fasilitas/sarana dibagi dalam dua katagorik yaitu kurang lengkap dan tersedia lengkap, pada penelitian ini terlihat bidan yang fasilitasnnya lengkap dan kinerjanya baik jumlahnya 68 (59,6%) lebih tinggi dari bidan yang kinerjanya kurang 46 (40,4%). Sedangkan fasilitasnya kurang dengan kinerja baik sebesar 30%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000, berarti hubungan ini secara statistik bermakna dengan OR= 3,45 (95% CI: 1,97 – 6,19). Dengan kata lain bidan yang fasilitas dan sarana lengkap akan berpotensi 3,45 kali lebih sering untuk berkinerja dengan baik dibandingkan dengan bidan yang fasilitas dan sarananya tidak lengkap tersedia. Hasil penelitian ini ternyata menunjukan sebagaimana yang dikemukan Green (1988), dalam Notoatmodjo, (1993), bahwa fasilitas (ketersedian alat dan prasarana) merupakan salah satu upaya yang memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan sesuatau yang baik. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya dengan baik dibutuhkan ketersediaan fasilitas yang sesuai untuk pencegahan infeksi. Hubungan Insentif dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Kebutuhan dasar manusia menurut susunan hirarki kebutuhan dari tingkat paling dasar yaitu biologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan pengakuan. Berbeda dengan pendapat di atas bahwa kompensasi pegawai negeri sipil di Indonesia ditekankan dalam bentuk non material seperti penghargaan keteladanan, promosi jabatan dan hukum. Dalam peneltian ini didapatkan bidan yang mendapatkan insentif yang tinggi berpotensi 8,18 kali lebih sering untuk berkinerja baik dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pembina wilayah dibandingkan dengan bidan yang jumlah insentifnya rendah. Hubungan ini secara statistik bermakna nilai p value = 0,000 dengan OR 8,18 dan 95% CI:3,80 – 17,60. Hal ini sesuai dengan pendapat para pakar di atas.
Hubungan Supervisi dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Supervisi dibagi dalam dua katagorik yaitu ada dan tidak ada, pada penelitian ini terlihat bidan yang menyatakan ada supervisi dan berkinerja baik jumlahnya 35 (31,8%) lebih rendah dari bidan yang berkinerja kurang 75 (68,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000, berarti hubungan ini secara statistik bermakna dengan OR= 0,26 (95% CI: 0,14 – 0,47). Dengan kata lain bidan yang mendapatkan supervisi akan berpeluang 0,26 kali lebih sering untuk melaksanakan kinerja dengan baik dibandingkan bidan yang tidak adanya supervisi. Kebermaknaan hubungan secara statistik ini menurut pendapat peneliti dan didukung fakta dilapangan, walaupun bidan pembina wilayah jarang mendapatkan supervisi namun semangat untuk bekerja dalam menjalankan tugas masih dijunjung tinggi, sehingga tidak terpengaruh ada atau tidak adanya supervisi dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi Hubungan Dukungan Pimpinan dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Hasil studi menunjukkan bahwa bidan yang pernah mendapatkan dukungan dari pimpinan mempunyai potensi 3,78 lebih sering untuk berkinerja dengan baik dibandingkan bidan yang tidak pernah mendapat dukungan dari pimpinan . Hasil uji statistik menunjukan hubungan tersebut secara statistik bermakna (nilai p value = 0,000 dan 95% CI: 2,11 – 6,76. Lowler (1983) mengatakan pemberian kompensasi seperti upah, promosi, pujian, penghargaan, bonus dll dapat membantu menciptakan suasanan pekerjaan menjadi menantang dan memuaskan, sehingga mempengaruhi kemangkiran produktivitas dan mutu pekerjaan yang mereka lakukan. Karena responden penelitian adalah pegawai negeri yang bertugas sebagai bidan pembina wilayah sehingga adanya dukungan dari pimpinan tidak hanya terbatas pada bentuk non material, bila dikaitkan dengan teori Maslow, sebenarnya responden masih memerlukan konpensasi berupa materi. Hubungan Dukungan Masyarakat dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah. Hasil studi menunjukkan bahwa bidan yang mendapatkan dukungan dari masyarakat mempunyai potensi 1,78 lebih sering untuk
296 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1, April 2013, hlm 290-296 berkinerja dengan baik dibandingkan dengan bidan yang tidak ada dukungan dari masyarakat masyarakat, hasil uji statistik menunjukan hubungan ini bermakna (nilai p value = 0,058 dan 95% CI: 1,02 – 3,11) Hal ini menunjukan bahwa dukungan masyarakat telah berkembang dengan baik walaupuin dukungannya masih terbatas dalam bentuk bantuan tenaga, yang akan berdampak terhadap mutu layanan yang diberikan secara optimal. Menurut Green (1980), bahwa perilaku berhubungan dengan dukungan. Dengan demikian kinerja yang baik merupakan perilaku kerja sesuai dengan tujuan yang diarapkan dan dukungan seseorang akan meningkatkan kinerja orang lain. Hubungan Pemanfaatan oleh Ibu Hamil dengan Kinerja Bidan Pembina Wilayah Hasil studi menunjukkan bahwa bidan yang walaupun tidak ada ibu hamil yang memanfaatkannya masih mempunyai potensi 1,57 lebih sering untuk berkinerja dengan baik dibandingkan dengan bidan yang selalu memanfaatkannya, hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p value = 0,143 dan 95% CI: 0,90 – 2,74). Dalam pelayanan kebidanan pada persalinan sering ditemukan berbagai persoalan baik dengan pesien maupun dengan teman sejawat atau atasan. Demi mencapai tujuan bersama yaitu keselamatan pasien maka seorang bidan harus melakukan kerja sama DAFTAR RUJUKAN Depkes RI., 2001. Rencana Strategis Nasional MPS di Indonesia 2001-2010. Jakarta Green, LW, Et all. 1980 Healt Education Planing : A Diagnostik Apoproach, 1 st edition, Mayfield Company, California. Gunarsa S. et al. 1989. Perawatan.Jakarta: BPK GM
Psikologi
yang baik dengan masyarakat dengan cara membina pengendalian diri dalam keadaan krisis, meningkatkan disiplin diri sendiri , memberi pengaruh positif pada pasien sehingga dapat memahami keadaannya dan melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, (Gunarsa, 1989). Sehingga sebagai seorang bidan akan selalu dekat dengan pasien terutama ibu hamil, bidan menjadi cahaya bagi masyarakat khususnya ibu dan anak sehingga ibu hamil akan selalu mencari pertolongannya. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Proporsi Bidan pembina wilayah yang kurang baik kinerjanya sebanyak 109 (43,4%) dan 95 (46,6%) pada bidan yang kinerjanya baik. Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan pembina wilayah adalah: lama bekerja, sarana dan prasarana, insentif, supervisi, dukungan pimpinan dan dukungan masyarakat. Faktor yang paling dominan yang ada hubungannya dengan kinerja bidan pembina wilayah adalah variabel pemberian insentif OR 9,64 (95%, CI: 4,33 – 21,44) disusul dengan variabel dukungan masyarakat OR 2,40 (95%, CI: 1,26 – 4,54) merupakan dua variable yang paling besar berhubungan dengan kinerja bidan Pembina wilayah di wilayah dinas kesehatan Kota Bekasi. Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Andi Ofset. Salmah. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan dalam pertolongan persalinan bersih di rumah bersalin Puskesmas kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Timur, Tesis. Depok : Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat UI.