1
ANALISIS KONSEP DISTINCTION PIERRE BOURDIEU DALAM PEMILIHAN SEKOLAH BERLABEL ISLAM DI SURAKARTA Dyah Ayu Kartikawati, Siany Indria Liestyasari, dan Atik Catur Budiati Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected]
ABSTRACT This study aims to explains the growth of the existence of the Islamic labeled school in Surakarta, describes the point of view of the society in redefining the Islamic labeled school, and explain diefferentiation classes in society that are creates through the choice of the school. This research was conducted Nur Hidayah Foundation and Al Firdaus Educational Foundation Surakarta. This research uses a type of qualitative research with phenomenology approach. In-depth interviews were conducted with key informants namely parents some schools labeled Islam in Surakarta and supporting informants are the school and the foundation. Documentation use the form of the development of the school in Surakarta data from the Central Statistics Agency Central Java at 2014, the results of questionnaires open interview with some of the parents of the Islamic labeled school and the photos taken during the process of research. Collecting technique informants using the technique of purposive sampling with snowball sampling. Data analysis techniques using phenomenological data analysis technique that consists of a grouping of data, the reduction of the data is not important, focuses on the theme of the research and analysis of the theme of research, and the withdrawal of the conclusion. The results of the research are the development of the Islamic labeled schools in Surakarta at this time has been developing quite rapidly in terms of both number of achievements. The society of Surakarta redefining of the Islamic labeled school as an arena for the secretion of the responsibility of the parents in care-giving and supervision of the learning process of children. Schools labeled Islam also is redefined as an arena to the strenght for the parents to raise or preserves its social position in society. In the election of the Islamic labeled school is closely related with the taste. Not a few parents who sends their kids in Islamic labeled school on the basis prestige. The Islamic labeled school used by the parent of the students to raise or maintain their social position in society. Keywords : The Realm of Education, Distinction, Taste
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan keberadaan sekolah berlabel Islam di Surakarta, mendeskripsikan sudut pandang masyarakat dalam memaknai sekolah berlabel Islam, dan menjelaskan pembedaan kelas dalam masyarakat yang tercipta melalui pemilihan sekolah. Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Nur Hidayah dan Yayasan Lembaga Pendidikan Al Firdaus Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci yaitu orang tua murid beberapa sekolah berlabel Islam di Surakarta dan informan pendukung ialah pihak sekolah dan yayasan. Dokumentasi berupa dokumen tulisan yaitu data perkembangan sekolah di Surakarta dari BPS Jawa Tengah tahun 2014, hasil angket wawancara terbuka dengan beberapa orang tua murid sekolah berlabel Islam, dan foto-foto yang diambil selama proses penelitian. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data fenomenologis yang terdiri dari pengelompokkan data, pengurangan data yang tidak penting, memfokuskan pada tema penelitian, analisis tema penelitian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu perkembangan sekolah berlabel Islam di Surakarta pada saat ini sudah cukup pesat, baik dari segi jumlah maupun prestasi. Masyarakat Surakarta memaknai sekolah berlabel Islam sebagai arena pelepasan tanggung jawab orang tua dalam pengasuhan dan pengawasan proses belajar anak. Sekolah berlabel Islam juga dimaknai sebagai arena kekuatan bagi orang tua untuk menaikkan ataupun mempertahankan posisi sosialnya di masyarakat. Dalam pemilihan sekolah berlabel Islam berkaitan erat dengan selera. Tidak sedikit orang tua murid yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah berlabel Islam atas dasar prestise. Sekolah berlabel Islam dimanfaatkan oleh para orang tua murid untuk menaikkan ataupun mempertahankan posisi sosialnya di masyarakat. Kata kunci : Ranah Pendidikan, Pembedaan, Selera
PENDAHULUAN
hingga Perguruan Tinggi di seluruh
Latar Belakang Masalah
Indonesia,
Perkembangan pendidikan di
swasta.
baik
negeri
Sementara
di
maupun Surakarta,
Indonesia sudah cukup pesat, setiap
berdasarkan data dari BPS Jawa
individu sudah mulai sadar terhadap
Tengah (2014), jumlah keseluruhan
kebutuhan akan pendidikan. Hal ini
sekolah yang bernaung di bawah
ditandai
bermunculannya
Disdikpora Kota Surakarta ialah 917,
atau
yang terdiri dari 239 sekolah negeri
dengan
sekolah-sekolah
institusi-
institusi pendidikan dari jenjang, TK
dan 678 sekolah swasta.
3
Hampir
semua
sekolah
merupakan daya tarik tersendiri bagi
swasta yang baru dibuka adalah
masyarakat, khususnya para orang
sekolah berbasis keagamaan, baik itu
tua yang sedang merasa cemas
Islam, Kristen, Katholik maupun
terhadap
sekolah keagamaan lain. Sekolah-
anaknya. Sekolah berbasis agama,
sekolah tersebut marak didirikan di
khususnya Islam, merupakan salah
mana-mana dan saat ini hampir di
satu cara yang dapat ditempuh oleh
semua kompleks perumahan atau
orang tua untuk menyelamatkan
properti
sekolah-
anaknya, akan tetapi terkadang para
sekolah berbasis agama, baik Islam
orang tua memiliki pandangan yang
maupun Nasrani. Jarang sekali kita
berlawanan (Ted Slutz, 2007 dalam
menjumpai sekolah swasta yang baru
Rohman, 2011: 7).
besar
berdiri
dibuka berbasis umum (Rohman, 2011).
pola
berbasis
agama
terutama sekolah berbasis menawarkan
pendidikan
Islam
anak-
Di wilayah Solo pun sering ditemukan
Sekolah
pergaulan
keberadaan
sekolah-
sekolah berlabelkan Islam, baik di tengah kota maupun
di
daerah
karakter
perumahan mewah. Misalnya, di
yang berlandaskan nilai-nilai religius
sekitar Manahan, Pasar Legi, Pasar
dan nilai-nilai luhur ketimuran dan
Kliwon,
nilai-nilai tersebut merupakan pilar
Banjarsari,
utama
penyelenggaraan
ditemukan sekolah-sekolah sejenis di
sekolah tersebut (Azra, 1998: 8
tengah perumahan di daerah Kerten.
dalam Suyatno, 2015: 2). Meskipun
Setiap menjelang tahun ajaran baru
begitu, sekolah berbasis Islam juga
sekolah-sekolah
memperhatikan nilai akademis siswa
bermunculan untuk mempromosikan
yang
umum,
sekolah masing-masing, dari yang
sehingga untuk membuat keduanya
sering kita dengar namanya hingga
balance
yang
dalam
terdiri
dari
mereka
ilmu
menggabungkan
di
sekitar bahkan
hampir
Monumen dapat
tersebut
tidak
juga
mulai
kita
kenal
antara ilmu umum dan agama dalam
namanya. Hal ini dapat dilihat dari
satu paket kurikulum yang integratif
banyaknya spanduk yang dipasang
(Suyatno,
untuk
2015:
2).
Hal
ini
mempromosikan
sekolah-
4
sekolah tersebut, dari yang paling
Islam justru meningkat, terbukti
besar hingga yang paling kecil.
dengan bertambahnya nama-nama
Kemudian, berdasarkan data
sekolah berlabel Islam yang jarang
yang diperoleh dari wawancara awal,
dikenal
untuk dapat bersekolah di sekolah
Fenomena tersebut cukup menarik
berbasis Islam siswa atau orang tua
untuk
siswa harus membayar uang pangkal
penulis tertarik untuk melakukan
lebih dari Rp 5.000.000,- dan uang
penelitian dengan mengambil judul
SPP lebih dari Rp 300.000,- untuk
Analisis Konsep Distinction Pierre
jenjang TK. Sementara ke setiap
Bourdieu
jenjang di atasnya orang tua harus
Sekolah
mengeluarkan uang dua kali lipat
Surakarta.
lebih banyak dari biaya administrasi
Tujuan Penelitian
di
masing-masing
jenjang
di
bawahnya.
oleh
masyarakat
diteliti.
Oleh karena
dalam Berlabel
tetapi,
dengan
itu,
Pemilihan Islam
di
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
Akan
umum.
perkembangan
keberadaan sekolah berlabel Islam di
bersekolah di sekolah berbasis agama
Surakarta,
belum menjamin akan membentuk
pandang
karakter siswa yang lebih baik
memaknai sekolah berlabel Islam,
dibandingkan sekolah lainnya. Hal
dan menjelaskan pembedaan kelas
ini dapat dilihat dan diamati dari
dalam
fenomena-fenomena
melalui pemilihan sekolah.
yang
sering
mendeskripsikan masyarakat
masyarakat
yang
sudut dalam
tercipta
dimuat di surat kabar maupun media
KAJIAN PUSTAKA
elektronik, di antaranya tawuran
Integrasi Islam dalam Pendidikan
antar
pelajar,
demo
mahasiswa,
Pendidikan merupakan hal
konvoi kelulusan yang tidak jarang
yang bersifat mutlak dan tidak bisa
juga melibatkan siswa-siswi sekolah
dipisahkan dari kehidupan pribadi,
berbasis
keluarga, maupun dalam kehidupan
agama,
dan
kasus
kriminalitas lainnya.
berbangsa dan bernegara. Melalui
Meskipun begitu, permintaan
pendidikan akan terbentuk pribadi-
orang tua terhadap sekolah berbasis
pribadi yang berkualitas (Khoiriyah,
5
2012:
14).
Dalam
membimbing
Islam. Akan tetapi, sekolah berlabel
seorang anak didik tidak cukup
Islam
hanya dengan mengandalkan nilai-
sistem pendidikan Islam dengan
nilai luhur saja, akan tetapi nilai-nilai
sistem
luhur tersebut akan lebih optimal
karena itu, sistem pendidikan di
apabila ditambah dengan penanaman
sekolah
nilai-nilai keagamaan, salah satunya
mengarah
yaitu agama Islam.
Terpadu. Pendidikan Islam Terpadu,
Pendidikan
kepada
pendidikan
umum.
berbasis ke
memadukan
Oleh
Islam
lebih
Pendidikan
Islam
adalah
menurut Jaringan Sekolah Islam
proses pengubahan sikap dan tingkah
Terpadu, adalah pendidikan yang
laku seseorang atau sekelompok
memadukan sains dan agama secara
orang dalam usaha mendewasakan
berdampingan untuk membimbing
kepribadiannya melalui pengajaran
anak didiknya berkepribadian Islam
dan latihan (Sumaiyah, 2010: 5).
dan
Pendidikan
menguasai
Islam
Islam
lebih
dapat
pula
berwawasan
global
pengetahuan
diartikan sebagai usaha pembinaan
(Sumaiyah, 2010: 5).
dan potensi manusia secara optimal
Dalam
atau umum
penyelenggaraan
sesuai dengan statusnya, dengan
pendidikannya,
berpedoman kepada syariat Islam
Islam mengintegrasikan nilai-nilai
yang disampaikan oleh Rasulullah
Islami
agar manusia dapat berperan sebagai
mengajarnya. Sekolah berlabel Islam
pengabdi Allah swt. yang setia
menerapkan sistem pendidikan yang
dengan segala aktivitasnya guna
memadukan sains dan agama secara
tercipta suatu kondisi kehidupan
berdampingan
yang ideal, aman, sejahtera, dan
peserta didiknya. Sistem pendidikan
berkualitas
yang
serta
memperoleh
sekolah
dalam
kegiatan
untuk
diterapkan
oleh
berlabel
belajar
mendidik
sekolah-
jaminan kesejahteraan hidup di dunia
sekolah tersebut dalam rangka untuk
dan akhirat (Jalaluddin, 2001 : 72
membentuk kepribadian Islam dan
dalam Sumaiyah, 2010: 5).
menguasai pengetahuan umum bagi
Sistem pendidikan Islam juga
para peserta didiknya. Meskipun
diterapkan oleh sekolah berlabelkan
mereka sekolah berbasis agama,
6
tetapi
mereka
tetap
membuat
Islam siswa memperoleh pelajaran
keduanya seimbang.
agama lebih lama, yaitu antara 4 atau
Sekolah Berlabel Islam
5 jam pelajaran agama per minggu
Sekolah berbasis keagamaan
(Tan, 2014: 52). Oleh karena itu,
atau sekolah berbasis religi adalah
dalam aplikasinya sekolah berlabel
sekolah
Islam dapat diartikan sebagai sekolah
yang
dioperasikan
berdasarkan kepentingan sekte atau
yang
agama
yang
kepentingan tertentu
untuk
penyelenggaraan dengan memadukan
kelompok
agama
pendidikan umum dan pendidikan
Dalam
agama
ataupun
ini
pendekatan
dibuka
pelaksanaannya, religi
menerapkan
umum. sekolah
berbasis
memasukkan
unsur
dalam
proses
keagamaan
menjadi
kurikulum
satu
(Tim
jalinan
Mutu
JSIT
Indonesia, 2014: 5). Sebuah
sekolah
tergolong
pembelajaran ataupun dalam materi
sekolah berbasis agama dikarenakan
pelajaran yang disampaikan dalam
menggunakan
porsi yang lebih daripada sekolah
keagamaan yang menonjol (Bibby,
umum atau public school (Hiemstra
2002; Clark, 2003; Statistics Canada,
& Brink, 2006: 1158).
2003 dalam Hiemstra & Brink, 2006:
Sekolah
agama,
1158-1159). Seperti pada sekolah-
Islam
sekolah berlabel Islam, sekolah-
menggabungkan pendidikan umum
sekolah tersebut memiliki simbol-
dengan pendidikan agama di dalam
simbol keagamaan yang menonjol
kurikulumnya. Para siswanya tidak
dalam
hanya fokus pada pelajaran agama
sehingga
saja, tetapi mereka juga mempelajari
sekolah Islam. Berdasarkan observasi
mata pelajaran umum, seperti ilmu
awal,
alam, sejarah, ilmu sosial, dan bahasa
antaranya, para siswa dan guru
asing.
terutama
sekolah
sekolah
Namun, umum
berbasis
simbol-simbol
berlabel
proses dapat
pembelajarannya, dilabeli
simbol-simbol
sebagai
tersebut
di
berbeda
dengan
diwajibkan untuk memakai pakaian
yang
hanya
atau seragam yang menutup aurat,
memperoleh pelajaran agama 2 jam per minggu, di sekolah berlabel
dan
mencanangkan
„area
wajib
7
berjilbab‟ bagi wanita di lingkungan
Sedangkan
sekolah.
sebuah ruang (spasial) yang berisi
Dengan demikian, sekolah
masyarakat
perbedaan-perbedaan
adalah
dan
berlabel Islam adalah institusi Islam
dalamnya
yang
dengan
dominasi tersembunyi (Yusuf Lubis,
memadukan secara integratif nilai
2014: 118). Pada semua masyarakat
dan ajaran agama Islam dengan
ada hal/kelompok yang mendominasi
pendidikan
suatu
dan didominasi dan perbedaan itu
bangunan kurikulum. Lain halnya
pada dasarnya adalah prinsip dasar
dengan madrasah yang bernaung di
organisasi sosial (Bell, 228 dalam
bawah
Yusuf Lubis, 2014).
diselenggarakan
umum
dalam
Kementerian
Agama
Republik Indonesia, sekolah berlabel
berbagai
di
Dalam
buku
hubungan
Distinction,
Islam berada di bawah naungan
Bourdieu juga berpendapat bahwa
Kementerian
selera, sebuah perolehan „kompetensi
Kebudayaan
Pendidikan Republik
dan
Indonesia.
kultural‟,
digunakan
untuk
Sebab, sekolah berlabel Islam tidak
melegitimasi
sepenuhnya fokus pada pendidikan
sosial.
agama, melainkan menggabungkan
membuat „distingsi‟ sosial (Harker,
pendidikan
Mahar, & Wilkes, 1990: xii). Selera
umum
pendidikan
agama
dengan di
dalam
perbedaan-perbedaan
Selera
merupakan
berfungsi
suatu
untuk
kecenderungan
kurikulumnya. Selain itu, sekolah
yang diperoleh untuk membedakan
berlabel Islam mempunyai simbol-
dan
simbol keagamaan yang menonjol
menetapkan dan menandai dengan
sehingga
jelas perbedaan-perbedaan melalui
dapat
dilabeli
sebagai
mengapresiasi,
sekolah Islam.
sebuah
Konsep Distinction Pierre Bourdieu
pengakuan.
Dalam
Distinction
atau
proses
pemilahan
Di
memunculkan
untuk
sini
Bourdieu
istilah yang
dan “kelas
perbedaan, Bourdieu mengemukakan
dominan”
strukturnya
tentang masalah hubungan dominasi,
didefinisikan oleh distribusi modal
prestise, dan perbedaan-perbedaan
ekonomi
tajam yang ada dalam masyarakat.
anggotanya
dan budaya dan
di
antara
masing-masing
8
fraksi
kelasnya
dicirikan
oleh
lingkungan yang lain (Ritzer &
konfigurasi distribusi tertentu ini
Goodman, 2004). Penghuni posisi
yang
dalam
berkorespondensi
dengan
lingkungan
menggunakan
sebuah gaya hidup tertentu, lewat
berbagai strategi, yang mengacu
perantara habitus. Habitus ini dapat
pada
dibentuk dengan suatu cara tertentu,
tindakan‟ yang diarahkan secara
yaitu orang-orang yang menempati
objektif yang menaati aturan dan
posisi dominan di dalam kelas
membentuk pola yang koheren dan
dominan ditempatkan dalam sebuah
secara
situasi kontradiktif yang mendorong
meskipun tak mengikuti aturan yang
mereka
ditetapkan secara sadar atau tertuju
untuk
mempertahankan
perkembangan
sosial
dapat
dipahami,
pada
benda budaya dan orang-orang yang
sebelumnya oleh seorang penyusun
memproduksi benda-benda tersebut
strategi (Wacquant, 1992: 25 dikutip
(Bourdieu: 1984).
dalam Ritzer & Goodman, 2004: memunculkan
526).
Melalui
yang
„garis
hubungan ambivalen dengan benda-
Bourdieu
tujuan
aktif
diterapkan
strategi
itulah
konsep ranah atau lingkungan yang
“penghuni posisi itu berupaya secara
dilihatnya
arena
individual atau kolektif melindungi
pertarungan : “Lingkungan adalah
atau meningkatkan posisi mereka dan
sebagai
sebuah
lingkungan
juga
perjuangan”
berupaya
memaksakan
prinsip
(Bourdieu & Wacquant, 1992: 101
perjenjangan
yang
dalam Ritzer & Goodman, 2004:
menguntungkan
terhadap
525). Lingkungan adalah sejenis
mereka
pasar kompetisi di mana berbagai
tergantung pada posisi mereka dalam
jenis modal (ekonomi, kultur, sosial,
lingkungan” (Bourdieu & Wacquant,
simbolik) digunakan dan disebarkan.
1992: 101 dalam Ritzer & Goodman,
Lingkungan juga adalah lingkungan
2004).
politik
(kekuasaan)
produk
Strategi
agen
sangat
Selain itu, habitus juga dapat
penting; herarki hubungan kekuasaan
diartikan sebagai nilai yang meresap
di
dalam
membantuk
yang
sendiri.
paling
lingkungan
politik
ke dalam pikiran, perasaan, dan
menata
semua
estetika
seseorang,
sehingga
9
mempengaruhi dan menentukan nilai
lingkungan mengkondisikan habitus.
selera seseorang. Habitus merupakan
Di sisi lain, habitus menyusun
nilai-nilai yang dibatinkan melalui
lingkungan
“ruang
dapat
bermakna yang mempunyai arti dan
seseorang
nilai (Ritzer & Goodman, 2004:
sosial-ekonomi,
527). Dengan demikian, distinction
walaupun tidak secara mutlak (Yusuf
berkaitan dengan pola hubungan
Lubis,
antara habitus dan lingkungan.
sosial”,
mencerminkan dalam
dan
posisi
tataran
2014:
Bourdieu,
113).
habitus
Menurut
semata-mata
sebagai sesutau yang
METODE PENELITIAN
“mengusulkan” apa yang sebaiknya
Penelitian ini menggunakan
dipikirkan orang dan apa yang
jenis penelitian kualitatif dengan
sebaiknya
mereka
untuk
pendekatan fenomenologi. Teknik
dilakukan
Ritzer
Goodman,
pengambilan informan menggunakan
2004: 524). Habitus berfungsi “di
teknik purposive dengan snowball
bawah tingkat kesadaran dan bahasa,
sampling. Informan adalah orang tua
di luar jangkauan pengamatan dan
murid beberapa sekolah berlabel
pengendalian
kemauan
Islam di Surakarta, pihak sekolah dan
(Bourdieu, 1984a: 466 dikutip dalam
yayasan, yaitu Yayasan Nur Hidayah
Ritzer dan Goodman, 2004: 524).
dan Yayasan Lembaga Pendidikan
Kebiasaan atau habitus ini berperan
Al Firdaus Surakarta. Jenis data yang
sebagai struktur, tetapi orang tak
digunakan ialah data primer dan
memberikan tanggapan terhadapnya
sekunder. Data primer diperoleh dari
atau terhadap struktur eksternal yang
wawancara
mempengaruhi
informan kunci (orang tua murid
pillih dan
oleh
secara
mekanis
(Ritzer dan Goodman, 2004). Dalam
mendalam
dengan
beberapa sekolah berlabel Islam di
menekankan
Surakarta) dan informan pendukung
pentingnya habitus dan lingkungan,
(pihak sekolah dan yayasan) serta
Bourdieu
observasi
ke
beberapa
sekolah
pada hubungan antara habitus dan
berlabel
Islam.
Data
sekunder
lingkungan. Hubungan ini berperan
diperoleh dari dokumen Badan Pusat
dalam
Statistik Jawa Tengah tahun 2014,
memusatkan
dua
cara,
di
perhatian
satu
sisi
10
dokumen yayasan sampel, angket
“Educative Tradition and Islamic
wawancara terbuka, dan foto-foto
Schools in Indonesia” (2014), juga
yang
proses
mengemukakan bahwa ajaran Islam
data
di Indonesia dimulai sekitar abad ke-
menggunakan teknik analisis data
13 dalam bentuk pembelajaran Al-
fenomenologis
dari
Qur‟an yang bertempat di masjid-
pengelompokkan data, pengurangan
masjid desa, rumah-rumah ibadah,
data
dan
diambil
selama
penelitian.
Analisis
yang
yang
terdiri
tidak
penting,
rumah-rumah
guru
memfokuskan pada tema penelitian,
Seiring
analisis
muncullah sekolah-sekolah Islam di
tema
penelitian,
dan
berjalannya
agama.
penarikan kesimpulan.
Indonesia,
HASIL PENELITAN
madrasah, dan sekolah berlabel Islam
1) Perkembangan
Sekolah
Muhammad dalam
Zuhdi
memperkenalkan
Islam di Indonesia. Awalnya, sekolah berbasis
menyebutkan bahwa sekolah berlabel
Islam didominasi oleh pesantren dan
Islam
sebelum
madrasah, namun pada akhir abad
kemerdekaan negara Indonesia dan
ke-20 model lembaga pendidikan
menjadi bagian dari perkembangan
Islam telah mengalami pergeseran
bangsa
Indonesia
seiring dengan kehadiran sekolah
dengan
sekolah
telah
ada
lainnya.
berlabel Islam (Hasan, 2011, 4).
Islam
Sekolah berlabel Islam merupakan
dari
sistem
model lembaga pendidikan yang
Indonesia
sampai
berusaha
berlabel
termarjinalisasi
tahun
di
bersama-sama umum
sekolah
pendidikan
2011:
yang
2)
Namun,
Rohman,
(2005
pesantren,
yang umumnya dianggap sebagai lembaga
Berlabel Islam di Surakarta
seperti
waktu,
antara
dikarenakan
ilmu umum dan agama dalam satu
kurangnya kepercayaan masyarakat
paket kurikulum integratif (Suyatno,
terhadap
2015). Saat ini keberadaan sekolah-
sejenis
1970-an
menggabungkan
kualitas
anak
sekolah berlabelkan Islam dapat
didiknya. Kemudian, Charlene Tan
ditemukan di setiap sudut Kota
dalam
dalam
sekolah-sekolah
jurnalnya
pendidikan
yang
berjudul
11
Surakarta,
khususnya
di
daerah
perumahan.
dengan
orang
tua
murid
dari
beberapa sekolah berlabel Islam di
Meskipun
sempat
Surakarta yang menyatakan bahwa
termarjinalisasi, akan tetapi sekarang
alasan
eksistensi sekolah berlabel Islam
menyekolahkan
tidak kalah dengan sekolah lainnya.
berlabel Islam dikarenakan untuk
Selain itu, dari segi prestasi, murid-
sekaligus
murid sekolah-sekolah sejenis tidak
Penggunaan sistem fullday school
kalah dengan murid-murid sekolah
pada
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
seringkali menjadi daya tarik utama
banyaknya piala yang diperoleh dari
orang tua terhadap sekolah-sekolah
berbagai kejuaraan yang diikuti, baik
sejenis.
akademis
non-akademis,
ketidakmampuan para orang tua
serta adanya siswa sekolah berlabel
dalam mengasuh dan mendidik anak
Islam yang ikut berpartisipasi aktif
secara intensif 24 jam dalam sehari.
dalam
Mereka
maupun
ajang
Nasional
Olimpiade (OSN).
Sains
mereka
lebih anak
memilih
di
menitipkan
sekolah
Hal
berlabel
ini
sekolah
anak.
Islam
disebabkan
mengatakan
bahwa
Dalam
pekerjaan menuntut mereka untuk
pembelajaran pun sekolah-sekolah
selalu berada di kantor selama satu
berlabelkan Islam sudah semakin
hari penuh, dari pagi hingga sore.
inovatif,
Bahkan,
sehingga
siswa
tidak
ketinggalan zaman. 2) Pemaknaan
hal
itu
diakui
secara
langsung oleh kepala salah satu Keberadaan
Sekolah Berlabel Islam oleh Masyarakat Surakarta
sekolah berlabel Islam terkemuka di Surakarta. Sedangkan sebagian lainnya
Sebagian masyarakat Kota
memaknai sekolah berlabel Islam
Surakarta memaknai sekolah berlabel
sebagai arena kekuatan bagi orang
Islam
pelepasan
tua murid untuk menaikkan ataupun
tanggung jawab orang tua terhadap
mempertahankan posisi atau status
pengasuhan dan pengawasan anak
sosialnya di masyarakat. Makna ini
dalam proses belajar. Makna ini
berawal dari persepsi masyarakat
muncul berdasarkan hasil wawancara
yang mengatakan bahwa sekolah
sebagai
arena
12
berlabel Islam merupakan sekolah
menerapkan gaya hidup mewah,
elit dimana tempat berkumpulnya
bahkan ada beberapa sekolah yang
golongan elit masyarakat. Tingginya
mengajak
biaya pendidikan di sekolah-sekolah
menerapkan gaya hidup sederhana.
sejenis melatar belakangi munculnya
PEMBAHASAN
persepsi
1) Berkembangnya
ini.
Penggunaan
mobil
sebagai kendaraan pribadi dan gaya hidup
yang
untuk
Sekolah
Berlabel Islam di Surakarta
paham
Mulanya, keberadaan sekolah
hedonisme dari para murid beserta
berlabel Islam tidak terlalu dikenal
orang tuanya, gaya busana para
oleh masyarakat luas, terutama bagi
orang
cukup
masyarakat pedesaan. Nama-nama
mengikuti tren dan terlalu berlebihan
sekolah berlabel Islam pun jarang
kalau hanya untuk antar jemput anak,
sekali
kecuali bagi mereka yang sekaligus
masyarakat, hanya beberapa orang
berangkat atau pulang kerja, serta
saja yang mengenal sekolah-sekolah
profesi
tersebut. Di Kota Surakarta, sebagian
tua
menganut
murid-muridnya
murid
orang
tua
yang
murid
yang
terdengar
di
sebagian besar merupakan pegawai
besar
instansi terkemuka di Surakarta pun
mengetahui
dapat menunjukkan bahwa sebagian
pendidikan di Indonesia hanyalah
besar murid-muridnya berasal dari
sekolah negeri dan sekolah swasta
kalangan atas. Oleh karena itu, tidak
umum. Sedangkan untuk pendidikan
sedikit
yang
agama Islam, mereka lebih mengenal
di
pesantren daripada sekolah berlabel
orang
menyekolahkan
tua anak-anaknya
sekolah-sekolah berlabelkan Islam
Islam.
atas
dasar
memanfaatkan Islam
untuk
masyarakatnya
telinga
bahwa
Padahal
hanya lembaga
sekolah-sekolah
prestise.
Mereka
berlabelkan Islam telah ada sejak
sekolah
berlabel
sebelum
kemerdekaan
bangsa
menaikkan ataupun
Indonesia. Bahkan, menjadi bagian
mempertahankan posisi atau status
dari perkembangan bangsa Indonesia
sosialnya
bersama-sama dengan sekolah umum
di
dalam
masyarakat
sekitarnya. Meskipun begitu, tidak
lainnya
dan
berdiri
semua murid beserta orang tuanya
dengan pesantren.
bersamaan
13
Selain itu, sekolah-sekolah
Pada
akhirnya,
ketenaran
berlabel Islam justru berlokasi di
sekolah-sekolah berlabelkan Islam
daerah perkotaan, yang seharusnya
pun menggeser dominasi pesantren
lebih
dikenal
dari dunia pendidikan Islam. Justru
masyarakat dibandingkan pesantren
banyak orang tua yang lebih tertarik
dan madrasah yang akrab dengan
untuk menyekolahkan anak-anaknya
daerah pedesaan ataupun pinggiran
di sekolah berlabel Islam daripada di
kota. Akan tetapi pada kala itu
sekolah lainnya. Hal ini dipengaruhi
hingga
sekolah
oleh keadaan masyarakat yang sudah
berlabel Islam masih termarjinalisasi
semakin jauh dari kata “beradab” dan
dari sistem pendidikan di Indonesia
pergaulan anak zaman sekarang yang
dan masih kalah pamor dengan
identik dengan kenakalan remaja.
pesantren
Dalam hal ini pendidikan agama
mudah
tahun
dan
untuk
1970-an,
sekolah
lainnya
(Zuhdi, 2005 dalam Rohman, 2011:
diperlukan
2).
mereka dari hal-hal negatif tersebut, Namun,
“melindungi”
ini
sebab apabila berkenaan dengan
terbalik,
moral pendidikan umum saja masih
keberadaan sekolah berlabel Islam
kurang. Seperti yang diungkapkan
sudah
oleh
keadaan
baru-baru
untuk
berbanding
semakin
masyarakat
dikenal
Surakarta.
oleh
Ibu
NY
bahwa
agama
Pendirian
merupakan pondasi kehidupan yang
sekolah-sekolah berlabelkan Islam
harus ditanamkan kepada anak sedari
pun sudah marak di setiap sudut Kota
dini untuk melindungi mereka dari
Surakarta.
pengaruh
Nama-nama
setiap
buruk
lingkungan
sekolah berlabel Islam sudah tidak
sekitarnya. Di sisi lain, para orang
asing lagi di telinga masyarakat, dari
tua
yang sudah lama berdiri hingga yang
memperoleh pendidikan umum dan
baru merintis. Dalam kurun waktu
agama secara sekaligus. Oleh karena
tiga tahun terakhir ini, sudah cukup
itu, mereka memilih sekolah berlabel
banyak sekolah berlabel Islam di
Islam yang menawarkan kurikulum
Surakarta yang didirikan (wawancara
terpadu, di mana pendidikan umum
dengan Ketua JSIT Surakarta).
dan
juga
agama
ingin
anak-anaknya
diberikan
secara
14
bersamaan
sehingga
tidak
berat
mengembangkan potensinya, baik
sebelah (wawancara dengan Ketua
yang
Jaringan Sekolah Islam Terpadu atau
spiritual, intelektual, dan emosional,
JSIT Kota Surakarta).
maupun
Selain
sosial.
aspek
Pada
moral,
dasarnya,
segi
jumlah
sekolah ialah tempat di mana anak-
Islam,
prestasi
anak memperoleh bimbingan dan
murid-murid sekolah berlabel Islam
pengajaran untuk mengembangkan
juga mengalami perkembangan. Saat
potensi yang dimilikinya. Selain itu,
ini, prestasi yang dicapai oleh murid
sekolah dapat membantu orang tua
sekolah-sekolah sejenis tidak kalah
dalam memberikan ilmu yang tidak
memuaskannya dengan murid-murid
bisa diberikannya secara intensif
sekolah umum. Sudah banyak murid
kepada anak, dan hanya sekolah yang
sekolah-sekolah berlabel Islam yang
dapat memberikannya, misalnya ilmu
menjuarai beberapa perlombaan, baik
matematika,
tingkat
tingkat
pengetahuan sosial, dan sebagainya.
nasional. Selain itu, guru-guru di
Lembaga pendidikan formal atau
sekolah
berlabel
Islam
sudah
sekolah
membuat
inovasi
dalam
metode
bervariasi, ada sekolah umum dan
pembelajarannya sehingga murid-
ada pula yang berbasis agama.
muridnya tidak ketinggalan zaman.
Sekolah
2) Sekolah
Islam
tergolong sekolah berbasis agama di
merupakan Arena Pelepasan
Indonesia. Meskipun berbasis agama,
Tanggung Jawab Orang Tua
sekolah berlabel Islam tidak hanya
terhadap Pengasuhan Anak
fokus pada pendidikan agama anak,
sekolah
dari
menyangkut
berlabel
daerah
maupun
Berlabel
Menurut Yusuf (2001: 54 dalam
Ningsih,
Indonesia
berlabel
melainkan
juga
Islam
fokus
alam,
cukup
ialah
pada
sekolah
pendidikan umum mereka. Dalam
pendidikan
aplikasinya, semua mata pelajaran
sistematis
dan semua kegiatan di sekolah
melaksanakan program bimbingan,
berlabel Islam tidak lepas dari nilai
mengajar, dan latihan dalam rangka
ajaran Islam. Sekolah berlabel Islam
membantu
menggunakan
merupakan formal
2014),
di
pengetahuan
lembaga
yang
secara
siswa
agar
mampu
kurikulum
terpadu,
15
sehingga ilmu yang diperoleh murid-
anaknya di sekolah berlabel Islam
murid sekolah-sekolah sejenis tidak
adalah sekaligus untuk menitipkan
berat sebelah (Tan; Tim Mutu JSIT
anak. Di samping itu, di sekolah-
Indonesia, 2014).
sekolah
sejenis
anak
juga
Namun, pada kenyataannya
memperoleh ilmu umum dan ilmu
peran sekolah, khususnya sekolah
agama secara sekaligus, sementara
berlabel Islam, sudah menyimpang
orang
dari yang seharusnya, yaitu sebagai
memberikannya
tempat
selama
belajar
anak
mengembambangkan
untuk
tua
24
tidak
mampu
secara
intensif
jam/hari.
Pendidikan
potensinya.
agama yang diberikan oleh sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, “peran”
pun tidak sekedar teori, tetapi anak-
sekolah berlabel Islam ialah sebagai
anak
pelepasan tanggung jawab orang tua
mengamalkan
terhadap pengasuhan terhadap anak.
diperoleh dalam kehidupan sehari-
Selain itu, sekolah justru berfungsi
harinya.
sebagai pengganti orang tua dalam
3) Pembedaan
juga
dibiasakan ilmu
agama
Kelas
pengawasan proses belajar anak.
Tercipta Melalui
Para orang tua memanfaatkan sistem
Sekolah
fullday school yang diterapkan oleh sebagian
yang
Pemilihan
Pembedaan kelas sosial di antara masyarakat tidak terlepas dari
Islam untuk menggantikan peran
selera. Pada kenyataannya, setiap
mereka sebagai pengasuh sekaligus
orang pun memiliki selera yang
pengawas anak dalam kehidupan
berbeda-beda dan terkadang selera
sehari-hari mereka. Seperti yang
kita ditolak oleh selera orang lain.
diungkapkan oleh Ibu SM, bahwa dia
Namun
merasa diuntungkan dengan adanya
perbedaan selera ini tidak dapat
sistem
yang
dihindari lagi oleh satu sama lain
sekolah-sekolah
hingga nanti pada akhirnya akan ada
fullday oleh
berlabel
Islam.
terangan,
dia
alasannya
sekolah
yang
berlabel
diterapkan
besar
untuk
school
Secara mengakui
menyekolahkan
bagaimanapun
juga,
terang-
perundingan untuk saling menerima
bahwa
selera
masing-masing
anak-
1984:
56).
Begitu
(Bourdieu, pula
dalam
16
memilih sebuah sekolah, hal tersebut
lebih
merupakan persoalan selera. Para
menyekolahkan
orang tua tidak begitu saja memilih
sekolah manapun yang mereka sukai
sebuah
untuk
dan cenderung bergengsi, seperti
namun
sekolah berlabel Islam. Di sisi lain,
matang
para pekerja kasar lebih memilih
sekolah
menyekolahkan diperlukan
anak,
pertimbangan
banyak
memilih
untuk
anak-anaknya
yang dipengaruhi oleh beberapa
menyekolahkan
faktor dan seringkali disesuaikan
sekolah negeri karena biaya yang
dengan
cenderung
selera
mereka
masing-
anak-anaknya
di
lebih
murah,
bahkan
masing. Ada yang lebih memilih
kemungkinan
menyekolahkan
sekolah
bantuan dari pemerintah. Hal ini
negeri dan ada pula yang lebih
seringkali terjadi di seluruh daerah
memilih menyekolahkan anak di
dan yang berperan sebagai „kelas
sekolah swasta, baik yang umum
dominan‟ di sini ialah masyarakat
maupun yang berbasis agama. Selera
daerah itu sendiri, tidak terkecuali
tersebut merupakan suatu bentuk
Kota Surakarta.
anak
di
apresiasi para orang tua terhadap sekolah
yang
dipilih
dan
pada
besar
di
memperoleh
Oleh karena itu, masyarakat memiliki
peran
penting
dalam
akhirnya selera tetap berfungsi untuk
penentuan posisi sosial seseorang di
membuat perbedaan sosial di antara
lingkungan sekitarnya. Kedudukan
para orang tua murid (Bourdieu,
tersebut seringkali dijadikan patokan
1984).
oleh setiap kalangan masyarakat Selera atau pola-pola orang
untuk merepresentasikan diri mereka
tua dalam memilihkan sekolah untuk
sendiri. Persepsi masyarakat yang
anak-anaknya juga merupakan wujud
mengatakan bahwa sekolah berlabel
produksi suatu gaya hidup. Setiap
Islam
fraksi (guru, pejabat, dokter, pekerja
cukup bergengsi dan elit karena
kasar, dan sebagainya) memiliki
faktor
selera
dimanfaatkan
yang
berbeda
dalam
merupakan
biaya
memilihkan sekolah untuk anak-anak
kalangan
mereka. Misalnya, para pejabat yang
menaikkan
sekolah
tidak oleh
masyarakat atau
yang
jarang beberapa untuk
mempertahankan
17
posisi
sosialnya
di
masyarakat.
beserta para orang tuanya pun dapat
Pemilihan sekolah berlabel Islam
dikatakan tidak biasa, terutama untuk
adalah wujud presentasi diri bagi
ukuran anak SD, seperti McDonald,
beberapa pelaku untuk mendapat
Daegu Korean Grill, dan lain-lain.
pengakuan dari kelas dominan, yang tidak
lain
adalah
masyarakat
Di dalam penelitian ini, aktor (penghuni
posisi)
memanfaatkan
sekitarnya bahwa mereka menduduki
ranah pendidikan untuk mencapai
kelas sosial tinggi.
tujuan
Keputusan para orang tua untuk
menyekolahkan
menaikkan
yaitu
atau
untuk
mempertahankan
di
posisi sosial mereka di masyarakat.
sekolah berlabel Islam merupakan
Sekolah berlabel Islam merupakan
habitus mereka untuk memperoleh
perwujudan dari ranah pendidikan,
sebuah posisi sosial di lingkungan
yang dimana berfungsi sebagai arena
masyarakatnya. Dewasa ini, motivasi
kekuatan bagi para pelakunya. Ranah
sebagian besar orang tua di Surakarta
pendidikan
menyekolahkan anak di sekolah-
sebagai kekuatan untuk mencapai
sekolah sejenis dikarenakan prestise.
sebuah
Selain tingginya biaya pendidikan di
pendidikan adalah arena perjuangan
sekolah-sekolah berlabelkan Islam,
masyarakat Kota Surakarta untuk
gaya hidup yang diterapkan oleh
memenangkan suatu posisi sosial
murid-muridnya
orang
dalam sebuah kompetisi. Di arena
tuanya menunjukkan bahwa sekolah-
tersebut berbagai jenis modal, seperti
sekolah tersebut merupakan sekolah
uang,
elit. Penggunaan mobil dan busana-
temurun,
busana yang sedang ngetren serta
digunakan dan disebarkan untuk
bermerk merupakan modal ekonomi
mencapai sebuah posisi. Banyak dari
mereka untuk mendapat pengakuan
para orang tua murid yang juga
sebagai
menyekolahkan
dan
„kalangan
anak
mereka,
para
atas‟
dari
dikonseptualisasikan
posisi
mobil,
sosial.
Ranah
kebudayaan
lingkungan
turun
sosial,
anak-anaknya
sekolah
tempat
mengikuti jejak saudara-saudaranya,
para
murid
sekolah-sekolah berlabelkan Islam
Islam
di
masyarakat Surakarta. Selain itu, nongkrong
berlabel
dll,
karena
18
sehingga
dapat
dikatakan
turun
temurun.
mereka mengabaikan kemampuan mereka. Sebab, keputusan untuk
Selain mereka yang berasal
menyekolahkan anak di sekolah-
dari lingkungan elit, para orang tua
sekolah sejenis merupakan pilihan
yang berasal dari lingkungan yang
alternatif sehingga posisi sosialnya di
biasa saja juga mulai berbondong-
masyarakat dapat meningkat.
bondong
SIMPULAN DAN SARAN
untuk
menyekolahkan
anak-anaknya di sekolah berlabel
Berdasarkan
Islam. Penggunaan sekolah berlabel
penelitian,
Islam
kesimpulan mengenai
sebagai
sekolah
swasta
maka
tujuan dapat
diambil
keberadaan
alternatif merupakan strategi mereka
sekolah berlabel Islam di Surakarta
untuk
sosial
sebagai berikut: (1) perkembangan
tinggi di mata masyarakat umum.
sekolah berlabel Islam berawal dari
Sedangkan mereka yang berasal dari
munculnya ajaran Islam pada abad
lingkungan elit, menyekolahkan anak
ke-13,
di sekolah berlabel Islam ialah untuk
kemunculan
mempertahankan atau „memperjelas‟
pendidikan Islam formal pada masa
posisi
sebelum
memperoleh
sosialnya
posisi
di
lingkungan
sekitarnya.
yang
disusul
dengan
lembaga-lembaga
kemerdekaan
Indonesia,
salah satunya ialah sekolah berlabel
Pilihan untuk menggunakan sekolah
berlabel
sekolah
swasta
Islam
Meskipun
termarjinalisasi
dari
sempat sistem
untuk
pendidikan Indonesia, namun pada
meningkatkan posisi sosialnya di
akhir abad ke-20 sekolah berlabel
masyarakat sudah dipertimbangkan
Islam mulai berkembang. Pada saat
secara mendalam oleh para orang
ini, sekolah berlabel Islam sudah
tua.
berkembang cukup pesat dari segi
Mereka
alternatif
sebagai
Islam.
menyadari
bahwa
sekolah-sekolah tersebut memberi
jumlah
tuntutan
sistem
terkecuali sekolah-sekolah berlabel
pendidikannya. Tidak semua orang
Islam di Surakarta. (2) Sebagian
mampu untuk melibatkan diri dengan
besar masyarakat Kota Surakarta
sekolah-sekolah
memaknai sekolah berlabel Islam
materiil
dalam
sejenis,
namun
maupun
prestasi,
tidak
19
sebagai arena pelepasan tanggung
selama berada di sekolah-sekolah
jawa orang tua dalam pengasuhan
berlabelkan Islam pun mereka tidak
dan pengawasan proses belajar anak
secara langsung memperoleh posisi
dengan memanfaatkan sistem fullday
tersebut,
school
menyesuaikan
yang
diterapkan
oleh
melainkan
harus
diri
dengan
elitnya
sehingga
kebanyakan sekolah berlabel Islam.
lingkungan
Kemudian,
lainnya
memperoleh
memaknai sekolah berlabel Islam
masyarakat.
sebagai arena kekuatan bagi orang
DAFTAR PUSTAKA
tua murid untuk menaikkan ataupun
Badan Pusat Statistik. (2014). Jawa
mempertahankan posisi atau status
Tengah dalam Angka 2014.
sosialnya
Semarang:
sebagian
di
masyarakat.
(3)
pengakuan
Pembedaan kelas di masyarakat juga
Statistik
dapat tercipta melalui pemilihan
Tengah.
dari
Badan
Pusat
Provinsi
Jawa
sekolah. Dalam pemilihan sebuah
Bourdieu, Pierre. (1984). Distinction:
sekolah seringkali dipengaruhi oleh
A Social Critique of The
setiap orang tua dan selera antara
Judgement
satu dengan lainnya tidaklah sama.
Cambridge:
Sekolah berlabel Islam merupakan
University Press.
sekolah
swasta
alternatif
yang
of
Taste. Harvard
Harker, Richard., Mahar, Charleen.,
dijadikan sebagai arena perjuangan
&
untuk para orang tua atau aktor
(1990). (Habitus x Modal) +
menaikkan
mempertahankan
Ranah = Praktik : Pengantar
di
Paling Komprehensif kepada
posisi
atau
sosialnya
Keputusan
orang
menyekolahkan
anak
masyarakat. tua
untuk
di
sekolah
berlabel adalah strategi mereka untuk
Wilkes,
Chris.
(Eds).
Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra. Hasan, Noorhaidi. (2009). Islamizing
mencapai posisi sosial yang mereka
Formanl
inginkan. Modal yang digunakan dan
Integrated Islamic School and
disebarkan
New
terdiri
dari
modal
ekonomi dan modal budaya. Namun,
Education:
Trend
Education
in
Formal
Institution
in
20
Indonesia. Artikel. Singapore:
Pedurungan
S.
Jurnal.
Rajaratnam
School
International
of
Studies.
library.walisongo.ac.id
Diperoleh pada 26 Oktober
diakses
2016 pukul 20.05 WIB, dari
Januari 2016 pukul 07.40
https://dr.ntu.edu.sg/handle/1
WIB.
0220/6103.
Suyatno.
Hiemstra, John L. & Brink, Robert
Ritzer,
Semarang.
pada
(2015).
Terpadu
tanggal
Sekolah dalam
27
Islam
Konsepsi
A. (2006). The Advent of A
Kelas
Menengah
Muslim
Public Pluriformity Model:
Indonesia.
Faith-Based School Choice in
download.portalgaruda.org
Alberta. Canadian Journal of
diakses
Education, 29 (4), 1157-
Januari 2016 pukul 15.40
1190. Diperoleh pada 13
WIB.
Jurnal.
pada
tanggal
10
Agustus 2016 pukul 18.32
Tan, Charlene. (2014). Educative
WIB, dari http://www.csse-
Tradition and Islamic Schools
scee.ca.
in
George. Douglas
& J.
Goodman,
(2004).
Indonesia.
Journal
of
Arabic and Islamic Studies,
Teori
14 (3), 47-62. Diperoleh pada
Sosiologi Modern (Edisi Ke-
6 Agustus 2016 pukul 11.37
6). Jakarta: Kencana.
WIB,
Rohman, A. (2011). Pengelolaan Sekolah
Berbasis
Skripsi.
Diperoleh
Religi.
dari
https://www.lancaster.ac.uk. Tim Mutu JSIT Indonesia. (2014).
pada
Standar
Mutu:
Kekhasan
tanggal 20 Juli 2016 pukul
Sekolah
Islam
Terpadu.
12.09
Jakarta: JSIT Indonesia.
WIB,
dari
eprints.ums.ac.id. Sumaiyah,
Euis.
Implementasi
Yusuf
Lubis,
Akhyar.
(2014).
(2010).
Postmodernisme: Teori dan
Konsep
Metode.
Pendidikan Islam Terpadu di SMP Islam Terpadu PAPB
Press.
Jakarta:
Rajawali