85
KAJIAN POTENSI DAN PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA TARAKAN Mohamad Nur Utomo dan Ismet __________________________________________________________________ Abstraksi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekspos potensi ekonomi dan peran perempuan serta Tarakan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Tarakan. Yang salah satu deskripsi dari pemberdayaan perempuan adalah kemudahan perempuan dalam memperoleh akses ke kegiatan ekonomi. Dalam keterlibatan penelitian dan seberapa besar persentase perempuan Tarakan dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dari pilihan upaya tersebut, bidang perempuan dengan profesi sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha dan profesi lainnya. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bu lan, Tarakan 20 Kelurahan daerah dengan melibatkan responden menggunakan metode wawancara dan observasi 619 peserta (kuisioner). Jadi pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan konstruktif yang mengasumsikan bahwa ada kenyataan dalam pikiran subyek yang d iperiksa. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja kota Tarakan wanita didominasi oleh pekerjaan yang keluarga kerja yang tidak dibayar (pekerja keluarga tidak dibayar), fenomena ini menunjukkan meskipun perempua n aktif dalam kegiatan produktif tidak dianggap yaitu bekerja untuk diri bekerja 40,32%,% $ 29,73, dan sisanya adalah perempuan yang bekerja di sektor swasta dan pegawai negeri. Sedangkan sektor yang paling banyak dilakukan adalah usaha untuk berdagang den gan persentase 53,24% dan ini berkorelasi pendidikan, perumahan dan mendukung bisnis yang dijalankan para wanita kota Tarakan. 35.04% responden seperti juga mereka yang berusaha di satu daerah di desa. Dalam arti ini kegiatan usaha harus mempertimbangkan k emudahan akses dengan keluarga kami dan akan bertujuan untuk mendapatkan penghasilan tambahan keluarga. Kata kunci: responden, pekerjaan identifikasi, pendidikan, keluarga. Abstrak The purpose of this research is to expose the economic potential and the role of women as well as Tarakan in improving the quality of life of society Tarakan. Which one of the descriptions of women's empowerment is the ease of women in gaining access to economic activities. In this research involvement and how big a percentage of women Tarakan in economic activities can be viewed from a selection of such efforts, the women's field with the profession as civil servants, private employees, entrepreneurs and other professions. Research done for a little over 3 (three) months, the 20 Wards area Tarakan by engaging respondents using the method of interview 619 and participant observation (quisioner). So the approach that is done is constructive approach which assumes that there is reality in the minds of the subjects are examined. Based on data analysis and discussion can be inferred that the productivity of work women Tarakan town dominated by the work that is unpaid family labour (unpaid family workers), the phenomenon was demonstrated although women active in productive activity is not considered work i.e. for self-employed 40.32%, $ 29.73%, and the rest are women who work in the private sector and civil servants. While the sector's most widely performed was an attempt to trade with a 53.24% percentage and this correlate education, housing and support the businesses that run the women of the town of Tarakan. Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
86
35.04% of the respondents as are those who strive in one area of the village. In the sense of this business activities should consider the ease of access with our family and will be aiming to get an extra family income. Keywords : respondence , identification work , education , family. PENDAHULUAN Pada hakekatnya pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Misi Kota Tarakan adalah menumbuh kembangkan pelayanan umum, aktivitas jasa perdagangan, kesejahteraan yang berkeadilan, dan meningkatkan pola hidup dan sikap masyarakat yang berbudaya. SDM yang berkualitas diharapkan memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab serta mendayagunakan prasarana pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi kualitas hidup perempuan di Indonesia, terutama perempuan Kota Tarakan masih rendah. Kondisi tersebut diantaranya ditandai dengan masih minimnya partisipasi perempuan Kota Tarakan dalam kegiatan ekonomi di Kota Tarakan yang ditandai dengan angka Indeks Pembangunan Manusia berbasis gender masih 63.77% dibandingkan angka IPM murni dengan prosentase sebesar 76.32%. Salah satu pemberdayaan perempuan adalah kemudahan perempuan untuk memperoleh akses terhadap kegiatan ekonomi. Dalam bidang ekonomi Kota Tarakan, akses perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan melakukan kegiatan usaha masih rendah. Potensi kegiatan ekonomi perempuan ini bisa dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berdasarkan data BPS Propinsi Kaltim tahun 2010 sebesar 41.82% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 84.46% dengan data tingkat pengangguran terbuka di Kota Tarakan sebesar 14.32%. Hal ini menunjukkan pemberdayaan perempuan belum
maksimal padahal potensi perempuan dalam bidang ekonomi harus diberdayakan. Secara individu salah satu potensi ekonomi perempuan dapat dilihat dari sejauhmana partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi bisa dilihat dari pilihan lapangan usaha. Dalam penelitian ini terdapat empat bidang profesi yang digeluti perempuan Kota Tarakan yang akan dijadikan dasar kegiatan usaha dan peran perempuan Kota Tarakan dalam mewujudkan kesempatan dan usaha ekonomi perempuan yang menjadi bagian terintegrasi dalam pemberdayaan masyarakat Kota Tarakan, yakni perempuan dengan profesi Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Wira Usaha, dan profesi lainnya. Dimana profesi lainnya dikategori perempuan sebagai ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga maupun profesi pekerja yang tidak dibayar serta mereka yang berpenghasilan dibawah ratarata pendapatan umum masyarakat. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perempuan bekerja pada bidang tertentu berhubungan dengan tingkat pendidikan, kenyamanan dan kemudahan akses yang mereka peroleh serta kesempatan untuk lebih berperan dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Penelitian ini juga menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap tingkat pendidikan dan profesi kerja yang digeluti perempuan Kota Tarakan, juga status hubungan marital memberikan kontribusi terhadap pilihan dan alternatif bagi perempuan untuk terlibat secara langsung dalam akses ekonomi dan usaha. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tarakan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan di 20 wilayah administratif
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
87
Kelurahan Kota Tarakan dengan melibatkan 619 responden yang tersebar di masyarakat atas partisipasi pendanaan Pemerintah Kota Tarakan dalam dukungan program kerja Gemala Perempuan Kota Tarakan tahun 2010. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran partisipasi ekonomi perempuan menurut lapangan pekerjaan dan profesi perempuan Kota Tarakan? 2. Bagaimana pemodelan pola partisipasi ekonomi perempuan berdasarkan lapangan pekerjaan menurut pengelompokan profesi perempuan Kota Tarakan? TUJUAN Tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh karakteristik partisipasi ekonomi perempuan menurut lapangan pekerjaan dan profesi perempuan Kota Tarakan. 2. Memodelkan pola partisipasi ekonomi perempuan berdasarkan lapangan pekerjaan dan profesi menurut pengelompokan perempuan Kota Tarakan. PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN EKONOMI PEREMPUAN Kondisi Umum Dalam bidang ekonomi akses perempuan untuk memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah (Widuri, 2008). Secara nasional potensi kegiatan ekonomi perempuan bisa dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sebesar 44,8% dan TPAK laki-laki sebesar 76,12%, dari data tersebut terlihat bahwa TPAK perempuan masih jauh lebih rendah dari TPAK lakilaki (Susenas, 2003). Pada tahun 2005,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan (50,6%) jauh lebih rendah dari laki-laki (86%). Dan indikasi ini menunjukkan berdasarkan laporan Sakernas BPS pada bulan Februari 2009, data TPAK perempuan masih juga lebih rendah dari laki-laki yakni perempuan sebesar 51.77% dan TPAK laki-laki sebesar 83.86%. Dua indikator penting yang mengukur hal itu disajikan dalam laporan pembangunan manusia (Human Development Report/HDR) yaitu angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) yang merupakan indeks komposit dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi; dan Gender-related Development Index (GDI). Menurut HDR 2005, Indonesia berada pada peringkat HDI ke-110 dari 170 negara di dunia, dengan indeks sebesar 0,697; sedangkan untuk GDI menduduki peringkat ke-87 dari 140 negara di dunia, dengan indeks sebesar 0,691. Perbedaan angka HDI dan GDI merupakan indikasi adanya kesenjangan gender. Indikasi kesenjangan diperkirakan akan masih terlihat pada tahun 2006. Selanjutnya Indonesia berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada di dalam Indeks Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI) pada tahun 2007. Pada tahun 2009, angka ini merosot ke urutan 90, artinya perempuan di Indonesia masih belum menikmati hak dan standar yang sama dengan para lakilaki. HDI 2007 sebesar 0,728 menempati urutan ke 107 dari 177 negara, dan urutan ke 7 dari 7 negara ASEAN. Permasalahan Yang Dihadapi Perempuan Indonesia Perempuan dalam Pendidikan Secara nasional pada tahun 2005, di bidang pendidikan, kesenjangan gender terlihat dari angka buta huruf perempuan umur 15 tahun ke atas (11%) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
88
(5%). Melalui intensifikasi pelaksanaan kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C kesenjangan itu diharapkan semakin sempit; sehingga pada tahun 2006 angka buta huruf perempuan umur 15 tahun ke atas diperkirakan menurun menjadi 10%. Berdasarkan sumber data olahan Pusat Statistik Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan Biro Statistik diperlihatkan, tingkat buta aksara di antara perempuan lebih tinggi dibandingkan lakilaki, sementara 92 persen rakyat Indonesia sudah melek huruf, 63 persen dari yang buta huruf ternyata adalah perempuan. Di sekolah dasar dan menengah, 48% siswa adalah perempuan. Di tingkat pendidikan tinggi (universitas, baik negeri maupun swasta) mahasiswa perempuan jumlahnya mencapai 47,6% dari keseluruhan mahasiswa yang ada di Indonesia. Perempuan dalam Ketenagakerjaan Kesenjangan gender terjadi di bidang ketenagakerjaan. Sebagaimana yang telah disebutkan diawal tulisan ini pada tahun 2005, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan (50,6%) jauh lebih rendah dari laki-laki (86%). Pada tahun 2006, kesenjangan gender dalam ketenagakerjaan masih terus terjadi meskipun TPAK perempuan diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan menjadi 51,4%. Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja masih 49% jika dibandingkan dengan 80,2% laki-laki. Di antara perempuan yang bekerja di sektor pemerintahan, kurang dari 1 persennya menduduki posisi eselon atas dan keterwakilan mereka di lembaga legislatif hanya 18%. Sedangkan tinjauan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan menurut jenjang pendidikan dengan prosentase dari jumlah tenaga kerja berdasarkan pendidikan tersebut adalah perempuan sebesar 38.26% dan
laki-laki sebesar 61.74%, sebagaimana tabel data berikut ini. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi bisa dilihat dari pilihan lapangan usaha. Terdapat lima sektor lapangan usaha sembilan sektor lapangan usaha berdasarkan profesi usaha yang digeluti perempuan, yakni sektor perdagangan, jasa, pertanian, perindustrian, dan perikanan. Ada indikasi bahwa perempuan bekerja pada sektor tertentu berhubungan dengan tingkat pendidikan (Zain, 1996). Peneliti lain (Suroso, 2002) menyatakan bahwa lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap tingkat pendidikan, perempuan di desa memiliki pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan di kota. Oleh karena itu perlu diteliti sejauhmana tingkat pendidikan dikaitkan dengan lapangan usaha dari perempuan. Selain itu, dipertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lapangan usaha perempuan. Setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi pilihan lapangan usaha perempuan yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (luar diri) perempuan. Faktor internal yaitu umur sedangkan faktor eksternal meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, lokasi tempat tinggal, jumlah jam kerja, statu. Oey dalam penelitian Zain (1996) menyatakan kenaikan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia faktor penyebabnya adalah bertambahnya kemiskinan. Kodiran, dkk (2001) menyatakan bahwa akibat faktor kemiskinan memaksa perempuan untuk terlibat dalam perekonomian. Kesadaran Perempuan Untuk Berperanserta Dalam Perekonomian Seiring dengan kemajuan pembangunan dan terbukanya arus globalisasi dan informasi, serta meningkatnya tingkat pendidikan
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
89
perempuan dalam arti kenaikan prosentase jumlah perempuan yang semakin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, meskipun tetap lebih rendah dari pada tingkat pendidikan laki-laki sebagai ditunjukkan data BPS tahun 2007 dan 2008, perempuan Indonesia sudah keluar dari tembok batas rumahnya untuk bekerja dan berkarya, baik sebagai pegawai pemerintah, karyawati, perusahaan baik nasional maupun multinasional, serta sebagai pengusaha, dengan tidak mengabaikan peran utamanya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Dalam kenyataannya, meskipun banyak perempuan Indonesia telah banyak memperoleh gelar sarjana, master, bahkan doctor, hanya sedikit sekali pucuk pimpinan baik di pemerintahan maupun swasta yang diduduki oleh perempuan, tentu saja selain perusahaan-perusahaan yang memang dikelola oleh perempuan seperti perusahaan catering, kosmetik, majalah wanita, jasa psikologi, kesenian, atau kerajinan-kerajinan tertentu. Dalam hal keterlibatan perempuan Indonesia dalam dunia usaha atau sebagai pengusaha/wirausaha telah ada sejak zaman ke zaman, sejak dulu wanita telah terjun dalam dunia perdagangan, misalnya wanita-wanita di Solo telah membantu ekonomi keluarga bahkan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga dari usaha batik yang mereka kelola. Demikian halnya di Palembang, Padang, Lampung, dan Ujung Pandang, wanita-wanita sukses mengelola industri rumah tangga berupa kain songket, di daerah-daerah lain terkenal dengan berbagai jenis kerajinan tangan ataupun makanan sebagai ciri khas suatu daerah adalah hasil karya tangantangan perempuan. Program Pemerintah Dalam Pemberdayaan Perempuan Dan Usaha Mikro Kecil
Sehubungan dengan pemberdayaan perempuan dan usaha mikro kecil, sebenarnya pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup serius, sebab usaha mikro kecil merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi pilihan kebanyakan anggota masyarakat, terutama kelompok perempuan, yang banyak berkecimpung dalam kegiatan industri kerajinan dan industri rumah tangga, baik perempuan tersebut “bekerja sendiri” atau sebagai “pekerja keluarga yang tidak dibayar”. Perhatian tersebut antara lain dengan dikeluarkannya berbagai program, seperti kredit program, kredit untuk usaha kecil yang dikenal dengan KIK(Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Pada Pakjan”90 yang isinya penyempurnaan sistim perkreditan, yang antara lain mewajibkan bank komersiel menyalurkan 20% fortofolio kreditnya untuk usaha kecil, disini KIK/KMKP diganti menjadi KUK(Kredit Usaha Kecil) dengan bunga mengikuti bunga pasar, Dalam pelaksanaannya menurut hasil penelitian Mari Elka Pangestu (1992): dari dana KUK yang tersedia realisasinya pada tahun 1994 (28,50%), tahun 1995 (35,3%), dan tahun 1996 sebesar 42,1%, yang mana lebih separoh dari dana KUK yang tersedia digunakan untuk sektor perhotelan, perdagangan, restoran , kredit konsumsi golongan menengah keatas, bukan untuk kegiatan produktif usaha kecil. Dengan demikian pemberdayaan usaha mikro kecil terdapat tiga jenis kredit yaitu kredit umum, kredit khusus (program) dan kredit penerusan. Selain itu BI juga memiliki program bantuan teknis untuk meningkatkan akses usaha kecil terhadap kredit perbankan, antara lain : Program Pengembangan Usaha Kecil (PPUK), Program Kemitraan Terpadu, dan Proyek Kredit Mikro. Kebijakan lainnya yaitu: penyisihan 5% dari laba
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
90
BUMN untuk pengembangan usaha kecil, diutamakan usaha kecil yang memiliki potensi ekspor, pembentukan Pos Ekonomi Rakyat (PER), merupakan kelembagaan yang diharapan dapat berfungsi sebagai pusat informasi bagi UKM. Seluruh kebijakan sebagaimana diuraikan diatas bersifat umum, artinya tidak membedakan laki-laki atau perempuan, keduanya memiliki peluang yang sama untuk mendapat kredit, dengan demikian kebijakan tersebut dapat dikatakan bersifat gender blind. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TARAKAN DALAM AKSES EKONOMI DAN KESETARAAN GENDER Kondisi Umum Kota Tarakan Hingga akhir tahun 2009 ini, jumlah aparat Negara (PNS) di Pemerintahan Daerah Kota Tarakan berjumlah 3.395 orang, yang terdiri atas jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.773 orang dan perempuan sebanyak 1.662 orang. Dan berdasarkan sumber data Bappeda Pemerintah Kota Tarakan (Kota Tarakan Dalam Angka, 2010), berdasarkan peringkat banyaknya PNS Pemerintah Kota Tarakan menurut tingkat Pendidikan, terdiri atas : Tabel 1. Jumlah PNS Kota Tarakan Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
S2/S3
105
22
127
S1/Dipl. IV
650
583
1.233
Dipl. I/II/III
235
335
570
SMA Sederajat SMP Sederajat SD Sederajat
706
662
1.368
43
7
50
34
13
47
Jumlah
1.773
1.622
3.395
Sumber : Bappeda 2010
Tingkat Pendidikan Perempuan Kota Tarakan Angka rata-rata lama sekolah penduduk laki-laki masih lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu dengan perbandingan sebesar 9,68 tahun dan 8,68 tahun dengan angka rata-rata laki-laki dan perempuan sebesar 8,85 tahun. Hal ini menunjukkan rata-rata penduduk Kalimantan Timur yang sekolah selama 8,85 tahun atau SLTP kelas III, jadi wajib belajar 9 tahun hampir tercapai, terkecuali di daerah perkotaan yang sudah pada jenjang SLTA kelas I. Dan untuk penduduk Kota Tarakan angka rata-rata lama sekolah yaitu 9.37 pada tahun 2009 atau naik 0.07 pada tahun 2008. Dan ini didukung data penelitian BPS Propinsi Kaltim 2010 yang menunjukkan angka rata-rata lama sekolah laki-laki dan perempuan Kota Tarakan yaitu selama rata-rata 9 tahun. Sementara itu penduduk menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan terbesar adalah lulusan SD dan SLTA yaitu 26,50 persen dan 26,46 persen, untuk yang belum dan tidak tamat SD sebesar 21,13 persen, untuk tamat SLTP sebesar 19,29 persen, dan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 6,63 persen. Indikator pekerjaan secara umum ini akan dikorelasikan dengan jenjang pendidikan perempuan Kota Tarakan yang masih sangat minim sekali (Zain, 1996). Dimana rata-rata perempuan Kota Tarakan hanya bisa menyerap pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah umum (SMU) saja dengan prosentase sebesar 42.16% dan jenjang yang lebih tinggi lagi yakni sarjana hanya diserap sebesar 14.7% saja, dan selebihnya adalah mereka yang pernah menamatkan pendidikan hanya sampai tingkat pendidikan dasar dan pertama saja. Berdasarkan data BPS Kota Tarakan tahun 2010 banyaknya aparatur
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
91
pemerintah daerah menurut jenis kelamin secara gender berbanding lurus saja sebagaimana yang disajikan dalam data berbanding laki-laki 52% dan perempuan 48%, yang secara proposional rasio jenjang pendidikan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Di sektor pelayanan publik ini, ada sebuah masalah serius mengenai rendahnya keterwakilan perempuan di posisi-posisi tertinggi. Jumlah perempuan yang ada di sektor ini mencapai rata-rata 45% namun posisi eselon tertinggi terbanyak diduduki oleh laki-laki. Menunjukkan komposisi gender di pegawai negeri pada eselon 3 dan 4. Kesenjangan gender pada tingkatan ini tidak terlalu lebar; namun kesenjangan pada eselon 2 menjadi semakin serius. Hanya 7.4% persen dari perempuan pegawai negeri berada di posisi eselon 2 atau sebanyak 2 dari 25 aparatur pemerintahan berdasarkan jenis kelamin. Tingkat pendidikan sebagaimana jenjang pendidikan yang ada juga secara signifikan tidak berpengaruh terhadap kinerja dan kepangkatan kaum perempuan Kota Tarakan. Kecendrungan secara proporsional keberadaan perempuan pada bidang pemerintahan ini lebih banyak diduduki perempuan dengan kepangkatan non eselon di pemerintah Kota Tarakan dengan komposisi laki-laki sebanyak 544 dan perempuan sebanyak 939 atau berbanding 37% adalah laki-laki dan 63% adalah perempuan. Hal ini ditandai dengan tingkat rata-rata lama sekolah penduduk Kota Tarakan berbasis gender berdasarkan data BPS Propinsi Kaltim tahun 2010 adalah 9 tahun. Klasifikasi Potensi Ekonomi Perempuan Kota Tarakan Jumlah angkatan kerja di Kota Tarakan berdasarkan data BPS Kota Tarakan tahun 2010 mencapai 84.946 orang, bertambah 4.903 orang dibanding angkatan kerja tahun 2009 sebesar 80.043
orang. Dengan jumlah penduduk 15 tahun keatas (usia kerja) di Kota Tarakan pada tahun 2010 mencapai 133.533 orang, bertambah 9.704 orang dibanding keadaan pada tahun 2009 sebesar 123.829 orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Tarakan pada tahun 2010 mencapai 14.32%, dan mengalami peningkatan dibanding TPT tahun 2009 sebesar 6.97%. Berdasarkan jumlah jam kerja pada tahun 2010, sebanyak 54.183 orang (75.45%) bekerja di atas 35 jam perminggu, dan pekerja dengan jumlah jam kerja antara 25 – 34 jam perminggu sebanyak 2.2448 orang (3.09%), dan pekerja dengan jumlah jam kerja antara 10 – 24 jam perminggu sebanyak 6.637 orang (9.12%), sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 9 jam sebanyak 7.328 orang (10.07%) selebihnya atau sekitar 3.27% adalah mereka yang tidak bekerja. Kategori pekerjaan atau profesi yang digeluti perempuan Kota Tarakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat bidang profesi, yang terdiri atas : pegawai negeri, pegawai swasta, wirausaha dan bidang lainnya. Untuk profesi pegawai swasta penelitian ini diasumsikan adalah mereka yang bekerja pada sektor swasta baik diperkantoran maupun industri, sedangkan untuk kelompok wira usaha adalah kaum perempuan Kota Tarakan yang bekerja berusaha sendiri pada bidang perdagangan, jasa, pertanian, perindustrian, dan perikanan. Untuk kategori bidang lainnya adalah mereka yang bekerja dengan status pekerja yang tidak dibayar, ibu rumah tangga atau kategori mereka berpenghasilan dibawah pendapatan rata-rata nilai biaya hidup penduduk Kota Tarakan. Adapun berdasarkan hasil penelitian ini, kategori profesi pekerjaan yang digeluti perempuan Kota Tarakan diberikan data sebagai berikut :
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
92
Tabel 2. Identifikasi Serapan Profesi Kerja Berdasarkan Prosentase BIDANG PROFESI
PROSENTASE
Pegawai Negeri
11.31
Pegawai Swasta
14.54
Wira Usaha
29.73
Lain-lain
40.23
Sumber : Hasil Penelitian
Menyimak prosentase usia kerja berdasarkan status pekerjaan dan jenis kelamin tersebut yang akan berkolerasi dengan hasil penelitian ini berupa identifikasi status pekerjaan atau profesi yang digeluti berdasarkan jenis kelamin. Sesungguhnya prosentase terbesar sebaran profesi bidang kerja perempuan adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja yang tidak mendapat upah (pekerja yang tidak dibayar). Dalam hal ini prosentase terbesar perempuan Kota Tarakan adalah mereka yang bekerja sebagai ibu rumah tangga selebihnya adalah mereka yang bekerja dengan penghasilan dibawah satu juta lima ratus ribu rupiah (Rp. 1.500.000,-). Dalam penelitian ini mereka adalah pekerja di bawah penghasilan ratarata pekerja yang mana berdasarkan kategori kemahalan tingkat hidup penduduk kota berdasarkan data BPS propinsi Kaltim 2010, untuk Kota Tarakan nilai biaya hidup Kota Tarakan sebesar tiga juta empat ratus delapan ribu empat ratus delapan puluh empat rupiah (Rp. 3.408.484,-), yakni dengan prosentase sebesar 44.59% dan mereka yang berpenghasilan diatas lima juta rupiah (Rp. 5.000.000,-) sebesar 1.94%. Selebihnya adalah mereka dengan prosentasi penghasilan antara Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 3.000.000,- sebesar 13.73% dan dengan penghasilan antara Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,sebesar 3.07%. Dan sekitar 36.67% adalah diasumsikan adalah mereka yang berstatus
ibu rumah tangga atau tanpa penghasilan. Prosentase yang dihasilkan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sangat signifikan dengan prosentase baik propinsi maupun nasional dalam upaya mendorong pemberdayaan kaum perempuan. Upaya pemberdayaan perempuan dengan kategori mereka yang telah mapan secara ekonomi sangat kecil sekali dibanding kaum laki-laki. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berdasarkan data BPS Propinsi Kaltim tahun 2010 menurut jenis kelamin produktifitas usia kerja hanya separuh jumlah partisipasi perempuan dibandingkan laki-laki, yakni TPAK laki-laki sebesar 84.65% dan TPAK perempuan sebesar 41.87%. Kecendrungan ini sejalan dengan hasil penelitian yang mengindikasikan bahwa usia produktif perempuan Kota Tarakan untuk andil dan terlibat dalam duinia kerja semakin meningkat pula. Berdasarkan angkatan kerja dan lapangan usaha yang dilakukan. Dalam hal ini tren perempuan Kota Tarakan untuk berusaha sendiri secara mandiri dalam mencapai nilai ekonomi bagi keluarga sangat signifikan hal ini terlihat dalam prosentase usaha mandiri yang dikelola kaum perempuan Kota Tarakan sebesar 29.32% dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sebesar 22.07% saja. Prosentase terbesar berada pada profesi yang dapat dikategorikan pekerja yang tidak dibayar. Namun indikator pekerjaan ini masuk pula dalam kategori bagi kaum perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan prosentasi sekitar 2% dari data penelitian, selebihnya adalah perempuan dengan status ibu rumah tangga. Disamping hal tersebut dalam penelitian ini dan menurut data BPS Kota Tarakan 2010, menunjukkan indikasi peminatan profesi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin adalah lapangan usaha yang bergerak pada
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
93
usaha mandiri (wira usaha) yang menduduki prosentase tertinggi, dimana peminatan ini adalah mereka yang bergelut dibidang usaha perdagangan sebesar 53% dari 29.73% kaum perempuan yang menjalani profesi sebagai wira usaha. Sebagaimana yang terungkap dalam penelitian ini peminatan profesi kerja khususnya usaha perdagangan, akan berkolerasi dengan dukungan tempat tinggal dan tempat usaha yang dijalankan kaum perempuan Kota Tarakan. Dimana dalam penelitian ini korelasi tempat usaha dan bertempat satu kelurahan dengan tempat tinggal memberikan kontribusi terbesar perempuan Kota Tarakan akan menjalankan akses usaha yang mandiri. Prosentase 35.06% jawaban dalam quisioner adalah mereka yang berusaha/bekerja mandiri dalam satu wilayah kelurahan yang sama dari populasi 57.19% yang berkontribusi terhadap penelitian tempat tinggal ini. Kecendrungan dari hasil penelitian ini menunjukkan kemudahan akses perempuan dalam mengeluti usaha/pekerjaan dan kedekatan dengan tempat tinggal sebagaimana hasil wawancara karena beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain : - Perempuan secara naluri harus merasa dengan dengan anak dan rumah tinggal, jika mereka melakukan usaha untuk menopang ekonomi keluarga pertimbangan pertama adalah jenis usaha yang bisa dilaksanakan dirumah/tempat tinggal atau wilayah yang dapat dijangkau dengan mudah - Usaha dagang seperti halnya berjualan sembako adalah alternatif paling mudah dilakukan didalam rumah tangga tanpa harus melepas tanggungjawab terhadap keluarga
-
Usaha mandiri seperti berdagang tidak menyita waktu waktu dan tanggungjawab pekerjaan Kecendrungan perempuan Kota Tarakan untuk bekerja adalah sebuah upaya/animo di masyarakat yang berusaha untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga, dalam hal ini semata-mata karena tuntutan untuk menambah penghasilan keluarga. Dari sebaran data quisioner yang laksanakan Gemala Perempuan pilihan kaum perempuan Kota Tarakan untuk bekerja karena faktor keinginan untuk menambah penghasilan. Tingkat kebutuhan hidup yang semakin tinggi mempengaruhi kecendrungan kaum perempuan Kota Tarakan untuk bekerja. Kiprah Perempuan Kota Tarakan Dalam Bidang Politik Selanjutnya kiprah perempuan dalam bidang politik menunjukkan angka yang masih sangat minim walaupun kesempatan tersebut telah dibuka dalam undang-undang tentang hak politik perempuan Indonesia. Undang-Undang Partai Politik No.31 Tahun 2002 bahkan telah mensyaratkan 30 % keterwakilan bagi perempuan. Walaupun Kota Tarakan telah menduduki peringkat ke 3 setelah Kota Balikpapan dalam urutan pencapaian angka IPM berbasis gender, namun keterlibatan perempuan dalam dunia politik masih sangat minim sekali. Untuk kurun waktu 2 periode kelembagaan DPRD Kota Tarakan tahun 2004 – 2009 dan 2009 – 2014, jumlah keterwakilan perempuan hanya sebanyak 2 orang dari 25 anggota DPRD Kota Tarakan atau hanya sebanyak 8% dari kuota keterwakilan perempuan Kota Tarakan. Berdarkan hasil penelitian ini kecendrungan perempuan menghindar dari dunia politik dapat dirasakan langsung. Dalam hal ini peran perempuan untuk turut aktif dalam ber-partai sangat minim sekali. Hal ini dapat dilihat dari hasil
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
94
quisioner yang telah disebarkan dalam penelitian ini. Tabel 3. Prosentase Keterlibatan Perempuan Dalam Partai Politik Sikap Politik
Prosentase
Tidak Pernah
74.15
Pernah, tapi kurang aktif
2.26
Pernah, dan cukup aktif
Tabel 5. Identifikasi Pekerjaan Suami dan Orang Tua (Bapak) Bidang Profesi
0.65
Pernah, dan merupakan aktifis partai Sumber : Hasil Penelitian
0
Selain hal tersebut diatas, faktor eksternal keluarga baik hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan dan pendidikan baik orang tua maupun suami, hal ini tidak menunjukkan grafik terstruktur yang dapat mempengaruhi kinerja dan pengembangan potensi kaum perempuan Kota Tarakan. Namun tendensi pekerjaan dan pendidikan baik orang tua maupun suami menunjukkan grafik yang linier dengan pekerjaan dan pendidikan perempuan Kota Tarakan. Indikasi ini ditunjukkan pada table berikut ini. Tabel 4. Jenjang Pendidikan Suami dan Orang Tua (Bapak) Prosentase Jenjang Pendidikan Suami
Orang Tua (Bapak)
SD
12.28
40.39
SMP
14.38
12.76
SMA
35.22
26.66
Perguruan Tinggi
17.93
4.04
1.29
0.48
Pernah tercatat sebagai mahasiswa Sumber : Hasil Penelitian
emosional dan biologis antara kaum perempuan Kota Tarakan yang hingga saat ini masih termarjinalkan di kalangan masyarakat Kota Tarakan.
Prosentase Suami
Orang Tua (Bapak)
Pegawai Negeri
14.38
Pegawai Swasta
23.10
9.53
Wira Usaha
22.94
26.33
Lain – lain 22.78 Sumber : Hasil Penelitian
36.19
10.66
Dari data faktor eksternal ini 2 hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menganalisi perkembangan dan pengembangan potensi perempuan Kota Tarakan. Pertama, data hasil penelitian menunjukkan indikasi bahwa faktor eksternal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan potensi perempuan dalam mengejar karier dan pendidikan perempuan Kota Tarakan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perjalanan pendidikan seorang perempuan sebanding/mendekati apa yang telah dicapai para suami maupun orang tuanya. Kedua, proses pengembangan potensi perempuan semata-mata karena faktor ekonomi dan tuntutan hidup yang dijalani, dalam arti ketika prosentase terbesar kaum perempuan Kota Tarakan bekerja secara mandiri dalam bentuk berdagang. Pencapaian Pemberdayaan Dan Peran Perempuan Kota Tarakan
Demikian pula dengan pekerjaan yang digeluti oleh suami maupun orang tua (bapak), data hasil penelitian menunjukkan linieritas antara hubungan
Penduduk Kota Tarakan pada tahun 2009 mencapai 192.430 jiwa. Pertumbuhan penduduk paling tinggi pada tahun 2009 adalah sebesar 15.71 % dari tahun sebelumnya. Dengan potensi IPM Kota Tarakan untuk tahun 2007 berada pada level 75.30% dan pada tahun 2008 berada
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
95
pada besaran 75.92% selanjutnya pada tahun 2009 menjadi 76.32%. (sumber: Kadin Kaltim, 2009; BPS Kaltim, Oktober 2010). Dengan pertumbuhan rata-rata berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009 meningkat menjadi 18.65%. Kualitas SDM dapat dilihat dari tingkatan pendidikan rata-rata di Kota Tarakan, ketersediaan lembaga riset, dan tingkat harapan hidup. Kualitas sumber daya manusia di Tarakan dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana pada tahun 2005 sebesar 73.9, tahun 2006 sebesar 74.9, tahun 2007 sebesar 75.30, tahun 2008 sebesar 75.92, dan pada tahun 2009 sebesar 76.32. Indikator ini terus meningkat yang menjadikan Kota Tarakan masuk dalam peringkat 4 di Kalimantan Timur secara berturut-turut pada tahun 2005 - 2009, dan peringkat 38 IPM tahun 2009 di Indonesia. Ini menunjukkan parameter kinerja pemerintah Kota Tarakan telah optimal dalam upaya mendorong percepatan pembangunan dan masyarakatnya. Paradigma pembangunan manusia terdiri atas 4 komponen utama : 1. Produktifitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia. 2. Pemerataan, masyarakat harus mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi didalam dan memperolehmanfaat dari kesempatan-kesempatan ini. 3. Kesinambungan, akses untuk memperoleh peluang atau
kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan dating. 4. Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat, dan bukan hanya dilakukan untuk masyarakat. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan prosesproses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Namun parameter pembangunan manusia sebagaimana data BPS Propinsi Kaltim menunjukkan prosentase yang menurun ketika pembangunan manusia ini dianalisis menggunakan pendekatan gender, IPM Berbasis Gender, yang mana penurunannya hampir merata di setiap kabupaten dan kota di lingkup Kaltim. Kota Tarakan dalam hal IPM berbasis gender ini telah menduduki urutan ke 3 peringkat propinsi, namun secara grafik prosentase ini masih kecil dibanding IPM murni yang telah ditetapkan yakni sebesar 63.77% dibanding Kota Samarinda sebagai nominator Kaltim dengan prosentase 67.82%. Dan Kota Tarakan menduduki urutan ke 192 dan sangat jauh dibandingkan dengan IPM murninya pada skala nasional. KESIMPULAN Berdasarkan hasil data penelitian dapat disimpulkan kajian potensi dan peranserta perempuan dalam pembangunan manusia Kota Tarakan, sebagai berikut : 1. Selama periode tahun 2007 – 2009 rata-rata IPM Kota Tarakan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sebesar 75.3%, tahun 2008 sebesar 75.9%, dan tahun 2009 sebesar 76.4%. 2. Selama periode tahun 2007 – 2007 rata-rata IPM berbasis gender (GDI) Kota Tarakan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
96
3.
4.
5.
6.
62.97%, tahun 2008 sebesar 63.77%, dan pada tahun 2009 sebesar 67.82%. Kota Tarakan menduduki peringkat ke 4 untuk IPM dan peringkat ke 3 untuk IPM berbasis gender pada lingkup propinsi. Namun secara nasional IPM Kota Tarakan pada tahun 2009 menduduki peringkat ke 38 dan IPM berbasis gender Kota Tarakan tahun 2009 menduduki peringkat ke 192 nasional. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berdasarkan data BPS Propinsi Kaltim tahun 2010 menurut jenis kelamin produktifitas usia kerja hanya separuh jumlah partisipasi perempuan dibandingkan laki-laki, yakni TPAK laki-laki sebesar 84.65% dan TPAK perempuan sebesar 41.87%. Prosentase produktifitas kerja perempuan Kota Tarakan lebih didominasi oleh pekerjaan yang merupakan tenaga kerja keluarga tidak dibayar (unpaid family workers ), fenomena ini menunjukkan meskipun wanita aktif dalam kegiatan produktif dianggap tidak bekerja yakni sebesar 40.32%, pekerja mandiri/berusaha sendiri sebesar 29.73%, dan selebihnya adalah perempuan yang bekerja pada sektor swasta dan pegawai negeri. Hasil penelitian ini menunjukkan peran dan potensi ekonomi perempuan Kota Tarakan berada pada kegiatan usaha mandiri yakni sebesar 29.73%. Dan sektor usaha yang paling banyak dilakukan adalah usaha perdagangan/berdagang dengan prosentase sebesar 53.24% selanjutnya adalah usaha jasa sebesar 32% dan sisanya adalah mereka yang bergerak di bidang pertanian, perindustrian, dan perikanan.
7.
Hasil penelitian ini menunjukkan peminatan profesi kerja khususnya usaha perdagangan, akan berkolerasi dengan dukungan tempat tinggal dan tempat usaha yang dijalankan kaum perempuan Kota Tarakan. Sebanyak 35.04% responden adalah mereka yang berusaha dalam satu wilayah kelurahan. Dalam arti kegiatan usaha ini harus mempertimbangkan kemudahan akan akses dengan keluarga dan semata-mata mereka berusaha/berdagang untuk mendapat tambahan penghasilan keluarga. DAFTAR PUSTAKA BPS Propinsi Kalimantan Timur, Kondisi Sosial Ekonomi Dan Indikator Penting Kalimantan Timur, Katalog BPS: 9201.64, Edisi Oktober 2010. Kota Tarakan Dalam Angka, Kerjasama Bappeda Pemerintah Kota Tarakan dan BPS Kota Tarakan, 2010. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2009, Kerjasama Bappeda Pemerintah Kota Tarakan dan BPS Kota Tarakan, 2010. Petunjuk Teknis Bantuan Langsung Inovasi Keaksaraan untuk Pemberdayaan Tahun 2009, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. Sri Lestari Harsosumarto, Koperasi Dan Pemberdayaan Perempuan , Kasubid Evaluasi Dan Pelaporan Serta Peneliti Muda Bidang Perkoperasian, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Makalah. 2008. UNDP Indonesia, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pemerintah, Makalah Kebijakan, UNDP Indonesia, Mei 2010. http://www.tarakankota.go.id/in/Pidato_W alikota.php?op=tarakan&mid=82
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012
97
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pemb angunan_Manusia www.hukum.unsrat.ac.id/pres/buku2bab11.doc, Peningkatan Kualitas Kehidupan Dan Peran Perempuan Serta Kesejahteraan Dan Perlindungan Anak. www.menegpp.go.id/aplikasidata/index. php?option=com, Kebijakan Pembangunan PKHP http://www.kadinkaltim.com/wpcontent/uploads/2010/01
Jurnal Ekonomika Volume III Nomor 1 Tahun 2012