ASSOCIATION BETWEEN PRACTICE ABOUT REMOVING BREEDING PLACE OF MOSQUITO WITH CASE OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER IN THE WORKING AREA OF UPTD HEALTH CENTER CIAMIS IN CIAMIS REGENCY Taufiq Ramadan1) Nur Lina dan Anto Purwanto2) Students of The Faculty of Health Sciences Specialization in Epidemiology1) Epidemiology Section Supervisor Faculty of Health Sciences2) Siliwangi University Abstract Background : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus and is transmitted by the bite of Aedes aegypti. The prevalence of dengue fever in UPTD Health centre Ciamis in Ciamis regency 2014 byas much as 57%. Aim : This study aims to determine the relationship between practice about removing breeding place of mosquito with the incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF). Method : This research is using cross sectional method. The samples used in this study as many as 67 people. The instrument used in this study was a questionnaire. Data analysis using Chisquare test. Result : In this study showed that there are 5 PSN practices statistically associated with incidence of dengue is draining water reservoirs (p=0.002), closed water reservoirs (p=0.001), abate the use of water reservoirs (p=0.039), hang clothes used (p=0.016), using anti-mosquito drugs (p=0.014) and 5 PSN practices that are not associated statistically with incidence of dengue is buried junk (p=0.190), cleaning water reservoirs in the dispenser (p=0.642), cleaning the basin between houses or gutters (p=0.436), using wire gauze on the vent or vent (p=0.273) and keep the fish-eating larvae (p=0.720). Conclusion : There is significant relation between the practice of draining water reservoirs, closed water reservoirs, abate the use of water reservoirs, hang clothes used, and using mosquito repellent with the incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF), while the bury junk, cleaning water reservoirs in the dispenser, cleaning the basin between houses or gutters, using wire gauze on the vent or vent, and keep the fish-eating larvae does not have significant relation with the incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF).
Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.
HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DENGAN KEJADIAAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIAMIS KABUPATEN CIAMIS Taufiq Ramadan1) Nur Lina dan Anto Purwanto2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Dosen Pembimbing bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi Abstrak Latar belakang : Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Prevalensi kejadian demam berdarah dengue di UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis pada tahun 2014 sebesar 57 %. Tujuan : untuk mengetahui hubungan praktik pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). Metode : Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 67 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil : Hasil penelitian didapatkan 5 praktik PSN yang berhubungan secara statistik dengan kejadian DBD yaitu menguras tempat penampungan air (p=0,002), menutup tempat penampungan air (p=0,001), menggunakan abate pada tempat penampungan air (p=0,039), menggantungkan pakaian bekas pakai (p=0,016), menggunakan obat anti nyamuk (p=0,014), dan 5 praktik PSN yang tidak berhubungan secara statistik dengan kejadian DBD yaitu mengubur barang bekas (p=0,190), membersihkan tempat penampungan air pada dispenser (p=0,642), membersihkan cekungan antar rumah atau talang air (p=0,436), menggunakan kawat kasa pada ventilasi atau lubang angin (p=0,273), dan memelihara ikan pemakan jentik (p=0,720). Kesimpulan : Ada hubungan yang bermakna antara praktik menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, menggunakan abate pada tempat penampungan air, menggantungkan pakaian bekas pakai, dan menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), sedangkan mengubur barang bekas, membersihkan tempat penampungan air pada dispenser, membersihkan cekungan antar rumah atau talang air, menggunakan kawat kasa pada ventilasi atau lubang angin, dan memelihara ikan pemakan jentik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD).
Kata Kunci : PSN, Demam Berdarah Dengue (DBD).
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (WHO, 2009). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk Aedes aegypti hidup di lingkungan buatan manusia. Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang teduh dan lembab, semak-semak, di bawah kerindangan pepohonan, dan di dalam rumah (Nadesul, 2007). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2014, menunjukkan wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis sebagai daerah terbesar kasus kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kabupten Ciamis. Prevalensi kejadian demam berdarah dengue di UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis pada tahun 2012 sebesar 24 %, pada tahun 2013 sebesar 38 %, pada tahun 2014 sebesar 57 % dari seluruh kasus kejadiaan demam berdarah dengue yang ada di Kabupaten Ciamis. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit demam berdarah dengue adalah perilaku masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue serta kurangnya praktek atau peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya (Dinah, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Praktik Pemberantasaan Sarang Nyamuk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara praktik menguras TPA, mengubur barang bekas, menutup TPA, membersihkan TPA pada dispenser, membersihkan talang air, menggunakan abate pada TPA, menggunakan kawat kasa pada ventilasi, menggantungkan pakaian bekas pakai, menggunakan obat anti nyamuk, dan memelihara ikan pemakan jentik dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang praktik pemberantasan sarang nyamuk merupakan salah satu upaya pencegahaan penyakit demam berdarah dengue (DBD), memberikan informasi dan masukan kepada Dinas Kabupaten Ciamis dan UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis khususnya penyelenggara program pemberantasaan penyakit menular untuk dapat mengambil langkah yang tepat dalam pembuatan program-program pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD), dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 67 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. HASIL PENELITIAN Tabulasi silang praktik pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian DBD di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis. Variable Terikat Variabel Bebas Menguras TPA Mengubur barang bekas Menutup TPA Membersihkan TPA pada Dispenser Membersihkan cekungan rumah Menggunakan abate pada TPA Menggantungkan pakaian bekas pakai Menggunakan kawat kasa pada ventilasi Menggunakan obat anti nyamuk Memelihara ikan pemakan jentik
Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk
Kejadian DBD Ya Tidak N % N % 12 36 21 64 1 3 33 97 13 23 44 77 0 0 10 100 11 42 15 58 2 5 39 95 9 22 31 78
Total 33 34 57 10 26 41 40
Baik
4
15
23
85
27
Buruk Baik Buruk Baik Buruk
12 1 11 2 11
22 8 30 7 32
42 12 26 28 23
78 92 70 93 68
54 13 37 30 34
Baik
2
6
31
94
33
Tidak
10
25
30
75
40
Ya
3
11
24
89
27
Buruk Baik Tidak Ya
12 1 11 2
31 4 21 14
27 27 42 12
69 96 79 86
39 28 53 14
P Value
OR (CI 95 %)
0,002
18,85 (2,281-155,863)
0,190
-
0,001
14,30 (2,830-72,263)
0,642
-
0,436
-
0,039
5,92 (1,198-29,290)
0,016
7,41 (1,496-36,727)
0,273
-
0,014
12,00 (1,457-98,839)
0,720
-
Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 34 (51%) responden yang melaksanakan praktik menguras tempat penampungan air dengan baik, dan 33 (49%) responden yang tidak melaksanakan praktik menguras tempat penampungan air dengan baik. Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 10 (15 %) responden yang melaksanakan praktik mengubur barang bekas, dan 57 (85 %) responden yang tidak melaksanakan praktik mengubur barang bekas. Dari 67 responden sebanyak 41 (61 %) responden yang melaksanakan praktik menutup tempat penampungan air dengan baik, dan 26 (39 %) responden yang tidak melaksanakan praktik menutup tempat penampungan air dengan baik. Dari 67 responden sebanyak 27 (40 %) responden yang melaksanakan praktik membersihkan tempat penampungan air pada dispenser dengan baik, dan 40 (60 %) responden yang tidak melaksanakan praktik membersihkan tempat penampungan air pada dispenser dengan baik. Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 13 (19 %) responden yang melaksanakan praktik
membersihkan cekungan antar rumah atau talang air dengan baik, dan 54 (81 %) responden yang tidak melaksanakan praktik membersihkan cekungan antar rumah atau talang air dengan baik. Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 30 (45 %) responden yang melaksanakan praktik menggunakan abate pada tempat penampungan air dengan baik, dan 37 (55 %) responden yang tidak melaksanakan praktik menggunakan abate pada tempat penampungan air dengan baik. PEMBAHASAN Hubungan praktik Menguras Tempat Penampungan Air dengan Kejadian Demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik menguras tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,002 atau p value < 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Winarsih, 2011) di Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang, bahwa ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue, dengan nilai p value 0,011 atau < 0,05. Hubungan praktik mengubur barang bekas dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik mengubur barang bekas dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,190 atau p value > 0,05. Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian (Mahardika, 2009) bahwa adanya hubungan antara prilaku kesehatan mengubur barang-barang bekas dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) dengan nila p value = 0,043 > 0,05. Hubungan praktik menutup tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik menutup tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,001 atau p value < 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sumantri, 2013) di Kota Pontianak, bahwa terdapat hubungan bermakna antara menutup tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dengan nilai p value 0,000 atau < 0,05. Hubungan praktik membersihkan tempat penampungan air pada dispenser dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik membersihkan tempat penampungan air pada dispenser dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,642 atau p value > 0,05. Pembahasan diatas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Widagdo, 2008) bahwa membersihkan tempat penampungan sisa air dispenser, dan penampungan sisa air kulkas merupakan suatu langkah yang mudah dilaksanakan untuk menekan perkembangbiakan nyamuk Aedes sp.
Hubungan praktik membersihkan cekungan antar rumah atau talang air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik membersihkan cekungan antar rumah atau talang air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,436 atau p value > 0,05. Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Djuwita, 2015) bahwa membersihkan talang air merupakan salah satu upaya terbaik dalam mengantisipasi demam berdarah dengue (DBD) di peralihan musim kemarau ke musim hujan. Hubungan praktik menggunakan abate pada tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik menggunakan abate pada tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,039 atau p value < 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyanto, 2010) di Wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menabur bubuk abate dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dengan nilai p value 0,000 atau < 0,05. Hubungan praktik menggantungkan pakaian bekas pakai dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Dari 67 responden sebanyak 33 (49%) responden yang melaksanakan praktik tidak menggantungkan pakaian bekas pakai, dan 34 (51%) responden yang melaksanakan praktik menggantungkan pakaian bekas pakai. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik mengggantungkan pakaian bekas pakai dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,016 atau p value < 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mahardika, 2009) di Wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal, bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan menggantungkan pakaian dengan kejadian demam berdarah dengue, dengan nilai p value 0,001 atau < 0,05. Hubungan praktik menggunakan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 27 (40 %) responden yang menggunakan kawat kasa pada ventilasi atau lubang angin, dan 40 (60 %) responden yang tidak menggunakan kawat kasa pada ventilasi atau lubang angin. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik menggunakan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,273 atau p value > 0,05. Hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamza (2013) di Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung, bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi mempunyai hubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dengan nilai p value 0,038 atau < 0,05.
Hubungan praktik menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Diketahui bahwa dari 67 responden sebanyak 28 (42 %) responden yang melaksanakan praktik menggunakan obat anti nyamuk di pagi dan sore hari, dan 39 (58 %) responden yang tidak melaksanakan praktik menggunakan obat anti nyamuk di pagi dan sore hari. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktik menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,014 atau p value < 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sumantri, 2013) di Kota Pontianak, bahwa terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan memakai lotion anti nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dengan nilai p value 0,001 atau < 0,05. Hubungan praktik memelihara ikan pemakan jentik dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) Dari 67 responden sebanyak 14 (21 %) responden yang memelihara ikan pemakan jentik pada tempat penampungan air, dan 42 (79 %) responden yang tidak memelihara ikan pemakan jentik pada tempat penampungan air. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara praktik memelihara ikan pemakan jentik pada tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD), dimana diketahui p value 0,720 atau p value > 0,05. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mahardika, 2009) di Wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan memelihara ikan pemakan jentik dengan kejadian demam berdarah dengue, dengan nilai p value 0,775 atau > 0,05. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian praktik pemberantasan sarang nyamuk dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara praktik menguras tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). (P=0,002) 2. Tidak ada hubungan antara praktik mengubur barang bekas dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). 3. Ada hubungan antara praktik menutup tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). (P=0,001) 4. Tidak ada hubungan antara praktik membersihkan penampungan air pada dispenser dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). 5. Tidak ada hubungan antara praktik membersihkan cekungan antar rumah atau talang air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). 6. Ada hubungan antara praktik menggunakan abate pada tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). (P=0,039) 7. Ada hubungan antara praktik menggantungkan pakaian habis pakai dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). (P=0,016) 8. Tidak ada hubungan antar praktik menggunakan kawat kasa pada ventilasi atau lubang angin dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD).
9.
Ada hubungan antar praktik menggunakan obat anti nyamuk di pagi dan sore hari dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). (P=0,014) 10. Tidak ada hubungan antara praktik memelihara ikan pemakan jentik pada tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). SARAN Adapun saran yang dapat penulis kemukakan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi UPTD Puskesmas Ciamis dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Melakukan upaya promotif dan preventif terkait pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) ke pada masyarakat yang berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis. 2. Bagi Masyarakat wilayah kerja UPTD Puskesmas Ciamis Melakukan praktik pemberantasan sarang nyamuk seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, menggunakan abate pada tempat penampungan air, tidak menggantungkan pakaian bekas pakai, dan menggunakan obat anti nyamuk. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, sehingga faktor-faktor lain yang belum berkorelasi (berhubungan) dapat terbukti adanya korelasi sesuai dengan teori-teori yang ada. DAFTAR PUSTAKA Djuwita, N., 2015, Menkes Tegaskan Vaksin DBD Tidak Lulus Uji Coba, Antar News, http://www.antaranews.com/berita/481182/menkes-tegaskan-vaksindbd-tidak-lulus-uji-coba [Diakses Juni 2015]. Lerik, Dinah Mariana, Marni., Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Ibu Rumah Tangga Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Di Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo Kota Kupang Tahun 2008. Medika Kesehatan Masyarakat Vol. 03 No. 1 Juni 2008. Mahardika, W., Hubungan Antara Perilaku Kesehatan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal, 2009 (Skripsi). Nadesul, handrawan., Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah, Kompas, Jakarta, 2007. Sumantri, R., Hubungan PSN Dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian DBD Di Kota Pontianak, Jurnal Kesehatan, 2013. Supriyanto, H., Hubungan antara pengetahuan, sikap, praktik keluarga tentang PSN dengan kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kota Semarang, Jurnal Kesehatan, 2010. Tamza, Suhartono, & Darminto., Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kelurahan Perumnas Way Halim Kota Bandar Lampung, Jurnal Kesehatan, 2013. Widagdo, L., Kepadatan Jentik Aedes Aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) Di Kelurahan Srondol Wetan Semarang, Jurnal Kesehatan, 2008.
Winarsih, S., Hubungan kondisi lingkungan rumah dan perilaku PSN dengan kejadian DBD, Jurnal Kesehatan, semarang, 2011. World Health Organization (WHO)., Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahaan, Dan Pengendalian, Ahli Bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta, 2009.