KHITOB QIYADI Taujih Ketua Majelis Syura PKS Dalam Musyawarah Kerja Nasional I Yogyakartakarta, 25 Februari 2011
السلم عليكم ورحة ال وبركاته أشهد أن ل إله إل ال وحده. المد ل الذي هدانا لذا وما كنا لنهتدي لو ل أن هذانا ال،المد ل والصلة والسلم على نبينا ممد و على آله وأصحابه.ل ش ريك له و أشهد أن ممدا عبده ورس وله H H H رDC الC فH نD فوE عD ض نC Dن أD وEافDتD ض C DستC مE يل M لDم قC EتCنDذ أC روا إE كE CواذD : وقال ال عز وجل ف كتابه العزيز.ومن واله H بTيRم ن الطH ك مE Dه ورزقHرH صDنHكم بE دD RيDكم وأE آواDاس فRك م النE فDRخطDي ت : وقال،[26 :ن ]النفالD روE كE شC Dم تC كE RعلD Dات ل D D C DDD C C D C D E E D D H يCDغCال ال H عD لD Hن إD دوdرEس تD ن وD وEمنHؤC مC والEهEس ولE م ورC كE DعملD E هR رى اللDسيDوا فEاعملC لH Eوق مC EنتCكE اDبH مC كE EئTبDنEيDة فH ادD هD شR والD ب E D DD D D D D DD D .[ صدق ال العظيم105 :ن ]التوبةD وEملD عC Dت
Ikhwan dan Akhwat fillah, Alhamdulillah pada hari Jum’at yang merupakan sayyidul ayyam, kita mendapatkan kesempatan dari Allah untuk bisa hadir dalam Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) I yang Alhamdulillah bi taufiqillah kita selenggarakan di Yogyakarta. Ikhwan dan Akhwat fillah, Pilihan untuk menjadikan Yogyakarta sebagai tempat Mukernas, bukanlah pilihan yang tanpa perhitungan, melainkan didorong oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut: Pertama, simpati dan empati yang mendalam terhadap penderitaan rakyat Yogyakarta dan sekitarnya yang menderita karena erupsi Gunung Merapi. Kita mengerahkan segenap komponen partai untuk membantu meringankan penderitaan mereka yang terkena musibah, dan semua kader Alhamdulillah terlibat dalam mengatasi musibah ini. Kedua, momentum ini yang melibatkan 3500 peserta ditambah para penggembiraa menjadi sekitar 5000 orang sekaligus merupakan ta’ziyah jama’iyah kepada para korban erupsi gunung Merapi yang insya Allah menjadi para syuhada. Saya yakin ini merupakan ta’ziyah terbesar ketempat ini. Dan ketiga kehadiran kita di Yogyakarta juga merupakan sebuah upaya bersama Sultan Hamengkubuwono X untuk memastikan keistimewaan Yogyakarta. PKS bukanlah partai atau entitas politik yang melupakan sejarah dan jasa seluruh rakyat Yogyakarta di bawah kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX yang menghibahkan seluruh wilayah Yogyakarta untuk berintegrasi dengn NKRI. Keistimewaan itu juga akan kita jaga dalam sistem kepemimpinannya karena ini merupakan aspirasi seluruh rakyat Yogyakarta. Sungguh ironis ketika rakyat Yogyakarta masih dalam 1
kondisi menderita dan masih mengungsi di tenda-tenda, tega-teganya ada yang mengutak-atik kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono X. Oleh karena itu kita menghargai aspirasi rakyat Yogyakarta yang tetap ingin berada di bawah kepemimpina kesultanan. Di era demokrasi, suara rakyat adalah sumber legitimasi. Selagi rakyat Yogyakarta menghendaki hal itu, kita akan tetap mendukung dan menghargai keistimewaan Yogyakartakarta sekaligus dengan sistem kepemimpinannya. Ketiga motivasi itulah yang terutama menggerakkan kita untuk menjadikan Yogyakarta sebagai tempat Mukernas. Selain tentunya ada pula manfaat-manfaat lainnya seperti semalam diakui oleh Sultan yakni manfaat ekonomi dengan dipenuhinya hotel-hotel, losmenlosmen, tempat-tempat lesehan yang sebelumnya sempat menjadi lesu karena bencana. Demikian pula manfaat silaturahim. Kita pun menunjukkan bahwa kita mendukung kebhinekaan negara kita yang ditampilkan oleh para kader yang menggunakan pakaian daerah. Ikhwan dan akhwat fillah, Mukernas ini adalah bagian dari mata rantai kerja konstitusional kita, sejak Majelis Syuro bulan April 2010 yang telah menghasilkan kebijakan-kebijakan dasar yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk-bentuk program sebagai strategi operasional mengimplementasikan kebijakankebijakan dasar menjadi aksi nyata. Musyawarah Nasional (Munas) yang segera diikuti dengan Muswil-muswil, Musda-musda dan Muscab-muscab yang juga telah memberikan masukanmasukan yang kemudian dirakit dan dipadukan menjadi program-program nasional, yang sebentar lagi akan disampaikan dan disahkan. Khithab Wathani Ikhwan dan akhwat fillah, Tentu saja kerangka kerja tersebut tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan dasar dan juga realitas sosial politik. Namun kita berusaha agar bahasa-bahasa yang kita pakai dalam menerjemahkan konsekeuensi konsep aqidah dan ideologi kita adalah al khitob wathoni wa amal islami, sehingga bisa dipahami publik karena menggunakan bahasa publik. Semua yang tertuang dalam platform untuk mewujudkan masyarakat madani pun menggunakan khitob wathoni. Walaupun kita menggunakan khitob wathoni dalam implementasi di lapangan, sesungguhnya itu adalah pelaksanaan amal islami. Oleh karena kita adalah partai dakwah yang mengharapkan semua yang kita lakukan adalah bernilai adalah ibadah, dan sebuah amal tidak bisa disebut ibadah jika bukan berupa amal islami, maka harus diupayakan sedekat mungkin bahkan sepersis mungkin dengan nilai-nilai Qur’an dan Sunnah agar dapat disebut ibadah dan agar kita disebut sebagai hamba-hamba Allah yang berta’abud ilallah sehingga masuk syurga jannatun na’im kelak. Amin Ikhwan dan akhwat fillah. Upaya meramu yang tepat antara khitob wathoni dan amal islami tidaklah mudah, seandainya kader-kader kita tidak ditempa oleh pembinaaan tarbiyah yang intensif. Khitob wathoni harus dipahami sebagai sebuah strategi agar agenda-agenda kita diterima secara nasional. Untuk itu harus dimiliki lebih dulu beberapa hal sebagai berikut: 1. Ruhul wihdah, kita harus memiliki jiwa persatuan: Nahnu ma’al wihdah rabithatan .Kita tidak membicarakan wihdah hanya di internal partai tapi di bangsa kita secara keseluruhan 2
dan bahkan keumatan di seluruh dunia. Itulah makna wihdatul ummat. Kesatuan keumatan di skala Indonesia, di regional dan global, dimanapun mereka mendeklarasikan kalimat syahadat: Laa ilaaa ha ilallah. Karena itu dalam sejarah jama’ah kita, kita selalu membuktikan kepedulian kita pada dunia Islam. Di Afghanistan, Bosnia dan Palestina ada sidik jari ikhwan dan akhwat sekalian dan dunia mengakuinya. Selain itu juga ada wihdatul basyariah, yakni agar dapat membangun dunia yang baik, aman, damai dan tentram. Karena dengan kondisi itu dakwah kita akan lebih efektif ketika masyarakat dapat menggunakan akalnya. Sesuai tuntunan Al Quran bahwa dakwah harus memenuhi akal logika kita. Oleh karena itu banyak ayat-ayat Qur’an: afala ta’qilun, afala yatafakkarun. Oleh karena tafakur dan ta’aqul hanya bisa dilakukan dalam kondisi tenang. Sehingga di manapun kita hadir, kita dapat menjadi unsur perekat, daya kohesif atau sebagai unsur pemersatu. Dan kualitas itu adalah sesuatu yang sudah dimiliki ikhwan dan akhwat yakni ruhul jama’ah dan ruhul amal jama’i atau semangat kebersamaan dan semangat kerja sama, sesuatu yang belum dimiliki oleh banyak komponen bangsa lainnya. 2. Semangat berdemokrasi, Ruuhud dimokrathiyah. Salah satu penterjemahan khitob wathoni adalah kita memiliki semangat berdemokrasi. Kita tidak melakukan approaching secara ideologis terhadap demokrasi, melainkan lebih pada masalah pendekatan dan pemanfaatan peluang agar ada keleluasaan bergerak. Di dalam era demokrasi setiap warganegara berhak mengekspresikan, mengaktualisasikan dirinya dalam suatu kompetisi damai. Ikhwan dan akhwat fillah kita menyadari bahwa kita tidak memperoleh hal itu ketika dipimpin oleh otoriter baik sipil maupun militer. Namun di era demokrasi kita pun menyadari bahwa kebebasan diberikan baik bagi pendukung al haq maupun pendukung al bathil. Wa saariu, , bersegeralah, berfastabiqul khairat, berlombalah dalam kebaikan. Kita memang dituntut untuk selalu berkompetisi. Bahkan lebih tegas lagi Allah menyatakan:
H الي ر H C Dيها فD TمولE هوE MهةD جC وH لn كE Hول [148 :ات ]البقرة D D CDC قواE بDاست D D Berkompetisi bukan berkelahi. Kita berkompetisi dengan siapapun. Karena kita yakin dengan ajaran Al-Qur’an bahwa jika kita betul-betul membawa bekalan-bekalan al haq, membawa misi al haq, titik tolak dan pangkalnya al haq, masiirah (jalan) nya al haq, ghaayah dan ahdafnya adalah al haq. Yakinlah dengan janji Allah:
H بCن الR Hاطل إ H [81 :ا ]السراءtهوقEزD نD كاD لD اط C DجاءD لC EوقD D E DبCق الD هDزDوD قd Dال Kebatilan akan lenyap dikalahkan oleh al haq. Namun hal yang juga harus dicermati adalah sunatullah yang berlaku bahwa al haq yang pasif, jumud dan statis akan dikalahkan pula oleh al bathil yang aktif, Oleh karenanya marilah kita berusaha karena sesuai janji Allah kebenaran akan menyingkirkan kebathilan. Karena itu hentikanlah perdebatan ideologis soal demokrasi, dan segera manfaatkan peluang yang ada. Demokrasi adalah sarana, dan demikian pula kekuasaan juga adalah sarana sehingga bukan kekuasaan yang menjadi tujuan kita. Sehingga bila ditanyakan kepada kita bagaimana bila setelah kasus angket pajak PKS akan disingkirkan? Maka jawaban saya 3
adalah bahwa kita akan selalu membela bangsa dan Negara, dan hal itu bisa dilakukan tidak harus di pemerintahan, Allahu Akbar. 3. Pengakuan pada pluralitas (ta’adudiyah) dan bukan pluralisme. Komponen yang
ketiga harus kita miliki adalah pengakuan pada pluralitas karena pluralitas adalah fitrah. Dan fitrah adalah muhkamat yang jika kita menabraknya maka kita yang akan hancur. Tinggal bagaimana kita mengelola pluralitas. Pengakuan kita akan pluralitas bukanlah soal taktis atau strategis, melainkan bagian dari nilai-nilai perjuangan. Karena bagaimana mungkin kita mewujudkan misi rahmatan lil alamin tanpa adanya pengakuan pada pluralitas. Apapun suku, warna kulit dan agama mereka, mereka harus merasakan efek dari keislaman kita sebagai penyebar rahmatan lil alamin. Hal itu sudah dicontohkan sejak masa Rasulullah dan yang penting adalah bagaimana kita tetap berhati-hati agar jangan kepleset karena secara substantif perbedaannya sangat jauh antara pluralitas dan pluralisme. 4. Sikap moderat (Al wasathiyah wal i’tidal). la ifrat, la tafrit, la ghuluw wala tasahul.
Tidak sayap kanan dan tidak sayapi kiri, tidak berlebihan dan tidak memudah-mudahkan. Kita adalah ummatan wasathon. Sikap al wasathiyah dan i’tidaliyah akan membantu peran kita sebagai unsur perekat dan juga terkait dengan istimroriyah kita. Dan sebagaimana taujih Rasulullah Saw:
[ بترقيم الشاملة آليا،113 /14 خير المور أوساطها ]شعب اليمان للبيهقي [289 /12 ل ]سنن ابن ماجه, وان ق. ن خير العمل أدومه, فإ Amal yang disukai adalah yang istimror atau berkesinambungan. Jika kita al wasatiyah, dan bukan ekstrim kiri atau kanan, maka kita akan dapat istimror. Sehingga dengan al wasathiyah selain kita dapat menjadi unsur perekat, kita juga juga dapat istimror, kontinyuitas. Khoirul amal ausatuhaa, wa adwamuha. Membesarkan dakwah kita juga harus dengan tetap memperhatikan aspek al washtiyah. Kita memahami doktrin tawaazun, keseimbangan. Orang tidak mungkin bisa wasathiyah kalau tidak bisa tawaazun. Kalau orang badannya berat sebelah, pasti dia jalannya akan miring. Kalau berat sebelah kanan, dia akan berat ke kanan. Kalau berat sebelah kiri, akan miring ke kiri hingga akhirnya terpesong dari jalan yang lurus. Bila besar tetapi tawaazun, jalannya akan lurus dan kontinyu. Kita mentargetkan partai kita menjadi partai 3 besar. Hati-hati dalam membesarkan partai. Jangan kehilangan tawaazun, yang dapat menyebabkan kehilangan i’tidaaliyah, wasathiyah dan berarti kehilangan istimroriyah. Bila demikian, na’udzubillah, akan mandeg, terhenti bahkan terpuruk.
5. Ruhul Muwathonah, semangat hidup berbangsa dan bernegara. Alhamdulillah Allah
memberi basis dakwah bagi kita yang secara demografis: muslim-muslimah orangnya ramah dan tidak malu memperlihatkan giginya sesuai dengan hadits Nabi SAW: Tabasummuka fi wajhi akhika shodaqah. Negeri kita indah, sehingga dibanding negara4
negara lain kita boleh dikatakan mendapatkan taman surga, oleh karena itu tak ada kewajiban bagi kita selain bersyukur yang harus direalisasikan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas dakwah kita serta performa dakwah kita. Bukan hanya sekedar ucapan di bibir tapi dibuktikan dengan ayunan langkah-langkah kita. Kita memiliki kewajibann wathoniyah sehingga kita harus selalu berusaha menjaga negeri kita, kesatuan persatuan, stabilitasnya, keadilan dan kesejahteraan dan kedaulatannya baik secara politik yang mencakup seluruh wilayah tanah air, dengan jumlah pulau sebanyak 17.554 harus di bawah kedaulatan NKRI. Kita bertanggung jawab terhadap kedaulatan seluruh negara Republik Indonesia, termasuk binatang-binatangnya,pohon-pohonnya, hutan-hutannya, dan sebagainya. Hal yang kedua adalah kedaulatan ekonomi. Negara kita adalah negara kaya, sehingga adalah suatu keanehan, bahwa di negeri kita masih banyak rakyat miskin, padahal tiap hari kekayaan kita dieksplotasi oleh luar negeri. Para pejabat baik di eksekutif, legislative dll harus bertanggung jawab pada kedaulatan ekonomi kita, karena eksplotasi eknomi oleh bangsa-bangsa lain. Padahal kita seharusnya yadul ulya khoirum min yadus sufla. Harusnya perusahaan-perusahaan asing yang menguras kekyaaan negera kita yang kesemuanya melanggar Amdal dapat kita tuntut jika kita memiliki keberanian. Selain itu mereka semua juga melanggar pajak Semua mentri, kepala daerah pejabat lainnya harus berusaha menegakkan kedaulatan ekonomi. Yang ketiga adalah penegakkan kedaulatan budaya. Hari-hari ini ada yang bagus terjadi. Dimana dua kelompok agen film besar menarik seluruh peredaran filmnya dari Indonesia karena takut ditarik pajak peredaran film. Penerapan pajak ini harus kita dukung dan sebesar-besarnya. Agar tidak terjadi penetrasi budaya yang merupakan bagian dari ghazwul fikri yang menghancurkan budaya Indonesia. Dalam era otonomi daerah, para bupati dan walikota itu lebih berpeluang untuk menegakkan kedaulatan tersebut. Baik kedaulatan politik atau kedaulatan ekonomi atau kedaulatan budaya. Harap di legislative pusat untuk mengawal para kepala daerah kita ketika mereka berusaha menegakkan kedaulatan kita di sector politik, ekonomi dan budaya.
Lima Misi Ikhwan dan akhwat fillah tadi sudah saya jelaskan bahwa Mukernas merupakan kelanjutan Munas dan program yang disusun sudah merupakan rangkuman dari program-program DPP, MPP dan DSP dalam memenuhi 5 misi: character building, institutional building, social building, political building, nation building. 1. Capacity building. Salah satu kelemahan dari bangsa yang lama dijajah, ditindas adalah
kehilangan fase untuk membangun kepemimpinan bangsa atau kader pemimpin bangsa baik di masa penjajahan Belanda ataupun rezim-rezim diktator. Baru 13 tahun saja kita bebas dari masa ketertindasan itu. Selama masa ketertekanan di rezim-rezim otoriter, maka ormas yang tetap menekui kaderisasi adalah kita, jama’ah tarbiyah. Kita tidak larut mengikuti suasana, mengikuti irama, mengikuti doktrin-doktrin penyeragaman sebagaimana yang lain. Melalui kaderisasi Kita membangun kesadaran sebagai manusia, sebagai muslim, sebagai da’i, sebagai pejuang sebagai pergerakan dakwah. Sehingga ketika era Reformasi tib,a kader-kader kita merupakan kekuatan yang paling segar untuk 5
mampu merespon dan mengantisipasi peluang-peluang, tantangan-tantangan yang tersedia dan dihadapi. Oleh karena itu pertumbuhan partai kita membuat orang terheranheran melihat tampilnya ikhwan dan akhwat di era publik. Seolah-olah adalah hasil sim salabim, padahal itu merupakan hasil kerja keras belasan tahun dengan darah dan air mata. Di awal tadi saya membacakan surat al Anfaal ayat 26. Dulu ketika liqa kita tidak khusyu selalu melihat kiri kanan. Dan ternyata masa-masa berat, masa-masa pedih, masa-masa prihatin itu diperhatikan oleh Allah SWT. Sehingga datanglah :
H بTيRمن الطH كمE Dه ورزقHرH صDنHكم بE دD RيDكم وأE آواDف [26 :ن{ ]النفالD روEكE شC Dم تC كE RعلD Dات ل D D C DDD C C D C D kemudian Allah berikan tempat dan ruang gerak bahkan didukung dengan aneka ragam dukungan kemenangan dan diberikan rizki. Sekarang kalau ada pertemuan, motor pun tak terlihat karena penuh dengan mobil. Dan semua rizki itu harus dibalas dengan peran dan kontribusi kita bagi dakwah. Punya pesawat juga boleh asal buat jaulah (apalagi pulau kita yang berpenduduk ada 6000 pulau), yang menjadi masalah adalah jika kita tidak mengaitkan semua miliki kita dengan kontribusi kita bagi dakwah. La’allakum tasykurun, harus ada koneksi antara nikmat dan pemanfaatan syukur. Dalam Ayat surat At Taubah: 105 yang saya bacakan juga, Allah berpesan agar bekerja, dan bekerjalah karena kita sudah mendapatkan banyak karunia, sehingga harus digunakan untuk bekerja dan beramal. Bekerja dalam rangka syukur nikmat. Jangan sampai kita menjadi kufur nikmat. Begitu nikmat dikufuri, semua nikmat akan dicabut oleh Allah SWT. Untuk meningkatkan kemampuan beramal itu, maka kapasitas kader-kader kita ikhwan dan akhwat harus ditingkatkan. Kader kita harus mumpuni. Belum lagi bangsa ini juga kekurangan kader. Bahkan di lihat secara nasional, kepemimpinan nasional kita di seluruh level hampir dianggap lemah semuanya. Ini peluang untuk tampilnya ikhwan dan akhwat dalam kepemimpinan nasional ataupun daerah. Untuk itu kader harus mampu mengekspresikan dan mengaktualisasikan seluruh ajaran-ajaran, seluruh gemblengangemblengan, pembinaan-pembinaan dalam bentuk amal. Kemudian mampu mengkomunikasikannya ke ruang publik dengan bingkai al khithab al wathaniy. 2. Institutional building. Struktur kita harus hidup, kuat dan dinamis. Tidak boleh ada
struktur yang idle atau macet. Ukurannya adalah harus mudah dikonsolidasikan, dikoordinasikan dan akhirnya mudah untuk dimobilisasikan. Mudah dikonsolidasi sehingga tidak tercecer apalagi tercerai berai atau terpilah-pilah. Mudah dikoordinasi, mudah melakukan pengarahan orientasi kerja dan mudah dalam pembagian tugas-tugas. Bukan masing-masing memilih kerjaan sesuai dengan selera yang bisa tidak sesuai dengan kebutuhan dakwah. Mudah dimobilisasi untuk membuat karya-karya besar. Tidak mungkin struktur organisasi kita dapat di mobilisasikan kalau tidak ada hayawiyyatul harokah atau organisasi yang dinamis. Tidak mungkin struktur dapat dikoordinasikan 6
kalau tidak solid. Tidak mungkin struktur dapat dikonsolidasikan kalau tidak memiliki kekuatan ma’nawiyah. Syaratnya: al istiqomatul ma’nawiyah, matanatut tanzhim, dan hayawiyatul harakah. 3.
Social building. Alhamdulillah kita mendapat pelajaran dari Allah walaupun pelajaran jarak jauh dari Tunisia dan Mesir, yakni bagaimana organisasi yang berumur 80 tahun dan selalu mendapat intimidasi selama 60 tahun mampu membangun jejaring sosial dan menghimpun 20 juta orang dari 80 juta atau sekitar 25% dari rakyat di negaranya. Social building bukan pekerjaan masalah bagi-bagi sembako. Walaupun itu bisa merupakan salah satu bentuknya. Tapi titik beratnya bukan disitu. Titik beratnya adalah bagaimana kita membangun jejaring sosial sehingga masyarakat percaya kepada kita karena selama puluhan tahun melayani mereka. Annasu yuwalluna man khodamahum. Bila membandingkan di atas, maka target yang dibuat DPP untuk merekrut 1 juta kader baru, 1 juta UMKM dan seterusnya adalah kecil. Itu bisa dilaksanakan apabila semua pihak bekerja sama secara terkordinasi dalam membangun jejaring sosial, yang saling kait mengkait baik struktur maupun pejabat publik dari pusat hingga daerah.
4. Political building secara dzohirnya adalah perolehan kita secara formal legal nanti di tahun tahun 2014. Ukuran lainnya secara informal namun legal adalah nilai instrinsik. Artinya aura gerakan kita, wibawa gerakan kita, pengaruh gerakan kita besar walaupun kita ukurannya menengah. Ukuran kita dalam hal ini sudah besar dan harus dibesarkan lagi. Nilai instrinstik ini tidak akan menjadi besar kalau tidak istiqomah atau tidak konsisten. Political building ini penting untuk meningkatkan political power kita. Agar kita bisa memperjuangkan hak-hak rakyat, hak-hak bangsa, hak-hak umat. Bila tidak, maka perjuangan kita tersebut dapat dijadikan oleh pihak lain sebagai alat komoditi bagi kepentingan mereka. Kita jangan mau menjadi dekorasi atau hiasan demokrasi. Sudah banyak usaha untuk membonsai kita sehingga indah tapi tidak pernah menjadi besar dan tidak bermanfaat, tidak berbuah. Karena kita harus menjadi besar dalam political power. Sering saya ingatkan tentang korelasi dan koneksitas antara gerak horisontal kita dalam bentuk dakwah dan gerakan social, dengan gerak vertikal kita dalam menempati posisiposisi di lembaga-lembaga penyelenggara Negara. Ikhwan dan akhwat yang menempati posisi vertikal harus menyadari sepenuhnya, bahwa ia sampai ke sana karena adanya gerak horisontal. Oleh karena itu harus mendayagunakan potensi yang dimiliki untuk mendukung gerak horisontal. Begitu juga yang bertugas melakukan gerak horisontal untuk selalu membangun pertumbuhan gerak vertical. Alhamdulillah gerak horizontal dan vertikal sudah beriringan namun harus ditingkatkan. 5. Nation Building. Bangsa kita saat ini adalah bangsa yang tidak berwibawa. Presiden PKS Luthfi berpesan bahwa kita harus bertekad untuk menjadi bangsa yang berkarakter, sehingga di program DPP kini banyak program pembangunan baik melalui robthul am, melalui Bidang Pembangunan Ummat, atau Bidang Kelembagaan Sosial. Bahkan Bidang 7
Kelembagaan Sosial programnya langsung ke segmen keluarga, karena keluarga adalah labinah, batu bata atau fondasi bagi masyarakat dan negara yang kokoh. Sangat penting dengan pembentukan karakter, Allah berfirman:
[11 :م{ ]الرعدC هH سH فE CنDأHما بD رواE TيDغEت يR حD مzوC قDHما بD رE TيDغEل يD DهRن اللR H} إ Karena yang merubah keadaan sebuah bangsa adalah maa bi anfus, bukan jembatan, bukan gedung, bukan menara, bukan jalan tol. Tapi kalau bangsa ini ada karakter khianat kepada amanat, kufur kepada iman, bagaimana mungkin akan ada perbaikan keadaan. Begitu juga yang akan merusak atau ditariknya nikmat , adalah jika terjadi perubahan karakter dari baik menjadi buruk.
H [53 :م{ ]النفالC هH سH فE CنDأHما بD رواE TيDغEت يR حD مzوC Dى قDعلD هاD مD عD CنD أtمةD عC Hرا نt TيDمغE ك E D يCلD DهRن اللR DأHك ب D ذلD } Bila kita maa bi anfusihimnya rusak, maka nikmatnya pergi. Dua ayat ini saling berhubungan. Yang satu jika ingin berubah baik, rubahlah maa bi anfusihim. Yang jelekjelek dirubah, seperti khianat menjadi amanah, bakhil menjadi karam, jahal menjadi ma’rifah dan seterus ya. Begitu juga kalau kita banyak kebaikan kemudian lengah terhadap maa bi anfusinaa; tha’at menjadi ma’shiyah, amanah menjadi khianat, karam menjadi bakhil, maka akan terkena surat al anfal ayat 53;
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah Bangsa ini kita bangun karakternya. Setelah kita itu, baru kita bangun yang lainnya, seperti ekonominya dan infra strukturnya. Alhamdulillah saat ini kehadiran kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan saja diakui, bahkan semakin dibutuhkan oleh bangsa ini. Itulah pentingnya nation building.
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah Kalimat saya, saya akhiri dengan ‘alaa barakatillah. Selamat menyelenggarakan MUKERNAS dan ‘ala barakatillah semoga hasil-hasilnya mencapai mardhatillah. Insya Allah. Amin yaa Rabbal ‘aalamiin.
8
9