KHUTBAH ISTIQAMAH SERIAL KHUTBAH JUMAT MASJID ISTIQAMAH KANDANGAN
“EMPAT NASIB MANUSIA” OLEH H. THABERANI, S.Pd.I
MASJID ISTIQAMAH JALAN PANGLIMA BATUR NO. 1 RT. 17 KANDANGAN 71211 KALIMANTAN SELATAN
Khutbah Istiqamah, Menapaki Sunnah Menuju Istiqamah Serial Khutbah Masjid Istiqamah Kandangan © 2013 Jumat, 01 Jumadilakhir 1434 H./12 April 2013 M. Judul : EMPAT NASIB MANUSIA Oleh : H. Thaberani, S.Pd.I Imam : Drs. Syarifuddin Muazin : Mansyur Onjo Khutbah disalin kembali dan disunting oleh: Husaini (1120215)
Khutbah Istiqamah dapat diakses di: khutbahistiqamah.wordpress.com E-mail:
[email protected] +62 821 5186 6163
EMPAT NASIB MANUSIA Oleh: H. Thaberani, S.Pd.I
Khutbah Pertama
٧فَكَدٖزُٓٙتَكِدِٜٔسّاََُٖٛٚ ،ايٖرَٔ ٣دعٌََ ايًَٖٚ ٌَِٝايَٖٓٗاَز ٔخًَِفّ١ هللايٖرَٔ ٣خًَ َلنٌُٖ غَٕ ِٝ حُِ ُد ٔ ايِ َ وَيُ٘، غسَِ َٜ هلل َٚحِدََُ ٙال َ غَٗ ُدإَِٔ آلٔإَيَ٘إٖٔال ا ُ ٔيَُ ِٔأَزَاَدإََِٜٔرَٖنَسأَِٚأَزَادَ غُ ُهِٛزّاَٚ ،أَ ِ صًٖ ٢اهللُ َعًَِ٘ٔٝ خًِ ٔلبَػِٔٝسّا َْٚرِٜٔسّاَ ، ضُِٛيُ٘ٔإيََ ٢دُِٔٔٝعايِ َ حُٖدّا عَبِدََُُٚ ٙز ُ غَٗ ُدأََُٖٕ َ َٚأَ ِ طًُِّٔٝانَجِٔٝسّا. ََٚعًَ ٢آٔئ٘ َٚصَحِٔبٔ٘ َٚضًَِِّتَ ِ طًُُٔ. َٕٛ هلل َح ٖلتُكَأتٔ٘ ََٚالَتُُٛتُ ٖٔإٖٔال َٚأَْتَُِٗ ِ هللَتعَايََٜ:٢اأََٜٗٗاايٖرٔ َٔ ٜآََُِٓٛا اتٖكُِٛا ا َ قَاٍَ ا ُ ح ظ َٚاحٔدََٕ َٚ ٠خًَ َلََِٔٓٗا شََ ِٚدَٗا َٚبَ ٖ ع اتٖكُِٛا زَبٖهُُِايٖرَٔ ٟخًَكَهَُِِّْٖٔفِ ٕ َٜاأََٜٗٗا ايٖٓا ُ هللنَإَ هللايٖرٟٔتَطَا٤ئَُٕٛبٔ٘ َٚاألَزِحَاَّإٖٕٔ ا َ ََُُِٔٓٗا زٔدَاّالنَٔجريّا َْٔٚطَاَٚ ٤اتٖكُِٛا ا َ َعًَِٝهُِ زَقٔٝبّا. حُٖ ٕد ب اهللَٔٚ ،خََِٝس اِيَٗدِ َٖٔ ٟدِ َُ َُٟ حنٔتَا ُ أََٖاَبعِدَُ،فإَٖٕٔأصِدَ َمايِحَدٔٔ ِٜ غٖساِألَُُِٔٛزَُحِدَثَاُتَٗا َٚنٌَُُٖحِدََثٕ١بٔدَِعَْٚ ١نٌُٖبٔدَِع ٕ١ضَالَيْ١ َ َٚ n َٚنٌُٖ ضَالَيٕ١فٔ ٢ايٖٓازٔ.
Jamaah Jumat, rahimakumullah Puji syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan nikmat iman dan Islam. Nikmat yang dengannya kita akan selamat di dunia dan akhirat. Karenanya, nikmat iman ini harus kita jaga sampai ajal tiba. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, para sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau hingga hari Kiamat. Kemudian kami wasiatkan kepada khatib pribadi dan kepada para hadirin sekalian agar meningkatkan takwa kepada Allah. Takwa adalah penentu arah kehidupan manusia. Arah yang akan menentukan nasibnya; bahagia atau sengsara, selamat atau celaka. Jamaah Jumat, rahimakumullah Dilihat dari segi nasib, bahagia atau sengsara saat di dunia dan di akhirat, manusia akan mengalami salah satu dari empat nasib. Pertama, bahagia di dunia-bahagia di akhirat. Kedua, sengsara di dunia-bahagia di akhirat. Ketiga, bahagia di dunia-sengsara di akhirat. Keempat, sengsara di dunia-sengsara pula di akhirat. Sebelum keempat nasib ini dirinci, perlu dicatat bahwa “bahagia di dunia” yang dimaksud bukanlah kebahagiaan hakiki berupa kebahagiaan dan ketenangan ruhani karena berada di bawah naungan rida ilahi. Tapi yang dimaksud adalah kebahagiaan yang oleh kebanyakan orang dipahami sebagai kebahagiaan; harta melimpah, hidup nan serba mudah dan musibah yang seakan-akan enggan untuk singgah. Nah sekarang mari kita rinci satu persatu. Jamaah Jumat, rahimakumullah Pertama, orang yang bahagia di dunia juga bahagia di akhirat. Inilah nasib yang paling diidam-idamkan semua orang. Semboyan “kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya-raya dan mati masuk surga”
menjadi puncak khayalan yang diinginkan manusia. Tapi benarkah ada orang yang di dunia kaya dan saat di akhirat beruntung mendapat janah-Nya? Tentu saja ada. Itulah orang yang mendapat fadhlullah, anugerah istemewa dari Allah. Dala sebuah hadis yang cukup panjang, diriwayatkan oleh Imam Muslim, bawha suatu ketika para sahabat dari golongan ekonomi lemah mengadu pada Nabi saw. Tentang rasa iri mereka terhadap sahabat lain yang kaya. Yang kaya melakukan ibadah yang sama dengan mereka lakukan saban hari dan bisa berinfak. Lalu Nabi saw. Mengajarkan zikir-zikir yang dapat mengimbangi pahala infak. Ternyata sahabat yang kaya mendengar zikir lalu mengamalkannya. Mereka pun mengadu lagi kepada Nabi saw. untuk kedua kali. Beliau menjawab, “Itulah anugerah Allah yang akan diberikan kepada siapapun yang dikehendaki.” Itulah anugerah Allah. Allah membagi rezeki sesuai kehendak-Nya. Ada yang sedikit ada yang banyak. Sebagian orang mendapat karunia rezeki melimpah, hidupnya pun serba mudah, namun begitu, ternyata semua itu tidak memalingkannya dari cahaya hidayah. Harta yang ia miliki digunakan untuk membangun rel yang memuluskan jalan mereka menuju janah. Rel-rel yang dibangun adalah besi-besi berkualitas dari infak fi sabilillah, sedekah kepada fakir miskin dan yatim dan berbagai proyek amal jariah. Lebih daripada itu, harta itu juga digunakan untuk membeli berbagai fasilitas yang dapat meraup ilmu mulai dari buku hingga biaya untuk belajar kepada para guru. Kesehatan dan kemudahan hidup digunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan pengabdian kepada Allah. Dengan semua ini, insya Allah, kebahagiaan yang lebih abadi di akhirat telah menanti. Kalau sudah begini, manusia semacam ini memang sulit ditandingi. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapapun yang dikehendaki.
Jamaah Jumat, rahimakumullah Kedua, orang yang sengsara di dunia tapi bahagia di akhirat. Ini nasib kebanyakan orang-orang beriman. Kehidupan di dunia bagi mereka seringnya menjadi tempat pelatihan untuk menempa iman. Kesulitan hidup berupa sempitnya kran rezeki memicu munculnya ujian-ujian kehidupan, seperti tak terpenuhinya kebutuhan, pendidikan, sandang dan pangan. Atau kesulitan hidup berupa kekurangan dalam hal fisik; buta, bisu, buntung, lumpuh dan sebagainya. Dera dan cobaan yang kerap kali menguras air mata dan menggoreskan kesedihan dalam jiwa. Namun begitu, iman mereka menuntun agar bersabar menghadapi semua ujian dan tetap berada di jalan-Nya. Pada akhirnya selain iman yang meningkat, semua kesengsaraan itu akan diganti dengan kebahagiaan yang berlipat ganda. Rasa sakit, sedih dan ketidak nyamanan hati seorang mukmin akan menjadi penebus dosa dan atau meningkatkan derajat. Sedang di akhirat, hilangnya dosa berarti hilangnya halangan menuju kebahagiaan di dalam janah dengan keindahannya yang memikat. Dan tingginya derajat keimanan adalah jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat. Allah berfirman:
َػٔس ِّ َبٚ ت ٔ َايٖجَُسَاٚ ظ ٔ َُاِألْفٚ ٍَٔاَََٛصَِّ َٔاِأل ٕ َِْكٚ ٔعَُٛايِذٚ ف ِ ََِّٛ َٔايِخ٤ََِْٕٖٞهُِبٔػًُٛيََِٓبٚ و َ ٔ٦يَـَُٕٚ * أٛٔ٘ زَادٔعََِٝإْٖٔـأإيٚ ُِٔ٘اإْٖٔا يُٛقَاي١َْبٝٔ َٔإٔذَاَأصَابَِتَُِٗٗصَٜٔٔ * ايٖرٜٔايصٖأبس * َُٕٚو ُُِٖ اِيُِٗتَد َ ٔ٦يَـَُٚأٚ ١ََُْزَ ِحٚ ِٖٔٗب ِّتَِّٔ ز ْ َاًَٛص َ ًََِِٔٗٝع Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]: 155-157). Jamaah Jumat, rahimakumullah Ketiga, orang yang bahagia di dunia tapi sengsara di akhirat. Nasib ini adalah gambaran rata-rata kehidupan orang-orang kafir, fasik dan manusia durhaka. Sebagian mereka bergelimang harta, hidup mewah dan dihujani kenikmatan-kenikmatan melimpah. Bukan lain karena mereka bebas mencari harta, tanpa peduli mana halal mana haram, mereka senang mabuk-mabukan, berjudi, main perempuan, kumpul kebo dan lain sebagainya. Sebagian yang lain barangkali tidak mendapatkan kebebasan dalam hidup karena merasa tidak terikat dengan aturan apapun, berani menyalah-gunakan kekuasaan, memanipulasi dan korupsi. Aturan yang mereka patuhi hanya satu “boleh asal mau atau tidak malu”. Merekalah yang menjadikan dunia sebagai surga dan berharap atau bahkan yakin bahwa Yang Mahakuasa akan mmaklumi kedurhakaan dan kelalaian mreka dari perintah-Nya, lalu memasukkan mereka ke janha-Nya. Padahal sejak di dunia mereka telah diperingatkan:
ٕظًٝٔ عَرَابٕ َغ٢َالّثَُِْٖضِ َطسُِٖٗٔإيًَٝٔتُعَُِٗق ُُِّْ Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman [31]: 24) Kebahagiaan dunia itu akan musnah rasanya setelah celupan petama di neraka. Na’udzubillah min dzalik. Inilah orang paling celaka dalam sejarah kehidupan manusia. Di dunia hidup miskin. Susah payah mencari sesuap nasi. Hutang
menumpuk karena usaha selalu tekor. Hingga hidup pun tak nyaman karena cacat di badan dan masih ditambah ekonomi yang pas-pasan. Dan dengan semua itu, mereka tidak memiliki harapan untuk hidup bahagia di akhirat meski hanya seujung jari, karena iman sama sekali tidak tumbuh dalam hati. Di penghujung hidup mereka mati dalam keadaan kafir, menolak beriman kepada Rabbul Izzati. Dan di akhirat, neraka menyala-nyala telah menanti. Karena ketiadaan iman, mereka tidak akan mendapatkan belas kasihan. Hukuman akan tetap dijalankan karena di dunia mereka telah diperingatkan. Na’udzu billah, semoga kita terhindar dari keburukan ini. Padahal orang yang di dunia sempat merasakan kesenangan saja, apabila dicelupkan ke dalam neraka, akan musnah semua rasa yang pernah dicecapnya. Lantas bagaimana dengan yang sengsara di dunia dan berakhir dengan siksa di neraka?
* ّ١َََْٝٔازّا حَا٢ًَص ِ َْ *ت١ْٖاصَٔب١ًََْٔعَا bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), (Al-Ghasiyah [88]:3-4) Jamaah Jumat, rahimakumullah Dari keempat keadaan di atas, sebisanya kita tempatkan diri kita pada gambaran yang pertama. Caranya dengan sungguh-sungguh bekerja agar kehidupan dunia sukses dan mulia. Bersamaan dengan itu, kesuksesan itu akan kita gunakan untuk membeli kebahagiaan yang jauh lebih kekal di akhirat. Jika tidak bias, pilihan kita hanya tinggal keadaan kedua karena yang ketiga hakikatnya sama-sama celaka dengan yang di bawahnya. Meskipun hidup di dunia kita berkawan dengan sengsara, tapi dengan iman di dada kita masih layak tersenyum karena harapan itu masih ada. Harapan agar
dimasukkan ke dalam janah yang serba mewah, atas ijin dan rida dari Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pemurah.
.ٕ١٦ٌَُِٝٔ خَط ِّ ن٢ًََأضَِتػِٔفُس اهللّ َعٚ ،َٔابٛص ٖ هللأَِعًَُِبٔاي ُ َاٚ Jamaah Jumat, rahimakumullah Demikianlah khutbah pada siang ini, semoga dapat diambil manfaat dan pelajarannya. Kurang dan salahnya kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
.ُُِِِٝٔز ايسٖحٛ اِيػَُفَُٖٛ ُْٖ٘ٔيَهُِإٚ ٢ٔهللي َ ََأضَِتػِٔفُس اٚ َٖرَا٢ٔيٍَُِِٛقٛأَُق Khutbah Kedua
ػَٗ ُد ِ َْٚ .َُِٔٝٔ ايظٖأي٢ًََإَإٔالٖ َعَِٚالَ عُدٚ ،َِٔٝٔٔيًُِتٖك١َُاِيعَأقَبٚ ،ََُِٔٝٔب اِيعَاَي ِّ هلل ز ٔ حُِ ُد َ ِاي ُُٙحُٖدّا عَبِد َ ََُٖٓاٝٔػَٗ ُدأََْٖٕب ِ َْٚ ،َِٔٝٔ ايصٖائحٞ ٗ ٔيَٚ ،ُ٘وَي َ ِٜٔغس َ َالََُٙحِدٚ هلل ُ إَِٔ آلٔإَيَ٘إٖٔال ا .ََِٔٝٔايتٖأبعٚ ٘ٔصَحِٔبَٚ ٘ٔ آٔي٢ًَََعٚ ًَِ٘ٔٝضَالََُُ٘ َعَٚ هلل ٔ تا ُ َاًَٛص َ ،ُُ٘يِٛض ُ ََزٚ هلل َ إٖٕٔ ا.َِٕٛهللفَكَ ِدفَاَش اِيُتُٖك ٔ ا٣َٛبٔتَِكَٟ ٖأَٜإٚ ُِِهٝٔصَُِِٕٚأََُِٛٓٔٗا اِيُؤََٜٗاأَٝف:ُأََٖاَبعِد ًُِٖٗٓأَي. ُّاًٝٔط ِ َاتًَُُٛ ِّضَٚ ًَِ٘ٔٝا َعًٛٗص َ اََُٛٓ َٔ آَٜٔٗاايٖرََٜٗاأٜٞٔ ِّ ايٖٓب٢ًََٕ َعًٛٗص َ ُُٜ٘ٔهََت٥ََََالٚ ََِِٔٝٔٓٔأَيًُِٖٓٗ إغِٔفِسٔيًُِؤ.َِٔٝٔصَحِٔبٔ٘أَ ِدَُعَٚ ٘ٔ آٔي٢ًَََعٚ حُٖ ٕد َ َُ٢ًََبَازٔىِ َعٚ ًَِِّضَٚ ٌَ ِّص
ب ضُِْٔٝعَقسْٔ ِٜ تاِألَحَِٝآَٔٚ َُِِٗٓ ٤اِألَََِٛاتٔ،إْٖٔوَ َ طًَُٔا ٔ طًَُٔٔٚ َٔ ِٝاِيُ ِ ت َٚاِيُ ِ َٚاِيُؤََِٔٓا ٔ َُذِٔٝبُ ايدَٖعَٛاتٔ. ال غعّآَُِٔٝبّاََٚ ،عَُ ّ طاّْا صَادٔقّا ذَأنسّاََٚ ،قًِبّا خَا ٔ الَٖٔٓائ َ وإََِٔتسِشُ َمنُ ٘ طَأيُ َ أَيًُِٖٓٗإْٖٔاَْ ِ صَائحّا شَنٔ٘ٝأَٚ ،عًُِّاَْأفعّا زَأفعّاَٚ ،إَُِٜٔاّْا زَاضٔخّاثَابٔتّاَٜٚ ،كِّٔٓٝا صَادٔقّا خَائصّا، ضعّاَٜ،ا ذَاايِذَالٍَٔ َٚاِإلِٔنسَأّ. َٚزٔشِقّا حَالَّال طَِّٝبّا َٚا ٔ و ب ايٖٓازٔ ،ضُبِحَإَ زَبِّ َ زَبَٖٓا آتَٔٓافٔ ٢ايدَِْٗٝا حَطَََّٓٚ ١فٔ٢اِآل ٔخسَٔ ٠حَطَََّٓٚ ١قَٔٓا عَرَا َ َب اِيعَاَئُ.َِٔٝ هلل ز ِّ حُِ ُد ٔ ضًَٔٚ ،َِٔٝايِ َ َب اِئعصَٖ ٔ٠عُٖاَٜصُٔفَٚ ،َِٕٛضَالَّْ َعًَ ٢اِيُِس َ ز ِّ
Tanya Jawab Agama SHALAT QABLIYYAH JUMAT Tanya: Apakah ada dasarnya melakukan shalat sunat qabliyyah sebelum Shalat Jumat? (A. Muis, Mahmud, Buer Alas, Sumbawa NTB). Jawab: Shalat sunat sebelum Jumat memang ada dasarnya ialah hadis riwayat Abu Dawud dari Nafi:
خ ُ ُِّحَدَٜٚ ٘ٔٔتَِٝب٢ِٔٔفٝبَِعدََٖا زَنَِعَت٢ًَُِّصَٜٚ ١َٔقَبٌَِايِذُُع٠ٌََُ ايصٖالُٝٔطٜعََِْٔافٕٔعقَاٍَنَإَابُِٔ عََُُس .ََفِعٌَُ ذَئوَٜٕنَاn هلل ٔ ٍَ اُٛأَٖٕ َزض Artinya: Hadis Nafi, berkata: “Adalah Ibnu Umar lama melakukan shalat sebelum Shalat Jumat, lalu melakukan shalat dua rakaat sesudah Jumat di rumahnya dan ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. menjalankan hal yang serupa itu. (Riwayat Abu Dawud) (Tanya-Jawab Agama 1, halaman 79)
DZIKIR BERSAMA Tanya: Apakah dzikir bersama-sama dengan suara nyaring itu ada tuntunannya? (Sungkilang, Balubu, Sumanga, Belopa, Palopo Selatan) Jawab: Berdzikir dalam arti ingat dan menyebut nama Allah memang dianjurkan oleh Allah, seperti tersebut dalam ayat 41 surat ‘Ali Imran.
َٔأإلبِهَازٚ ٞٔ ِّ َبحِٔبايِعَػ ِّضَٚ ونَجٔريّا َ َٖاذِنُس ٖزبٚ Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu sebanyak-banyaknya bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. Dalam ayat 205 surat al-A’raaf anjuran berdzikir secara pelan, dalam hati dengan penuh tadlarru’.
ََََُِّٔٔالتَهٚ ٍَٔاآلصَاٚ ُٚ ٍِِّٔٔبايُِػدََٕٛايِذَِٗٔسََٔٔايِكَُٚدٚ ١َّفَٝٔخٚ وتَضَسٗعّا َ َْٔفِطٞٔوف َ َٖاذِنُس ٖزبٚ * َايِػَافًٔٔني Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara di waktu pagi dan petang dan jnganlah kamu termasuk orangorang yang lalai. Dalam hadis tidak didapati anjuran untuk melakukan dzikir bersamasama dengan suara keras, apalagi di masjid yang dapat mengganggu orang lain yang sedang menjalankan shalat. Kesimpulannya, berdzikir itu ada tuntunannya, sedang berdzikir bersama-sama dengan suara keras, tidak didapati tuntunan yang demikian. (Tanya-Jawab Agama 1, halaman 89)
WANITA HAID MASUK MASJID Tanya: Bagaimana hukumnya wanita yang sedang haid membaca alquran, masuk masjid, memotong rambut dan memotong kuku? (Titik Nir Zakiyah Darajat, SMA Muhammadiyah V, Jatinegoro, Banyuwangi) Jawab: Tentang wanita haid membaca Alquran para Imam Madzhab berbeda pendapat. Imam Hanafi membolehkan orang yang junub membaca ayat apabila kurang dari satu ayat. Imam Malik membolehkan orang yang sedang haid membaca Alquran, tetapi tidak membolehkan orang yang junub membaca Alquran. Imam Syafii dan Imam Ahmad tidak membolehkan orang yang junub dan wanita yang haid membaca Alquran walaupun kurang dari satu ayat. Ada beberapa riwayat yang melarang orang yang haid membaca Alquran, seperti riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzy, dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar yang artinya Nabi saw. bersabda: Janganlah orang yang sedang berjunub dan berhaid membaca sesuatu dari Alquran. Demikian pula riwayat ad-Daruquthny dari Jabir bin Abdullah yang artinya: Nabi bersabda: “Janganlah orang yang sedang haid dan jangan pula orang yang sedang nifas, membaca sesuatu dari Alquran.” Kedua riwayat itu tidak dapat dijadikan hujjah, karena keduanya munkar, sehingga dalil yang melarang orang yang sedang haid membaca Quran dan sebagainya seperti yang Anda tanyakan, yaitu masuk masjid, memotong rambut, memotong kuku, tidak ada. Maka dikembalikan pada hukum asal, yakni boleh. (Tanya-Jawab Agama 1, halaman 155)