Bahasa
udayakan bahasa Kebangsaan. i, 2003. Strategi Pembel~aran al Bahasa, 3(2): 263 - 319. n Bahasa Melayu Berpusatkan gor Darul Ehsan. Kertas Projek
UKM.
KESULITAN MAHASISWA IPB ASAL MALAYSIA DALAM KULIAH BAHASA INDONESIA Defina MKDUIPB
PENGENALAN Latar belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupak:an salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Jumlah mahasiswa IPB setiap tahunnya rata-rata 3.000 orang untuk program strata satu (S1). Berdasarkan data yang diunduh di web. tpb.ipb.ac (TPB dalam angka) jumlah mahasiswa IPB program S1(sarjana) adalah 2.887 orang (2006), 3.010 orang (2007), 3.404 orang (2008), 3.210 orang (2009), 3.754 orang (2010), dan 3494 orang (20 11) dan jumlah mahiswa D3 IPB lebih 1.500 orang setiap tahunnya. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia (Sabang-Merauke). Tidak: hanya itu, mahasiswa IPB juga berasal dari luar negeri, seperti: Thailand, Malaysia, dan Kamboja, dengan jumlahnya berbeda-beda setiap tahun, yakni masing-masing 6 orang (2006 dan 2007), 53 orang (2008), 47 orang (2009), 23 orang (2010), dan 29 orang (2011). Mahasiswa IPB yang berasal dari luar negeri, kecuali Malaysia, wajib mengikuti kursus bahasa Indonesia (program BIPA [Bahasa Indonesia Penutur Asing]) sebelum mengikuti perkuliahan. Sementara itu, di IPB mata kuliah Bahasa Indonesia wajib diikuti oleh semua mahasiswa D3 dan S 1. Hanya saja, sks-nya berbeda. Sks mata kuliah bahasa Indonesia di S 1 adalah dua sks dengan rincian satu jam kuliah (14 kali tatap muka) dan dua jam responsi atau pratikum ( 12--13 kali tatap muka). Sebaliknya, Sks mata kuliah bahasa
376/ Memartabatkan Bahasa Melayu : Pengajian Bahasa
Indonesia di D3 adalah tiga sks dengan rincian duajam kuliah (14 kali tatap muka) dan duajam responsi atau pratikum (14 kali tatap muka). Sementara itu, durasi satu jam kulihan adalah 50 menit. Salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa IPB asal Malaysia tidak mengikuti program BIPA adalah bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia memiliki kesamaan. Dengan demikian, asumsinya, mahasiswa IPB asal Malaysia tidak akan kesulitan mengikuti perkuliahan di IPB karena mereka mengerti bahasa pengantar yang digunakan di IPB, yakni bahasa Indonesia. Asumsi ini bukan tanpa alasan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kesamaan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu Malaysia, seperti yang dikemukan Sneddon (2003). Menurutnya, bahasa Melayu di Indonesia dengan bahasa Melayu di Malaysia sangat serupa dan memiliki standar yang sama, meskipun bahasa Melayu di Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Belanda dan bahasa Melayu di Malaysia dipengaruhi oleh bahasa Inggris. Hal senada juga dibahas oleh Omar (1996) dalam makalahnya yang disajikan pada "Pertemuan Linguistik Bahasa dan Budaya 11" di Univeristas Atmajaya, Jakarta, yakni telah ada usaha bersama Majlis Bahasa Indonesia-Malaysia (MBIM) dalam menghasilkan ejaan bersama, termasuk peristilahan. Selanjutnya, Aslinda dan Syafyahya (2007) mengatakan bahwa dalam alam Melayu dikenal sebuah bahasa yang disebut bahasa Melayu. Dalam tafsiran umum, bahasa Melayu adalah sebuah bahasa yang digunakan suatu bangsa yang terdapat di Asia Tenggara dari keturunan etnik Melayu, berbahasa Melayu, beradat ragam Melayu, dan berkebudayaan Melayu. Dengan demikian, karena Malaysia dan Indonesia adalah negara yang terdapat di Asia Tenggara, dapat disimpulkan bahwa rakyat Malaysia dan Indonesia sama-sama keturunan etnik Melayu, berbahasa Melayu, dan berkebudayaan Melayu. Rakyat Indonesia dan rakyat Malaysia akan dapat berkomunikasi dengan memakai bahasa Melayu. Dengan adanya kesamaan bahasa antara Indonesia dengan Malaysia, rakyat kedua negara ini tidak akan kesulitan dalam berkomunikasi. Begitu pun dengan mahasiswa Malaysia yang melanjutkan pendidikan di Indonesia, mereka mestinya tidak akan mengalami kendala dari segi bahasa. Akan tetapi, mengapa mereka tidak begitu aktif dalam mengikuti materi perkulihan bahasa Indonesia dan masih banyak melakukan kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Jadi, inilah yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini.
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal lv.
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penuli 1. Apakah yang menyebabkan aktif? 2. Apakah mereka mengalarr perkuliahan Bahasa Indone~
TUJUAN Dengan demikian, tujuan penelit 1. mendeskripsikan penyebab 2. mendeskripsikan kendala perkuliahan bahasa Indones
METODOLOGI
Penelitian ini adalah peneliti: memaparkan hasil penelitian da1 ini adalah mahasiswa IPB asal orang mahasiswa IPB, Prograr Temak, Angkatan 201112012. dengan observasi dan wawanc selama satu semester, yakni 14 per tatap muka empatjam (dua
KERANGKA TEORI
Teori yang akan dipaparkan pa pertama adalah teori pembelaj< teori pengukuran dan penilaian. 1. Pembelajaran Bahasa
Sebelum dipaparkan pengertian dibahas pengertian pembelajarai
Bahasa
ncian duajam kuliah (14 kali ratikum (14 kali tatap muka). dalah 50 menit. mahasiswa IPB asal Malaysia bahasa Indonesia dan bahasa >engan demikian, asumsinya, akan kesulitan mengikuti gerti bahasa pengantar yang 1a. ~ dapat dipungkiri bahwa ada lSa Melayu Malaysia, seperti nurutnya, bahasa Melayu Malaysia sangat serupa dan Jahasa Melayu di Indonesia 1ahasa Melayu di Malaysia ada juga dibahas oleh Omar pada "Pertemuan Linguistik majaya, Jakarta, yakni telah ionesia-Malaysia (MBIM) tsuk peristilahan. (2007) mengatakan bahwa hasa yang disebut bahasa ~layu adalah sebuah bahasa lpat di Asia Tenggara dari ru, beradat ragam Melayu, m Indonesia adalah negara
simpulkan bahwa rakyat an etnik Melayu, berbahasa ::yat Indonesia dan rakyat t memakai bahasa Melayu. antara Indonesia dengan k akan kesulitan dalam hasiswa Malaysia yang ·eka mestinya tidak akan t tetapi, mengapa mereka rkulihan bahasa Indonesia lalam pemakaian bahasa taan dalam penelitian ini.
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal Malaysia dalam Kuliah Bahasa Indonesia /377
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penulisan ini ada dua. 1. Apakah yang menyebabkan mahasiswa IPB asal Malaysia tidak aktif? 2. Apakah mereka mengalami kendala dalam mengikuti materi perkuliahan Bahasa Indonesia dan pada materi apa?
TUJUAN Dengan demikian, tujuan penelitian ini ada dua. Kedua tujuan itu adalah 1. mendeskripsikan penyebab mereka tidak aktif; 2. mendeskripsikan kendala mereka dalam mengikuti materi perkuliahan bahasa Indonesia dan materi yang sulit.
METODOLOGI Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitif yakni dengan memaparkan basil penelitian dan menganalisisnya. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa IPB asal Malaysia. Sampel penelitian empat orang mahasiswa IPB, Program Studi Diploma, Program Keahlian Temak, Angkatan 2011 /2012. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara mendalam. Observasi dilakukan selama satu semester, yakni 14 kali tatap muka dengan durasi waktu per tatap muka empat jam ( dua ratus menit).
KERANGKA TEORI Teori yang akan dipaparkan pada penelitian ini ada dua. Teori yang pertama adalah teori pembelajaran bahasa. Teori yang kedua adalah teori pengukuran dan penilaian. 1. Pembelajaran Bahasa Sebelum dipaparkan pengertian pembelajaran bahasa, terlebih dahulu dibahas pengertian pembelaj aran. Begitu banyak teori yang dikemukan
378/ Memartabatkan Bahasa Melayu: Pengajian Bahasa
oleh pak:ar dan ahli pendidikan tentang pengajaran. Akan tetapi, dalam tulisan ini tidak semuanya dipaparkan. Menurut Brown (2007), pembelajaran adalah penguasaan atau pemeroleh pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau intruksi. Suryabrata (1998) mengatakan bahwa pembelajaran atau pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk membimbing anak-anak: didik ke kedewasaan dengan penuh tanggung jawab. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan dua hal. Pertama, pembelajaran adalah suatu usaha atau kegiatan yang melalui proses. Kedua, usaha itu bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Artinya, dibutuhkan wak:tu untuk memperoleh pengetahuan. Selanjutnya, pembelajaran bahasa (language learning) menurut Kridalak:sana (200 1) adalah proses dikuasainya bahasa sendiri atau bahasa lain oleh seorang manusia. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa, Sumarsi (2009) mengatakan bahwa peserta didik ak:an mampu berbahasa, baik dalam aspek menyimak, berbicara, membaca maupun menulis, apabila pendidik memberikan sikap positif dan menanarnkan sikap positif terhadap bahasa kepada peserta didiknya. Menurut Mahsun (2012), dalam rangka mengukur tingkat penguasaan bahasa yang telah diajarkan itu, tentu perlu dipersiapkan para meter keberhasilan atau ketidak:berhasilan pembelajaran yang berupa suatu kaidah yang menjadi kerangka acuan dalam berbahasa secara baik dan benar yang menjadi kesepak:atan semua pihak:. Lebih lanjut, Mahsun (2012) mengatak:an bahwa bahasa baku merupak:an salah satu varian yang terdapat dalam bahasa yang diajarkan. Karena pertimbangan tertentu, bahasa baku disepak:ati menjadi bahasa yang menjadi kerangka acuan dalam penggunaan bahasa secara baik dan benar. Hal senda juga diungkapkan oleh Sugono (2009) dalam Zulianto (2011) bahwa ragam bahasa Indonesia ilmiah (baku) (RBII) memiliki prestise yang tinggi sehingga harus dipelihara dengan benar. Pembelajar bahasa Indonesia harus memerhatikan dan memperdalam penguasaan RBII secara utuh, yakni: kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Dari definisi dan penjelasan mengenai pembelajaran bahasa tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, pembelajaran bahasamembutuhkan proses. Kedua, agar berhasil dalam pembelajaran bahasa, diperlukan sikap positif terhadap bahasa yang dipelajari. Ketiga, varian bahasa yang diajarkan tidak: hanya satu varian dan salah satu varian yang diajarkan adalah varian bahasa baku. Varian
Kesulitan Mahasiswa IPB A
bahasa baku inilah yang dia khususnya di IPB. Keemp: keberhasilan dalam pengaj: 2. Pengukuran dan penila Untuk mengetahui pen diperlukan pengukuran da ini sesuai dengan pendapa suatu usaha yang mempu implisit, pembelajaran tela basil usaha tersebut. Sebal: tujuan atau cita-cita yang i dij alankannya. a.
Pengukuran (me£ keduanya disebut adalah proses y; mengumpulkan iJ didik dan kemaju dapat dilakukan 1 ranting. Melalui P' observasi ke dala1 memerlukan infm melak:ukan penilai penilaian ak:an me yang dinilai, sept tepat. b. Untuk melak:ukai didik, pendidik d~ salah satunya ada Suryabrata (1998 mengatak:an bahw bermacam-macam dengan jalan men ada dengan jalan ulangan dan mem c. Jamaris (2010) n pembelajaran pes yaitu: tes dan no
nBahasa
)engajaran. Akan tetapi, dalam
)lajaran adalah penguasaan suatu subjek atau sebuah tan, atau intruksi. Suryabrata ran atau pendidikan adalah bimbing anak-anak didik ke 1ab. 3impulkan dua hal. Pertama, :egiatan yang melalui proses. eroleh pengetahuan. Artinya, ngetahuan. language learning) menurut tasainya bahasa sendiri atau kaitan dengan pembelajaran va peserta didik akan mampu berbicara, membaca maupun kap positif dan menanamkan )fta didiknya. rangka mengukur tingkat itu, tentu perlu dipersiapkan ·hasilan pembelajaran yang gka acu~n dalam berbahasa •akatan semua pihak. 1takan bahwa bahasa baku ~dapat dalam bahasa yang 1, bahasa baku disepakati acuan dalam penggunaan ;a diungkapkan oleh Sugono m bahasa Indonesia ilmiah ~i sehingga harus dipelihara ia harus memerhatikan dan ~' yakni: kata, frasa, klausa, ;:nai pembelajaran bahasa tl. Pertama, pembelajaran ;:rhasil dalam pembelajaran ) bahasa yang dipelajari. lie hanya satu varian dan arian bahasa baku. Varian
Kesulitan Mahasiswa JPB Awal Malaysia dalam Kuliah Bahasa Indonesia 1379
bahasa baku inilah yang diajarkan pada mata kuliah Bahasa Indonesia, khususnya di IPB. Keempat, diperlukan parameter untuk mengukur keberhasilan dalam pengajaran bahasa. 2. Pengukuran dan penilaian Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran bahasa, diperlukan pengukuran dan penilaian terhadap usaha tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata (1998). Menurutnya, sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan dan cita-cita tertentu, secara implisit, pembelajaran telah mengandung masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. Sebab, pendidik butuh mengetahui pencapaian tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam usaha-usaha yang telah dijalankannya. a.
b.
c.
Pengukuran (measurement) dan penilaian (evaluation), keduanya disebut juga assessment, menurut Jamaris (2010) adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan peserta didik dan kemajuan belajar yang dicapainya. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan skor, ranking atau ranting. Melalui pengukuran, pendidik dapat mengubah hasil observasi ke dalam bentuk angka. Sementara itu, penilaian memerlukan informasi tentang objek yang dinilai, tujuan melakukan penilaian, prosedur dan strandar penilaian. Hasil penilaian akan memberikan informasi tentang kualitas objek yang dinilai, seperti: pandai-tidak pandai dan tepat-tidak tepat. Untuk melakukan pengukuran kemajuan belajar peserta didik, pendidik dapat mengetahuinya melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui tes. Seperti yang dikemukan Suryabrata (1998) dan Jamaris (2010). Suryabrata (1998) mengatakan bahwa cara orang melakukan penilaian tersebut bermacam-macam, seperti: ada dengan jalan testing, ada dengan jalan menyuruh melakukan suatu tugas tertentu dan ada dengan jalan menanyakan berbagai hal, memberikan ulangan dan membuat karangan. Jamaris (2010) mengatakan bahwa pengukuran kemajuan pembelajaran peserta didik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: tes dan nontes. Tes merupakan salah satu cara yang
380/ Memartabatkan Bahasa Melayu: Pengajian Bahasa
dapat dilakuk:an dalam mengukur kemajuan belajar peserta didik. Nilai yang diperoleh peserta didik dapat dibandingkan dengan peserta didik lainnya yang dikenal dengan istilah norm referenced evaluation 'penilaian acuan norma' (PAN). Pengukuran dengan cara nontes dilakukan dengan proses kualitatif, seperti melakukan observasi. Hasil observasi direkam dengan alat perekam, seperti: cheklist, dan ranting scale. Aspek-aspek yang dapat diukur dengan menggunakan ranting scale antara lain: a.
pemahaman apa yang didengar, meliputi: kemampuan memahami perintah, kemampuan mengikuti diskusi dalam kelas, dan kemampuan mengingat informasi yang diberikan secara lisan; b. kemampuan berbahasa lisan, yaitu kemampuan dalam berekspresi secara lisan dengan tepat dengan menggunakan kosa kata yang sesuai; c. perilaku sosial, yang meliputi: hubungan interpersonal seperti cara menyapa, cara meminjam, dan mengembalikan barang pinjaman dan perilaku selama di sekolah terhadap tugas-tugas sekolah. Suryabrata (1998) membagi bentuk penilaian secara garis besar menjadi dua bentuk, yaitu: tes obyektif dan tes subyektif (essay examination). Tes subjektif digunakan dalam keadaan yang serasi dengan kemungkinan yang terkandung dalam tes bentuk subjektif itu, misal kalau kita ingin menyelidiki kemampuan pelajar dalam hal mengarang. Tes objektif ada empat macam 1) tes kepribadian, 2) tes iteligensi, 3) tes bakat khusus, 4) tes sekolah atau tes prestasi/tes hasil belajar. Tes sekolah dibagi lagi dalam beberapa bentuk:
Kesulitan Mahasiswa IPB
HASIL PEMBAHASA Penyebab tidak aktif
Untuk mengatahui keakti melakuk:an pengamatan Jamaris (2010) yakni dt diamati dikelompokkan n didengar, kemampuan ber Dari hasil observasi, r dalam memahami perinta: cara mereka menyelesaik: baik dikerjakan di kelas Tabel1).
Table 1 Ranting
kemampuanm perintah I
Apa yang di Den gar
kemampuanm diskusi di kela
kemampuanm informasi yan! di berikan seca Pemakaian ko: dalam menjaw pertanyaan ten do sen
Pemakaian ko: kata saat berta perkuliahan 2
a. b. c. d. e.
Aspek yang diukm
No
tes benar-salah atau tes ya-tidak, tes pilihan ganda, tes membandingkan atau menyesuaikan, tes isian, dan tes melengkapi.
Kemampuan Merangkai kat berbahasa menjadi kalim lisan saat bertanya I ternan atau do:
Merangkai kat menjadi kalim saat menjawat pertanyaan ten dosen
3
Perilaku social
Menyelesaikru pribadi di kela
Menyelesaikru pribadi di rum
Ctt: Tanda bintang (*) =objek tidak
Bahasa
ur kemajuan belajar peserta rta didik dapat dibandingkan yang dikenal dengan istilah tilaian acuan norma' (PAN). s dilakukan dengan proses observasi. Hasil observasi eperti: cheklist, dan ranting iukur dengan menggunakan
ar, meliputi: kemampuan 1 mengikuti diskusi dalam tt informasi yang diberik:an
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal Malaysia dalam Kuliah Bahasa Indonesia /381
HASIL PEMBAHASAN Penyebab tidak aktif Untuk mengatahui keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan, peneliti melakukan pengamatan atau observasi, seperti yang dikemukan Jamaris (2010) yakni dengan menggunakan ranting scale. Yang diamati dikelompokkan menjadi tiga bagian: pemahaman apa yang didengar, kemampuan berbahasa lisan, dan perilaku sosial. Dari basil observasi, mahasiswa IPB asal Malaysia masih kurang dalam memahami perintah yang diberikan. Hal ini juga terlihat dari cara mereka menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan, baik dikerjakan di kelas maupun yang dikerjakan di run1ah (lihat Tabel1).
yaitu kemampuan dalam epat dengan menggunakan
•ungan interpersonal seperti an mengembalikan barang :kolah terhadap tugas-tugas
;:nilaian secara garis besar dan tes subyektif (essay tlam keadaan yang serasi :dam tes bentuk subjektif ampuan pelajar dalam hal 1) tes kepribadian, 2) tes 1 atau tes prestasi/tes basil rapa bentuk:
Table 1 Ranting scale mahasiswa IPB asal Malaysia Skala
No
Aspek yang diukur kemampuan memahami perintah
I
2
3
2
2
0
0
4
2
2
0
0
4
1
I
2
0
4
Pemakaian kosa kata dalarn menjawab pertanyaan ternan atau dosen
I
3
0
0
4
Pernakaian kosa kata saat bertanya di perkuliahan
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Merangkai kata-kata rnenjadi kalimat lisan saat menjawab pertanyaan ternan atau dosen
2
2
0
0
4
Menyelesaikan tugas pribadi di kelas
4
0
0
0
4
Menyelesaikan tugas pribadi di rurnah
2
2
0
0
4
kemampuan rnengikuti Apayangdi diskusi di kelas Dengar kernampuan rnengingat informasi yang diberikan secara lisan
Kernampuan Merangkai kata-kata berbahasa menjadi kalimat lisan lisan saat bertanya kepada ternan atau dosen
lk:an,
Perilaku social
Jumlab Saogat Sao gat mabasiswa Kuraog Baik kuraog baik
Ctt: Tanda bintang (*) =objek tidak melakukan tindakan
382/ Memartabatkan Bahasa Melayu: Pengajian Bahasa
Dari hasil pengamatan, ketika mereka diberikan pelatihan atau perintah menyelesaikan soal-soal yang diberikan, mereka tidak dapat menyelesaikan dalam waktu yang cepat. Contoh, ketika semua mahasiswa dalam satu kelas (28 orang) diperintahkan menyelesaikan soal EYD sebanyak 20 nomor dalam waktu 30 menit, pada saat waktu yang disediakan sudah habis, mereka hanya mampu mengerjakan seperempat dari jumlah soal. Selanjutnya, dari pemakaian bahasa lisan, selama 14 tatap muka, mereka tidak satu pun pernah bertanya (lihat Tabel 1). Begitu pun dalam materi penyajian lisan (setiap kelompok menyajikan makalah), mereka tidak pernah bertanya kepada kelompok yang tampil. Begitu pun sebaliknya, ketika kelompoknya tampil (keempat responden tidak satu kelompok dalam penyajian lisan), mereka tidak ada yang menjawab pertanyaan kelompok lain dan yang menjawab pertanyaan kelompok lain adalah mahasiswa yang bukan dari Malaysia. Dari hasil wawancara, ketika ditanya kepada mereka, mengapa mereka tidak menjawab. Jawaban mereka adalah bukan karena mereka tidak mengerti apa yang ditanyakan temannya, juga bukan mereka tidak tahujawabannya, melainkan mereka mengalami kesulitan dalam memilih kata dan menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia. Jadi, penyebab mereka tidak aktif ada dua. Pertama, kesulitan mereka memilih kosa kata untuk bertanya dan menjawab. Kedua, kesulitan mereka dalam menyusun kalimat sesuai pola bahasa Indonesia. Kendala mengikuti materi perkuliahan bahasa Indonesia dan materi yang sulit Dari hasil wawancara, mereka mengakui mengalami kendala dalam memahami materi kuliah bahasa Indonesia. Kendala tersebut adalah lambatnya mereka memahami materi. Alasan mereka adalah materi yang diajarkan pada mata kuliah Bahasa Indonesia adalah hal yang baru. Salah satu materi yang dianggap baru oleh mereka adalah materi tata kata, khusus materi kata baku dan kata tidak baku. Untuk mengetahui kata-kata baku, mereka harus membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sementara mereka tidak memilikinya. Masih pada materi tata kata, mereka juga mengalami kendala dalam memahami materi tata istilah. Kendala mereka adalah mereka
Kesu/itan Mahasiswa JPj
belum terbiasa dengan bahasa Indonesia dan ha pemakaian huruf miring dan mengetahui sebuah masih istilah asing. Sementara itu, untuk mereka, di samping mel: Untuk pengukuran melal Kuis pertama dilaksanak (huruf kapital, huruf mi tanda baca, tata kata dar memperbaiki kesalahan dilaksanakan pada pertt kuisnya adalah mereka dalam kalimat (subjek, J menentukan jenis kalirr kalimat majemuk dan dilaksanakan pada pert1 Bentuk kuisnya adalah tidak efektif agar men pertemuan ke-13 dan k lisan. Bentuk kuisnya kelompok (satu kelom1 ditugaskan membuat rna 13 lalu dipersentasikan I Dari empat kali kuis EYD, yakni di bawah 6 yang diperoleh semua 1 Beda halnya dengan kui: di bawah 60, masih ada · atas rata-rata nilai kelas responden sudah mulai tetapi nilai mereka di ba rata-rata nilai kuis ke-4=
1nBahasa
Teka diberik:an pelatihan atau mg diberik:an, mereka tidak g cepat. Contoh, ketika semua • diperintahkan menyelesaik:an tktu 30 menit, pada saat waktu hanya mampu mengerjakan
. lisan, selama 14 tatap muka, a (lihat Tabel 1). Begitu pun ompok menyajikan makalah), elompok yang tampil. Begitu tampil (keempat responden san), mereka tidak ada yang t1 yang menjawab pertanyaan ukan dari Malaysia. 1a kepada mereka, mengapa t adalah bukan karena mereka nannya, juga bukan mereka 1 mengalami kesulitan dalam m bahasa Indonesia. Lda dua. Pertama, kesulitan 1ya dan menjawab. Kedua, 1limat sesuai pola bahasa
•ahasa Indonesia dan
mengalami kendala dalam a. Kendala tersebut adalah asan mereka adalah materi Indonesia adalah hal yang Jaru oleh mereka adalah ian kata tidak baku. Untuk s membuka Kamus Besar :ka tidak memilik:inya. juga mengalami kendala ala mereka adalah mereka
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal Malaysia dalam Kuliah Bahasa Indonesia /383
belum terbiasa dengan istilah yang yang dianggap asing dalam bahasa Indonesia dan hal ini berkaitan juga dengan EYD, khususnya pemakaian huruf miring (italik). Mereka terkedala untuk memahami dan mengetahui sebuah istilah sudah menjadi istilah Indonesia atau masih istilah asing. Sementara itu, untuk mengetahui materi yang dianggap sulit bagi mereka, di samping melalui wawancara juga dapat melalui hasil tes . Untuk pengukuran melalui tes, responden mengikuit empat kali kuis. Kuis pertama dilaksanakan pada pertemuan ke-4 dengan materi EYD (huruf kapital, huruf miring, lambang bilangan, singkatan-akronim, tanda baca, tata kata dan tata istilah). Bentuk kuisnya adalah mereka memperbaiki kesalahan EYD kalimat (ada lima klimat). Kuis kedua dilaksanakan pada pertemuan ke-7 dengan materi kalimat. Bentuk kuisnya adalah mereka diminta menguraikan fungsi-fungsi kata dalam kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan), menentukan jenis kalimat berdasarkan predikat, menentukan jenis kalimat majemuk dan membuat kalimat majemuk. Kuis ketiga dilaksanakan pada pertemuan ke-9 dengan materi kalimat efektif. Bentuk kuisnya adalah mereka memperbaiki kalimat-kalimat yang tidak efektif agar menjadi efektif. Kuis ke-4 dilaksanakan pada pertemuan ke-13 dan ke-14 dengan materi makalah dan penyajian lisan. Bentuk kuisnya adalah mahasiswa dibagi dalam sepuluh kelompok (satu kelompok beranggotakan 2-3 orang) dan mereka ditugaskan membuat makalah yang dikumpulkan pada pertemuan ke13 lalu dipersentasikan pada pertemuan ke-13 dan ke-14. Dari empat kali kuis, rata-rata nilai responden rendah pada materi EYD, yakni di bawah 60 (lihat Tabel 2). Selain itu, nilai kuis EYD yang diperoleh semua responden di bawah rata-rata kelas (59,11). Beda halnya dengan kuis ke-2, meskipun ada responden yang nilainya di bawah 60, masih ada responden yang nilainya di atas 60, bahkan di atas rata-rata nilai kelas (58,44). Sebaliknya, nilai kuis ke-3 dan ke-4 responden sudah mulai baik (di atas 60), terutama untuk kuis ke-4, tetapi nilai mereka di bawah nilai rata-rata (rata-rata kuis ke-3=73,70, rata-rata nilai kuis ke-4=77 ,07).
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal .
384/ Memartabatkan Bahasa Melayu: Pengajian Bahasa
RUJUKAN
Table 2 Pengukuran melalui tes Nilai Respond en No
NO Induk
Kode nama
Kuis 1 EYD
Kuis 2
Kuis3
Struktur Kalimat Kalimat Efektif
Kuis 4 Makalah+ penyajian lis an
1
J317110xx NABinA
55
30
55
72
2
J317110xx SF Binti M
55
25
65
75
3
J317110xx HHBinH
55
70
65
74
4
J317110xx ABinM
40
65
60
76
Selanjutnya, dari basil wawancara dengan responden, mereka mengakui bahwa materi EYD dan struktur kalimat adalah materi yang paling sulit. Kesulitan dalam memahami kedua materi ini sangat terasa ketika mereka hams mengikuti materi paragraf, jenis tulisan, korespondensi, karya semiilmiah, dan karya ilmiah. Ketika mereka mengarang, mereka hams dapat menerapkan EYD dan menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia.
KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan penelitian, kesimpulan tulisan ini ada dua. Pertama, mereka tidak aktif karena 1) mereka mengalami kesulitan megikuti materi perkuliahan yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia, 2) mereka kesulitan dalam pemilihan kata untuk bertanya, 3) mereka kesulitan dalam pemilihan kata dalam menjawab pertanyaan. Kedua, materi yang sulit bagi mereka adalah EYD dan struktur kalimat. Dari pengukuran melalui tes, nilai mereka semua di bawah 60 adalah materi EYD. Saran penulisan ini juga ada dua. Pertama, mahasiswa asing, termasuk Malaysia, hams mengikuti BIPA sebelum mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia. Kedua, mereka hams memiliki Kamus Besara Bahasa Indonesia (KBBI).
Brown, H. Douglas, 2007. Prinsij Aslinda dan Leni Syafyahya, ~ Refika Aditama. Jamaris, Martini, 2010. Orientasi Yayasan Penamas Murni. Mahsun, 2012. Bahasa daerah d ke arah pengembangan mode Keragaman Bahasa lbu seba~ Intemasional Bahasa lbu di E Bahasa Bandung, hal1-10. Omar, Asmah Haji, 1996. Bebt standard dan penstandardru Linguistik (Pusat Kajian) Atmajaya. Jakarta: Kanisius, Sneddon, James, 2003. The Ind( Modern Society. University · Sumarsih, Nanik, 2009. Pembela pembelajaran bahasa Indon P Ari Subyo dan Sudartomc Sana Dharma, hal. 252-258. Suryabrata, Sumadi, 1998. Psik£ Grafindo Persada. Zulianto, Sigit, 2011. Pembelajar ilmiah berbeasis pendekata Tahunan Atma Jaya 9: tin. Bahasa dan Buday Unika An
Bahasa
Kesulitan Mahasiswa IPB Awal Malaysia dalam Kuliah Bahasa Indonesia /385
11elalui tes
RUJUKAN
Nilai
s2
Kuis 3
:tur Kalimat nat Efektif
Kuis 4 Makalah+ penyajian lis an
55
72
65
75
65
74
60
76
~ngan responden, mereka ctur kalimat adalah materi ami kedua materi ini sangat 1teri paragraf, jenis tulisan, trya ilmiah. Ketika mereka pkan EYD dan menyusun
mlan tulisan ini ada dua. !reka mengalami kesulitan ~unakan bahasa pengantar lam pemilihan kata untuk ihan kata dalam menjawab [ mereka adalah EYD dan tes, nilai mereka semua di ~rtama,
mahasiswa asing, sebelum mengambil mata 1 harus memiliki Kamus
Brown, H. Douglas, 2007. Prinsip Pembelajarn dan Pengajaran Bahasa. Aslinda dan Leni Syafyahya, 2007. Pengantar Sosiolinguitik. Bandung: Refika Aditama. Jamaris, Martini, 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni. Mahsun, 2012. Bahasa daerah dalam heterogenitas masyarakat Indonesia: ke arah pengembangan model pembelajaran bahasa multivarian. Dalam: Keragaman Bahasa Ibu sebagai Penanda Kebhinekaan Budaya. Seminar lntemasional Bahasa lbu di Bandung, 19-20 Juni 2012. Bandung: Balai Bahasa Bandung, hal1-10. Omar, Asmah Haji, 1996. Beberapa persoalan teoritis mengenai bahasa standard dan penstandardan bahasa. Dalam Prosiding: Pertemuan Linguistik (Pusat Kajian) Bahasa dan Budaya 11 di Univeristas Atrnajaya. Jakarta: Kanisius, hal. 95-109. Sneddon, James, 2003 . The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society. University ofNew South Wales (UNSW) Press. Sumarsih, Nanik, 2009. Pembe1ajaran bahasa secara komprehensif: strategi pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam: Peneroka Hakikat Bahasa, PAri Subyo dan Sudartomo Macaryus, editor. Yogyakrta: Universitas Sana Dharma, hal. 252-258. Suryabrata, Sumadi, 1998. Psikologi Pendidikan. Cet ke-8. Jakarat: Raja Grafindo Persada. Zulianto, Sigit, 2011. Pembelajaran ketidaklaziman ragam bahasa Indonesia ilmiah berbeasis pendekatan proses. Da1am: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: tingkat internasional. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Buday UnikaAtrna Jaya, hal. 125-128.