HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VEKTOR
DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN INSEKTISIDA RUMAH TANGGA PADA DAERAH ENDEMIS DEMAM BERDARAH DENGUE DI PROVINSI BALI
Diana Andriyani Pratamawati, Anggi Septia Irawan, Widiarti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF VECTOR WITH
HOUSEHOLD INSECTICIDE USAGE BEHAVIOR IN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER ENDEMIC AREAS IN BALI PROVINCE
ABSTRACT
Bali Province has a case fatality rate (CFR) of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 56.16 per 100,000 populations in 2011. Data of Riskesdas 2010 showed that anti mosquito (household insecticides) was the most widely used by people to prevent vector borne diseases. This study aimed to describe behavior by using household insecticides to prevent DHF and determine whether this behavior was based on dengue vector knowledge. This research was a descriptive study using survey methods. Unit analysis was households in DHF endemic area in Denpasar
City, Gianyar and Badung Regency which had highest dengue cases until August 2011. Results showed that 54.5% of the 88 respondents has high level in dengue vector knowledge. Most respondents (59.1%) has good category in household insecticide usage behavior. Kendall tau correlation test (t) showed no significant relation between knowledge of dengue vectors with household insecticide usage behavior for dengue vector control (t = 0,076, p value = 0,479).
Keywords: Knowledge, Vector, Dengue Hemorrhagic Fever, Household Insecticides
ABSTRAK
Provinsi Bali memiliki case fatality rate (CFR) Demam Berdarah Dengue (DBD) 56,16 per
100.000 penduduk pada tahun 2011. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa obat anti nyamuk (insektisida rumah tangga) merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencegah penyakit tular vektor. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku dalam menggunakan insektisida rumah tangga untuk mencegah DBD serta mengetahui apakah perilaku ini didasari oleh pengetahuan mengenai vektor DBD. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan metode survei. Unit analisis adalah rumah tangga di daerah endemis DBD di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Badung yang memiliki kasus DBD tertinggi hingga bulan Agustus tahun 2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 54,5% dari 88 responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang vektor DBD. Sebagian besar responden (59,1%) memiliki perilaku penggunaan insektisida rumah tangga DBD dalam kategori baik. Uji korelasi Kendall tau (t) menunjukkan
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
99
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan vektor DBD dengan perilaku penggunaan insektisida rumah tangga dalam mengendalikan vektor DBD (/ =0,076, p value = 0,479).
Kata Kunci: Pengetahuan, Vektor, Demam Berdarah Dengue, Insektisida Rumah Tangga
persen
PENDAHULUAN
(Kementerian
Kesehatan
RI,
Penyakit Demam berdarah Dengue
2011). Sekitar 1.420 korban tewas akibat
(DBD) merapakan salah satu penyakit
DBD pada 2009 dan sekitar 1.317 korban
yang
karena
tewas pada tahun berikutnya, sehingga Indonesia menduduki urutan tertinggi
tinggi,
kasus demam berdarah dengue di ASEAN
penyebarannya yang semakin luas serta
(Pramudiarja, 2011). Data Kementerian
masih tingginya angka kesakitan dan
Kesehatan hingga bulan Mei tahun 2011
kematian. Pemberantasan sarang nyamuk
menyebutkan
untuk
jumlah kabupaten dan kota di Indonesia
menjadi
masyarakat
masalah
di
prevalensinya
kesehatan
Indonesia
yang
menangani
masih
penyakit
demam
sekitar
70
persen
dari
berdarah dengue belum memberikan hasil
merapakan
signifikan
DBD. Dari 70 persen kabupaten dan kota
pencegahan
bagi
masyarakat.
dan
Program
pemberantasan DBD
tersebut,
daerah
endemik
penyakit
sekitar 80 persen penduduk
telah berlangsung lebih kurang 43 tahun
bertempat tinggal
dan berhasil menurunkan angka kematian
tertular DBD. Berdasarkan keterangan Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) Dirjen P2PL Kemenkes, Dr Rita Kusriastuti, MSc, pada sebuah harian nasional, menyebutkan bahwa potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN diperkirakan cukup tinggi karena
dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan
angka kesakitan.
penderita
cenderang
Jumlah
meningkat,
penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dan 196 kematian dengan CFR sebesar 0,80
%
(Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
di daerah berisiko
banyak wisatawan keluar masuk dari satu
negara ke negara lain (Kompas, 2011). Provinsi Bali memiliki prevalensi
sekitar 1.358 kematian dengan IR 65,70
penyakit demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di Indonesia. Tercatat angka penderita 56,16 per 100.000 penduduk, hanya Provinsi Bali yang masih memiliki angka kesakitan DBD diatas target nasional yaitu 55 per 100.000 penduduk
per 100.000 penduduk dan CFR 0,87
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). Bali
Data
Ditjen
P2PL
Kemenkes
menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 sebesar 156.086
kasus dengan jumlah kematian (CFR)
100
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
daerah tujuan
bertambahnya wilayah yang terjangkit,
wisata sekaligus juga daerah endemis DBD. Seiring berkembangnya industri
beberapa faktor penyebabnya antara lain karena
wisata
transportasi
merapakan salah
maka
satu
muncul
faktor
resiko
semakin
baiknya
penduduk,
sarana
munculnya
kesehatan wisata. Faktor resiko kesehatan
pemukiman bara,
wisata merupakan faktor yang berperan
masyarakat terhadap pembersihan sarang
dalam timbulnya gangguan kesehatan
nyamuk, dan terdapatnya vektor nyamuk
dalam
hampir di selurah pelosok tanah air, serta
kondisi
sebelum,
selama,
dan
setelah kembali dari perjalanan, sumber
adanya
resiko dapat berasal dari diri sendiri atau
bersirkulasi sepanjang tahun (Kristina
kondisi lingkungan yang
et.al,2004).
dijumpainya
empat
kurangnya perilaku
sel
tipe
virus
yang
Pencegahan terhadap infeksi virus
(Achmadi,2005). Faktor resiko kesehatan serta
dengue dan obat untuk penyakit DBD
diminimalisir agar wisatawan terbebas
masih dalam proses penelitian sehingga
dari bahaya gangguan kesehatan, salah
pencegahan
satunya adalah penyakit menular DBD.
ditujukan untuk memutus rantai penularan
Pada tahun 2011, Provinsi Bali menjadi
yaitu
salah satu penyumbang terbesar kasus
Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk
DBD di Indonesia (Kompas Cyber Media,
Aedes aegypti sebagai vektor utama dan
2011).
kasus
Aedes albopictus sebagai vektor sekunder
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis -
(Sukowati, 2010). Dua spesies vektor
Dit.
tersebut tergolong nyamuk pemukiman
wisata
ini
perlu
Berdasarkan PPBB
-Ditjen
dikelola
data PP
dan
PL-
Kementerian Kesehatan RI yang ada
dengan
sampai Menurat
kasus
DBD
teratama
dengan pengendalian vektornya.
habitat
perkembangbiakan
22
Agustus
2011.
stadium pra dewasanya ada di tempat
keterangan
Kepala
Dinas
penampungan air jemih yang ada di
tanggal
Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman
pemukiman penduduk.
Sutedja, MPH., sejak tahun 1973 Provinsi
nyamuk Aedes aegypti lebih banyak
Bali
DBD,
ditemukan pada wilayah perkotaan di
untuk angka kasus DBD tertinggi terjadi
tempat-tempat penampungan air buatan
di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
antara lain : bak mandi, ember, vas bunga,
Beberapa faktor pemicunya antara lain
tempat minum burang, kaleng bekas, ban
adanya kepadatan jumlah penduduk dan permukiman serta mobilitas penduduk yang tinggi. Tingkat kasus DBD di Bali tergolong yang tertinggi, namun untuk
bekas dan sejenisnya di dalam ramah
meskipun juga ditemukan di luar ramah, sedangkan Ae. albopictus lebih banyak
kasus kematian akibat DBD tergolong
pinggiran
terendah di Indonesia (Media Indonesia,
penampungan air alami luar ramah, seperti pada lubang pohon, potongan
termasuk
daerah
endemis
2011). Meningkatnya jumlah kasus serta
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
ditemukan
teratama
kota
dan
Larva (jentik)
pada
wilayah
pedesaan
di
101
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
bambu dan sejenisnya, meski ada juga
sarang nyamuk nyamuk (PSN). Kegiatan
yang ditemukan di tempat penampungan
pengendalian vektor yang paling murah,
buatan
di
(Sukowati,
dalam
dan
2010).
luar
rumah
aman, mudah serta memiliki efektifitas
Sedangkan
tempat
tinggi bila dilakukan secara serentak dan
istirahat yang disukai nyamuk jenis Aedes
berkesinambungan
aegypti dan Aedes albopictus adalah
(WHO,2005).
benda-benda tergantung yang ada di
lembab. Kedua spesies nyamuk tersebut
diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus. Teknik dasar 3M Plus yang telah disosialisasikan antara lain (Departemen
mempunyai sifat anthropofilik, yaitu lebih
Kesehatan, 2005):
dalam ramah, seperti gorden, kelambu, dan baju/pakaian di kamar yang gelap dan
memilih
menghisap
disamping feeding
darah
manusia,
1.
itu juga bersifat multiple artinya
untuk
Kegiatan
PSN
PSN
telah
Menutup
Menutup
memenuhi
adalah
yang
adalah
rapat
memberi
pada
tutup
tempat
air
kebutuhan darah sampai kenyang dalam
ditampung seperti bak mandi, kendi,
satu periode siklus gonotropik biasanya
gentong air, botol air minum dan
menghisap darah beberapa kali, sehingga
tempat penampungan air lainnya.
dapat
meningkatkan
demam
risiko
penularan
2. Menguras
berdarah dengue di wilayah
perumahan
yang
penduduknya
Menguras
lebih
adalah
membersihkan
tempat yang sering dijadikan tempat
padat, satu individu nyamuk yang infektif
penampungan
air
dalam satu periode waktu menggigit akan
renang,
mandi,
mampu menularkan virus
tempat air minum, penampung air di
dari
satu
orang
kepada lebih
(Sukowati,
2010).
ember
Mengubur adalah memendam di
dalam tanah untuk sampah plastik atau benda bekas yang memiliki potensi menampung air hujan
sehingga
pasif melalui semua jenis kendaraan
nyamuk vektor DBD bertelur.
termasuk kereta api, kapal laut, dan Pengendalian vektor telah dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan
air,
3. Mengubur
Jarak terbang jauh biasanya terjadi secara
pesawat udara (Djunaedi, 2006).
kolam
belakang kulkas, penampungan air tetesan dispenser, dan tempat penampungan air lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan meneari makan (menggigit manusia untuk dihisap darahnya) sepanjang hari teratama antara jam 08.0013.00 dan antara jam 15.00-17.00, sedangkan jarak terbang spontan nyamuk ini terbatas sekitar 30-50 meter per hari.
bak
seperti
dapat
menjadi tempat
Plus Kegiatan Pencegahan : •
Menggunakan obat nyamuk / anti
nyamuk sesuai dosis dan petunjuk pemakaian pada kemasan
cara kimiawi dan cara pemberantasan
102
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Diana AP et al Hubungan Pengetahuan Vektor
•
•
Menggunakan kelambu saat tidur
25,35% dan organofosfat sebesar 6,34%.
(baik siang hari maupun malam
Sedangkan
hari)
menggunakan insektisida ramah tangga
Menanam
nyamuk
tanaman
(Lavender,
pengusir
Zodia,
dan
Memelihara
•
ikan jentik
memakan
yang
dapat
nyamuk
pada
dalam bentuk lotion penolak nyamuk sebesar 19,72% dan yang menggunakan 2008)
Penggunaan
insektisida
yang
kolam atau bak mandi
dilakukan secara terjadwal atau berkala
Menghindari daerah gelap di dalam
baik sebagai upaya mengendalikan vektor
ramah agar tidak ditempati nyamuk
DBD temyata telah menimbulkan dampak
dengan
yang meragikan pula. Efek samping yang
mengatur
ventilasi
dan
kurang
pencahayaan. •
yang
cara fisik sebanyak 5,63% (Nusa et.al,
sebagainya) •
masyarakat
bubuk
Memberi
larvasida
pada
tempat penampungan air yang sulit
menguntungkan
kelangsungan maupun
Namun pelaksanaan PSN
masih
ekosistem
bagi
pengendalian
dibersihkan.
baik
bagi
bersangkutan
keberhasilan
itu
sendiri,
upaya
antara
lain
terjadinya keracunan baik yang akut
mengalami hambatan karena tidak semua
maupun
lapisan masyarakat mau melakukan PSN.
terbentuknya
Hasil penelitian di daerah Tangerang
resisten terhadap insektisida kimia (Sigit
diketahui
et.al,
masalah
sosial
budaya
kronis,
pencemaran,
galur-galur
2006).
vektor
Penggunaan
hingga yang
insektisida
mempengarahi
ramah tangga dengan dosis dan cara yang
pelaksanaan 3M plus karena kesibukan
tidak tepat dan dalam jangka waktu lama
bekerja
tidak
dapat menyebabkan matinya musuh alami
walaupun
dan terjadinya resistensi vektor sehingga
tentang
menurunkan efektivitas insektisida yang
masyarakat
sangat maka
masyarakat
melaksanakan
3M
masyarakat
mengetahui
pelaksanaan
3M
et.al,2006).
Data
plus
Plus
(Handayani
berakibat
penggunaan
insektisida
2010
meningkat (Setiono, 2000). Akibatnya,
menunjukkan bahwa cara pencegahan
nyamuk (vektor) menjadi resisten dan
penularan penyakit bersumber binatang nyamuk yang paling banyak digunakan
resistensi
keturanannya. Beberapa penelitian yang
oleh masyarakat yaitu menggunakan obat
mendukung adanya resistensi tersebut
nyamuk
antara
Riskesdas
bakar/elektrika
(Kementerian
lain
itu
diturankan
penelitian
di
kepada
Yogyakarta
Kesehatan RI,2011). Penelitian di Kota
menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti
Depok menunjukkan insektisida yang
cenderang resisten terhadap malation dan
digunakan oleh masyarakat didominasi
temefos (Mardihusodo,1995) . Selain itu,
dari golongan piretroid sebesar 42,96%,
penelitian
pengguna dari golongan karbamat sebesar
bahwa 90% Culex quinquefasciatus di
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Gionar
et.al
menunjukkan
103
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Jakarta dikategorikan resisten terhadap
mengurangi
organofosfat dan 25% Aedes aegypti di
lingkungan serta organisme yang bukan
Bandung
terhadap
sasaran (Sukowati,2010). Oleh karena itu,
organofosfat(Gionar et.al,2005). Namun
pengetahuan tentang vektor DBD sangat
berbeda dengan hasil penelitian yang
diperlukan
dilakukan di
penggunaan insektisida ramah
resisten
Venezuela dimana Aedes
dampak
dalam
negatif terhadap
mendasari
perilaku
tangga
aegypti masih rentan terhadap malathion
untuk memperoleh hasil yang optimal
meskipun telah digunakan selama 25
pada pengendalian vektor DBD sekaligus
tahun,
mengurangi dampak penggunaan yang
hal
ini
disebabkan
minimnya
kontak Aedes aegypti dengan insektisida
meragikan
karena sifat bionomiknya yang
suka
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
dan
tingkat pengetahuan masyarakat tentang
hinggap pada baju yang tergantung, serta
vektor pada daerah endemis DBD yang
tempat-tempat
sekaligus sebagai daerah pariwisata serta
bertelur
di
tempat-tempat kecil
kecil
yang berisi air
bagi
lingkungan
sekitar.
biasanya tidak pemah diberi insektisida
menguji
karena sifatnya temporer dan sering tidak
penggunaan insektisida ramah tangga di
terpantau. Demikian juga dengan baju
wilayah Provinsi Bali.
hubungan
dengan
perilaku
atau kain yang tergantung hampir tidak pemah
diberi
perlakuan
insektisida
dengan
BAHAN DAN METODE
(Rodriguez,2001).
Pengendalian vektor DBD di hampir di
a. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan
semua negara dan daerah endemis tidak tepat sasaran, tidak berkesinambungan serta
belum
mampu
memutus
rantai
penularan, hal ini disebabkan metode yang diterapkan belum mengacu data
atau
informasi
tentang
pada vektor,
disamping itu masih mengandalkan pada penggunaan
insektisida
penyemprotan
dan
dengan
cara
larvasidasi
(Sukowati,2010).
Penggunaan pengendalian
masyarakat
insektisida
vektor
dapat
DBD
dalam dalam
menguntungkan
sekaligus dapat meragikan. Insektisida bila digunakan secara tepat sasaran, tepat
dosis, tepat waktu, dan cakupan akan mampu
104
mengendalikan
vektor
dan
rancangan studi deskriptif metode survei. Tujuan
studi
menggambarkan populasi
deskriptif
adalah
karakteristik
sebuah
sasaran
berdasarkan
pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor pendukung terhadap
pengetahuan tentang vektor
DBD,
kemudian
faktor
tersebut
menganalisis untuk
(hubungannya)
dicari
dengan
faktorkorelasi
perilaku
Penggunaan insektisida rumah
tangga
untuk
sampel
mencegah
DBD
pada
(Arikunto,1997). b. Populasi dan Sampel
Ciri-ciri populasi pada penelitian
ini
yaitu
daerah
perkotaan
endemis
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
dengan
kasus
DBD
tertinggi
dan
c.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
merupakan daerah pariwisata di wilayah Provinsi
Bali.
Pengambilan
daerah
penelitian
mengambil
tempat di Banjar Kangin Desa Kongin
populasi sesuai ciri tersebut didasarkan
Panjer
Kecamatan
pada data kasus dari Dinas Kesehatan
Kota
Provinsi Bali tahun 2010-2011. Sampel
Sukowati dan Banjar Belah Batu Desa
diambil dari tiga wilayah populasi sasaran
Belah Batu
yang
Denpasar,
Denpasar Selatan
Banjar
Bedil
Desa
Kec.Sukowati Kabupaten
yaitu
Kota
Denpasar,
Gianyar, serta Banjar Segare Desa Segare
Kabupaten Badung,
dan
Kabupaten
Merta dan Banjar Kapal Desa Kapal
Gianyar. Berdasarkan populasi sasaran
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
yang ada, kemudian dipilih populasi
Provinsi Bali. Penelitian ini dilaksanakan
sumber dengan kriteria ciri-ciri populasi
pada bulan Oktober tahun 2011.
dipilih
di atas untuk mengambil sampel. Pada
umumnya teknik yang digunakan dalam
d. Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel
pengambilan sampel penelitian memang
independen
tidak tunggal, tetapi gabungan dari 2 atau
adalah
pengetahuan
3
DBD,
sedangkan
teknik
(Murti,2010).
Pengambilan
penelitian
mengenai variabel
vektor
dependen
sampel penelitian ini dilakukan dengan
adalah perilaku penggunaan insektisida
sampel acak sederhana yang dikompilasi dengan sampel kuota sehingga menjadi
rumah tangga responden. Penelitian ini
pencuplikan kuota acak sederhana (quota
kuesioner dan observasi lingkungan.
random
sampling).
Kuota
dilaksanakan
menggunakan
metode
random
sampling, mendasarkan diri pada semua
subjek dianggap sama serta memperoleh kesempatan (chance) untuk dipilih menjadi sampel dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan. Untuk memenuhi hukum regularitas statistik analisis bivariat, menurat patokan umum (rule of thumb) membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Santoso,2009). Responden yang dipilih adalah anggota keluarga dari ramah tangga terpilih yang
e. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah
dan
diuji
normalitas
serta
homogenitas datanya. Karena data yang akan
diperoleh
(ordinal),
berapa data
maka
analisis
kategori data
menggunakan analisis korelasi bivariat Kendall Tau (t) .Analisis Kendall Tau (t)
dipilih karena distribusi Kendall lebih cepat mendekati distribusi normal jika
digunakan pendekatan distribusi normal
telah dewasa (sudah menikah dan atau
(Santoso,2009).
telah berumur diatas 17 tahun) serta
Analisis
data
pengetahuan
mampu berkomunikasi dengan surveyor,
responden dilakukan dengan membagi
dan tinggal diramah tersebut.
skor data pengetahuan responden menjadi data kategori
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
(ordinal).
Perhitungan
105
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
pengkategorian pengetahuan didasarkan
kurang. Pengolahan data sikap ini dibantu
atas mean T. Dasar pengkategorian yaitu,
dengan program Excel dan SPSS. Adapun
bila skor T responden > mean T berarti
ramus meneari skor T adalah 50+10(skor
tinggi dan bila skor T responden < Mean
Z), skor Z diperoleh dari ramus :
T berarti rendah. Pengolahan data sikap
JEBitdl an s tuaat (SB}
(Riwidikdo,2010).
ini dibantu dengan program Excel dan SPSS. Adapun ramus meneari skor T
HASIL PENELITIAN
adalah 50+10(skor Z), skor Z diperoleh a. Karakteristik Responden
dari ramus :
Responden
Analisis data perilaku responden dilakukan dengan membagi skor data
perilaku responden menjadi data kategori (ordinal).
Perhitungan pengkategorian
perilaku didasarkan atas mean T. Dasar pengkategorian adalah
: bila skor T
responden > mean T berarti baik dan bila
skor T responden < Mean T berarti
diwawancarai pengetahuan
yang
untuk vektor
berhasil
mengetahui
DBD
masyarakat
sebanyak 88 orang terdiri dari 25 orang di Kota Denpasar, 34 orang di Kabupaten
Gianyar, dan 29 orang di Kabupaten Badung. Karakteristik responden hasil wawancara terhadap 88 responden dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Kharakateristik Responden Jenis Kelamin
Kelompok
Pendidikan
Umur
Responden
Frekuensi (n=88)
Persentase (%)
Laki-laki
35
39.8
Perempuan
53
60.2
16-25 Th
8
9.1
26-35 Th
25
28.4
36-45 Th
22
25.0
45-55 Th
14
15.9
>55Th
19
21.6
Tidak sekolah
5
5.7
Tidak tamat SD
4
4.5
23
26.1
Tamat SMP
11
12.5
Tamat SMA/SMK
34
38.6
Tamat perguruan tinggi
11
12.5
Tamat SD
Pekerjaan
Petani
2
2.3
Pedagang
11
12.5
PNS
3
3.4
Karyawan swasta
13
14.8
Buruh
4
4.5
28
31.8
4
4.5
Ibu rumah tangga Pensiunan
106
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Wiraswasta
14
Perajin patung Bali Jumlah Anggota Rumah tangga (ART)
ART pernah sakit DBD
Berdasarkan bahwa
diketahui
diperoleh,
Tabel dari
sebagian
88
15.9
4
4.5
1-3
26
29.5
4-6
44
50.0
7-10
18
20.5
Ya
39
44.3
Tidak
49
55.7
1
dapat
tangga pemah terkena penyakit DBD
responden
besar
dalam kurun waktu
berjenis
10 tahun
terakhir
(44,3%).
kelamin perempuan (60,2 %) dan dalam b. Tingkat Pengetahuan tentang Vektor Demam Berdarah Dengue
kelompok umur 26-35 tahun (28.4%).
Sedangkan tingkat pendidikan responden
Berdasarkan
sebagian besar adalah tamat SMA/SMK
pada
(38,6%) dengan jenis pekerjaan sebagian
Sebagian
mengaku
besar
responden
tingkat
(54,5%). Rincian selengkapnya mengenai
yang dimiliki responden sebagian besar (50,0%).
diketahui
data
DBD sebagian besar tergolong tinggi
Jumlah anggota ramah tangga
berjumlah antara 4-6 orang
2,
analisis
pengetahuan responden tentang vektor
besar responden yaitu ibu ramah tangga (31,8%).
tabel
hasil
tingkat
pengetahuan
dan
distribusi
jawaban responden tentang vektor DBD dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
dalam satu rumah ada anggota ramah Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Vektor DBD di Kota Denpasar, Kab.Gianyar, dan Kab.Badung Provinsi Bali Tahun 2011 Frekuensi (n=88)
Persentase (%)
1.
Rendah
Tingkat Pengetahuan
40
45.5
2.
Tinggi
48
54.5
Total
88
100.0
No.
Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden mengenai Pengetahuan tentang Vektor DBD di Kota Denpasar, Kab.Gianyar, dan Kab.Badung Provinsi Bali Tahun 2011 No. 1.
Pengetahuan tentang vektor DBD DBD Penyakit berbahaya
Frekuensi (n=88)
Persentase (%)
Benar
73
83.0
Salah
15
17.0
75
85.2
2.
Penyebab Penyakit DBD
Benar
Salah
13
14.8
3
Cara penularan penyakit DBD
Benar
70
79,5
Salah
18
20,5
4.
Binatang penular (vektor) DBD
Benar
72
81.8
Salah
16
18.2
Benar
45
51.1
5.
Jam vektor DBD menggigit
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
107
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Salah 6.
Nama vektor penular DBD
43
48.9
Benar
48
54.5
Salah
40
45.5
Benar
51
58.0
7.
Tempat istirahat vektor penular DBD
Salah
37
42.0
8.
Tempat hidup larva vektor penular DBD Posisi vektor penular DBD
Benar
44
50.0
Salah
44
50.0
Benar
15
17.0
menggigit
Salah
73
83.0
Ciri vektor penular DBD
Benar
40
45.5
Salah
48
54.5
9.
10.
Pada
sebagian dengan
tabel
besar
3
responden DBD
benar
terlihat
bahwa
menjawab
penyakit
DBD
(85,2%),
(54,5%). c.
mengetahui
Perilaku Responden Penggunaan Insektisida
penular DBD vektor
DBD
jenis
binatang
(vektor)
(81,8%), mengetahui jam menggigit
(51.1
%),
dalam Rumah
tangga
bagaimana cara penularan DBD (79,5%), mengetahui
vektor penular DBD
yang
berbahaya (83,0%), mengetahui penyebab penyakit
mengetahui ciri
Berdasarkan
diketahui,
hasil
perilaku
analisis
sebagian
data
besar
responden dalam penggunaan insektisida ramah
tangga
dalam
kategori
baik
mengetahui nama vektor penular DBD
(59,1%). Rincian selengkapnya mengenai
(54,5%),
istirahat
kategori perilaku penggunaan insektisida
vektor penular DBD (58,0%), mengetahui
ramah tangga dan distribusi jawaban
tempat hidup larva vektor DBD (50,0%),
responden dapat dilihat pada tabel 4 dan
namun tidak memperhatikan posisi vektor
5.
mengetahui
tempat
DBD menggigit (83,0%) dan
tidak
Tabel 4. Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah tangga Responden di Kota Denpasar, Kab.Gianyar, dan Kab.Badung Provinsi Bali Tahun 2011 No.
Kategori Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah Tangga
Frekuensi
Persentase
(n=88)
(%) 59,1
1.
Baik
52
2.
Kurang
36
40,9
Total
88
100,0
108
JURNAL VEKTORA Vol IVNo. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Penggunaan insektisida Rumah tangga di Kota Denpasar, Kab.Gianyar, dan Kab.Badung Provinsi Bali Tahun 2011 No.
1. 2. 3 4. 5.
6.
7.
Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah Tangga Baik Dalam seminggu berapa kali pakai obat Kurang nyamuk Baik Pakai beberapa jenis obat anti nyamuk Kurang (kemasan) dengan merk sama Baik Kebiasaan untuk menghindari gigitan Kurang nyamuk Dalam penggunaan obat anti nyamuk harus Baik Kurang mempertimbangkan waktu dan tempat
Frekuensi
(n=88)
Persentase
(%)
43
48.9
45
51.1
67
76.1
21
23.9
74
84.1
14
15.9
71
80.7
17
19.3
Baca petunjuk penggunaan obat anti nyamuk sebelum memakai
Baik
37
42.0
Kurang
51
58.0
Pemah berhenti / tidak menggunakan obat anti nyamuk Bila menemukan banyak nyamuk di rumah melakukan apa
Baik
45
51.1
Kurang
43
48.9
Baik
12
13.6
Kurang
76
86.4
Baik
44
50.0
Kurang
44
50.0
4
4.5
8.
Menggunakan obat nyamuk setiap hari
9.
Dalam memakai obat anti nyamuk memakai alat untuk melindungi diri
Baik
Kurang
84
95.5
Baik
23
26.1
10.
Mempertimbangkan aturan dosis anti nyamuk yang digunakan untuk membunuh nyamuk di rumah
Kurang
65
73.9
bahwa
akan tetapi sebagian besar responden
sebagian besar responden memiliki frekuensi pemakaian obat nyamuk dalam kategori baik (51,1%), sebagian besar memakai beberapa jenis obat anti nyamuk (kemasan) merk sama (76,1%) dan
tidak melakukan penanggulangan yang
Pada
tabel
5
terlihat
memiliki kebiasaan untuk menghindari
gigitan nyamuk dalam kategori baik
benar bila menemukan nyamuk diramah
76 orang (86,4%), meskipun sebagian besar responden menggunakan obat nyamuk setiap hari (50,0%). Sayangnya, sebagian besar responden mengaku tidak memakai alat perlindungan diri dalam
(84,1%). Selain itu, dalam penggunaan obat anti nyamuk sebagian besar
memakai obat anti
responden mempertimbangkan waktu dan tempat (80,7%), meski sebagian besar mengaku tidak membaca petunjuk penggunaan obat anti nyamuk sebelum memakainya (58,0%). Sebagian besar responden tidak pemah berhenti menggunakan obat anti nyamuk (51,1%),
mempertimbangkan aturan dosis obat anti nyamuk yang digunakan untuk membunuh nyamuk di ramah (73,9 %).
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
nyamuk (95,5%),
meski demikian sebagian besar responden
109
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Vektor DBD dengan Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah Tangga
Hasil analisis
hubungan antara
pengetahuan responden mengenai vektor DBD dengan perilaku penggunaan insektisida ramah tangga dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Vektor DBD dengan Perilaku Penggunaan Insektisida Rumah tangga di Kota Denpasar, Kab.Gianyar, dan Kab.Badung Provinsi Perilaku
Pengetahuan
No.
Bali Tahun 2011 Penggunaan insektisida
Rumah tangga Kurang Baik
Vektor DBD
1 oiai
t
f
%
f
%
f
%
1.
Rendah
18
20,5
22
25,0
40
45,5
2.
Tinggi
18
20,5
30
34,1
48
54,5
Total
36
40,9
22
59,1
88
100
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan vektor DBD tergolong tinggi dengan perilaku penggunaan insektisida ramah tangga dalam kategori baik (34,1%).
Hasil
perhitungan
menggunakan uji
uji statistik
Korelasi Kendall Tau
(t) diperoleh nilai p value = 0,479 (p value>0,05,) maka dapat disimpulkan bahwa
tidak
ada
P
value
hubungan
antara
pengetahuan vektor DBD dengan perilaku penggunaan insektisida ramah tangga. Sejalan dengan hasil tersebut, angka Korelasi Kendall tau menunjukkan t =
0,076, angka tersebut menunjukkan kurang kuatnya korelasi (dibawah 0,5) antara pengetahuan vektor DBD dengan perilaku pencegahan DBD dan penggunaan insektisida ramah tangga.
0,076
0,479
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini karakteristik
responden yang diperoleh mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan usia produktif dan berkerja sebagai ibu ramah tangga. Tingkat pengetahuan responden tentang vektor DBD sebagian besar tergolong tinggi (54,5%). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian DBD di Denpasar Selatan tahun 2008 yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan DBD sebagian besar responden termasuk baik dengan persentase sebesar 95,6%, meski
tidak terbukti berhubungan dengan keberadaan vektor di rumah (Suyasa et.al,2008). Pengetahuan akan mempengarahi
individu
dalam
memperlakukan diri dan lingkungannya terkait dengan penyakit. Banyak masalah kesehatan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan untuk menjaga kebersihan
110
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
baik
pada
individu,
masyarakat. terjaga
keluarga,
dan
larva dan vektor DBD. Karena, vektor
yang
tidak
DBD, seperti nyamuk Aedes aegypti
penyakit
diketahui memiliki kemampuan alami
Kebersihan
menyebabkan
agen
berkembang dengan cepat. Untuk itu,
untuk
pencegahan
lingkungan
penyakit
dengan
cara
dapat
mempertahankan
penyakit
et.al,2006).
e/.a/,2000
;
dilakukan Hardon
(Bums
et.al, 1995).
dengan
hidupnya
menghentikan penyebaran agen penyebab
penting
beradaptasi
demi
spesiesnya
(Sigit
Hasil penelitian ini membuktikan
Pemahaman yang benar dari pengetahuan
bahwa
mengenai
akan
pengetahuan tentang vektor DBD dengan
mempengarahi cara memperlakukan agen
perilaku penggunaan insektisida rumah
penyakit
tangga.
penyebaran
tersebut.
tradisional, masyarakat sumber
penyakit
Bagi
masyarakat
pengalaman (kelompok)
pengetahuan
tidak
ada
Hasil
hubungan
ini
antara
bahwa
bermakna
warga
perilaku penggunaan insektisida ramah
merupakan
tangga belum didasari oleh pengetahuan
(Good,
1994).
mengenai vektor DBD (cara penularan
Pengetahuan masyarakat tentang menjaga
DBD,
kesehatan dan mencegah serta mengobati
tempat hidup larva vektor DBD, dan
penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh
sebagainya). Sehingga diduga ada potensi
unsur pengalaman masa lalu, di samping
faktor lain yang signifikan mempengarahi
unsur sosial budaya (Aryani,2011).
perilaku penggunaan insektisida ramah
Perilaku sebagian besar responden dalam
penggunaan
insektisida
ramah
waktu menggigit vektor DBD,
tangga responden. Hasil penelitian DBD yang
dilakukan
di
Semarang
tangga dalam kategori baik (59,1%).
menunjukkan bahwa nyamuk Aedes lebih
Perilaku merapakan respons / reaksi
dipandang
oleh
seseorang individu terhadap stimulus dari
gangguan
daripada
luar maupun dari dalam dirinya, dimana
penyakit karena rasa gatal saat digigit
perilaku individu dibentuk berdasarkan
dan
segala macam pengalaman serta interaksi
(Pujianti,
manusia
lingkungannya
bahwa individu melakukan suatu tindakan
(Sarwono,2007). Manfaat yang dirasakan
berdasarkan atas pengalaman, persepsi,
masyarakat
pemahaman, dan penafsirannya atas suatu
dengan
selama
ini,
efektivitas
suara
masyarakat
bising 2010).
sebagai
ditimbulkan
Weber
berpendapat
obyek
hanya sementara untuk mengusir nyamuk,
Tindakan
bahkan terkadang tidak dapat mematikan
tindakan
nyamuk dewasa (Pujianti, 2010). Namun
mencapai tujuan atau
masih diperlukan penelitian lebih lanjut
sarana-sarana
mengenai pengaruh perilaku penggunaan
(Sarwono,2007).
insektisida ramah tangga terhadap status
ditemui
JURNAL VEKTORA Vol. IVNo. 2
atau
individu
sosial
di
vektor
yang
pengendalian vektor dengan cara kimia
stimulus
sebagai
yang yang
situasi ini
tertentu.
merapakan
rasional,
yaitu
sasaran dengan paling
Sehingga
masyarakat,
tepat banyak
penggunaan
111
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
insektisida ramah tangga digunakan untuk
oleh
mencegah
mengatasi
gigitan
nyamuk
hanya
masyarakat
masih
sebatas
gangguan
serangga
digunakan pada malam hari sedangkan
daripada
aktivitas
karena rasa gatal saat digigit dan
nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus lebih banyak di siang
sebagai
vektor penyakit
suara bising yang ditimbulkan.
hari. Akibatnya, di dalam pemahaman
pemanfaatan pengendalian vektor, ibu rumah tangga merasa skeptis, karena sudah
melakukan upaya pengendalian
vektor akan tetapi jumlah nyamuk tidak
b. Saran
Berdasarkan hasil
dilakukan dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Tingkat
berkurang (Pujianti, 2010).
penelitian yang
pengetahuan
masyarakat
tentang vektor DBD termasuk tinggi KESIMPULAN DAN SARAN
demikian pula perilaku penggunaan insektisida termasuk baik,
a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut
di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai 1. Tingkat
pengetahuan
masyarakat
tentang vektor DBD sebagian besar 2. Perilaku
masyarakat
dalam
penggunaan insektisida ramah tangga
sebagian besar dalam kategori baik. 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan
masyarakat
tentang vektor DBD dengan perilaku penggunaan insektisida rumah tangga. Pengetahuan tentang vektor masih
yang
sebatas
belum
perilaku
pengetahuan
diterapkan
penggunaan
dalam
insektisida
perlunya
4. Sehingga perilaku
disimpulkan penggunaan
bahwa insektisida
ramah tangga belum didasari oleh pengetahuan tentang vektor DBD.
ini
ramah tangga
disebabkan
perilaku
penggunaan insektisida ramah tangga
yang disesuaikan
dengan pengetahuan tentang vektor Kegiatan
penyuluhan
ini
memang membutuhkan waktu lama
karena hal ini berhubungan dengan pengalaman
individu.
Namun,
program pengendalian vektor yang
melibatkan pengetahuan masyarakat sejak awal akan terjaga keefektifan dan kesinambungannya.
2. Perlunya
sosialisasi
kepada
masyarakat bahwa dalam melakukan pengendalian
vektor,
perlu
memperhatikan pengetahuan tentang
vektor
ramah tangga.
112
mengindikasikan
DBD.
dalam kategori tinggi.
Hal
tidak ada hubungan antara keduanya penyuluhan penggunaan insektisida
berikut:
DBD
namun
DBD,
agar
pengendalian
vektor dapat berhasil lebih efektif,
tidak
hanya
untuk
gangguan,
namun
mencegah
penularan
meminimalkan
mengatasi juga DBD
dampak
demi serta
negatif
terhadap lingkungan sekitar.
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Entomologi US NAMRU 2. Achmadi,
Umar
Prof.
Dr.
experience.Cambridge
Penyakit Berbasis Wilayah.iakarta
Cambridge University Press
: Penerbit Buku Kompas : 158-170
Handayani, Kartika, dkk.2006. Faktor
Suharsimi.1997.
:
Prosedur
Sosial Budaya Yang Berpengaruh
Pendekatan
Terhadap Pelaksanaan 3M Plus
Praktek.iakarta : Penerbit Rineka
Kabupaten Tangerang [Internet].
Cipta : 86
Tersedia
Penelitian
:
Pusat
Suatu
Statistik
dari
:
Propinsi
http://www.risbinkes.litbang.depk
Wisatawan
es.go.id/Buku%20Laporan%20Pe
Manca Negara ke Bali Tahun
nelitian%202006/faktor%20sosbu
2006~.Denpasar : BPS
d%20terhadap%203M.htm [Diund
Bali.2001 .Statistik
Propinsi
Bali
Bums,
Good, Bi.\994.Medicine, rationality, and
MVH.Vh.V.2005.Manajemen
Arikunto,
Badan
Fahmi.
uh 01Desember2011].
A.A.,et.al. 2000.Pemberdayaan
Hardon, A., et.al. 1995.Applied Health
Wanita dalam Bidang Kesehatan
Research Manual, Anthropology
(Terjemahan).
of Health and Health Car.Den
Yogyakarta
:
Yayasan Essentia Medica
Departemen
Kesehatan
Hag
Republik
:
CipData
Koninklijke
Bibliotheek
Indonesia. 2005. Pencegahan dan
Media Indonesia.2011. Warga Bali Diminta
pemberantasan demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:
Waspadai DBD [Internet] Edisi 8 Desembcr
Direktorat Jendral PP-PL.
http://www.mediaindonesia.eom/r
Djunaedi, Djoni.2006.Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis, dan
2011.Tersedia
dari:
ead/2011/12/08/282266/290/101/
Warga-Bali-Diminta-WaspadaiDBD [Diunduh 4 Febraari 2011] Kementerian Kesehatan RI -Subdirektorat
Penatalaksanaannya.UMM
Pengendalian Arbovirosis - Dit
Press: 11-13
PPBB -Ditjen PP dan PL.2011.
Informasi
Umum
Demam
Penggunaan
Berdarah
Dengue
[Internet].
plate
Tersedia
Gionar. YR. Zubaidah S. Stoops CA.
Bangs metode
MJ.2005. microtitre
assay
dari
untuk deteksi gejala kekebalan
drttp://www.pppl.depkes.go.id/ asset/
terhadap insektisida organofosfat
download/INFORMASI UMUMD
pada
tiga spesies nyamuk di
Indonesia.
Jakarta:
Laporan
BD 2011 .pdf [Diunduh 4 Febraari 2012] Kementerian
Laporan
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Kesehatan
Hasil
RI.2011.
RLSKESDAS
113
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Indonesia Tahun 2010. Jakarta :
Gadjah Mada University Press :
Badan
38,97
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan.
Nusa,
Kompas.2011. Kasus DBD di Indonesia
Mara
Marliah
Ipa,
Titin
Delia,
Santx.2008.Penentuan
Tertinggi di ASEAN [Internet]
Status Resistensi Aedes aegypti
Edisi 9 Febraari
dari Daerah
2011.Tersedia
Endemis DBD di
:
Kota Depok Terhadap Malathion.
http://health.kompas.com/read/201
Buletin Penelitian Kesehatan ; 36
1/02/19/07163187/Kasus.DBD.di.
(1) : 20-25
dari
Indonesia.Tertinggi.di.ASEAN
Pramudiarja, Uyung. 2011. Indonesia
[Diunduh 1 Desember 2011] Kompas
Cyber
Media
Juara Demam Berdarah Dengue
(KCM).2011.
[Internet]. Tersedia dari :
Jakarta dan Bali Penyumbang
http://www.detikhealth.eom/read/2
Kasus DBD Terbesar [Internet]
011/02/18/163159/1573796/763/in
Edisi 13 Juni 2011. Tersedia dari :
http://health.kompas.com/read/201
donesia-juara-demam-berdarah-diasean?ld991107763 [Diunduh 1
1/06/13/06011957/Jakarta.dan.Bal
Febraari 2012]
i.Paling.Rawan.DBD [Diunduh 1 Desember 2011] Kristina.,
Isminah.,
Kesehatan
:
Pujianti,
Aryani
&
Atik
Triratnawati.2011 .Pengetahuan Wulandari,
L.2004.Kajian
Masalah Demam
Berdarah
dan
Pengalaman
tangga
Atas
Ibu
Rumah
Nyamuk Demam
Berdarah Dengue.ixxrxxal Makara
Dengue [Internet].Tersedia dari :
Kesehatan Vol.15 (1): 6-14
http://perpustakaan.litbang.depkes.
Pujianti, Aryani, Ira Paramastri, Atik
go.id/otomasi/index.php?p=show_
Triratnawati.2010.Kepercayaan Ibu Rumah Tangga Tentang
detail&id=9376 Febraari 2012]
[Diunduh
04
Nyamuk Aedes dan Pencegahan
Mardihusodo. SJ.1995. Microplate assay analysis
of
potential
organophosphate
for
insecticide
resistance in Aedes aegypti in
Yogyakarta Indonesia.
Minicipality Berkala
Ilmu
Kedokteran; XXVII: 71-9.
Sampel
Untuk
Kuantitatif dan
Penelitian
Kualitatif
Demam
Berdarah
Kelurahan
di
Bidang Kesehatan.Yogyakarta :
Dengue
Di
Endemis.Berita
Kedokteran
Masyarakat.Vol
26
(4); 179-186
Riwidikdo, Handoko, S.Kp.2010. Statistik Untuk
Penelitian
Yogyakarta
Murti, Bhisma.2010..Das'az>? dan Ukuran
114
Roy.,
Kesehatan.
: Pustaka Rihama :
17-23
Rodriguez,
M.
M.,
Bisset,
J.,
de
Fernandez, D.M., Lauzan, L., and
Soca,
A.2001.Detection
of
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
Aedes
Suroso. T.,2004.Situasi Epidemiologi dan
aegypti (Diptera: Culicidae) from
Program Pemberantasan DBD di
Cuba and Venezuela. Journal of
Indonesia.
Medical Entomology; 38:
Kedokteran Tropis : Kajian KLB
insecticide
resistance
in
623-
Seminar
Demam Berdarah dari Biologi
628.
Molekuler
Santoso, Singgih.2009.Panduan Lengkap
Sampai
Menguasai Statistik dengan SPSS
Pemberantasannya. Yogyakarta :
17.
Pusat Kedokteran Tropis UGM : 4
Jakarta:
Penerbit
PT
Elex
Media Komputindo (Gramedia) :
Suyasa, I N Gede., N. Adi Putra, I W Redi
316
Aryanta.Hubungan
Lingkungan
: Beberapa Konsep
Masyarakat dengan Keberadaan
Beserta Aplikasinya.Yogyakarta :
Vektor Demam Berdarah Dengue
Gadjah Mada University Press :
(DBD)
19
Puskesmas
Kesehatan
dan
Lingkungan.iakarta
:
Penerbit
&
Wilayah I
(0:1-6 World Health
Upik
Kerja Denpasar
Organization
(WHO). 2005. Panduan
Alumni : 86
SH
Perilaku
Selatan.Jumal Ecotrophic.2008 : 3
Setiono, Kusdwiratri.,et.al.2000.Manusia, Kesehatan,
di
dan
Faktor
Solita.2007.Sosiologi
Sarwono,
Sigit.
Makalah
Pencegahan
Kusumawati
dan
Lengkap
Pengendalian
Pemukiman
Dengue dan Demam Berdarah
Indonesia : Pengenalan. Biologi.
Dengue. Jakarta : Penerbit Buku
dan Pengendalian.Bogor : Unit
Kedokteran EGC :71-72
Hadx.2006.Hama
Kajian
Pengendalian
Pemukiman
Hama
Fak.Kedokteran
Sukowati,Supratman.2010.Masalah
Indonesia.Buletin
Organization
(WHO).2008.International Travel Potential
Vektor Demam Berdarah Dengue
Pengendaliannya
Health
& Health : Infectious Diseases of
Hewan IPB. 7
dan
World
Risk
For
Travelers.Geneva : WHO
di Jendela
Epidemiologi.2:26-30
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2
115
Diana AP. et al Hubungan Pengetahuan Vektor
LAMPIRAN UJI STATISTIK
1. Mean, Standard Deviasi, dan Hasil uji kenormalan data Skewness-Kurtosis Skor Pengetahuan Vektor DBD dan Perilaku Insektisida Descriptive Statistics Std. N
Minimum Maximum
Mean
Deviation
Skewness
Kurtosis
Std.
Std.
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Error
Statistic
Error
88
.00
10.00
5.3409
2.71601
-.394
.257
-.851
.508
JumlahPerilaku
88
.00
9.00
4.7727
1.82402
-.212
.257
-.347
.508
Valid N (listwise)
88
Jumlah_Pengetah uan
2. Hasil Uji Korelasi Kendall's taub (t) antara pengetahuan vektor DBD dengan perilaku Penggunaan insektisida ramah tangga untuk mencegah DBD Correlations
Tingkat Pengetahuan
Kendall's taub
Tingkat Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N
Kategori Perilaku
.076
.479 88
88
Correlation Coefficient
.076
1.000
Sig. (2-tailed)
.479
N
116
Kategori Perilaku
88
88
JURNAL VEKTORA Vol. IV No. 2