PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI METODE PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM PENCEGAHAN KEHAMILAN TAK DIINGINKAN (KTD) DI SMKN 15 KOTAMADYA BANDUNG Iryanti ABSTRACT Background: Reproductive health is very important for youth to understand as unawareness of right reproductive healt may lead youth to free sex before marriage leading to unwanted pregnancy and increasing abortion, STDs, HIV/AIDS. Youth needs right reproductive health educational service and it is better for youth classmates to give this sort of service. Classmates are more open and easy to communicate with compared to parents and teachers. However, this attempt is still disagreed in Indonesia. Objectives: To find out the effect of reproductive health education through peer education method on youth’s knowledge and attitude in preventing them from unwanted pregnancy and its benefits. Method: This was an ex post facto quasi experimental study with posttest-only control group design. There were 144 samples consisting 72 students as treatment group of total sampling and 72 students as control group of simple random sampling. Data were gathered through questionnaires, FGD and interviews. Data analysis for comparing the treatment and control groups was Mann-Whitney test. The decision of hypothesis test was based on significant level of 5% or p = 0.05; while the qualitative data analysis was done by data management using card. Result: Youth’s ksowledge on unwanted pregnancy prevention in both treatment and control groups showed significant difference with p =0.000 (p<0.05). The youth’s attitude on unwanted pregnancy prevention showed significant difference with p = 0.000 (p < 0.05). The FGD with students and interviews with teachers showed that the program was very useful but it needs improvement in delivering the materials, number of media, coordination, discipline, and responsibility of all related parties. Conclusion: It was proven that reproductive health education through peer education may affect or improve youth’s knowledge and attitude in preventing unwanted pregnancy, and the method was useful. Keywords: reproductive health education, peer education, and health A. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa perkembangan seksual, pada masa ini idealnya remaja telah memperoleh pengetahuan yang memadai tentang seks. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks mulai meningkat dan sulit dikendalikan, tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik pada diri remaja (Kollmann, 1998). Situasi tersebut diperburuk dengan adanya kemudahan remaja dalam mengakses informasi tentang seks yang salah melalui media cetak maupun elektronik. Banyak remaja yang tidak tahu bagaimana mencari informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar, di sekolah dan di rumah kesempatan untuk diskusi tentang reproduksi masih sangat terbatas, bahkan masih banyak orang tua yang menganggap tabu seks untuk dibicarakan (Hambali, 2000). Sejalan dengan arus globalisasi informasi dan teknologi yang terus berjalan, terjadi perubahan besar pada norma perilaku seks, utamanya pada remaja. Menurut Sadik (1997) di seluruh dunia diperkirakan 200 juta perempuan hamil setiap tahunnya dan 75 juta atau sepertiga dari jumlah tersebut
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
30
merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD). Di Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1995, 40 persen remaja perempuan usia 15 sampai 19 tahun telah melakukan hubungan seksual (Singh et al., 1999). Di Indonesia hasil survey Field Epidemiology Training Program, Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 1996 di Jakarta Utara ditemukan, bahwa 54 persen dari 657 responden remaja berusia 15 sampai 19 tahun, menyatakan sudah pernah dan sering melakukan hubungan seks dengan lawan jenis, dengan alasan karena dorongan nafsu (Depkes, 1996). Keadaan tersebut menunjukkan tentang perilaku seksual remaja yang cenderung “permisif” dan “berani’. Menurut Wirawan dan Amisiamidar (1996), factor yang banyak mengakibatkan perilaku seks yang tidak sehat dengan segala akibatnya adalah: 1) remaja banyak mengetahui tentang seks, akan tetapi pengetahuannya tidak lengkap dan banyak justru menyesatkan, 2) remaja karena sifat kemudaannya kurang dapat mengendalikan diri, terutama kalau yang harus dikendalikan adalah perasaannya termasuk perasaan tentang seks, dan 3) pengetahuan yang setengah-setengah mendorong gairah seks tidak bisa dikendalikan yang akhirnya akan memperbesar kemungkinan tingkah laku seksual yang menjurus kepada sanggama. Berdasarkan hasil rekaman Forum Konsultasi Lentera Sahaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta periode 1997 – 1999, jumlah remaja di Yogyakarta yang hamil diluar nikah cenderung meningkat, rata-rata 30 orang perbulan. Remaja hamil ini sedikit yang berkatagori diperkosa, yang lebih banyak akibat pacaran (Al-Mukaffi, 2002). Berita yang dimuat Harian Republika tanggal 8 Agustus 2000, menyatakan angka aborsi jumlahnya sangat mencengangkan menurut data dari PKBI, setiap tahun 2 juta aborsi terjadi di Indonesia, 750 ribu atau sepertiga diantaranya remaja (Al-Mukaffi, 2002). Melihat kenyataan ini sangat memprihatikan karena dari tahun ketahun jumlah KTD dan aborsi semakin meningkat. Perilaku seks yang bebas dikalangan remaja dapat mengakibatkan KTD. Menurut International Conference on Population and Development (ICPD), kehamilan remaja mempunyai empat resiko yaitu: 1) pengguguran illegal dengan komplikasi yang menyertai; 2) morbiditas dan mortalitas persalinan; 3) kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah; dan 4) kemungkinan tertular penyakit menular seksual (United Nation, 1995). Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan usia remaja dua sampai empat kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan berusia 20 sampai 35 tahun (Widijanti, dkk, 1997). Kesehatan reproduksi sangat penting untuk dipahami oleh semua remaja, karena bila tidak memahami kesehatan reproduksi dengan benar, maka dapat mengakibatkan remaja melakukan hubungan seksual secara bebas pra nikah sehingga mengakibatkan terjadinya KTD. Hal tersebut mendorong
terjadinya
peningkatan
aborsi,
Penyakit
Menular
Seksual
(PMS).
Human
Immunodefesiensi Virus/Acquared Immunodefesiensi Syndrome (HIV/AIDS). Remaja memerlukan pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi yang benar, hal ini semakin baik bila diberikan disekolah.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
31
Mitra Citra Remaja (MCR) PKBI Bandung berusaha meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dengan melaksanakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya dibeberapa sekolah, namun di Indonesia upaya pemberian pendidikan seks pada remaja masih banyak ditentang. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu mengkaji bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan kehamilan tak diinginkan. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada MCR PKBI Bandung dan instansi terkait untuk dapat menetapkan alternatif yang baik untuk penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sehingga para remaja terhindar dari penyakit seks, khususnya untuk pencegahan dampak negatif yang tidak diharapkan seperti KTD. B. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metoda quasi eksperimen tipe ex post facto, dengan rancangan “posttest-only control group design” (Campbell and Stanley, 1966). Dalam sesign ini pengumpulan data dilakukan sebanyak satu kali pada kelompok setelah perlakuan (01) dan sebanyak satu kali pada kelompok control (02). Perbedaan antara 01 dan 02 yaitu 01 - 02 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya. Model rancangannya sebagai berikut (Burns and Grove, 1993)
Rancangan kelompok perlakuan
X
O1
Rancangan kelompok kolntrol
-
O2
Keterangan: X = Perlakuan, yang dalam hal ini adalah program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang telah dilaksanakan oleh pendidik sebaya yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 15 Kotamadya Bandung yang sudah dimulai sejak tahun 2002. O1 = Hasil pengukuran post test pada kelompok perlakuan O2 =Hasil pengukuran pada kelompok kontrol Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yakni untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, sedangkan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui manfaat dari metode tersebut.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
32
Lokasi penelitian kelompok perlakuan dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung dengan alasan SMKN tersebut memiliki pendidik sebaya dan melaksanakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dimana program tersebut sampai saat ini berjalan dengan baik, sedangkan lokasi penelitian kelompok control dilaksanakan di SMKN 1 Kotamadya Bandung dengan alasan SMKN tersebut tidak memiliki pendidik sebaya dan status sekolahnya sebanding dengan SMKN 15 yaitu sama-sama sekolah milik pemerintah, kurikulumnya hampir sama, berlokasi sama yaitu di Kotamadya Bandung, selain itu kondisi latar belakang siswanya hampir sama dimana sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah. Sampel penelitian adalah siswa kelas tiga, dengan kriteria: 1) sudah menarche pada perempuan dan nocturnal ejaculation pada pria; 2) bertempat tinggal di Kotamadya Bandung; 3) memiliki orang tua kandung lengkap; 4) aktif sebagai kelompok dampingan dan didampingi oleh pendidik sebaya yang ada di sekolah tersebut; 5) agama Islam dan Suku Sunda. Berdasarkan kriteria sampel, maka subjek yang memenuhi kriteria berjumlah 72 orang (total sampling), sedangkan kelompok control diambil 72 orang siswa SMKN 1 yang mempunyai karakteristik sama dengan kelompok perlakukan yang diambil secara simple random sampling. Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui penegtahuan dan sikap remaja tentang pencegahan KTD digunakan kuesioner yang telah diuji, sedangkan untuk mengetahui manfaat pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya digunakan panduan diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara. Data yang diperoleh di analisa dengan menggunakan tiga cara: 1) untuk menganalisa data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner diolah menggunakan bantuan program SPSS 10 for windows dengan uji statistik Mann-Whitney. Keputusan pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada p = 0,05;
2) untuk menganalisa data kualitatif yang diperoleh
dari DKT dan wawancara diolah menggunakan analisis isi (content); 3) untuk membandingkan data kuantitatif dan kualitatif digunakan analisis triangulasi. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan remaja dalam pencegahan KTD Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan dimana nilai P = 0,000 (p < 0,05). Pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada kelompok perlakuan mempunyai mean rank atau peringkat nilai rata-rata pengetahuan 96,91 sedangkan peringkat nilai rata-rata pengetahuan kelompok control 48,09, berarti pada alpa lima persen terdapat perbedaan yang signifikan peringkat nilai rata-rata pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD antara ke dua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
33
meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya Bandung. Tabel 1. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Variabel
Mean Rank
Pengetahuan Kel. Perlakuan 96,91 Kel. Kontrol 48,09 SD = Standar deviasi
Mean +SD
P Value
Mann-Whitney U
n
21,84+3,56
0,000
834,500
72 72
Peningkatan pengetahuan tersebut dikarenakan adanya proses belajar atau pemberian pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dipengaruhi oleh faktor : a. Materi Materi yang diberikan meliputi anatomi fisiologi reproduksi, perkembangan seksualitas dan permasalahannya, kehamilan dan KTD. Selain materi yang diberikan dirasakan bermanfaat, baik oleh siswa dampingan maupun oleh sekolah karena sesuai dengan kebutuhan dan masalah kesehatan yang mereka hadapi, juga dalam penyampaiannya dilengkapi dengan leaflet dan booklet walaupun jumlahnya terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa dampingan pada saat dilaksanakan DKT dan wawancara dengan guru. b. Lingkungan Lingkungan ini terdiri dari lingkungan fisik yaitu kondisi tempat belajar serta lingkungan sosial yang meliputi manusia dengan segala interaksinya. Pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya di SMKN 15 Kotamadya Bandung dilaksanakan di ruanganruangan kelas, dengan ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara baik. Satu ruangan biasanya ditempati oleh satu kelompok peserta diskusi yang terdiri dari lima sampai enam orang, apabila yang diskusi lebih dari satu kelompok maka memakai lebih dari satu ruangan, demikian juga dengan lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala interaksinya sangat mendukung karena proses belajar dilaksanakan mengacu pada prinsip dari, oleh dan untuk mereka, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondustif. Hal ini sesuai dengan pendapat Shanta et al. (1996) bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan. c. Instrumental Instrumental meliputi perangkat keras dan lunak. Perangkat keras dalam penelitian ini yang digunakan yaitu booklet dan leaflet, booklet dan leaflet yang diberikan sebelum proses belajar dimulai akan sangat membantu dalam pemberian pendidikan kesehatan agar pesan dapat
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
34
disampaikan lebih jelas dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan benar. Sedangkan perangkat lunak, dalam hal ini adalah isi materi untuk pendidikan kesehatan reproduksi diambil dari modul kesehatan reproduksi remaja yang dibuat oleh PKBI kerjasama dengan International Planned Parenthood Federation (IPPF), Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) dan United Nation Fund for Population Activities (UNFPA). Perangkat lunak lainnya adalah metode belajar mengajar, menurut Notoatmodjo (1993) apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang maka disebut kelompok kecil, metode yang sesuai untuk kelompok kecil ini antara lain: diskusi kelompok, curah pendapat, role play dan simulasi. Dalam penelitian ini jumlah responden dalam setiap pertemuan berkisar lima sampai enam orang , maka metode belajar mengajar yang digunakan oleh pendidik sebaya adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. d. Kondisi individu subjek belajar Kondisi individu subjek belajar seperti tingkat intelegensi/kecerdasan responden. Meskipun tingkat kecerdasan responden tidak diteliti pengaruhnya dalam penelitian ini, namun tingkat kecerdasan responden mempunyai pengaruh dan memberi sumbangan yang cukup besar dalam meningkatkan prestasi belajar seseorang. Hal tersebut didukung oleh pendapat yang dikatakan oleh Jensen dalam Widodo (1998) bahwa kecerdasan mempunyai sumbangan yang cukup bermakna bagi prestasi belajar seseorang. Dengan adanya peningkatan pengetahuan tersebut diasumsikan bahwa responden sebagai remaja mampu melaksanakan pengetahuan KTD secara baik dan benar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Rogers dalam Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pendidikan kesehatan reproduksi/seks yang benar pada remaja perlu dikembangkan di institusi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena institusi SLTA merupakan sekolah dimana tempat belajar sekelompok individu remaja sebaya, termasuk didalamnya remaja yang sedang mengalami perubahan pada aspek fisik, psikis, maupun sosial yang cukup rawan terhadap terjadinya KTD. Bila pendidikan kesehatan reproduksi/seks yang benar tidak diberikan di institusi SLTA, dapat terjadi pada remaja yang ada di SLTA tersebut akan mengadopsi perilaku seks yang tidak benar melalui bernbagai media yang dapat mereka akses dengan mudah pada saat ini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Carolyn Thomson, bahwa sangat penting bagi pihak sekolah melakukan pendidikan seksual untuk motivasi pilihan yang sehat bagi siswa dalam perilaku seksualnya
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
35
(Thomson et al., 1999), pendapat tersebut juga didukung oleh hasil survey Litbangkes Depkes RI yang menunjukkan bahwa 66,4 persen siswa SLTA dan mahasiswa perguruan tinggi yang diambil sebagai subjek penelitian di DKI dan Yogyakarta mengusulkan perlunya pendidikan seks secara resmi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah (Bandy, dkk., 1991). 2. Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya terhadap sikap remaja dalam pencegahan KTD Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan di mana nilai p = 0,000 (p < 0,05). Sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada kelompok perlakuan mempunyai peringkat nilai rata-rata sikap 91,96, sedangkan peringkat nilai rata-rata sikap kelompok control 53,04. Berarti pada alpa lima persen terdapat perbedaan yang signifikan peringkat nilai rata-rata sikap antara kedua kelompok. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat mempengaruhi atau meningkatkan sikap remaja terhadap pencegahan KTD pada siswa SMKN 15 Kotamadya Bandung. Tabel 2. Peringkat Nilai Rata-rata (Mean Rank) Sikap Remaja Tentang Pencegahan KTD Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Variabel
Mean Rank
Sikap Kel. Perlakuan 91,96 Kel. Kontrol 53,04 SD = Standar deviasi
Mean +SD
P Value
Mann-Whitney U
n
82,92+7,25
0,000
1191,000
72 72
Peningkatan ini dikarenakan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dilaksanakan di SMKN 15 Kotamadya Bandung sudah cukup baik walaupun belum optimal. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa dalam proses belajar atau pendidikan terdapat factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, yaitu factor materi, lingkungan, instrumental dan individu subjek belajar. Pada penelitian ini factor-faktor tersebut saling mendukung sehingga pelaksanaan pendidikan tersebut dapat berpengaruh atau meningkatkan sikap remaja SMKN 15 Kotamadya Bandung dalam pencegahan KTD, sehingga terjadi perubahan kedewasaan dan kematangan pada diri individu remaja tersebut. Muchlas (1997) berpendapat bahwa pembentukan sikap diperoleh melalui proses belajar yang dapat terjadi karena pengalaman pribadi terhadap orang, benda maupun peristiwa, dan melalui proses belajar sosial seperti informasi yang diperoleh dari orang lain. Pendapat tersebut juga didukung oleh Stanley (1987) yang menyatakan bahwa proses belajar atau pendidikan dapat meningkatkan sikap, karena melalui pendidikan akan terjadi komunikasi, baik antara fasilitator
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
36
dengan peserta maupun peserta dengan peserta. Melalui komunikasi peserta akan dapat menyampaikan pendapat dan ide atau pikirannya, begitu juga sebaliknya fasilitator akan dapat menyampaikan informasi dan naehatnya. Dengan adanya peningkatan sikap pada remaja kelompok perlakuan tersebut, hal ini sesuai dengan tujuan umum dari program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, yakni meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan reproduksi yang berperspektif gender secara benar dan proporsional melalui pemberdayaan remaja itu sendiri, sehingga memiliki sikap dan perilaku seksual dan sosial yang sehat dan bertanggung jawab. 3. Manfaat pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan KTD Berdasarkan hasil DKT dan wawancara diperoleh data bahwa kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya, dinilai dan dirasakan oleh siswa dampingan dan guru sangat bermanfaat, karena kegiatan tersebut selain dapat menambah wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja yang sangat dibutuhkan oleh remaja saat ini, juga kegiatan tersebut sangat menunjang kurikulum sekolah. Masukan dari siswa dampingan dan guru, yang bertujuan agar pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya yang dibina oleh MCR PKBI Bandung ini dapat mencapai tujuan yang lebih optimal, maka perlu: 1) adanya peningkatan wawasan pendidikan sebaya agar dapat memberikan jawaban tentang masalah diluar topik yang disampaikan; 2) fasilitator atau pendidik sebaya sebaiknya ada pria dan perempuan agar baik pria maupun perempuan bisa lebih leluasa lagi dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi; 3) adanya jadwal terstruktur agar program lebih terarah; 4) program pelatihan pendidik sebaya sebaiknya tiap tahun ada, sehingga program tersebut dapat berkesinambungan dan jangkauan kegiatan yang telah dilakukan dapat diperluas; 5) adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antara siswa, pendidik sebaya, MCR PKBI dan guru sebelum program dimulai; 6) semua yang terlibat harus lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab; 7) untuk memperjelas materi selain booklet dan leaflet diberikan sebelumnya juga sebaiknya jumlahnya memadai sesuai jumlah peserta dan juga perlu dilengkapi dengan alat peraga lainnya.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
37
D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan reproduksi melalui metoda pendidikan sebaya berpengaruh secara bermakna terhadap peningkatan nilai pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan KTD. 2. Saran Bertitik tolak dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut, pendidikan kesehatan reproduksi melalui metode pendidikan sebaya dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran yang baik untuk dikembangkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), namun pelaksanaannya perlu ditunjang oleh rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dari semua pihak yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA Al-Mukkafi, A. 2002. Pacaran Dalam Kacamata Islam. Edisi revisi Media Da’wah, Jakarta. Burns, N. and Grove, S.K. 1993. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique & Utilization. Second edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Campbell, D.T. and Stanley, J.C. 1966. Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Rand Mc. Nally Collage Publishing Company John Hopkins University, Chicago. Departemen Kesehatan, R.I. 1996. Baseline STD/HIV Risk Behaviuor Surveillance Survey. Result From The Cities of North Jakarta, Surabaya and Manado. Hambali. 2000. “Mensosialisasikan Pendidikan Seks untuk Remaja”. Jender dan Kesehatan Berita Berkala. Vol., no. 6 Juni, hal. 29-30. Kollmann, N. 1998. Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan: Kesehatan Reproduksi Remaja. Edisi 1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia & The Ford Foundation, Jakarta. Muchlas, M. 1997. Perilaku Organisasi I (Organizational Behaviour). PT. Karipta, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi offset, Yogyakarta. Sadik, N. 1997. The State of World Population. UNFPA, New York. Singh, M.M., Devi, R., Gupta, S.S. 1999. Awareness and Health Seeking Behaviourof Rural Adolescent School Girl on Menstrual and Reproduktive Health Problems. Institute of Human Behaviour and Allied Sciences, Shahadara, Delhi. Shanta, S., Eknath, N., Reddy and Singh, K.P. 1996. “Impact of School-Based HIV and AIDS Education for Adolescent in Bombay India”, South Asian Journal Medical Public Health. 27 (4): 693-695.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
38
Stanley, A.L. 1987. Guide to Evaluation of Training. ICPE Training and Development Series, Netherlands. Thomson, C., Currie, C., Todd, J., Elton, R.1999. Changes in HIV/AIDS Education, Knowledge and Attitudes Among Scottish 15-16 year olds, 1990-1994: finding from the WHO: Health Behaviour in School-Aged Children Study (HBSC). Health Education Research. Vol. 14, no. 3. United Nations. 1995. Report of The International Conference on Population and Development (ICPD). Cairo, 5-13 September 1994, New York. Widijanti, W., Fasibah, I.S., Madjid, Q.A.1997. “Kehamilan Usia Remaja”, Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Widodo, A.H.B.1998. Perbandingan Pelatihan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Kader UKGMD dalam Meningkatkan Cakupan Kegiatan. Tesis Tidak diterbitkan. Wirawan, S. dan Amisiamidar. 1996. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Seks. Rajawali Press, Jakarta.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
39