PENGARUH KINERJA KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN BERBASIS NILAI TERHADAP PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA MALAYSIA (Studi di SD, SMP, dan SMK Kabupaten Sanggau)
Oleh: Witarsa SPS S-3 UPI. Prodi Pendidikan Umum/Nilai
Abstract: The quality increasing of human resources in the border area of Indonesia-Malaysia, Sanggau, West Kalimantan, needs to become the main concern that is caused by there are changes that happen continuously as the consequence of global society flow that can erode social-culture values and nationality values. Universitas Pendidikan Indonesia. Educational leadership performance based on values becomes important in order to develop school culture, so that it can filter all negative influences. The aims of the study are to analyze the significant influence directly, even it is partially and simultaneously, or it is effect total influence of educational leadership performance based on values toward the development of school cultures in the border area of Indonesia-Malaysia. The study used quantitative descriptive in form of explanation research. The data were analyzed by using track analysis. From the results of all free variables that become the indicator, it is significant toward the development of school cultures. The research finding form hypothesis-testing is value variable is a dominant variable that influence toward the development of school cultures, and it is found a model of leadership performance based on values toward the development of school cultures in the border area of Indonesia-Malaysia. Keywords: educational leadership performance, values, school cultures
Abstrak: Peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, perlu menjadi perhatian utama disebabkan oleh perubahan yang terjadi terus menerus sebagai konsekwensi arus pergaulan global yang bisa mengikis nilai sosial budaya, nilai kesatuan dan persatuan atau nilai nasionalisme. Kinerja kepemimpinan pendidikan berbasis nilai menjadi penting guna mengembangkan budaya sekolah, agar mampu menyaring berbagai pengaruh negatif yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh signifikan secara langsung, baik parsial dan simultan, maupun pengaruh total efek kinerja kepemimpinan pendidikan berbasis nilai terhadap pengembangan budaya sekolah di wilayah perbatasan IndonesiaMalaysia. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan bentuk penelitian penjelasan, dan teknik analisis data menggunakan analisis jalur. Berdasarkan hasil penelitian semua variabel bebas yang menjadi indikator kepemimpinan pendidikan secara langsung, baik parsial dan simultan, maupun total efek berpengaruh signifikan terhadap pengembangan budaya sekolah. Temuan penelitian dari hasil uji hipotesis adalah variabel nilai merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap pengembangan budaya sekolah, dan ditemukan model kinerja pendidikan berbasis nilai terhadap pengembangan budaya sekolah di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Kata Kunci : Kinerja Kepemimpinan Pendidikan, Nilai, Budaya Sekolah
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
87
PENDAHULUAN
harus dipandang sebagai suatu mekanisme untuk
Kepemimpinan suatu organisasi publik
mengembangkan budaya sekolah dimana saling
memiliki peran strategis terutama dalam mengatur
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-
berbagai tatanan nilai kehidupan sosial budaya,
faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan
politik, keamanan di dalam dan di luar lingkungan
pendidikan di daerah tersebut.
organisasi. Pimpinan merupakan orang terdepan
Dari hasil survey dentifikasi 7 (tujuh) isu
yang harus memiliki kemampuan manajerial,
atau permasalahan kepemimpinan pendidikan dalam
kekuatan memotivasi sumber daya manusia, bersikap
pengembangan budaya sekolah di wilayah
adil, fleksibel terhadap keterbukaan dan perubahan,
perbatasan Indonesia Malaysia yang hendaknya
sehingga secara berkelanjutan menjadi kekuatan
dapat diperioritaskan penanganannya, meliputi: 1)
budaya yang bisa diterima sebagai nilai instrumental
kualitas tenaga pengajar, 2) jumlah tenaga pengajar,
untuk
dalam
3) disiplin, 4) persoalan ekonomi, 6) infra struktur
mengembangkan iklim organisasi yang kondusif serta
yang belum memadai, terutama kondisi jalan menuju
berdaya saing.
sekolah yang jauh di pedalaman, 7) krisis budaya.
berprilaku
dan
bersikap
Khsusunya di wilayah perbatasan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, hendaknya
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai
dikembangkan kinerja kepemimpinan berbasis nilai
berikut: (1) Apakah ada pengaruh signifikan secara
sebagai suatu proses perubahan budaya yaitu:
langsung, baik parsial maupun maupun simultan
Pertama, perubahan yang terjadi terus menerus
kinerja kepemimpinan yang mencakup: kualitas,
sebagai konsekwensi arus pergaulan global yang
Sikap, komunikasi, konsiderasi, tanggap pada
bisa mengikis nilai dasar, seperti nilai kesatuan dan
perubahan, dan komitmen terhadap nilai ?; (2)
persatuan atau lunturnya nilai nasionalisme. Kedua,
Apakah ada pengaruh signifikan secara langsung
usaha meningkatkan pendidikan masyarakat dengan
baik parsial maupun parsial simultan kepemimpinan
implikasi memotivasi budaya sekolah yang terus
yang mencakup: kualitas, Sikap, komunikasi,
berlangsung dalam jangka panjang dengan tujuan
konsiderasi, tanggap pada perubahan, dan komitmen
melestarikan nilai dasar yang semakin paradok
terhadap pengembangan budaya sekolah ?; (3)
dengan
dan
Apakah ada pengaruh signifikan secara total efek
menumbuhkembangkan nilai instrumental seperti
kinerja kepemimpinan yang mencakup: kualitas,
anak usia sekolah yang lebih senang bekerja
Sikap, komunikasi, konsiderasi, tanggap pada
membantu orang tua daripada sekolah karena
perubahan, komitmen dan nilai yang mencakup moral
adanya peluang ekonomi Malaysia. Ketiga,
knowing, moral feeling, moral action terhadap
perbaikan dan atau penataan sistem kelembagaan
pengembangan budaya sekolah di Wilayah
pendidikan diberbagai bidang terutama dari aspek
Perbatasan Indonesia Malaysia Kabupaten
perbaikan organisasi dan regulasi dengan tujuan
Sanggau?; dan (4) Apakah variabel nilai merupakan
memperkaya nilai praksis berdasarkan nilai dasar
variabel yang dominan pengaruhnya terhadap
dan nilai instrumental. Dengan demikian
pengembangan budaya sekolah ?
kebutuhan
ekonomi
pembangunan pendidikan di kawasan perbatasan
88
Tujuan Penelitian, untuk menghasilkan ISSN 1412-565X
kinerja kepemimpinan pendidikan berbasis nilai
(kefisien baku).
dalam pengembangan model budaya sekolah di wilayah perbatasan Indonesia Malaysia Kabupaten
PEMBAHASAN
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat dengan target
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
peningkatan kinerja kepemimpinan pendidikan
menunjukkan hasil validitas semua variable > 0,30
berbasis nilai moral, melalui studi kepala sekolah
dan reliabilitas > 60. Persyaratan regresi yaitu uji
dan guru, dengan target harapan pro aktif atau
asumsi klasik yang mencakup multikolinieritas,
dukungan seluruh pengambil kebijakan pendidikan
heterokedastisitas, dan normalitas data yang
dalam pengembangan model budaya sekolah
menunjukkan terpenuhinya uji asumsi klasik.
Indonesia di wilayah perbatasan
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesisi bahwa variabel kualitas (X1) berpengaruh signifikan
METODE PENELITIAN
terhadap variabel kualitas (Y1). yaitu dengan
Metode penelitian yang digunakan adalah
kontribusi sebesar 22,70 dan sisanya sebesar 71,30
deskriptif kuantitatif, sehingga penelitian ini termasuk
dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel kualitas (X2)
jenis penelitian survey. Sesuai dengan tujuan yang
mempunyai pengaruh langsung yang signifikan
ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menjelaskan
terhadap variabel pengembangan budaya sekolah
hubungan dan pengaruh beberapa variabel yang
(Y2). yaitu dengan kontribusi sebesar 17,20 persen
sudah ditetapkan maka penelitian yang digunakan
dan sisanya sebesar 12,80 persen dipengaruhi oleh
adalah penelitian penjelasan (explanatory research)
variabel lain.
yang menurut Sugioyono (2008:58) “menjelaskan
Searah dengan hasil tersebut di atas, temuan
hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian
penelitian ini bahwa kualitas merupakan salah satu
melalui pengujian hipotesis“.
penentu kinerja kepemimpinan pendidikan di wilayah
Populasi dalam penelitian ini adalah
perbatasan. Menurut Renstra Kementrian
kepemimpinan kepala sekolah dan guru, kecamatan
Pendidikan Nasional tahun 2010-2014 kualitas
Entikong wilayah perbatasan Indonesia Malaysia
kelembagaan termasuk kepala sekolah dan guru,
Kabupaten Sanggau, dengan jumlah populasi 81
menjadi perhatian utama dalam memajukan sumber
orang. Responden yang dijadikan sampel dalam
daya manusia melalui peningkatan kualifikasi dan
penelitian ini adalah individu yang paling bertanggung
sertifikasi pendidik yang mencakup: (1) Peningkatan
jawab dalam kepemimpinan pendidikan khususnya
mutu lembaga pendidikan, tenaga kependidikan
kepala sekolah dan guru.
(LPTK) dan lulusannya; (2) Pemberdayaan Kepala
Teknik Penngumpulan data menggunakan
sekolah dan pengawas Sekolah
angket dan wawancara. Skala pengukuran data
Pentingnya kinerja kepemimpinan
yang digunakan adalah skala likert. Untuk
kependidikan yang berkualitas tidak hanya diukur
keakuratan data dilakukan uji instrumen penelitian
kemampuan kognitifnya, melainkan lebih dari itu
mengenai validitas dan reliabilitas.Teknik analisis
kedewasaan afektif melalui peran nilai dan budaya
data menggunakan analisis jalur yang dilakukan
organisasi yaitu dengan menyadari arti filosofi
dengan teknik analisis regresi linier berganda
manusiawi dan kemajuan suatu peradaban. Di
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
89
Australia masalah kualitas kepemimpinan
pendidikan. Penulis melihat visi dan misi merupakan
pendidikan terjadi pada wanita bukan disebabkan
jantung kegiatan organisasi. Namun penelitian John
oleh kemampuan kognitif, tetapi ketidakyakinan
dan Ricmon dengan hasil penelitian ini bersifat saling
pada kemampuan kematangan afektif. John (2009)
mendukung.
yang melakukan penelitian di Autralia tentang kinerja
Hasil penelitian Kousex & Ponser pada
kepemimpinan pendidikan, dimanan melalui
tahun 1987, tahun 1995 dan tahun 2002 tentang
wawancara, bahwa kepercayaan pemimpin para
sikap sebagai ukuran kinerja kepemimpinan yang
wanita merosot secara terus-menerus dibandingkan
dilakukan pada enam benua yaitu Afrika, Amerika
dengan para laki-laki, yaitu para wanita secara
Utara, Amerika selatan, Asia, Eropa, dan Amerika
umum menjadi lebih tidak yakin tentang kualitas
Serikat, menunjukkan bahwa ciri khas pemimpin
kepemimpinan disebabkan di antara mereka kurang
yang paling dikagumi yaitu jujur, berorientasi ke
nilai-nilai keharmonisan kolektif dan budaya tim
depan, kompeten, membangkitkan semangat,
struktur otoriter, sehingga 800 murid berjuang untuk
cerdas, berwawasan adil, berwawasan luas,
melawan atau mendesak lebih banyak ke struktur
mendukung, dapat dipercaya, dapat diandalkan,
kolektif melalui nilai tim yang unggul.
kooperatif, tegas, imajinatif, ambisius, berani,
Berdasarakan pendapat di atas, hasil penelitian ini mendukung Renstra Kementerian
perhatian, dewasa, setia, pengendalian diri, independen.
Pendidikan Nasional tahun 2010-2014. Kualitas
Riset Kousez & Posner (2004) dilakukan
kepala sekolah dan guru di wilayah perbatasan
terhadap ribuan eksekutif swasta dan pemerintah
perbatasan Indonesia-Malaysia berbasis nilai
(pemimpin birokrasi). Riset tersebut menunjukkan
transparansi, nilai tanggung jawab, nilai profesi, nilai
bahwa para pengikut mengharapkan pemimpin yang
penjaminan mutu, nilai visi dan misi organisasi untuk
mempunyai karakteristik seperti nilai kejujuran,
kemajuan sekolah. Hal ini bisa dilihat dari jawaban
berorientasi
rata-rata responden 3,95 artinya persepsi kepala
membangkitkan semangat pengikut. Kejujuran
sekolah dan guru atas pentingnya nilai dalam dalam
(honest), yaitu sifat yang berhubungan dengan
kepemimpinan pendidikan.
keyakinan bahwa pemimpin dapat dipercaya bisa
ke
depan,
kompeten,
dan
Hasil penelitian ini bila merujuk pada
dipegang kata-katanya atau janji-janjinya, dan
pendapat John (2009) dan Ricmon (2004), ada
pemimpin tidak suka memainkan peranan palsu.
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
Kejujuran akan membangun integritas dari seorang
John, Ricmon, dan penelitian ini menjadikan nilai
pemimpin. Integritas berarti apa saja yang dikatakan
sebagai unsur penting untuk memperkuat fungsi
oleh seorang pemimpin selalu dilaksanakannya.
budaya organnisasi yang harus dihadirkan dalam
Pemimpin yang memiliki integritas akan
kinerja kepemimpinan pendidikan baik dari sisi nilai
menampakkan sikap konsisten dalam kata dan
individu maupun dari sisi nilai organisasi.
tindakan.
Perbedaannya penelitian ini melihat individu dan
Sikap dalam penelitian ini mendukung
organisasi dari sudut pandang individu pada nilai
landasan filosofis pendidikan nasional yang
standar kompetensi, visi dan misi dalam organisasi
menginginkan kepala sekolah dan guru memiliki
90
ISSN 1412-565X
pribadi terpuji mampu menghargai kelebihan dan
Menurut Ura (2009), sitem pengjaran di
kekurangan lingkungan organisasi dengan terus
sekolah, harus dimulai dari sikap kepemimpinan
berupaya mengembangkan nilai efektifitas
pendidikan melalui kepedulian terhadap nilai, sebab
pengelolaan manajemen sekolah berlandaskan
nilai merupakan pusat pemersatu budaya yang
filosofi nilai dalam Pancasila dan Undang-Undang
berfungsi sebagi penyaring dari segala perilaku
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
amoral. Hasil kerja kepemimpinan pendidikan yang
memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. Berdasarkan
berhasil dilihat dari semakin baiknya kepribadian siswa di dalam dan di luar lingkungan sekolah
landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan
dengan membangun kehidupan keluarga yang
nasional menempatkan peserta didik sebagai
harmonis. Menurut Adams et al (2009) yang
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
melakukan penelitian di College of Saint Benedict/
Esa dengan segala fitrahnya dengan tugas
Saint John’s University dengan sampel mahasiswa
memimpin kehidupan yang berharkat dan
tahun pertama fakultas psikologi, dimana hasil
bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral,
penelitian sikapnya berpengaruh signifikan terhadap
berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan
kepemimpinan pendidikan.
merupakan upaya memberdayakan peserta didik
Hasil penelitian ini mendukung pendapat
untuk berkembang menjadi manusia Indonesia
Ura yaitu sikap sebagai bagian dari nilai pendidikan
seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
dengan mendayagunakan suatu pertimbangan yang
memegang dengan teguh norma dan nilai sebagai
harus dilakukan oleh kepala sekolah dan guru,
berikut: (1) Norma agama dan kemanusiaan untuk
menuju suatu hasil standar atau serangkaian prinsip
menjalani kehidupan sehari-hari, baik sebagai
termasuk prinsip moral sebagai amanah yang harus
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu,
dilaksankan oleh kepemimpinan pendidikan di
maupun makhluk sosial; (2) Norma persatuan
wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia, melalui
bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam
pengelolaan nilai efektifitas manajamen sekolah.
rangka memelihara keutuhan bangsa dan Negara
Nilai efektifitas akan terwujud dengan cara
Kesatuan Republik Indonesia; (3) Norma
mengembangkan kebersamaan dan ketentraman di
kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk
dalam dan di luar lingkungan persekolahan.
manusia yang memahami dan menerapkan prinsip-
Alexey et al (2010) menyatakan,
prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan
komunikasi berperan penting dalam mengatasi isu
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan (4)
lokal dan global dalam lingkungan organisasi
Nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin
pendidikan.
terselenggaranya pendidikan yang merata dan
memanfaatkan
bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin
pengembangan
penghapusan segala bentuk diskriminasi dan bias
berkelanjutan. Dari hasil observasi yang dilakukan
gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua
di Rusia dan Amerika, komunikasi meningkatkan
dalam rangka mewujudkan masyarakat berkeadilan
kinerja organisasi pendidikan. Education for
sosial.
sustainable development (ESD) mencakup: (1)
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
Semua
anggota
komunikasi untuk
organisasi
sebagai
pendidikan
alat yang
91
Pengetahuan tentang lingkungan lokal, masyarakat
menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak
dan ekonomi global; (2) Keterampilan
perubahan dari masyarakat berkembang menuju
mengimpelementasikan visi dan misi, keterampilan
masyarakat maju. Pembentukan masyarakat maju
komunikasi dan kemampuan melakukan aktivitas-
selalu diikuti oleh proses transformasi struktural,
aktivitas; dan (3) Nilai komunitas, ketahanan,
yang menandai suatu perubahan dari masyarakat
integrasi, rasa hormat, dan nilai apresiasi
yang potensi kemanusiannya kurang berkembang
keberagaman
menuju masyarakat maju dan berkembang yang
Paul (2007) menyatakan, pendidikan yang
mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara
ideal memberikan ruang lingkup yang luas
optimal. Bahkan, pada era global sekarang,
berkembangnya komunikasi, agar nilai kreativitas
transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang
siswa dalam menyerap berbagai pengetahuan dan
kemudian mengantarkan masyarakat Indonesia
keterampilan memberikan pengalaman yang
pada masyarakat berbasis pengetahuan.
menyenangkan bagi masa depan siswa. Selama ini
Tanggap pada perubahan sebagaimana
komunikasi dalam dunia pendidikan cenderung
yang diusulkan oleh John dan Rey (2009)
terstandarisasi, di mana kebijakan dominan berada
disebabkan oleh isu filosofis di kawasan perbatasan
pada atasan. Waini (2009) menuturkan, lemahnya
Asia, sehingga perlu dilakukan melalui kerja sama
keterampilan komunikasi akan menyebabkan distorsi
atau kolaborasi dari kepemimpinan pendidikan
atau ke salah pahaman terhadap orang lain.
secara kolektif, dengan cara: (a) Merumuskan suatu
Konsiderasi menjadi bagian penting dalam
perubahan dari struktur budaya yang berdiri sendiri,
mengukur kinerja kepemimpinan pendidikan, sebab
menjadi struktur budaya sekolah yang kolaboratif;
Menurut Andrei (2010) sebagai pemakalah di dalam
(b) Meningkatkan dukungan dan peran masyarakat
konfrensi internasional yang membahas tentang
terhadap budaya sekolah yang diusulkan; (c)
Values as Defining Features of the ‘Modern’
Meningkatkan tanggung jawab pada semua unsur
University, bahwa universitas sebagai pendidikan
dalam budaya sekolah; (d) Adanya visi kolektif; (e)
tinggi, sangat penting pendidikan yang memiliki
Mengakui adanya perbedaan-perbedaan dan
peran pertimbangan pada perilaku nilai etis. Peran
kesamaan; dan (f) Kepribadian pemimpinan dalam
ini
proses belajar berfokus pada nilai kepribadian yang
berfungsi sebagai
pemediasi
untuk
menyampaikan nilai etis di lingkungan perguruan
mengikuti kemajuan.
tinggi khususnya kepada mahasiswa dan lingkungan
Tanggap pada perubahan dalam penelitian ini
sosial masyarakat. Misalnya mentransmisikan
sebagai suatu reaksi dari kekuatan arus globalisasi
kepada mahasiswa nilai kebebasan etik kebebasan
yang sulit terbendung. Globalisasi berpotensi pemicu
mimbar, nilai etik pengetahuan, dan hal lain yang
budaya global yang perlu mendapat perhatian dan
berkiatan dengan prinsip penegakan nilai etis.
tanggung jawab semua pihak agar budaya global
Renstra Kementerian Pendidikan Nasional
tidak mengikis jati diri budaya bangsa Indonesia.
tahun 2010-2014. Cita-cita Kemendiknas dalam
Khusus pendidikan di kawasan perbatasan
pembangunan pendidikan nasional lebih
Indonesia Malaysia, sangat perlu menghadirkan
menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu
Pendidikan Umum dan atau Pendidikan Nilai.
92
ISSN 1412-565X
Djahiri (1996:13) secara tegas menjelaskan
terhadap nilai profesi yang diemban guru dalam
bahwa esensi keberdaan dan dikembangkannya
menjalankan amanah kompetensi profesi,
Pendidikan Nilai sebagai salah satu rekayasa
kompetensi pedagogik, komptensi sosial, dan
kependidikan membina dan membentuk SDM
kompetensi kepribadian. Komitmen yang menjadi
(Sumber Daya Manusia) seutuhnya atau pari-purna
ukuran kinerja kepemimpinan pendidikkan di
lahir dan bathinnya. Secara batiniah seseorang
wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia tercermin
disebut sempurna bila berilmu/ pengetahuan tinggi
melalui nilai-nilai organisasi, nilai prestasi kerja, nilai
atau banyak dengan daya pikir yang nalar, memilki
karakter, nilai kinerja, nilai visi dan misi, dan nilai
prinsip diri/hidup yang mantap dengan kepekaan
kebersamaan dalam pengambilan keputusan.
afektual yang responsif-tinggi serta tampilan human relationship yang civilized.
Temuan penelitian, bahwa komitmen sebagai indikator dalam kinerja kepemimpinan
Penelitian ini sangat mendukung pendapat
pendidikan tidak hanya sekedar loyal pada
Djahiri, sebab dari data lapangan dapat dikatakan
organisasi melainkan yang jauh lebih penting adalah
bahwa responden lebih mementingkan tanggap pada
pemaknaan komitmen sebagai filosofi nilai dalam
perubahan sebagai bagian dari pembudayaan nilai
pendidikan yang mencakup: (1) Nilai dalam
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dan guru.
komitmen pendidikan berarti menghargai dan
Tanggap pada perubahan merupakan respon dari
memperkuat siswa, mengagumi diri sendiri,
akibat suatu peradaban budaya yang semakin maju
optimisme, dan menghargai kemampuan siswa,
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
membantu siswa berlatih membuat pertimbangan
teknologi. Tanggap pada perubahan yang ideal harus
serta etika tanggung jawab sosial; (2) Nilai dalam
dimulai dari kepemimpinan pendidikan, agar
komitmen bermakna kepedulian sosial. orang tua
diharapkan dapat membantu siswa berubah
mengharapkan sekolah untuk membantu siswa
sehingga peserta didik mampu bertindak sesuai
memahami serta mengembangkan personal serta
dengan kepribadian dan jati dirinya sebagai anak
tanggung jawab sosial; (3) Keberhasilan pendidikan
Indonesia, dengan cara yang dapat diterima dan
sebagai pembangunan karakter tergantung dari
lebih produktif baik secara individual maupun sosial.
semua pihak yaitu kepala sekolah, guru, dan orang
Tanggap pada perubahan yang menjadi ukuran
tua untuk menyediakan nilai komitmen yang
kinerja kepemimpinan pendidikkan di wilayah
dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan;
perbatasan Indonesia - Malaysia tercermin melalui
dan (4) Variabel nilai (X2) berpengaruh signifikan
nilai budaya organisasi, nilai profesi dan perilaku
terhadap variabel terhadap variabel pengembangan
disiplin, sehinga semakin baiknya budaya kerja
budaya sekolah (Y 2). yaitu dengan kontribusi
kepala sekolah dan guru.
sebesar 52,50 persen. Variabel nilai merupakan
Penelitian ini mendukung pendapat Menzel
variabel yang dominan pengaruhnya terhadap
dan Susanne. Komitmen dalam kepemimpinan
pengembangan budaya sekolah. Dari pengaruh total
pendidikan berperan sebagai suatu sistem perilaku
efek bahwa kinerja kepemimpinan pendidikan lebih
terutama kepala sekolah dan guru yang harus loyal
besar pengaruhnya terhadap pengembangan budaya
atau setia terhadap organisasi pendidikan, loyal
sekolah apabila menyertakan nilai.
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
93
Dengan
merujuk
pada
fokus
sebelumnya dan menambahkan nilai-nilai baru.
pembangunan pendidikan tahun 2010-2014, dari ke
Sebelum sebuah organisasi dapat berkembang dan
enam tata nilai tersebut dipilih yang sesuai dengan
mengartikulasikan norma dan nilai dari para anggota
fokus pada periode ini dan dirangkum dalam satu
kelompoknya, individu-individu harus berpikir dan
kalimat motto Kemendiknas “Melayani Semua
menghabiskan waktu yang cukup untuk menentukan
dengan Amanah”
nilai-nilai personal mereka.
Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini
Khususnya di wilayah perbatasan
antara lain: (1) Menanamkan pendidikan moral yang
Indonesia–Malaysia, keberadaan nilai menjadi
mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti,
perhatian utama kepala sekolah dan guru dalam
kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli
meningkatkan prestasi sekolah. Nilai pada Sekolah
lingkungan, dan peduli ketertiban dalam
direfleksikan dalam penegakan budaya sekolah
penyelenggaraan pendidikan; (2) Mengembangkan
antara lain: (1) 7 K (Keamanan, Kebersihan,
kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft
Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kesehatan,
skills yang meningkatkan akhlak mulia dan
dan kerindangan); (2) 7 M (malu karna datang
menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara;
terlambat pulang cepat, malu karena melihat teman
(3) Menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli
sibuk melakukan aktivitas, malu karena melanggar
lingkungan, dan peduli ketertiban melalui
peraturan, malu karena berbuat salah, malu karena
pembelajaran aktif di lapangan; dan (4) Penilaian
bekerja tidak berprestasi, malu karena tugas tidak
prestasi keteladanan peserta didik yang
selesai tepat waktu, malu karena tidak berperan aktif
mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan
dalam memajukan kebersihan lingkungan; dan (3)
karakter berbangsa dan bernegara.
8 K (kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja
Menurut Sauri (2010) nilai tidak lahir
adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi diri, kerja
dengan cepat, melainkan memerlukan waktu untuk
adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah
mengidentifikasi dan menanamkan keyakinan-
kehormatan, dan kerja adalah pelayanan.
keyakinan. Lebih jauh lagi, nilai-nilai pribadi berubah
Pengembangan dari temuan penelitian
sepanjang waktu. Nilai-nilai tersebut berkembang,
menghasilkan model budaya sekolah Indonesia di
berubah dan secara tetap beralih menuju sebuah
Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia.
kumpulan menjaga nilai-nilai yang telah mapan Tuntunan Normatif Teoritik Budaya Sekolah Kinerja Kepemimpinan Pendidikan Tampilan Budaya Sekolah yang Selayaknya
Nilai Budaya Normatif Baku di Kalbar dan Malaysia
Secara Kurikuler : Nilai
Program : Kurikulum Border
1. Religius
- Standar Komptensi
2. Adat Istiadat
- Kompetensi Dasar
3. Hukum/Perda
- Kompetensi Afektif
4. Agama Ilmu 1. 2. Kebiasaan
Proses : Pengembangan Kurikulum melalui RPP
3. Sopan santun
- Analisis Muatan Materi - Konsep
4. Susila
- Esensi : Personal
5. Kebiasaan 6. Disiplin Sekolah yang Berbudaya Indonesia
Pendidikan Karakter
Feedback
- Ciri-ciri -Pembiasaan -Penerapan - Aturan Fisik : - Analisis Muatan Afektif - Sarana budaya dominan - Nilai - Prasarana searah bud.dominan Kondisi - MoralKehidupan : - -Kerukunan hidup Norma - Toleransi -
Aman, damai
Gambar : 4.11. SMPN 1 Entikong Sebagai Model Budaya Sekolah Indonesia di Wilayah Perbatasan
94
ISSN 1412-565X
Model Budaya Sekolah Indonesia di
Kesehatan, dan kerindangan); (b) 7 M
Wilayah Perbatasan diharapkan dapat meningkatkan
(malu karna datang terlambat pulang
kualitas sumber daya manusia baik itu kepala
cepat, malu karena melihat teman sibuk
sekolah, guru dan staf sekolah dan utamanya siswa
melakukan aktivitas, malu karena
itu sendiri dapat dijadikan dasar dalam upaya
melanggar peraturan, malu karena
memperbaiki iklim sekolah. Model tersebut
berbuat salah, malu karena bekerja tidak
merupakan integrasi dari 2 (dua) komponen utama
berprestasi, malu karena tugas tidak
yaitu: nilai normatif, normatif baku dan tampilan
selesai tepat waktu, malu karena tidak
budaya sekolah Indonesia di Wilayah Perbatasan
berperan aktif dalam memajukan
di Kalimantan Barat dan Malaysia sebagai berikut:
kebersihan lingkungan; dan (c) 8 K (kerja
1. Nilai sebagai kebijakan universal yang mencakup;
adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja
(a) Nilai Religius; (b) Nilai Adat Itiadat; (c) Nilai
adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi
Hukum/Perda; dan (d) Nilai Ilmu.
diri, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni,
2. Norma; (a) Agama; (b) Kebiasaan; (c) Sopan Santun; (d) Susila; (e) Disiplin; dan (f) Pergaulan 3.Tampilan Budaya yang Selayaknya, mencakup: a. Secara Kurikuler
kerja adalah kehormatan, dan kerja adalah pelayanan. d. Kondisi Kehidupan: (1) Kerukunan hidup; (2) Toleransi; dan (3) Aman damai
1) Program Kurikulum Border: (a) Standar
Budaya sekokah adalah suatu cara hidup
Kompetensi; (b) Kompetensi Dasar; dan
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
(c) Kompetensi Afektif
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
2) Proses: Pengembangan Kurikulum melalui
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
RPP: (a) Analisis muatan materi; (b)
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
Konsep yang mendukung kompetensi; (c)
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
Esensi muatan materi; (d) Ciri-ciri muatan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
materi; dan (e) Aturan muatan nilai
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
3) Analisis Muata Afektif, mencakup: (a) Nilai; (b) Moral; dan (c) Norma b. Sacara Personal, yaitu: (1) Pembiasaan; dan (2) Penerapan c. Lingkungan fisik sekolah meliputi:
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
1) Sarana budaya dominan, yaitu: (a)
dipelajari. Demikian halnya budaya diperbatasan
Bangunan sekolah berciri Rumah
merupakan suatu pola hidup menyeluruh yang
Panggung; dan (b) Paling tidak Gerbang
menjadi ciri khas, artinya kita tidak boleh mencabut
dan Pagar Sekolah berciri etnis dayak
akar budaya dayak, melayu, dan budaya nusantara
2)
Prasarana searah budaya dominan:
lain, tapi dalam konteks budaya Indonesia, maka
(a) 7 K (Keamanan, Kebersihan,
etnis dayak harus menyatu dengan budaya nasional.
Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan,
Sebaliknya Negara harus menjaga dan
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
95
melestarikan budaya etnis Dayak sebagai bagian
perubahan, komitmen dan nilai yang mencakup
penting dalam menjaga nilai-nilai persatuan.
moral knowing, moral feeling, moral action terhadap pengembangan budaya sekolah di
KESIMPULAN
Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia
1. Pengaruh langsung dari kualitas kepemimpinan
Kabupaten Sanggau. Implikasi dari pengaruh
pendidikan di wilayah perbatasan yaitu
total efek adalah kedudukan nilai sebagai
terdapatnya standar nilai suatu kebijakan.
kekuatan dasar dalam membentuk dan
Pengaruh langsung dari sikap yaitu sebagai
mengembangkan budaya sekolah
bagian dari nilai pendidikan dengan
3. Nilai budaya di wilayah perbatasan merupakan
mendayagunakan suatu pertimbangan yang
variabel yang dominan pengaruhnnya terhadap
harus dilakukan oleh kepala sekolah dan guru,
pengembangan budaya sekolah. Nilai-nilai yang
menuju pada suatu hasil standar atau
dapat dikembangkan dalam kepemimpinan
serangkaian prinsip termasuk prinsip moral
pendidikan adalah nilai-nilai nurani (values of
sebagai amanah yang harus dilaksanakan oleh
being) yang meliputi ketaqwaan kepada Tuhan
kepemimpinan pendidikan. Pengaruh langsung
YME, kejujuran, rasa percaya diri, kesabaran,
dari komunikasi yaitu berperan sebagai perekat
ketertiban, dan keberanian. Sedangkan nilai-
dalam menyampaikan pesan-pesan moral di
nilai yang memberi (values of giving) meliputi
dalam dan di luar lingkungan sekolah. Pengaruh
kesetiaan, dapat dipercaya, menghormati,
langsung dari konsiderasi yaitu sebagai jembatan
empati dan simpati, kasih sayang, ramah, dan
perilaku ini membentuk kesepahaman tentang
adil.
nilai-nilai kehidupan dalam organisasi yang
4. Model budaya sekolah Indonesia di wilayah
dijalankan secara bersama-sama. Pengaruh
perbatasan harus terintegrasi dengan sistem
langsung dari tanggap pada perubahan yaitu
nilai, sistem budaya, dan sistem sosial
sebagai bagian dari pembudayaan nilai.
masyarakat yang dominan, yang kemudian
Pengaruh langsung dari komitmen yaitu loyal
diinternalisasikan dalam kehidupan masyarakat
terhadap nilai profesi.
persekolahan sebagai jendela terwujudnya
2. Ada pengaruh signifikan secara total efek kinerja kepemimpinan yang mencakup: kualitas, Sikap,
pendidikan karakter di pintu gerbang darat internasional.
komunikasi, konsiderasi, tanggap pada
96
ISSN 1412-565X
DAFTAR PUSTAKA Abreu, J. L. y M. Badii (2006), Ethical Leadership Based on Zoroastrian Values. International Journal of Good Conscience. 1(1) : 9a-20a. March 2006 – September 2006. ISSN 1870-557X Adams, Laura., Donald B, Fischer., Maribeth, Ovarland (2010) Leadership Attitudes and Beliefs of Incoming FirstYear College Students. Journal of Leadership Education. Valume 9, Issue 1, Winter, p 1-15. ISSN 1552-9045 Adams, Howard A (2009) Effective Transformation Teams: The influence of Values and Transformational Leadership. EDAMBA paper – Advanced stages stream. July P 1 - 28 Alexey, Kudryavtsev., Marianne, Krasny., Sitawi, Jahi., Marina Doroshenko., Nadezda Usova. (2010) Communication across continents: Integrating local and global understanding in ESD. USA. Cornell University Andrei, Marga (2010) Ethics and Values in Higher Education in the Era of Globalisation: What Role for the Disciplines?. Vilnius, Lithuania. Mykolas Romeris University. International Conference, 24-26 June, 2010 Ananthamurthy, U.R (2005) Integration of Culture Education in The School Curriculum. A Report Committee of Central Advisory Board of Education Ministry of Human Resource Development Government of India, p 1 - 70 Amarji Kaur (2004) Crossing Frontiers: Race, Migration and Border Control in Southeast Asia. International Journal on Multicultural Societies (IJMS), Vol. 6, No. 2, 2004: 202 – 223 ISSN 1817-4574, As’ad, M.(1998) Psikologi Industri. Edisi kelima, Cetakan Kelima. Yogyakarta: Liberty, Aswandi. (2008). Kepemimpinan Berbasis Nilai. http://www.google.com/ (2 Januari 2010) Bertens, K. (2004). Perspektif Etika, Esai-Esai tentang Masalah Aktual. Bandung: Kanisius Bakri, M. (ed). 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan Teoritis dan Praktis, Lemlit Iniversitas Islam Malang. Beatty, Brenda R (2000). The emotions of educational leadership: breaking the silence. International Journal Leadership In Education, Vol 3 No 4, p 331-357. ISSN 1360-3124 Bennis, Warrem & Robert Townsend (1998). Reinventing Leadership: menciptakan kembali Kepemimpinan. Terjemahan. Batam: Internasional Bernadin, H. John & Russel, E.A (1997) Human Resources Management, An Experiental Approach, Mc Graw Hill International Editions, Mac Graw Hill Book Co. Singapore Blanchard. (2001). The Heart of A Leader. Jakarta: Gramedia Budiyono, Kabul (2007). Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta Burt, Nanus. (2001). Visionary Leadership, Jakarta: Gramedia Caroline H. Liu (2007), Transactional, Transformational, Transcendental Leadership: Motivation Effectiveness and Measurement of Transcendental Leadership. School of Policy, Planning, and Development University of Southern California Los Angeles, California USA. Workshop Six: Ethical Leadership in the Context of Globalization Crippen, Carolyn (2005) The Democratic School: First to serve, then to lead. Canadian Journal of Educational Administration and Policy, Issue #47, December 5, 2005. p 1 - 17 Cherrington, David J (2000) Organizational Behaviour, The Management of Individual and organization Performance; Boston, London, Toronto, Sedney, Tokyo, Singapore Brigham Young University, Allyn and Bacon; Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007. Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah (materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta
BIODATA SINGKAT Penulis adalah Mahasiswa SPS S-3 UPI. Prodi Pendidikan Umum/Nilai Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1, April 2011
97