3.
KLB berubah sesuai dengan perubahan nilai KDB, dengan ketentuan Tinggi Bangunan
b. Tingkat Kekumuhan
tetap. (KLB=KDB x Jml. Lantai/100).
c. KK miskin
Ketentuan GSB samping Ketentuan khusus untuk GSB samping adalah berikut ini: Luas kaveling < 250 m2, tidak disyaratkan sempadan samping maupun belakang, namun
1.
harus memperhatikan bukaan untuk sirkulasi udara; 2.
3.3.2. Penentuan Kawasan Prioritas Berdasarkan kesepakatan warga dengan meninjau dan menganalisis hasil temuan pemetaan
Luas kaveling 250 – 1.000 m2, tidak disyaratkan sempadan samping namun disyaratkan
swadaya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Maka diperoleh kawasan prioritas sebagai
adanya sempadan belakang. Bila berlantai lebih dari 2 lantai, maka lantai ketiga dan
berikut:
seterusnya disyaratkan mempunyai sempadan/jarak antar bangunan, minimal 1,5 m; dan
Tabel Kawasan Prioritas Perencanaan PLPBK Limbangan Wetan
Luas kaveling > 1.000 m2 sesuai tabel GSB, namun pada daerah dengan intensitas tinggi,
3.
sempadan samping hanya ditetapkan untuk lantai ketiga dan seterusnya. 3.3.
No
Prioritas
Konsep Penataan Kawasan Prioritas
3.3.1. Kriteria Kawasan Prioritas
Lokasi
Luas (Ha)
1
Kawasan Prioritas I
RW 5 Dan Sebagian RW 2
3,92
2
Kawasan Prioritas II
Bantaran Sungai Sigeleng
2,97
Kawasan Proritas III
Kawasan Perdagangan dan Jasa Pantura, Pasar
4
Kawasan Prioritas IV
RW 4 dan sebagian RW 5
5
Kawasan Prioritas V
RW 6
6
Kawasan Proritas VI
Sebagian RW 2 dan RW 3
6,41
7
Kawasan Prioritas VII
RW 1 dan Sebagian RW 2
2,76
8
Kawasan Prioritas VIII
RW 7 dan RW 8
Kawasan prioritas pada lokasi PLPBK adalah kawasan yang dipilih untuk diprioritaskan penangananpermasalahan lingkungan permukimannya terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan melaluipembangunan fisik kawasan. Kawasan prioritas ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
Kawasan yang memiliki persoalan-persoalan fisik yang mendesak untuk ditangani. Kawasan yang mengalamipenurunan kualitas lingkungannya sehingga menyebabkan
3
penurunan kualitas hidup penghuninya.
Kawasan strategis yaitu kawasan yang memiliki potensi sumberdaya lokal yang lebih tinggi dibandingkankawasan lainnya dan apabila potensi tersebut didayagunakan, diperkirakan dapat membangkitkanperkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi kelurahan.
Kawasan berpotensi atau rawan bencana alam.
Bedasarkan pertimbangan di atas, penentuan dalam penetapan kawasan prioritas penanganan
2,72
8,66
6,78
pada lokasiPLPBK yaitu di Kelurahan Limbangan Wetan dilakukan dengan menggunakan analisis skoring dan pembobotan sesuai dengankriteria yang ditetapkan dan disepakati. Analisis skoring dan pembobotan yang dilakukan didasarkan padapermasalahan yang muncul yang ada di Kelurahan Limbangan Wetan. Kriteria penilaian yang ditetapkan dalam penentuan kawasan prioritas adalah: a. Tingkat kepadatan
Sumber: Hasil Rembug Warga, 2014
25,18
Keterangan Kawasan Prioritas I dipilih di RW 5 dan sebagian RW 2 karena merupakan lokasi PAKUMIS terbanyak dan merupakan daerah rawan bencana banjir Kawasan prioritas II di fokuskan untuk penataan bantaran sungai Sigeleng karena urgensi permasalahan lingkungan sungai dan potensi pengembangan ekonomi warga Kawasan Prioritas III difokuskan pada Kawasan Pantura karena merupakan Lokasi Strategis kelurahan Kawasan Prioritas IV dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan Prioritas V dipilih di RW 6 karena sebagai lokasi warga PAKUMIS terbanyak kedua Kawasan PrioritasVI dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi Sentra UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan Prioritas VII dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena sebagai lokasi Sentra UKM dan warga Rawan Pakumis Kawasan PrioritasVIII dipilih di RW 4 dan sebagian RW 5 karena kondisinya sudah cukup baik
35
3.3.3. Analisis Konsep Penataan Ruang Perkembangan tata ruang Kelurahan Limbangan wetan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam wilayah itu sendiri (internal faktor) dan dari luar wilayah (eksternal faktor). Faktor internal meliputi perkembangan yang terjadi di sekitar kawasan permukiman dan beberapa kawasan pendukung lainnya. Dengan adanya pertambahan penduduk yang terus meningkat maka membutuhkan juga ruang untuk lahan permukiman maupun lahan pendukung lainnya. Sedangkan ruang terbuka (pekarangan yang belum terbangun) yang tersedia di kawasan permukiman persentasenya sangat kecil, sehingga kawasan tersebut nantinya akan menjadi padat. Kecerendungan arah perkembangannya akan terpola linier dan memusat pada kawasan tertentu. Seperti halnya kawasan di sepanjang Jl. Gajahmada yang merupakan yang pada saat ini peruntukan lahannya untuk perdagangan dan jasa, maka arah perkembangannya menjadi kawasan cepat berkembang. Kawasan di Jalan Gunung jati juaga diarahakan untuk kawasan campuran. Sedangkan faktor eksternal dipengarui oleh aktivitas transportasi maupun fasilitas publik lainnya. Aktivitas transportasi yang sangat potensial ini sangat mendukung perubahan ketataruangan
yang
ada
di kawasan
perencanaan, sehingga
dengan
adanya
arah
kecerendungan ini dapat dianalisis untuk merencanakan pembangunan di masa depan. Konsep pengembangan tataruang kawasan perencanaan dalam upaya peningkatan potensi dan memberikan solusi tehadap permasalahan, yaitu dengan merencanakan sejak dini dengan perencanaan berbasis masyarakat. Untuk itu dilakukan perencanaan dalam upaya pengembangan dan revitalisasi kawasan perencanaan dengan penekanan penataan lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas lingkungan termasuk di dalamnya adalah perencanaan sistem infrastruktur kawasan.
36
3.3.4. Analisis dan Konsep Penataan Infrastruktur A. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Jalan
B. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Drainase Jaringan drainase di kawasan perencanaan mengalami kendala cukup signifikan. Variabel yang
Jaringan jalan/transportasi di kawasan perencanaan terbagi dalam kelas jalan arteri
mempengaruhi adalah topografi relatif datar, pembuatan saluran drainase secara parsial,
sekunder, lokal sekunder dan jalan lingkingkungan/gang. Kelas jalan yang ada terdiri dari:
kepentingan pribadi atau kelompok dan perilaku dalam merawat saluran drainase.
Arteri Sekunder : Jalan Gajah Mada Lokal Sekunder : Jalan Gunung Jati, Jalan Raden Patah Lingkungan
Perencanaan sistem drainase di lingkungan kawasan prioritas, yaitu dengan mengatur air larian dan normalisasi saluran – saluran yang ada serta pembangunan saluran. Adapun kondisi permasalahan saluran drainase, sebagai berikut:
: Seluruh Jalan perumahan dan gang di Limbangan wetan
Konsep Perencanaan dan pengembangan jaringan jalan mempertimbangkan faktor tata hijau (penghijauan di sepanjang jalan), penataan sistem pendukung (jaringan pipa air, listrik, penerangan jalan, pedestrian) dan sistem sirkulasi (lalu lintas) kendaraan. Dengan demikian akan terjadi perubahan dimensi dan elemen pelengkap jalan. a. Jalur Pedestrian Kondisi jalan utama di kawasan perencanaan (jalan Gajah Mada, Jalan Gunung Jati, Jalan Raden Patah) yang berpotensi sebagai jalur pengembangan kapasitas jalan dan fungsi akan meningkat di masa yang akan datang. Pedestrian Ways atau jalur pejalan kaki ini sangat vital. Bentuknya berupa trotoar atau paving blok yang dirancang secara manusiawi yang datar serta dilengkapi dengan pohon peneduh, sehingga lingkungan menjadi lebih nyaman kemudian khusus untuk Jalan Gunung jati dipadukan dengan pengembangan kuliner dan RTH sehingga membentuk Citywalk. Jalur pedestrian di kawasan perencanaan sudah ada, namun kondisinya kurang baik karena kurangnya tata hijau/pohon-pohon yang menaungi para pejalan kaki, sehingga pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman jika menggunakan jalur pedestrian. Potensi adanya jalur pedestrian ini dapat membentuk image kawasan dan adanya kesatuan visual di dalam kawasan, selain itu juga mendukung konsep wisata belanja dengan interaksi antara penjual dan pembeli yang berjalan kaki. Arahannya adalah dengan peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan pedestrian sehingga menarik sebanyak mungkin orang untuk berjalan kaki di sekitar kawasan.
37
C. Analisis dan Konsep Penataan Jaringan Air Bersih Sumber utama air bersih untuk konsumsi warga kelurahan limbangan wetan
a. melengkapi sarana penanggulangan kebakaran berlingkup lingkungan, tapak maupun bangunan;
berasal dari PDAM Kabupaten Brebes, selain itu terdapat pula sumber air bersih dari
b. dalam lingkungan-lingkungan perumahan, sekolah dan perkantoran, tidak
sumur bor maupun dangkal. Secara umum, kebutuhan air bersih di kawasan
diperkenankan adanya bangunan-bangunan yang digunakan untuk usaha
perencanaan mengalami permasalahan, yaitu kurang tingkat distribusi jaringan dan
yang mempunyai potensi kebakaran, seperti bengkel, tempat las, penjual
kondisi air sumur yang tidak layak minum. Dengan adanya permasalahan tersebut
bensin eceran, penjual bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan
penataan dalam bidang penyediaan air bersih akan memperluas jaringan yang ada
tenaga uap air, gas bertekanan tinggi, dan generator listrik;
dengan konsep perluasan jaringan di sepanjang jalan sebagai jaringan distribusi air.
c. lingkungan perumahan dan lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi
Perluasan jaringan air bersih ini akan dapat melayani kebutuhan masyarakat. Beberapa
hidran atau sumur gali atau reservoir kebakaran. Bangunan yang berjarak
persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
lebih dari 10 meter dari jalan lingkungan harus dilengkapi hidran tersendiri.
1. Penyediaan kebutuhan air bersih
Ketentuan Penyediaan hidran kebakaran :
Penyediaan air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain dengan ketentuan yang berlaku, dalam memenuhi kebutuhan air bersih di
2. untuk daerah perumahan jarak antarakran maksimum 200 meter;
lingkungan perumahan masyarakat.
3. jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter;
Apabila telah tersedia sistem jaringan penyediaan air bersih, maka tiap rumah
4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diteruskan membuat
berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman.
1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
Sistem jaringan air bersih yang ada sebaiknya di tanam dalam tanah, sedangkan
sumur-sumur kebakaran dan; 5. perencanaan
hidran
kebakaran
mengacu
pada
Tata
Cara
pipa yang berada di atas tanah sebaiknya ada plindungnya atau menggunakan
Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
bahan baku yang berkualitas agar tahan lama.
Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
2. Penyediaan air bersih melalui kran umum
satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
radius pelayanan maksimum 100 meter;
kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari dan;
ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan Tata cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
D. Analisis dan Konsep Pengamanan kebakaran Rencana sistem jaringan pengaman kebakaran untuk koridor perencanaan berupa penempatan hidran pada lokasi-lokasi yang kegiatannya berpotensi menimbulkan kebakaran. Rencana sistem pengamanan kebakaran pada koridor perencanaan adalah sebagai berikut:
38
E. Analisis dan Konsep Penataan Sarana Lingkungan Permukiman
Sarana permukiman yang ada berupa fasilitas umum dan publik, misalnya sarana
pengarah dengan jarak 15 meter, serta pohon peneduh dengan jarak 10-15
pendidikan, peribadatan dan sebagainya. Kondisi sarana lingkungan yang ada di kawasan perencanaan dapat dikatakan tidak begitu menjadi permasalahan yang signifikan, sehingga
tata hijau pada jalur pedestrian jalan utama dibedakan antara tanaman meter (di antara pohon pengarah);
tata hijau pada jalur pedestrian jalan inspeksi sungai berupa pohon peneduh
konsep penataan yang ada perlu adanya pengembangan fasilitas pendukung lainnya yang
(dengan jarak 10-15 meter dan tanaman pot yang mengandung unsure aroma
sangat dibutuhkan dalam kawasan tersebut, misalnya jumlah dari bak sampah, fasilitas
terapi (melati, mawar, dll).
pendukung warung dan kios maupun fasilitas pendidikan yang ada. Untuk itu juga perlu
adanya pengoptimalan sarana yang ada dalam fungsi maupun kondisi fisiknya, apabila diperlukan dilakukan rehabilitasi sarana yang sudah dianggap tidal layak pakai dengan pertimbangan tertentu.
Tata hijau pada kawasan hunian yaitu dengan menyediakan minimal 5 pot tanaman bunga uintuk menciptakan kawasan hunian yang nyaman dan asri.
G. Analisis dan Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal Kegiatan ekonomi masyarakat yang didominasi sektor perdagangan dan jasa di sepanjang penggal jalan Gajah Mada dan lokasi home industri, misalnya telor asin,
F. Analisis dan Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
bandeng presto, sanggul, peternakan itik dan hasil pertanian bawang merah, serta sektor
Di dalam kawasan perencanaan terdapat dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang
perdagangan kecil. Adapun permasalahannya dominasi sektor perdagangan berdampak
terbuka hijau dan non hijau. Ruang terbuka hijau dapat diidentikkan dengan
pada pertumbuhan usaha kecil di wilayah hunian, sehingga timbul aktifitas campuran
pekarangan/lapangan yang belum terbangun. Ruang terbuka non hijau termasuk
dalam kawasan hunian yang tentunya berdampak pada permasalahan lingkungan
didalamnya jalan dengan perkerasan tertentu. Didalam ruang terbuka hijau juga masih
nantinya, sehingga diperlukan penataan kawasan campuran yang menitik beratkan pada
dibagi dalam ruang terbuka hijau privat dan publik. Ruang privat adalah ruang milik
sektor perdagangan dan jasa di jalan Gajah Mada dan Gunung Jati serta pengembangan
perorangan, misalnya halaman rumah yang ditanami berbagai tanaman. Sedangkan ruang
blok hunian dengan meningkat. Sedangkan pengembangan ekonomi yang ada di pusat
publik terbuka publik merupakan ruang hijau yang difungsikan untuk fasiitas publik,
lingkungan permukiman diarahkan untuk memperkuat fungsi home industri untuk
misalnya ruang terbuka hijau berbentuk pekarangan besar, ruang terbuka hijau dalam
menembus perekonomian kawasan yang mempunyai karakter kuat serta menguatkan
bentuk pekarangan, ruang terbuka di area kawasan perdagangan (sebagian besar
kapasitas pelaku yang terlibat langsung Arahan pengembangan dalam meningkatkan
berfungsi untuk area parkir sebagai fasilitas pendukung aktifitas perdagangan), lapangan,
perkonomian masyarakat :
taman dan sejenisnya. Pengembangan tata ruang hijau di dalam kawasan perencanaan :
Diarahkan sebagai ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai taman kawasan, taman bermain anak dalam kapasitasnya sebagai salah satu bagian
Limbangan Wetan sebagai kawasan sentra UKM
pembentuk keseimbangan lingkungan
dll) di lingkungan permukiman penduduk.
tata hijau menerus di jalur pejalan kaki, peneduh di setiap kapling dengan jarak sekitar 5m, jenis yang dipilih sesuai kriteria;
Sistem urban farming (pemanfaatan pekarangan dan lahan sisa yang ada dengan tanaman yang memiliki nilai ekonomi seperti cabe, bawang, markisa
ruang terbuka yang berfungsi untuk sosialisasi, lapangan olahraga atau taman umum;
Penyediaan showroom produk home industri yang berpotensi menjadikan
Adanya kegiatan ekonomi bersama dalam memasarkan hasil produksi yang di kelola secara mandiri oleh masyarakat.
Meningkatkan perekonomian masyarakat berupa pemberian modal usaha, pelatihan ketrampilan dll.
39
3.3.5. Konsep Branding kawasan
LIMBANGAN WETAN: KARTIPURA KAwasan kReaTIf PantURA Secara makna, Karti/Kerti berarti perilaku baik atau arif sedangkan Pura berarti Kota. Jadi
titik wilayah.
3.4.
Analisis Segmentasi Kawasan
3.4.1. Kawasan Segmen 1
perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 1 ini adalah :
Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa titik wilayah.
Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan dan di jalan Gunung jati 2 untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri.
Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik guna memperlancar arah aliran air.
Menciptakan karakteristik kawasan melalui seni mural dengan memanfaatkan dinding hunian permukiman penduduk untuk mendukung estetika kawasan.
Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan.
Perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin untuk menciptakan hunian dan pola hidup yang sehat
Peningkatan Kapasitas SDM dengan pelatihan ketrampilan UKM terkait dan inovasi dan kreatifitas produk UKM
Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik gunan memperlancar arah aliran air.
Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan.
Peningkatan fasilitas sarana PAUD berupa penyediaan taman bermain
Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat
Lokasi kawasan segmen 1 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 03, Karakteristik wilayah yang melekat adalah kawasan home industri, permukiman, campuran serta
Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri.
Kartipura bermakna Limbangan Wetan diharapkan menjadi Kawasan Permukiman Kota yang memiliki masyarakat berbudi pekerti baik/arif dalam mengelola lingkungannya.
Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa
3.3.3. Kawasan Segmen 3 Lokasi kawasan segmen 3 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 01, 02, 04, Karakteristik wilayah yang melekat adalah permukiman serta perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 3 ini adalah :
Perbaikan dan normalisasi saluran untuk memperlancar arah aliran air di beberapa titik wilayah.
Penataan RTH dan pot tanaman hias di beberapa jalan lingkungan dan di jalan Raden Patah untuk memperindah kawasan dan menciptakan kesan lingkungan yang asri.
Pembangunan gorong-gorong di beberapa titik gunan memperlancar arah aliran air.
Pembuatan gapura gang untuk mendukung dan menciptakan identitas kawasan.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat
Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih danpola hidup sehat
3.4.2. Kawasan Segmen 2 Lokasi kawasan segmen 2 berada pada wilayah RW 03 di lokasi RT 05, Karakteristik wilayah yang melekat adalah kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa. Arahan konsep pada segmen 2 ini adalah :
40
41
42
43
44
45