Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Alat Permainan Edukatif (APE) Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. ( Parents Knowledge About Equipment Educational Games (APE) With Child Development Preschool Age 4-5 Years in the Tapak Village District Tread Panekan Magetan). Sumini Sinta Ayu Setiawan Tika Ratnasari ABSTRACT Parental education is one of the important factors in the development of the child. Through proper education, so parents can receive all the information from the outside, especially about how good parenting, how to maintain their health, education etc.. Preliminary study data obtained by parents and pre-school children aged 4-5 years a number of 44 respondents. Of the 10 respondents obtained 4 respondents (40%) has been providing educational toys (puzzles, cube, picture books, dolls), while 6 respondents (60%) do not provide educational toys (puzzles, cube, picture books, dolls) and knowledge parents about educational toys are still lacking and is still doubting child development (can not speak clearly, can not distinguish colors, can not plumb). This study aims to determine the relationship of parental knowledge about educational toys with the development of preschool children 4-5 years of age. The method used in this study is to use analytic correlation and cross-sectional survey design. Its population is All parents and children aged 4-5 years 44 in the Village District Panekan Magetan Tread on May –June 2013 the number of respondents with Sampling techniques Saturated. Methods of data collection using questionnaires. Then the data were analyzed with the aid of a computer using statistical Spearman's rank test. Based on the findings of the 44 respondents surveyed earned nearly half of the 20 respondents (45.5%) had good knowledge and for most of the 24 children (54.5%) with a corresponding development. Based on statistical tests obtained ρ = 0.000 where ρ <α (0.05) then Ho is rejected and H1 is accepted, it means there is a relationship of parental knowledge about educational toys (APE) with the development of preschool children aged 4-5 years. With the level of the relationship indicated by the correlation coefficient of 0.531, which shows that the relationship being. Conclusions of this research for parents who are less knowledgeable and experienced developmental irregularities can affect a child's development. The solution of these impacts such as by increasing the knowledge and skills of the mother and other family members in obtaining the optimal development of the child. Keywords: Knowledge, Development, Educational Games Equipment (APE) PENDAHULUAN Tumbuh kembang anak menurut Soetjiningsih mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal bergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, atas hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan ialah faktor genetik, lingkungan bio-psiko-sosial, dan perilaku. Proses unik dan hasil yang
berbeda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak (Ngastiyah, 2005). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat di pengaruhi lingkungan dan interaksi antar anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial di usahakan sesuai kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan 24
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
menghambat perkembangan anak (Soetjiningsih,1995). Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Melalui pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana cara menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dll. Selain itu, ibu sebagai orang tua sebaiknya memiliki pengetahuann tentang bagaimana memberikan stimulus yang tepat kepada balitanya terutama mengenai jenis alat permainan dan kegunaannya, sehingga fungsi dari alat pemainan akan lebih sempurna dan dengan mengetahui karakter khas pola bermain anak, terutama akan mempengaruhi orang tua dalam mengerti, memahami dan selanjutnya mengenai kebutuhan putra putrinya terhadap alat-alat permainan (Soetjiningsih, 1995). Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk anak. Pengembangan aspek fisik, ialah kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara dengan menggunakan kalimat yang benar. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll. Pengembangan aspek sosial, Khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat (Ngastiyah, 2005). Alat Permainan Edukatif dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan anaknya sendiri, mengetahui kelompok usia si anak dan mengerti syarat Alat Permainan Edukatif sehingga stimulasi fisik maupun mental dapat dilakukan dengan sedini mungkin (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengetahuan orang tua tentang Alat Permainan Edukatif dengan perkembangan anak usia 4-5 tahun
yang akan dilakukan di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Orang tua adalah salah satu pihak yang berperan penting dalam menumbuh kembangkan anak, karena orang tua pada dasarnya memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan anak. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anakanaknya. Setelah anak pulang sekolah, anak akan kembali dalam lingkungan keluarga, sehingga orang tua memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan serta pemahaman yang lebih terhadap perkembangan seorang anak (Syaodih, 2010). Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangan dan yang berguna untuk mengembangkan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosialisasi anak (Soetjiningsih,1995). Permainan edukatif adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan, dapat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, serta bergaul anak dengan lingkungan. Selain itu, untuk menguakan dan menerampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan pendidik (anak didik), kemudian menyalurkan anak didik dan sebagainya (Ismail, 2012). Alat Permainan Edukatif (APE) adalah istilah yang menunjuk pada alat peraga yang secara spesial di berikan pada anak-anak usia dini, khususnya usia antara 0-5 tahun. Tujuan permainan edukatif, diantaranya untuk mengembangkan konsep konseptor diri (self concept), mengembangkan kreatifitas, mengembangkan komunikasi, mengembangkan aspek fisik dan motorik, mengembangkan aspek social, mengembangkan aspek emosi atau 25
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
kepribadian, mengembangkan aspek kognisi, mengasah ketajaman pengindraan, dan mengembangkan ketrampilan olah raga dan menari. Konsep Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Menurut (Nugraha, 2008) tugastugas perkembangan anak usia 4-5 tahun antara lain: 1. Memasang dan melepas kancing baju 2. Mengoordinasikan jari-jari tangan dngan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit secara baik 3. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar, melukis, dan lainlain) 4. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna, ukuran 5. Melakukan gerakan menggantung 6. Mengenal perilaku baik dan buruk 7. Menempel gambar dengan tepat 8. Mentaati peraturan dalam suatu permainan 9. Banyak bertanya 10. Bertanya bagaimana anak dilahirkan 11. Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang 12. Mendengarkan cerita-cerita 13. Bermain dengan anak lain 14. Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya 15. Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana Menurut Teori Bronfenbrener mengemukakan bahwa perkembangan anak di pengaruhi oleh empat hal, yaitu sebagai berikut : 1) Kontek Mikrosistem, 2) Kontek Mesosistem, 3) Konteks Ekosistem,
4) Konteks Makrosistem, (Aisyah,, 2007). Frankenburk dkk. (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: 1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll. 3) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. 4) Gross Motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 1995). Alat Ukur Perkembangan KPSP (Kuesioner Praskreening Perkembangan) a) Pengertian KPSP Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. b) Interpretasi hasil KPSP 1. Hitung jawaban YA (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang). 2. Hitung jawaban TIDAK (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah). 3. Bila jawaban YA 9-10, perkembangan anak sesuai dengantahapan perkembangan (S). 4. Bila jawaban YA 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). 5. Bila jawaban YA 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). 6. Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja. Untuk anak dengan perkembangan sesuai (S) : 1)
26
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
1. Orang tua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik. 2. Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak. 3. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi, tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah. 4. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu. Untuk anak dengan perkembangan meragukan (M) : 1. Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apayang diberikan lebih sering. 2. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak. 3. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya. 4. Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai. 5. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak. 6. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. 7. Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) . Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang(Draguscn, 2008). 2) DDST Denver Development Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun (Nugroho, 2009). Denver terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item
tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu: a) Sektor Personal-social, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi. b) Sektor Motorik Halus-Adaptive, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah. c) Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. d) Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya. Cara Pemeriksaan DDST II a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. b. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F. Menurut Sudarti dkk. (2010) berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: a. Abnormal Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan. b. Meragukan Bila dalam satu kelas didapatkan 1 keterlambatan. c. Tidak Dapat Di tes Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. e. Normal Semua tidak ada keterlambatan METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini menganalisis tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan anak usia 4-5 tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan . Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian crosssectional. Penelitian dilakukan di Desa Tapak Kecamatan Panekan 27
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
Kabupaten Magetan dan waktu penelitiannya pada bulan Mei – Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua orang tua dan anak usia 4-5 tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan dengan jumlah responden 44. Sampel dalam penelitian ini adalah semua orangtua dan anak usia 4-5 tahun di di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukati (APE). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perkembangan anak usia 4-5 tahun. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur kuesioner untuk variabel independen yaitu pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif (APE) dan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) untuk variabel dependen yaitu perkembangan anak usia 4-5 tahun dimana kuesioner ini bersifat tertutup dengan observasi secara langsung responden hanya perlu menjawab Ya atau Tidak. Untuk menganalisa penelitian ini menggunakan Spearman’srank, dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS 15.0 for Windows pada taraf signifikasi 0,05. Jika ρ < 0,05 HO ditolak H1 di terima, dan jika ρ > 0,05 HO diterima H1 ditolak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan pengetahuan orang tua tentang APE dengan perkembangan anak prasekolah yang menjadi subyek penelitian yaitu semua Orang Tua serta Balitanya usia 4-5 tahun pada bulan Mei-Juni di Dusun Tapak Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Pada penelitian ini subjek berjumlah 44 ibu balita dan balita usia 4-5 tahun.. Berikut ini adalah hasil penelitian dalam bentuk table. 1. Analisis Bivariat a. Pengetahuan Orang Tua Tabel 1. Distribusi pengetahuan orang tua
N o
Pengetahu an Orang Tua 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Jumlah
Frekuen si
Presentase (%)
20 17 7 44
45,5% 38,6% 15,9% 100
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 44 responden yang diteliti didapatkan hampir setengahnya yaitu 20 responden (45,5%) memiliki pengetahuan baik, sedangkan hampir setengahnya yaitu 17 responden (38,6%) memiliki pengetahuan cukup, dan sebagian kecil yaitu 7 responden (15,9%) dengan pengetahuan kurang. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Dari penelitian di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan didapatkan hampir setengahnya memiliki pengetahuan baik, dilihat dari data umum pada distribusi menurut pendidikan bahwa hampir setengahnya yaitu 18 responden (40,9%) berpendidikan SMP. Sehingga semakin rendah pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang, serta hampir sebagian besar responden yaitu 32 responden (72,73%) berumur lebih dari 25 tahun. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya, kemampuan mengingat suatu pengetahuan akan lebih cepat. Tingkat pendidikan menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka perolah, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. Pendidikan dan umur berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua. Sehingga didapatkan solusi sebagai 28
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang alat permainan edukatif (APE). b. Perkembangan Anak Tabel 2. Distribusi frekuensi perkembangan anak
N Perkembangan Frekuen Presentas o Anak si e(%) 1 Sesuai 24 54,5% 2 Meragukan 17 38,6% 3 Penyimpangan 3 6,8% Jumlah 44 100 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 44 responden yang diteliti didapatkan setengahnya yaitu 24 anak (54,5%) dengan perkembangan sesuai, sedangkan hampir setengahnya yaitu 17 anak (38,6%) dengan perkembangan meragukan, dan sebagian kecil yaitu 3 anak (6,8%) dengan perkembangan mengalami penyimpangan. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Menurut Teori Bronfenbrener mengemukakan bahwa perkembangan anak di pengaruhi oleh empat hal, yaitu sebagai berikut : 1). Kontek Mikrosistem, 2). Kontek Mesosistem, 3). Konteks Ekosistem. 4). Konteks Makrosistem (Aisyah,Siti dkk, 2007). Sehingga dapat diberikan solusi agar orang tua selalu merangsang perkembangan anaknya dengan alat permainan edukatif (APE) sesuai usia
anak, contoh puzzle, kubus,mainan rakaitan, boneka. 2. Analisis Multivariat Tabel 3. Uji statistik Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Alat Permainan Edukatif (APE) Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan Correlations Perke Pengetahu mbang an Orang an Tua Anak Spe Penget Correla arm ahuan tion ,531(* 1,000 an's Orang Coeffic *) rho Tua ient Sig. (2. ,000 tailed) N 44 44 Perke Correla mbang tion ,531(**) 1,000 an Coeffic Anak ient Sig. (2,000 . tailed) N 44 44 Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan komputer yaitu SPSS 11,5 for Windows pada taraf signifikan α 0,05 di dapatkan nilai = 0,000 yang artinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga ada hubungan pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif (APE) dengan perkembangan anak prasekolah usia 4-5 tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Dengan tingkat keeratan hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi 0,531 yang mana menunjukkan bahwa keeratan hubungan sedang. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terja dimelalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam 29
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal upaya yang dilakukan yaitu melalui stimulasi bermain menggunakan alat permainan edukatif (APE) sehingga dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Ibu memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan stimulasi bermain karena ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak. Untuk itu diperlukan pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap orang tua serta anak pra sekolah usia 4-5 tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan, dapat ditarik simpulan bahwa : 1. Hampir setengahnya responden yaitu orang tua memiliki pengetahuan baik 45,5 %. 2. Sebagian besar perkembangan anak mengalami perkembangan yang sesuai 54,5 %. 3. Ada hubungan Hubungan Pengetahuan Orang Tua Tentang Alat Permainan Edukatif (APE) Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Usia 4-5 Tahun di Desa Tapak Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan dengan = 0,000 dan koefisien korelasi 0,531. Saran 1. Dengan hasil penelitian di atas diharapkan untuk bisa menambah wawasan dan pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif (APE) sehingga perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia anak.
2. Di harapkan agar bisa dijadikan sebagai bahan referensi serta menambah pengetahuan khususnya mahasiswi kebidanan tentang hubungan pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif (APE) dengan perkembangan anak prasekolah usia 4-5 tahun untuk bisa diterapkan dalam lingkungan kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA Harizal. 2009. Implementasi Konsep Montessori Pada Pendidikan Anak Usia Dini. http://insan.peduli.PTKPNF.implemen tasi-konsep-montessori-pada.html (diakses pada tanggal 8 Januari 2013 jam 13.15 WIB). . Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak Jilid 1. Gelora Aksara Pratama: Erlangga. Ismail, A. 2012. Education Games.Yogyakarta: Pro-U Medika Muhammad. 2010. Proposal Skripsi Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Ketetapan Pemilihan Alat Permainan Edukatif (APE) Pada Anak Usia Prasekolah Didusun Jurgang Barat Desa Masaran Kecamatan Banyuates Sampang Madura. Musafak. 2011. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta: Rineka Cipta. . 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Yog akarta: Rineka Cipta. Nugroho, H. 2009. Petunjuk Praktis Denver Developmental Screening Test. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba medika Soedjatmiko. 2008. Stimulasi Dini. http://www.infodokterku.com (diakses 30
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Februari-Juli 2014: 24-31
pada tanggal 23 desember 2012 jam 16.43 WIB). Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Universitas Airlangga. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Syaodih, E. 2008. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini.Jakarta:Universitas Terbuka. Zaldym, 2010. Peran Dan Fungsi Orang Tua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak.http://zaldym.wordpress.com /2010/07/17/ peran-dan-fungsiorang-tua-dalam-mengembangkankecerdasan-emosional+anak/, di akses tanggal 21 Maret 2013 jam 16.00 WIB).
31