Potensi Ekonomi Dan Peran Koperasi Susu Dalam Pembangunan Masyarakat Lokal Bambang Sutikno1), Djati Batoro2) 1
Universitas Merdeka Pasuruan Staf Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Brawijaya
2
ABSTRAK Peran koperasi susu dalam pembangunan masayarakat lokal sangat memberikan pengaruh . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh potensi ekonomi terhadap peran koperasi susu dan peran koperasi susu terhadap pembangunan masyarakat lokal. Lokasi penelitian di koperasi kabupaten pasuruan dan pengambilan datanya menggunakan kuisioner. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 sample dengan menggunakan random sampling. Analisis data menggunakan metnode GSCA. Hasil penelitian menunjukkan variabel potensi ekonomi berpengaruh signifikan dengan peran koperasi susu dan peran koperasi susu berpengaruh signifikan terhadap variabel pembangunan masyarakat lokal. Keywords : potensi ekonomi, koperasi susu, pembangunan masyarakat lokal
kekeluargaan. Dalam pasal 3 disebutkan
PENDAHULUAN Masyarakat mempunyai
ciri-ciri
masyarakat
pedesaan,
yang
berbeda
dengan
perkotaan,
bahwa
khususnya
masyarakat
masyarakat
pada
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur (Oktaviana, 2013).
yang tinggi. Berdasarkan ciri-ciri tersebut
Peran
maka satu-satunya badan usaha yang
koperasi
sebagai
kelembagaan persusuan sangat besar
sesuai dengan jiwa masyarakat pedesaan
dalam menyangga kebutuhan peternak
adalah Koperasi.
sapi perah di kawasan sapi perah
Koperasi menurut Undang-Undang
nasional. Koperasi bukan lembaga yang
No. 25 Tahun 1992 adalah badan usaha
hanya berorientasi pada keuntungan,
yang beranggotakan lebih dari seorang.
namun juga mementingkan kesejahteraan
Badan hukum koperasi melandaskan
anggota. Dukungan kebijakan pemerintah
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
yang
dan
perekonomian nasional, dalam rangka
lainnya, solidaritas dan kesetiakawanan
rakyat
adalah
umumnya, serta ikut membangun tatanan
kental dan saling membantu satu sama
sebagai
berkoperasi
memajukan kesejahteraan anggota pada
pedesaan bercirikan gotong-royong yang
sekaligus
tujuan
gerakan
berdasarkan
melalui Peraturan Presiden Republik
ekonomi atas
Indonesia No. 28 Tahun 2008 tentang
asas 51
Kebijakan
Industri
yang
nasional. Menurut Asih et al. (2013)
sebagai
koperasi susu memiliki peran yang besar
produk prioritas untuk dikembangkan di
dalam pemasaran susu dan peningkatan
provinsi
produktivitas
menempatkan
Nasional
produk
susu
maupun
memberikan
kabupaten/kota
dorongan
bagi
peluang
membantu
akses
permodalan peternak.
perkembangan kelembagaan persusuan. Meskipun
serta
Kabupaten
Pasuruan
memiliki
berkembangnya
produksi susu dan populasi sapi perah
kelembagaan persusuan tinggi, namun
lebih tinggi dibandingkan dengan Kota
kelembagaan
khususnya
Batu. Penetapan kawasan pengembangan
koperasi susu hingga saat ini masih
sapi perah menjadi penting terkait dengan
berada pada posisi tawar yang lemah
perencanaan pembangunan industri susu
dihadapan IPS, baik dari aspek penentuan
nasional,
harga susu, penjualan susu, distribusi dan
prasarana, sarana penunjang, teknologi,
waktu penjualan (Priyono dan Priyanti,
pembiayaan, pengolahan,
2015).
serta kelembagaan dan sumber daya
persusuan
Koperasi dalam agribisnis sapi perah
memiliki
dua
bentuk,
mulai
manusia.
yaitu
dari
Industri
merupakan
penyediaan
pemasaran
susu
industri
nasional
strategis
yang
koperasi monosifikasi yang hanya fokus
potensial, karena permintaan yang terus
pada usaha sapi perah dan koperasi
meningkat seiring dengan kenaikan taraf
diversifikasi
hidup masyarakat. Manajemen koperasi
yang
membuka
banyak
usaha di samping usaha sapi perah
sangat
(Yusdja, 2005). Koperasi peternak pada
mekanisme
umumnya bersifat diversifikasi, namun
persusuan nasional (Priyono dan Priyanti,
biaya
2015)..
untuk
aktivitas
dari
usaha
menentukan
efektivitas
perkembangan
industry
diversifikasi koperasi tersebut masih
Potensi Koperasi Susu pada KUTT
banyak yang berasal dari profit penjualan
Suka Makmur yang ada di Kecamatan
susu. Dampaknya, akan mempengaruhi
Grati
sisa hasil usaha (SHU) yang diterima
produksi susu 58 ton per hari, dengan
anggota.
itu,
jumlah peternak 4.000. Koperasi Susu
penyelenggaraan ketatausahaan koperasi
sembada di Kecamatan Puspo Kabupaten
yang akuntabel merupakan salah satu
Pasuruan dengan produksi susu 18 ton
bentuk usaha untuk menguatkan peran
per hari, dengan jumlah peternak 7.425
koperasi susu dalam kawasan sapi perah
dengan
Oleh
karena
52
Kabupaten
kondisi
Pasuruan
topografi
ada
dengan
pada
dataran sedang (± 500 – 700 m dpl).
2.2. Pengambilan data
KPSP Setia Kawan Nongkojajar di
Metode pengambilan data dalam
kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan
penelitian ini menggunakan pendekatan
dengan produksi susu 71 ton per hari
Slovin dalam Zulganef (2008) dengan
dengan jumlah peternak 8.125, topografi
jumlah data peternak sapi
dataran tinggi (± 900-1200 m dpl), dan
koperasi di daerah Kabupaten Pasuruan
KUD Dadi Jaya yang ada di Kecamatan
dengan jumlah sampel sebanyak 70
Purwodadi Kabupaten Pasuruan dengan
responden.
produksi 26 ton per hari, dan jumlah
2.3. Analisis Data
di 4
peternak 5.570. Produk olahan susu
Analisis data dalam penelitian ini
berupa minuman sebagai produk home
menggunakan analisis GSCA. GSCA
industry di daerah Nongkojajar.
dapat digunakan untuk mendapatkan
Berdasarkan uraian di atas, maka
model struktural yang powerfull guna
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tujuan prediksi atau konfirmasi, selain itu
mengenai hubungan
GSCA juga powerfull untuk menguji
potensi ekonomi
dan peran koperasi dalam pembangunan
model berbasis teori, atau dengan kata
masyarakat lokal di kabupaten pasuruan
lain untuk mengkonfirmasi teori tentang
METODE PENELITIAN
hubungan antar variable yang terdapat di
2.1. Pengukuran
dalam model (Solimun, 2013)
Variabel potensi ekonomi
.
Variabel ini menggunakan pengukuran skala
likert
5
point.
2.4. Hipotesis
Indikatornya
Hipotesis antar variabel dikaitkan
meliputi: usaha sapi perah, lingkungan,
dengan beberapa penelitian terdahulu dan
dan keterampilan
hubungan
Variabel peran koperasi susu
diperlihatkan pada
Variabel ini menggunakan pengukuran skala
likert
5
point.
antar
Kondisi
variabel
tersebut
Gambar 1. kompetitif
untuk
Indikatornya
keterlibatan petani kecil di daerah dan
meliputi: pembinaan, kelembagaan, dan
nasional, serta peran yang dimainkan
kemitraan anggota
oleh lembaga pedesaan dalam rangka
Variabel pembangunan masyarakat lokal
meningkatkan daya saing dan daya tawar
Variabel ini menggunakan pengukuran
(Hellin et al. 2006). Penciptaan koperasi
skala likert 5 point. Indikatornya adalah
pemasaran pertanian umumnya sebagai
ekonomi hijau
strategi 53
untuk
menghasilkan
skala
ekonomi dan memperkuat posisi tawar
Asih et al. (2013) koperasi susu
produsen skala kecil (Blokland dan
memiliki
Gouet, 2007). Interaksi sosial antara
pemasaran
anggota koperasi atas dasar sosial norma,
produktivitas
kepercayaan dan timbal balik, serta
permodalan peternak. Bijman (2007) dan
merupakan bagian jaringan internal dan
Valentinov (2004) merujuk pada faktor
eksternal (Ostrom, 2004). 0,1 anggota
eksternal
koperasi berharap untuk mendapatkan
dengan tuntutan pasar) dan internal (yaitu
keuntungan dari koordinasi keputusan
perilaku oportunistik dari anggota dan
produksi,
input,
konflik kepentingan) yang mempengaruhi
dan
organisasi ekonomi koperasi dan kohesi
berbagi
disempurnakan
akses
ke
kekuatan
pasar
peran
yang
susu
dan
serta
dalam
peningkatan
membantu
(misalnya
langka
adaptasi
sosial.
al., 2007). Anggota harus berkomitmen
bahwa faktor-faktor ini tidak terisolasi
untuk memasarkan produk mereka dan
tetapi saling tergantung, menyiratkan
membeli input mereka melalui koperasi
bahwa
(Thyfault, 1996). Komitmen ini secara
menyeimbangkan kepentingan anggota
intrinsik berdasarkan saling kepercayaan
dan persyaratan kewirausahaan.
hubungan
perlu
hati-hati
Koperasi dapat menjadi strategi
koperasi
partisipatif yang efektif untuk bootstrap
tergantung pada kemampuan mereka
masyarakat berpenghasilan rendah ke
untuk
menjaga
dalam arus utama sosial-ekonomi (Majee
kepercayaan, keyakinan dan komitmen
dan Hoyt, 2011). Koperasi dapat menjadi
antara
efektif
sehingga
kinerja
membangun
dan
anggota.
digambarkan
didirikan,
Koperasi
sebagai
dimana anggota menuju
balik
koperasi
menegaskan
antara
anggota,
timbal
(2007)
akses
kapasitas tawar lebih efektif (Di Falco et
dan
Bhuyan
besar
suatu
juga proses
bootstrap
masyarakat berusaha
prioritas biasanya
atau
tujuan
didasarkan
strategi
rendah
masyarakat dalam
sosial-
dan Nemon (2000), modal dan transisi
untuk
potensi
mainstream
pada
nilai-nilai umum (Cabaj, 2004). :
berpenghasilan
ekonomi. Woolcock dan Narayan (2000)
kemiskinan
1
untuk
diri
geografi umum, pengalaman umum, atau
Hipotesis
partisipatif
ekonomi
model sosial disesuaikan menunjukkan
potensi
pengembangan usaha koperasi dan untuk
berpengaruh pada peran koperasi susu
mengontrol masyarakat.
54
takdir
sosial
ekonomi
Koperasi membawa orang bersamasama
untuk
kebutuhan
untuk terlibat dalam pemantauan rekan
bersama melalui operasi dari bisnis yang
dalam perilaku bisnis mereka, sehingga
dikendalikan secara demokratis. Koperasi
secara lagnsung
dapat melatih dan mendidik anggota
bisnis dan masyarakat (Majee & Hoyt,
(Hoyt, 2004; Majee dan Hoyt, 2009) dan
2009).
mempromosikan upaya kelompok untuk
Hipotesis 2 : peran koperasi berpengaruh
memenuhi
memenuhi
pengetahuan satu sama lain dan koperasi
kebutuhan individu dan
dapat memperkuat
terhadap
masyarakat. Interaksi ini memungkinkan
lingkungan
anggota
local
untuk menggunakan mereka
Potensi Ekonomi
H1
Peran Koperasi Susu
H2
pembangunan masyarakat
Pembangunan Masyarakat Lokal
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
keduanya searah. Artinya semakin tinggi
3.1. Hubungan variabel potensi ekonomi
potensi
dengan peran koperasi susu
mengakibatkan peningkatan pada peran
Hasil analisis koefisen pengaruh
ekonomi
masyarakat,
akan
koperasi susu.
langsung model estimate pada variabel
3.2. Hubungan variabel peran koperasi
potensi ekonomi dengan peran koperasi
susu
susu mempunyai hubungan positif dan
masyarakat lokal
signifikan dengan nilai 0,381 dengan SE
Hasil analisis koefisen pengaruh
sebesar 0,081. Hasil penelitian SE> 95%,
langsung model estimate pada variabel
maka terdapat cukup bukti empiris untuk
peran koperasi susu berpengaruh secara
menerima hipotesis yang menyatakan
signifikan
bahwa
ekonomi
masyarakat lokal adalah positif dan
berpengaruh secara signifikan dengan
signifikan dengan nilai 0,521 dengan SE
peran koperasi susu. Koefisien pengaruh
sebesar 0,071. Hasil penelitian SE> 95%,
langsung bertanda positif (0,381), hal ini
maka terdapat cukup bukti empiris untuk
mengindikasikan
menerima hipotesis yang menyatakan
variabel
potensi
bahwa
pengaruh 55
dengan
dengan
pembangunan
pembangunan
bahwa variabel peran koperasi susu
Artinya semakin tinggi peran koperasi
berpengaruh signifikan terhadap variabel
susu
pembangunan
lokal.
layanan, akan mengakibatkan semakin
Koefisien pengaruh langsung bertanda
meningkatnya pembangunan masyarakat
positif (0,521), hal ini mengindikasikan
lokal.
bahwa
diperlihatkan pada Gambar 2.
masyarakat
pengaruh
keduanya
searah.
0,381(s) Potensi Ekonomi
Peran Koperasi Susu
dalam
Hasil
0,521(s)
meningkatkan
analisis
kualitas
diagram
jalur
Pembangunan Masyarakat Lokal
Gambar 2. Hasil analisis diagram jalur
Canadian Journal of Agricultural Economics, 55, 275–298.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis
data
hasil dan
penelitian,
Bijman, J. and Hendrikse, G. 2003. Cooperatives in chains: institutional restructuring in the Dutch fruit and vegetables industry. Research Paper ERS-2003–089-ORG Rotterdam. Erasmus Research Institute of Management (ERIM).
pembahasan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut ; 1. variabel
potensi
ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peran koperasi susu 2. variabel
peran
koperasi
Blokland, K. and Gouet, C. 2007. Peer to peer farmer support for economic development’, in Ton G., Bijman J. and Oorthuizen J. eds, Producer Organizations and Market Chain, Wageningen: Wageningen Academic Publishers, pp. 71–90.
susu
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan masyarakat lokal.
Cabaj, M. 2004. CED and social economy in Canada: A people’s history. Making Waves, 15, 13–120.
DAFTAR PUSTAKA Asih, R., Murti, T.M., dan Haryadi, F.T. 2013. Dinamika pengembangan klaster industri persusuan di Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Buletin Peternakan, 37, 59-66.
Di Falco, S., Smalem. and Perrings, C. 2008. The role of agricultural cooperatives in sustaining the wheat diversity and productivity: the case of southern Italy. Environmental & Resource Economics, 39, 161–174.
Bhuyans, 2007. The people factor in cooperatives: an analysis ofmembers attitudes and behavior. 56
Eta,
Y. 2014. Rancangan UndangUndang Pengetahuan Tradisional Dan Ekspresi Budaya Tradisional Ditinjau dari Aspek Benefits Pasal 8J UNCED. Jurnal Arena Hukum, 7(3).
Nemon, H. 2000. Community economic development in distressed urban neighborhoods: A case study of the Philadelphia Empowerment Zone. Unpublished dissertation). Philadelphia, PA: University of Pennsylvania.
Hellin, J., Lndy, M. and Meijer, M. 2006. Organization, collective action and market access in Meso-America,’ paper presented at the Research Workshop on Collective Action and Market Access for Smallholders, Cali, Colombia, 2–5 October.
Oktaviana, R.V. 2013. Strategi Pengembangan Primer Koperasi. Jurnal Administrasi Publik, 1(2), 257-264. Ostrom, E. 2004. Understanding collective action. Collective action and property rights for sustainable development. Washington DC, International Food Policy Research Institute (IFPRI).
Hoyt, A. 2004. Consumer ownership in capitalist economies: Approaches of theory to consumer cooperation. In C. D. Merret & Walzer, N. (Eds.), Cooperatives and local development: theory and applications for the 21st Century (pp. 265–286). New York, NY: M.E. Sharpe.
Pratikto, A. 2012. Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Perekonomian. Buletin Studi Ekonomi 17(2) Priyono dan Priyanti, A 2015. Penguatan Kelembagaan Koperasi Susu melalui Pendekatan Pengembangan Kawasan Peternakan Nasional. Wartazoa, 25(2), 085-094.
Ilham, N. dan Swastika, D.K.S.. 2000. Analisis Daya Saing Susu Segar Dalam Negeri Pasca Krisis Ekonomi dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Solimun, 2013. Penguatan Metodologi Penelitian Partial Least Square (PLS) & Gerneral Structural Component Analysis (GSCA). Program Studi Statistika Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Majee, W. and Hoyt, A. 2009. Building community trust through cooperatives: A case study of a worker-owned homecare cooperative. Journal of Community Practice, 17, 444–463
Teh, L. and Cabanban, A. S. 2007. Planning for sustainable tourism in southern Pulau Banggi: an assessment of biophysical conditions and their implications for future tourism development. Journal of Environmental Management, 85(4), 999e1008.
Majee, W. And Hoyt, A. 2011. Cooperatives and community development: A perspective on the use of cooperatives in development. Journal of Community Practice, 19(1), 48-61.
57
Thyfault C. 1996. Developing new generation co-ops: getting started on the path to success. Rural Cooperatives, 63(4), 26–31. Valentinov, V. 2004. Social capital and organisational performance: a theoretical perspective. Journal for Institutional Innovation, Development and Transition, 8, 23– 33. Woolcock, M. and Narayan, D. 2000. Social capital: Implications for development theory, research, and policy. The world bank research observer, 15(2), 225-249. Yusdja, Y. 2005. Kebijakan ekonomi industri agribisnis sapi perah di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 3,1-11. Zulganef. 2008. Metode penelitian Sosial dan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta
58