KETERKAITAN ALOKASI ANGGARAN DAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMBANGUNAN KOTA TARAKAN
JAFAR SIDIK SALIM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya mengatakan bahwa tesis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sekor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumbersumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, Agustus 2010
Jafar Sidik Salim NRP A156080031
ABSTRACT JAFAR SIDIK. Budget Allocation and Leading Sector Linkage to Optimalization Regional Development Performance in Tarakan City. Advice by SETIA HADI and MUHAMMAD ARDIANSYAH Proper budget allocation should give positive impact to development and economics growth, thus create balanced, synergy, and sustainability for region development. In this context, national budget allocation in leading sector can initiate significant impact for other sectors, which in time will create a sustainable economic growth. This research is aimed to : Searching of leading sector, potential and development plan of leading sektor and indentification budget allocation to leading sector also compiling budget allocation strategy supporting to leading sector. Analysis result indicates that government expense allocation feature of Tarakan, consist of several sectors : government administration sector, nature and human resource, financial and cooperation, trading, monitoring and security, and industrial and service sector. In this case, leading sectors are: food and beverage industrial sector, wood and non-forest product sector,Other Industrial Sector, government and defense sector, Ranch and his Results Sector, civil construction sector, Drinking Water, Sea Transportation and Bank Sector also Fishery Sector. It is also indicated that there is no connection between budget allocation with the leading sectors, development budget structures are oriented to complete the base requirement and minimal of public serving. Regional analysis result of sector activity using human resources data in three priority sectors, showed that range of entropy index is 0,068 -0,380, i.e. Kelurahan Karang Anyar (0,380), Karang Anyar Pantai (0,312) and Selumit Pantai (0,312), while the district that lower entropy index is East Mamburungan (0,068)). Skalogram analysis indicates that there is imbalance interregional development in Tarakan. Gini ratio analysis showed unevenness of income distribution in Tarakan City, where 40 % from people low rate income whose benefited from 13,50% of total regional income and 20 % high incomes people, that is 51,29% too. Whereas 80% people just has to benefit 48,71% from total regional income of Tarakan City. Eventhough IPM of Tarakan City in 2008 is higher than Kalimantan Timur province and also Indonesia IPM, live expectation number 71,4 year, literacy number 97,9 %, and average of school duration 9,3 year with purchasing power parity 639.400 IDR, and IPM 75,59. Keywords: Budget allocation, Leading Sector, Regional Hierarchy, Income Distribution.
RINGKASAN JAFAR SIDIK SALIM, Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sektor Unggulan Dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan, dibimbing oleh SETIA HADI dan MUHAMMAD ARDIANSYAH. Alokasi anggaran yang dilakukan dengan baik dan benar serta tepat sasaran akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, mampu menciptakan pembangunan dan perkembangan wilayah yang berimbang, sinerji dan berkelanjutan. Demikian pula halnya pengalokasian anggaran belanja pemerintah pada sektor unggulan akan memberikan dampak yang luas pada sektor-sektor lainnya dan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan mantap, sehingga dapat mengoptimalkan kinerja pembangunan daerah Kota Tarakan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui sektor-sektor unggulan 2) Menentukan potensi dan rencana pengembangan sektor unggulan, 3) Mengidentifikasi alokasi anggaran dalam mendukung sektor unggulan, 4) Menyusun suatu strategi alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan. Adapun metode yang digunakan adalah, analisis input output, analisis kewilayahan yang digambarkan dalam peta tematik dan analisis kesejahteraan melalui gini rasio dan indeks pembangunan manusia serta analisis PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciri alokasi anggaran bidang belanja pemerintah Kota Tarakan terdiri dari : Sektor Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan, Keuangan dan Koperasi, Perdagangan, Pariwisata, Pengawasan dan Keamanan dan Sektor Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan Komunikasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman. Sedangkan yang menjadi sektor unggulan yaitu : Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Air Minum, Sektor Pemerintahan dan Pertahanan, Sektor Industri Lainnya, Sektor Bank, Sektor Perikanan, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Sektor Angkutan Laut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat keterkaitan alokasi anggaran dengan sektor unggulan. Struktur anggaran pembangunan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar dan standar pelayanan publik minimal. Hasil analisis kewilayahan terhadap aktivitas sektor menggunakan data tenaga kerja tiga sektor utama, diperoleh indeks entropi berkisar antar 0,068 sampai dengan 0,380, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tenaga kerja di Kota Tarakan masih tergolong rendah karena hanya tiga kelurahan yang memiliki indeks entropi tinggi 0,312 - 0,380 yaitu Kelurahan Karang Anyar sebesar 0,380, Karang Anyar Pantai sebesar 0,312 dan Kelurahan Selumit Pantai sebesar 0,312, indek entropi paling rendah terdapat pada Kelurahan Mamburungan Timur yaitu sebesar 0,068. Demikian pula hasil analisis skalogram bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis skalogram pada tingkat kelurahan bahwa hanya terdapat tiga kelurahan yang memiliki hirarki I yaitu : Kelurahan Karang Balik, Karang Rejo dan Karang Anyar, tujuh
kelurahan teridentifikasi memiliki hirarki II dan sepuluh kelurahan yang memiliki hirarki III. Hasil analisis gini rasio dalam penelitian ini menunjukkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan di Kota Tarakan tergolong ketimpangan sedang (moderat inequality) yaitu 40% dari penduduk berpendapatan rendah hanya menikmati sebesar 13,50% pendapatan dari total pendapatan regional. Secara keseluruhan bahwa sebagain besar total pendapatan regional Kota Tarakan hanya dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi yaitu sebesar 51,29%. Sedangkan 80% penduduk lainnya hanya menikmati sebesar 48.71% dari total pendapatan regional Kota Tarakan. IPM Kota Tarakan pada tahun 2008 berada di atas IPM Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, dengan angka harapan hidup 71,4 tahun, angka melek hurup sebesar 97,9% dan rata-rata lama sekolah 9,3 tahun dengan paritas daya beli sebesar Rp. 639.400 dengan IPM 75,59. Kata kunci: Alokasi anggaran, Sektor unggulan, Hirarki wilayah, Distribusi pendapatan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KETERKAITAN ALOKASI ANGGARAN DAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMBANGUNAN KOTA TARAKAN
JAFAR SIDIK SALIM
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Didit Okta Pribadi, SP.,M.Si
Judul Tesis
Nama
: Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sektor Unggulan dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Kota Tarakan : Jafar Sidik Salim
NRP
: A156080031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si Ketua
Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
HALAMAN PERSEMBAHAN
UNTUK : KEDUA ORANG TUA KU SALIM DOMAN (ALM) DAN Hj. RUGAIYAH ISTERIKU SALMAH ANAKKU ; RIZQI IQBAL,FIQRI AULIA GHIFFARI DAN FATIMAH SAFIRA DAN SEMUA YANG KUKASIHI DAN DIKASIHI ALLAH SWT
PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil‘alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Tesis ini berhasil diselesaikan serta shalawat dan salam pada Nabi yang agung Muhammad SAW. Terima kasih yang tulus dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada : 1.
Ibuku Hj. Rugaiyah dan mertuaku Suluwati, istriku Salmah dan permata hatiku Rizqi Iqbal, Fiqri Aulia Ghiffari dan Fatimah Safira serta Saudaraku atas pengorbanannya dan senantiasa memberikan dorongan, do’a serta sebagai pelipur lara bagi penulis.
2.
Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah dengan penuh perhatian dan keikhlasan membimbing dan memberikan pencerahan keilmuan.
3.
Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr beserta staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB.
4.
Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan beasiswa program pascasarjana tahun 2008-2010.
5.
Pimpinan dan staf kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan, yang telah memberikan kesempatan dan membantu selama pengumpulan data.
6.
Rektor dan staf Universitas Borneo yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.
7.
Dekan dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Borneo serta rekan-rekan dosen yang telah memberikan semangat dan dorongan.
8.
Saudaraku dan Anandaku angkatan 2008 Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Ilmu Tanah dan Agro Teknologi Tanah Sekolah Pascasarjana IPB, sebagai sumber inspirasi dan motivasi.
9.
Semua pihak yang tak mungkin penulis sebutkan, dan telah membantu dalam penulisan tesis ini hingga rampung.
Semoga tesis ini memberikan manfaat dan sebagai informasi bagi pemerintah Kota Tarakan serta kalangan akademisi yang berminat dalam kajian ini. Menjadi amal zariah bagi penulis dan seluruh yang terlibat dalam penulisan ini AMIN YA ALLAH. Bogor, Agustus 2010
Jafar Sidik Salim
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tarakan pada tanggal 16 Juli 1963 sebagai anak kedua dari delapan bersaudara dari ayah Salim Doman (Alm) dan ibu Hj. Rugaiyah. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda pada tahun 1982 menamatkan studi pada tahun 1987, pada tahun yang sama bekerja pada sebuah perusahaan HPH PT. Daisy Timber di Samarinda hingga tahun 2001. Pada tahun 2000 hingga 2003 kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Samarinda konsentrasi Ilmu Ekonomi Islam hingga semester akhir. Tahun 2004 penulis menjadi dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan hingga saat ini. Pada tahun 2008 mendapat beasiswa program pascasarjana Dikti Departemen Pendidikan Nasional melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) Institut Pertanian Bogor dan Lulus tahun 2010. Penulis menikah dengan Salmah, S.Pd pada tahun 1993 dikarunia 2 orang putra Rizqi Iqbal lahir tanggal 5 Nopember 1993 dan Fiqri Aulia Ghiffari lahir tanggal 6 April 1995 dan seorang putri Fatimah Safira lahir tanggal 28 April 2001.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 5 1.3. Kerangka Pemikiran........................................................................... 7 1.4. Karangka Analisis .............................................................................. 8 1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2.1. Konsep Wilayah ................................................................................. 2.2. Pengembangan Wilayah ..................................................................... 2.3. Pembangunan Sektor.......................................................................... 2.4. Keterkaitan Antar Sektor ................................................................... 2.5. Analisis Input Output ......................................................................... 2.6. Analisis Komponen Utama (PCA)..................................................... 2.7. Sumber Pendapatan Daerah ............................................................... 2.8. Indikator-Indikator Kinerja Pembangunan ........................................
12 12 12 13 15 16 18 19 20
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 3.3. Metode Analisis ................................................................................. 3.3.1. Analisis Input Output ............................................................... 3.3.2. Analisis Diversitas (Entropy) ................................................... 3.3.3. Analisis Skalogram .................................................................. 3.3.4. Analisis Gini Ratio ................................................................... 3.3.5. Analisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM)........................ 3.3.6. Analisis Komponen Utama ......................................................
23 23 23 24 24 31 31 32 33 33
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN ........................................ 4.1. Penduduk dan Ketenagakerjaan ......................................................... 4.2. Sosial .................................................................................................. 4.3. Pertanian............................................................................................. 4.4. Industri ............................................................................................... 4.5. Perdagangan dan Koperasi ................................................................. 4.6. Keuangan dan Perbankan ...................................................................
37 38 40 44 45 45 46
xi
V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN .................................................................. 5.1. Sektor Unggulan Kota Tarakan.......................................................... 5.1.1. Struktur Total Output ............................................................... 5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ................................................... 5.1.3. Keterkaitan Sektor ................................................................... 5.1.4. Analisis Pengganda (Multiplier) .............................................. 5.1.5. Kriteria Sektor Unggulan ........................................................ 5.2. Potensi Wilayah Kota Tarakan dan Pengembangannya .................... 5.2.1. Analisis Diversitas Entropy ..................................................... 5.2.2. Analisis Skalogram .................................................................. 5.2.3. Analisis Gini Rasio .................................................................. 5.2.4. Analisis Indek Pembangunan Manusia .................................... 5.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan ................................................ 5.4. Struktur Alokasi Anggaran ................................................................ 5.5. Keterkaitan Alokasi Anggaran Dengan Sektor Unggulan ................. 5.6. Simulasi Alokasi Anggaran pada Tabel I-O Updating 2007 ............. 5.7. Optimalisasi Kinerja Pembangunan Daerah Kota Tarakan ...............
48 48 48 49 52 56 61 64 64 66 74 77 84 88 95 101 103
VI. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 105 6.1. Simpulan ............................................................................................ 105 6.2. Saran................................................................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107 LAMPIRAN ..................................................................................................... 110
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Sumber-sumber Penerimaan Daerah Kota Tarakan Tahun 2000-2007 ....
4
2.
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tarakan ADHK 2000, Tahun 2000-2007
5
3.
Sektor-Sektor dalam Tabel Input Output Kota Tarakan Tahun 2007 ....... 25
4.
Matrik Tujuan, Metode, Data yang Diperlukan dan Output yang Diharapkan ................................................................................................ 36
5.
Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan .................. 37
6.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2007 ................................... 39
7.
Penduduk Berdasarkan Usia di Kota Tarakan Tahun 2004 - 2007 ........... 39
8.
Indikator Ketenagakerjaan Kota Tarakan 2004 – 2007 ............................ 40
9.
Jumlah dan Pertumbuhan Ruang Kelas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007 ........................................................ 41
10. Jumlah Sekolah Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan ................................................. 43 11. Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2008 ............................................................................................... 44 12. Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kota Tarakan Tahun 2000 – 2007 ................................................................................... 47 13. Total Output Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 ...... 48 14. Nilai Tambah Bruto Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 ............................................................................................... 49 15. Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan Menurut Komponennya Tahun 2007
50
16. Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Belakang (DBL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang (DIBL) .. 53 17. Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Depan (DFL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan (DIFL) ................ 54 18. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Total Output Terbesar ...................... 57 19. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pendapatan Terbesar......................... 57 20. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Surplus Usaha Terbesar .................... 58 21. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pajak Tak Langsung Netto Terbesar
59 xiii
Halaman 22. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Nilai Tambah Total Terbesar ........... 60 23. Sektor Unggulan di Kota Tarakan ............................................................ 62 24. Indeks Entropy dan Kalsifikasi Wilayah di Kota Tarakan ....................... 65 25. Hirarki Perkembangan Wilayah Kelurahan di Kota Tarakan ................... 67 26. Hirarki Perkembangan Wilayah Kecamatan di Kota Tarakan .................. 72 27. Kemiskinan Relatif dan Gini Rasio Kota Tarakan Tahun 2006-2007 ...... 75 28. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tarakan Tahun 2004-2008 .. 77 29. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2000-2007 (persen) ........................................................................ 87 30. Eigenvalues Extraction: Principal Components APBD Bidang Belanja Sektor Kota Tarakan........................................................ 90 31. Nilai Faktor Loading Variabel APBD Belanja Sektor .............................. 92 32. Nilai Faktor Loading Variabel Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007 .. 100 33. Simulasi Alokasi Anggaran Berdasarkan Sektor Unggulan Tabel Input Output Updating 2007 Kota Tarakan....................................................... 101 34. Hasil Simulasi Realokasi Pengeluaran Pemerintah dan Pertahanan untuk Sektor Unggulan Kota Tarakan................................................................. 102
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka Pemikiran..................................................................................
8
2.
Kerangka Analisis ..................................................................................... 10
3.
Peta Adiministrasi Kota Tarakan ............................................................. 23
4.
Jumlah Ruang Kelas.................................................................................. 42
5.
Kuadran Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Sektoral .................... 55
6.
Pola Spasial Indeks Diversitas Tiga Sektor Pekerjaan Utama .................. 64
7.
Peta Hirarki Perkembangan Kelurahan di Kota Tarakan .......................... 72
8.
Peta Hirarki Perkembangan Kecamatan di Kota Tarakan ........................ 74
9.
Kurva Lorenz Kota Tarakan Tahun 2007 ................................................. 76
10. Indeks Pembangunan Manusia Kota Tarakan Tahun 2004-2008 ............. 78 11. Angka Harapan Hidup Kota Tarakan Tahun 2004-2008 .......................... 80 12. Angka Melek Huruf Kota Tarakan Tahun 2004-2008 .............................. 81 13. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tarakan Tahun 2004-2008........... 82 14. Paritas Daya Beli Kota Tarakan Tahun 2004-2008 .................................. 83 15. Pertumbuhan Rill Sektor Ekonomi .......................................................... 85 16. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2007 (persen) ................................................... 87 17. Distribusi PDRB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2007 (juta rupiah) ................................................................. 88 18. Plot Akar Ciri Alokasi APBD Bidang Belanja Sektor.............................. 90
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Tabel I-O Transaksi Domestik Kota Tarakan Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen ..................................................................... 110
2.
Tabel Koefisien I-O Transaksi Domestik Kota Tarakan Tahun 2000 Atas Dasar Harga Produsen ..................................................................... 116
3.
Matriks Identitas 28 x 28 .......................................................................... 121
4.
Matrik Identitas Minus Matrik Koefisien I-O .......................................... 123
5.
Kebalikan Matriks Leontief Terbuka (Household Exogenous) ................ 127
6.
Kebalikan Matriks Leontief Tertutup (Household Endogenous) .............. 131
7.
Backward Linkages .................................................................................. 135
8.
Forward Linkages .................................................................................... 136
9.
Multiplier ................................................................................................. 137
10. Resume Hasil Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007............................. 139 11. Nilai Hasil Standarisasi Menentukan Sektor Unggulan ........................... 142 12. Indeks Hirarki Wilayah ............................................................................. 143 13. Variabel Analisis Skalogram .................................................................... 147 14. APBD Kota Tarakan Tahun 2000-2004 (Ribuan Rupiah) ........................ 148 15. Total Output Hasil Simulasi Tabel I-O Kota Tarakan ............................. 149
xvi
DAFTAR SINGKATAN
DAU
: Dana Alokasi Umum,
DAK
: Dana Alokasi Khusus
DBH
: Dana Bagi Hasil
APBN
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBD
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
NTB
: Nilai Tambah Bruto
PAD
: Pendapatan Asli Daerah
ADHK
: Atas Dasar Harga Konstan
SDM
: Sumberdaya Manusia
SDA
: Sumberdaya Alam
IPM
: Indeks Pembangunan Manusia
PCA
: Principal Components Analysis
FA
: Factor Analysis
I-O
: Input-Output
UNDP
: United Nations Development Program
PODES
: Potensi Desa
PDB
: Produk Domestik Bruto
DBL
: Direct Backward Linkages
DIBL
: Direct Indirect Backward Linkages
DFL
: Direct Forward Linkages
DIFL
: Direct Indirect Forward Linkages
F1
: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
F2
: Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
F3
: Pembentukan Modal Tetap (Investasi)
F4
: Perubahan Stok
F5
: Ekspor Barang dan Jasa
OA
: Output Antara
F
: Permintaan Akhir
O
: Output Total
xvii
12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah Secara yuridis menurut Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pengertian daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Rustiadi et al. (2008) wilayah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
klasifikasi
yaitu:
(1)
wilayah
homogen
(uniform),
(2)
wilayah
sistem/fungsional, dan (3) perencanaan/pengelolaan (planning region atau programming region). 2.2. Pengembangan Wilayah Pembangunan daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasil produk barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 2004). Menurut Anwar (2005) pertimbangan dalam pembangunan wilayah membutuhkan pendekatan multi dimensional, terutama yang menyangkut: (1) peranan teknologi dalam peningkatan produktivitas, (2) pembangunan sumberdaya manusia (khususnya yang menyangkut aspek-aspek kesehatan dan pendidikan), (3) pembangunan infrastruktur fisik dengan memperhatikan aspek
13 lingkungan hidup, dan (4) pembangunan administrasi dan finansial, termasuk mendorong partisipasi luas kepada masyarakat dan memperhitungkan aspek politik-institusional. Inovasi atau pembukaan daerah baru mungkin menghasilkan perubahan struktural, yang demikian akan memperluas pasar domestik dan memperluas pasar luar negeri. Penemuan tehnik hanya timbul dalam masyarakat yang memiliki tradisi yang memungkinkan anggotanya melakukan eksperimen, sadar untuk mengatasi keterbatasan kemampuan fisik mereka yang dengan kata lain menyadari akan perlunya melakukan ekspansi (Jhingan, 2007). Pola dan gerak dari adanya suatu inovasi dan pembukaan wilayah baru akan berpotensi terhadap pertumbuhan pembangunan dan pengembangan suatu wilayah yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, hal ini bukan hanya penting dalam pertumbuhan ekonomi, namun pada tingkat di mana inovasi dapat di perbanyak, dimodifikasi, dan menyebar ke sektor ekonomi lainnya yang akan mempengaruhi kemajuan suatu wilayah. Menurut United Nation Center for Regional Development dalam Supriatna (2000)
konsep
pembangunan
berkelanjutan
menitik
beratkan
pada
pembangunan sosial dan lingkungan agar mendukung pertumbuhan ekonomi yang dicirikan oleh: a.) pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial disektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan dan pendapatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, b.) pembanguan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya serta menciptakan kedamaian, dan c.) pertumbuhan yang diorentasikan pada manusia untuk berbuat melalui people centered development dan promote the empowerment people. 2.3. Pembangunan Sektor Menurut Anwar dan Hadi (1996) penentuan peranan sektor-sektor pembangunan
diharapkan
dapat
mewujudkan
keserasian
antar
sektor
14 pembangunan sehingga dapat meminimalisasikan inkompatibilitas antar sektor dalam pemanfaatan ruang. Perencanaan pembangunan wilayah dari sudut pandang ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam mencapai target pertumbuhan yang selanjutnya diikuti oleh investasi pada berbagai sektor baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta. Dalam perencanaan pembangunan wilayah menurut Tarigan (2005), pendekataan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Rustiadi et al. (2008) menyatakan
kemampuan memacu pertumbuhan
suatu wilayah atau negara sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama (prime mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda. Perencanaan pembangunan yang disusun secara konprehensif terpadu dan terarah
akan memberikan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan
daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pembangunan daerah. Setiap kebijakan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah hendaknya mengacu pada potensi yang dimiliki suatu daerah, sebagai sebuah kekhasan dan keunggulan daerah, bertujuan
untuk menciptakan
kesempatan kerja, aktivitas perekonomian yang beragam dan merata disetiap wilayah, pertumbuhan perekonomian wilayah yang stabil yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan wilayah, dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana menentukan peranan faktor-faktor produksi yang terbatas, bagaimana dan kearah mana kegiatan ekonomi daerah diarahkan guna mencapai sasaran dan langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran pertumbuhan. Pencapaian sasaran pertumbuhan tidak terlepas dari peran swasta sedang pemerintah tidak hanya bersifat sebagai pengatur dan pengendali
(regulator) tetapi juga sebagai
stimulator guna mengarahkan investasi kearah yang diinginkan pemerintah
15 sesuai dengan kondisi daerah dan ketersediaan sumberdaya, sehingga mampu menggerakkan perekonomian daerah melalui sektor-sektor yang diunggulkan.
2.4. Keterkaitan Antar Sektor Keterkaitan antar sektor merupakan unsur penting dalam proses pembangunan daerah, karena dengan adanya keterkaitan antar sektor tersebut akan dapat diwujudkan pembangunan ekonomi yang saling menunjang dan bersinergi antara sumber yang satu dengan lainnya. Keterkaitan ini dapat bersifat ke depan (forward linkages) pada lajur baris output menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang digunakan oleh sektor lain dan keterkaitan ke belakang (backward linkages) menunjukkan pengaruh suatu sektor terhadap produksi sektor lain yang menyediakan input pada lajur kolom input dengan adanya keterkaitan ini akan dapat terwujud pembangunan yang efisien dan saling mendukung, sehingga perekonomian dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat. Dari sudut dimensi sektor pembangunan, suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa: 1. Setiap sektor memberikan sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pencapaian pembangunan. 2. Setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda, dan 3. Aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, sumberdaya buatan (infrastuktur) dan sumberdaya sosial (Rustiadi, et al. 2008). Terbatasnya
keterkaitan
internal
dapat
menjadi
halangan
untuk
membangun karena, jika perusahaan meningkatkan outputnya, hanya sedikit dari keuntungan akan berimbas pada kegiatan ekonomi, pengganda lokal akan menjadi lebih kecil. Demikian juga, wilayah kecil akan memiliki lebih sedikit keterkaitan internal daripada wilayah yang lebih besar karena wilayah kecil lebih mungkin untuk mengimport permintaan inputnya (Blair, 1995).
16 2.5. Analisis Input Output Pendekatan analisis Input-Output merupakan alat analisis keseimbangan umum, yang didasarkan pada arus transaksi antara pelaku perekonomian yang penekanan utamanya adalah pada sisi produksi (Nazara, 2005). Penerapan kerangka Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an untuk melihat hubungan antar sektor. Pendekatan ini mampu menggambarkan beragam sifat hubungan di antara sektor-sektor industri dan diantara sektor-sektor industri dengan komponen lainnya (Isard, 1972). Analisis Input Output juga banyak digunakan pada berbagai disiplin ilmu lain, bahkan dalam bidang ilmu perencanaan, kemampuan alat analisis Input Output untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian hingga tingkat yang sangat rinci membuat alat analisis ini cocok bagi proses perencanaan pembangunan. Model Input Output merupakan peralatan analisis pada berbagai disiplin ilmu seperti; Geografi, regional science dan engineering, lingkungan hidup (Young, 2002). Analisis Input Output menurut Tarigan (2004) memberikan manfaat atau kegunaan antara lain: 1.
Menggambarkan keterkaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah.
2.
Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkages) dan daya mendorong (forward linkages)
setiap sektor sehingga mudah
menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah. 3.
Dapat
meramalkan
pertumbuhan
ekonomi
dan
kenaikan
tingkat
kemakmuran. 4.
Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif.
5.
Dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah.
17 Pada hakekatnya analisis Input Output digunakan untuk menganalisis dan mengukur hubungan produksi dan konsumsi antar sektor dalam perekonomian wilayah, yang dijabarkan dalam bentuk persamaan linier, dimana hasil yang diperoleh menunjukkan sektor-sektor apa saja yang menjadi unggulan yang dijadikan
sebagai
pertimbangan
dalam
menentukan
kebijakan
untuk
pengembangannya, sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam analisis input output menurut Sritua Arief (1993) adalah sektor-sektor yang: a.
Mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) yang relatif tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.
b.
Menghasilkan
output
bruto
yang
relatif
tinggi
sehingga
mampu
mempertahankan permintaan akhir yang relatif tinggi pula. c.
Mampu menghasilkan penerimaan devisa yang tinggi.
d.
Mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang relatif tinggi Kebanyakan ahli ekonomi sekarang percaya bahwa baik keterkaitan ke
belakang atau keterkaitan ke depan dalam analisis Tabel Input Output lebih efektif. Meskipun keterkaitan ke depan lebih kuat dibandingkan dengan keterkaitan ke belakang terhadap industri (Blair, 1995). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model Input-Output antara lain yang dilakukan oleh Ferdinan Sukadantel (2007), yaitu untuk menganalisis sektor-sektor unggulan dalam perekonomian dan alokasi anggaran pembangunan untuk mendukung sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Hasil analisis diidentifikasi bahwa sektor unggulan Kabupaten Bogor adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor bangunan dan sektor tanaman bahan makanan. Suryawardana
(2006),
menggunakan
metode
Input-Output,
untuk
mengidentifikasi sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur. Hasil analisis InputOutput tersebut adalah terdapat lima sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur, yaitu sektor industri kertas dan barang cetakan, sektor industri kecil, barang jadi
18 dan alas kaki, sektor makanan kacang-kacangan lainnya, sektor restoran dan sektor bangunan dan konstruksi. 2.6. Analisis Komponen Utama (PCA) Analisis komponen utama merupakan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menjelaskan struktur variansi-kovariansi dari sekumpulan variabel melalui beberapa variabel baru dimana variabel baru ini saling bebas, dan merupakan kombinasi linier dari variabel asal. Selanjutnya variabel baru ini dinamakan komponen utama (principal component). Secara umum tujuan dari analisis komponen utama adalah mereduksi dimensi data dan untuk kebutuhan interpretasi. Secara teknis, analisis komponen utama merupakan suatu teknik mereduksi data multivariat yang berfungsi mencari dan untuk mengubah (mentranformasi) suatu matriks data awal/asli menjadi suatu set kombinasi linier yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal (Supranto, 2004). Pendekatan mengenai berapa banyak faktor/komponen dilihat dari nilai eigen (eigen value), titik dimana besaran nilai eigen turun drastis dari nilai besar ke kecil dianggap sebagai suatu petunjuk banyaknya faktor atau komponen yang digunakan dalam analisis (Johnson dan Wichern, 1998). Hal mana nilai eigen ini sangat penting untuk mengukur kriteria penetuan jumlah komponen sebagaimana Gasser dan Roussson (2004), yaitu untuk mengukur persentase dari varian dengan menemukan suatu vektor komponen utama yang didefinisikan dengan faktor loading suatu matriks p dimana p adalah variabel yang dijadikan kasus. Agus Sunarto (2007), menggunakan Analisis PCA untuk mengetahui keterkaitan pola anggaran dengan kinerja pembangunan di wilayah Jawa Bagian Barat dilakukan penyederhanaan variabel-variabel belanja bidang perkapita menjadi 2 faktor dari 22 variabel anggaran belanja yaitu faktor utama I merupakan belanja administrasi dan produksi, dan faktor utama II merupakan belanja penanaman modal. Sedangkan Prasetyo et al. (2008) dengan menggunakan data NTB seluruh Propinsi di Indonesia diperoleh empat
19 komponen utama dari sembilan variabel NTB dan diperoleh nilai penduga koefisien standar error paling kecil adalah metode komponen utama pada regresi komponen utama daripada metode kuadrat terkecil pada regresi linier berganda, hal ini menunjukkan bahwa analisis komponen utama lebih tepat dan dipercaya (reliable) terhadap variabel bebas daripada metode kuadrat terkecil.
2.7. Sumber Pendapatan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sumber-sumber pendanaan pemerintah daerah terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan yang sah. Dana perimbangan merupakan pendanaan yang bersumber dari APBN, terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewajiban yang diberikan oleh pemerintah pusat dan mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta untuk mengurangi kesenjangaan pendanaan pemerintah antar daerah. 2.7.1. Pendapatan Asli Daerah Menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa : PAD bersumber dari pajak daerah, retrebusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Lain-lain PAD yang sah meliputi : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi dan potongan, atau pun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. Dengan demikian bahwa yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah, laba perusahaan milik daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.
20 2.7.2. Dana Bagi Hasil Dana perimbangan yang berasal dari DBH bersumber dari penerimaan pajak dan sumber daya alam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kesenjangan vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dengan sistem bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak antara pemerintah pusat dan daerah. Pola bagi hasil penerimaan pajak dan bukan pajak ini dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan besarnya sumbangan daerah penghasil. 2.7.3. Dana Alokasi Umum Tujuan dari DAU ini adalah untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan
dan penguasaan pajak antar pemerintah pusat dan
daerah, dengan dana perimbangan ini diharapkan akan memberikan kepastian pada pemerintah daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kebutuhan DAU oleh suatu daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan fiscal gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Berdasarkan konsep fiscal gap ini, distribusi DAU kepada daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif lebih besar akan memperoleh DAU lebih kecil, demikian pula halnya bagi daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif kecil akan menerima DAU lebih besar. 2.7.4.
Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang disediakan dalam APBN yang dialokasi untuk
daerah guna membantu kebutuhan khusus. Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1999 jo PP Nomor 104 Tahun 2000, DAK dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan memperhatikan ketersediaan dana APBN. Kriteria kebutuhan khusus tersebut meliputi: pertama kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus alokasi umum, kedua kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional, dan ketiga kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah
21 penghasil. Berdaasarkan kebutuhan tersebut DAK dibedakan atas DAK dana reboisasi (DAK DR) dan DAK non dana reboisasi (DAK Non DR). 2.8. Indikator-Indikator Kinerja Pembangunan Indikator merupakan ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung atau diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (Rustiadi et al, 2008). Indikator-indikator kinerja ini dibangun atas dasar variabel-variabel penting yang dapat menggambarkan tingkat perkembangan dan pertumbuhan atau mampu menjelaskan tingkat ukuran kinerja pembangunan daerah yang dapat dirumuskan dengan angka indeks atau rasio. Indeks atau rasio tersebut diantaranya adalah:
1) Bidang Perekonomian yang diukur dari tingkat laju
pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, pendapatan perkapita, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, tingkat pemerataan pendapatan, tingkat daya beli, tingkat tabungan masyarakat, tingkat investasi, perdagangan luar negeri (ekspor-impor), indeks harga bangunan, realisasi penerimaan APBD, dll. 2) Bidang ketertiban umum: diukur dengan luas wilayah dan jumlah penduduk berdasarkan jenis konflik, berdasarkan kasus/kejadian, kecelakaan, perampokan, kebakaran hutan dll. 3) Bidang kesehatan: jumlah penduduk sakit, tingkat kematian, tingkat harapan hidup, angka kelahiran, dll. 4) Bidang pendidikan: diukur dengan tingkat pendidikan, angka putus sekolah, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dll.
5) Bidang tata ruang, lingkungan hidup dan
pemerintahan umum : diukur dengan tingkat
kepadatan penduduk, rumah
permanen dan non permanen, ketersediaan ruang terbuka hijau, penyimpangan penggunaan lahan dari rencana tata ruang, pencemaran, dll (Saefulhakim, 2005). Jumlah dan keadaan penduduk akan berimplikasi pada kualitas masyarakat suatu wilayah atau daerah, yang menentukan tingkat harapan hidup masyarakat,
disamping
itu
akan
berimplikasi
pada
penyebaran
dan
perkembangan angkatan kerja. Keseimbangan antara jumlah dan lapangan kerja,
22 dan pemerataan sebarannya perlu dijadikan sebagai suatu target penting dalam mewujudkan hasil-hasil pembangunan yang efektif (Riyadi dan Bratakusumah, 2004). Kualitas hidup penduduk dan daya saing perekonomian suatu daerah juga menentukan indikotar kinerja pembangunan (Wong, 2006), karena kualitas hidup yang baik akan memangkas proses persaingan sehingga menciptakan keamanan dan kenyamanan hidup. Dalam pembangunan, keberlanjutan merupakan asas yang sangat penting karena prinsip pembangunan adalah menjamin ketersediaan kebutuhan hidup manusia di waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Penerapan pembangunan berkelanjutan yang komplek dapat disederhanakan dengan pemilihan indikator capaian yang tepat sebagai sebuah standar capaian kinerja, pemilihan indikator akan menentukan penilaian akhir, karena indikator bersifat spesifik untuk berbagai kondisi wilayah. Pemilihan banyaknya indikator perlu diperhitungkan secara tepat dan benar, karena akan berpengaruh terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk analisis kebijakan dan hasil, disamping itu indikator yang terlalu banyak akan menghasilkan analisis yang tidak mencapai sasaran, karena menjadi tidak fokus dan bersifat umum. Sebaliknya jika indikator yang ditetapkan terlalu sedikit akan terjadi kekeliruan dalam menterjemahkan keadaan, karena kemungkinan banyak mengandung kelemahan. Oleh sebab itu penetapan indikator yang tepat agar dapat menggambarkan pembangunan berkelanjutan mulai dari input, proces, output, outcome dan impact menjadi sangat penting dan merupakan suatu tugas yang cukup sulit bagi perencana wilayah.
23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Tarakan, sebagai satu diantara daerah otonom yang terletak di Bagian Utara Propinsi Kalimantan Timur, secara geografis berada diantara 3°14’23”-3°26’37” Lintang Utara dan 117°30’50”117°40’12” Bujur Timur dengan luas wilayah daratan seluas ± 250,80 km² dan luas lautan ±406,33 km². Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Maret 2010.
Gambar 3 Peta Administrasi Kota Tarakan 3.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulaan data dilakukan dengan melakukan studi literatur dari buku teks, jurnal dan penerbitan ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan data yang berhubungan langsung dengan obyek penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data skunder dari Bappeda, BPS dan Instansi terkait lainnya berupa data time series antara tahun 2000 sampai
24 dengan 2007, yaitu masing-masing: Data NTB, APBD, Kependudukan, Ketenagakerjaan di Kota Tarakan. 3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Input Output 3.3.1.1. Konstruksi Tabel Input Output Metode RAS Metode RAS merupakan suatu metode untuk memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t “A(t)”dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t, dan total input antara. Metode ini dikembangkan untuk menghasilkan matriks teknologi dimasa yang akan datang tanpa harus melakukan survey detail dengan menggunakan matriks teknologi di masa lalu, sebagai jalan untuk melakukan updating terhadap matriks A. Metode ini disebut dengan metode RAS, karena untuk menghasilkan suatu tabel Input Output baru didasarkan pada matriks r, A dan s. Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t diperkirakan dengan rumus
A(t) = R.A(0).S dimana :
A(t) = Matriks teknologi tahun “t” R
= Matriks diagonal yang elemen-elemennya menunjukkan pengaruh substitusi,
S
= Matriks diagonal yang elemen-elemennya menunjukkan pengaruh pabrikasi
Dalam penelitian ini metode RAS digunakan untuk melakukan up-dating Tabel Input Output Kota Tarakan tahun 2007 dengan dasar Tabel Input Output Kota Tarakan tahun 2000. Menurut Saefulhakim (2004) secara matematis metode RAS dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
25
X ij (0) = Input antara sektor j yang berasal dari output sektor i tahun dasar r i,
= Elemen matriks diagonal R
bi
= Jumlah permintaan antara sektor i tahun “t”
kj
= Jumlah input antara sektor j tahun “t”
sj
= Elemen matriks diagonal S
Tabel 3 Sektor-Sektor dalam Tabel Input Output Kota Tarakan Tahun 2007 No.
Sektor
1
2
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Minum
5 6
Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran
7
Angkutan dan Komunikas
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9
Jasa-jasa
Kode Sektor 3
Uraian Sektor 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Penggalian Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Industri lainnya Listrik Air minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan Restoran Hotel Angkutan darat Angkutan laut Angkutan udara Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
201 202 203 204 209
Input Antara Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tak Langsung Netto Nilai Tambah Bruto
26 Lanjutan Tabel 3 1
2
3 301 302 303 304 305 309
4 Permintaan Akhir Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Ekspor Barang Jumlah Permintaan Akhir
Sumber : BPS Kota Tarakan
Dalam model I-O parameter yang utama adalah input atau koefisien teknologi a ij analisis ini adalah untuk melihat struktur keterkaitan (linkages) ekonomi antar sektor dalam suatu perekonomian serta efek multiplier suatu sektor terhadap sektor ataupun perekonomian secara keseluruhan. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut:
atau
(3)
Dimana : a ij = Rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j (=X ij ) terhadap total input sektor j (=X j ). Dengan demikian, Tabel I-O secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: a 11 X 1 + a 21 X 1 + . . . a i1 X 1 + . . . a n1 X 1 +
a 12 X 2 + … a 22 X 2 + … . . . a i2 X 2 + … . . . a n2 X 2 + …
a 1j X j …+ a 2j X j …+ . . . a ij X j. … + . . . a ij X n….. +
a 1n X n + Y 1 = X 1 a in X n + Y 2 = X 2 a in X n + Y i = X i a nn X n + Y n = X n
(4)
27 atau
a11 a 21 a n1
a12
:
a22
aij
an 2
a1n a2 n a nn
X 1 Y1 X 1 X Y X 2 2 2 + = X Y X i i i X n Yn X n
(5)
Dengan notasi matrikss dirumuskan sebagai berikut: AX + Y = X
(6)
Matriks A merupakan matriks koefisien hubungan langsung antar sektor (koefisien teknologi), dengan demikian maka, X – AX = Y (I – A)X= Y X = (I – A)-1.Y
Matriks (I - A) dikenal sebagai matriks Leontief, merupakan parameter penting di dalam analisis I-O. Invers matriks tersebut, matrikss (I - A)-1 atau B adalah matriks invers Leontief yang mengukur keterkaitan antara sektor secara langsung dan tidak langsung. Karena (I – A)-1 atau Y = BY, maka peningkatan produksi (X) merupakan akibat tarikan permintaan akhir Y. Gradien peningkatannya ditentukan oleh elemen-elemen matrikss B, semakin besar koefisiennya maka semakin besar pula output pada sektor tersebut. 3.3.1.2. Analisis Deskriptif (Analisis Keterkaitan) 1.
Keterkaitan langsung ke depan Keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut.
28 Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke depan, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Fi X ij Xi a ij
= = = =
Keterkaitan langsung ke depan Banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j Total Output sektor i Unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis
2. Keterkaitan langsung ke belakang Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut.
Bj X ij Xj a ij
= = = =
Keterkaitan langsung ke belakang Banyaknyak output sektor i yang digunakan oleh sektor j Total input sektor i Unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis
Nilai B j > 1 menunjukkan bahwa sektor j memiliki kaitan ke belakang yang kuat dalam pengertian memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain. 3. Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan (direct and indirect forward linkage) menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung ke depan dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
29
FDIL = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan b ij
4.
= Unsur kebalikan matriks Leontief sektor i (baris) dan sektor j (kolom)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct and indirect backward linkage) menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor tertentu, pada peningkatan total output seluruh sektor perekonomian. Parameter ini menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan seluruh sektor perekonomian, secara matematis diformulasikan sebagai berikut:
BDIL = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang b ij
= Unsur kebalikan matriks Leontief sektor i (baris) dan sektor j (kolom)
3.3.1.3. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier effect) Dalam hal ini, paling tidak dikenal dua tipe multiplier, yakni: Multiplier Tipe I dan Multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief (I-A)-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Bila sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan, dengan menambah satu baris berupa pendapatan rumah tangga dan satu kolom berupa pengeluaran rumah tangga, yang berarti sektor rumah tangga diperlakukan secara endogenous dalam sistem, maka multiplier yang diperoleh adalah Multiplier Tipe II. Untuk keperluan analisis, dalam tulisan ini
30 dihitung berbagai jenis multiplier baik untuk Multiplier Tipe I maupun Multiplier Tipe II, antara lain: 1.
Pengganda Output Dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan total output seluruh sektor di wilayah penelitian.
Fd
= Permintaan akhir
(I – A)-1 = Invers matriks Leontif 2. Pengganda Pendapatan Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah penelitian.
I
v i = rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i terhadap total output
b ij 3.
sektor i untuk i=j, maka Iv i = Iv j = elemen inverse matriks Leontief
Pengganda Pajak Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan pajak tak langsung netto secara keseluruhan di wilayah penelitian.
T
v i : rasio pajak tak langsung netto dari sektor i terhadap total output sektor i untuk i=j, maka Tv i = Tv j b ij : elemen inverse matriks Leontief
31 4.
Pengganda Nilai Tambah/NTB Dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan NTB wilayah penelitian.
(16) GDP
b ij
v i = Rasio Produk Domestik Regional Bruto dari sektor i terhadap total output sektor i untuk i=j, maka GDPv i = GDPv j = elemen inverse matriks Leontief
3.3.2. Analisis Diversitas (Entropy) Metode ini digunakan untuk menghitung perkembangan aktivitas sektor ekonomi disuatu wilayah yang meliputi 20 Kelurahan pada empat kecamatan yaitu Kecamatan Tarakan Tengah 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Barat 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Timur 7 Kelurahan dan Kecamatan Tarakan Utara 3 Kelurahan, sehingga dapat diketahui sektor apa saja yang berkembang pada suatu wilayah, dengan prinsif semakin beragam aktivitas sektor, maka semakin besar nilai indek entropy yang mengindikasikan wilayah tersebut semakin berkembang. Dengan formula untuk analisis Entropy adalah:
S = Nilai Entropy P i = Nilai rasio kejadian aktivitas ekonomi ke-i terhadap total kejadian di total kategori n i = Aktivitas ekonomi ke-i (tiga lapangan kerja utama penduduk) n = total kategori 3.3.3. Analisis Skalogram Analisis skalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah, dilakukan terhadap jenis, jumlah sarana dan prasarana yang tersedia dalam suatu
32 wilayah. Adapun data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah seluruh fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap kelurahan dan kecamatan di Kota Tarakan.
Analisis skalogram dilakukan dengan persamaan:
= Kelurahan yang memiliki fasilitas = Bobot fasilitas
3.3.4. Gini Rasio Gini rasio merupakan suatu teknik analisis untuk melihat tingkat pemerataan distribusi pendapatan masyarakat disuatu wilayah, disusun dengan bantuan kurva Lorenz dalam skala absis dan ordinat yang sama, masing-masing persentase populasi dan persentase pendapatan. Selanjutnya ditarik diagonal bersudut 45o sebagai batas, besarnya tingkat kemerataan dan ketidakmerataan dihitung dari luasan yang dibentuk oleh suatu fungsi yang menggambarkan tingkat pendapatan masyarakat dan garis diagonal 45o. Analisis Gini Ratio dilakukan dengan persamaan:
G Pi Øi Pi N ki k
= = = = = = =
Gini Rasio Proporsi populasi kategori ke-i Proporsi kumulatif pendapatan sampai dengan kategori pendapatan ke-i k i /k Banyaknya kategori pendapatan Banyaknya populasi untuk kategori pendapatan ke-i Total populasi
33 Nilai Gini Rasio antara 0 sampai dengan 1, bila nilai G = 0, maka distribusi pendapatan masyarakat tersebut tidak terdapat ketimpangan, atau merata sangat baik, sebaliknya jika = 1, maka distribusi pendapatan masyarakat sangat timpang. 3.3.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indikator yang bertujuan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara atau wilayah, dengan angka indeks berkisar antara 0 – 100. IPM ini merupakan standar yang dikeluarkan PBB melalui United Nations Development Program (UNDP) dengan tiga kelompok kategori (Todaro, 2004) sebagai berikut yaitu: Tingkat Pembangunan Manusia Rendah (0 hingga 0,499) Tingkat Pembangunan Manusia Menengah (0,50 hingga 0,799) Tingkat Pembangunan Manusia Tinggi (0,80 hingga 100) Adapun indikator daripada IPM berdasarkan tiga tujuan atau produk akhir pembangunan adalah:
IPM = 1/3(Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ) Dimana : X 1 = Usia Harapan hidup X 2 = Pendidikan (rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf) X 3 = Daya beli 3.3.6. Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama menggunakan PCA Teknis Analisis yaitu dengan mentransformasikan secara linier satu set peubah kedalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil namun representatif dan tidak saling berkorelasi (ortogonal). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah, merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah. Dalam analisis ini APBD yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah dan disetujui oleh DPRD Kota Tarakan, disusun secara time series kemudian
34 dilakukan analisis PCA terhadap variabel-variabel pembentuk APBD untuk mentranformasikan secara linier satu set peubah kedalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil namun representatif dan tidak saling berkorelasi (ortogonal), sehingga diperoleh komponen utama variabel pengalokasian anggaran daerah. 1. Tujuan Dasar Ada dua tujuan dasar dari PCA dan FA, yakni: a. Ortogonalisasi Variabel: mentransformasikan suatu struktur data dengan variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel-variabel baru (yang disebut sebagai Komponen Utama atau Faktor) yang tidak saling berkorelasi. b. Penyederhanaan Variabel: banyaknya variabel baru yang dihasilkan, jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tapi total kandungan informasinya (total ragamnya) relatif tidak berubah. 2. Manfaat Pokok Ada dua manfaat pokok dari PCA dan FA, yakni: a. Salah satu asumsi (prasyarat) dasar yang membolehkan penggunaan Analisis Regresi Berganda (pendugaan parameter struktur hubungan linier antara satu variabel tujuan dengan lebih dari satu variabel penjelas), atau Analisis Fungsi Diskriminan (pendugaan parameter struktur hubungan linier antara satu variabel pengelompokan dengan lebih dari satu variabel penjelas perbedaan antar kelompok), adalah tidak terjadinya apa yang disebut dengan multicollinearity (fenomena saling berkorelasi antar variabel penjelas). Dengan demikian, PCA dan FA dapat membantu kita dalam menyelesaikan permasalahan multicollinearity ini. b. Dengan dapat menyajikan data dengan struktur yang jauh lebih sederhana tanpa kehilangan esensi informasi yang terkandung didalamnya, maka kita akan lebih mudah memahami, mengkomunikasikan, dan menetapkan prioritas penanganan terhadap hal-hal yang lebih pokok dari struktur permasalahan yang kita hadapi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas penanganan permasalahan dapat lebih ditingkatkan.
35 Perumusan PCA secara umum adalah:
Dalam penelitian ini PCA digunakan sebagai penciri indikator pengalokasian anggaran, analisis PCA ini dilakukan hingga diperoleh nilai PC Score dengan nilai total akar ciri (eigenvalues) diatas 70 % dari jumlah faktorfaktor baru yang diperoleh.
36 Tabel 4 Matriks Tujuan, Metode, Data yang diperlukan dan Output yang diharapkan No
Tujuan
Metode
Data
Output
1
Mengetahui sektor-sektor unggulan dalam perekonomian
- Analisis Input Output
NTB Kota Tarakan Tahun 2007
2
Menentukan potensi dan menyusun rencana pengembangan sektor unggulan Kota Tarakan.
- Gini Rasio - IPM - Analisis Entropy - Analisis Skalogram
Pendapatan Penduduk Sumber daya tersedia dan Kota Tarakan Tahun kinerja pembangunan 2006-2007 Penduduk Kota Tarakan Tahun 2007 Podes Kota Tarakan Tahun 2008
3
Mengidentifikasi alokasi anggaran dalam mendukung sektor unggulan di Kota Tarakan.
- PCA - Sintesis analisis
APBD Kota Tarakan Efisiensi dan efektifitas Tahun 2000-2004 Anggaran dalam mendukung Hasil-hasil analisis sektor unggulan
4
Menyusun suatu strategi alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan
- Sintesis analisis
Hasil-hasil analisis
Sumber Olahan
Sektor unggulan dan peranan sektor
Efisiensi dan efektifitas Anggaran dalam mendukung sektor unggulan
37 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kota Tarakan terletak di pintu gerbang utara Propinsi Kalimantan Timur secara astronomis berada diantara 3°14’23”-3°26’37” Lintang Utara dan 117°30’50”- 117°40’12” Bujur Timur, dengan luas wilayah keseluruhan adalah 657,33 km2 terdiri dari daratan seluas ± 250,80 km² dan luas lautan ± 406,53 km². Wilayah Kota Tarakan umumnya merupakan dataran rendah, dimana variasi ketinggian wilayah antara 0 -110 m di atas permukaan laut. Bagian terendah berada di daerah sepanjang pantai dengan ketinggian 0 -7 meter seluas 2.937 ha sedangkan bagian tertinggi 25,1 – 110 meter tersebar pada Kecamatan Tarakan Utara dan Kecamatan Tarakan Tengah dengan luas sebesar 52,64 % dari wilayah daratan Kota Tarakan. Secara geografis Kota Tarakan berbatasan langsung dengan wilayah : Bagian Utara: pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu Bagian Timur: Kecamatan Pulau Bunyu dan Laut Sulawesi Bagian Selatan: pesisir pantai Kecamatan Tanjung Palas Bagian Barat: pesisir pantai Kecamatan Sesayap Secara administratif sesuai dengan Perda No.23 dan 24 Tahun 1999 Kota Tarakan terbagi menjadi 4 Kecamatan dengan 20 Kelurahan yaitu Kecamatan Tarakan Timur terdiri dari 7 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Barat terdiri dari 5 Kelurahan, Kecamatan Tarakan Tengah terdiri dari 5 Kelurahan dan Kecamatan Tarakan Utara terdiri dari 3 Kelurahan.
Tabel 5 Jumlah Kelurahan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan No Kecamatan 1 2 1 Tarakan Timur
Kelurahan 1 2 3 4 5 6 7
3 Lingkas Ujung Gunung Lingkas Mamburungan Kampung Empat Kampung Enam Pantai Amal Mamburungan Timur
38 Tabel 5 Lanjutan. 1 2
2 Tarakan Tengah
3
Tarakan Barat
4
Tarakan Utara
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3 Selumit Pantai Selumit Sebengkok Pamusian Kampung Satu Skip Karang Rejo Karang Balik Karang Anyar Karang Anyar Pantai Karang Harapan Juata Permai Juata Kerikil Juata Laut
Sumber : Bappeda Kota Tarakan, 2008 4.1. Penduduk dan Ketanagakerjaan Sumberdaya manusia merupakan suatu elemen penting dalam menunjang kemajuan dan perkembangan suatu negara atau daerah, khususnya sumberdaya manusia pada umur produktif, demikian pula halnya dengan jumlah dan tingkat sebaran penduduk pada suatu daerah memegang peranan penting terhadap perkembangan daerah. Berdasarkan registrasi tahun 2007 jumlah penduduk Kota Tarakan adalah sebanyak 176.981 jiwa. Sebaran penduduk dapat dikatakan tidak merata dengan tingkat sebaran masing-masing: Kecamatan Tarakan Utara sebesar 11,13%, Kecamatan Tarakan Timur sebesar 22,66%, sebanyak 65,64% penduduk berada di pusat kota, yaitu di Kecamatan Tarakan Barat sebesar 33,96%, dan Kecamatan Tarakan Tengah 32,25%. Demikian pula halnya jika dilihat dari tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Tarakan Utara dengan kepadatan paling rendah yaitu hanya 181 jiwa per km2, disusul Kecamatan Tarakan Timur dengan kepadatan 692 jiwa per km2, Kecamatan Tarakan Barat tergolong paling padat yaitu 2.155 jiwa per km2, dan Kecamatan Tarakan Tengah dengan kepadatan 1.028 jiwa per km2.
39 Tabel 6 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2007 Kecamatan
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah Km2
Kepadatan Km2
Sebaran (%)
Tarakan Timur
40.104
58.01
692
22,66
Tarakan Tengah
57.084
55.54
1.028
32,25
Tarakan Barat
60.101
27.89
2.155
33,96
Tarakan Utara
19.692
109.36
181
11,13
176.981
250.80
Jumlah
100
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 Berdasarkan Tabel 7 penduduk Kota Tarakan mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya khususnya penduduk usia muda 0 – 14 tahun dari sebanyak 48.848 jiwa pada tahun 2004 menjadi sebanyak 61.572 jiwa pada tahun 2007, namun penduduk usia remaja pada usia 15 – 24 tahun terjadi penurunan jumlah penduduk sejak tahun 2005, demikian pula pada penduduk umur produktif 25 – 54 tahun sejak tahun 2007 mengalami penurunan. Secara keseluruhan pertumbuhan penduduk Kota Tarakan mengalami pertumbuhan yang menurun yaitu dari 6.27% tahun 2005 menjadi hanya 1,08% pada tahun 2007. Tabel 7 Penduduk Berdasarkan Usia di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007 Usia Penduduk 0 – 14
2004 48.848
2005 52.045
2006 56.800
2007 61.572
15 – 24
28.448
31457
31.202
27.496
25 – 54
68.183
70.722
75.268
73.541
55 – 64
9.243
9.688
8.496
10.372
65 >
2.852
3.548
3.327
4.000
157.574
167.459
175.092
176.981
6,27%
4,56%
1,08%
Jumlah Pertumbuhan Sumber BPS di olah
40 Struktur penduduk Kota Tarakan memiliki struktur umur muda, hal ini akan berakibat pada semakin besarnya jumlah angkatan kerja dimasa datang. Pada tahun 2007 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 62,11% yaitu sebanyak 115.403 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 67.997 orang, dengan jumlah pengangguran sebanyak 3.684 jiwa yaitu sebesar 5,14%. Jika dibandingkan dengan tahun 2004 terjadi penurunan pengganguran sebesar 7,85% dari
semula sebesar 12,99%. Hal ini memungkinkan terjadi karena
tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan rata-rata sebesar 8,15%, sehingga meningkatkan investasi pada berbagai sektor yang pada akhirnya mampu menyerap tenaga kerja. Tabel 8 Indikator Ketenagakerjaan Kota Tarakan 2004 – 2007 Indikator
Satuan
2004
Usia Kerja 15 Th + Angkatan Kerja Bekerja Mencari Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi AK Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Pengangguran Tbk
Orang Orang Orang Orang Orang % % %
108.730 63.374 55.140 8.234 45.357 58,29 87,01 12,99
2005
2006
2007
115.417 118.287 115.403 74.790 74.582 71.681 67.774 67.260 67.997 7.016 7.322 3.684 40.626 43.700 43.722 64,80 63,05 62,11 90,62 90,18 94,86 9,38 9,82 5,14
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 4.2. Sosial Tingginya persentase penduduk pada usia sekolah yaitu sebesar 57,04% (BPS, 2008), memungkinkan terjadinya angka putus sekolah tinggi jika tidak diimbangi dengan pembangunan gedung sekolah dan penambahan ruang belajar siswa, maka untuk itu pemerintah daerah melalui dinas pendidikan akan terus melakukan perhitungan ratio penduduk usia sekolah terhadap kapasitas ruang kelas guna memenuhi standar tingkat pendidikan penduduk sebagai modal pembangunan manusia, sekaligus investasi pada dunia pendidikan yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan daerah.
41 Di Kota Tarakan pembangunan sumberdaya manusia melalui investasi bidang pendidikan sangat mendapat perhatian, dengan porsi anggaran sebesar 16,39% dari APBD Kota Tarakan pada tahun 2007 (Bappeda Kota Tarakan, 2008). Sebagaimana terlihat pada Tabel 9 bahwa jumlah ruang kelas terus meningkat dengan pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2006 sebesar 13,25%, hal ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya penambahan ruang kelas pada tingkat SMA/SMK dan MA yaitu sebanyak 77 ruang kelas dibandingkan dengan pertambahan pada tingkat SD/MI hanya sebanyak 28 ruang kelas dan SMP/MTs sebanyak 15 ruang kelas. Pembangunan ruang kelas pada tahun 2007 diarahkan pada tingkat pendidikan SD yaitu bertambah sebanyak 33 ruang kelas sedangkan tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA hanya masing-masing sembilan dan sepuluh ruang kelas. Tabel 9 Jumlah dan Pertumbuhan Ruang Kelas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tarakan Tahun 2004 – 2007 Pertum buhan (%)
TK
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK /MA
2004
67
559
180
67
873
-
2005
82
577
184
93
936
7,22
2006
86
605
199
170
1.060
13,25
2007
93
638
208
180
1.119
5,57
Tahun
Jumlah
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 Secara keseluruhan baik sekolah negeri maupun swasta rasio murid per kelas pada tingkat pendidikan TK/Raudathul Atfal adalah 25 murid perkelas, pendidikan SD/MI adalah 33 murid per kelas, SMP/MTs 34 murid per kelas dan SMA/SMK/MA adalah 33 murid per kelas (BPS Kota Tarakan 2008). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Tarakan telah
melakukan upaya
perbaikan kinerja pembangunan ruang kelas setiap sekolah untuk memenuhi kebutuhan dasar bidang pendidikan bagi masyarakat. Berdasarkan indikator rasio kelas per murid, ketersediaan ruang kelas tingkat pendidikan dasar dan
42 menengah di Kota Tarakan telah memadai bahkan berada dibawah angka rasio kelas ideal yaitu 1 : 36 murid per kelas. Peran serta masyarakat dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) khususnya TK sangat besar mengingat bahwa sistem pendidikan PAUD/TK ini lebih bertumpu pada swadaya masyarakat. Berdasarkan data BPS Kota Tarakan Tahun 2008 bahwa TK yang berstatus
Negeri hanya 1 TK sedangkan yang
dikelola oleh pihak swasta sebanyak 27 TK dengan indikator murid per kelas TK Negeri 23,80 murid per kelas dan TK Swasta 25,56 murid per kelas. 1200
Jumla h Ruang Kelas
1000 800 600 400 200 0 2004 TK
2005 SD/MI
SMP/MTs
2006
2007
SMA/SMK/MA
Gambar 4 Jumlah Ruang Kelas Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan Tarakan Tengah lebih banyak dari kecamatan lainnya yaitu sebesar 34,58 % dengan jumlah sebanyak 45 fasilitas pendidikan. Hal ini karena Kecamatan Tarakan Tengah adalah merupakan pusat kota dan sebagai wilayah yang paling awal dibangun di Kota Tarakan sebelum berstatus kota pada tahun 1997. Berbagai fasilitas yang tersedia di suatu wilayah memungkinkan suatu wilayah berkembang lebih cepat di bandingkan dengan wilayah yang kurang memiliki fasilitas, mengingat bahwa aktivitas masyarakat dan mobilisasi masyarakat lebih tinggi.
43 Implikasinya adalah bahwa seluruh sektor yang saling berkaitan satu sama lain baik langsung maupun tidak langsung akan bergerak secara simultan, pergerakan masyarakat yang akan melakukan kegiatan rutin pergi ke sekolah akan menggerakkan sistem transportasi, dan jumlah murid serta guru yang melakukan kegiatan belajar tentu membutuhkan konsumsi yang akan menggerakkan sektor perdagangan makanan dan minuman demikian pula akan terjadi pergerakan pada sektor terkait lainnya. Tabel 10 Jumlah Sekolah Dasar, Menengah dan Perguruan Tinggi berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan No
Kecamatan
TK
SD/ MI
SMP/ MTs
SMA/ SMK/ MAN
Univ
Sekolah Tinggi
Aka demi
Jml
%
1
Tarakan Timur
7
20
6
2
1
1
2
39
29,10
2
Tarakan Tengah
7
21
8
8
0
0
1
45
34,58
3
Tarakan Barat
8
16
4
5
0
0
1
34
25,37
4
Tarakan Utara
6
6
2
2
0
0
0
16
11,94
Jumlah
28
63
20
1
1
4
134
100
17
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 Perbaikan tingkat kesehatan masyarakat dapat diupayakan dengan peningkatan kualitas pelayanan dan perbaikan fasilitas pelayanan serta dengan tersedianya fasilitas yang terjangkau baik dari segi jarak maupun biaya bagi masyarakat kebanyakan. Pada tahun 2007 di Kota Tarakan tersedia 1 Rumah Sakit Pemerintah Daerah dan 2 Rumah Sakit swasta. Rumah Sakit Umum Pemerintah Daerah berada di Kecamatan Tarakan Tengah, sedangkan Rumah Sakit Ilyas yang dikelola oleh Yayasan Angkatan Laut dan Rumah Sakit Pertamedika Pertamina berada di Kecamatan Tarakan Barat. Kecamatan lain hanya memiliki Puskesmas masing-masing di Kecamatan Tarakan Timur 3 Unit, Kecamatan Tarakan Barat 1 unit Kecamatan Tarakan Tengah 1 unit dan Kecamatan Tarakan Utara 2 Unit. Persentase ketersediaan fasilitas kesehatan yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kota Tarakan masih sangat timpang, ketersediaan fasilitas
44 tertinggi berada di Kecamatan Tarakan Tengah, yaitu sebesar 39,77% kemudian Kecamatan Timur sebesar 36,36%, terendah adalah di Kecamatan Tarakan Utara hanya sebesar 9,66% dari seluruh fasilitas kesehatan yang tersedia, sementara Kecamatan Tarakan Barat berada pada kondisi sedang sebesar 14,22%, hal ini mengakibatkan masyarakat Kecamatan Tarakan Utara dan sebagian Kecamatan Tarakan Barat masih sulit untuk mengakses fasilitas kesehatan, karena harus menempuh jarak yang terlalu jauh yaitu antara 14 Km – 22 Km menuju pusat pelayanan daerah (PODES Tarakan, 2008). Tabel 11 Jumlah Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Tarakan Tahun 2008 Rumah Sakit
Pus kesmas
Puskesmas Pembantu
Pos Yandu
Praktik Dokter
Jumlah Fasilitas
%
1 Tarakan Timur
0
3
2
49
10
64
36,36
2 Tarakan Tengah
2
1
0
63
5
70
39,77
3 Tarakan Barat
1
1
0
17
6
25
14,22
4 Tarakan Utara
0
2
0
11
4
17
9,66
3
7
2
140
25
176
100
No
Kecamatan
Jumlah
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2008 dan Olahan 4.3. Pertanian Sektor pertanian dalam hal ini mencakup tanaman pangan, peternakan perikanan, (BPS Kota Tarakan, 2008). Luas lahan pertanian tanaman pangan adalah 1.318 ha terdiri dari sawah 13 ha, jagung 823 ha, lahan ubi kayu 297 ha dan ubi jalar seluas 185 ha. Hortikultura seluas 6.847 ha. Produksi pada tahun 2007 padi sawah 17 ton, jagung 5.723 ton, ubi kayu 9.975 ton dan ubi jalar 2.210 ton, sayur-sayuran 36.941 ton dan buah-buahan 20.596 ton. Guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada bidang peternakan tersedia jenis ternak besar, kecil dan unggas dengan produksi dalam bentuk daging dan telur, produksi pada tahun 2007 dalam bentuk daging sebanyak 1.669,43 ton dan telur 16.157,29 ton. Sebagai kota pulau potensi perikanan laut diperkirakan sebesar 5.000 ton pertahun dan pada tahun 2007 produksi perikanan laut sebanyak, 3.735,80 ton,
45 produksi perikanan darat dari tambak air payau sebanyak 742 ton dan kolam air tawar sebanyak 17,5 ton. Sedangkan penyediaan bibit tambak dalam bentuk benur diproduksi secara lokal adalah sebanyak 17 juta ekor, dan impor dari luar Kota Tarakan sebanyak 1.193,1 juta ekor, dan nener sebanyak 7,978 juta ekor seluruhnya di datangkan dari luar daerah. 4.4. Industri Perusahaan industri terdiri dari perusahaan industri skala besar, sedang dan kecil, ditinjau dari jumlah perusahaan di Kota Tarakan terdapat 323 perusahaan industri masing-masing: 288
industri kecil, 22 perusahaan industri skala
menengah dan 13 perusahaan industri skala besar Terdapat 2 industri kayu lapis dan dan 11 industri perikanan, yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.022 orang pada tahun 2007. Jumlah tenaga kerja yang terserap terbanyak adalah pada industri besar yaitu sebanyak 7.683 orang, kemudian industri kecil mampu menyerap sebanyak 1.229 orang tenaga kerja, sedangkan industri menengah hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 110 orang. Investasi di bidang industri pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 280.007.842 dan US $ 37.400.989, yaitu masing-masing investasi industri kecil Rp. 14.388.899, investasi industri menengah sebesar Rp. 37.519.512 dan industri besar
Rp. 228.099.431 dan
US $ 37.400.989. 4.5. Perdagangan dan Koperasi Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor andalan Kota Tarakan, memberikan konstribusi terbesar pada NTB Kota Tarakan sejak tahun 2000 – 2007 rata-rata diatas 40 % setiap tahunnya. Pada tahun 2007 konstribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 40,83 % merupakan konstribusi terendah selama 8 tahun terakhir, dan tertinggi adalah pada tahun 2000 sebesar 44,67%, namun secara nominal merupakan konstribusi paling tinggi yaitu sebesar Rp. 900.524,- juta dibanding dengan tahun 2000 yang hanya sebesar Rp. 559.296,- juta. Investasi sektor perdagangan pada tahun 2007 sebesar Rp. 293.123,- juta. Dari investasi total sebesar itu 6,86% merupakan investasi dibidang perdagangan
46 kecil, sebanyak 6,44% investasi dibidang perdagangan menengah dan sisanya 86,71% merupakan investasi perdagangan besar. Jumlah koperasi pada tahun 2007 sebanyak 193 koperasi, terbanyak adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) dengan jumlah 101 koperasi, menyusul Koperasi Karyawan (Kopkar) sebanyak 26 koperasi dan Koperasi Pegawai Negeri (KPN) 23 dan Koperasi Nelayan dan Tani sebanyak 19 koperasi, sisanya adalah koperasi jasa, koperasi TNI, koperasi pasar dan koperasi syari’ah. 4.6. Keuangan dan Perbankan Penunjang kegiatan perekonomian suatu wilayah adalah tersedianya lembaga perbankan yang memadai. Keberadaan bank pada suatu wilayah ditentukan oleh keberadaan dunia usaha dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. Kota Tarakan sebagai pintu gerbang wilayah utara Kalimantan Timur merupakan wilayah strategis dan daerah transit bagi kabupaten lain disekitarnya juga ke Negara Bagian Sabah Malaysia Timur. Jumlah bank di Kota Tarakan pada tahun 2007 tercatat sebanyak 6 bank dengan 14 unit kantor bank yaitu: Bank Pembangunan Daerah/Bank Kaltim 4 unit, BNI 1 unit, BRI 4 Unit dan Bank Mandiri 3 unit, serta 2 unit bank swasta yaitu bank Danamon dan Bank Bumi Putera. Pada tahun 2008 dan 2009 berdiri 5 bank masing-masing 1 unit kantor yaitu: Bank Mega, Bank BCA dan Bank BTN serta Bank Mandiri Syari’ah dan BNI Unit Pasar Beringin. Sehingga total seluruh di Kota Tarakan terdapat 10 bank dengan 19 kantor unit pelayanan. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Tarakan pada tahun 2007 sebesar Rp. 1,373,715,920,173,- dan realisasi belanja sebesar Rp. 701,610,436,212,sehingga terdapat surplus anggaran sebesar Rp. 672,105,483,961,- Besarnya surplus anggaran ini diakibatkan oleh tidak terselenggaranya berbagai proyek karena terjadi perubahan yang cukup besar dalam anggaran biaya tambahan, yang merupakan sisa lebih tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2002 terjadi defisit anggaran Rp. 107,712,692,284,-. Kondisi ini menggambarkan kurang efektif dan effisiennya penggunaan anggaran, karena meskipun terjadi peningkatan jumlah penerimaan namun tidak dapat terserap seluruhnya, kecuali pada tahun 2004 seluruh anggaran mampu terserap dengan baik.
47 Jika pola penggunaan anggaran dengan surplus yang meningkat ini berlanjut terus maka pembangunan akan bergerak dengan lambat, bahkan target pembangunan sulit dicapai sesuai dengan rencana pembangunan yang telah ditetapkan. Surplus anggaran yang cukup signifikan adalah sejak tahun 20052007 dengan persentase rata-rata diatas 50 % yang tertinggi adalah pada tahun 2006 sebesar 57,16%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejak tahun 2005 target pembangunan yang direncanakan tidak dapat dicapai, hal ini mengindikasikan kinerja keuangan dan pembangunan pemerintah Kota Tarakan sangat rendah. Tabel 12 Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kota Tarakan Tahun 2000 – 2007 (Dalam Rupiah) Tahun
Penerimaan
Belanja
2000
49.753.884.000
49.140.580.000
613.304,000
1,23
2001
299.867.763.105
230.283.707.020
69.584056,085
0,77
2002
208.261.533.844
315.974.226.128
(107.712.692.284)
-51,72
2003
397.662.369.194
384.571.863.473
13.090.505.721
3,29
2004
350.000.000.000
350.000.000.000
-
0
2005
765.963.028.111
376.471.396.423
389.491.631.688
50,85
2006
1.115.178.297.651
477.786.653.153
637.391.644.498
57,16
2007
1.373.715.920.173
701.610.436.212
672.105.483.961
48,93
Sumber : Bappeda Kota Tarakan, 2008
Surplus/(Defisit)
%
60 5.1.4.5. Angka Pengganda Nilai Tambah Total (NTB Multiplier) Pada dasarnya setiap kegiatan ekonomi bertujuan untuk menciptakan nilai tambah seoptimal mungkin dengan penggunaan input yang efisien, karena nilai tambah total (NTB) terdiri dari beberapa komponen yaitu : upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung yang mana semua komponen nilai tambah bersinerji secara langsung. Perubahan yang terjadi pada satu komponen akan berpengaruh langsung terhadap komponen lainnya, sehingga NTB selalu dijadikan sebagai indikator kinerja ekonomi suatu negara atau daerah sebagai ukuran keberhasilan pembangunan. Dari hasil analisis Tabel input output
updating Kota Tarakan tahun 2007, diperoleh sepuluh sektor
dengan angka pengganda NTB terbesar yang disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Sepuluh Sektor dengan Pengganda Nilai Tambah Total Terbesar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sektor Kehutanan Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Jasa Hiburan dan Rekreasi Air minum Angkutan laut Bangunan/Konstruksi Hotel Restoran Bank
Kode Seektor
NTB Multiplier
4 8 9 27 12 18 13 16 15 22
12,831 8,861 4,613 2,648 2,560 2,468 2,449 2,355 2,054 1,956
Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah Sektor Kehutanan mempunyai angka pengganda NTB tertinggi sebesar 12,82, yang memberikan makna bahwa setiap terjadi perubahan pada Sektor Kehutanan sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan nilai NTB sebesar 12,82 juta rupiah, demikian pula halnya Sektor Industri Makanan dan Minuman memberikan dampak perubahan pada NTB sebesar 8,86 juta rupiah selanjutnya Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan lain memberikan dampak perubahan pada NTB sebesar 4,61 juta.
61 5.1.5. Kriteria Sektor Unggulan Beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan sektor unggulan berdasarkan hasil analisis Tabel input output updating Kota Tarakan tahun 2007 adalah sebagai berikut : 1.
Derajat kepekaan (backward linkages) yang merupakan keterkaitan sektor dalam menggerakkan output sektor-sektor lain, variabel yang digunakan adalah keterkaitan ke belakang.
2.
Daya penyebaran (forward lingkages) keterkaitan ke depan yang merupakan keterkaitan sektor sebagai penyedia input bagi sektor lain.
3.
Memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian Kota Tarakan dan mampu meningkat daya beli masyarakat, variabel yang digunakan adalah, angka pengganda total output dan angka pengganda pendapatan, angka pengganda NTB, angka pengganda surplus usaha dan angka pengganda pajak tak langsung netto.
4.
Keberlanjutan (sustainable), sektor-sektor yang dipilih adalah sektor-sektor yang menggunakan sumberdaya terbarukan (renewable).
5.
Rata-rata pertumbuhan sektoral Kota Tarakan tahun 2003-2007 menurut lapangan usaha. Pemilihan
kriteria
sektor
unggulan
ini
secara
langsung
juga
mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi dari masing-masing lapangan usaha, sebagai sumbangan masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan, dan secara kualitatif juga mempertimbangkan aspek sosial, kelembagaan dan keberlanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu paradigma yang tidak dapat dipisahkan dalam penentuan sektor unggulan sebagai jaminan ketersediaan sumberdaya, yang secara ekonomi merupakan jaminan kelayakan dan secara sosial dapat diterima berdasarkan kearifan lokal, karena diketahui permasalahan lingkungan memiliki dampak ganda dan multi dimensi, dan yang lebih penting lagi berkaitan dengan kondisi masa yang akan datang, sehingga perlu pengelolaan secara arif dan bijaksana.
62 Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap angka keterkaitan sektor dan angka pengganda sektor unggulan yaitu berdasarkan kriteria keterkaitan ke belakang dan ke depan,
pengganda total output, pengganda surplus usaha,
pengganda pendapatan dan pengganda NTB serta pengganda pajak tak langsung netto. Untuk menentukan sektor unggulan dilakukan penjumlahan nilai/skor dari masing-masing sektor yang telah distandarisasi, sektor yang memiliki skor yang tinggi dipilih sebagai sektor unggulan Kota Tarakan.
Tabel 23 Sektor Unggulan Berdasarkan Analisis Input Output di Kota Tarakan Kode Sektor 1 Industri Makanan dan Minuman 8 2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 3 Bangunan/Konstruksi 13 4 Air minum 12 5 Pemerintahan dan pertahanan 25 6 Industri Lainnya 10 7 Bank 22 8 Perikanan 5 9 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 10 Angkutan laut 18 Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah No.
Sektor
Total Nilai Skor 155 84 51 45 33 26 22 15 12 11
Hasil dari olahan data yang telah distandarisasi, dengan pertimbangan rata-rata laju pertumbuhan sektor, dan aspek keberlanjutan, maka sektor-sektor yang dapat diidentifikasi sebagai sektor unggulan di Kota Tarakan adalah : Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Air Minum, Sektor Pemerintahan dan Pertahanan, Sektor Industri Lainnya, Sektor Bank, Sektor Perikanan, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Sektor Angkutan Laut. Meskipun Sektor Kehutanan memperoleh skor yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai sektor unggulan dengan pertimbangan azas lingkungan dan keberlanjutan sebagaimana terlihat pada lampiran 11. Dengan demikian diharapkan pembangunan perekonomian diarahkan pada sektor-sektor unggulan tersebut, karena terbukti memberikan multiplier effect
63 serta keterkaitan yang cukup berarti terhadap sektor-sektor lainnya di Kota Tarakan, namun dalam jangka panjang secara perlahan tetap memperhatikan sektor-sektor yang bukan unggulan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dan pembangunan Kota Tarakan secara keseluruhan. Adapun sektor-sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan yang cukup tinggi, namun tidak teridentifikasi sebagai sektor unggulan yaitu: 1) Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi, 2) Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan, 3) Jasa Sosial Kemasyarakatan, 4) Sektor Listrik, 6)
Sektor Restoran dan
7) Sektor Angkutaan Udara. Berdasarkan hasil analisis data bahwa sektor unggulan di Kota Tarakan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: Sektor Industri, Sektor Bangunan/Konstruksi dan Sektor Jasa. Sementara sektor perdagangan sebagai penyumbang NTB dan Total Output terbesar di Kota Tarakan namun tidak teridentifikasi sebagai sektor unggulan berdasarkan analisis input output hanya teridentifikasi pada hasil analisis keterkaitan langsung ke depan (DFL) dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (DIFL) berada pada peringkat lima dari sepuluh sektor, hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan kurang memiliki keterkaitan dengan sektor lain, dan tidak mampu mendorong sektor lainnya sebagaimana ditunjukkan dari derajat kepekaan dan daya penyebaran bahwa sektor perdagangan terdapat pada kuadran III, memiliki daya penyebaran (backward linkages) lemah. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Rustiadi et.al (2008) bahwa: Beberapa sektor yang memiliki peranan stategis karena keterkaitannya yang luas dan berpotensi menumbuhkan dampak ganda bagi berbagai indikator pembangunan namun pada kenyataannya tidak memberikan dampak luas berdasarkan income multiplier, total output multiplier, imployment mutiplier dll, sebagaimana keterkaitan antar sektor ekonomi NTT dimana sektor pertanian sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian NTT justru memiliki keterkaitan yang kecil, meskipun dari struktur NTB konstribusinya sangat dominan (Tim Moneter KBI Kupang, 2008).
64 5.2. Potensi Wilayah Kota Tarakan dan Pengembangannya 5.2.1. Analisis Diversitas Entropi Indeks diversitas aktivitas sektor ekonomi Kota Tarakan di hitung dengan menggunakan indeks entropi, sehingga dapat diketahui perkembangan wilayah. Semakin besar nilai indeks entropi, maka semakin tinggi aktivitas ekonomi dan aktivitas wilayah, dan semakin berkembang wilayah tersebut, sedangkan jika nilai indeks entropi kecil semakin lambat perkembangan wilayah tersebut.
Gambar 6 Pola Spasial Indeks Diversitas Tiga Sektor Pekerjaan Utama Indeks entropi wilayah berdasarkan tiga sektor pekerjaan utama yaitu: Sektor pertanian, sektor manufaktur dan sektor jasa di Kota Tarakan pada tahun 2009. Wilayah yang memiliki indeks entropi paling tinggi adalah Kelurahan Karang Anyar yaitu sebesar 0,380, Karang Anyar Pantai sebesar 0,312 dan Kelurahan Selumit Pantai sebesar 0,312, dan yang memiliki indeks entropi sedang yaitu Kelurahan Sebengkok sebesar 0,267, Kelurahan Pamusian sebesar 0,258 dan Kelurahan Lingkas Ujung sebesar 0,202, Sedangkan yang terendah
65 adalah Kelurahan Kampung Empat sebesar 0,099, kemudian Kelurahan Juata Kerikil sebesar 0,096, dan Kelurahan Pantai Amal sebesar 0,095 serta Kelurahan Mamburungan Timur dengan indeks entropi sebesar 0,068.
Tabel 24 Indeks Entropi dan Klasifikasi Wilayah di Kota Tarakan No. Kelurahan
2007
Klasifikasi
2009
Klasifikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0,170 0,255 0,268 0,156 0,308 0,376 0,175 0,311 0,175 0,147 0,197 0,161 0,100 0,157 0,188 0,094 0,069 0,197 0,168 0,097
Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah
0,170 0,258 0,267 0,148 0,312 0,380 0,176 0,312 0,176 0,148 0,202 0,164 0,099 0,129 0,189 0,095 0,068 0,195 0,166 0,096
Rendah Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah
Kampung Satu Skip Pamusian Sebengkok Selumit Selumit Pantai Karang anyar Karang Rejo Karang Anyar Pantai Karang Balik Karang Harapan Lingkas Ujung Gunung Lingkas Kampung Empat Kampung Enam Mamburungan Pantai Amal Maburungan Timur Juata Laut Juata Permai Juata Kerikil
Sumber Data Olahan Perkembangan wilayah berdasarkan indeks entropi menggambarkan suatu kondisi wilayah secara keseluruhan, untuk menggambarkan perkembangan wilayah digunakan kelas 1 sampai dengan 3 dengan kriteria : Rendah dimana indek entropi < rataan, kategoti sedang indeks entropi ≥ rataan, kategori tinggi indeks entropi = rataan + standar deviasi. Tabel 24 menunjukkan perbandingan indeks entropi tahun 2007 dan 2009, bahwa terjadi peningkatan perkembangan wilayah berdasarkan aktivitas 3 sektor pekerjaan utama Sektor Pertanian, Sektor Manufacture dan Sektor Jasa diidentifikasi bahwa Kelurahan Sebengkok terjadi penurunan aktivitas tahun 2007 memiliki aktivitas tinggi dan tahun 2009 menjadi rendah, sedangkan
66 Kelurahan Mamburungan mengalami perkembangan aktivitas wilayah pada tahun 2007 kategori rendah menjadi sedang, hal ini disebabkan bahwa di wilayah ini masih terdapat lahan-lahan yang siap bangun sehingga memungkinkan dibangunnya fasilitas publik baru dan terjadinya pemekaran wilayah menjadi 2 Kelurahan pada tahun 2004. Untuk kelurahan yang memiliki kelas perkembangan wilayah tinggi terjadi peningkatan indeks entropi namun tidak terlalu signifikan antar 0,001 – 0,004 seperti Kelurahan Karang Anyar, Selumit Pantai dan Kelurahan Karang Anyar Pantai, hal ini menunjukkan
wilayah ini merupakan pusat aktivitas karena
terdapat di pusat kota, yang otomatis merupakan pusat perdagangan dan terdapat pasar serta pelabuhan perikanan dan Bandara Juata Tarakan yang sedang dalam pengembangan sehingga mendorong aktivitas wilayah di sekitarnya, disisi lain di Kelurahan Selumit Pantai merupakan wilayah pengembangan eks kebakaran pasar beringin, dan sebagai pusat aktivitas Kecamatan Tarakan Tengah. Sedangkan Kelurahan Mamburungan Timur dengan indeks entropi paling rendah yaitu sebesar 0,068 merupakan daerah baru hasil pemekaran Kelurahan Mamburungan tanggal 8 Juni 2004, disamping itu daerah ini terdapat tambang minyak, hutan mangrove dan sebagian besar adalah perkebunan buah dan industri batu bata, sehingga sangat memungkinkan daerah ini lambat berkembang, demikian pula halnya Kampung Empat sebagai wilayah pertambangan dan hutan mangrove, dengan aktivitas penduduk dominan nelayan.
5.2.2. Analisis Skalogram Tingkat perkembangan yang berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lain akan berdampak pada struktur dan fasilitas yang tersedia dalam suatu wilayah sebagai pusat pelayanan. Wilayah yang berada di pusat kota dengan kepadatan penduduk dan kompleksitas yang tinggi dan beragam, membutuhkan berbagai sarana dan prasarana sebagai fasilitas pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat, hal ini akan berbeda dengan wilayah belakangnya atau daerahdaerah yang tingkat kepadatan penduduknya rendah.
67 Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan hirarki wilayah terhadap jenis dan jumlah fasilitas yang tersedia. Jenis data yang digunakan dalam analisis ini, meliputi data jumlah sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan jenis fasilitas sosial ekonomi lainnya sebanyak 39 jenis fasilitas umum, sosial dan ekonomi. Urutan tingkat hirarki adalah berdasarkan nilai indek dari masing-masing kelurahan, urutan terbesar merupakan tingkat hirarki yang tinggi, demikian seterusnya hingga urutan hirarki terkecil. Dengan ketentuan hirarki yaitu : Hirarki I = rataan + standar deviasi, Hirarki II ≥ rataan dan Hirarki III < Rataan. Hirarki I menunjukkan kelurahan yang memiliki fasilitas dan infrastruktur lengkap dan sangat mudah diakses oleh masyarakat dikatakan sebagai kelurahan dengan tingkat perkembangan paling tinggi. Hirarki II dan III sebagai kelurahan yang memiliki tingkat perkembangan sedang dan rendah.
Tabel 25 Hirarki Perkembangan Wilayah Kelurahan di Kota Tarakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Kelurahan Karang Balik Karang Rejo Karang Anyar Pamusian Mamburungan Mamburungan Timur Selumit Pantai Amal Kampung Satu Skip Kampung Empat Gunung Lingkas Karang Anyar Pantai Sebengkok Karang Harapan Juata Permai Juta Krikil Lingkas Ujung Juata Laut Kampung Enam Selumit Pantai
Sumber Data Olahan
Indeks Pembangunan 70,2182 62,5519 51,8238 50,8325 44,1797 43,4905 43,2155 42,9068 40,4712 39,6390 35,5526 34,2142 33,6845 30,3472 29,8631 29,4870 27,9387 27,2498 26,0600 25,5794
Jml Jenis Fasilitas 28 24 27 30 22 17 21 20 24 23 22 24 27 18 20 15 19 20 19 21
Hirarki Wilayah Hirarki I Hirarki I Hirarki I Hirarki II Hirarki II Hirarki II Hirarki II Hirarki II Hirarki II Hirarki II Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III Hirarki III
68 Analisis skalogram pada dasarnya adalah untuk menentukan struktur pusat pelayanan menurut hirarki wilayah. Penentuan hirarki berdasarkan tingkat perkembangan dan kapasitas pelayanan yang tersedia pada suatu wilayah, tingkat hirarki wilayah ini sangat penting dalam menentukan apakah suatu wilayah sebagai pusat atau wilayah belakang (hinterland). Berdasarkan hasil pengelompokan hirarki bahwa terdapat 3 kelompok hirarki wilayah yaitu hirarki I , Hirarki II dan hirarki III, tersebar di 20 Kelurahan. Wilayah dengan hirarki I mengindikasikan bahwa kelurahan yang memiliki fasilitas publik tergolong lengkap dan berada pada pusat kota atau berada di pusat kecamatan dengan tingkat perkembangan wilayah relatif cepat, memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dan lengkap serta sebagai pusat pelayanan yaitu sebanyak 3 Kelurahan masing-masing : Kelurahan Karang Balik, Kelurahan Karang Rejo, Kelurahan Karang Anyar. Wilayah yang dengan hirarki II terdiri dari: Kelurahan Pamusian, Kelurahan Mamburungan, Kelurahan Mamburungan Timur, Kelurahan Selumit, Kelurahan Pantai Amal, Kelurahan Kampung Satu Skip, dan Kelurahan Kampung Empat. Demikian pula halnya 10 Kelurahan lainnya dengan hirarki III yaitu Kelurahan Gunung Lingkas, Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kelurahan Sebengkok, Kelurahan Karang Harapan, Kelurahan Juata Permai, Kelurahan Juata Kerikil, Kelurahan Lingkas Ujung, Kelurahan Juata Laut, Kelurahan Kampung Enam dan Kelurahan Selumit Pantai. Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa Kelurahan Karang Balik memiliki indeks pembangunan paling tinggi sebesar 70,47 dan memiliki 28 jenis fasilitas, kemudian Karang Rejo dengan indeks pembangunan 61,65 memiliki 24 fasilitas dan Karang Anyar dengan indeks pembangunan 51,83 memiliki 27 fasilitas, ketiga kelurahan di Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan ini terletak di pusat kota, dan merupakan wilayah yang paling awal terbangun sehingga seluruh fasilitas sosial dan ekonomi terpusat di wilayah ini. Selain itu di dibagian tengah Kota Tarakan ini terdapat banyak industri kecil dan menengah sehingga infrastruktur wilayah lebih baik dibanding dengan daerah lainnya. Selanjutnya di wilayah Timur Kota Tarakan terdapat empat Kelurahan dengan hirarki II yaitu: Kelurahan Mamburungan, Mamburungan Timur,
69 Kelurahan Pantai Amal dan Kampung Empat. Hal ini disebabkan karena tiga kelurahan yang ada selain Kelurahan Pantai Amal adalah suatu wilayah yang simetris, hanya memiliki satu poros jalan sehingga akses masyarakat terhadap fasilitas sangat mudah dan dekat, disamping itu merupakan wilayah pengembangan bagian timur Kota Tarakan, juga sebagai kawasan industri dan pertanian.
Sedangkan
Pantai Amal merupakan daerah tujuan wisata juga
sebagai daerah pengembangan sektor perikanan, sehingga sangat memungkinkan fasilitas di daerah ini terbilang cukup. Untuk wilayah Kecamatan Tarakan Tengah terdapat 3 kelurahan yang memiliki hirarki II yaitu: Kelurahan Pamusian, Kelurahan
Selumit dan
Kelurahan Kampung Satu Skip, hal ini menunjukkan bahwa wilayah ini sebagai pusat pelayanan bagi Kecamatan Tarakan Tengah bahkan sebagai pusat pelayanan masyarakat Kota Tarakan diantaranya adalah pelayanan kesehatan terdapat 2 rumah sakit satu diantaranya adalah Rumah Sakit Umum Daerah, dan sebagai pusat pendidikan, pusat pemerintahan berbagai instansi pemerintah terletak di Kelurahan Pamusian dan Kampung Satu Skip terdapat berbagai fasilitas publik, sedangkan Kelurahan Selumit sebagian besar adalah wilayah pertokoan berada pada jalan protokol Kota Tarakan. Seluruh
kelurahan
yang
terdapat
di
Kecamatan
Tarakan
Utara
dikategorikan kedalam hirarki III, yaitu Kelurahan Juata Permai dengan indeks pembangunan 29,86, Juata Kerikil 29,49 dan Juata Laut dengan indeks pembangunan 27,25. Sedangkan Kelurahan Karang Harapan Kecamatan Tarakan Barat, secara geografis berada diujung utara Kota Tarakan jauh dari pusat kota dan pusat pemerintahan, beberapa daerahnya ditetapkan sebagai kawasan terlarang, seperti hutan lindung dan kawasan militer. Jika ditinjau dari kondisi sosial masyarakat bahwa di kelurahan ini didominasi oleh masyarakat pertanian dan perikanan, sehingga tergolong daerah yang lambat berkembang. Bahwa sektor primer dan pertanian subsistem dengan lahan-lahan terbatas, rendahnya teknologi mengakibatkan daerah ini tergolong pada hirarki III dicirikan sebagai wilayah pedesaan. Dari sudut akses masyarakat terhadap layanan sosial dan ekonomi tergolong sulit, minimnya ketersediaan sarana transportasi yang bisa diakses setiap saat oleh masyarakat, karena jalur ke
70 wilayah utara ini merupakan trayek khusus. Disamping itu sebagaimana lazimnya ketidak seimbangan pembangunan akan menghasilkan hubungan antar wilayah yang membentuk interaksi yang saling memperlemah satu sama lain, penguasaan lahan-lahan oleh penduduk perkotaan akan memperlambat proses pembangunan di kelurahan ini, banyaknya lahan-lahan
tidur, karena dasar
penguasaan lahan didorong oleh motif spekulasi dan investasi. Beberapa kelurahan yang berada di Wilayah Timur Kota Tarakan yang dikategorikan hirarki III yaitu Kelurahan Kampung Enam, dan Gunung Lingkas dan Lingkas Ujung merupakan wilayah konsentrasi pertambangan minyak dan gas Pertamina. Kelurahan Kampung Enam merupakan wilayah produksi hampir seluruh wilayah terdapat sumur-sumur minyak dan gas dengan pompa angguk (telaga) dan lapangan penumpukan material dan asset-asset pertamina termasuk komplek perumahan. Disamping itu terdapat kawasan lindung sebagai daerah penyangga, karena tandusnya wilayah pertambangan, sehingga daerah ini akan sulit berkembang. Kelurahan Gunung Lingkas dan Lingkas Ujung merupakan wilayah penampungan dan distribusi minyak Pertamina baik minyak masak maupun minyak mentah, terdapat pelabuhan minyak untuk pelayanan nasional dan regional, dan depo Pertamina untuk distribusi BBM dan Oli untuk wilayah lokal dan regional Wilayah Utara Kaltim. Kelurahan Selumit Pantai dan Karang Anyar Pantai merupakan wilayah padat penduduk dan kumuh karena pemukiman berada diatas pantai dengan model rumah panggung dan akses jalan berupa jembatan yang hanya dapat dilalui oleh orang dan kendaraan roda dua, wilayah ini masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sedangkan Kelurahan Sebengkok merupakan daerah yang paling padat di Kota Tarakan dengan 78 jiwa per ha, kemudian Kelurahan Juata Laut dengan kepadatan 68 jiwa per ha, dan Kelurahan Selumit sebagai daerah terpadat ketiga yaitu 55 jiwa per ha. Pada umumnya kelurahan yang teridentifikasi hirarki III adalah daerah pantai, daerah pertambangan dan daerah terlarang lainnya yang ditetapkan sebagai kawasan lindung serta kawasan militer, sehingga lahan tersedia untuk pembangunan fasilitas menjadi terbatas.
71 Kemiskinan dan keterbelakangan kawasan perdesaan bukanlah sematamata disebabkan terisolasinya kawasan desa ke kota, melainkan juga akibat dari bentuk dan sistem keterkaitan kota dengan desa yang cenderung mengarah pada hubungan disploitatif. Banyak keberhasilan kota kecil dan sedang dalam pembangunan karena melakukan ekploitasi wilayah pedesaan disekitarnya (Satterthwaite dan Tacoli, 2003). Desa-desa yang memiliki kedekatan dan keterkaitan yang tinggi dengan perkotaan akan meningkatkan potensi pemanfaatan dan pengeksploitasian sumberdaya perdesaan oleh masyarakat perkotaan. Ditinjau dari kelas hirarki kelurahan bahwa terdapat sebanyak tiga kelurahan hirarki I dengan indeks pembangunan 51,82 hingga 70,22 dan sebanyak 7 kelurahan Hirarki II dengan indeks pembangunan 39,64 hingga 50,83 serta sebanyak 10 kelurahan hirarki III dengan indeks pembangunan 25,58 hingga 35,55.
Hal ini menggambarkan ketimpangan pembangunan di Kota
Tarakan dengan jurang indeks pembangunan yang cukup tajam terendah 25,58 di Kelurahan Selumit Pantai dan tertinggi 70,22 di Kelurahan Karang Balik.
Gambar 7 Peta Hirarki Perkembangan Kelurahan di Kota Tarakan
72 Secara
fungsional struktur wilayah Kota Tarakan tidak menunjukkan
adanya hubungan yang saling melengkapi karena segala fasilitas publik terkonsentrasi di pusat kota sehingga terjadi kesenjangan struktur perkotaan. Sebagaimana Anwar (2005) jika pembagian wilayah didasarkan pada hubungan fungsional maka orde I dan II adalah wilayah perkotaan sedang orde III dan IV sebagai wilayah perdesaan atau berdasarkan konsep wilayah nodal merupakan hirarki dari orde I yaitu wilayah yang maju sampai orde IV yaitu wilayah yang tidak berkembang. Jika hirarki wilayah ditinjau berdasarkan kecamatan, maka terjadi perubahan hirarki dibandingkan dengan hirarki kelurahan , hal ini menunjukkan hubungan keterkaitan yang saling melengkapi dan atau sebaliknya saling melemahkan antar kelurahan dalam suatu kecamatan, dan adanya ketimpangan sebagaimana terlihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 26 Hirarki Perkembangan Kecamatan di Kota Tarakan No
Nama Kecamatan
Indek Pembangunan
Jml Jenis Fasilitas
Hirarki Wilayah
1
Tarakan Timur
35,182
24
Hirarki II
2
Tarakan Barat
36,555
33
Hirarki I
3
Tarakan Utara
30,003
25
Hirarki III
4
Tarakan Tengah
31,737
19
Hirarki III
Sumber Data Olahan Kecamatan Tarakan Barat dikategorikan sebagai wilayah dengan hirarki I memiliki jumlah jenis fasilitas sebanyak 33 dengan indeks pembangunan 36,56 diidentifikasi sebagai wilayah perkotaan dengan fasilitas lengkap dan berada di pusat Kota Tarakan tergolong daerah yang paling berkembang, Kecamatan Tarakan Timur memiliki hirarki II memiliki jumlah jenis fasilitas sebanyak 24 diidentifikasi sebagai wilayah yang sedang berkembang indeks pembangunan 35,18, selanjutnya Kecamatan Tarakan Utara dan Kecamatan Tarakan Tengah merupakan wilayah hirarki III dengan indeks pembangunan masing-masing
73 sebesar 30,00 dan 31,74, memiliki jumlah jenis fasilitas masing-masing 25 jenis fasilitas dan 19 jenis fasilitas sebagai akses publik. Secara geografis Kecamatan Tarakan Tengah terletak di tengah Kota Tarakan, namun karena beberapa kelurahan seperti Kelurahan Sebengkok dan Kelurahan Selumit Pantai memiliki kepadatan penduduk tinggi dan berada di atas pantai, lahan tersedia menjadi terbatas dan sangat mahal sehingga pembangunan fasilitas publik baru menjadi sulit dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Keberadaan daerah kumuh dan padat penduduk ini memperlemah daerah lainnya di Kecamatan Tarakan Tengah, walaupun Kelurahan Selumit, Kelurahan Kampung Satu Skip dan Kelurahan Pamusian memiliki hirarki II. Sedangkan di sisi lain Kecamatan Tarakan Timur, jika berdasarkan hirarki kelurahan terdapat tiga kelurahan yang memiliki hirarki III yaitu Kelurahan Lingkas Ujung, Kelurahan Gunung Lingkas dan Kelurahan Kampung Enam dan empat kelurahan lainnnya memiliki hirarki I, namun hubungan kewilayahan saling memperkuat dengan kelurahan lainnya sehingga wilayah ini dikategorikan sedang berkembang memiliki hirarki II sebagai wilayah perkotaan. Kecamatan Tarakan Utara baik berdasarkan hirarki kecamatan maupun hirarki kelurahan memiliki hirarki III, berdasarkan konsep wilayah nodal bahwa daerah ini tergolong daerah yang kurang berkembang, karena tidak memiliki kesempatan dan ada kecenderungan dieksploitir wilayah lain, kepadatan penduduk jarang hanya 136 jiwa per km2, memiliki infrastruktur yang tidak lengkap dan aksesibilitas rendah. Sedangkan Kecamatan Tarakan Barat tetap teridentifikasi sebagai daerah maju baik berdasarkan hirarki kelurahan maupun hirarki kecamatan, karena daerah ini memiliki fasilitas serba lengkap dan berada di pusat kota, sehingga memiliki struktur perekonomian wilayah yang mantap dan stabil. Berdasarkan hasil analisis hirarki wilayah di tingkat kelurahan di Kota Tarakan dan hirarki wilayah di tingkat kecamatan dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas penduduk, ketersediaan lahan dan fungsi lahan berpengaruh signifikan terhadap pembentukkan struktur wilayah.
74
Gambar 8 Peta Hirarki Perkembangan Kecamatan di Kota Tarakan
5.2.3. Analisis Gini Rasio Untuk mengukur distribusi pendapatan penduduk suatu daerah umumnya digunakan Gini Rasio. Angka Gini Rasio bekisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 maka distribusi pendapatan sangat merata, jika mendekati 1 maka distribusi pendapatan tergolong timpang. Berdasarkan data BPS Kaltim (2008) Gini Rasio Kota Tarakan pada tahun 2006 yaitu sebesar 0,28 dan tahun 2007 sebesar 0,25 hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan distribusi pendapatan di Kota Tarakan cukup signifikan dari kondisi merata moderat menjadi kondisi sangat baik. Distribusi pendapatan berdasarkan angka Gini Rasio menggambarkan tingkat kemerataan pendapatan secara global. Sedangkan seberapa besar bagian dari kelompok masyarakat yang memperoleh pendapatan terendah belum terlihat jelas, maka untuk itu perlu dilihat tingkat kemiskinan relatif (relative inequality) berapa persen kelompok masyarakat memiliki pendapatan tertinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah sebagaimana dikembangkan oleh Bank Dunia
75 memberikan gambaran lebih jelas mengenai ketidakadilan (inequality) melalui indikator kemiskinan relatif (relative inequality). Kriteria Bank Dunia ini, membagi jumlah penduduk ke dalam tiga kelompok, yakni 20 % penduduk berpendapatan tinggi, 40 % berpendapatan menengah dan 40% berpendapatan rendah. Kelompok pertama adalah bagian dari penduduk terkaya dan kelompok ketiga adalah bagian dari penduduk termiskin. Kelompok kedua sering dikatakan sebagai masyarakat kelas menengah. Relative inequality diartikan sebagai ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan masyarakat. Adapun kriteria relative inequality adalah: 1) Distribusi pendapatan sangat timpang (High inequality), jika 40 persen penduduk berpendapatan terendah menerima kurang dari 12 persen dari bagian total pendapatan. 2) Ketimpangan sedang (Moderate inequality), jika 40 persen penduduk berpendapatan terendah menerima antara 12 sampai 17 persen dari bagian total pendapatan. 3) Distribusi pendapatan tidak terlalu timpang (Low inequality), jika 40 persen penduduk berpendapatan terendah menerima
lebih dari 17 persen dari bagian total
pendapatan. Tabel 27 Kemiskinan Relatif dan Gini Rasio Kota Tarakan Tahun 2006-2007 Distribusi Pendapatan 40% Rendah 40% Sedang
Pendapatan Total (Persen) Tahun 2006 2007 10,02 13,50 27,65 35,21
20% Tinggi
62,33
51,29
Gini Rasio
0,28
0,25
439.546
487.161
Pengeluaran Perkapita (Rp) Sumber Data BPS Kaltim Diolah
Berdasarkan Tabel 27 bahwa distribusi pendapatan menurut versi Bank Dunia dari 40% penduduk berpendapatan terendah dapat menikmati 10,02% dari total pendapatan regional pada tahun 2006 tergolong timpang (high inequality) dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 3,48% menjadi sebesar 13.50% sehingga tergolong ketimpangan sedang (moderat inequality).
76 Besarnya pendapatan yang diterima 40% penduduk berpendapatan sedang meningkat tajam dari sebesar 20,68% pada tahun 2006 menjadi sebesar 35,21% pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa 40% dari penduduk berpendapatan sedang menikmati 35,21% total pendapatan regional Kota Tarakan. Seiring dengan hal itu terjadi penurunan
sebesar 11,04% pada 20% penduduk
berpendapatan tinggi dari sebesar 62,33% pada tahun 2006 menjadi sebesar 51,29% dari pendapatan total regional pada tahun 2007. Secara keseluruhan bahwa, sebesar 51,29% total pendapatan regional Kota Tarakan hanya dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi. Sedangkan 80% penduduk lainnya hanya menikmati sebesar 48,71% dari total pendapatan regional Kota Tarakan.
Ketimpangan pendapatan ini dapat dilihat
Lorenz dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kurva Lorenz Kota Tarakan Tahun 2007
Kurva
77 5.2.4. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index merupakan
suatu
metode
perhitungan
kesejahteraan
penduduk
yang
dikembangkan oleh United Nations for Development (UNDP) sejak tahun 1990. IPM merupakan suatu cara baru dan paling komprehensif dalam mengukur kualitas sumberdaya manusia suatu daerah. Variabel pembentuk IPM adalah komposit dari variabel angka harapan hidup, tingkat literasi/melek huruf, ratarata lama sekolah dan konsumsi perkapita yang disesuaikan (paritas daya beli). IPM merupakan angka agregat yang dapat diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100. Bagi suatu wilayah, angka IPM yang diperoleh menggambarkan kemajuan pembangunan manusia di daerah tersebut. Dalam lima tahun terakhir (2004-2008), IPM Kota Tarakan menunjukkan nilai yang meningkat. Pada tahun 2004 nilai IPM sebesar 73,7 kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,2 menjadi 75,9 dan mengalami kemajuan yang sangat pesat secara nasional dari peringkat 44 pada tahun 2007 menjadi peringkat 38 pada tahun 2008, hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah Kota Tarakan dalam pengembangan Sumberdaya Manusia. IPM Kota Tarakan dari tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tarakan Tahun 2004 - 2008 Angka Harapan Tahun Hidup (Tahun)
Angka Melek Huruf (%)
RataRata Lama Sekolah (Tahun)
Paritas Daya Beli (Rp. 000)
IPM
Peringkat IPM IPM Kaltim Nasional
Kaltim Nasional
2004
70,9
97,5
9,0
617,4
73,7
72,2
68,7
4
45
2005
70,9
97,5
9,1
619,3
73,9
72,9
69,6
4
49
2006
71,0
97,9
9,1
630,8
74,9
73,3
70,1
4
40
2007
71,2
97,9
9,1
634,2
75,3
73,8
70,6
4
44
2008
71,4
97,9
9,3
639,4
75,9
74,5
71,2
4
38
Sumber BPS Kota Tarakan
78 Trend perkembangan IPM Kota Tarakan terus meningkat dari tahun 2004 hingga tahun 2008 hal ini menunjukkan keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, dengan IPM sebesar 73,7 pada tahun 2004 dan pada tahun 2008 menjadi sebesar 75,9. Hal ini mengindikasikan bahwa IPM Kota Tarakan termasuk dalam klasifikasi menengah sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh UNDP (Todaro, 2000). Jika dibandingkan dengan IPM Propinsi dan IPM Nasional, IPM Kota Tarakan dari tahun 2004 hingga 2008 masih lebih tinggi dengan peringkat masing-masing di tingkat propinsi Kalimantan Timur berada pada peringkat 4 setelah Kota Balikpapan, Kota Samarinda dan Kota Bontang dan peringkat 45 di tingkat nasional pada tahun 2004, kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi peringkat 38 nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan berhasil dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang diukur dari indikator kesehatan, indikator
pendidikan dan daya beli masyarakat.
Sumber BPS Kota Tarakan Gambar 10 Indeks Pembangunan Manusia Kota Tarakan, Tahun 2004-2008
79 5.2.4.1. Indikator Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah perkiraan lamanya masa yang ditempuh seseorang selama hidup secara rata-rata. Indikator ini sebagai evaluasi bagi kinerja pemerintah dalam bidang kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan,
menunjukkan
kualitas
kesehatan
suatu
masyarakat,
yang
mencerminkan lamanya hidup sekaligus sebagai indikasi hidup sehat bagi masyarakat. Usia harapan hidup penduduk Kota Tarakan pada tahun 2004 sebesar 70,9 dan hanya meningkat sebesar 0,5 tahun pada tahun 2008 menjadi 71,4. Perubahan ini tidak terlalu signifikan, dari angka tersebut mencerminkan bahwa penduduk Kota Tarakan dapat bertahan hidup hingga usia 70 sampai 71 tahun. Hal ini dapat dikatakan bahwa setiap bayi yang lahir diharapkan dapat bertahan hidup hingga mencapai usia rata-rata 71 tahun. Jika dibandingkan dengan angka propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2008 sebesar 70,8 tahun dan angka harapan hidup Indonesia yaitu sebesar 69,0 tahun, maka angka harapan hidup penduduk Kota Tarakan masih berada di atas angka propinsi dan angka harapan hidup nasional. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kesejahteraan khususnya di bidang kesehatan terus meningkat dengan penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara gratis serta peningkatan pelayanan Puskesmas 24 jam, sebagai sebuah harapan dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tarakan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
80
Sumber BPS Kota Tarakan Gambar 11 Angka Harapan Hidup Kota Tarakan, Tahun 2004-2008 5.2.4.2. Indikator Pendidikan Indikator pendidikan merepresentasikan dimensi pengetahuan dan kecerdasan penduduk. Dalam IPM ditunjukkan melalui angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah penduduk. Angka ideal melek huruf menurut UNDP adalah 100 persen dan rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun atau setara tamat pendidikan Diploma 3. Tingkat pendidikan tercermin pada tingkat melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya, terhadap jumlah penduduk 15 tahun ke atas, sedangkan rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas diseluruh jenjang pendidikan yang pernah dijalani. Peningkatan angka melek huruf Kota Tarakan dapat dikatakan statis pada tahun 2004-2005 konstan sebesar 97,5 persen, kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2006 sebesar 0,4 persen menjadi 97,9 persen dan hingga tahun 2008 tidak mengalami perubahan. Angka melek huruf ini memberikan gambaran bahwa terdapat sebanyak 98 orang dari setiap 100 penduduk Kota Tarakan yang berusia 15 tahun ke atas dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf
81 lainnya, atau dengan kata lain hanya 2 orang dari setiap 100 penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Angka ini lebih baik sebesar 2,5 persen dibandingkan dengan propinsi pada tahun 2004 dan sebesar 1,5 persen pada tahun 2008. Sedangkan jika dibandingkan dengan angka melek huruf nasional pada tahun 2004 angka melek huruf di Kota Tarakan lebih tinggi sebesar 7,1 persen dan pada tahun 2008 lebih tinggi sebesar 5,7 persen. Tingkat perubahan perbaikan angka melek huruf ditingkat propinsi dan nasional lebih cepat dibandingkan dengan perubahan angka melek huruf Kota Tarakan, hal ini dimungkinkan karena tingginya arus urbanisasi. Pada tahun 2000 pertumbuhan penduduk hanya sebesar 0,62 persen meningkat tajam pada tahun 2003 sebesar 12,09 persen, kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi sebesar 5,60 persen. Namun pada tahun 2007 pertumbuhan pendudukan menurun tajam menjadi sebesar 1,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lambatnya perubahan angka melek huruf ini karena penduduk yang masuk ke Kota Tarakan didominasi oleh penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya.
Sumber BPS Kota Tarakan Gambar 12 Angka Melek Huruf Kota Tarakan Tahun 2004-2008
82 Indikator pendidikan lain yang menentukan IPM yaitu rata-rata lama sekolah, mencerminkan lamanya waktu yang ditempuh penduduk pada jenjang pendidikan yang ditamatkan yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Tarakan pada tahun 2004 sebesar 9,0 tahun, dengan perubahan relatif statis yang bergerak hanya 0,1 tahun pada tahun 2005-2007 dan mengalami sedikit perubahan menjadi 9,3 tahun pada tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata penduduk Kota Tarakan menamatkan pendidikan tertingginya hanya 9 tahun atau setara dengan lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Perubahan rata-rata lama sekolah yang relatif kecil sejak tahun 2004-2008 mencerminkan bahwa bagi pemerintah Kota Tarakan sangat sulit untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, namun demikian kondisi Kota Tarakan lebih baik jika dibandingkan dengan angka rata-rata lama sekolah di tingkat propinsi dan nasional.
Sumber BPS Kota Tarakan Gambar 13 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kota Tarakan Tahun 2004-2008
83 5.2.4.3. Indikator Daya Beli Pengukuran indikator daya beli sebagai besarnya konsumsi perkapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purchasing power parity) merupakan standar hidup layak (decent living). Paritas daya beli penduduk Kota Tarakan selama periode tahun 2004-2008 cenderung meningkat, selama kurun waktu tersebut peningkatan cukup besar terjadi pada tahun 2005-2006 yaitu sebesar Rp. 11.500 dari sebesar Rp. 619.300 pada tahun 2005 menjadi Rp.630.800 ribu pada tahun 2006. Pada tahun 2008 paritas daya beli Kota Tarakan menjadi Rp. 639.400 ribu meningkat sebesar Rp. 5.200 dibanding tahun 2007.
Sumber BPS Kota Tarakan Gambar 14 Paritas Daya Beli Kota Tarakan 2004-2008 Jika dibandingkan dengan paritas daya beli propinsi Kalimantan Timur terjadi pergeseran nilai, yang mana pada tahun 2004 paritas daya beli Kota Tarakan berada di bawah propinsi Kalimantan Timur, namun masih berada di atas paritas daya beli Indonesia, sedangkan pada tahun 2005 berada dibawah propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2006-2008 paritas daya beli Kota Tarakan bergeser berada di atas paritas daya beli propinsi
84 Kalimantan Timur dan Indonesia dengan perbedaan sebesar Rp. 4.900 dan Rp. 11.100 pada tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Kota Tarakan berimplikasi pada perbaikan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Secara keseluruhan Indeks Pembangunan Manusia yang dicapai Kota Tarakan selama kurun waktu tahun 2004-2008, menunjukkan trend yang meningkat namun lambat, yang hanya tetap pada peringkat 4 di propinsi Kalimantan Timur dari 14 kabupaten/kota atau pada posisi paling akhir dari 4 kota yang terdapat di propinsi Kalimantan Timur yaitu ; Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang dan Kota Tarakan, namun secara nasional menunjukkan perubahan yang sangat berarti dari peringkat ke 45 pada tahun 2004 menjadi peringkat 38 pada tahun 2008. Berdasarkan angka indikator harapan hidup masih harus dicapai sebesar 14,6 tahun dari angka ideal sesuai versi UNDP yaitu 85 tahun, dan indikator rata-rata lama sekolah yang masih sangat rendah hanya mencapai SLTP berada dibawah versi UNDP yaitu rata-rata lama sekolah 15 tahun atau setara dengan pendidikan Diploma 3, demikian pula halnya dengan IPM pada tahun 2008 hanya mencapai angka 75,9 masih jauh dari titik ideal (IPM=100), sehingga bagi pemerintah perlu terus meningkatkan penyediaan anggaran yang memadai, proporsional dan berkelanjutan dalam bidang pembangunan manusia, yang berkaitan dengan pendidikan yaitu pendidikan gratis hingga 12 tahun sampai tingkat Sekolah Menengah Atas, pelayanan kesehatan secara gratis, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat seluas-luasnya untuk mencapai tingkat kesejahteraan ideal. 5.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Tarakan Pertumbuhan dapat diartikan perubahan suatu kondisi dalam jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui tabungan dan penduduk, sebagai suatu keadaan dimana hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Pertumbuhan dapat pula diartikan terjadinya perubahan ekonomi, sosial atau perubahan lain yang mengarah pada pertumbuhan yang dapat diukur
85 dan obyektif yang menggambarkan perluasan tenaga kerja, modal, volume perdagangan dan konsumsi (Jhingan, 2007) Analisis laju pertumbuhan ekonomi menggunakan data NTB Kota Tarakan atas dasar harga konstan tahun 2000 yang menggambarkan perkembangan perekomian sejak tahun 2001-2007. Pertumbuhan rill sektor ekonomi Kota Tarakan seperti pada gambar 6 bergerak secara tidak stabil pada masing-masing sektor, bahkan pada beberapa sektor terjadi pertumbuhan menurun seperti pada Sektor Jasa-jasa dimana sejak tahun 2002-2007 menunjukkan penurunan sebesar 34,68% dari sebelumnya sebesar 45,22% menjadi hanya sebesar 10,54%, demikian pula halnya pada Sektor Bangunan terjadi penurunan sebesar 22,53% dari sebesar 29,51% pada tahun 2002 dan pada tahun 2007 hanya sebesar 6,98%.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 15 Pertumbuhan Rill Sektor Ekonomi Pertumbuhan yang cukup mantap dan stabil sejak tahun 2001-2007 hanya terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian,
sejak tahun 2003-2007
cenderung konstan dan stabil walaupun terjadi perubahan namun tidak terlalu signifikan, hal ini terjadi karena penggalian pasir, batu-batuan dan lain-lain bergerak sinerji dengan sektor pembangunan, baik bangunan pemerintah, swasta
86 maupun perorangan. Sektor Pertanian juga bergerak stabil namun cenderung menurun hingga tahun 2006 menjadi
sebesar 1,88%, kemudian meningkat
menjadi sebesar 2,33% pada tahun 2007. Merujuk pada makna pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai perubahan suatu kondisi dalam jangka panjang secara perlahan dan mantap, maka pertumbuhan sektor rill di Kota Tarakan belum memenuhi kategori dimaksud terkecuali Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi, bahkan dapat dikatakan bahwa perekonomian Kota Tarakan tidak direncanakan dan dikelola dengan baik. Pertumbuhan sektor yang sangat tinggi pada kurun waktu tahun 2001-2003 disebabkan oleh faktor eksternal yaitu karena telah efektifnya pelaksanaan otonomi daerah tersedianya dana yang sangat besar melalui DAU dan DBH dimana peningkatan jumlah APBD Kota Tarakan meningkat tajam yang berpengaruh pula pada peningkatan belanja pemerintah bidang pembangunan, hal ini akan mengakibat pertumbuhan pada Sektor Jasa-jasa khususnya jasa pemerintahan umum yang berimbas pada Sektor Bangunan dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi, disisi lain bahwa di dorong oleh ekspor Sektor Pertanian sub sektor perikanan karena tingginya nilai tukar rupiah terhadap dollar, secara simultan mendorong seluruh sub sektor-sub sektor pertanian dan sektor ikutan lainnya. Tabel 29 Laju Pertumbuhan NTB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2001-2007 (Persen) No
Lapangan Usaha
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas & Air bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
29,60 12,45 3,67 4,24 15,01 8,69 7,72 5,29
-3,72 -10,01 4,64 12,99 79,51 4,31 20,56 10,08
17,67 -4,36 6,95 11,89 26,64 11,81 15,47 3,26
3,91 -15,68 10,51 28,83 16,55 6,32 13,60 5,36
2,17 9,91 6,34 28,30 7,17 5,94 5,59 14,78
1,88 13,71 5,33 16,58 6,09 5,54 15,88 9,49
2,23 -2,82 6,73 16,85 6,98 6,14 13,46 8,46
39,88
45,22
29,26
18,99
19,95
12,46
10,54
10,87
6,91
11,49
7,18
7,63
7,51
6,92
9
Tingkat Pertumbuhan Total
Sumber : BPS Kota Tarakan, 2009
87 Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tarakan sejak tahun 2004 terus menurun dari semula pada tahun tahun 2003 sempat mencapai puncak pertumbuhan tertinggi sebesar 11,49%, namun berangsur-angsur turun hingga mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 6,92% pada tahun 2007. Terdapat lima sektor NTB yang mengalami pertumbuhan sejak tahun 2006 yaitu : Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Bangunan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Gambar 16 Laju Pertumbuhan NTB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2007 (Persen)
Besaran NTB suatu daerah menggambarkan kemampuan atau potensi ekonomi dan kinerja ekonomi suatu daerah, baik dalam hal pengelolaan sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia. NTB Kota Tarakan sejak tahun 2000-2007 sangat dipengaruhi oleh harga komoditi dan jumlah produksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2007 konstribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 41,05% senilai Rp. 900.533,- juta. Kemudian Sektor Industri sebesar 11,37% dengan nilai NTB sebesar Rp. 249.484,- juta dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi sebesar 11,20%, senilai Rp. 245.712,- juta dan Sektor Pertanian
88 sebesar 10,03% senilai Rp. 220.079,- juta. Keempat sektor ini memberikan konstribusi sebesar 73,66% dengan total nilai NTB sebesar Rp. 1.615.809,- juta. Diantara sembilan sektor pada NTB konstribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih adalah paling rendah yaitu hanya sebesar 2,29%.
900.000,00 800.000,00 700.000,00 600.000,00 500.000,00 400.000,00 300.000,00 200.000,00 100.000,00 -
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Gambar 17 Distribusi NTB Kota Tarakan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2000-2007 (Juta Rupiah) Besaran nilai NTB Kota Tarakan selama 8 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dari sebesar Rp. 1.252.045,- juta pada tahun 2000 meningkat menjadi sebesar 2.193.658,- juta pada tahun 2007 atas dasar harga konstan tahun 2000. Namun jika dilihat dari sisi pertumbuhan pada tahun 2006 tercatat 7,51% terjadi perlambatan pertumbuhan menjadi 6,92% pada tahun 2007. 5.4. Struktur Alokasi Anggaran Subbab ini menitik beratkan pada analisis alokasi anggaran dilakukan pada pengeluaran pemerintah Kota Tarakan menggunakan data APBD sisi belanja secara time series sejak tahun 2000 hingga tahun 2004 (Lampiran 14), dengan
89 menggunakan Principal Componen Analisis (PCA) terhadap variabel belanja masing-masing sektor APBD Kota Tarakan dengan kriteria nilai akar ciri (eigenvalue) mampu menerangkan keragaman data > 70%.
Tabel 30 Eigenvalues Extraction: Principal components APBD Bidang Belanja Sektor Kota Tarakan Faktor
Eigenvalue
% Total variance
Cumulative Eigenvalue
Cumulative %
1
14.03911
46.79702
14.03911
46.79702
2
6.69125
22.30418
20.73036
69.10120
3
5.93094
19.76979
26.66130
88.87099
Sumber : Data olahan Sesuai dengan nilai akar ciri pada tabel di atas, maka diambil 3 faktor utama dari hasil penyederhanaan varibel alokasi anggaran, dengan pertimbangan jika hanya dua faktor nilai akar cirinya belum memenuhi kriteria yang diharapkan maka untuk itu perlu memasukkan faktor utama 3. Dengan tiga faktor tersebut diperoleh nilai eigenvalue sebesar 88,87 % yang berarti hasil PCA tersebut mewakili > 70 % keragaman data. Berdasarkan proses PCA terhadap variabel asal bidang belanja APBD Kota Tarakan pada Tabel 30, menghasilkan 3 faktor utama pembentuk variabel baru yang dianggap dapat mencerminkan struktur APBD bidang belanja pemerintah Kota Tarakan, terdapat sebanyak 22 variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap variabel baru yang saling bebas atau tidak berkorelasi, yaitu 9 variabel pada faktor utama 1 dan 6 variabel pada faktor utama 2, serta 7 variabel pada faktor utama 3 dari 29 variabel asli pada bidang belanja APBD.
90 16
Plot of Eigenvalues
15 14 13 12 11 10
Value
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Number of Eigenvalues
Gambar 18 Plot Akar Ciri Alokasi APBD Bidang Belanja Sektor
Korelasi variabel asal dengan nilai komponen utama adalah signifikan apabila nilai korelasinya > 0,7 artinya memiliki hubungan keeratan > 70% antara variabel baru dengan variabel alokasi anggaran bidang belanja pemerintah Kota Tarakan. (Lihat Tabel 31) Faktor utama 1 mampu menjelaskan sebesar 46,80% dari keragaman data dengan bobot sebesar 0,3582, variabel penciri utamanya terdiri dari 9 varibel baru yaitu: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Biaya Pemeliharaan, Biaya Perjalanan Dinas, Belanja Lain-lain, Pengeluaran Yang Tidak Ternasuk Bagian Lain, Sektor Sumberdaya Air dan Irigasi, Sektor Pendidikan Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga dan Sektor Agama. Keseluruhan variabel menunjukkan hubungan yang erat dan positif dengan koefisien korelasi antara 0,78 sampai dengan 0,97. Berdasarkan komponen-komponen penyusunnya faktor ini dapat menerangkan struktur alokasi anggaran belanja pemerintah Kota Tarakan Bidang Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan.
91 Sedang jika dilihat dari koefisien korelasi faktor utama 1 Belanja Pegawai berkorelasi sangat erat dengan variabel lainya bahwa setiap perubahan belanja pegawai akan berpengaruh positif terhadap belanja perjalanan dinas atau sebaliknya, demikian pula variabel belanja barang berpengaruh signifikan terhadap biaya pemeliharaan barang yang berimplikasi pada meningkatnya belanja lain-lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap jenis barang, yang akan berdampak pada peningkatan biaya perjalanan dinas sebagai upaya dukungan terhadap spesifikasi barang dan alih teknologi. Dalam hal belanja Sektor Sumberdaya Air dan Irigasi, berkorelasi positif dengan sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga serta Sektor Agama. Hal ini memungkinkan terjadi mengingat bahwa masyarakat Kota Tarakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum lebih banyak mengandalkan sumber air hujan sehingga perlu upaya pendidikan tentang lingkungan dan pelestarian alam juga kegiatan kebudayaan yang melibatkan pemuda dan masyarakat juga melalui peran Sektor Agama. Peran lembaga keagamaan berupa penyuluhan lingkungan dalam tinjauan syari’ah dan pelatihan spiritual bagi pegawai dan anggota masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam agar sumber-sumber air dan sungai serta sumberdaya alam lain dapat terpelihara dan lestari. Berbagai kegiatan ini secara langsung akan berpengaruh juga pada Belanja Pegawai, dan Biaya Perjalanan Dinas bagi pelaksana yang ditugaskan untuk itu, hal ini tentunya mempunyai kaitan yang erat terhadap Pengeluaran Yang Tidak Termasuk Bagian Lain, guna mendukung jalannya program yang dicanangkan pemerintah.
92 Tabel 31 Nilai Faktor Loading Variabel APBD Belanja Sektor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Variabel Belenja Pegawai Belanja Barang Biaya Pemeliharaan Biaya Perjalanan Dinas Belanja Lain-lain Angsuran Pinjaman Hutang dan Bunga Bantuan Keuangan Pengeluaran Yang Tidak Terrnasuk Bagian Lain PengeluaranTidak Tersangka Industri Pertanian dan Kehutanan Sumberdaya Air dan Irigasi Tenaga Kerja Perdag Pengemb Usaha Daerah Keu dan Koperasi Transportasi, Metereologi dan Geofisika Pertambangan dan Energi Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Pembangunan Daerah dan Transmigrasi Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Pendidikan Kebud. Nasional, Pemuda dan Olah Raga Kesehatan Kessos Peranan Wanita, Anak dan Remaja Perumahan dan Pemukiman Agama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Hukum Aparatur Pemerintahan dan Pengawasan Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa Keamanan dan Ketertiban Umum Subsidi Kepada Daerah Bawahan Expl.Var Prp.Totl Bobot
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
0.9649 0.7841 0.8908 0.9306 0.9610 0.1416 0.3979 0.9196 0.3216 -0.0217 0.6127 0.8096 0.1587 -0.2921 0.4240 0.2152 0.5093 -0.4279 -0.1117 0.7932 0.4229 0.1576 0.8156 0.2428 -0.5604 0.3231 0.2080 -0.2860 0.1586
0.1004 0.5508 0.3396 0.1468 0.0117 0.6437 0.7655 -0.1802 0.6629 0.3351 0.3950 0.0510 0.1931 0.8186 0.1407 0.4782 0.8091 0.5555 0.4251 0.3110 0.6902 -0.2255 -0.4819 0.7655 0.5967 0.8890 0.0047 0.9443 -0.2243
0.1049 0.2852 0.3018 0.3154 0.0357 0.0491 -0.4617 -0.2741 -0.5555 0.8161 0.6841 0.5757 0.9679 0.4387 0.8752 0.5966 0.1253 -0.1215 0.8141 0.5176 0.3801 0.9332 0.0626 0.3151 0.3014 0.2177 0.9767 -0.1628 0.9332
9.2052 0.3174 0.3582
7.8240 0.2698 0.3045
8.6692 0.2989 0.3373
Sumber : Data hasil olahan
Faktor utama 2 mampu menjelaskan sebesar 22,30% dari keragaman data dengan variabel
penciri utama adalah: Belanja Bantuan Keuangan, Sektor
Perdagangan, Pengembangan Usaha Daerah, Keuangan dan Koperasi, Sektor Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Sektor Aparatur Pemerintahan dan Pengawasan, serta Sektor Keamanan dan Ketertiban Umum. Antar variabel penciri faktor utama 2 berkorelasi positif antara 76,55% sampai dengan 94,43%, hal ini berarti bahwa setiap
93 meningkatnya anggaran pada suatu sektor akan berpengaruh terhadap alokasi anggaran pada sekor lain secara positif, secara logis hal ini dapat diterangkan jika meningkatnya Sektor Bantuan Keuangan akan meningkatkan Sektor Perdagangan, dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah, Sektor Keuangan dan Usaha Koperasi, yang meliputi 23 Koperasi Pegawai Negeri, 26 unit Koperasi Karyawan, dan 101 Koperasi Serba Usaha serta 2 Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi lain-lain di Kota Tarakan, kegiatan usaha sektor ini akan mendorong tumbuhnya Sektor Priwisata, Pos dan Telekomunikasi. Guna menunjang kegiatan ini diperlukan ilmu pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dan teknologi informasi yang mendukung kegiatan usaha, sehingga secara logis Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga akan berkembang. Meningkatnya bantuan keuangan, mendorong meningkatnya perdagangan, pariwisata dan penggunaan teknologi. Perubahan alokasi anggaran pada Sektor Bantuan Keuangan akan mempengaruhi aktivitas Sektor Aparatur Pemerintahan dan Pengawasan berkaitan dengan bantuan yang telah disalurkan. Aktivitas Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) juga akan meningkat dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban umum, pada kawasan perdagangan dan penertiban pada wilayah terlarang, serta
keamanan dan ketertiban pada
kegiataan kepariwisataan dan pengamanan asset-asset pemerintah, yang biaya pelaksanaan tugasnya dialokasikan pada Sektor Keamanan dan Ketertiban Umum. Berdasarkan komponen pembentuk Faktor utama 2 ini dapat menerangkan struktur alokasi anggaran belanja pemerintah Kota Tarakan Bidang Keuangan dan Koperasi, Perdagangan, Pariwisata, Pengawasan dan Keamanan. Selanjutnya Faktor utama 3 mampu menjelaskan sebesar 19,77% dari keragaman data mewakili sebesar 33,73% dari seluruh variabel penciri. Adapun variabel penciri utamanya terdiri dari Sektor Industri, Sektor Tenaga Kerja, Sektor Transportasi, Meteorologi dan Geofisika, Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Sektor Perumahan dan Pemukiman, dan Sektor Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa, serta Sektor Subsidi Kepada Daerah Bawahan. Keeratan hubungan antar variabel baru dapat diidentifikasi dari nilai korelasi pada Tabel 31 yaitu antara 81,41% sampai dengan 97,67%, dapat dikatakan
94 masing-masing variabel memiliki hubungan positif yang sangat kuat (Sugiyono, 2007). Hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi kenaikan alokasi anggaran Sektor Industri akan menaikan jumlah alokasi anggaran pada Sektor Tenaga Kerja, dan secara simultan akan berpengaruh terhadap arus barang dan manusia hal ini akan meningkatkan alokasi anggaran pada sektor Transportasi, Meteorologi dan Geofisika,
dampak
dari
meningkatkannya
aktivitas
sektor
industri
mempengaruhi lingkungan terjadinya pembukaan wilayah dan polusi yang berakibat terjadinya kerusakan lingkungan sehingga perlu adanya penataan ruang
wilayah
sebagai
usaha
pengendalian,
yang
berimplikasi
pada
meningkatnya alokosi anggaran Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang. Kebutuhan akan tenaga kerja yang tinggi oleh sektor industri, penetapan wilayah industri yang jauh dari pusat kota akan mendorong berkembangnya alokasi anggaran untuk perumahan dan pemukiman, eskalasi yang tinggi pada sektor industri, lingkungan, perumahan dan pemukiman dan sektor lainnya pada faktor utama 3 ini diperlukan usaha-usaha penerangan dan sistem komunikasi melalui media cetak dan media elektronik, sebagai alat komunikasi, agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan dampak yang dapat mengganggu stabilitas politik dan pembangunan, sehingga perlu alokasi dana APBD yang bersumber dari belanja Sektor Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa. Beberapa hal yang terjadi pada variabel sektor-sektor pada komponen faktor ini akan mempengaruhi Sektor Subsidi Pada Daerah Bawahan sebagai wilayah yang menerima dampak langsung maupun tidak langsung, disamping itu program pelaksanaan akan menjadi lebih efektif karena dilakukan sampai jajaran paling rendah dalam struktur pemerintahan Kota Tarakan. Secara keseluruhan variabel-variabel penciri yang terbentuk pada Faktor utama 3 ini saling berpengaruh secara positif dan bersinerji, jika dilihat dari komponen pembentuknya struktur alokasi anggaran pemerintah Kota Tarakan menerangkan Bidang Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan komunikasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman. Berdasarkan komponen pembentuknya hasil olahan PCA terhadap alokasi APBD Kota Tarakan Tahun 2000–2004, masing-masing faktor
utama
95 menjelaskan bahwa belanja Sektor Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan teridentifikasi pada Faktor Utama 1 mewakili sebesar 46,78%. Sektor Keuangan dan Koperasi, Perdagangan, Pariwisata, Pengawasan dan Keamanan teridentifikasi pada Faktor Utama 2 sebesar 22,30%, dan Sektor Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan Komunikasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman teridentifikasi pada Faktor Utama 3 sebesar 19,77%. Kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan belanja tersebut sering disebut sebagai kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal dapat pula diartikan sebagai kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. (Putong, 2003) Sedangkan fungsi utama kebijakan fiskal diantaranya adalah: 1) Fungsi alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan dapat dinikmati seluruh masyarakat. 2) Fungsi distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan dapat lebih merata untuk semua kalangan. 3) Fungsi stabilisasi, yang bertujuan agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai, stabil dan mantap. 5.5. Keterkaitan Alokasi Anggaran Dengan Sektor Unggulan Perencanaan pembangunan daerah sebagai wujud dari pelaksanaan otonomi yang diimplementasikan dalam proses desentralisasi, dimana daerah diberikan kewenangan penuh untuk mengatur dan merencanakan pembangunan secara mandiri dan independen tanpa dipengaruhi pemerintah pusat, yang dirancang secara integral bagaimana menentukan perencanaan pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya daerah guna mencapai kesejahteraan masyarakat dan mencegah ketimpangan pembangunan antar daerah, dan antar wilayah dalam satu daerah.
96 Perencanaan pembangunan yang terintegrasi antar sektor dalam suatu daerah diharapkan mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah, menciptakan kesejahteraan, menjamin kehidupan yang layak bagi penduduknya dan
kesinambungan
pembangunan
daerah
pembangunan. yang
dilakukan
Secara oleh
keseluruhan pemerintah
perencanaan daerah
harus
mempertimbangkan daya dukung sumberdaya lokal dan peranan sektor-sektor ekonomi daerah serta memberikan dampak dalam lingkup regional maupun nasional. Penelitian ini menggunakan berbagai analisis seperti analisis input-output, analisis kewilayahan dan analisis komponen utama (PCA). Berdasarkan hasil olahan PCA terhadap alokasi APBD Kota Tarakan Tahun 2000–2004 menunjukkan bahwa komponen pembentuk dari masing-masing faktor utama menjelaskan bahwa Faktor Utama 1 mewakili sebesar 46,80% terbentuk dari belanja Sektor Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan (sektor jasa sosial dan kemasyarakatan). Faktor Utama 2 sebesar 22,30% terbentuk dari Sektor Keuangan dan Koperasi (sektor lembaga keuangan tanpa bank), Perdagangan, Pariwisata,
Pengawasan dan
Keamanan, dan Faktor Utama 3 sebesar 19,77% terbentuk dari Sektor Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan Komunikasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman. Hasil analisis input-output terhadap derajat kepekaan (backward linkages) dan daya penyebaran (forward lingkages), angka pengganda total output, angka pengganda pendapatan, angka pengganda NTB, angka pengganda surplus usaha dan angka pengganda pajak tak langsung netto. serta rata-rata laju pertumbuhan sektor, juga aspek keberlanjutan. Berdasarkan hasil analisis tersebut sektorsektor yang dapat diidentifikasi sebagai sektor unggulan adalah : Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Air Minum, Sektor Pemerintahan dan Pertahanan, Sektor Industri Lainnya, Sektor Bank, Sektor Perikanan, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Sektor Angkutan Laut. Ditinjau dari sudut pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor rill dan kriteria pertumbuhan yaitu perubahan suatu kondisi dalam jangka panjang secara
97 perlahan dan mantap, maka sektor rill yang mengalami pertumbuhan adalah : Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan, Sektor Jasa-jasa khususnya jasa pemerintahan umum, Sektor Bangunan dan Sektor Pengangkutan & Komunikasi. Secara keseluruhan pertumbuhan NTB Kota Tarakan berdasarkan harga konstan tahun 2000 terdapat lima sektor yang mengalami pertumbuhan yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Bangunan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Anlisis kewilayahan digunakan untuk melihat perkembangan wilayah sebagai dampak dari pembangunan sebagai ukuran kinerja pembangunan daerah. Berdasarkan hasil analisis aktivitas wilayah, bahwa wilayah yang memiliki indeks diversitas entropy tinggi adalah: Kelurahan Selumit Pantai, Kelurahan Karang Anyar, dan Kelurahan Karang Anyar Pantai. Sedangkan berdasarkan analisis skalogram wilayah dengan hirarki I mengindikasikan sebagai kelurahan yang memiliki fasilitas publik tergolong lengkap dan berada pada pusat kota atau berada di pusat kecamatan dengan tingkat perkembangan wilayah relatif cepat, memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dan lengkap serta sebagai pusat pelayanan yaitu sebanyak 3 Kelurahan masing-masing: Kelurahan Karang Balik, Kelurahan Karang Rejo, Kelurahan Karang Anyar. Wilayah dengan hirarki II masih tergolong wilayah perkotaan dengan fasilitas yang cukup lengkap yaitu: Kelurahan Pamusian, Kelurahan Mamburungan, Kelurahan Mamburungan Timur, Kelurahan Selumit, Kelurahan Pantai Amal, Kelurahan Kampung Satu Skip, dan Kelurahan Kampung Empat. Perencanan pembangunan dan penganggaran merupakan proses penting dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik, bersih dan transparan (good governance), karena berkaitan dengan misi dan visi pemerintah yang tertuang dalam RPJMD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan pembangunan,serta efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan. Keterkaitan alokasi anggaran dan sektor unggulan di Kota Tarakan dapat dilihat dari hasil analisis faktor utama berdasarkan ciri yang terbentuk dibandingkan dengan sektor unggulan yang terpilih berdasarkan analisis
98 Input Output, apakah hasil kedua analisis ini saling bersinergi, dengan pertimbangan aspek pertumbuhan riil per sektor dan aspek berkelanjutan. Hasil analisis komponen utama menunjukkan variabel pembentuk APBD Kota Tarakan tahun 2000-2004 terdiri dari: Sektor Administrasi Pemerintahan, Sumberdaya Air dan Irigasi, Pendidikan dan Kesehatan (sektor jasa sosial dan kemasyarakatan). Sektor Keuangan dan Koperasi (sektor lembaga keuangan tanpa bank), Perdagangan, Pariwisata, Pengawasan dan Keamanan, Sektor Industri, Tenaga Kerja, Transportasi dan Komunikasi, Lingkungan dan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman. Berdasarkan hasil analisis Input Output sektor unggulan Kota Tarakan adalah : Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain,
Sektor Bangunan/Konstruksi,
Sektor Air Minum, Sektor Pemerintahan dan Pertahanan, Sektor Industri Lainnya, Sektor Bank, Sektor Perikanan, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Sektor Angkutan Laut. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa anggaran pembangunan Kota tarakan pada dasarnya tidak berorientasi pada sektor unggulan, kecuali pada Sektor Pemerintahan dan Sektor Bangunan/Konstruksi. Pada hakekatnya
alokasi anggaran pembangunan Kota Tarakan hanya
mencerminkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, aspek lingkungan dan tata ruang, usaha kecil mikro/koperasi serta keamanan dan kenyamanan masyarakat. Sektor Perdagangan dalam analisis input output, tidak teridentifikasi sebagai sektor unggulan walaupun sektor ini memberikan konstribusi yang cukup besar pada NTB Kota Tarakan, namun tidak memberikan effect multiplier dan daya dorong terhadap sektor lain. Alokasi anggaran pada Sektor Perdagangan akan memberikan dampak negatif, justru akan menciptakan kesenjangan antar wilayah yang berbasis perdagangan dengan wilayah yang berbasis pertanian dan industri kehutanan dan hasil hutan lainnya. Sektor Perdagangan merupakan private sector yang sudah bisa mandiri dan mapan sehingga pengalokasian anggaran sebaiknya dikurangi. Peran pemerintah dalam hal ini diarahkan dalam bentuk kebijakan deregulasi dan penciptaan iklim investasi yang mudah dengan berbagai insentif, kemudahan
99 dalam pelayanan perijinan (debirokratisasi), keamanan dan penegakan hukum (law inforcement), penghapusan biaya tinggi dan pungutan liar yang dapat menghambat investasi. Sedangkan Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebagai sektor unggulan tidak mendapat sentuhan anggaran pembangunan, demikian pula halnya Sektor Pertanian walaupun memiliki konstribusi yang cukup besar dalam pembentukan NTB Kota Tarakan dan memiliki pertumbuhan yang stabil namun kurang mendapat perhatian pemerintah dan dukungan alokasi anggaran, sehingga menciptakan ketimpangan pembangunan wilayah antara wilayah yang berbasis pertanian dengan wilayah berbasis industri dan perdagangan, seperti Kecamatan Tarakan Utara dan Sebagian Kecamatan Tarakan Timur dan kelurahan-kelurahan yang berada di atas pantai. Pada masa yang akan datang diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian yang besar dan memberikan alokasi anggaran yang besar pada sektor unggulan, agar ketimpangan pembangunan wilayah di Kota Tarakan tidak terus melebar dan meluas, serta mengarahkan investasi kepada sektor-sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal, yang berasal dari daerah hinterland, sehingga terjadi keterkaitan sektor dan keterkaitan wilayah yang saling memperkuat agar kinerja ekonomi dan pembangunan Kota Tarakan optimal dan mencapai sasaran yang ditargetkan. Selanjutnya untuk memenuhi target perencanaan sesuai RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014, penyusunan dan pengalokasian anggaran tidak hanya merupakan kegiatan rutin tahunan dan hanya untuk memenuhi kepentingan kelompok tertentu dan ambisi politik para pemimpin daerah, hendaknya alokasi anggaran didasarkan atas prinsip pengelolaan efisien, efektif dan transparan dalam kerangka good governance, agar dapat menciptakan kesejahteraan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, dan mengatasi kesenjangan sektoral dan kesenjangan wilayah di Kota Tarakan. Faktor-faktor unggulan
penyusun
variabel-variabel
dalam
penentuan
sektor
dalam tabel Input Output Kota Tarakan memberikan gambaran
tentang hubungan antar variabel keterkaitan sektor dan angka pengganda sebagai indikator dalam analisis ini. Berdasarkan hasil analisis PCA terhadap variabel
100 penentu sektor unggulan dapat dijelaskan korelasi masing-masing variabel tersebut. Tabel 32 Nilai Faktor Loading Variabel Analisis I-O Kota Tarakan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Factor F2
Variabel
Communality
SDBL SDIBL SDFL SDIFL IM-1 IM-2 SM-1 SM-2 DM-1 DM-2 TM-1 TM-2 VM_1 VM_2
0.72278 0.70724 0.71871 0.88603 0.97556 0.97556 0.86502 0.81163 0.33551 0.86497 0.67986 0.67997 0.97396 0.97404
0.69804 0.78395 -0.05077 -0.21200 0.05349 0.05349 0.91489 0.89393 0.22490 0.91496 0.79220 0.79210 0.83683 0.83790
0.48531 0.28520 -0.02840 -0.11726 0.98574 0.98574 0.07523 0.00318 0.07396 0.07460 -0.11348 -0.11413 0.51657 0.51486
-0.00263 -0.10641 0.84577 0.90958 -0.03172 -0.03172 0.14949 0.11181 0.52864 0.14919 -0.19847 -0.19877 0.08271 0.08290
0.79792
6.33632 0.45259
2.84933 0.20352
1.98519 0.14180
Expl. Var Prp. Totl
F1
F3
Sumber Data Olahan Faktor Utama 1 menunjukkan terdapat korelasi antar varibel keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang yang distandarisasi (SDIBL), pengganda surplus usaha (SM), pengganda penyusutan (DM-2) dan pengganda pajak tak langsung netto (TM) serta pengganda nilai tambah (VM) berkorelasi secara positif, artinya bahwa setiap terjadi perubahan (peningkatan atau penurunan) pada masing-masing variabel akan mengakibatkan perubahan pada variabel lainnya. Sedangkan Faktor Utama 2 pengganda pendapatan (IM) baik secara endogen maupun eksogen berkorelasi secara positif dan saling mempengaruhi, demikian pula keterkaitan langsung kedepan (SDFL), keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan (SDIFL) memiliki korelasi positif artinya jika terjadi kenaikatan SDFL akan menaikan SDIFL yang teridentifikasi sebagai Faktor Utama 3. Variabel SDIBL, SDFL, SDIFL, IM-1 dan IM 2, SM-1 dan SM2, DM-2, VM-1 dan VM-2, memiliki konstribusi nyata dalam analisis Input Output updating Kota Tarakan yang terlihat pada communality > 70%
101 5.6. Simulasi Alokasi Anggaran pada Tabel Input Output Updating 2007 Untuk melihat peran anggaran terhadap sektor unggulan dilakukan simulasi terhadap hasil Tabel Input Output updating tahun 2007 Kota Tarakan dengan melakukan realokasi anggaran pada kolom
konsumsi pemerintah
terhadap enam sektor unggulan. Dengan asumsi permintaan akhir adalah konstan. Adapun pola realokasi anggaran dan besarnya alokasi anggaran setiap sektor adalah sebagai sebagai berikut : 1. Mengalihkan sebesar 10% belanja Sektor Pemerintah dan Pertahanan menjadi belanja Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, Sektor Perikanan, Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Bangunan/Konstruksi. 2. Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, Sektor Perikanan, Sektor Industri Makanan dan Minuman serta Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain dialokasikan masing-masing sebesar Rp. 2.000,- juta, Sektor Bangunan/ Konstruksi sebesar Rp. 1.944,- juta pada kolom konsumsi pemerintah. Tabel 33 Simulasi Alokasi Anggaran Berdasarkan Sektor Unggulan Tabel Input Output Updating 2007 Kota Tarakan No
Sektor
Kode Sektor
Alokasi Anggaran (Juta Rp.)
1 2 3 4 5
Peternakan dan Hasilnya Perikanan Industri Makanan dan Minuman Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Bangunan/Konstruksi
3 5 8 9 13
2.000,2.000,2.000,2.000,1.944,-
Jumlah
9.944,-
Hasil simulasi realokasi anggaran sebesar Rp. 9.944,- juta memberikan peningkatan total output secara keseluruhan sebesar Rp.
17,237.79 juta.
Sedangkan jika dilihat perubahan masing-masing sektor bahwa Sektor Perikanan memiliki perubahan yang besar yaitu Rp. 3.488,45 juta, kemudian Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Rp.
2.645,94 juta dan perubahan terendah
adalah sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain Rp.
2.100,15 juta, dengan
102 besaran realokasi anggaran yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya realokasi anggaran berpengaruh positif terhadap total output khususnya terhadap sektor yang belum mendapatkan alokasi anggaran yang memadai.
Tabel 34 Hasil Simulasi Realokasi Pengeluaran Pemerintah dan Pertahanan untuk Sektor Unggulan Kota Tarakan No
Sektor
Kode Sektor
Sebelum (Juta Rp.)
Setelah (Juta Rp.)
Perubahan (Juta Rp.)
1
Peternakan dan Hasil-hasilnya
3
120.466,83
123.112,77
2.645,94
2
Perikanan
5
433.294,29
436.782,74
3.488,45
3
Industri Makanan dan Minuman
8
592.661,96
594.861,31
2.199,35
4
Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain
9
591.927,30
594.027,45
2.100,15
5
Bangunan/Konstruksi
13
308.035,59
310.542,86
2.507,28
Sumber Data Olahan
5.7. Optimalisasi Kinerja Pembangunan Daerah Kota Tarakan Kota Tarakan sebagai pintu gerbang kedua Propinsi Kalimatan Timur wilayah utara dan sebagai transit bagi kabupaten disekitarnya memiliki peran yang cukup besar dalam pelayanan dan penyediaan barang dan jasa, serta memiliki fasilitas sosial dan ekonomi yang terbilang lengkap, sehingga Kota Tarakan lebih maju dibanding dengan kabupaten lain disekitarnya dalam pembangunan wilayah dan pembangunan ekonomi. Perencanaan pembangunan wilayah hendaklah dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan terlebih dahulu kondisi dan potensi yang tersedia di dalam wilayah dan di sekitarnya, dengan terlebih dahulu menyusun kerangka kebijakan dasar pembangunan yang akan memberikan gambaran tentang pola pelaksanaan pembangunan yang akan ditempuh guna mencapai kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan pembangunan sesuai dengan target yang ditetapkan.
103 Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur APBD bidang belanja Kota Tarakan, pertumbuhan ekonomi dan
indikator kewilayahan yang secara
langsung menggambarkan kinerja perekonomian dan pembangunan Kota Tarakan, bahwa terlihat tidak adanya keterkaitan alokasi anggaran dengan sektor-sektor yang diidentifikasi sebagai sektor unggulan. Struktur anggaran pembangunan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar dan standar pelayanan publik minimal. Sementara Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya dan Sektor Industri Makanan dan Minuman, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain dan Sektor Air Minum sebagai sektor unggulan belum mendapat dukungan anggaran yang mamadai. Sebagai kota pulau dan daerah transit
sudah
seyogyanya sektor ini mendapat perhatian serius bagi pemerintah. Hasil analisis kewilayahan terhadap aktivitas sektor menggunakan data tenaga kerja tiga sektor utama, yaitu tenaga kerja sektor pertanian, sektor manufaktur dan sektor jasa hasil yang diperoleh berkisar antar 0,068 sampai dengan 0,380, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas tenaga kerja di Kota Tarakan masih tergolong rendah karena hanya ada tiga kelurahan yang memiliki indeks entropy tinggi 0,312 - 0,380, dengan kategori sedang terdapat tujuh kelurahan dengan indeks entropy 0,189 – 0,267, selebihnya 10 kelurahan lainnya dengan kriteria rendah dengan indek 0.068 – 0,176. Demikian pula hasil analisis skalogram bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis skalogram berdasarkan kelurahan, bahwa hanya terdapat tiga kelurahan yang memiliki hirarki I dengan indeks pembangunan sebesar 51,82 – 70,22 dan tujuh kelurahan teridentifikasi memiliki hirarki II serta sepuluh kelurahan berada pada hirarki III dengan indeks pembangunan sebesar 25,58 – 39,64 artinya bahwa sebanyak 50% wilayah masih belum menikmati hasil pembangunan secara maksimal. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah, bahkan cenderung terjadi keterkaitan wilayah yang saling melemahkan dan penghisapan wilayah lain (backwash effect), sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah yang sangat tajam. Hasil analisis gini rasio dalam penelitian ini menunjukkan kesejangan distribusi pendapatan berdasarkan kriteria Bank Dunia mengenai ketidakadilan
104 (inequality) melalui indikator kemiskinan relatif (relative inequality) rata-rata tahun 2007 tingkat kemerataan distribusi pendapatan di Kota Tarakan tergolong ketimpangan
sedang
(moderat
inequality)
yaitu
40%
dari
penduduk
berpendapatan rendah hanya menikmati sebesar 13,50% pendapatan dari total pendapatan regional. Secara keseluruhan bahwa sebagain besar total pendapatan regional Kota Tarakan hanya dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi yaitu sebesar 51,29%. Sedangkan 80% penduduk lainnya hanya menikmati sebesar 48,71% dari total pendapatan regional Kota Tarakan. Sedangkan IPM Kota Tarakan menunjukkan indeks yang cukup menggembirakan berada di atas IPM Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, hal ini membuktikan bahwa pemerintah Kota Tarakan sangat memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat, khususnya pendidikan dan kesehatan. Rencana pemerintah Kota Tarakan untuk mencapai target kinerja ekonomi dan pembangunan guna mewujudkan visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD Kota Tarakan tahun 2010-2014 perlu mendapat dukungan kinerja yang bagus dari
seluruh stakeholders. Bagian terpenting untuk mengoptimalkan kinerja
ekonomi dan kinerja pembangunan Kota Tarakan adalah dengan memberikan alokasi anggaran yang mendukung sektor unggulan, berbasis sumberdaya lokal, dan pola pembangunan berbasis wilayah fungsional. Sebagaimana Pardede dan Sinaga (2005) menyatakan bahwa agar pembangunan masing-masing sektor menjadi optimal perlu adanya realokasi anggaran dari sektor yang memiliki dana terbesar namun memberikan multiplier yang kecil seperti sektor pemerintahan dan sektor-sektor non infrastruktur dialihkan untuk setiap sektor unggulan. Proses interaksi antara wilayah perdesaan dan perkotaan harus dalam konteks pembangunan interregional berimbang dimana terjadi proses pembagian nilai tambah yang seimbang dan proporsional. Pembangunan yang berimbang secara spasial menjadi penting dalam mencapai tujuan otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta berkelanjutan, sekaligus sebagai daya dukung pencapaian tujuan pembangunan nasional.