KERAJINAN HIASAN MURDHA DI DESA MANUABA, KECAMATAN TEGALALANG, KABUPATEN TINGKAT II GIANYAR G. K. Sanda, I. K. Sudita, I. N. Rediasa Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan GaneshaSingaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]) ABSTRAK
Penelitian ini berjtujuan untuk mendeskripsikan: (1) Keberadaan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar, (2) Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabuapten Gianyar (3) Proses pembuatan dan motif kerajinan murda di Desa Manuaba,Tegalalang, Gianyar ? (4) Pewarisan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Subjek penelitian ini adalah kerajinan murdha oleh Made Adinarsa.Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah (1) Kerajinan seni murdha di Desa Manuaba digunakan sebagai hiasan pada atap sanggah, tetapi ada juga yang dipakai pada atap rumah dan pagar rumah. Bentuk murdha yang dibuat oleh masyarakat di Desa Manuaba sudah mengalami perkembangan bentuk yang dulunya biasanya jarang menggunakan motif kekarangan, namun sekarang pengerajin murdha Desa Manuaba cendrung menggunakan motif kekarangan dan bun-bunan. (2) Alat dan bahan yang dipakai dalam pembuatan kerajinan murdha di Desa Manuaba meliputi pisau, tang, gergaji besi, ember, kuas, saringan tepung, semen, mill, kawat ikat, kawat jarring, cat dan air. (3) Proses pembuatan kerajinan murdha, di Desa Manuaba diawali dengan proses pembuatan rangka, pencampuran bahan baku, pembuatan motif, amplas, finishing. (4) Sistem pewarisan kerajinan murdha di Desa Manuaba menggunakan sistem pewaris turun-temurun, dari orang tua ke anak. Kata Kunci: Seni hiasan murdha. ABSTRACT
This study intended to describe: (1) The existence of murdha handicraft in Manuaba vilage, Tegalalang, Gianyar, (2) the tool and the materials be used the manufacture murdha in ManuabaVillage, TegalalangDistrict, Gianyar regency (3) In the process of produktion and motivehandicraft of murda in Manuaba Village, Tegalalang, Gianyar? (4) Inheritance of Manuaba handicraftin murdha Village, Tegalalang, Gianyar regency. This research is a descriptive with qualitative approach. The subjects in this research ismurdha handicraft by Made Adinarsa. The collecting of the data in this study using by technic of observation, interviews, documentation, and literature. The result of findings in this study is (1) the art of murdha handicraft in manuaba village is used to be ornament in tample but there are used for the roof in
hause and also for fence inhause. The design of murdha made by of community in manuaba village alredy have development design at once rarely using kekarangan design, but now the maker of murdha in manuaba village there is used kekarangan desidn and bun-bunan. (2) The tool and the materials in frocess of murdha handicraft is cemen, knife, pliers, hacksaw, bucket,brushes, sieve of the flour, mill, wire belt, wirenets, paint and water. (3) The process production of murdha, in Manuaba village is begins with process making frame, the mixing of raw materials, manufactury of motive sanding, and then. (4) The system of in heritance murdha handicraft in manuaba village using system from generation to generation, from parents to child Keywords: The garnish art of murdha
PENDAHULUAN Kebudayaan secara umum merupakan jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.Banyak hal yang belum dapat kita ketahui tentang kebudayaan di daerah kita sendiri khususnya di Bali.Bali merupakan salah satu daerah pariwisata yang sudah terkenal di mancanegara. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Bali bisa dikenal di mancanegara, misalnya faktor kebudayaan, salah satunya faktor religi dan yang paling menonjol adalah faktor kesenian sehingga menjadikan Bali menjadi pusat perhatian di mata dunia. Salah satu bukti bahwa masyarakat Bali memiliki kreativitas dan jiwa seni yang tinggi dibuktikan dengan adanya berbagai macam kerajinan dan kesenian. Manuaba adalah nama salah satu Desa di Kecamatan Tegalalang, Daerah Kabupaten Tingakat II Gianyar. Di Desa Manuaba ada beberapa kerajinan yang ditekuni oleh masyarakat setempat misalnya, ukir kayu, patung, dan pembuatan murdha.Murdha merupakan pembuatan mahkota untuk atap rumah atau tempat persembahyangan, di wilayah ini pengrajin sudah mulai mengembangkan teknik-teknik dalam pembuatan murdha khususnya yang dahulu dibuat dengan tanah liat atau batu padas.Seperti pengerajin di Desa Manuaba sudah mengembangkan teknik-teknik baru dan bahan yang digunakanpun sudah berbeda, yang pada awalnya menggunakan tanah liat dan batu padas sekarang bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan murdha berupa semen dan mil. Proses pengerjaannya diukir langsung tanpa menggunakan cetakan. Inilah yang membuat murdha di Desa Manuaba sangat berbeda dengan daerah lain di Bali Ada beberapa jenis murdha yang dikenal di masyarakat yaitu murdha kusuma, murdha bajra, murdha tirta,murdha stupa, murdha gada, murda cakra, murdha padma dan murdha bentala.Murdha yang dibuat di Desa Manuaba, dari segi tampilan mengalami banyak perubahan terutama ornamenornamen pahatan dan kekarangan.Murdha yang dibuat di Desa Manuaba ini berbeda dengan murdha yang ada di desa lain. Perbedaan tersebut disebabkan karena murdha di Desa Manuaba menggunakan cara lama yaitu mengukir langsung tanpa
menggunakan cetakan dan bengisi rangka. Hal tersebut dilakukan agar murdha yang dihasilkan kualitasnya menjadi bagus dan kuat. Manuaba adalah sebuah desa dibagian Bali Tengah.Di desa ini, seni kerajinan murdha banyak dibuat oleh warganya.Murdha yang dihasilkan di desa ini sangat mengutamakan kualitas,karena pembuatannya sangat hati-hati.Ornamen yang ditampilkan sangat berbeda dengan murdha yang biasa kita lihat sebelumnya.Seingga nampak seperti adanya motif kekarangan dan pahatan pada murdha, seperti karang gajah, karang goak, patra punggel, patra mesir, mas-masan, kakulkakulan, dan adapun simbul yang dibuat dalam murdha seperti bajra, tirtha, dan kusuma. Di desa ini juga ada kesenian yang berkembang dan telah ditekuni oleh masyarakat setempat, misalnya ukir kayu, seni patung, dan yang paling terkenal adalah kerajinan hiasan murdha.Murdha merupakan pembuatan mahkota untuk atap rumah atau tempat persembahyangan.Murdha ini menggunakan bahan baku dari semen dan mill yang dibentuk serta diukir. Membuat murdha atau hiasan pada pelinggih menjadi alternatif pekerjaan anak Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar.Pekerjaan ini biasa diambil sebelum mereka berangkat atau sepulang sekolah dan kuliah.Para pengrajin tampak telaten mengiris semen bercampur serpihan batu padas yang ditumpuk sembarangan di atas jeruji kawat kemudian mengirisnya dengan pahat dan membentuk material itu menjadi karang gajah (kepala gajah lengkap dengan ukiran dan cetu). Atas dasar itulah peneliti merasa tertarik untuk meneliti kerajinan murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.Karena bentuk dari bagian-bagian kerajinan murdha yang berbeda dengan kerajinan murdha pada umumnya tanpa mengurangi estetika yang ada di dalamnya. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimanah keberadaan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Tingkat II Gianyar ?, (2) Apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan
murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Tingkat II Gianyar ?, (3) Bagaimana proses pembuatan dan motif kerajinan murda di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Tingkat II Gianyar ?, (4) Bagaimanakah pewarisan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Tingkat II Gianyar ?. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan keberadaan seni kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar, (2) Mengetahui bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan murdha di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabuapten Gianyar, (3) Mengetahui proses pembuatan dan motif kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar, (4) Mendeskripsikan pewarisan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar.
METODE PENELITIAN Ditinjau dari sifat dan tujuannya penelitian ini merupakan jenis deskriptif dengan pendekatan kulitatif.“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk penjabaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian” (Suryabrata, 1983: 19). Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang didasarkan pada satu acuan, gambaran, holistic, deskritif, rinci, dan dilaksanakan dalam latar ilmiah. Paradigma penelitian ini adalah interpretatif dengan focus pada etika (acuan moralitas), frame (pola pikir), rasionalitas dan nilai budaya (Rohidi, 2006). Subjek dari penelitian ini adalah perusahaan Kadek Poleng murdha. Dan yang menjadi objek adalah kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. Dalam hal ini bagaimana bentuk dan fungsi kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah penelitian jenis kata kualitatif, data yang diperoleh dan diproses tidak dalam bentuk angka atau bilangan tetapi dalam bentuk informasi atau penjelasan berupa uraian tentang bentuk dan fungsi kerajinan murdha.Data menurut sumbernya: (1) Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama atau narasumber. (2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber primer sebelumnya dengan penyesuaian dengan data primer yang sedang didapat. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data penelitian ini adalah: a) Observasi, adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, seperti
bentuk dan fungsi kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. b) Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada narasumber (pemilik perusahaan murdha). Teknik wawancara ini adalah teknik wawancara tidak terstruktur, karena data yang diperoleh akan mewakili masingmasing narasumber dan tergantung situasi dan kondisi di lapangan pada saat observasi. Dengan teknik ini akan didapat data tentang bentuk dan fungsi kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. c) Pendokumentasian, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau foto. Teknik ini berfungsi melengkapi penjelasan tentang bentuk dan fungsi kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen observasi, instrumen wawancara, dan dokumentasi. Instrument observasi penelitian ini menggunakan kamera untuk merekam gambar dan buku catatan kecil. Instrument wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Instrument dokumentasi dalam penelitian ini adalah fotofoto pendukung penulisan penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis domain dan analisis taksonomi. Analisis domain merupakan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atau pengertian secara umum, relatif dan menyeluruh tentang apa yang tercakup pada permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan, analisis taksonomi adalah pengolahan data yang bersifat lanjut, lebih terperinci dan mendalam yang dalam
halini merupakan analisis domain.
kelanjutan proses dari
PEMBAHASAN Keberadaan Hiasan Murda Oleh Poleng Murda, Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Murdha memiliki fungsi seperti yang dijelaskan oleh pengerajin di Desa Manuaba.Pertama, murdha memiliki fungsi sebagai penghias atap bangunan. Dengan adanya murdha pada atap, bangunan akan terlihat lebi bagus karena hiasan murdha memiliki motif. Kedua, murdha memiliki fungsi sebagai penguat atap bangunan.Selain fungsi, murdha juga memiliki nilai magis.Beberapa murdha memiliki simbol yang mencirikan suatu pemujaan pada dewa.Oleh sebab itu, murdha dikaitkan dengan ajaran tantrayana, yang artinya disetiap murdha ada pemuja roh atau dewa yang berbeda. Perkembangan kerajinan murdha di Desa Manuaba tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas murdha, akan tetapi juga perkembangan bentuk, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil kreatifitas dan perkembangan bentuk yang baru.Dilihat dari segi fungsi, kehadiran seni murdha di Desa Manuaba umumnya sebagai hiasan pada atap sanggah tetapi ada juga yang dipakai pada atap rumah dan hiasan pada pagar rumah. Bentuk murdha yang dibuat oleh masyarakat di Desa Manuaba sudah mengalami perkembngan, bentuk yang dulu biasanya jarang menggunakan motif kekarangan namun sekarang pengerajin murdha di Desa Manuaba cenderung menggunakan motif kekarangan dan bunbunan seperti karang gajah, karang goak, karang tapel. Dari segi bahan murdha yang dihasilkan oleh masyarakat setempat sudah berbeda dri yang dulu biasanya menggunakan tanah liat dan paras, namun sekarang sudah menggunakan mill dan semen yang didalamnya berikan rangka besi dan kawat agar tidak mudah patah atau rusak.
Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Pembuatan Murdha Oleh Poleng Murdha, Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar Dalam pembuatan murdha, menggunakan beberapa alat dan bahan.Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut. Bahan Mill
Gambar 1 Mill (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Semen
Gambar 2 Semen (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Air .
Gambar 3Air (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Cat genteng
Gambar 4Cat Genteng (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Cat prada
Gambar 5Cat Prada (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Cat Finising
Gambar 6 Cat Finising (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Palet
Gambar 8Palet (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Sidi
Gambar 9Sidi (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Kuas
Gambar 4.4 Kuas (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Ember.
Alat Pisau
Gambar 4.5 Ember (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Gambar 7Pisau (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Besi
Ampas
Gambar 4.6 Besi (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Kawat
Gambar 4.10 Amplas (foto oleh : Gede Koi Sanda) Gregaji Besi
Gambar 4.7 Kawat (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Kayu
Gambar 4.11 Gregaji Besi (foto oleh : Gede Koi Sanda) Motif Dan Proses Pembuatan Kerajinan Murdha Di Desa Manuaba Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar
Gambar 4.8 Kayu (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Gunting
Gambar 4.9 Gunting (foto oleh : Gede Koi Sanda)
Motif Hias Atau Ornamen Di Indonesia ornamen lebih sering disebut sebagai motif hias. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dijelaskan bahwa, motif hias adalah suatu pola atau corak hiasan yang terungkap sebagai ekspresi jiwa manusia terhadap keindahan atau pemenuhan kebutuhan lain yang bersifat budaya. Hal ini terwujud dalam kehidupan masyarakat sederhana maupun masyarakat modern.Motif hias pada karya seni Nusantara sangat beragam jenisnya.Ada yang berupa motif geometris, motif binatang, motif yang menampilkan tubuh manusia, dan motif tumbuhan.Motif tumbuhan pada motif hias dapat berupa motif sekuntum bunga, sehelai daun, dan setangkai bunga lengkap dengan daunnya atau tumbuhan yang merambat.Beragam jenis motif hias ini memiliki fungsi menghias bidang kosong pada karya seni rupa dan fungsi simbolis yang mengandung suatu makna tertentu, sesuai dengan kepercayaan pembuatnya.
Proses Pembuatan Kerangka Prose pertama dalam pembuatan murdha adalah mengetahui ukuran yang akan dibuat proses pengukuran pertama yaitu pada kotak bagian dasar dari murdha tersebut. Misalnya, murdha yang akan dibuat berukuran 30x30 jadi, proses pertama yaitu memotong besi rangka sesuai ukuran dasar yaitu 30x30 sampai membentuk persegi atau kotak untuk lebar dari bangunan dasar murdha menyesuaikan. Setelah bentuk persegi pada dasar murdha itu jadi, kemudian buat bentuk pada bagian atas dari murdha tersebut yang tinggi dan lebarnya disesuaikan agar terlihat rapi.
Gambar 4.19 Kerangka Dasar (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Proses Pengadonan Bahan Dan Penorehan Ketika semua rangka sudah terisi kawat jaring, selanjutnya adonan dibuat untuk ditempel pada rangka dan untuk motif.Adonan pada pembuatan motif hanya dicampur dengan menggunakan semen, mill dan air.Takaran yang digunakan oleh pengerajin yaitu 5.2 (mill 5 dan semen 2).Akan tetapi, tanpa takaran seperti itupun adonan yang dibuat oleh pengerajin sudah pas.Karena mereka sudah sering melakukan pekerjaan ini.
Gambar 4.21 Campuran semen dan mill yang sudah jadi (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Selanjutnya merupakan proses pembuatan motif. Pada bangian dasar yang berbentuk persegi yang berisikan motif masmasan mengelilingi persegi tersebut agar terlihat rapi makan diukur dan di bagi agar bentuk dan ukuran motif mas-masan terlihat bagus dan rapi.Setelah motif pada bagian dasar murdha tersebut jadi, kemudian dibuat bagian selanjutnya yang berisikan motif patra mesir dan karang gajah. Dalam pembuatan patra mesir sama halnya dengan proses pembuatan motif mas-masan pada bagian dasar yang awalnya diukur kemudian di bagi agar terlihat rapi dan bagus. Pembuatan motif karang gajah disini sangat memerlukan skill karena selain bentuknya yang sedikit rumit dan memerlukan kecepatan tangan.Kecepatan tangan disini digunakan karena dilihat dari bahan yang mempunyai sifat cepat kering. Dalam proses pembuatannya yaitu dengan mencampurkan semen dan mill pada rangka persegi dengan cara sedikit demi sedikit dengan diimbangi membentuk pola dasar dari karang gajah tersebut. Setelah adonan menempel pada rangka kemudian ditaburi sedikit semen agar lebih kuat. Setelah adonan menjadi setengah kering kemudian, dibuat dibuat bentuk dari karang gajah tersebut dari belalai, mata, pipi, gigi dan hiasan pada alis dan pinggiran pada pipinya. Sama juga halnya pada bagian pojokan yang lainnya karena berbentuk persegi jadinya berisi 4 karang gajah.Setelah terbentuk karang gajah tersebut lalu dipoles menggunakan kuas yang diberi atau dicelupkan kedalam air terlebih dahulu agar bersih dan halus.Setelah bagian kedua dibuat kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bagian ketiga yang diberikan motif karang goak. Patra punggel dan mas-masan dalam pembuatan motif karang goak sama halnya dalam proses pembuatan karang gajah yang menempelkan adonan pada rangka dan juga dalam pembuatan motif patra punggel dan mas-masan.Setelah motif tersebut selesai, tidak lupa untuk dipolesi kuas yang terlebih dahulu telah dicelupkan kedalam air. Kemudian setelah semua bagian selesai, ketiga bagian tersebut disususn menjadi satu bagian sehingga jadilah sebuah murdha. Adapun beberapa jenis murdha yang memiliki motif yang berbeda-beda diantaranya murdha bajra, murdha tirta, murda kususma dan murdha bantala.
Pewarisan Kerajinan Murdha Di Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar
Gambar 4.23 Proses Penorehan Dalam Pembuatan Motif (Foto oleh: Gede Koi Sanda) Proses Finising Proses selanjutnya setelah bagian murdha selesai, kemudian proses yang dilakukan yaitu proses pengeringan dengan cara dijemur minimal satu hari Setelah murdha itu kering, kemudian proses pengamplasan di kerjakan agar murdha yang dihasilkan menjadi halus dan bersih sebelum masuk dalam proses pengecatan. Dalam proses pengecatan adapun tahapannya yaitu: (1) mengecat dasar murdha tersebut. Ada beberapa macam cat yang digunakan dan kebanyakan konsumen yang memesan atau memilih warna.Tetapi, warna yang dominan dipilih oleh konsumen adalah warna merah.Tetapi, ada juga konsumen yang memesan warna, dengan warna dasar cokelat atau hitam. (2) setelah murdha diberi warna dasar,barulah proses selanjutnya yaitu memberi warna mas (prada) pada motif-motif tertentu agar terlihat indah saat dipasang pada bangunan atau atap-atap pada pura. (3) tahap terakhir pada proses pengerjaan murdha tersebut yaitu memberi cat clear glos agar terlihat lebih mengkilat.
Gambar 4.32 Aplikas Pemasangan Pada Atat Sanggah Di Pura (Foto oleh: Gede Koi Sanda)
Seni murdha menjadi salah satu seni yang diwariskan untuk menghindari terjadinya kepunahan.Sistem pewarisannya dilakukan secara menurun kepada anaknya. Anak mereka dijadikan pewaris karena seniman akan memberikan hak usaha kepada anaknya. Seorang anak diberikan tanggung jawab untuk mengurus usaha ketika seniman sudah tidak bisa melakukan pekerjaan.Anak pada sistem pewarisan ini dijadikan sebagai siswa yang memiliki bakat dan keinginan untuk mewarisi usaha orang tuanya.Bakat anak tersebut didapat dari garis keturunan dan pengaruh oleh lingkungan.Pengaruh lingkungan berupa adanya kegiatan seni disekitaran rumah pewaris. Sistem pewarisan Seni Murdha di Desa Manuaba tidak hanya diwariskan kepada anak, pemuda sekitar juga menjadi sasaran pewaris.Pemuda yang ada di Desa Manuaba dijadikan pewaris karena seniman murdha menginginkan seni tidak hanya berkembang sebatan keluarga saja.Dengan mengajarkan kepada pemuda sekitar, diharapkan Seni Murdha menjadi cirri khas sebuah wilayah khususnya Desa Manuaba.Selain menjadi ciri khas wilayah, pemuda di Desa Manuaba diajarkan Seni Murdha karena melihat situasi yang ada. Jika Seni Murdha diajarkan kepada pemuda disekitar, pengajaran akan dapat dengan mudah dilakukan. Kemudahan dapat dilihat dari tempat pemuda tinggal dengan tempat produksi murdha. Jarak yang semakin dekat akan lebih mudah melakukan koordinasi, sedangkan jarak yang lebih jauh akan lebih sulit melakukan komunikasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya mengenai kerajinan seni murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar, maka dapat disimpulkan berbagai hal sebagai berikut: (1) Masyarakat Bali memiliki kreativitas dan jiwa seni yang tinggi. Dibuktikan dengan adanya berbagai macam kerajinan dan kesenian salah satunya di Desa Manuaba,Tegalalang,Gianyar ada kesenian yang ditekuni oleh masyarakat setempat misalnya murdha. (2) kerajinan merupakan usaha manusia yang merupakan hasil berkesenian yang dikerjakan dengan keterampilan tangan, ketekunan, kemampuan, daya cipta yang menghasilkan barang sebagai hiasan yang mempunyai nilai keindahan sehingga memberikan kepuasan lahir dan batin. (3) Alat dan bahan yang dipakai dalam pembuatan kerajinan murdha , meliputi dua macam alat pokok yaitu alat pembuatan bahan baku dan alat untuk menghias. Alat tersebut antara lain a) pembuat bahan baku : semen, mill, kawat ikat, kawat jarring dan air sedangkan alat untuk menghias adalah pisau, tang, gergaji besi, ember, kuas dan saringan tepung. (4) Proses pembuatan kerajinan murdha di Desa Manuaba,Tegalalang,Gianyar diawali dengan mempersiapkan bahan baku, kemudian dilanjutkan dengan proses pengukuran bagian pertama dan setelah proses pengukuran bagian awal selesai dilanjutkan dengan membuat bagian bentuk pada atas murdha
dan kemudian rangka yang sudah dibentuk diberikan kawat jarring yang berfungsi agar menempelnya adonan semen dan mill. Selanjutnya membuat adonan untuk ditempel pada rangka untuk membuat motif murdha dan selanjutnya proses pencampuran adonan dan dilanjutkan dengan proses pembuatan motif. Setelah proses pembuatan motif selesai dilanjutkan dengan proses pengeringan, pengamplasan dan terakhir proses pengecatan. Saran Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disarankan : (1) Dalam melestarikan dan menumbuhkembangkan kerajinan murdha di Desa Manuaba, Tegalalang, Gianyar. Diharapkan peran serta pemerintah melalui instansi terkait memberikan pembinaan pada para perajin khususnya dalam bidang permodalan dan pemasaran kerajinan yang dihasilkan. (2) Guna mendokumentasikan beragam bentuk yang pernah dihasilkan, diharapkan juga perajin menggali kembali bentuk-bentuk yang lama, agar tidak mengalami kepunahan, sehingga masih bisa dikenal oleh generasi berikutnya yang akan meneruskan kerajinan murdha ini. (3) Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengangkat seni kerajinan murdha diharapkan untuk menambahkan aspek pemasaran dan menejemen produksi agar penelitian yang dihasilkan juga menyentuh kepersoalan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. ProsedurPenelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ensiklopedi Nasional Indonesia.1990. Jilid 10 Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. Gelebet, I Nyoman, dkk. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Gatot Budiyanto, Wahyu, dkk. 2008. Kriya Keramik. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Herawari, Ida Siti dan Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Latifah, Diah & Sulastianto Harry.1994 : Pendidikan Seni 1. Bandung : Ganeca Exact Bandung. Raka Yudi Pratama Putra, AA. 2012. Senihias ‘TutulAborigin’ Di Pengosekan,Ubud,Gianyar,Skripsi ( tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan
Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Rohidi, Rohendi. 2006. PsikolohiPendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda. Sugono, Dendy. dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suryabratha, Sumadi. 1983. MetodelogiPenelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Suryahadi, 2008.Jenis dan Fungsi Logam.http://www.softilmu.com/2013/0 4/jenis-dan-kegunaan-logam.htmldiakses pada tanggal 29 Maret 2016 Pukul 20.12
Susanto, Mikke. 2011. DiksiRupakumpulanistilahdangerakan senirupa.