1171
Keragaan pertumbuhan ikan nilem betina ... (Jojo Subagja)
KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILEM BETINA ALL FEMALE HASIL PERSIL ANGAN JANTAN FUNGSIONAL DENGAN BETINA NORMAL Jojo Subagja, Lies Setijaningsih, dan Rudhy Gustiano Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian pengamatan pertumbuhan dan perkembangan gonad dari benih ikan nilem hasil persilang pejantan fungsional dengan betina normal yang menghasilkan anakan semua betina “All female” telah dilakukan di kolam petani di Kecamatan Kemang dan di Instalasi Penelitian Lingkungan Budidaya Cibalagung Bogor, Ikan uji (all female) dipelihara di kolam dengan menggunakan jaring polyetilene, diberi pakan buatan sebanyak 8%, menurun hingga 3%. Pengamatan pertumbuhan dan pengambilan sampel ikan untuk materi histologi dilakukan setiap bulan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan nilem “all female” berkembang dan menghasilkan gonad seperti halnya ikan nilem hasil persilangan normal, Tingkat kematangan gonad sampai akhir percobaan sudah mencapai tingkatan kematangan gonad IV (matang) dengan nilai gonad somatik indeks mencapai 20,2%; serta tidak diketemukan gonad intersex. KATA KUNCI: Osteochilus haseltii, jantan fungsional, all female, gonad normal
PENDAHULUAN Dalam memenuhi penyediaan bahan baku olahan ikan nilem diperlukan produksi ikan nilem yang tinggi dan berkesinambungan serta didukung oleh ketersediaan benih yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya. Kebutuhan benih tersebut akan sangat tergantung pada kecukupan tersedianya induk unggul. Dalam sistem produksi benih akan diperlukan jumlah induk betina yang lebih banyak dibanding ikan jantan. Dengan demikian, strategi penyediaan induk betina menjadi hal yang penting. Selain itu, bila akan dikembangkan ekspor produk olahan yang berbasis telur ikan nilem, tentunya hal ini memerlukan ikan betina petelur dalam jumlah yang sangat besar. Pada umumnya nisbah kelamin jantan dan betina kelompok ikan teleostei yang memiliki nilai komersial perbandingan dihasilkan tidak jauh berbeda dari rasio 50:50 (Zairin, 2004). Produksi ikan betina dapat ditempuh melalui dua pendekatan: cara langsung dengan perlakuan hormonal dan cara tidak langsung yaitu melalui manipulasi genom yang dilanjutkan dengan perlakuan hormon (Pongthana et al., 1999; Sutrisno, 1996). Teknologi produksi betina melalui perlakuan hormonal secara langsung lebih banyak kerugiannya antara lain sukar dikontrol bila diaplikasikan di level petani, dan polutan media yang mengandung hormon berbahaya untuk lingkungan serta reaksi konsumen terhadap penolakan produk yang dihasilkan. Hasil penelitian Subagja et al., 2007, tentang jantanisasi ikan nilem menggunakan hormon derivat testosteron menghasilkan anakan ikan nilem “calon jantan fungsional” dan pada tahun 2008 telah dilakukan uji progeni terhadap populasi calon pejantan fungsional tersebut, hasil penelitian tersebut ternyata hanya diperoleh sebanyak 9 ekor (58%) yang menjadi jantan fungsional dari pengujian progeni sebanyak 19 ekor. Hal tersebut diduga bahwa pada saat pengalihan kelamain (sex reversal) benih hasil persilangan normal kondisi anakan belum homogen akibatnya terjadi variasi dalam merespons hormon, dengan demikian untuk diperoleh hasil yang memuaskan anakan yang akan dilakukan harus dalam kondisi homogamet. Ikan homogamet betina diperoleh dari persilangan ikan jantan fungsional terseleksi (Subagja et al., 2008) dengan ikan betina normal, dan anakannya dilakukan pengalihan kelamin (sex reversal) dan telah terbentuk ikan jantan dengan genetik betina (jantan fungsional), produksi pejantan fungsional secara massal hasilnya dapat di distribusikan ke petani atau UPR dan BBI sebagai langkah awal memproduksi anakan ikan betina dengan tujuan akhirnya untuk produksi telur serta keperluan calon indukan.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
1172
Performa gonad ikan all female belum diketahui, apakah gonad yang diproduksi sama seperti halnya ikan betina hasil persilangan normal, dengan dasar pemikiran ini percobaan ini dilakukan, tujuan percobaan ini untuk mengetahui informasi tentang keragaan perkembangan gonad dari anakan all female (hasil persilangan jantan fungsional dengan betina normal). BAHAN DAN METODE Material penelitian (ikan uji) diperoleh dari produksi massal ikan betina homogamet tahun 2009 (persilangan antara 8 ekor jantan fungsional hasil tahun 2008 secara pool gamet dengan betina normal) benih dipelihara hingga mencapai ukuran dewasa kelamin. Setelah mencapai ukuran dewasa dari sampel populasi dilakukan pengecekan gonad melalui teknik morfometrik dan grafimetrik serta preparat ulas menggunakan aceto charmin. Proses Pemijahan Buatan Ikan betina normal sebanyak 3 ekor yang telah memenuhi kriteria siap pijah, dilakukan penyuntikan dengan ovaprim dosis 0,4-0,5 mL/kg bobot dan ikan jantan dengan dosis 0,2 mL/kg, sebelas jam kemudian dilakukan stripping (pemilinan) ikan jantan terlebih dahulu, sperma yang keluar dikumpulkan dalam wadah/toples plastik volume 20 mL dan dari 8 ekor jantan dilakukan pencampuran (pool colection) setelah itu, semen ditambahkan larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan 1:4 (semen: NaCl), campuran semen disimpan dalam refrigerator pada suhu 4°C-5°C. Kemudian pemilinan ikan betina, telur yang keluar ditampung dalam waskom, semua telur berasal dari ketiga betina digabungkan. Fertilisasi Telur dalam waskom kemudian ditimbang bobotnya, kemudian dilakukan pembuahan dengan campuran sperma yang telah dipersiapkan. Perbandingan fertilisasi setiap 100 g telur dibuahi dengan 10 mL sperma campuran, dilakukan pengadukan menggunakan kuas halus/bulu ayam secara perlahan sehingga semua telur terselimuti oleh campurn sperma, setelah itu, dilakukan aktivasi yaitu dengan menambahkan air bersih sebanyak 1 L, dilakukan pengadukan sampai homogeni selama 1-2 menit, dilakukan juga pencucian untuk membuang sisa-sisa spermatozoa yang mati. Telur hasil pencucian kemudian diinkubasikan ke dalam akuarium ukuran 0,5 m x 0,5 m x 1,0 m, setiap akuarium ditebari telur sebanyak 20 g dan akuarium diberi aerasi. Proses inkubasi sampai dengan telur menetas berlangsung selam 26 jam pada kisaran suhu air 25°C-27°C, setelah telur menetas dilakukan penggantian air untuk membuang sisa cangkang telur dan telur yang tidak menetas. Pemeliharaan Lar va Pemeliharaan larva sampai dengan benih ikan nilem ukuran 2-3 cm dilakukan di dalam ruangan (in door). Pemberian pakan awal berupa nauplii Artemia selama 1 minggu dan pakan lanjutan diberikan Tubifex berlangsung selama 1 minggu, setelah itu pakan alami digantikan dengan pakan buatan berbentuk tepung (pakan starter No. 1), pemberiannya berlangsung sampai ikan mencapai ukuran 23 cm. Ikan yang sudah mencapai ukuran 2-3 cm dilakukan pemanenan dan pemeliharaan dilanjutkan di kolam tanah. Ikan dipelihara menggunakan kolam dengan luasan 50 m 2. Ikan diberi pakan buatan dengan kadar protein kisaran 26%-27% (Djajasewaka et al., 2005). Pakan diberikan sebanyak 3%-5% dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali yaitu pagi hari sekitar pukul 8.00 siang hari pukul 14.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00. Pengamatan Pertumbuhan Bobot Pertumbuhan relatif dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada setiap interval waktu atau perbedaan ukuran pada akhir interval dengan awal interval. Dinyatakan dengan rumus pertumbuhan relatif Effendi (1978). h
W1 - W o W
o
x100%
1173
Keragaan pertumbuhan ikan nilem betina ... (Jojo Subagja)
di mana: h =kecepatan pertumbuhan relatif Wt =bobot akhir interval (g) Wo =bobot awal interval (g)
Pertumbuhan gonad diamati dengan mengukur tingkat perkembangan gonad dibandingkan dengan pertumbuhan bobot badannya sehingga akan diperoleh indeks gonad somatik (IGS) (%). Dirumuskan dalam persamaan berikut: Pengamatan dari parameter IGS dilakukan setiap 1 bulan dari sejumlah sampel masing-masing populasi hasil persilangan, sedangkan pertumbuhan relatif dihitung pada akhir sampling. Pengamatan pertumbuhan gonad dikaji juga melalui metode pengamatan hasil preparasi gonad yang dibuat dari sebagian sampel ikan dengan interval pengambilan sampel sesuai jadwal sampling. Data hasil pengamatan dibuat dalam bentuk tabulasi dan dilakukan analisis deskriptif.
IGS
Bobot gonad x100% Bobot tubuh
Sebagai acuan standar dalam menentukan tingkat perkembangan gonad ikan uji, umum digunakan 5 tahap TKG seperti yang didefinisaikan oleh Suwarno & Effendie (2002) yakni: 1). TKG I (immature, dara); 2). TKG II (developing, dara berkembang); 3). TKG III (maturing/ripening, pematangan); 4). TKG IV (mature/ripe/gravid, matang); 5). TKG V (spent, salin) HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan Pertumbuhan panjang, bobot, dan bobot relatif ikan nilem “All female” hasil persilangan dengan jantan fungsional selama pengamatan tertera pada Tabel 1. Dari perkembangan bobot relatif pada kedua populasi menunjukkan peningkatan yang nyata pada pengamatan bulan September, sementara pertumbuhan panjang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, dengan kondisi demikian menandakan bahwa ikan bertambah gemuk, yang menyebabkan kegemukan tersebut akibat mulai bertambahnya volume gonad, dan terbukti pada sampel ikan yang diambil pada bulan tersebut ovarinya bertambah besar, dan bobotnya meningkat, ditandai dengan semakin besarnya diameter oosit dari uji aceto charmin. Tabel 1. Pertumbuhan panjang, bobot, dan bobot relatif ikan nilem all female dan kontrol selama 6 kali pengamatan Parameter Panjang total (cm) Bobot (g) A Pertumbuhan bobot relatif (%) Panjang total (cm) Bobot (g) B Pertumbuhan bobot relatif (%)
Aw al t eb ar
Bu lan Juni
Juli
Ag u stu s Septemb er
3,3±0,82 5,1±0,78 7,3±0,91 8,9±0,78 1,2±0,05 2,3±0,02 3,5±0,018 6,2±0,02 91.67
52.17
75.00
47.62
No vember
9,6±1,11 11,7±2,12 14,2±2,35 14,6±0,13 18,2±1,78 28,9±2,24
77.14
3,2±1,12 4,9±0,48 7,1±1,21 8,4±0,93 1,2±0,15 2,1±0,32 3,1±2,018 5,6±0,16
Okto b er
135.48
24.66
58.79
8,9±1,11 10,7±1,32 13,1±3,75 12,6±2,14 16,2±2,78 23,9±4,64
80.65
Keterangan: A : Ikan all female (persilangan dengan jantan fungsional) B : Ikan kontrol (persilangan dengan jantan normal)
125.00
20.63
47.53
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
1174
Tabel 2. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan Parameter pH
Kisaran
Ke te ntuan pe raturan
6,6-7,2
6-9 (PP/82/01)
Suhu (°C)
27,7-29,3
25-32 (Boyd,1998)
Oksigen terlarut (mgLl) Nitrit (mg/L)
4,59-5,6 0,031-0,37
> 3 (PP/82/01) 0,06 (PP/82/01)
Nitrat (mg/L)
0,63-1,03
10 (PP/82/01)
Perkembangan Gonad Tingkat kematangan gonad atau TKG ikan nilem all female selama 6 bulan pemeliharaan, menunjukkan perkembangan gonad normal dan pada akhir percobaan pada TKG III dan IV, dengan nilai IGS paling tinggi mencapai 20,2%. Berdasarkan morfometrik gonad saat akhir percobaan oosit sudah mencapai diameter antara 1,1-1,3 mm; warna coklat mengkilap dengan tekstur agak kenyal, kriteria tersebut mendekati kriteria telur tingkat matang, dan merupakan persyaratan untuk proses pemijahan sistem rangsang hormon (Subagja et al., 2007). TKG menunjukkan suatu tingkatan kematangan seksual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangan gonad. Umumnya pertambahan bobot gonad pada ikan betina sebesar 10%-25% dari bobot badan, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5%-10% (Effendi & Suwarno, 2002) Hal tersebut sejalan dengan kondisi ikan percobaan di mana pada pengamatan ke5 (bulan September) bobot ikan uji memperlihatkan peningkatan yang nyata, dan diikuti dengan pertumbuhan relatif mencapai 135,48%. Dalam menentukan tingkat kematangan gonad dari masing-masing ahli memiliki variasi dan berbagai versi hal tersebut Karena sifatnya yang subjektif, perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Dari pengamatan secara visual terhadap setiap pengambilan sampel dari populasi ikan nilem all female tidak diketemukan gonad interseks. Dengan demikian ikan all female memperlihatkan perkembangan gonad normal. Namun demikian masih diperlukan pengujian lanjutan dari telur-telur yang sudah matang kelamin apakah bisa berkembang menjadi individu baru setelah difertilisasi dengan spermatozoa ikan jantan normal. Beberapa parameter kualitas air kolam pemeliharaan masih dalam kisaran normal, nilai kisaran parameter masih di bawah ambang batas yang ditetapkan untuk keperluan pemeliharaan ikan, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan uji sehingga dapat menghasilkan perkembangan gonad, adapun kisaran parameter kualitas pada awal dan akhir percobaan tertera pada Tabel 3. KESIMPUL AN Dari kegiatan percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Ikan all female (hasil persilangan antara betina normal dengan jantan fungsional) setelah dipelihara selama 8 bulan dapat tumbuh dan berkembang normal, ikan betina menghasilkan tingkat kematangan gonad III dan IV, dengan nilai IGS sebesar 20,2%.
DAFTAR ACUAN Boyd, C.E. & Tucker, C.S. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Kluwer Academic Publishers. USA. Ecology of Acuaculture Ponds, p. 8-32. Djajasewaka, H., Subagja; J., Widiyati, A., Samsudin, R., & Winarlin. 2005. Pengaruh Kadar Protein Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii). Seminar hasil penelitian Balai Riset Perikanan Budiaya Air Tawar, Bogor. Effendi, M.I. 1978. Biologi Perikanan (Bagian I, Studi Natural Histori), Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 105 hlm.
1175
Keragaan pertumbuhan ikan nilem betina ... (Jojo Subagja)
Legendre, M. 1986. Seasonal changes in sexual maturity and fecundity, and HCG-induced breeding of catfish, Heterobranchus multifilis Val. (Clariidae), Reared in Ebrie Lagoon (Ivory Coast), Aquaculture, 55: 201-213. Pongthana, N., Penman, D.J., Baoprasertkul, P., Hussain M.G., Shahidul M.I., Powell S.F., & McAndrew, B.J. 1999. Monosex female production on the silver barb (Puntius gonoinotus Bleeker). Aquaculture, 173: 247-256. Subagja, J., Gustiano, R., & Djajasewaka, H. 2007. Penyediaan ikan nilem (Osteochilus hasseltii C.V.) betina untuk mendukung produk olahan di Jawa Barat. Prosiding Seminar Internasional Perikanan 2007 “Quality management System, New Technology and International Marceting of Fish and Seafood Product”. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STP Jakarta. hlm. 202-214. Subagja .J, Sukadi, M.F., & Gustiano, R. 2008. Seleksi jantan fungsional melalui uji keturunan pada ikan nilem (Osteochilus hasseltii C.V.). Sainteks: XV(3): 149-154. Subagja, J. & Gustiano, R. 2008. Uji keturunan jantan hasil pengalihan kelamin pada ikan nilem (Osteochilus hasseltii C.V.). Laporan hasil Riset Balai riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor, 10 hlm. Sutrisno, E. 1996. Pengaruh lama waktu pemberian hormon 17b- estradiol secara oral terhadap nisbah kelamin ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Suwarno & Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta, Yayasan Pustaka Nusantara. Zairin, M.Jr. 2004. Sex reversal memproduksi benih ikan jantan atau betina. Penebar Swadaya. Jakarta, 96 hlm.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
1176