KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN BRAND EXTENSION UNTUK PRODUK BARU Wijayanti Abstrak Perusahaan harus memilih strategi brand yang tepat bagi perusahaan. Ada dua strategi yaitu line extension dan brand extension. Dalam artikel ini hanya akan dibahas tentang brand extension. Selain itu, ada dua pandangan yang berlawanan dari para peneliti tentang efek brand extension. Pertama, ada efek positif dari brand extension. Kedua, efek negatif dari brand extension. Tujuan artikel ini adalah melihat konsep brand extension yang didapat dari literatur penelitian-penelitian yang sudah ada. Key words: Brand, brand extension Pendahuluan Penggunaan
brand
merupakan masalah utama dalam strategi produk (Kotler, 2003). Ada beberapa pengertian brand dari para peneliti. Martinez dan Pina (2003) menyebutkan
bahwa
brand
merupakan salah satu aset perusahaan yang penting. Menurut Kotler dan Keller (2006), merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau
kombinasi
semuanya
untuk
mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual serta untuk membedakan barang atau jasa dari pesaing. Lebih jauh lagi dikatakan oleh Retnawati (2003)
bahwa
brand
merupakan
“janji”
perusahaan untuk secara konsisten memberikan
gambaran,
semangat,
dan pelayanan kepada konsumen. Brand strategis
bagi
menjadi suatu
sangat
perusahaan
dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi penjual (Retnawati, 2003). Menurut Kotler (2003), ada lima
manfaat.
memudahkan
Pertama,
brand
penjual
untuk
memproses pesanan dan menelusuri masalah. Jika ada konsumen yang menginginkan produk tertentu, maka dengan menyebutkan mudah
band
mendapatkannya.
akan Kedua,
nama brand memberikan ciri-ciri 1
produk yang unik dan perlindungan
dalam kategori produk yang sama
hukum (hak paten). Perusahaan yang
dengan menggunakan brand yang
mempunyai produk dengan brand
sama (Kotler, 2003). Perbedaan yang
tertentu akan terlindungi oleh hokum
ada hanya pada selera, bentuk, warna,
jika ada pihak lain yang mencoba
dan ada unsur tambahan, serta ukuran
meniru
kemasan yang baru. Brand extension
brand
tersebut.
Ketiga,
manajemen brand yang efektif akan
merupakan
strategi
memunculkan loyalitas konsumen.
menggunakan
nama
Perusahaan
mengetahui
sudah ada untuk meluncurkan produk
kompetitor yang mencoba masuk ke
dengan kategori yang lain (Kotler,
dalam pasar dengan produk yang
2003). Dalam artikel ini, penulis akan
hampir sama. Selain itu, dengan
fokus
manajemen tersebut, brand akan
Menurut
mampu
dapat
terdahulu, bahwa ada kemungkian
meningkatkan penjualan. Keempat,
dengan melakukan brand extension
brand
dalam
memunculkan efek negatif dan efek
melakukan segmentasi pasar. Kelima,
positif. Berdasarkan fenomena di
brand dapat membantu membangun
atas, dalam tulisan ini penulis hanya
image perusahaan. Image yang baik
ingin melihat dan membandingkan
akan mudah diingat oleh konsumen.
konsep brand extension yang didapat
Hal yang sama diungkapkan oleh
dari
Retnawati (2003) bahwa manajemen
yang sudah ada.
akan
bersaing
dapat
dan
membantu
pada
literatur
dengan
brand
brand
yang
extension.
penelitian-penelitian
penelitian-penelitian
brand sangat diperlukan perusahaan dan bukan merupakan pekerjaan yang sederhana. Alasannya karena banyak kompetitor yang masuk ke pasar dengan
memperkenalkan
produk
yang siap bersaing.
line
extension
Pengertian brand extension Saat menggunakan
Ada keputusan strategi brand yaitu
Brand Extension
dan brand
extension. Line extension terdiri atas pengenalan jenis produk tambahan
ini, brand
perusahaan extension
sebagai strategi meluncurkan produk baru di pasar ( Martinez dan Pina, 2003). Hal senada juga dikatakan oleh Chen dan Liu (2004) bahwa 2
brand extension digunakan untuk
kinerja
peluncuran produk baru. Sebagai
berkaitan
contoh brand extension
maupun kategori produk.
stategi
brand
adalah
Hal
dengan
itu
dapat
fisik
produk Kedua
yang
adalah manfaat. Manfaat berkaitan
dilakukan oleh Honda. Perusahaan
dengan kepuasan konsumen. Manfaat
tersebut menggunakan satu brand
sering
untuk
Honda
fungsional dan experiental/simbolik
mobil,
(Pitta dan Katsanis, 1995). Ketiga
banyak
merupakan motor,
extension
produk.
produk.
brand
untuk
pemotong
rumput,
dan
diklasifikasikan
adalah
sikap
sebagai
terhadap
brand.
beberapa produk lain dengan jenis
Menurut Aspari dan Hastjarjo (2000),
yang berbeda.
sikap
Brand
extension
dihubungkan
dengan brand image
merupakan
suatu
respon
individu terhadap suatu obyek sikap. Dengan kata lain, sikap terhadap brand merupakan respon individu
Hal yang berkaitan dengan
terhadap
brand
yang
memiliki
extension adalah persepsi konsumen
elemen seperti nama merek, logo,
dan evaluasi dari brand extension
simbol,
serta core brand. Hal ini terkait
Menurut Aspari dan Hastjarjo (2000)
dengan brand image sebuah produk.
sikap
Brand image merupakan alasan dan
kecenderungan
persepsi
konsumen
mengevaluasi suatu brand dalam
terhadap brand sebuah produk (Law
bentuk menguntungkan dan tidak
dan Liu, 2000). Brand image meliputi
menguntungkan.
emosional
fungsi dan simbol dari produk. Menurut Pitta dan Katsanis (1995), brand image meliputi tiga dimensi yaitu
favorability,
kekuatan,
dan
keunikan dari asosiasi brand. Keunikan dibagi ke dalam tiga kategori (Pitta dan Katsanis, 1995). Pertama adalah atribut yang secara umum dihubungkan dengan
karakter,
terhadap
dan
kemasan.
brand seseorang
sebagai untuk
Brand extension dan kualitas Martines dan Pina (2003) mengatakan bahwa brand extension terkait dengan kualitas. Lebih lanjut diungkapkan bahwa brand extension akan membuat bingung konsumen sehingga
akan
membahayakan
perusahaan. Jika image yang baik 3
tehadap melekat
produk
terdahulu
dengan
baik
sudah dibenak
berbicara tentang brand, maka akan terkait
juga
dengan
konsumen, maka jika produk baru
konsumen
yang diluncurkan kalitasnya buruk
produk. Menurut alreck dan Settle
akan
(1999), ada enam mode yang berbeda
mempengaruhi
image
keseluruhan produk. Oleh karena itu, brand image merupakan faktor yang fundamental untuk memahami sikap terhadap brand extension (Martinez et al. 2008). Image positif brand akan mempengaruhi konsumen. Alker dan Alvazer
1995
memproposisikan
tentang
preferensi
brand
suatu
dalam preferensi konsumen: 1. Need association; produk dan brand dihubungkan dalam
satu
kebutuhan
melalui asosiasi. 2. Mood association; mood
bahwa brand image terdiri dari tiga
digabungkan
dimensi yaitu, nilai, personality, dan
produk dan brand melalui
organisasi. Nilai meliputi manfaat
asosiasi.
dari produk tersebut. Personality mengacu pada simbol dan manfaat emosional dari brand. Komponen organisasi berkaitan dengan image
dalam
3. Subconcious
motivation;
simbol yang digunakan untuk
memotivasi
konsumen,
dan tujuan perusahaan. 4. Behavior Effect of fit dalam brand extension Menurut Grime et al. (2002),
konsumen untuk
modivication; dikondisikan
membeli
brand extension terkait dengan effect
memanipulasi
of
pemberian reward.
fit
(efek
dari
kecocokan).
Kecocokan berarti kesamaan kategori produk
dari
parent
brand
dan
extension. Selain itu, kesamaan antara image parent brand dengan extension (Grime et al. 2002). Kecocokan
5. Cognitive
dengan
kata
dan
processing;
perceptual dan hambatan kognitif dihadapi untuk menciptakan sikap yang menguntungkan.
penting untuk evaluasi konsumen dalam mengevaluasi core brand. Jika 4
6. Model emulation; model lifestyle
yang
diperlihatkan
nama brand suatu produk kehilangan
ideal
posisi dibenak konsumen. Di bawah
untuk
ini matrik dari pembagian nama
konsumen sehingga dapat
brand
dan kategori produk yang
dibandingkan.
dikutip dari Tauble’s 1987 dalam Aubler dan Styles 1991.
2.5. Efek positif dan negative dari brand extension Ada
dua
pandangan
berlawanan tentang efek strategi brand extension yaitu efek negatif Sumber : Taubler’s dalam dan
brand extension dan efek positif
Styles 1991.
brand extension. Menurut Martinez dan Pina (2003), brand extension
Chen dan Liu (2004) berbeda
menurunkan risiko kegagalan produk
dari pendapat dari Martines dan Pina,
karena menerima
konsumen
akan
lebih
kedua
produk
baru
yang
bahwa
ahli
tersebut
brand
mengatakan
extension
akan
diluncurkan karena sudah mengetahui
berdampak positif. Strategi akan
brand sebelumnya tetapi juga ada
memberikan
efek negative bagi konsumen. Hal
mengurangi perkenalan dan biaya
yang sama dikemukakan oleh Sharp
iklan dari produk baru. Perusahaan
(1991), penggunaan brand extension
tidak
untuk
besaran di media karena brand dari
produk
baru
adalah
manfaat
karena
membutuhkan iklan besar-
mengurangi risiko dan mengurangi
produk
biaya.
masyarakat. Pengiklanan di media Berbeda dengan pernyataan
Kotler (2003), brand extension yang terlalu banyak akan mengakibatkan
tersebut
sudah
membutuhkan biaya Apalagi
jika
produk
dikenal
yang besar. diiklankan
melalui media televise.
brand dilution. Brand dilution berarti 5
Menurut
Chen
dan
Liu
brand. Step down adalah produk baru
(2004), strategi brand extension ada
diperkenalkan dengan harga dan
dua yaitu vertikal dan horisontal.
kualitas lebih rendah dari core brand.
Brand extension secara horisontal
Vertikal
adalah nama brand yang sudah ada
membantu
diterapkan untuk memperkenalkan
pada peluncuran brand extension
produk baru dihubungkan dengan
(Kim dan lavack, 1996).
kelas produk di dalam perusahaan. Brand
extension
secara
vertikal
termasuk memperkenalkan perluasan produk dalam kategori produk yang
penerimaan
1. Kanibalisme
terhadap
penjualan core brand 2. Menyuramkan
brand extension secara vertikal (Chen
3. Feedback
2004).
konsumen
cara (Kim dan lavack, 1996);
brand
Liu,
akan
dapat merugikan brand inti dengan 3
Ada dua kemungkinan pilihan dalam
dan
extension
Step down brand extension
sama sebagai brand inti tetapi ada perbedaan harga dan level kualitas.
brand
Pertama,
nama
core
negatif
dari
franchice core brand
diperkenalkan dengan harga dan level
Dalam step down brand extension,
kualitas lebih rendah dari brand inti.
risiko
Kedua, produk baru diperkenalkan
utama. Alasannya adalah konsumen
dengan harga dan level kualitas lebih
dapat
tinggi dari core brand .
kualitas produk pada harga yang
oleh
Hal senada juga dikatakan
lebih
(Kim
membeli
rendah.
adalah
produk
Jika
yang
dengan
konsumen
Lavack,
1996),
memperoleh produk dengan kualitas
extension
dapat
yang hampir sama dan harga lebih
dilakukan dengan dua cara yaitu step
rendah, maka risiko kanibalisme akan
up atau step down. Vertical brand
terjadi. Menurut Buday (1986), risiko
extension
merupakan
strategi
kanibalisme ada dua macam:
atractive
perusahaan
untuk
vertikal
dan
kanibalisme
brand
1. brand
extension
dengan
meningkatkan profit (Lim dan lavack,
bentuk produk yang terpisah.
1996). Step up adalah produk baru
Kanibalisme
diperkenalkan dengan kualitas dan
mempunyai risiko yang lebih
harga yang tinggi dari pada core
kecil.
semacam
ini
6
2. brand
extension
kategori
produk
dengan yang
terpisah. Selain
itu,
1996, hal tersebut dapat diatasi dengan
teknik
distancing
yaitu
memanipulasi brand extension dari
produk
baru
yang
core
brand.
Selian
itu
untuk
diluncurkan dengan kualitas yang
melindungi core brand dari vertikal
lebih rendah akan menyuramkan
extension.
nama core brand ( Kim dan Lavack,
Teknik untuk melindungi core
1996). Hal tesebut menyebabkan
brand
prestige dari core brand akan pudar.
dengan
Core brand yang semula dianggap
distancing
oleh konsumen mempunyai kualitas
pengiklanan, promosi penjualan dan
yang bagus akan pudar dengan
pengepakan (Kim dan Lavack, 1996).
munculnya brand extension dengan
Grapichal distancing bisa dilakukan
harga yang lebih rendah. Perusahaan
dengan
akan mengalami kerugian jika core
Ukuran tulisan yang diperkecil atau
brand yang sudah sukses dibangun
diperbesar
akan kehilangan pasar.
menyamarkan
brand
extension
dengan
brand.
Linguistic
dilakukan
dengan
kata
untuk
Step
up
extension
juga
tersebut
dapat
grapichal
dilakukan
dan
yaitu
linguistic
teknik
dalam
memanipulasi
dapat
core
ukuran.
membantu
berpotensi merugikan core brand.
distancing
Brand extension yang mempunyai
menggunakan
harga di atas core brand akan
memanipulasi brand extension dari
membingungkan konsumen dan tidak
core brand. Pengiklanan dengan
yakin akan karakter dan image dari
menggunakan kata-kata yang berbeda
core brand (Kim dan lavack, 1996).
diharapkan
Konsumen
brand extension. Meskipun demikian,
akan
bingun
dengan
posisi kualitas dari core brand.
keputusan
Konsumen
seharusnya
akan
mempertanyakan
mampu
memanipulasi
untuk
distancing
dihubungakan
dengan
kualitas dari core brand yang selama
tujuan strategik perusahaan (Kim dan
ini sudah terbentuk terlebih dahulu.
lavack,
1996).
Perusahaan
Konsumen akan menganggap bahwa
dengan
mudah
dapat
core brand mempunyai kualitas yang
brand begitu saja. Image yang sudah
buruk. Menurut Kim dan Lavack
tertanam di benak konsumen akan
tidak
mengganti
7
sulit diubah. Selain itu, perusahaan
risiko yaitu risiko extension dan
harus mengeluarkan banyak biaya
risiko
jika mengganti brand. Perusahaan
meliputi estimasi yang berlebihan
harus mengeluarkan biaya untuk
terhadap manfaat dan kurang layak
merancang brand tersebut dan akan
dalam keberadaan brand
mengeluarkan
untuk
Risiko brand
dapat
kanibalisme terhadap lini yang ada,
pengiklanan dikenal
biaya kembali
konsumen.
menggunakan
agar
Keefefektifan
distancing
brand . Risiko extension
tersebut.
meliputi dilution,
dan ineffisiensi logistik.
akan
Karakteristik
dari
brand
mengurangi dilution sehingga risiko
extension meliputi perluasan konsep
kegagalan produk baru dan samarnya
yang konsisten dengan parent brand,
core
brand
brand
akan
dapat
diminimalisasi.
berurutan
Peneliti lain yaitu Aubler dan Styles
(1991)
extension
juga
mengatakan
dari
diluncurkan
peluncuran,
dan
berdampak pada pemilihan pemilihan strategi komunikasi. Brand diterima
oleh
akan
bahwa ada manfaat dalam brand
mudah
extension. Ada dua manfaat yaitu
apabila
untuk effectivenes dan efficiency.
strategi komunikasi yang tepat dalam
Manfaat efisiensi meliputi biaya yang
mengirimkan
rendah untuk membangun kesadaran
konsumen melalui brand. Brand
konsumen akan sebuah brand
dan
extension juga berhubungan dengan
efisien dalam mengkomunikasikan
parent brand (Reast, 2005). Parent
brand
tersebut pada konsumen.
brand yang diperluas dalam kategori
Manfaat efektifitas yaitu penerimaan
produk yang tidak sama konsumen
yang tinggi dari konsumen. Brand
akan
yang mempunyai kualitas yang baik
tersebut (Wu dan Yen, 2007). Faktor-
akan lebih mudah diterima oleh
faktor yang menentukan kesuksesan
konsumen jika ada produk baru
brand extension diasumsikan bahwa
dengan brand yang sama. Meskipun
brand
demikian, Aubler dan Styles (1991)
asosiasi. Parent brand asosiasi dapat
juga mengungkapkan adanya risiko
mempengaruhi reaksi konsumen pada
tentang brand extension. Ada dua
brand extension. Brand association
perusahaan
kurang
konsumen mempunyai
pesan
menerima
kepada
brand
merupakan akumulasi dari
8
merupakan kategori dari aset brand
pelanggan terhadap brand dari yang
dan liabilititas yang dihubungkan
terendah sampai yang tertinggi yaitu;
dengan memori (Low and Lam,
1. Konsumen akan mengganti
2000).
brand karena lasan harga Brand
assotiation
penting
seningga tidak ada loyalitas
bagi kedua belah pihak yaitu pemasar
terhadap
dan
Konsumen
konsumen.
menggunakan
Pemasar
tersebut.
tipe
ini
akan
association
mengganti brand ketika ada
untuk membedakan, memposisikan,
produk lain yang lebih murah.
dan
brand
brand
memperluas
memunculkan
brand
merasa
puas
sehingga tidak ada alasan
felling konsumen terhadap brand
untuk berpindah ke brand
(Low
yang lainnya.
Lam,
positif
2. Konsumen
dan
dan
sikap
untuk
2000).
Sikap
merupakan suatu respon individu
3. Konsumen merasa puas dan
terhadap suatu obyek sikap. Jadi
merasa rugi apabila berganti
dapat
brand.
dikatakan
bahwa
sikap
terhadap brand merupakan respon individu
terhadap
brand
yang
memiliki elemen seperti nama brand, logo
dan
simbol,
karakter
4. Konsumen menghargai brand tersebut. 5. Konsumen
dan
terikat
dengan
brand tersebut sehingga tidak
kemasan (Aspari dan Hasjarjo, 2000).
ada
kemungkinan
Konsumen akan memunculkan dua
berpindah brand.
sikap yaitu positif dan negatif. Lebih
Konsumen
untuk
menggunakan
lanjut, Aspari dan Hasjarjo (2000),
brand asosiation untuk membantu
mendefinisikan sikap terhadap brand
proses,
sebagai
mendapatkan
kecenderungan
seseorang
mengorganisasikan kembali
dalam
dalam bentuk menguntungkan atau
pembelian kembali (Low dan Lam,
tidak
2000).
(favorable-
Jika
serta
informasi
untuk mengevaluasi suatu brand
menguntungkan
memori
dan
persepsi
keputusan
konsumen
unfavorable), dan dalam bentuk baik
terhadap parent brand positif maka
atau
akan
buruk.
(2003),
ada
Menurut lima
Retnawati
level
sikap
mempengaruhi
persepsi
konsumen tentang brand extension. 9
Persepsi yang muncul adalah persepsi positif. Brand association merupakan segala kesan yang muncul dan terkait dengan ingatan konsumen mengenai suatu brand (Haryanto, 2001 ). Brand association mencerminkan pencitraan suatu brand terhadap suatu kesan tertentu
dalam kaitannya dengan
kebiasaan,
gaya
hidup,
Konsumen
manfaat,
akan
atribut, produk, geografis, harga,
brand
pesaing, selebriti dan lain-lainnya.
konsumen mempunyai kepercayaan
Suatu brand yang telah mapan sudah
akan
pasti akan memiliki posisi yang lebih
penjelasan yang terpercaya (Reast
menonjol dari pada pesaing, bila
2005). Menurut Ham (2001) dalam
didukung oleh assosiasi yang kuat (
Fajrianthi
Haryanto, 2001).
keberhasilan
Menurut Reast (2005), brand extension
juga
terait
dengan
extension
mencoba
brand
tersebut
tersebut
dan
jika
dan
farrah
brand
ada
2000, extension
dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Similarity ( kesamaan) yaitu
kepercayaan. Konsumen yang sudah
konsumen
percaya akan brand
bahwa produk hasil brand
mudah
untuk
perusahaan.
tertentu akan
dikelola
oleh
Kepercayaan
berhubungan dengan kredibilitas dari brand tersebut. Dua komponen dalan kepercayaan
terhadap
brand
digambarkan oleh Reast (2003).
extension
menganggap
mempunyai
kualitas yang sama dengan brand aslinya. 2. Reputation produk
yang
(reputasi); mempunyai
posisi yang kuat di pasar akan memberikan pengaruh pada brand extension. 3. Perceived
risk,
mengimplikasikan pengetahuan konsumen yang tidak pasti tentang produk. 10
4. Innovativeness
yaitu
terlihat kabur atau suram. Efek
kemauan konsumen untuk
positifnya antara alain brand akan
menerima
baru.
mudah dikenal oleh konsumen karena
diharapkan
core brand telah lebih dulu ada di
produk
Perusahaan
mampu menarik konsumen
pasar.
yang innovativeness untuk keberhasilan
brand
extension. Konsumen yang innovativeness
mempunyai
rasa ingin tahu yang besar pada sebuah produk baru. Jadi, perusahaan dapat memilih
DAFTAR PUSTAKA Alreck, P.L. and Settle, R.B (1999) “Strategies for building consumer brand preference,” Journal of Product & Brand Management, Vol. 8 No, 2, pp. 130-144.
brand extension dengan berbagai macam konsekuensi negative dan positif.
Brand
extension
dapat
digunakan untuk strategi peluncuran produk baru, sehingga produk baru tersebut cepat dikenal masyarakat luas. Disamping keuntungan yang didapatkan, perusahaan juga harus berhati-hati
dengan
Ambler, T. and Styles, C. (1997), “Brand development versus new product development: toward aprocess model of extension decision,” Journal of Product & Brand Management, Vol 6 No. 4, pp. 222-234. Apsari, F. Y. dan Hastjarjo, T.D. (2000), “Sikap Terhadap Merek Yang Dikondisikan Secara Klasik”.
terjadinya Buday, T. (1989). “Capitalizing on Brand Extension,” The Journal of Consumer Marketing, Vol.6 No. 4.
kanibalisme dan dilution.
3. Kesimpulan
yang harus dipertimbangkan. Efek
Chen, K.F. and Liu, C.M. (2004), “Positive brand extensiontrial and choice of parent brand,” Journal of Product & Brand Management, Vol 13, No.3, pp. 25-36.
negatif dari brand extension yang
Fajrianthi
Perusahaan seharusnya berhatihati
dalam
menentukan
strategi
brand. Ada efek negatif dan positif
paling
utama
adalah
terjadinya
kanibalisme. Selain itu, akan terjadi dilution
yaitu
core
brand
and Farrah, Z. (2005), “Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas konsumen, “Fakultas Psikologi Universitas
akan 11
Airlangga: INSAN Vol. 7 No. 3. Grime, I.; Diamantopoulus, A; Smith, G. (2002), “Consumer Evaluation of Extensions and their effect on The Core Brand, “ European Journal of Marketing, Vol.30 No, 11/12, pp. 1415-1438. Haryanto, D. (2001), “Brand Equity: The Way to Boost Your Marketing Performance,”Marketing Quotient Community: http://www.mqc.cjb.net. Kim, C.K. and Lavack, A.M. (1996), “Vertical brand extensions: current research and managerial implications,” Journal of Product & Brand Management, Vol 5 No 6, pp. 24-37. Kotler,
P. (2003), Marketing Management, 11th ed. Upper Saddle River, NJ: PrenticeHall, Inc.
Kotler, P. and Keller. K.L. (2006), Marketing Management, 12th ed. Pearson Education International; Prentice-Hall, Inc Low, G. S. and Lamb Jr. C.W, (2000), “The measurement and dimensionality of brand associations,” Journal of Product & Brand Management, Vol. 9 No. 6, pp. 350-368. Martinez, E. and Pina, J.M. (2003), “The negatif Impact of Brand extension on parent brand
image, “Journal of Product & Brand Management, Vol 12, No 7, pp. 432-448. Martinez, E.; Polo, Y,; Chernatony, L. (2008). Effect of brand extension strategies on brand image A comparative study of UK and Spanish markets, ” International Marketing Review, Vol. 25 No 1, pp. 107137. Pitta, A.D. and Katsanis, L.P. (1995), “Understanding brand equity forsuccessful brand extension,” Journal Of Consumer Marketing, Vol. 12, No. 4, pp. 51-64. Reast, J.D. (2005), “Brand Trust and Brand Extension Acceptance: The Relationship,” Journal of Product & Brand Management, 14/1, pp. 4–13. Retnawati, B.B. (2003), “Strategi Penguatan Dan Revitalisasi Merek Menuju Pengelolaan Merek Jangka Panjang,” USAHAWAN, NO. 07, XXXII Juli. Sharp, B.M. (1991), “The Marketing Value of Brand extension,” Marketing Intelligence & Planning, Vol. 9 No. 7, pp. 913. Wu, C. and Yen, Y.C. (2007), “How the strength of parent brand associationsinfluence the interaction effects of brandbreadth and product similarity with brandextension evaluations,” Journal of Product & Brand 12
Management, 16/5, pp. 334– 341.
13