KERAJINAN DREAM CATCHER (PENANGKAP MIMPI) DI KAMPUNG BUGIS, TUBAN, BALI I Gusti Ayu Komala Dewi, I Ketut Sudita, Langen Bronto Sutrisno. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected].
[email protected]}
Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui keunikan kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali. Tujuan untuk mengetahui tentang (1) Bahan dan alat (2) Proses pembuatan dan (3) Nilai estetik. Manfaat penelitian ini bagi lembaga sebagai literatur kepustakaan, sedangkan masyarakat, dan peneliti untuk mengetahui kerajinan dream catcher. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bahan dan alat meliputi; bahan, antara lain: potongan pipa paralon, benang nylon, kain suede, manik-manik, rakota, manik tulang, manik kulit kerang, lem, bulu. Sedangkan alat meliputi gunting, cutter, penggaris, dan korek gas. (2) Proses pembuatan kerajinan dream catcher meliputi penyiapan bahan dan alat, proses pelilitan benang pada potongan pipa paralon, pembuatan jaring, pemasangan manik atau rakota, pemasangan benang untuk rumbai, proses perekatan, penghiasan, dan pemberian label. (3) nilai estetik yang terdapat pada kerajinan dream catcher meliputi bentuk, ukuran, desain, warna, hiasan, dan pola yang digunakan di dalam pembuatannya. Terdapat jenis hiasan tambahan berupa manik kaca yang digunakan pada beberapa kerajinan dream catcher. Bentuk dream catcher lebih banyak menggunakan bentuk geometris berupa lingkaran dengan berbagai macam ukuran, hiasan berupa manikmanik dan bulu ayam berwarna warni yang membuat kerajinan dream catcher semakin diminati di pasaran. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahan dan alat, proses pembuatan serta nilai estetik yang terdapat pada kerajinan dream catcher. Kata Kunci: kerajinan, Dream Catcher, makrame. Abstract This study aims to find out about (1) Materials and equipment used in the manufacture of craft Dream Catcher at Bugis village, Tuban, Bali. (2) The process of making Dream Catcher at Bugis village, Tuban, Bali. (3) The value of the aesthetic process of making craft Dream Catcher at Bugis village, Tuban, Bali. This research is a qualitative descriptive study, the overall population in the place is the subject of research studies. Data collection techniques used were observation, interview, and documentation. The results showed that (1) Materials and equipment used in the manufacture process of making dream catcher covering materials include: pieces of PVC pipe, nylon, suede fabric, beads, rakota, bone beads, seashell beads, glue, feathers . While tools include scissors, cutter, ruler, and a gas lighter. (2) The process of making dream catcher includes the preparation of materials and tools, processes this research threads on the pipe pieces, making nets, beads or rakota installation, mounting thread for tufting, gluing process, decking, and labeling. (3) aesthetic value contained in the dream catcher includes shape, size, design, color, decoration, and patterns used in its manufacture. There is a kind of extra decoration in the form of glass beads used in some dream catcher. Dream catcher shape more use of geometric shapes such as circles of various sizes, adorned with beads and colorful feathers that make dream catcher increasingly in demand in the market. Keywords: craft, dream catcher, makrame.
PENDAHULUAN Pulau Bali merupakan pulau yang indah dan kaya akan pesona alamnya, sehingga memiliki daya tarik tersendiri di mata dunia. Selain kaya akan pesona alamnya, pulau Bali juga tidak perlu dipertanyakan lagi mengenai eksistensi seni, budaya, dan pariwisatanya di Indonesia, bahkan dunia. Kesenian dan kerajinan yang ada tidak hanya dijadikan kesenian semata, melainkan dapat menjadi benda bernilai jual tinggi yang kaya akan nilai seninya. Hampir di setiap daerah yang ada di pulau Bali terdapat pengrajin yang mampu menghasilkan benda seni bernilai jual tinggi. Kemampuan masyarakat pulau Bali dalam mengolah bahan menjadi sesuatu yang bernilai seni sekaligus bernilai jual tinggi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Nilai jual karya seni mampu meningkatkan perekonomian pengrajin di Bali. Kemampuan mengembangkan benda-benda seni menjadi benda fungsional juga menunjukkan bahwa potensi SDM dapat diperhitungkan. Benda fungsional dan asesoris didesain dengan pengambilan unsur–unsur benda yang disakralkan kemudian diolah kembali bentuknya dengan menambahkan pernak pernik dan menghilangkan nilai magisnya. Kerajinan mengolah benda-benda seni terdapat di kampung Bugis yang berada di pesisir selatan pulau Bali, tepatnya berada di daerah Tuban Kabupaten Badung Bali. Di kampung Bugis ini terdapat industri rumahan yang membuat kerajinan dream catcher. Sebagian besar pekerja pada industri ini adalah masyarakat yang ada di kampung Bugis itu sendiri yang sudah menekuni sejak puluhan tahun lalu. Pengrajin utama industri ini adalah masyarakat suku Madura yang telah lama menetap di daerah ini.
Dream catcher adalah seni dan kerajinan penduduk asli Amerika yang dalam mitologinya dipercaya mampu menangkap mimpi buruk. Kepala suku Woodland (suku asli Amerika) meyakini bahwa dream catcher telah menangkap mimpi buruk anaknya yang dialami saat demam (Oberholtzer, 2012).
pembuatan kerajinan dream catcher di kampung Bugis berawal dari turis asing Amerika bersuku Indian yang datang ke Indonesia puluhan tahun lalu. Turis tersebut meminta beberapa warga suku Madura untuk membuat beberapa benda yang disebut sebagai dream catcher. Tujuan dibuatnya benda tersebut nantinya akan dibawa lagi oleh suku Indian kembali ke negaranya dan dijadikan benda sakral. Namun masyarakat di kampung Bugis merasa adanya peluang di dalam pengembangan kerajinan dream catcher menjadi benda yang bernilai seni dan memiliki nilai jual yang baik di pasaran, meskipun menghilangkan unsur spiritual yang terkandung di dalam dream catcher tersebut. Kini dream catcher hanya dijual sebagai benda hiasan atau asesoris yang dapat dijumpai di pasaran yang ada hampir di setiap wilayah pulau Bali (Wawancara dengan Gusti Saina, pada tanggal 02 februari 2014). Sejarah
Kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali dibuat dengan menggunakan berbagai alat dan bahan, alat yang digunakan antara lain : gunting, cutter, penggaris, dan korek gas. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain: pipa paralon, benang nylon, kain suede, manikmanik, rakota, manik tulang serta penambahan kulit kerang yang membuat kerajinan dream catcher berbeda dengan dream catcher pada umumnya. Proses pembuatan kerajinan dream catcher lebih banyak menggunakan keterampilan tangan dengan memanfaatkan alat-alat sederhana. Kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali juga memiliki keunikan yaitu pada susunan bentuk dan kombinasi warnanya. Pada warna lebih menonjolkan penggunaan perpaduan warna-warna ringan dan terang. Pada susunan hiasan memiliki karakteristik yang berbeda dari daerah lain berupa penambahan manik kulit kerang sebagai pengganti bulu. Dari beberapa keunikan kerajinan dream catcher tersebut membuat penulis tertarik untuk mengetahui tentang alat dan bahan, proses pembuatan, serta nilai estetik yang
terdapat pada kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali.
METODE Ditinjau dari tujuan, penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bermaksud untuk menjabarkan (deskriftif) mengenai situasisituasi atau kejadian-kejadian” (suryabrata, 1983: 19). Wignjosoebroto (1994:16) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berakar pada simbolisme yang melihat realitas sosial sebagai jaringan makna yang terinterpretasi melalui berbagai simbol cultural. Dalam persektif aliran ini objek kajian sosial dan kemanusiaan bukan sebatas penampakannya didalam indrawi, melaikan lebih menyelinap ke berbagai hal yang terkandung didalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan dream catcher (penangkap mimpi) di kampung Bugis, Tuban, Bali, yaitu: potongan pipa paralon dengan berbagai ukuran, benang nylon, kain suede, manikmanik, lem, manik tulang, manik kerang, dan bulu ayam. Berikut adalah bahanbahan yang digunakan dalam membuat kerajinan dream catcher. 1. Potongan Pipa Paralon Potongan pipa paralon merupakan media pokok sebagai kerangka dasar yang akan dihias sedemikian rupa dan menghasilkan bentuk dan jenis yang menarik. 2. Benang Jenis benang yang digunakan dalam kerajinan dream catcher yaitu benang nylon. Benang nylon digunakan untuk membalut potongan pipa paralon, membuat pola jaring yang terdapat dalam lingkaran. Penggunaan benang nylon ini adalah karena seratnya yang elastis.
3. Kain Suede Kain suede merupakan jenis kain yang terbuat dari kulit bagian dalam yang telah disamak, kain ini biasanya berwarna cokelat. Kain suede digunakan sebagai bahan pendukung untuk membalut potongan pipa paralon dan sebagai hiasan pengganti jaring yang terdapat di dalam lingkaran potongan pipa paralon. 4. Manik-Manik Manik-manik merupakan benda yang terbuat dari plastik berbentuk bulat yang beraneka ragam warna dan biasanya digunakan sebagai hiasan pada bagian rumbai untuk menambah nilai estetik kerajinan dream catcher. Manik-manik merupakan bahan pendukung yang biasanya diletakkan pada bagian tengah jaring dan diletakkan sebagai hiasan dalam gantungan yang menjuntai sehingga menjadi salah satu unsur penambah kreasi dalam kerajinan Dream catcher (Penangkap mimpi) di kampung Bugis, Tuban, Bali. 5. Rakota Nama rakota diambil dari istilah tera kota (benda yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan kemudian diberi cat). Rakota adalah media yang memiliki fungsi hampir sama dengan manik-manik yakni sebagai penambah unsur hiasan yang terdapat dalam kerajiana dream catcher. Bahan utama pembuatan rakota adalah tanah liat yang dibetuk menyerupai butiran kelereng yang berukuran seperti biji kacang tanah yang dikeringkan kemudian dicat berwarna hitam. Rakota digunakan pada bagian inti jaring serta pada bagian rumbai. Manik Tulang Manik tulang merupakan media hiasan pendukung dalam kerajinan dream catcher. Manik ini terbuat dari tulang sapi yang dibentuk menyerupai sedotan, yang di tengahnya terdapat lubang agar benang dapat masuk ke dalamnya agar nantinya bisa dijalin dan dikreasikan menjadi desaindesain dream catcher yang unik. Tulang ini memiliki ukuran panjang berkisar 1 – 2 cm dengan besar hampir sama dengan sedotan minuman. Tulang ini memiliki warna alami yakni berwarna putih tulang, manik tulang ini disusun sebagai hiasan dengan berbagai macam jumlah yang
disesuaikan sesuai pengrajin.
minat dan selera
6. Manik Kulit Kerang Selain manik tulang, dalam pembuatan kerajinan dream catcher juga menggunakan manik kulit kerang. Manik kulit kerang adalah salah satu bahan yang menunjang keindahan kerajinan dream catcher. bentuknya yang sederhana dengan warna yang dapat disesuaikan menjadikan kulit kerang ini menjadi pilihan dalam penambahan hiasan dream catcher.
Tuban, Bali, seperti : gunting, cutter, penggaris, dan korek gas 1. Gunting Gunting merupakan alat yang sangat sederhana namun memiliki fungsi yang sangat penting di dalam pembuatan kerajinan dream catcher, yaitu sebagai alat pemotong benang ataupun kain suede serta untuk merapikan bulu-bulu ayam sebelum dirangkai menjadi hiasan kerajinan dream catcher. Gunting yang biasa digunakan adalah jenis gunting kain. 2.
7. Lem Lem adalah bahan lengket (bentuk cairan) yang dapat merekatkan 2 benda atau lebih. Lem yang digunakan dalam pembuatan kerajina dream catcher adalah lem fox, yaitu lem yang berfungsi untuk merekatkan suatu benda yang memiliki serat seperti benang atau kain. Fungsi dari lem ini juga dapat merekatkan benda-benda yang memiliki bahan dasar yang terbuat dari kayu. Pemilihan lem ini adalah karena daya rekatnya pada kayu, benang dan benda serat lainnya sangat baik. Lem fox tidak mudah kering apabila dibiarkan terbuka dalam jangka waktu yang cukup lama namun akan mudah merekat pada benda-benda tertentu. 8. Bulu Bulu yang menjadi bahan dalam menunjang keunikan dan menjadi hiasan pembuatan kerajinan dream catcher umumnya adalah bulu ayam, Pemilihan bulu ayam ini merupakan media yang memiliki fungsi sangat penting dalam pembuatan kerajinan dream catcher. Adapun bulu ayam yang digunakan adalah bulu ayam dengan berbagai macam ukuran dan warna yang mencolok yang bila dikreasikan hasilnya akan menjadi sebuah produk kriya yang cantik sehingga diminati banyak orang umumnya anak muda. Pemberian warna pada bulu ayam ini adalah sudah melalui proses pewarnaan yang telah dijual oleh distributor-distributor penyedia bulu yang di datangkan dari Pulau Jawa. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengerjaan kerajinan dream catcher (penangkap mimpi) di kampung Bugis,
Cutter Cutter memiliki fungsi sebagai alat
untuk merapikan potongan-potongan pipa paralon. Cutter merupakan alat lain yang fungsinya hampir sama dengan gunting yaikni sebagai alat pemotong. Penggunaan cutter adalah untuk memotong bendabenda keras yang tidak dapat dipotong menggunakan gunting kain contohnya untuk memotong atau merapikan lingkaran potongan pipa paralon yang dapat merusak bahan kerajinan dream catcher. 3.
Penggaris Penggaris memiliki fungsi sebagai alat pengukur besar diameter lingkaran potongan pipa paralon serta untuk mengetahui ukuran panjang keseluruhan dari kerajinan dream catcher. Penggaris yang biasa digunakan untuk mengukur kerajinan Dream catcher adalah penggaris besi yang memiliki panjang hingga 60cm. 4.
Korek Gas Korek gas memiliki fungsi sebagai alat untuk merapikan sisa-sisa potongan serat nylon yang tersisa saat pemotongan benang nylon dilakukan pada kerajinan dream catcher. Dalam proses pengerjaan kerajinan
dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali menggunakan beberapa tahapan, diantaranya: 1. Menyiapkan bahan dan alat, 2. Membalut potongan pipa paralon dengan benang nylon, 3. Membuat jaring pada bagian tengah Dream catcher, 4. Memasang rakota pada bagian tengah jaring Dream catcher, 5. Memasang hiasan bulu/kerang/tulang, 6. Proses pemasangan lebel. Berikut diuraikan masing-masing proses tersebut
1.
Penyiapan Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan Dream catcher di Kampung Bugis, Tuban, Bali adalah potongan pipa paralon, benang nylon, kain suede, manik-manik, rakota, manik tulang, manik kulit kerang, lem dan bulu ayam. Sedangkan alat yang digunakan adalah gunting, cutter, penggaris, dan korek gas. Bahan dan alat dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 1. Bahan dan Alat 2.
Pelilitan benang nylon Langkah pertama yang dilakukan adalah melilitkan benang nylon atau kain suede pada potongan pipa paralon, ini bertujuan untuk menutup permukaan pipa paralon agar mempercantik tampilan lingkaran dream catcher. Pembalutan dilakukan secara berulang-ulang dengan simpul kordon mengikuti arah jarum.
dengan kencang dan rapi, untuk merapikan serat tipis-tipis dari sisa potongan benang nylon yang digunakan untuk memasukkan manic atau rakota bisa menggunakan korek gas, korek gas berfungsi untuk merapikan bagianbagian serat benang nylon yang sekiranya menjadikan tampilan kerajinan dream catcher tidak menarik. 4.
Proses Pemasangan Rumbai Proses pemasangan benang untuk rumbai dilakukan setelah proses pesangan rakota selesai. Benang yang digunakan masih menggunakan benang nylon atau dapat menggantinya dengan kain suede atau juga mengganti warna benang dengan warna yang dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. Dalam proses memasang benang terdapat simpul sederhana yang dapat digunakan agar benang nantinya tidah mudah lepas. Proses pemasangan benang ini tidak lepas dari teknik makrame dengan menggunakan simpul sederhana yaitu simpul larks head. Penggunaan simpul ini bertujuan untuk menghasilkan dua juntaian benang yang ukuran panjang pendeknya bisa disesuaikan dengan keinginan. 5.
Proses Perekatan Proses perekatan ini bertujuan untuk merekatkan bagian-bagian yang satu dengan bagian yang lainnya pada benang, perekatan bulu ayam atau manik-manik ini menggunakan lem fox agar bisa menempel di benang dengan sempurna. 6.
3.
Pemasangan Rakota
Kemudian proses pemasangan manik/rakota dapat dilakukan dengan memasukkan rakota yang telah memiliki lubang ke dalam sisa benang nylon yang sengaja dibiarkan tersisa beberapa sentimeter yang digunakan dalam proses penjaringan. Setelah manik/rakota dimasukkan ke dalam benang nylon dan menempati ruang kosong yang ada pada bagian tengah jaring, setelah menempati posisinya kemudian diikat dengan sisa benang pada tengah jaring lalu benang dipotong
Proses Menghias Proses penghiasan dilakukan sebagai salah satu hal terpenting, dimana salah satunya adalah untuk memberi nilai keindahan di dalam kerajinan dream catcher. Proses penghiasan dapat dilakukan setelah proses pembalutan potongan pipa paralon, penjaringan dan proses pemasangan benang nylon dilakukan. Pemasangan hiasan merupakan salah satu proses yang bisa dikatakan hampir selesai. Proses menghias juga dilakukan dengan cara memberi manikmanik serta menambahkan bulu pada bagian akhir dari proses pembuatan dream catcher. Proses menghias juga bisa
dilakukan dengan menambahkan unsur lain yang mampu menambah daya tarik seperti mengganti bulu ayam dengan manik kulit kerang atau manik tulang. Proses penghiasan ini dikreasikan dengan berbagai macam desain yang terus berkembang dan dikembangkan oleh para pengrajin agar memiliki ciri-ciri yang berbeda antara kerajinan dream catcher dengan kerajinan atau produk kriya yang lainnya. 7. Proses Pelebelan Proses pemberian label merupakan proses akhir dalam kerajinan dream catcher. Pemberian label dilakukan sebagai bentuk akhir bahwa kerajinan siap dikemas dan siap dipasarkan. Kerajinan dream catcher di Kampung Bugis, Tuban, Bali menghasilkan suatu nilai estetik yang berbeda-beda, yang ditinjau dari bentuk, jenis, bahan yang digunakan, ragam hias manik-manik yang dipilih dan warna-warna yang beraneka ragam serta fungsinya di dalam kehidupan sehari-hari. Nilai estetik itu sendiri tidak terlepas daripada proses pengembangan desain-desain yang cantik yang dihasilkan oleh para pengrajin. 1) Dream catcher Susun Tiga
ukuran diameter lingkaran 16 cm. Pada susunan yang kedua yaitu lingkaran yang lebih kecil dengan ukuran diameter lingkaran 9 cm. Pada susunan terakhir yaitu lingkaran terkecil dengan ukuran diameter lingkaran 6 cm. Jarak antar lingkaran adalah 2 cm. Adapun panjang keseluruhan dream Catcher susun tiga adalah 57 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran Dream Cacther adalah kain suede dengan warna biru tua, bahan yang digunakan untuk membuat jaring adalah benang nylon berwarna hitam, menggunakan rakota berwarna hitam, serta dihiasi bulu ayam berwarna hitam dan putih bercampur cokelat. Jumlah rumbai bulu ayam yang dipasang adalah 4 helai pada lingkaran paling besar, 4 helai pada lingkaran sedang, dan 6 helai pada lingkaran paling kecil. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher susun tiga adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring labalaba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran. Fungsi dream catcher ini adalah sebagai hiasan ataupun gantungan yang dapat diletakkan di dinding atau di depan pintu kamar agar tempat yang digantungi dream catcher ini memiliki daya tariknya tersendiri. 2)
Dream Catcher dengan Satu Lingkaran Besar dan Empat lingkaran Kecil
Gambar 2. Dream Catcher Susun Tiga
Dream catcher susun tiga merupakan Dream Catcher yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran, dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Paduan kontras tersebut merupakan susunan tiga lingkaran yang disusun vertikal, lingkaran paling besar diletakkan di paling atas dengan
Gambar 3. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran Besar dan Empat lingkaran Kecil Dream catcher satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (I) merupakan dream catcher yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Paduan kontras tersebut disusun atas dua buah lingkaran kecil yang disusun horizontal dan dua buah lingkaran kecil
yang disusun vertikal sejajar dengan lingkaran besar. Lingkaran paling besar merupakan inti dari dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 30 cm serta 4 lingkaran kecil sebagai pelengkap yang diletakkan di sisi kanan, kiri dan bawah lingkaran memiliki diameter lingkaran 6 cm. Jarak antar lingkaran besar dan kecil hanya dipisahkan oleh rakota. Panjang hiasan bulu adalah 15 cm. Adapun panjang keseluruhan dream catcher adalah 58 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah kain suede dengan warna biru langit, bahan yang digunakan untuk membuat jaring adalah benang nylon berwarna cokelat, menggunakan rakota berwarna hitam, serta dihiasi bulu ayam berwarna hitam dan putih. Jumlah rumbai bulu ayam yang dipasang adalah 6 buah pada lingkaran kecil di tiap sisi kiri dan kanan dan 8 buah pada lingkaran kecil yang terletak di bawah lingkaran besar. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (I) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring labalaba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran.
Gambar 4. satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (II) Dream catcher satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (II) merupakan dream catcher yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda sekaligus merupakan pola paduan kontras karena warna dimana warna yang digunakan adalah tidak selaras (berbeda). Paduan kontras tersebut disusun atas dua buah lingkaran kecil yang disusun horizontal dan dua buah lingkaran kecil yang disusun vertikal sejajar dengan
lingkaran besar. Lingkaran paling besar merupakan inti dari dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 16 cm serta 4 lingkaran kecil sebagai pelengkap yang diletakkan di sisi kanan, kiri dan bawah lingkaran memiliki diameter lingkaran 6 cm. Jarak antar lingkaran besar dan kecil hanya dipisahkan oleh rakota. Panjang hiasan bulu adalah 17 cm. Adapun panjang keseluruhan dream catcher lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (II) adalah 45 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah benang nylon dengan berbagai varian warna yaitu, warna biru tua, biru langit, kuning, dan oranye (dilihat searah jarum jam), bahan yang digunakan untuk membuat jaring adalah benang nylon berwarna hitam, menggunakan rakota berwarna hitam, serta dihiasi bulu ayam berwarna warni yang dominan berwarna biru langit dan merah maroon. Jumlah rumbai bulu ayam yang dipasang adalah 12 buah pada lingkaran kecil di tiap sisi kiri dan kanan dan 20 buah pada lingkaran kecil yang terletak di bawah lingkaran besar. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (II) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran.
Gambar 5. Dream catcher satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (III)
Dream catcher satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (III) merupakan dream cacther yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Paduan kontras tersebut disusun atas dua buah lingkaran kecil yang disusun horizontal dan dua buah lingkaran kecil
yang disusun vertikal sejajar dengan lingkaran besar. Lingkaran paling besar merupakan inti dari dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 30 cm serta 4 lingkaran kecil sebagai pelengkap yang diletakkan di sisi kanan, kiri dan bawah lingkaran memiliki diameter lingkaran 6 cm. Jarak antar lingkaran besar dan kecil hanya dipisahkan oleh rakota. Hiasan tidak menggunakan bulu ayam melainkan menggunakan hiasan tambahan yang dikreasikan dengan menggunakan kerang dan manik replica kaca. Panjang manikmanik yang digunakan berkisar 15 cm. Adapun panjang keseluruhan dream cacther adalah 47 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran Dream Cacther adalah benang nylon berwarna oranye, bahan yang digunakan untuk membuat jaring adalah benang nylon berwarna oranye, menggunakan rakota berwarna hitam, serta dihiasi dengan manik replika kaca yang disusun vertikal dan dihiasi oleh kulit kerang berwarna senada dengan lingkaran yaitu warna oranye yang digantung di bawahnya. Simpul yang digunakan pada jaring dream cacther dengan satu lingkaran besar dan empat lingkaran kecil (III) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran. 3) Dream Lingkaran
Catcher
dengan
Satu
Gambar 6. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran
Dream cacther satu lingkaran merupakan dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 12 cm serta dihiasi dengan manik dari tulang sapi yang dibawahnya digantungkan beberapa rumbai bulu sebanyak 12 helai dengan panjang rumbai adalah 17 cm panjang keseluruhan dream catcher adalah 29 cm.
Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah kain suede berwanna cokelat dan mengkreasikan bagian tengahnya dengan menggunakan potongan kain suede yang diikat dengan benang nylon di tiap bagian sisinya yang menghasilkan desain yang unik dan menarik, menggunakan tulang sapi sebagai pengganti manic dan rakota yang disusun vertikal dan diberi hiasan bulu yang tergantung dengan pola laras unsur yang dihadirkankan beda dekat.
Gambar 7. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran (II) Dream Cacther dengan Satu Lingkaran (II) memiliki ukuran diameter lingkaran 6 cm serta dihiasi dengan manik replica kaca yang disusun vertikal dan dibawahnya diberi hiasan pendukung berupa kerang berwarna warni yaitu, oranye, biru dan kuning (dilihat dari kiri ke kanan). Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran Dream Cacther (Penangkap Mimpi) adalah benang nylon berwarna warni yaitu, oranye, merah, ungu, biru langit, biru tua, hijau tua dan kuning (dilihat searah jarum jam) menggunakan rakota berwarna hitam, sedangkan warna benang nylon yang digunakan untuk membuat jaring di tengah lingkaran adalah berwarna kuning. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran (II) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran.
Gambar 8. Dream catcher Satu Lingkaran (III) Dream catcher satu lingkaran (III) memiliki ukuran diameter lingkaran 16 cm yang dibawahnya diberi hiasan pendukung berupa 6 helai bulu ayam berwarna hitam yang menjuntai pada bagian bawahnya. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah benang nylon berwarna hitam, menggunakan rakota berwarna hitam, sedangkan warna benang nylon yang digunakan untuk membuat jaring di tengah lingkaran adalah berwarna cokelat. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran (III) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran.
Gambar 9. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran (IV) Dream catcher satu lingkaran (IV) merupakan dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 16 cm yang dibawahnya diberi hiasan pendukung berupa 14 helai bulu ayam berwarna hitam bercampur putih yang menjuntai pada bagian bawahnya,
serta terdapat jalinan tulang yang dirangkai menggunakan pola susuna yang harmoni yang menjadikannya terlihat sangat berbeda dengan pola dream catcher pada umumnya. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah kain suede berwarna hitam benang, menggunakan manic beraneka warna yang terbuat dari batok kelapa yang berukuran sekitar setengah cm, untuk membuat jaring di tengah lingkaran adalah benang nylon berwarna cokelat. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran (IV) adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran.
Gambar 10. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran (V) Dream catcher Satu Lingkaran (V) merupakan dream catcher memiliki ukuran diameter lingkaran 22 cm yang dibawahnya diberi hiasan pendukung berupa 25 helai bulu ayam dimana dream catcher tersebut menggunakan pola kontras karena warna dimana pada bagian bulu memiliki variasi warna yang berbeda-beda yaitu berwana oranye, biru dan hitam. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah benang nylon. menggunakan rakota berwarna hitam, bahan yang digunakan untuk membuat jaring di tengah lingkaran adalah benang nylon berwarna warni yang digunakan hampir sama dengan warna benang yang digunakan untuk membalut lingkaran. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher dengan satu lingkaran (V)
adalah simpul kordon. Pola jaring menyerupai jaring laba-laba dengan pengulangan formal dimana sisi-sisinya sama dan serupa namun berbeda ukuran
5) Dream Catcher dengan Satu Lingkaran Besar dan Lima lingkaran Kecil
4) Dream Catcher Susun Empat
Gambar 11. Dream Catcher Susn Empat Dream catcher susn empat dream catcher yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Paduan kontras tersebut merupakan susunan empat lingkaran yang disusun vertikal, lingkaran paling besar diletakkan di paling atas dengan ukuran diameter lingkaran 7 cm. Pada susunan yang kedua yaitu lingkaran yang lebih kecil dengan ukuran diameter lingkaran 5 cm. pada susunan yang ketiga yaitu lingkaran yang lebih kecil dengan ukuran diameter lingkarannya 4 cm Pada susunan terakhir yaitu lingkaran terkecil dengan ukuran diameter lingkaran 2 cm. Jarak antar lingkaran adalah 2 cm. Adapun panjang keseluruhan dream catcher adalah 32 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah kain suede dengan warna hijau toska, bahan yang digunakan untuk membuat jaring adalah benang nylon berwarna cokelat, menggunakan rakota berwarna cokelat dan tulang yang disusun vertikal, serta dihiasi bulu dengan dominan warna gelap. Jumlah rumbai bulu ayam yang dipasang adalah 8 helai pada lingkaran teratas, 8 helai pada lingkaran kedua, 8 helai pada lingkaran ketiga dan 4 helai pada lingkaran terbawah. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher susun empat adalah simpul kordon.
Gambar 12. Dream Catcher dengan Satu Lingkaran Besar danLima Lingkaran Kecil Dream catcher satu lingkaran besar dan lima lingkaran kecil merupakan dream catcher yang memiliki pola paduan kontras karena ukuran dimana memiliki bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Paduan kontras tersebut merupakan susunan atas satu buah lingkaran besar dan lima buah lingkaran kecil. Lingkaran paling besar berfungsi sebagai inti dengan ukuran diameter lingkaran 16 cm dan lingkaran kecil dengan ukuran diameter lingkaran 2 cm. Adapun panjang keseluruhan dream catcher adalah 36 cm. Bahan yang digunakan untuk membalut lingkaran dream catcher adalah benang nylon berwarna biru tua, bahan menggunakan manik berwarna hitam, putih dan biru langit, serta dihiasi bulu dengan warna putih bercampur cokelat. Jumlah rumbai bulu ayam yang dipasang adalah 30 helai dimana di tiap lingkaran kecil terdapat 6 helai bulu yang disusun secara vertikal. Simpul yang digunakan pada jaring dream catcher. Dream catcher dengan satu lingkaran besar dan lima lingkaran kecil adalah simpul kordon.. SIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai Kerajinan Dream Catcher (Penangkap Mimpi) di kampung Bugis, Tuban, Bali dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Bahan dan alat kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali yaitu; pipa paralon, benang nylon, kain suede, manik-manik, rakota, manik tulang, manik kulit kerang, lem, bulu ayam yang
berwarna, gunting, cutter, penggaris, korek gas. 2. Proses Pembuatan kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali dibagi menjadi beberapa bagian yaitu dimulai dari; menyiapkan bahan dan alat, melilitkan benang nylon pada pipa paralon, proses pembuatan pola jaring menggunakan simpul dasar makrame, memasang benang untuk rumbai, perekatan, menghias dream catcher, dan yang terakhir adalah pemberian label. 3. Nilai estetika yang terkandung pada kerajinan Dream catcher dapat dilihat dari berbagai jenis model, warna, dan bahan yang digunakan. Pemilihan design, warna, dan bahan yang beraneka ragam membuat kerajinan dream catcher ini nampak begitu indah.
SARAN Meninjau kembali tujuan dan manfaat dari penelitian yang berjudul kerajinan dream catcher (penangkap mimpi) di kampung Bugis, Tuban, Bali maka beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Kerajinan dream catcher di kampung Bugis, Tuban, Bali diharapkan mampu mengembangkan desain menjadi lebih beragam. Bisa juga dengan menambahkan unsur-unsur ornament khas Bali sehingga dream catcher yang ada di Bali memiliki cirri khas tersendiri yang berbeda dengan dream catcher pada umumnya. 2. Bagi masyarakat Bali khususnya kerajinan dream catcher di daerah kampung Bugis, Tuban, Bali hendaknya dijadikan sebagai arsip daerah atas pendokumentasian produk buatan local yang cukup diminati di masa sekarang. 3. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi ilmiah ataupun buku paduan yang membantu pembaca dalam hal-hal yang berkaitan tentang kerajinan dream catcher. 4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis, penelitian ini bisa dikembangkan dengan mengangkat variable-variabel lain yang masih berkaitan dengan kerajinan dream
catcher.
DAFTAR PUSTAKA Anas, Baranul dkk. 2000. Refleksi Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Budiono dkk. 2008a. Kriya Textil Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. . 2008b. Kriya Textil Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. . 2008c. Kriya Textil Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Corbman, Bernard. 1983. Textiles: Fiber to Fabric. New York:McGraw-Hill Book Company. Couto, Nasbabry. 2000. Tinjauan Seni Kriya. Padang: Padang Panjang. Kartika, Dharsono dkk. 2004. Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Narbuko, Cholid dkk. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Ngurah Tara, I Gusti dan Wiguna. 2007 Seni Kerajinan Masa Bali Kuno. Denpasar: Khasanah Arkeologi. Oberholtzer, Cath. 2012. Dream catcher: Legend, Lore, and Artifacts. Canada: Firefly Book. Sachari, Agus. 2009. Seni Desain Teknologi. Bandung: Nova. Soemarjadi, dkk. 1992. Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Suhersono, Hery. 2005 Desain Bordir Motif Fauna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Susanto, Mikke. 2003. Membongkar Seni Rupa. Jogjakarta: Jendela. --------. 2011. Diksi Rupa. Jogjakarta: DiktiArt dan Djagad Art House. Suyanto, Bagong dkk. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Widagdo. 2000. Desain dan Kebudayaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan.