KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH1)
Ziauddin Sardar Program Studi S1 Ekonomi Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga Email:
[email protected] Muhammad Nafik H.R Departemen Ekonomi Syariah-Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga Email:
[email protected] ABSTRACT: Muslims required to work through legal means, but as human beings sometimes lust to dominate oneself so a man would prefer to work in a place that is run in activities contrary to the rules of Islam simply because the payment is obtained at the site is greater. The purpose of this research was to determine how the financial and non-financial welfare of employees and the Islamic banks to determine the reasons employees relocate to Islamic banks. For the informants who have the motivation to move because of a reason to avoid usury laws, could be said to be better in terms of non-financial welfare. For the informant who aim to move into Islamic banks due to other reasons, in terms of the welfare of both financial and nonfinancial could be said to be prosperous just not better than the employees who move for some reason wants to avoid usury. Keywords: Employees, Welfare, Financial, Non-Financial I.
PENDAHULUAN Dalam ajaran agama Islam bekerja
merupakan
ibadah,
dimana
rumah
hakikat
dalam
keadaan
kepayahan
karena seharian bekerja akan diampuni
hokum ibadah adalah wajib. Sehingga
dosanya oleh Allah SWT.
dapat ditarik kesimpulan bahwa bekerja
Islam memandang bahwa bekerja
adalah kewajiban bagi umat Muslim. Bagi
bukan
seorang Muslim, makna bekerja berarti
hidup, tapi juga untuk memelihara harga
niat yang kuat untuk mewujudkan hasil
diri dan martabat kemanusiaan yang
kerja
seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya,
yang
optimal,
bukan
hanya
memberikan nilai rata-rata.
sekedar
memnuhi
kebutuhan
bekerja dalam Islam menempati posisi
Agama Islam memiliki pandangan
yang
teramat
mulia.
Islam
sangat
bahwasanya seseorang yang bersusah-
menghargai orang yang bekerja dengan
payah untuk mencari rezeki yang halal
tangannya
dan hasilnya digunakan sepenuhnya di
kaitannya
dengan
jalan Allah disamakan derajatnya dengan
Seseorang
yang
para mujahid yang berperang di jalan
bersungguh-sungguh
Allah. Seorang Muslim ketika kelelahan
pekerjaannya akan bertambah martabat
dalam mencari rezeki dinilai oleh Allah
dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang
sebagai
jadi
tidak bekerja atau menganggur, selain
penebus dosa. Orang yang pulang ke
kehilangan martabat dan harga diri di
1) Jurnal
pahala.
Bahkan
bisa
sendiri.
Bekerja
memiliki
martabat
manusia.
telah
bekerja
dan dalam
ini merupakan bagian dari skripsi Ziauddin, NIM : 041114007, yang diuji pada tanggal 9 Februari
2016
391
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan
karyawan di Bank Umum Syariah yang
orang lain. Jatuhnya harkat dan harga diri
mencapai
akan
pada
Perbankan Syariah 2015). Data diatas
mengemis
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
menjerumuskan
perbuatan
hina.
merupakan
manusia
Tindakan
kehinaan,
baik
dari
sisi
memiliki
karyawan.
(Statistik
jumlah karyawan perbankan syariah terus
manusia maupun dari sisi Allah SWT. Seseorang
49.089
meningkat. Karyawan merupakan suatu
dorongan
aset
yang
berharga
bagi
sebuah
untuk bekerja adalah agar mendapatkan
perusahaan termasuk Perbankan. Tanpa
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
adanya karyawan sebagai sumber daya
hidup. Menurut teori hirarki kebutuhan
manusia
Maslow motivasi untuk mendapatkan rasa
perusahaan tidak dapat tercapai dengan
aman merupakan motivasi yang dominan
baik.
pada
setiap
manusia,
aman
dalam
kebutuhan
hal
termasuk
pendapatan
untuk
rasa
yang
baik
Kesejahteraan
maka
sendiri
tujuan
memiliki
atau
banyak arti dimana masing – masing
mendapatkan
orang pasti mempunyai perspektif sendiri
keamanann selama hidupnya.
mengenai apa yang disebut dengan
Semakin pesatnya perkembangan
kesejahteraan.
Akan
tetapi
pada
Ekonomi Islam di Indonesia berbanding
umumnya kesejahteraan sendiri secara
lurus dengan semakin maraknya lembaga
umum bisa dibagi dalam dua bentuk,
pendidikan yang mengajarkan tentang
yaitu kesejahteraan secara materi dan
sistem Ekonomi Islam maupun Lembaga
kesejahteraan
Keuangan yang berbasis Syariah. Dalam
Kesejahteraan
bentuk praktiknya, ekonomi Islam telah
jumlah harta yang kita miliki, berapa
berkembang dalam bentuk kelembagaan
pendapatan yang kita dapatkan, dan
seperti perbankan, BPRS, Asuransi Syariah,
apa saja yang sifatnya bisa dimaterialkan.
Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah,
Sementara
dengan instrumen obligasi dan Reksadan
adalah kesejahteraan yang kita miliki
Syariah, Dana Pensiun Syariah, Lembaga
dimana
Keuangan
berbentuk
Mikro
Syariah,
maupun
secara materi
non meliputi
kesejahteraan
kesejahteraan barang
materi. berapa
non
materi
tersebut
atau
tidak
sejenisnya,
lembaga keuangan publik Islam seperti
misalnya adalah kesehatan yang kita
lembaga pengelola zakat dan lembaga
rasakan, memiliki anak yang sholeh dan
pengelolaan wakaf.
sholehah,
Berdasarkan data dari OJK, secara
dan
Kesejahteraan
lain
menurut
sebagainya. Islam
meliputi
keseluruhan sampai dengan bulan Januari
kesejahteraan dari sisi materi dan juga
2015 jumlah pekerja pebankan Syariah di
non
Indonesia
bahwasanya
dimana
mencapai yang
58.587
paling
besar
karyawan adalah
materi.
Islam harta
mengajarkan
bukanlah
satu
–
satunya indicator kesejahteraan karena
392
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
pada dasarnya harta hanyalah alat yang
manusia rezeki dan pendapatan adalah
digunakan
Allah SWT. Allah SWT sama sekali tidak
untuk
tujuan
beribadah
kepada Allah SWT.
membutuhkan
rezeki
apapun
dari
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui
manusia, akan tetapi Allah SWT lah yang
bagaimana kesejhateraan financial dan
memberikan rezeki kepada manusia. Hal
non
Syariah,
ini dijelaskan Allah dalam surat Adz-Zariyat
sehingga dapat diambil manfaat yang
ayat 56-58 : َﻣﺎ ٓ أ ُ ِرﯾ ُﺪ ﻣِ ۡﻨﮭُﻢ٥٦ ُون َ ٱﻹ ِ ﻧﺲ إِ ﱠﻻ ِﻟﯿَ ۡﻌﺒُﺪ ِ ۡ َو َﻣﺎ َﺧﻠَ ۡﻘﺖُ ۡٱﻟ ِﺠﻦﱠ َو ق ذُو ُ ٱﻟﺮزﱠ ا ͉ ͉ϥ·˶ ٥٧ ﻮن ˴ ھ َُﻮ ﱠԼ ِ ِّﻣﻦ ِ ّر ۡز ٖق َو َﻣﺎ ٓ أ ُ ِرﯾ ُﺪ أَن ﯾُ ۡﻄ ِﻌ ُﻤ ٥٨ ُۡٱﻟﻘُ ﱠﻮ ِة ۡٱﻟ َﻤﺘِﯿﻦ
finasial
pegawai
bank
mungkin berguna untuk orang lain. II. LANDASAN TEORI Allah
SWT
telah
menyebarkan
Artinya : ”(56). dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (57) aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.(58) Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
rezeki untuk manusia di bumi dan langit. Untuk
memperoleh
rezeki
tersebut,
manusia tentu harus berusaha. Salah satu bentuk usaha dalam memperoleh rezeki adalah dengan bekerja. Dengan bekerja maka
manusia
akan
mendapatkan
imbalan berupa gaji atau pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk
ketika bekerja untuk mendapatkan rezeki,
Menurut Sutrisno (2009:124-129), “faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bekerja dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intinsik faktor yang berasal dari dalam diri, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang”.
harus
Faktor yang berasal dari dalam diri
memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Bekerja bisa diartikan dalam dua bentuk, yaitu bekerja sebagai pengusaha atau bekerja dalam
sebagai sebuah
pegawai/karyawan
perusahaan.
melakukannya
kemampuan
terbaik
yang
Manusia dengan dia
miliki,
(intrinsik) yaitu :
dengan ikhlas, dan juga dengan jujur
1. Keinginan untuk dapat hidup
sehingga
2. Keinginan untuk dapat memiliki
rezeki
yang
dia
dapatkan
menjadi berkah dan keberkahan tersebut
3. Keinginan
pada akhirnya akan berujung kepada dalam
4. Keinginan
menjalani
sampai
memperoleh
5. Keinginan untuk berkuasa
terfokus kepada pencarian rezeki dan saja
untuk
pengakuan
kehidupannya tentu tidak boleh hanya
pendapatan
memperoleh
penghargaan
kehidupan yang aman dan tentram. Manusia
untuk
Faktor
melupakan
yang
berasal
dari
(ekstrinsik) yaitu :
ibadahnya dan menjauh dari Allah SWT,
1. Kondisi lingkungan kerja
karena sesungguhnya yang memberikan
2. Kompensasi yang memadai
393
luar
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
3. Adanya jaminan pekerjaan
seorang Muslim menjadi pegawai atau
4. Status dan tanggung jawab
menjadi prajurit yang memerangi kaum
Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan
untuk
pendapatan kebutuhan
demi hidup.Banyak
Muslimin. Tidak halal pula dia bekerja
menghasilkan
pada suatu perusahaan atau pabrik yang
terpenuhinya
memproduksi senjata untuk memerangi
sekali
kaum
faktor
Muslimin.
Atau
ia
tidak
boleh
yang mendorong manusia untuk bekerja,
bekerja sebagai pegawai suatu lembaga
salah satunya adalah untuk memenuhi
yang memusuhi Islam dan memerangi
kebutuhan.
kaum Muslimin.
Sedangkan
dalam
Islam,
bekerja dikategorikan sebagai ibadah
Qardhawi
(2007;152)
juga
sehingga wajib dilakukan oleh seluruh
menjelaskan demikian pula halnya orang
umat
merupakan
yang bekerja sebagai pegawai yang
perbuatan yang sangat mulia dalam
tugasnya membantu tindakan kezhaliman
ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
atau
wa Sallam memberikan pelajaran menarik
hukumnya adalah haram. Seperti orang
tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam
yang bekerja dalam suatu pekerjaan
bekerja
yang berkaitan dengan praktik riba atau
Muslim.
kebutuhan
bukan perut,
Bekerja
sekedar tapi
memenuhi juga
sesuatu
yang
haram,
maka
untuk
di tempat pembuatan khamr, di tempat
memelihara harga diri dan martabat
dansa, atau di tempat-tempat permainan
kemanusiaan yang seharusnya dijunjung
yang
tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam
norma syari’at dan sebagainya.
menempati posisi yang teramat mulia.
bertentangan Menurut
dengan P3EI
norma(2008:4),
Islam sangat menghargai orang yang
kesejahteraan menurut Islam mencakup
bekerja dengan tangannya sendiri. Hal ini
dua pengertian, yaitu :
sebagaimana firman Allah SWT dalam
1. Kesejahteraan
surat At-Taubah ayat 105 yang artinya:
holistik
dan
seimbang, yaitu kecukupan materi
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Menurut Qardhawi (2007:152),
yang didukung oleh terpenuhinya
dibolehkannya bekerja sebagai pegawai
Demikian pula manusia memiliki
adalah dengan syarat apabila tugas itu
dimensi individual sekaligus sosial.
tidak menimbulkan madharat bagi kaum
Manusia akan merasa bahagia jika
Muslimin. Oleh karena itu, tidak halal
terdapat keseimbangan diantara
kebutuhan mencakup
spiritual individu
serta
dan
sosial.
Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagiaan haruslah seimbang
394
menyeluruh diantara
dan
keduanya.
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
dirinya
dengan
lingkungan
dari income, tenaga kerja dan hak-hak
sosialnya.
sipil.
2. Kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah),
sebab
manusia
perubahan
tidak
tahun
1990-an
lagi,
merumuskan
terjadi
Mahbub
ukuran
Ul-Haq
kesejahteraan
hanya hidup di alam dunia saja,
dengan Human Development Index (HDI).
tetapi
setelah
Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi
dunia
ditekankan pada aspek ekonomi saja,
juga
di
alam
kematian/kemusnahan (akhirat).
Kecukupan
materi
di
tetapi juga pada aspek kualitas sosial
dunia ditunjukkan dalam rangka
individu. HDI merupakan gabungan dari
untuk memperoleh kecukupan di
tiga komponen, yaitu indeks harapan
akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak
hidup, indeks pendidikan, dan indeks
tercapai maka kesejahteraan di
pendapatan per kapita.
akhirat tentu lebih diutamakan,
Hakim (2013) mengatakan ekonomi
sebab ini merupakan sesuatu yang
konvensional
abadi dan lebih bernilai (valuable)
kesejahteraan
dibanding kehidupan dunia.
sudut
Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
kesejahteraan
maupun
secara
membuat
indikator
berdasarkan
pandang
beberapa
yang
berbeda,
diantaranya adalah :
adalah kesejahteraan secara menyeluruh, yaitu
Pada
1. Adam Smith, dalam buku “The
secara
material
Wealth of Nation” menyatakan
spiritual.
Konsep
bahwa kesejahteraan rakyat akan
kesejahteraan dalam ekonomi Islam tidak
tercapai
hanya diukur berdasarkan nilai ekonomi
prinsip ekonomi dasar, yaitu : (a)
saja, tetapi juga mencakup nilai moral,
Prinsip keseimbangan produksi dan
spiritual, dan juga nilai sosial. Sehingga
konsumsi; (b) Prinsip manajemen
kesejahteraan
Islam
tenaga
lebih
manajemen
mempunyai
berdasarkan konsep
yang
mendalam.
bila
dipenuhi
kerja;
empat
(c)
modal;
Prinsip
(d)
Prinsip
kedaulatan ada di tangan rakyat.
Kesejahteraan hidup seseorang pada
2. Menurut
Miles
(1985),
terdapat
realitasnya memiliki banyak indikator yang
empat indikator yang digunkan
dapat
untuk mengetahui kesejahteraan
diukur.
kesejahteraan
Pengukuran seseorang
juga
tingkat sering
suatu keluarga, yaitu :
mengalami perubahan dari waktu ke
a. Rasa aman (security)
waktu. Pada tahun 1950-an kesejahteraan
b. Kebebasan (freedom)
diukur dari aspek fisik seperti berat badan,
c. Kesejahteraan (welfare)
tinggi, dan gizi, harapan hidup serta
d. Jati diri (identity)
income.
Pada
tahun
1980-an
terjadi
Menurut beberapa ahli dalam buku P3EI (2008: 1-13), “indikator kesejahteraan Islami adalah
perubahan dimana kesejahteraan diukur
395
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
terpenuhinya kebutuhan fisik dari rizqi yang halal, hidup sehat secara jasmani dan rohani, keberkahan rezeqi yang diterima, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, rasa cinta kasih sesama, ridha dan qana’ah dengan apa yang diberikan Allah kepadanya serta merasa bahagia”. Dengan
demikian,
dalam hal ekonomi untuk menikah karena Allah SWT akan memberikan rezeki serta karunia-Nya. e. Al-maal : Memelihara Harta. Menurut Ryandono (2010:30), “cara menjaga harta adalah meliputi mencari pendapatan yang layak dan adil, memiliki kesempatan berusaha, rejeki yang halal dan thoyib, serta persaingan yang adil”.
kesejahteraan
dalam Islam tidak hanya diukur dari terpenuhinya
kebutuhan
tetapi
terpenuhinya
juga
materi
saja,
III. METODE PENELITIAN
kebutuhan
Pendekatan Penelitian
spiritual.
Berdasarkan rumusan masalah yang
a. Ad-dien : Memelihara agama
telah
Ryandono (2010:30) mengatakan bahwa: memelihara agama dapat diukur dari implementasi rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji). Selain itu juga bisa dilihat pula dari tercapainya amalan rukun iman. b. An-nafs: Memelihara Jiwa Ryandono
(2010:30)
dengan
yang adalah
sandang,
pangan,
menjelaskan
diharamkannya
hanya pada alasan mengapa pegawai
minuman
bank pindah dari bank konvensional ke
menuntut
bank
ilmu
syariah
dan
bagaimana
kesejahteraan finansial dan non finansial pegawai bank Syariah.
tahsiniyyah yaitu misalnya menghindarkan
Jenis dan Sumber Data
diri dari mendengarkan sesuatu yang
Data dalam penelitian kualitatif dibagi
tidak bermanfaat.
menjadi dua yaitu data primer dan data
d. An-nasl : Memelihara Keturunan. sebagai
yang
. Ruang lingkup penelitian ini terbatas
pengetahuan. Sedangkan dalam perigkat
Kita
masalah-masalah
Ruang Lingkup Penelitian
keras. Dalam peringkat hajjiyah seperti dianjurkannya
rumusan
yang diperlukan
adalah
meminum
ini
observasi terhadap sumber-sumber data
dibedakan
misalnya
berdasarkan
Hal
dilakukan melalui teknik wawancara dan
menjadi tiga peringkat. Dalam peringkat dharuriyah
deskriptif.
ini
ini. Pengumpulan data dan informasi akan
Menurut Al-Syatibhi dalam Bakri (1997) dapat
penelitian
menjadi fokus masalah dalam penelitian
tinggal,
c. Al-aql : Memelihara Akal akal
kualitatif
untuk
untuk melakukan aktivitas eksplorasi untuk
kesehatan, serta fasilitas umum lainnya.
memelihara
maka
masalah yang muncul menuntut peneliti
kebutuhan
tempat
digunakan
dikarenakan
berpendapat
dipenuhinya
sebelumnya,
peneliti menetapkan metode penlitian
bahwa perwujudan pemeliharaan jiwa yaitu
ditetapkan
manusia
tidak
sekunder. Data primer adalah data yang
perlu
berasal dari wawancara dan observasi
khawatir apabila masih belum mampu
langsung di lapangan, sehingga bentuk
396
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
datanya lebih berwujud kata-kata dan
mendalam dan terbuka kepada pegawai
tindakan dari objek penelitian. Sedangkan
bank tersebut. Kegiatan ini dilakukan
data sekunder adalah data yang sudah
sampai peneliti mendapatkan jawaban
ada yang berkaitan dengan penelitian
dari rumusan masalah yang telah dibuat
seperti dokumen.
sebelumnya.
Unit Analisis Unit
c. Pengumpulan data.
analisis
untuk
Peneliti mendapatkan data dari hasil
menyeleksi siapa saja yang akan dijadikan
wawancara dengan pegawai bank yang
sebagai informan dari penelitian yang
menjadi obyek penelitian. Wawancara
akan
dilakukan
dilakukan.
digunakan
Individu
yang
akan
secara
pertanyaan
penelitian
bank
tetapi tetap terfokus dan mengarah pada
syariah yang telah bekerja minimal selama
topik penelitian. Hasil wawancara akan
lima tahun dan sebelumnya sudah pernah
didokumentasikan sendiri oleh peneliti.
adalah
pegawai
terus
dengan
peneliti jadikan sebagai informan dalam ini
yang
terbuka
berkembang
bekerja di bank konvensional minimal
Teknik Keabsahan Data
limatahun juga.
Dalam peneltian ini menggunakan
Teknik Pengumpulan Data
dua teknik keabsahan data, yaitu teknik
Langkah-langkah
yang
ketekunan/keajegan
pengamatan
dilakukandalamprosedurpengumpulan
teknik
data.
data adalah:
pengamatan yaitu menemukan ciri-ciri
a. Persiapan awal. Pada
tahap
menghubungi
ini,
informan
peneliti yang
telah
relevan dengan persoalan atau isu yang
bekerja
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci
tetapi sebelumnya sudah pernah bekerja
Triangulasi
di bank konvensional.
pemeriksaan
b. Saat di lokasi penelitian. menjelaskan
maksud
dan
peneliti
data tersebut.
tentang
bagaimana
penelitian
peneliti
juga
keabsahan
data
teknik yang
sebagai
pembanding
terhadap
Teknik Analisis Data
kesejahteraan
finansial dan non finansial pegawai bank Syariah,
adalah
data itu untuk melakukan pengecekan atau
melakukan
data
memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar
tujuan penelitian kepada informan bahwa akan
Ketekunan
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
sebagai pegawai bank di bank syariah
Peneliti
triangulasi
dan
Teknik
analisis
yang
digunakan
menanyakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
tentang bagaimana kehidupan sehari-
analisis kualitatif fenomenologi. Inti dari
harinya, pekerjaan, keluarga, apa saja
riset fenomenologi adalah gagasan yang
kebutuhannya, dan lain-lain. Peneliti juga
berhubungan
melakukan
realitas kehidupan dari masing-masing
wawancara
secara
397
dengan
pemahaman
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
individu yang berbeda melalui perspektif
bank konvensional dengan gaji yang lebih
bersama, sehingga tugas peneliti untuk
tinggi.
mengakses pemikiran akal sehat orang-
Dari
segi
kesejahteraan
non
orang dengan tujuan menafsirkan motif-
finansial, semua informan bisa dikatakan
motif, tindakan dan dunia sosial dari sudut
sudah sejahtera. Dalam hal memelihara
pandang
ibadah,
individu.
fenomenologi memahami
Oleh
karena
berupaya
arti
peristiwa
itu,
untuk
dan
semua
informan
sudah
melaksanakan ibadah shalat wajib secara
kaitan-
berjamaah
karena
mereka
paham
kaitannya terhadap orang-orang yang
bahwa bagi seorang laki – laki hukumnya
berada dalam situasi tertentu
adalah wajib untuk melaksanakan shalat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
secara berjamaah. Selain melaksanakan
Dalam hal kesejahteraan finansial,
shalat
wajib,
mereka
juga
rajin
semua informan yang telah diwawancarai
melaksanakan shalat sunnah, mulai dari
oleh peneliti merasakan hal yang sama,
shalat sunnah ba’diyah qobliyah, shalat
yaitu saat mereka pindah ke bank Syariah
dhuha, dan
dari bank konvensional, pendapatan atau
masih
gaji
justru
tahajudnya. Untuk ibadah puasa selain
menurun dari gaji yang mereka dapatkan
puasa wajib di bulan Ramadhan, para
ketika
informan juga rutin melaksanakan puasa
yang
mereka
bekerja
Namun
di
meskipu
dapatkan
bank
yang
bisa
tahajud rutin
meskipun
untuk
shalat
mereka
Sunnah senin kamis, bahkan ada satu
dapatkan berkurang, mereka sama sekali
informan yang rutin melaksanakan puasa
tidak merasa kekurangan, mereka malah
Daud, dan satu informan lagi yang sudah
bersyukur dengan
berniat untuk melaksanakan puasa Daud
dapatkan.
ngaji
konvensional.
belum
shalat
gaji yang mereka satu
juga. Hal ini rutin mereka jalankan karena
bahwa
mereka sudah merasakan sendiri nikmat
meskipun gajinya turun, tetapi beliau
dan manfaat yang didapatkan apabila
merasa bahwa gajinya itu cukup untuk
melaksanakan puasa dan juga sebagai
memenuhi
sarana untuk beribadah kepada Allah
informan
Padahal
Bahkan yang
ada
mengatakan
semua
ketika
salah
beliau
kebutuhannya. kerja
di
bank
SWT.
Semua
informan
yang
peneliti
konvensional dan mendapatkan gaji yang
wawancarai juga rutin membayar zakat,
lebih tinggi, beliau selalu merasa bahwa
ada
gajinya
lembaga
yang
tinggi itu masih
terasa
yang
membayarnya
zakat,
ada
juga
melalui yang
kurang untuk memenuhi kebutuhannya.
menyalurkannya langsung ke masjid –
Beliau pun menganggap bahwa bekerja
masjid di lingkungan rumah masing –
di bank Syariah meskipun gajinya lebih
masing informan. Selain membayar zakat
sedikit,
mereka juga rutin bersedekah ataupun
tetapi
hasilnya
lebih
barokah
apabila dibandingkan dengan bekerja di
398
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
berinfaq sebagai sarana untuk berbagi
DAFTAR PUSTAKA
dengan orang yang lebih membutuhkan.
Abdul,
V. SIMPULAN
Hakim.
Bantuan
Dilihat dari kesejahteraan baik itu kesejahteraan
financial
Pengaruh
Langsung
Dana
Masyarakat
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
non
dan Perkembangan Usaha Tani Padi
financial, tentu ada perbedaan yang
Serta Kesejahteraan Keluarga Petani
cukup mendasar diantara pegawai bank
Kabupaten
syariah
bank
Tenggara Barat Dalam Perspektif Islam.
kesejahteraan
Disertasi tidak diterbitkan. Pascasarjana
dengan
konvensional.
maupun
2013.
pegawai
Dari
sisi
financial, pegawai yang bekerja di bank Syariah
rata
–
rata
Kota
di
Provinsi
Nusa
Universitas Airlangga.
mendapatkan
Ahmad, Mustaq. 2011. Etika bisnis dalam
pendapatan atau gaji yang lebih kecil
Islam diterjemahkan dari business ethics
apabila
in Islam. Pustaka Al-Kautsar
dibandingkan
dengan
gaji
pegawai bank konvensional. Akan tetapi meskipun
lebih
kecil, pegawai
Al-Raysuni, Ahmad. 2006. Imam Al-Shatibi’s
bank
Theory of the Higher Objectives and
syariah tetap bersyukur dengan apa
Intens of Islamic Law. Kuala Lumpur: The
yang mereka dapatkan.
International
Sedangkan apabila dibandingkan
individu
bekerja
Indonesia.
syariah
dari
Islamic
Aryogi, Ista. 2013. Kesejahteraan subjektif
bekerja di bank syariah dengan setelah bank
of
Thought.
antara pegawai bank syariah sebelum di
Institute
sisi
dalam
rumah
Skripsi
tidak
tangga
di
diterbitkan.
kesejahteraan non financial maka bisa
Surabaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dipastikan bahwa pegawai yang telah
Universitas Airlangga.
bekerja di bank syariah lebih sejahtera
Bakri, Asafri Jaya. 1997. Konsep Maqashid
dikarenakan pegawai yang telah bekerja
Syariah
di bank Syariah mengalami peningkatan
Logos wacana.
dari sisi ibadahnya, baik itu berupa ibadah
shalat
wajib,
shalat
menurut
al-Syatibi.
Jakarta:
Daymon, Cristine dan Immy Holloway.
sunnah,
2008.
Riset
kualitatif
dalam
puasa wajib, dan juga puasa sunnah.
relations
Salah
menyebabkan
communications. Diterjemahkan oleh
tingkat ibadah pegawai bank Syariah
cahya wiratama. Yogyakarta: penerbit
meningkat adalah dikarenakan ketika
bintang.
satu
hal
yang
bekerja di bank Syariah maka mereka secara langsung atau
dan
public
marketing
Departemen Agama RI. 2009. Syamil Al-
tidak langsung
Qur’an (Al-Qur’an TerjemahanPerkata).
akan belajar agama Islam lebih dalam.
Bandung: CV Haikal Centre Haughton,
Jonathan
dan
Shahidur
Khandker. 2006. Handbook on Poverty
399
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
and Inequality. Washington : World
Pramandhika, Ananto. 2011. Motivasi Kerja
Bank.
Guru TPQ di Kecamatan Semarang
Hasan, muhammad Tholhah. 2003. Islam
Selatan. Jurnal Pendidikan Undip, 15
dan masalah sumber daya manusia.
Juni 2011. Semarang, Volume 2 hal : 23.
Jakarta : lantabora press.
Qardhawi, Yusuf. 2007. Halal dan haram.
Heryawan, Ahmad. 2009. “Kesejahteraan dan
ukurannya”,
Bandung : Penerbit Jabal.
(online),
Timorita, Yulianti. 2009. “Perbankan Islam di
(http://ahmadheryawan.blogspot.co.id
Indonesia (Studi Peraturan Perundang-
/kesejahteraan-dan-ukuran,
undangan)”. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu
Diakses
pada 9 Maret 2015)
Sosial FENOMENA, Volume 01 Nomor 2 Online, http://journal.uii.ac.id, diakses
Masyhuri. 2005. Teori ekonomi dalam Islam.
12 Maret 2015.
Yogyakarta : kreasi wacana. Midgley, James, Martin B. Tracey dan
Ryandono, Muhammad Nafik Hadi. 2008.
Michelle Livermore (ed). The handbook
Ekonomi
of social policy. London.
Shadaqah dan Waqaf). Surabaya: IFDI
Miles. 1985. Social Indicator for Human Khea.
2014.
(Zakat,
Infaq,
dan Cenforis.
Development. From Printer Publicers. Miyagi,
ZISWAQ
--------. 2009. Bursa Efek dan Investasi
Perbandingan
Syariah
Kajian
Pelanggaran
Prinsip-
Kesejahteraan Antara Pengusaha dan
Prinsip Syariah Pada Transaksi Bursa Efek
Pegawai Perspektif Maqashid Syariah di
Konvensional.
Kelurahan
Kejawan
Pustaka.
Surabaya.
Skripsi
Putih
tidak
Tambak
diterbitkan.
--------.
2010.
Surabaya: Peran
dan
Pengaruh
Surabaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Penghimpunan
Universitas Airlangga.
Penyaluran Dana dan Faktor Kinerja
Moleong,
Lexy
J.
2014.
Dana
Amanah
Terhadap
Metodologi
Bank Serta Kesejahteraan Karyawan
penelitan kualitatif. Edisi revisi. Bandung
Bank Islam di Indonesia. Disertasi tidak
: Remaja Rosdakarya.
diterbitkan. Surabaya : Pascasarjana
Mufraini, M. Arief. 2006. Akuntansi dan Manajemen
Zakat.
Edisi
UNAIR Surabaya.
pertama.
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al-Mishbah:
Jakarta : Prenada Media Group. Nazir,
Mohammad.
1988.
pesan,
Metode
kesan,
dan
keserasian
Al-
Qur’an. Vol. 1. Edisi baru. Cetakan
Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
pertama. Jakarta: lentera hati.
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Statistik
Sugiyono.
Perbankan Syariah 2014.
2009.
Kuantitatif,
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Metode
Kualitatif
Bandung: Alfabeta.
Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
400
Penelitian dan
R&D.
Sardar, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 5 Mei 2016: 391-401; KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana Syarifuddin, Amir. 2008. Ushul fiqh jilid dua. Edisi
pertama.
Cetakan
keempat.
Jakarta: kencana. Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam. Jakarta : Gema Insani. Terjemahan Hadits Shahih Bukhari I-IV. 1992. Jakarta : PT. Bumirestu Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga.
Cetakan
Keenam.
Jakarta:
Rajawali Pers Widjaja,
A.
W.
2006.
Administrasi
Kepegawaian. Jakarta. Rajawali World
bank.
Measures,
2011.
Defining
Welfare
(http://web.worldbank.org,
diakses 12 Maret 2015) Zadjuli, Suroso Imam. 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Surabaya: FE Unair.
401