KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENELITIAN KUALITATIF
Kendala umum yang kerap dihadapi peneliti adalah keterbatasan waktu, tenaga, dana dan peralatan. Ragam kendala ini memang bersifat relatif antarpeneliti. Waktu satu tahun barangkali tidak terlalu menjadi masalah bagi seorang peneliti, namun bagi peneliti yang lain barangkali waktu yang satu tahun itu dipandang terlalu lama atau bahkan terlalu singkat. Contoh yang sama bisa pula diterapkan pada ragam kendala yang lain seperti jumlah tenaga peneliti, anggaran yang disediakan untuk penelitian dan peralatan pendukung pelaksanaan penelitian. Satu hal yang jelas, kendala-kendala itu bisa muncul saat suatu aktivitas penelitian direncanakan, dilakukan dan hasilnya dilaporkan dan tergantung pada beberapa penyebab. Penelitian perseorangan biasanya hemat dalam tenaga dan dana, namun bisa jadi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penuntasannya. Meskipun demikian, penelitian perseorangan memiliki keunggulan dalam hal kedalaman dan kecermatan pelaporannya. Sebaliknya penelitian tim atau kelompok lebih bisa diandalkan dalam konsumsi waktunya, namun bisa jadi mengakibatkan pembengkakan dalam masalah anggarannya. Keuntungan penelitian kelompok akan lebih terasakan bila masing-masing anggota peneliti memiliki profesionalitas dan komitmen yang kuat dan seimbang, sehingga memudahkan peneliti utama saat mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya. Keluhan terhadap kendala waktu, alat, tenaga dan peralatan bisa jadi diminimalkan apabila lebih diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan. Artinya, anggaran dengan dana penelitian yang besar bisa dipandang talc menjadi masalah bila penelitian tersebut memang menuju pada hasil yang besar dan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Jumlah tenaga peneliti yang banyak dapat pula dipandang sebagai bukan kendala bila penelitian itu mau tidak mau memang memerlukan sejumlah peneliti untuk mencapai kesempurnaan hasilnya. Demikian pula halnya dengan waktu yang dihabiskan untuk suatu aktivitas penelitian. Bila suatu penelitian harus dilakukan di suatu wilayah secara menyeluruh karena tujuan penelitian adalah untuk menangkap fenomena besar yang terjadi di wilayah tersebut, konsumsi waktu yang banyak adalah konsekuensi logis. Bandingkan bila tujuan penelitian diperkirakan bisa dicapai hanya dengan penyebaran kuesioner sehingga penghematan waktu relatif bisa dilakukan. Secara umum, penelitian kualitatif dipandang sebagai suatu aktivitas penelitian yang relatif lebih memakan waktu, meskipun bisa dilakukan dengan jumlah tenaga peneliti minimal. Dalam kebanyakan kasus, penelitian kualitatif bahkan dilakukan seorang diri sehingga proses "membaca" dan "mencatat" bisa dilakukan dengan lebih cermat. Dalam hal
Universitas Gadjah Mada
1
ini, pertimbangan terhadap cara mencapai tujuan penelitian kembali menjadi dasar pertimbangan untuk menentukan kesepakatan tentang kendala. Wimmer dan Dominick (1997: 110-135) menjabarkan sejumlah keuntungan dan kerugian dari penerapan penelitian kualitatif. Mereka mencoba melihat keuntungan dan kelebihan itu dari observasi lapangan (field observation), kelompok yang difokuskan (focus group), interviu mendalam (intensive interview atau in-depth interview) dan studi kasus (case studies). Bagian berikut ini akan mengupas kelebihan dan keuntungan yang dikemukakan Wimmer dan Dominick. Di dalamnya akan disajikan pula beberapa rekomendasi untuk mengurangi kerugian (kendala) yang ada. 1. Observasi Lapangan Observasi lapangan jarang dilakukan dalam penelitian media massa hingga sekitar dekade 1980-an dan baru lebih banyak dilakukan pada masa-masa sekarang. Seperti diketahui, observasi lapangan sangat berguna bagi pengumpulan data dan pengujian hipotesis dan teori. Seperti halnya teknik-teknik kualitatif yang lain, observasi lapangan lebih mengarah pada deskripsi dan penjelasan daripada pengukuran dan kuantifikasi persoalan yang diteliti. Keuntungan umum yang terlihat adalah observasi lapangan merupakan suatu cara alternatif karena tidak semua persoalan penelitian media massa bisa diselesaikan dengan metodologi yang lain. Observasi lapangan juga menguntungkan dari sisi bahwa tidak semua data harus tergantung pada kemampuan dan kemauan sasaran penelitian. Pada kasus-kasus saat suatu aktivitas penelitian tidak memungkinkan dilakukannya kuantifikasi atau upaya pengkuantifikasiannya menemui hambatan. Observasi lapangan juga menjadi solusi bila akses untuk masuk ke dalam suatu komunitas memerlukan sikap saling percaya antara yang diteliti dan meneliti. Keuntungan lain dari observasi lapangan terlihat pada saat didapati kenyataan kalau penelitian itu dilakukan dan menempati suatu keadaan (setting) yang natural. Setting natural ini juga mencakup perilaku dan aktivitas natural dari mereka yang diteliti. Dalam tahap selanjutnya, observasi lapangan kadang-kadang memungkinkan peneliti untuk mendapatkan atau mengidentifikasi variabel-variabel yang sebelumnya kurang teramati. Dalam banyak hal, observasi lapangan dipandang sebagai suatu metode yang tak mahal dan tidak memerlukan peralatan-peralatan mahal. Akan tetapi, pembiayaan bisa jadi meningkat bila obsrevasi lapangan dilakukan dengan melibatkan sejumlah peneliti atau pengamat, perjalanan yang ekstensif dan peralatan-peralatan khusus. Kerugiannya, menurut Wimmer dan Dominick (1997: 91-92), observasi lapangan akan lemah dalam validitas eksternalnya. Persoalan ini bisa muncul bila keterwakilan (sampling) untuk penelitian itu dipersoalkan. Bias berkemungkinan juga terjadi yang Universitas Gadjah Mada
2
diakibatkan oleh ketergantungannya pada persepsi dan pertimbangan peneliti. Terhadap masalah ini validasi silang (cross-validated) dari peneliti yang lain amatlah diperlukan. Observasi lapangan kerap juga dipandang lemah dalam hal reaktivitas (Chadwick, Bahr dan Albrecht, 1984). Dalam beberapa kasus, menurut Wimmer dan Dominick (1997: 92), persoalan reaktivitas ini dapat dikurangi dengan dua cara. Pertama, observasi lapangan hams menggunakan lebih dari satu peneliti untuk tujuan validasi silang. Kedua, pemakaian data tambahan yang mungkin bisa diperoleh dan cara-cara pengumpulan data yang lain. 2. Focus Groups Focus groups atau mewawancarai kelompok adalah suatu strategi penelitian untuk mengetahui sikap dan perilaku suatu kelompok audien. Secara umum pemakaian grup diskusi yang dikontrol dilakukan untuk mendapatkan informasi awal dalam proyek penelitian atau untuk pengembangan item pertanyaan kuesioner pada penelitian survey. Keuntungan dari pemakaian strategi penelitian ini adalah hasilnya bisa dipakai untuk mendeteksi ide guna melakukan penelitian dengan metode yang lain. Keuntungan lain diperoleh karena focus groups dipandang hemat waktu karena bisa dilakukan dengan cepat. Hal yang sama berlaku dalam penghematan biaya untuk aktivitas focus groups ini. Peneliti menyukai strategi penelitian ini karena fleksibilitas dalam perencanaan dan tindak lanjut pertanyaan yang mereka ajukan ke orang-orang dalam kelompok yang diteliti (bedakan dengan pertanyaan pada kuesioner dalam suatu penelitian survey). Moderator dalam focus groups tinggal mengacu pada list pertanyaan utama
dan
kemudian
tinggal
mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan
lainnya.
Keuntungan lain bisa dilihat dari respon lebih lengkap yang didapat karena merupakan hasil perbincangan kelompok daripada bila itu dilakukan secara individual. Sebaliknya, kerugian dilakukannya focus groups adalah bahwa aktivitas strategi penelitian ini tidak bebas dari kompleksitasnya sendiri. Kerap terjadi, focus groups didominasi oleh percakapan orang-orang tertentu yang merasa dirinya lebih sebagai pemimpin atau yang menganggap dirinya lebih mampu untuk memberikan pendapat. Kerugian yang lain terlihat yang diakibatkan oleh keterwakilan populasinya yang lemah. Pada tingkat ini biasanya focus groups diikuti oleh para voluntir atau orang-orang tertentu sehingga penjaringan data secara lengkap kadang-kadang tereliminasi oleh kehadiran mereka. Kerugian juga bisa terjadi akibat perbincangan dalam focus groups yang kadang-kadang melenceng dari perencanaan awal. Wimmer dan Dominick (1997: 99-100) lebih lanjut mengemukakan sejumlah langkah dasar agar kerugian dari dilakukannya focus groups dapat dikurangi. Langkahlangkah tersebut adalah: Universitas Gadjah Mada
3
1. Menentukan garis persoalannya secara tegas. 2. Pemilihan sampel yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan dilakukannya focus groups. 3. Menggunakan lebih dari satu grup bila memungkinkan. 4. Menyiapkan keperluan dalam focus groups secara tepat, yang mencakup penyiapan sampel dan fasilitas. 5. Menyiapkan materi yang akan didiskusikan dalam focus groups. 6. Menyelenggarakan sesi focus groups. 7. Menganalisis data dan menyiapkan ringkasannya untuk keperluan pelaporan.
3. Intensive Interviews Wawancara intensif atau mendalam (in-depth interviews) pada dasarnya adalah wawancara yang dilakukan satu melawan satu. Wawancara mendalam seperti ini memiliki
keunikan
seperti
pemakaian
sample
yang
kecil,
memungkinkan
terkumpulkannya latar belakang rinci, memungkinkan diadakannya wawancara panjang, lebih panjang daripada sekadar wawancara biasa yang dilakukan dalam penelitian survey, memungkinkan pengajuan beragam pertanyaan terhadap atau antarorang yang diteliti, dan dapat terpengaruh situasi yang ada selama wawancara mendalam itu berlangsung. Keuntungan utama dari wawancara mendalam ini adalah diperolehnya data rinci dan lengkap. Hal menguntungkan lainnya adalah akurasi hasil dan sensitivitas terhadap permasalahan yang diteliti. Kedekatan psikis yang terjadi selama wawancara mendalam berlangsung memberi pula peluang untuk mengesampingkan hal-hal lain yang barangkali harus dihindari oleh metode penelitian yang lain. Sebaliknya,
kerugian
kekurangmampuannya
dilakukannya
menggeneralisasi
wawancara karena
mendalam
kebanyakan
ini
adalah
dilakukan
dengan
nonrandom sample. Kerugian lain berasal dari sifat wawancara mendalam yang pada dasarnya tidak dilakukan dengan penstandaran pertanyaan, memudahkan terjadinya bias ke arah pewawancara. Jika wawancara dilakukan secara lama, kelelahan fisik orang yang diteliti sangat mungkin menyebabkan ketidakantusiasan. Lebih lanjut, wawancara mendalam sangat berpotensi untuk mengalami gangguan pada saar dilakukannya analisis data.
4. Studi Kasus Studi kasus adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang memanfaatkan sebanyak mungkin sumber data agar secara sistematik dapat menginvestigasi individu, kelompok, organisasi atau peristiwa. Pengertian dan posisi studi kasus di antara sejumlah strategi Universitas Gadjah Mada
4
penelitian diberikan oleh Yin (1994: 3-17). Menurutnya, studi kasus adalah cara atau langkah empirik untuk menyelidiki fenomena kontemporer dalam suatu konteks kehidupan nyata dengan batasan antara fenomena dan konteksnya tidak terbukti secara jelas. Studi kasus perbandingan adalah sebuah contoh dari teknik banyak (multiple) studi kasus; studi kasus sendiri bisa mencakup studi kasus tunggal atau jamak. Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian studi kasus mengandung empat karakter yaitu particularistic (memfokuskan pada situasi khusus), descriptive (hasil akhirnya berupa deskripsi rinci), heuristic (membuat orang memahami sesuatunya dengan interpretasi, perspektif, makna dan pandangan baru) dan inductive dengan prinsip-prinsip dan generalisasi muncul dari pengujian data (Merriam, 1988). Keuntungan studi kasus berupa hasil rinci yang ditelitinya serta bila hasil itu hendak dipakai untuk dasar penelitian lebih lanjut. Teknik yang digunakan dalam studi kasus juga memungkinkan peneliti untuk tahu penyebab dari sesuatu yang telah terjadi. Dalam banyak hal, studi kasus memberi peluang bagi peneliti untuk bergelut dengan berbagai macam bukti (dokumen, artifak sejarah, wawancara sistematik, observasi langsung dan penelitian survey). Sebaliknya, Wimmer dan Dominick (1997: 103) menyebutkan adanya tiga kerugian atau kelemahan dari studi kasus. Pertama, kebanyakan studi kasus lemah dalam hal pemenuhan persyaratan ilmiah. Kedua, studi kasus kurang bisa dipertanggungjawabkan untuk melakukan generalisasi. Ketiga, studi kasus banyak menyita waktu dan kemungkinan menghasilkan banyak angka yang sulit untuk diringkas. Lebih lanjut Wimmer dan Dominick (1997: 104-105) serta Yin (1994: 18-147) menunjukkan langkah-langkah yang layak dilakukan dalam menjalankan penelitian studi kasus. Langkah-langkah itu adalah membuat rancangan, melakukan pengamatan terhadap yang dituju, mengumpulkan data, menganalisis data dan menuliskan laporannya. Lebih rinci tentang masing-masing langkah ini dapat dibaca pada masingmasing bab pada buku Case Study Research: Design and Methods karangan Robert K. Yin. Paparan di atas telah menjelaskan sejumlah keuntungan dan kerugian dari penelitian kualitatif. Keempat strategi penelitian (field observation, focus groups, intensive interviews dan case studies) yang disajikan hanyalah contoh dari sejumlah keuntungan dan kerugian beragam bentuk aplikasi penelitian kualitatif yang lain. Pada bagian selanjutnya, langkah-langkah penelitian kualitatif akan disajikan secara lebih terfokus.
Universitas Gadjah Mada
5