PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI ANTARA YANG DIBERIKAN PENYULUHAN OLEH TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KESEHATAN DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA Wahyu Windiarti*), M. Imron Rosyidi**), Auly Tarmali**) *Mahasiswa D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staff Pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Breast cancer is the leading cause of death because of cancer in women. A person to suffering from breast cancer at an advanced stageis due to lack of knowledge. This study aimed to determine the differences in the level of knowledge about BSE among female adolescents getting counseling from teachers and health workers in Senior High School of Muhammadiyah 1 Purbalingga. This study was quasy experimental design, by using two group pretest posttest study design. The population was all female adolescents of first second of grade school year 2014/2015. The samples were 73 respondents by using proportionate random sampling technique. Data collecting used questionnaires. Bivariate analysis used the Wilcoxon test and Chi-Square test (α = 0.05). The results of this study by using Wilcoxon test showed that there was a significant difference about the level of knowledge about BSE in female adolescents before and after getting counseling from teachers (p = 0.000), there was a significant difference about the level of knowledge about BSE in female adolescents before and after getting counseling from health workers (p = 0.000), Chi Square test showed that there was a significant difference about the level of knowledge about BSE in female adolescents getting counseling from teachers and health workers in Senior High School of Muhammadiyah 1 Purbalingga (p = 0.019). Health workers should give more counseling about breast self-examination (SADARI) to reduce the number of women dying due to breast cancer. Keywords: SADARI, Knowledge, Health Education
ABSTRAK Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Seseorang ditemukan menderita penyakit kanker payudara sudah stadium lanjut dikarenakan kurangnya pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI antara yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Experimental Design menggunakan rancangan penelitian Two Group Pretest Posttest Design. Populasi yaitu seluruh remaja putri kelas I dan II tahun ajaran 2014/2015 adalah 269. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate random sampling sebanyak 73 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan uji Chi Square (α = 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis bivariat uji Wilcoxon menggunakan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik ( p =0,000 ), ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan( p =0,000 ), uji Chi Square ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga (p = 0,019). Bagi tenaga kesehatan lebih sering memberikan penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mengurangi angka kematian perempuan yang disebabkan oleh kanker payudara. Kata Kunci
: SADARI, Pengetahuan, Penyuluhan Kesehatan
PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Kanker merupakan penyebab kematian sebanyak 7,4 juta kasus di dunia berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) yang dilaporkan pada tahun 2004 yaitu mencakupi kira-kira 13% dari semua jenis kematian global. Peningkatan angka masyarakat yang didiagnosa dengan kanker amat membimbangkan diantaranya adalah kanker payudara (YKI, 2009). Indonesia prevalensi kanker payudara 17-25 kasus dari 100.000
populasi penduduk. Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena kanker. Tindakan pengendalian jika tidak diambil yang memadai, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya akan meninggal dunia karena kanker. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (YKI, 2009).
Prevalensi tumor/kanker di Indonesia dalah 4,3 per 1000 penduduk, dan kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal, dan DM. Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%), kanker hati dan saluran empedu intrahepatik (9,69%), Leukemia (7,42%), dan Limfoma non Hodgkin (6,69%) (Riskesdas, 2007). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 11.341 kasus. Kasus ca mammae terdapat 4.206 kasus (37,09%). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2012, kasus penyakit kanker payudara ditemukan 243 kasus, dan di tahun 2013 meningkat 542 kasus penyakit kanker payudara. Karakter kanker payudara di Indonesia cenderung lebih ganas dan menyerang pasien berusia 40-50 tahun. Kanker payudara di Indonesia cenderung berkembang secara progresif, lebih ganas, dan sulit diatasi. Kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut , ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan (Olfah dkk, 2013). Payudara merupakan aset perempuan yang sangat berharga, setiap benjolan di payudara tentu menimbulkan banyak kekhawatiran diantaranya kemungkinan adanya kanker, operasi, efek samping radiasi dan kemoterapi, sampai kematian. Sel kanker payudara dapat menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh
tubuh dan dapat bersembunyi didalam tubuh selama bertahuntahun tanpa diketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker (Pamungkas, 2011). Pemeriksaan payudara berguna untuk memastikan bahwa payudara seseorang masih normal. Kelaianan yang terjadi seperti infeksi, tumor atau kanker dapat ditemukan lebih awal. Kanker payudara yang diobati pada stadium dini kemungkinan sembuh mendekati 95% (Depkes, 2009). Kanker payudara masih mempunyai kemungkinan besar untuk disembuhkan kalau ditemukan ketika masih pada tahap awal atau dini. Penemuan kanker payudara sejak dini sangatlah penting untuk sebuah kesembuhan. Ternyata 75-85 % keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Deteksi dini dilakukan dengan melakukan “ pemeriksaan payudara sendiri “ atau yang dikenal dengan istilah SADARI. Ini adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya (Purwoastuti, 2008). Deteksi dini ini dapat dilakukan pada perempuan yang memasuki masa remaja. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja WHO adalah 12-24 tahun. Payudara yang dimiliki pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung
mengalami pertumbuhan neoplastik yang bersifat jinak atau ganas, yang bersifat ganas dapat berupa kanker (Mulyani, 2013). Deteksi dini ini khususnya SADARI dianjurkan dilakukan secara rutin oleh perempuan. SADARI sebaiknya dilakukan sebulan sekali setelah menstruasi sehingga menjadi terbiasa dengan keadaan payudara (Rasjidi, 2010). Di Indonesia seseorang ditemukan menderita penyakit kanker payudara sudah stadium lanjut, hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan deteksi dini kanker payudara (Mulyani, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan informasi, sosial budaya, lingkungan, pengalaman, usia (Notoatmodjo, 2007). Informasi sangat penting di berikan kepada siswa, pemberian informasi secara dini, pemberian informasi dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti pemberian penyuluhan, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), konseling (Notoatmodjo, 2010). Pemberian penyuluhan dapat dipengaruhi pada suatu proses misalnya pendidik atau petugas yang melakukannya. Pemberian penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan misalnya bidan dan petugas lain misalnya guru. Pada dasarnya guru adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat, sehingga seorang guru harus menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Bidan adalah salah satu perannya adalah sebagai pendidik dimana bidan harus memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga dan masyarakat khususnya remaja tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga menggunakan wawancara langsung bahwa remaja purti di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang SADARI baik dari tenaga pendidik maupun dari tenaga kesehatan, serta dari 10 remaja purti 7 remaja putri mengatakan tidak mengetahui tentang pemeriksaan SADARI ini. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut Perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI antara yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Quasy Experimental Design dengan rancangan penelitian Two Group Pretest Posttest Design, dimana ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI antara yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan
tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Populasi Dan Sampel Populasi Populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas I dan II tahun ajaran 2014/2015 di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga sebanyak 269 remaja putri.
Alat pengumpulan data Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI. Kuesioner berisi 16 soal Kuesioner ini merupakan kuesioner tertutup yaitu disediakan 2 pilihan jawaban yaitu benar (B) dan salah (S). Jawaban dari pertanyaan terdiri pertanyaan favuorable dan unfavourable.
Sampel Sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 73 remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Teknik Sampling penelitian ini adalah propotionate random sampling untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing strata atau wilayah. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Pubalingga. Pengumpulan Data Sumber data Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber atau responden yang didapat dari kuesioner tentang tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI. Data sekunder adalah jumlah remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Tahun ajaran 2014/2015.
Analisis Data Analisis Univariat (Analisis Deskriptif) Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mendefinisikan variabel yang akan diteliti. Data skor tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI akan dideskripsikan proporsi hasil jawaban responden dengan distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2012). Analisis Bivariat Dalam analisa penelitian ini menggunakan analisis bivariat karena mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI antara yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan tenaga kesehatan. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Untuk mengetahui sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Wilcoxcon dan mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidikdan tenaga kesehatan menggunakan Chi Square. Perhitungan dengan rumus diatas dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Dengan nilai p value dapat
menggunakan keputusan statistik dengan membandingkan nilai p dengan α (0,05). Hasil penelitian didapatkan p> 0,05 Ho diterima maka Ha ditolak. Nilai p < 0,05 Ho ditolak maka Ha diterima. HASIL PENELITIAN Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja putri tentang SADARI Sebelum Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik Di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014 Penget Frekuensi Persentase ahuan (%) Kurang 27 73,0 Cukup 8 21,6 Baik 2 5,4 Jumlah 37 100 Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik sebagian besar adalah kurang sebanyak 27 orang (73,0%), sedangkan yang pengetahuannya cukup sebanyak 8 orang (21,6%) dan baik sebanyak 2 orang (5,4%). Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja putri tentang SADARI Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik Di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014
Penget Frekuensi Persentase ahuan (%) Kurang 11 29,7 Cukup 18 48,6 Baik 8 21,6 Jumlah 37 100 Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik sebagian besar adalah cukup sebanyak 18 orang (48,6%), sedangkan yang pengetahuannya baik sebanyak 8 orang (21,6%) dan kurang sebanyak 11 orang (29,7%). Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja putri tentang SADARI Sebelum Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014 Pengetahu Frekuen Persenta an si se (%) Kurang 24 66,7 Cukup 10 27,8 Baik 2 5,6 Jumlah 36 100 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 24 orang (66,7%), sedangkan yang pengetahuannya cukup sebanyak 10 orang (27,8%) dan baik sebanyak 2 orang (5,6%).
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja putri tentang SADARI Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014 Pengetahu Frekuen Persenta an si se (%) Kurang 3 8,3 Cukup 16 44,4 Baik 17 47,2 Jumlah 36 100 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan sebagian besar adalah baik sebanyak 17 orang (47,2%), sedangkan yang pengetahuannya cukup sebanyak 16 orang (44,4%) dan kurang sebanyak 3 orang (8,3%). Analisis Bivariat Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Tabel 6 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014
Tabel
5 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014 N
Pengetahuan sesudah penyuluhan oleh nadik Pengetahuan sebelum penyuluhan oleh nadik
Z
p value
-3,620
0,000
Negative Ranks : 2
Positive Ranks : 19 Ties : 16
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa sesudah diberikan penyuluhan mengalami penurunan sebanyak 2 responden, mengalami peningkatan sebanyak 19 responden, sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan penyuluhan tidak ada peningkatan dan tidak ada penurunan sebanyak 16 responden. Diperoleh nilai Z hitung sebesar 3,620 dan nilai p value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik
N Pengetahuan sesudah penyuluhan oleh nakes Pengetahuan sebelum penyuluhan oleh nakes
Z
p value
-4,730
0,000
Negative Ranks : 0
Positve Ranks : 27 Ties : 9
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa sesudah diberikan penyuluhan mengalami
penurunan tidak ada, mengalami peningkatan sebanyak 27 responden, sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan penyuluhan tidak ada peningkatan dan tidak ada penurunan sebanyak 9 responden. Diperoleh nilai Z hitung sebesar -4,730 dan
nilai p value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidk dan sesudah diberikan penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Tabel 7 Hasil Uji Chi Square Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidk dan penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tahun 2014 Kelompok Kurang F %
Cukup F %
Pengetahuan Baik Total F % F %
ᵡ2
p-
value Tenaga 11 29,7 18 48,6 8 12,7 37 100 7,917 0,019 pendidik Tenaga 3 8,3 16 44,4 17 47,2 36 100 kesehatan Jumlah 14 19,2 34 46,6 25 34,2 73 100 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa kelompok penyuluhan tenaga pendidik dengan kategori pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (29,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 orang (48,6%), pengetahuan baik sebanyak 8 orang (12,75%), sedangkan kelompok penyuluhan oleh tenaga kesehatan dengan kategori pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (8,3%), pengetahuan cukup sebanyak 16 orang (44,4%), pengetahuan baik sebanyak 17 (47,2%). PEMBAHASAN Analisis Univariat Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang SADARI masih kurang. Remaja putri kurang mencari informasi tentang SADARI dan belum pernah
diadakan penyuluhan kesehatan tentang SADARI di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, informasi, sosial budaya, lingkungan, pengalaman dan usia. Pengetahuan tentang SADARI merupakan pengetahuan atau pemahaman seseorang terhadap SADARI yang diperoleh dari pengalaman maupun informasi.
Pengetahuan seseorang dapat bertambah dengan diperolehnya informasi tentang objek tertentu. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Menurut notoadmodjo (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh melalui pemberian pendidikan atau penyuluhan oleh tenaga pendidik yang menjadi sarana dalam meningkatkan pengetahuan. Dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar jawaban responden lebih dari 50 % jawaban responden menyatakan salah, pada 91,9% sudah mengetahui pengertian SADARI tetapi 62,2 % remaja putri belum mengetahui indikasi SADARI, 64,9 % belum mengetahui tentang manfaat SADARI, 48,6% belum mengetahui tentang tujuan SADARI, 73% belum mengetahui tentang waktu yang tepat melakukan SADARI, 59, 5% belum mengetahui tentang langkah-langkah melakukan SADARI. Data tersebut menunjukkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri tentang SADARI membuat pencegahan dan penanganan secara dini kanker payudara sulit dilakukan. Sehingga penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan sudah pada stadium lanjut.
Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama ± 30 menit, didapatkan hasil bahwa sebagian besar pengetahuan responden meningkat, dibuktikan dengan hasil posttest sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik bahwa lebih dari 50% jawaban responden menyatakan benar dilihat dari 100% sudah mengetahui tentang pengertian SADARI. Remaja putri sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik meningkat, walaupun masih sebagian besar tergolong pengetahuan dengan kategori cukup, dibuktikan jawaban responden < 50 % ada 7 soal dengan jawaban responden benar. Kategori pengetahuan baik masih tergolong kurang karena hanya meningkat sebesar 21,6%. Pendidik atau petugas dapat mempengaruhi proses tercapainya suatu penyuluhan kesehatan. Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakni sebagai kebenaran oleh semua murid. Peran Guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pemimpin, pengelola pembelajaran, dan sebagai model dan teladan, namun guru hanya dapat mengajarkan kepada remaja putri tentang materi disekolah saja. Penguasaan dan penjabaran materi tentang SADARI ini dari penyuluhan oleh guru kurang luas,
sehingga pengetahuan remaja putri tentang SADARI masih banyak dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena penguasaan dan penjabaran materi tentang SADARI kurang luas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas I dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 24 orang (66,7%), sedangkan yang pengetahuannya cukup sebanyak 10 orang (25,0%) dan baik sebanyak 2 orang (5,6%) di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebagian besar pada kategori kurang yaitu sebanyak 24 orang. Remaja putri kurang mencari informasi tentang SADARI dan belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang SADARI di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Dibuktikan dengan jawaban responden sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan bahwa 19,4 % remaja putri belum mengetahui tentang SADARI, sebagian besar 63,9 % remaja putri belum mengetahui indikasi SADARI. Hal tersebut dapat terjadi karena pengetahuan remaja putri kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diterima. Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri. Pengetahuan seseorang akan bertambah apabila mendapatkan suatu informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh salah satunya adalah diberikan penyuluhan oleh petugas. Petugas misalnya tenaga kesehatan atau bidan. Wewenang bidan itu sendiri salah satunya memberikan penyuluhan khususnya disini adalah tentang deteksi dini kanker payudara yang disebut SADARI. Karena kurangnya informasi tentang SADARI remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan sebagian besar pada kategori kurang. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dibuktikan dengan hasil jawaban responden sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan bahwa 100 % remaja putri sudah mengetahui pengertian SADARI, sebagian kecil 38,9 % responden kurang memahami manfaat SADARI, namun demikian terjadi peningkatan pengetahuan yang tinggi sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Kategori pengetahuan baik meningkat menjadi 47,2% dan kategori kurang hanya 8,3%. Dari hasil jawaban posttest responden > 50% menyatakan jawaban benar. Hal tersebut dikarenakan adanya pemberian informasi dengan cara diberikan penyuluhan. Pemberian pendidikan atau pengetahuan dapat melalui
pemberian informasi secara dini, Pemberian informasi dapat diberikan melalui berbagai metode seperti pemberian pendidikan atau penyuluhan, konseling kesehatan dan komunikasi informasi edukasi (KIE). Menuurut (Notoatmodjo, 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses penyuluhan agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis yaitu : Metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya dan alatalat bantu/alat peraga pendidikan. Pendidik atau petugas yang melakukan akan mempengaruhi keberhasilan dari suatu penyuluhan kesehatan tersebut. Tenaga kesehatan atau bidan adalah seorang yang diakui secara regular dalam program pendidikan bidan, diakui secara yuridis, ditempatkan dan mendapat kualifikasi serta terdaftar di sektor dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan, salah satu wewenang dalam mengikuti program pemerintah adalah melaksanakan deteksi dini. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa petugas yang meberikan penyuluhan kesehatan sangat berpengaruh terhadap kegiatan ini, sehingga pada penelitian ini sesudah dilakukan penyuluhan oleh tenaga kesehatan
kategori pengetahuan remaja putri lebih tinggi, karena tenaga kesehatan lebih berpengalaman dan pengetahuan tentang SADARI lebih luas. Analisis Bivariat Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik. Walaupun mengalami peningkatan pada kategori baik dan terjadi penurun pada kategori kurang namun pada penelitian penyuluhan oleh tenaga pendidik kurang efektif. Hal tersebut disebabkan karena pada sumber informasi yaitu pada petugas yang melakukan penyuluhan kurang penguasaan materi tentang SADARI dan tenaga pendidik tidak mempunyai wewenang dalam hal penyuluhan kesehatan pada reproduksi remaja. Hal tersebut dapat dilihat pengetahuan sesudah penyuluhan oleh nadik mengalami penurunan sebanyak 2 orang, dan 19 orang sesudah diberikan penyuluhan oleh nadik mengalami peningkatan. Menurut Fitriani (Mulyana, 2005), faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan yaitu faktor penyuluh terdiri dari persiapan, penguasaan materi, penampilan, penguasaan bahasa, intonasi dan cara penyampaian. Penyuluhan oleh
tenaga pendidik kurang maksimal karena salah satu faktor yang dipengaruhi kurangnya penguasaan materi tentang SADARI. Pada dasarnya tenaga pendidik atau guru hanya memberikan pengajaran atau materi sesuai dengan bidangnya, sehingga penguasaan materi tentang SADARI kurang. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Menurut hidayat (2012), Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan khususnya pada penelitian ini adalah deteksi dini kanker payudara yang dapat disebut dengan SADARI. Menurut Nugroho (2010), tujuan penyuluhan kesehatan secara umum adalah mengubah sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat di bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang SADARI untuk mendeteksi
secara dini kanker payudara pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga untuk melihat seberapa tahu pengetahuan remaja putri tentang SADARI. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan kategori pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (66,7%), pengetahuan cukup 10 orang (27,8%), pengetahuan baik 2 orang (5,6%), dan sesudah diberikan penyuluhan tentang SADARI dengan kategori tingkat pengetahuan kurang menurun menjadi 3 orang (8,3%), pengetahuan cukup 16 orang (44,4%) dan pengetahuan baik remaja putri meningkat yaitu 17 orang (47,2%). Pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tidak ada yang menurun, 27 responden mengalami peningkatan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Pada tahap edukasi ini bahwa remaja putri telah menerima penyuluhan tentang SADARI sehingga remaja putri tahu materi tentang SADARI yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI Sesudah Diberikan Penyuluhan oleh Tenaga Pendidik dan sesudah diberikan penyuluhan oleh Tenaga Kesehatan Hasil analisis data menggunakan uji Chi Square didapatkan bahwa p value 0,019 < α
0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sesudah yang diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Hal tersebut menunjukkan dari peningkatan nilai pengetahuan bahwa penyuluhan oleh tenaga kesehatan lebih tinggi sehingga ada perbedaan tingkat pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Sumber informasi tentang SADARI antara lain melakukan penyuluhan kesehatan pada remaja putri. Petugas tersebut akan mempengaruhi keberhasilan penyuluhan. Bidan lebih menguasai materi tentang SADARI karena dalam wewenang bidan itu sendiri menjelaskan bahwa bidan melaksanakan deteksi dini dengan memberikan penyuluhan khususnya pada penelitian ini adalah kepada remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini adalah peneliti saat melakukan persamaan persepsi tentang SADARI pada tenaga pendidik dan tenaga kesehatan hanya memberikan 1 X pertemuan, sehingga pada saat memberikan penyuluhan kepada remaja putri kurang penjabaran materi tentang SADARI dan saat penentuan sampel kelompok peneliti membagi kelompok sesuai dengan kelas masing-masing.
KESIMPULAN Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga sebagian besar adalah kurang sebanyak 27 orang (73,0%) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga sebagian besar adalah cukup sebanyak 18 orang (48,6%) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga sebagian besar adalah kurang sebanyak 24 orang (66,7%) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga sebagian besar adalah baik sebanyak 17 orang (47,2%) Ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Hal ini dibuktikan dengan nilai pvalue sebesar 0,000 < α (0,05). Ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh tenaga pendidik di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Hal ini dibuktikan dengan nilai pvalue sebesar 0,000 < α (0,05). Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI sesudah antara yang diberikan
penyuluhan oleh tenaga pendidik dan penyuluhan oleh tenaga kesehatan di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga. Hal ini dibuktikan dengan nilai pvalue 0,019 < α 0,05. SARAN Perlu mencari informasi tentang deteksi dini kanker payudara yaitu SADARI dengan cara membaca buku, mencari di media lain atau bertanya kepada tenaga kesehatan supaya pengetahuan tentang SADARI tinggi sehingga dapat melakukan deteksi dini kanker payudara sedini mungkin dan menurunkan angka kematian penderita kanker payudara. Sebaiknya sebagai tugas dan wewenang bidan khususnya perlu diadakan memberikan penyuluhan kepada remaja putri khususnya mengenai informasi tentang deteksi dini kanker payudara yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai SADARI dengan faktor yang lain yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA [1]
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta [2] Dahlan, Sopiyudin, M. (2013). Statistik untuk Kedoktetan dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika [3] Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogjakarta : Kata Hati
[4]
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 20122013. Rekapitulasi Penyakit Tidak Menular [5] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dalam http://www.dinkesjatengprov. go.id. Di akses bulan Juli 2014 [6] Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta : Bakti Husada [7] Gilbert. (2005). Lakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri. http://fayarqimi.com/konsultasi -kesehatan/lakukanpemeriksaan-payudarasendiri-sadar-sadarilahwahai-wanita-akan-bahayakanker-payudara. [8] Kartikawati, E. (2013). Awas!! Bahaya Kanker Payudara dan Kanker Serviks. Bandung : Buku Baru [9] Kusmiran, Eny. (2011). Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika [10] Machfoedz, I. (2008). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogjakarta : Fitramaya [11] Mardiana, L. (2009). Kanker Pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya [12] Mufdillah, Hidayat Asri, Kharimaturrahmah Ima. (2012). Konsep Kebidanan. Yogjakarta : Nuha Medika
[13]
Nisman, Artanty Wenny. (2011). Lima Menit Kenali Payudara Anda. Yogjakarta: Andi Offset [14] Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [15] Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta [16] Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Keshatan. Jakarta : Rineka Cipta [17] Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [18] Nugroho, Taufan, Ari Setiawan. (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika [19] Nurdin, Muhammmad. (2010). Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogjakarta: AR. Ruzz Media Group [20] Olfah, Yustianana, Mendri Ketut Ni, Ba’diah Atik. (2013). Kanker Payudara dan SADARI. Yogyakarta : Nuha Medika [21] Otto, S. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC [22] Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara . Yogjakarta : Buku Biru [23] Purwoastuti, E. (2008). Kanker Payudara Pencegahan dan Deteksi Dini. Yogjakarta : Kanisius [24] Rasjidi, I. (2010). Questions & Answers Kanker Payudara
Pada Wanita. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo [25] Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta [26] Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pemula. Yogjakarta : Mitra Cendekia Press [27] Setiawati. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: TIM [28] Siswanto, Yuliaji. (2011). Modul Mata Kuliah Biostatistik. Ungaran : STIKES NGUDI WALUYO [29] Sitorus, R.H. (2008). 3 Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung : Yrama Widya [30] Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta [31] Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC [32] Wawan A dan Dewi N. (2010). Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika [33] Yayasan Kanker Indonesia. (2009). Dalam http://yayasankankerindonesia.org /. Diakses bulan agustus 2014