JUMLAH DAN MORFOLOGI ANAK DARI HASIL PERKAWINAN ANTARA MENCIT BETINA DENGAN MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG MENDAPAT PERLAKUAN EKSTRAK BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus Haw.) (Skripsi)
Oleh BELLA FRISCILLA DHETA 131702013
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK JUMLAH DAN MORFOLOGI ANAK DARI HASIL PERKAWINAN ANTARA MENCIT BETINA DENGAN MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG MENDAPAT PERLAKUAN EKSTRAK BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus Haw.) Oleh Bella Friscilla Dheta Di zaman yang modern ini banyak sekali obat-obat yang beredar untuk meningkatkan kesuburan pada pria. Obat-obat ini biasanya dikemas dalam bentuk suplemen yang berasal dari tanaman tradisional ataupun buah-buah segar. Salah satu buah yang dapat digunakan yaitu buah naga putih (Hylocereus undatus Haw.). Buah tersebut merupakan buah yang dapat digunakan sebagai obat kesuburan pada pria serta meningkatkan aktivitas seksual selain menurunkan kadar gula. Ditinjau dari zat-zat yang aktif dalam buah naga tersebut, bila digunakan sebagai obat kesuburan pria, secara langsung dapat mempengaruhi proses hormonal dan jumlah anak apabila dikonsumsi, sehingga memberikan efek pada pria. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak buah naga putih terhadap jumlah dan morfologi anak dari hasil perkawinan mencit (Mus musculus L.) betina dengan mencit jantan perlakuan. Ekstrak buah naga putih didapat secara maserasi dengan menggunakan etanol 95% sebagai pelarut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 20 ekor mencit jantan perlakuan dan 20 ekor mencit betina yang terbagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok [K], [P1],[P2] dan [P3]. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan perlakuan dan 5 ekor mencit betina. Pada [P1],[P2], dan [P3] diberi perlakuan CMC 1% mengandung ekstrak buah naga putih sesuai dosis selama 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pemberian ekstrak buah naga putih setelah dilakukan analisis varian dengan taraf signifikasi 5% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anak, morfologi anak meliputi berat badan anak, panjang tengkorak, panjang ekor, panjang badan dan panjang total. Semua dosis yang digunakan tidak menyebabkan kecacatan pada anak serta rasio seks dari anak tanpa membedakan perlakuan dan kontrol bahwa jantan lebih dominan dibanding betina.
Kata Kunci : Buah naga putih (Hylcereus undatus Haw.), Jumlah Anak, Mus musculus L.
JUMLAH DAN MORFOLOGI ANAK DARI HASIL PERKAWINAN ANTARA MENCIT BETINA DENGAN MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) YANG MENDAPAT PERLAKUAN EKSTRAK BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus Haw.)
Oleh BELLA FRISCILLA DHETA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 01 Mei 1995, sebagai putri pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Charta Hadi Brata dan Ibu Deci Karlina.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman KanakKanak di Yayasan Kemala Bhayangkari pada tahun 2001, dilanjutkan Sekolah Dasar di SDN 1 Pelita Pada tahun 2007, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMPN Remban pada tahun 2010, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA PERINTIS 1 Bandar Lampung lulus pada tahun 2013. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dam Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada tahun 2013.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Sains dan Teknologi (SAINTEK) Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) periode 2014-2015 dan periode 2015-2016. Penulis menjadi anggota Deputi Lingkungan Hidup Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada periode 2014-2015. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sistem Perkembangan Hewan, Sistem Perkembangan Tumbuhan, Embriologi Hewan, Embriologi Tumbuhan, Genetika di Jurusan Biologi dan Biologi Umum di Jurusan Agribisnis, Agroteknologi dan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di desa Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kerja praktik di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2016 dan telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan judul “Pola Resistensi Antibiotik Terhadap Bakteri Pseudomonas sp Pada Sampel Pus di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung”.
Pada tahun 2017 penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Jumlah dan Morfologi Anak dari Hasil Perkawinan antara Mencit Betina dengan Mencit Jantan (Mus musculus L.) yang Mendapat Perlakuan Ekstrak Buah Naga Putih (Hylocereus undatus Haw.)”.
Kini dengan penuh perjuangan, kerja keras dan proses pembelajaran yang tiada henti, akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 (satu) di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
MOTTO
Semakin anda fokus pada impian anda, semakin cepat anda mencapai impian anda -Krishna Murti-
Lakukan apa yang kau cintai, jangan lakukan apa yang tidak kau cintai, sesuatu yang dilakukan dengan cinta akan ikhlas dilakukan -Penulis-
If you cannot work with love but only distaste, it is better you should leave your work -Khalil Gibran-
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada allah SWT, tiada tuhan selain Allah yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, dan kesabaran untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ku persembahkan karya ini sebagai cinta kasihku, tanda bakti, serta rasa terima kasihku yang terdalam kepada orang-orang yang telah berjasa dalam hidupku. Ayah dan Ibuku yang telah memberikan cinta, kasih, dan sayangnya, selalu mendoakan tiada henti, memberikan semangat dan nasihat, serta pengorbanannya. Adikku dan sahabatku terdekat dalam hidpuku serta keluarga besarku yang selalu memberikanku dukungan, dorongan, semangat dan motivasi. Guru-guruku, dosen-dosenku dan terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan selalu sabar memberikan bimbingan serta arahan kepadaku. Orang yang paling spesial Prada Marinir. Alvin dwi syahputra yang senantiasa menjadi penyemangat, selalu menyayangi, tempat berbagi cerita baik suka, duka, susah maupun senang.
Almamater Tercinta
SANWACANA
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Jumlah dan Morfologi Anak Dari Hasil Perkawinan Antara Mencit Betina dengan Mencit Jantan (Mus musculus L.) yang Mendapat Perlakuan Ekstrak Buah Naga Putih (Hylocereus undatus Haw.)”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran, memberikan saran, serta nasihat yang amat berharga. 2. Bapak Drs. M.Kanedi, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan nasehat, saran, dan bimbingan selama penyelesain skripsi ini .
3. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku penguji yang telah banyak memberikan kritik dan koreksi yang bermanfaat bagi penulis. 4. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku ketua jurusan Biologi FMIPA Unila yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melakukan studi di jurusan Biologi. 5. Kedua Orang tuaku Ayah Charta Hadi Brata dan Ibu Deci Karlina yang tak henti-hentinya memberikan doa, pengorbanan, cinta dan kasih saying. 6. Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran, nasihat, dukungan, serta bimbingan yang luar biasa bagi penulis. 7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 8. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi. 9. Karyawan dan Staff serta laboran di Jurusan Biologi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Adik-adikku tersayang M.Agie Dwi Alfairis, M.Shendika Alfarizi dan Nazhira Fellicia Dheta serta seluruh anggota keluarga besarku terimakasih atas doa, cinta dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Prada Marinir. Alvin Dwi syahputra terimakasih atas dukungan, semangat serta cinta dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini.
12. Sahabatku tersayang sekaligus Tim satu penelitian Indria Nabilla Rahmayanti dan Putri Damayanti terimakasih atas kerjasama dan suka duka selama ini. 13. Teman-temanku tersayang Siska Yulianti, Harnes Abrini, Desi Ratna Sari, Siti Maysaroh, Ula Oktafianti terimakasih selalu mendukung dan arahannya selama ini. 14. Teman-teman seperjuangan Tetania Tiara Putri, Ezanda Vozza D.P., Venny Yulia, Meri Jayanti, dan Wiwit Nurhasanah terimakasih atas kebersamaan baik dalam penelitian maupun dalam perkuliahan. 15. Teman-teman keluarga besar Biologi 2013 terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. 16. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT mambalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 05 Juni 2017 Penulis,
Bella Friscilla Dheta
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI…………………...……………………………….….……………..i DAFTAR TABEL………………………...……………………………………..iv DAFTAR GAMBAR……………………………………………….…………….v
I. PENDAHULUAN……………………………………….……………………1 A. Latar Belakang …...………………………………….….………………...1 B. Tujuan penelitian………………………….….…………...………………2 C. Manfaat Penelitian………………………………………….……………..3 D. Kerangka Pikir …………………………………….……………………...3 E. Hipotesis …………………………………….….…………………………4
II.TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………5 A. Tanaman Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) ………….…..….……..5 1. Morfologi dan Klasifikasi Buah Naga Putih..……………….….……5 2. Kandungan Kimia Buah Naga Putih…. …………………….………..7 3. Manfaat Buah Naga Putih…. ……………………………….………..8
ii
B. Mencit (Mus musculus) ...…………………….……………………………9 1. Biologi Mencit…………………..…………………………….…….9 2. Sistem Reproduksi Mencit……………………….….……………..11 3. Perkembangan Fetus Mencit....………………………………….…12 4. Berat Badan dan Panjang Tulang Belakang Mencit……...………..14 5. Jumlah Anak Sepelahiran …………………………………………15
III. METODE PENELITIAN………………………………………………….18 A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………….……..18 B. Alat dan Bahan ………………………………………….…………….18 1. Alat Penelitian ………………………………………….…………18 2. Bahan Penelitian ………………………………………….……….19 C. Rancangan Percobaan …………………………………….…………..19 D. PelaksanaanPenelitian ………………………………………….……..21 1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji .………………………….…..21 2. Ekstraksi Buah Naga Putih dan Cara Perlakuan …….……...……..21 3. ParameterPengamatan ………………………………………….…22 4.1. Jumlah Anak ……………………….………………………...22 4.2. Morfologi Anak ……………………….……………………..23 E.
AnalisisData ………………………………………….……………….23
F.
Diagram Penelitian ………………………………………….………...24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….25 A. Hasil Pengamatan ………………………………………………….….25 1. Jumlah Anak ……………………….……………………….…….25
iii
2. Berat Badan Anak …………………………………………..…….26 3. Panjang Tengkorak Anak …………………………………..……..27 4. Panjang Ekor Anak ………………………………………..…..….27 5. Panjang Badan Anak ……………………………………..…..……28 6. Panjang Total Anak ……………………………………….………29 7. Rasio Seks Anak…………….………………………….…….…...30 8. Kecacatan Pada Anak ……………………………………………..30 B. Pembahasan……………………………………………………………..31 1. Jumlah Anak ………………………………….…………………….31 2. Berat Badan Anak …….…………………………………………….32 3. Panjang Tengkorak, Panjang Ekor, Panjang Badan dan Panjang Total Anak …………………………….………….……….………..33 4. Rasio Seks Anak ………………….……………….………………..35 5. Kecacatan Pada Anak………………………………….……………35 V. SIMPULAN…………………………………………….……………………38 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..…………39 LAMPIRAN……………………………………………………………………..43
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Morfologi Buah Naga Putih ……...……………………………………...
5
2. Mencit (Mus musculus L.) ……………………………............................
10
3. Morfologi Fetus Normal Mencit ………………………………………...
13
4. Diagram Alur Penelitian ………………………………………………...
24
5. Anak dalam Keadaan Hidupdan Anak dalam Keadaan Mati ……………
44
6. Jenis Kelamin Jantan ……………………………………………………
44
7. Jenis Kelamin Betina ……………………………………………………
44
8. Anak Mencit …………………………………………………………….
44
9. Buah Naga Putih ………………………………………………………...
45
10. Alkohol 95% …………………………………………………………..
45
11. Kandang Mencit ………………………………………………………
45
12. Sonde Lambung ……………………………………………………….
45
13. Pembuatan Ekstrak Buah Naga Putih …………………………………
46
14. Maserasi Ekstrak ………………………………………………………
46
15. Ekstrak Buah Naga Putih ………………………………………………
46
16. Pencekokan Ekstrak ……………………………………………………
46
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan seorang anak merupakan hal yang paling dinanti-nanti dalam rumah tangga. Dalam kehidupan nilai anak memiliki arti yang begitu penting. Ketiadaan seorang anak dalam sebuah rumah tangga dalam waktu lama dapat menjadi suatu masalah yang dapat mengecam keutuhan rumah tungga (Hutama et.al.,2016). Keberadaan seorang anak terjadi melalui suatu perkawaninan yang dilakukan antara jantan dan betina, hal ini dapat dikatakan sebagai fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses dimana sel telur dan sperma bersatu membentuk zigot dan menyebabkan suatu kehamilan. Pada mamalia proses pembuahan terjadi didalam tubuh betina yang disebut dengan fertilisasi internal. Kesuburan pada pria atau wanita sangat diperlukan dalam proses fertilisasi ini. Akhir-akhir ini para peniliti mulai mengarahkan perhatiannya pada buah untuk dijadikan alternatif karena penggunaannya bersifat alami dan tidak berbahaya bagi pemakainnya. Salah satunya adalah buah naga putih (Hylocereus undatus Haw.) yang dapat digunakan sebagai penambah aktivitas seksual dan kesuburan pada pria (Kanedi et al., 2016).
2
Buah naga putih merupakan buah yang memiliki banyak khasiat yaitu anatara lain sebagai antioksidan, menurunkan kolesterol dan gula darah (Morton, 1987). Buah naga putih dianggap dapat meningkatkan kadar testosteron karena berdasarkan penelitian eko (2009) menunjukkan bahwa pemberian senyawa flavonoid terbukti dapat meningkatkan kadar testosteron. Buah naga putih ini juga dilaporkan dapat meningkatkan sintesis testosteron, penambah aktivitas seksual dan kesuburan pria (Kanedi et al.,2016). Dilihat dari manfaat buah naga putih yang dapat meningkatkan kesuburan pada pria dan meningkatkan sintesis testosteron serta dapat mempertahankan hidup spermatozoa tidak menutup kemungkinan akan menambah jumlah anak yang dihasilkan. Mengingat buah naga putih banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai buah segar, maka masalah ini menjadi sangat menarik untuk dikaji secara ilmiah sehingga dapat diketahui lebih jauh peran buah naga putih terhadap sifat-sifat reproduksi dengan mencit sebagai hewan uji.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah naga putih terhadap jumlah, morfologi anak (berat badan anak, panjang tengkorak, panjang ekor, panjang badan, dan panjang total) dan kecacatan pada anak serta rasio seks
3
dari hasil perkawinan mencit betina dengan mencit jantan (Mus musculus L.) perlakuan.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk suplemen peningkatan vitalitas dan fertilitas mencit jantan.
D. Kerangka Pemikiran
Dizaman yang modern ini banyak sekali obat-obat yang beredar untuk meningkatkan kesuburan pada pria. Obat-obat ini biasanya dikemas dalam bentuk suplemen yang berasal dari tanaman tradisional ataupun buah-buah segar. Dalam tanaman ataupun buah-buah segar ini terkandung senyawa-senyawa kimia yang belum diketahui pasti fungsi dan perananya sehingga dapat menjadi peluang menyebabkan efek pemakainnya. Salah satu buah yang dapat digunakan yaitu buah naga putih (Hylocereus undatus Haw.). Buah tersebut merupakan buah yang dapat digunakan sebagai obat kesuburan pada pria serta meningkatkan aktivitas seksual selain menurunkan kadar gula (Kanedi et al.,2016). Menurut Farid Abdul Azis dan Mahanem Mat Noor (2010) menyatakan bahwa buah naga putih membantu untuk mempertahankan kelangsungan hidup spermatozoa. Ditinjau dari zat-zat yang aktif dalam buah naga tersebut, bila digunakan sebagai obat kesuburan pria, secara langsung dapat
4
mempengaruhi proses hormonal dan jumlah anak apabila dikonsumsi, sehingga memberikan efek pada pria. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kanedi (2016) yang menunjukkan adanya kesuburan pada pria serta meningkatkan aktivitas seksual. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai buah naga putih apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kesuburan pada pria serta meningkatkan aktivitas seksual secara langsung mempengaruhi jumlah anak yang dihasilkan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Pemberian ekstrak buah naga putih dapat menambah jumlah anak yang dihasilkan oleh mencit betina 2. Pemberian ekstrak buah naga putih dapat menghambat morfologi anak mencit: 1. Berat badan anak 2. Panjang Tengkorak anak 3. Panjang ekor anak 4. Panjang badan anak 5. Panjang total anak 3. Pemberian ekstrak buah naga putih dapat menghambat kecacatan pada anak serta rasio seks.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)
1. Morfologi dan klasifikasi buah naga putih
Gambar 1. Morfologi buah naga (Hylocereus undatus Haw.) (Darsatop, 2015) Buah naga putih (Hylocereus undatus) merupakan buah naga yang termasuk dalam famili cactaccae. Saat ini buah naga putih banyak dikembangkan di Indonesia. Terdapat empat jenis buah naga yaitu diantaranya buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricencis), dan buah naga daging kuning (Selenicerius magalanthus) (Ashari,2011).
6
Buah naga mempunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batang buah naga berwarna hijau dengan bentuk segi tiga. Buah naga memiliki bunga yang besar, berwarna putih, beraroma harum, dan mekar di malam hari. Setelah bunga buah naga layu maka akan terbentuk bakal buah yang bergelantung di setiap batangnya. Kultivar asli tanaman ini berasal dari hutan teduh. Tanaman ini diperbanyak dengan cara stek atau menyemai biji. Tanaman akan tubuh subur jika pada media yang porous (tidak becek), kaya unsure hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-400C. Tanaman buah naga ini akan berbuah pada umur 11-17 bulan. Buah naga memiliki rasa yang sekilas seperti buah kiwi. Buah naga bermanfaat menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah, pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan (Winarsih,2007).
Klasifikasi ilmiah dari buah naga putih (Britton dan Rose, 1963) dalam Gunasena et al., 2007) : Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Cactaceae
Marga
: Hylocereus
Jenis
: Hylocereus undatus
7
2. Kandungan Kimia Buah Naga Putih Buah naga banyak dikonsomsi oleh masyarakat karena kandungan yang terdapat pada buah naga yang bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan buah naga serta kulit buah naga yaitu flavonoid, vitamin A,C,E dan polifenol (Hilal, 2006; Siregar, 2011).
Buah naga mengandung protein 0,48%-0,5%, karbohidrat 4,33-4,98, lemak 0,17%-0,18%, dan vitamin seperti karoten, thimin, riboflavin, niasin, dan asam askorbat (Morton, 1987). Menurut Ashari (2011) kandungan vitamin yang dimiliki buah naga seperti karoten, dan vitamin C bersifat antioksidan yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain vitamin C buah naga juga mengandung vitamin B1,B2 dan B3 yang dapat meningkatkan energi, bantuan metabolisme makanan, serta meningkatkan kualitas kulit. Kombinasi nutria dalam buah naga membantu tekanan darah dan gula darah. Selain itu buah naga juga sangat baik untuk penyakit asma, batuk dan meningkatkan pandangan mata. Mineral yang terkandung dalam buah-buahan membantu meningkatkan kepadatan tulang dan kesehatan gigi.
Buah naga juga memiliki zat aktif yang berkhasiat yaitu pada daging buah naga. Zat tersebut memiliki potensi antioksidan paling tinggi yaitu golongan polifenol terutama asam galat (Choo dan Yong, 2011). Selain polifenol terdapat juga zat sebagai antioksidan namun memiliki kadar yang rendah dibandingkan asam galat yaitu betacyanins dan betaxanthins (Tang, et al., 2007).
8
3. Manfaat Buah Naga Putih
Buah naga putih merupakan jenis tanaman kaktus yang memiliki banyak manfaat terutama pada kesehatan. Selain memiliki rasa yang manis dan segar buah inipun sangat baik bila dikonsumsi. Buah naga memiliki kandungan antosianin, yang mempunyai efek antioksidan. Antosianin ini dapat menghancurkan radikal bebas dan lebih efektif dibandingkan dengan vitamin E yang selama ini dikenal dengan antioksidan kuat (Winarno, 1997).
Sebuah penelitian di Amerika serikat bahwa antosianin merupakan antioksidan yang paling kuat diantara golongan flavonoid lainnya. Antosianin diyakini dapat menghambat berbagai radikal bebas seperti superoksida dan hydrogen peroksida. Antosianin dapat menghambat berbagai reaksi oksidasi dengan berbagai mekanisme (Astawan dan kasih, 2008).
Selain memiliki kandungan antosianin yang dapat menghambat radikal bebas, daging buah naga putih juga dapat menurunkan kadar glukosa darah (Putu; Made; Oka, 2013). Buah naga juga dapat menghambat enzim fosfodieterase dan menunrukan stress oksidatif pada penderita diabetes mellitus (Ajie, 2015). Kegunaan buah naga lainnya yaitu dapat meningkatkan motilitas, jumlah dan morfologi spermatozoa (Fibullah et al., 2015).
9
B. Mencit (Mus musculus L.)
1. Biologi Mencit Mencit merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian. Tujuan penggunaan hewan percobaan adalah untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu serta penelitian laboratorium. Hewan percobaan harus mempunyai persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetis dan lingkungan yang memadai. Mencit termasuk hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, dan variasi genetiknya cukup besar. Mencit merupakan hewan percobaan yang efisien karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu kehamilan yang singkat, dan banyak memiliki anak per kelahiran. Mencit dan tikus putih memiliki banyak data toksikologi, sehingga mempermudah membandingkan toksisitas zat-zat kimia (Lu (1995) dalam Somala, 2006). Sistem taksonomi mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) adalah : Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Bangsa
: Rodentia
Suku
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus L.
10
Gambar 2. Mencit (Mus musculus L.) (Tetebano,2011)
Menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) mencit memiliki rambut yang berwarna keabu-abuan atau putih. Mencit memliki mata berwarna merah atau hitam, kulit berpigmen dan memiliki warna perut sedikit pucat. Mencit dewasa pada umur 35 hari dan memiliki waktu kehamilan 19-21 hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor. Mencit jantan dan betina siap melakukan kopulasi pada umur 8 minggu. Siklus estrus atau masa birahi 4-5 hari dengan lama estrus 12-14 jam. Fase estrus dimulai antara pukul 16.00-22.00 WIB. Proses persetubuhan mencit jantan dan betina untuk tujuan fertilisasi atau disebut dengan kopulasi terjadi pada saat estrus, dengan fertilisasi 2 jam setelah kopulasi. Ciri-ciri terjadinya kopulasi adalah ditemukannya sumbat vagina, yaitu cairan mani jantan yang menggumpal. Berat dewasa mencit rata-rata 18-35 g dan berat lahir 0,5-1.0 g. Suhu rektal mencit 35-39OC, pernapasan 140-180 kali/menit, dan denyut jantung 600-650 kali (Somala, 2006).
11
2.
Sistem Reproduksi Mencit Sistem reproduksi pada mencit betina terdiri atas: kelenjar betina (ovarium), saluran reproduksi dan kelenjar assesori pada umur 10-12 minggu, mencit jantan maupun betina sudah mencapai kematangan seksual. Periode aktivitas reproduksi berlangsung sejak umur dewasa seksual yang mencapai sampai mencit berumur 14 bulan dan biasa lebih lama lagi pada mencit jantan. Seperti pada mamalia betina pada umumnya , mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-kadang kopulasi dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi sampai 8 jam setelah ovulasi (Prawirohardjo, 2008).
Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama diantaranya yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Siklus ini dapat dengan mudah diamati dengan melihat perubahan sel-sel penyusun lapisan epitel vagina yang dapat dideteksi dengan metode apus vagina pewarnaan giemsa. Hasil apus vagina menunjukkan hasil yang bervariasi sepanjang siklus estrus yaitu tediri dari sel epitel berinti, sel epitel yang mengalami kornifikasi, leukosit serta berlendir (Sitasiwi, 2008).
Fase estrus mencit dimulai pada tengah malam dan kopulasi alami terjadi sekitar pukul 02.00 menjelang pagi. Sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada waktu kopulasi akan mencapai oviduk dalam beberapa menit. Mobilitas dan viabilitas sperma dipertahankan selama 8 jam setelah ovulasi (Prawirohardjo, 2008). Keberhasilan perkawinan mencit ditandai dengan
12
adanya sumbat vagina merupakan hari kehamilan ke-0. Zigot akan mengalami perkembangan menjadi embrio. Segala kebutuhan embrio diperoleh melalui induk melalui organ ekstra embrio yaitu plasenta. Pembentukan plasenta dimulai dari kehamilan ke-8,5 (Cunningham, 2006).
3.
Perkembangan Fetus Mencit
Masa embriogenik atau masa organogenesis adalah masa mudigah yang berlangsung dari perkembangan minggu ketiga hingga minggu kedelapan dan merupakan masa terbentuknya jaringan dan sistem organ yang spesifik dari masing-masing lapisan mudigah (Sadler, 2000). Mudigah memiliki tiga lapisan yaitu mudigah ectoderm, ectoderm dan mesoderm yang akan membentuk banyak jaringan dan organ yang lebih spesifik (Cunningham, 2006).
Menurut Roberts (1971) dan Lu (1995) masa kehamilan mencit terdiri dari 3 tahap, yaitu : a. Tahap blastula Tahap ini dimulai setelah ovulasi dan dilanjutkan dengan perkembangan membran zigot primitif di uterus. Pada tahap ini, fetus tidak rentan terhadap senyawa teratogen, tetapi senyawa teratogen akan menyebabkan kematian fetus akibat matinya sebagian sel fetus.
13
b. Tahap organogenesis Tahap organogenesis merupakan tahap pembentukan organ-organ dan sistem tubuh serta perubahan bentuk tubuh yang terjadi pada hari ke 6 sampai ke 16 kehamilan. Pada periode ini sel secara intensif mengalami diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi sehingga fetus sangat rentan terhadap senyawa teratogen. c. Tahap pertumbuhan fetus Tahap ini merupakan tahap terjadinya perkembangan dan pematangan fungsi jaringan, organ dan sistem yang tumbuh. Sehingga selama tahap ini, senyawa teratogen tidak akan menyebabkan cacat morfologi, tetapi dapat mengakibatkan kelainan fungsi seperti gangguan Sistem Syaraf Pusat (SSP) yang mungkin tidak dapat dideteksi segera setelah kelahiran.
Gambar 3. Morofologi Fetus Normal Mencit (Iriani, 2009).
14
4.
Berat badan dan Panjang Tulang Belakang Mencit Pertumbuhan dan perkembangan fetus pada hewan khususnya mencit diawali dengan meningkatnya jumlah sel yang diikuti dengan differensiasi dan perkembangan berbagai sistem organ. Perkembangan fetus dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu diantaranya potensi genetika dan status nutrisi dari kedua induk. Sumber nutrisi fetus berasal dari induk yang berpindah melalui plasenta (Muna, Astirin, dan Sugiyarto, 2011).
Pertumbuhan fetus dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya berat badan induk yang melahirkan, pakan induk serta suhu lingkungan selama kebuntingan (Toelihere, 1979). Menurut anggorodi (1979) menyatakan bahwa fetus mulai tumbuh didalam uterus, fetus memperoleh zat-zat makanan dari induknya. Apabila zat-zat makanan dari induk tidak mencukupi selama kebuntingan, maka berat badan anak mencit pada waktu dilahirkan akan subnormal dan kekuatannya akan berkurang. Kekurangan vitamin dan mineral dalam ransum induk selama kebuntingan akan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kekuatan anak dengan tidak memperlihatkan pengaruh yang besar terhadap berat lahir. Berat lahir yang ringan tidak mempunyai pengaruh terhadap bentuk dewasa bila zat-zat makanan yang diberikan cukup setelah dilahirkan. Berat lahir anak mencit berkisar antara 0,5-1 kg/ekor (Smith dan Mongkoewidjojo, 1988).
15
Pada saat fetus, tulang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang disebut dengan istilah osifikasi. Awal dari proses osifikasi ini adalah terjadinya perubahan jaringan mesenkim pada fetus menjadi jaringan tulang atau menjadi jaringan kartilago yang selanjutnya akan menjadi jaringan tulang (Junqueira, Carneiro, dan Kelley, 1998). Menurut Rugh (1968), osifikasi pada mencit dimulai pada hari ke 11 sampai 17 kehamilan.
Pada fetus normal (kontrol) terdapat 7 tulang servik, 13 tulang thorak, 6 tulang lumbalis, 6 tulang sakral, dan 2 atau 3 tulang kaudal (Sukandar, Fidrianny, Garmana, 2008).
5.
Jumlah Anak Sepelahiran
Jumlah anak sepelahiran merupakan jumlah total anak yang hidup dan mati pada waktu dilahirkan (Eisen,1974). Menurut Inglis (1980) jumlah anak sepelahiran mencit berkisar antara 8-11 ekor, sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) jumlah anak sepelahiran mencit berkisar enam ekor, meskipun mencit dapat melahirkan 15 ekor per kelahiran. Bobot lahir anak mencit umumnya berkisar antara 0,5-1,5 g/ekor (Malole dan Pramono, 1989), pendapat lain menyatakan bahwa bobot lahir berkisar antara 1-1,5 g/ekor (Arrington, 1972; Fox et al., 1984). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa bobot lahir anak mencit berkisar antara 0,5-1g/ekor. Tinggi rendahnya bobot lahir akan mempengaruhi performa anak.
16
Besarnya jumlah anak sepelahiran dipengaruhi oleh umur induk, musim kelahiran, makanan, dan kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi jumlah kelahiran yaitu kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada induk, musim kawin, jumlah sel telur yang dihasilkan serta tingkat kematian embrio yang sangat berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran (Toelihere, 1979). Pada saat lahir, anak memiliki kondisi tubuh yang tidak berambut, buta, kaki yang belum berkembang, ekor yang pendek serta lubang telinga yang masih tertutup. Anak tikus memliki rambut pada usia 7-10 hari, mata terbuka antara 7-14 hari, dan telinga terbuka antara usia 2,5-3,5 hari (Fox, 2002).
Penentuan jenis kelamin anak tikus dilakukan melalui perbandingan celah onogenitaldan ukuran tonjolan genital. Celah anogenital didapat dengan melakukan pengamatan jarak antara alat genital dengan anus. Celah anogenital yang lebih panjang dan tonjolan genital yang lebih besar merupakan ciri tikus jantan (Suckow et al., 2006). Jarak anogenital yang panjang pada tikus jantan yaitu 5 mm pada umur 7 hari. Sedangkan betina hanya berjarak 2,5mm. cara yang tepat untuk menentukan jenis kelamin pada tikus adalah dengan cara mengangkat tikus-tikus lalu membandingkan ukuran-ukuran tersebut (Harkness dan Wagner, 1989).
Menurut Anggorodi (1979) hewan jantan yang mengalami kekurangan makanan akan menurunkan jumlah dan kekuatan dari spermatozoa dan dapat memberhentikan spermatogenesis. Jumlah sel telur yang dihasilkan dan tingkat
17
awal kematian embrio sangat erat hubungannya dengan jumlah anak sepelahiran dalam sekali kelahiran (Warwick et al., 1983).
III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2017 Sampai Maret 2017 di Laboratorium Zoologi Fakultas MIPA Universitas Lampung. Sedangkan, pembuatan ekstrak buah naga putih (Hylocereus undatus Haw.) dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kandang mencit yang terdiri dari bak plastik yang ditutupi dengan kawat pada bagian atas bak, sonde lambung, timbangan digital untuk menimbang berat badan mencit dan anak mencit, tempat pakan dan minum mencit, benang, jangka sorong, penggaris, beaker glass, erlenmeyer, corong, batang pengaduk, alu, mortar, kertas saring, rotary evaporator, gelas arloji dan alat tulis.
19
2. Bahan Penelitian Mencit jantan sebanyak 20 ekor, mencit betina sebanyak 20 ekor. Masingmasing mencit jantan betina memiliki berat badan berkisar 30 gram dalam kondisi sehat. Ekstrak buah naga putih, CMC 1%, etanol 95%, kapas, aquades, pellet (makanan) dan air sebagai pakan dan minum mencit serta sekam.
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kelompok dimana kelompok pertama sebagai kontrol dan kelompok kedua, ketiga dan keempat diberi perlakuan dalam waktu yang bersamaan, setiap perlakuan dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan. Menurut Federer (1977), rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental dengan rancangan acak lengkap adalah : t (n-1) ≥ 15
Keterangan : t
: jumlah kelompok percobaan
n
: jumlah sampel yang diperlukan tiap kelompok
berdasarkan rumus diatas maka dapat diperhitungkan besaran sampel dengan t = 4
20
4(n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75
Nilai 4,75 tersebut dibulatkan menjadi 5 sehingga setiap kelompok percobaan masing-masing memiliki 5 ulangan. Jadi, pada penelitian ini menggunakan sampel 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina serta jumlah kelompok yang digunakan yaitu 4 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit jantan dan 20 ekor mencit betina. Susunan rancangan percobaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
K1U1
P1U1
P2U1
P2U4
P3U2
K2U2
P1U2
P3U2
P3U3
P2U5
K3U3
P1U3
P2U5
P3U4
K4U5
K5U4
P3U1
P1U5
P2U3
P1U4
Keterangan : P = Perlakuan yang digunakan (P1; P2; P3) K = Kontrol (K) U = Ulangan (U1,U2,U3,U4,U5).
21
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji Sebelum melakukan penelitian, disiapakan terlebih dahulu kandang yang berukuran 50 x 30 cm dan pada bagian atas kandang ditutupi dengan kawat berukuran 15 x 15 mm sebanyak 20 unit dan mencit jantan betina yang berumur 10 minggu dengan kondisi fertil, dan berat 30 gram. Hewan uji ini diperoleh dari Balai Veteriner Lampung.
Hewan uji ini kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu dengan tujuan hewan uji dapat melakukan penyesuain kondisi dengan lingkungan sekitar. Di dalam kandang yang telah disediakan terdapat 1 ekor mencit jantan dan 1 ekor mencit betina serta diberi pellet (makanan) dan air minum sebagai pakan mencit setiap harinya.
2. Ekstraksi Buah Naga Putih dan Cara Perlakuan
Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan buah naga putih yang diperoleh dari Pasar Pasir Gintung, Bandar Lampung. Tahap pembuatan ekstrak buah naga putih yaitu buah naga putih di potong menjadi kecil-kecil dengan ukuran 2-3 gram menggunakan pisau. Setelah dipotong-potong, daging buah naga tersebut dihaluskan selama 1-2 menit sampai berbentuk pasta (Kanedi et al., 2016).
22
Buah naga yang sudah terbentuk pasta direndam dengan menggunakan etanol 95% untuk dimaserasi selama 48 jam. Setelah dimaserasi selama 48 jam, campuran tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring dan maserat yang diperoleh kemudian dievaporasi menggunakan rotary evaporator selama 24 jam dengan suhu 600C.
ekstrak buah naga putih diberikan pada mencit jantan perlakuan yaitu P1, P2 dan P3 sesuai dosis yang telah ditentukan kecuali pada mencit kontrol. Ekstrak buah naga ini diberikan secara oral menggunakan sonde lambung. Pemberian ektrak dilakukan setiap hari selama 35 hari sebanyak 0,5 ml per perlakuan. Perlakuan 1 (P1) diberikan ekstrak buah naga putih dengan dosis 300 mg/kgBB yang dicekok sebanyak 9 mg dalam 0,5 ml CMC 1%. Perlakuan 2 (P2) diberikan ekstrak buah naga putih dengan dosis 600mg/kgBB yang dicekok sebanyak 18 mg dalam 0,5 CMC 1%. Perlakuan 3 (P3) diberikan ekstrak buah naga putih dengan dosis 900mg/kgBB yang dicekok sebanyak 27 mg dalam 0,5 CMC 1%. Sedangkan untuk kontrol hanya diberikan aquades dan CMC 1 %.
3. Parameter Pengamatan
3.1. Jumlah Anak Setelah mencit betina melahirkan maka dilakukan penghitungan terhadap jumlah anak yang dihasilkan.
23
3.2. Morfologi Anak Pengamatan mengenai morfologi anak ini meliputi berat badan anak, panjang tengkorak, panjang ekor,panjang tubuh, panjang total anak dan ada tidaknya kecacatan yang ditimbulkan. Pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Sedangkan, pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan benang dan alat ukur berupa jangka sorong untuk mempertajam ketelitian ukuran panjang.
E. Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari 4 kelompok yaitu kelompok pertama sebagai kelompok kontrol, kelompok kedua, ketiga dan keempat diberi perlakuan dalam 5 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA (analysis of variant) untuk menguji berdasarkan perbedaan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) atau LSD (Least Significance Different) dengan menggunakan program SPSS.
24
F. Diagram Penelitian
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Kontrol
Perlakuan 1 (P1)
Perlakuan 2 (P2)
Perlakuan 3 (P3)
(K)
Mencit diaklimatisasi selama 7 hari
Hanya
Diberikan
Diberikan
Diberikan
diberikan
ekstrak buah
esktrak buah
esktrak buah
CMC 1%
naga putih
naga putih
naga putih
sebanyak 0,5
sebanyak 9
sebanyak 18
sebanyak 27
ml
mg dalam
mg dalam
mg dalam
0,5 ml CMC
0,5 ml CMC
0,5 ml CMC
1% selama
1% selama
1% selama
35 hari.
35 hari
35 hari
Penghitungan jumlah anak
Pengamatan morfologi anak (panjang tengkorak, panjang ekor, panjang tubuh dan panjang total) dan kecacatan pada anak serta rasio seks anak
Analisis data
Gambar 4. Diagram Alur Penelitian
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil pengamatan dengan menggunakan analisis varian dengan taraf signifikasi 5% dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian ekstrak buah naga putih tidak berpengaruh terhadap jumlah anak 2. Pemberian ekstrak buah naga putih tidak berpengaruh terhadap morfologi anak (berat badan anak, panjang tengkorak, panjang ekor, panjang badan, panjang total) dan kecacatan anak serta rasio seks.
B. Saran Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut efek ekstrak buah naga putih apabila perlakuan diberikan kepada induk mencit yang bunting.
DAFTAR PUSTAKA
Ajie, R. B. 2015. White Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Potential As Diabetes Mellitus Treatment. Journal Majority. 4(1). Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka. Jakarta Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal Sciene, The Breeding, Care and Management of Experimental Animal. The Interstate Printers and Publishers. Inc, Danville. Ashari, S. 2011. Benefict of Dragon Fruit. Fruit En Veg. http://frutveg.blogspot. com/diunduh 23 Oktober 2016. Astawan, M dan Kasih, AL. 2008. Khasiat warna-warni makanan. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Choo, W.S. dan Yong, W.K. 2011. Antioxidant Properties of Two Species of Hylocereus Fruits. Advances in Applied Science Research, 2(3): 418-425. Cunningham, F. G. 2006. Obstetri Williams Volume I. EGC. Jakarta. Darsatop. 2015. Buah Naga Putih (Hylocereus undatus Haw.) http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/08/buah-naga-daging-putih-hylocereusundatus/. Diakses pada 14 April 2017. Eisen, E. J. 1974. Result of growth analysis in mice and rats. Journal of Animal Science 42 : 1008-1023. Fibullah, R. M., Sutyarso., Busman, H., Rahmanisa, S. 2015. Efek Kuratif Pemberian Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Motilitas, Jumlah, dan Morfologi Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Spargue dawley yang Diinduksi Siproteron Asetat. Journal Agromedicine Unila. 4(9).
39
Fox, J. G., B. J. Cohen dan F. M. Leow. 1984. Laboratory Animal Medicine. Academic Press. San Diego, California. Fox JG. 2002. Laboratory Animal Medicine 2nd. Academic pr : New York. Gunasena, H.P.M., Pushpakumara, D.K.N.G., Kariyawasam, M. 2007. Dragon fruit Hylovereus undatus Haw. Britton and Rose. p. 110-142. In : Pushpakarma, D.K.N.G., Gunasena, H.P.M., and Singh, V.P. Underutilized fruit trees in Sri Langka. New Delhi : World Agroforestry Centre, South Asia Office. Harkness JE., Wagner JE. 1989. The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents. Lea and Febiger. Philadelphia. hlm 47-54. Hernandez, Y.D.O. & Salazar J.A.C. 2012. Pitahaya (Hylocereus spp.): a Short Review. Communicata Scientiae, 3(4):220-237. Hilal, M.F. 2006. Identifikasi senyawa metabolit sekunder dari kulit buah naga (hylocereus undatus) dalam ekstrak kloroform, [skripsi], FMIPA UNY. Hutama, D. W., Sutyarso., Busman, H., Rahmanisa, S. 2016. Pengaruh Protektif dan Kuratif Pemberian Suplemen Jus Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Histologi Tubulus Seminiferus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Dewasa Galur Spargue dawley yang Diinduksi Siproteron Asetat. Journal Agromedicine Unila. 3(1). Inglis, J. K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Science and Technology. Pergamon Press Ltd. Oxford. Iriani, S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto. [Skripsi FMIPA]. Universitas Udayana. Junqueira, L.C., Carneiro, J., dan Kelley, R.O. 1998. Histologi Dasar. Tembayong, J. (Penerjemah). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Kanedi, M., Sutyarso., Nurjanah, S., Wahidah, L. K. 2016. Testicular Dysfuction in Male Rats Reversed by Ethanilic Extract of Pitaya Fruit. Journal of Diseases and Medicinal Plants. 2(4) : 51-55. Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi II. Penerbit UI. Jakarta. p 155-157. Malole, M. B. M dan C. S. U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor
40
Mangkoewidjojo dan Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta. Morton, J. 1987. Strawberry Pear, in : Morton, J., Fruits of Warm Climites, Miami Florida, p. 347-348. Muna, L., Astirin, O.P., dan Sugiyarto. 2011. Uji Teratogenik Ekstrak Pandanus conoideus Varietas Buah Kuning Terhadap Perkembangan Embrio Tikus Putih (Rattus norvegicus). Nusantara Bioscience. 2. pp 126-134. Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. UI Press, Jakarta. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Putu, A. S. W., Made, S. A., Oka, D. 2013. Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Buah Naga Putih dan Pengaruhnya Terhadap Glukosa Darah Tikus Diabetes. Indonesia Medicus Veterinus. 2(2) : 151-161. Roberts, S. J. 1971. Veterinary Obstetricts and Genital Diseases (Theriogenology). New York. Ithaca. Sadler, T.W. 2000.Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Masa Embriogenik. EGC. Jakarta. pp. 67-89. Septina. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dikhlorometana dan Air Jahe (Zingiber officinale Rosc) pada Asam Linoleat. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 9 (2) : 105-110 Setyawati, I. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi. XIII (2) : 41-44. Silva CV., Borges FM., Velozo ES. 2012. Phytochemistry of Some Brazilian Plants with Aphrodisiac Activity. Phytochemical – A Global Perpective of Their Role in Nutrition and Health. Available from : Intecophen Siregar, N.K., 2011, Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Naga (Hylocereus undatus), http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29088. Sitasiwi, A. J. 2008. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-β dan Tebal Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus L.) selama Satu Siklus Estrus. Biologi FMIPA UNDIP. 38-45.
41
Somala, L. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering. [Skripsi]. Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. Elseiver Inc.California. Sukandar, E.Y., Fidrianny, I., dan Garmana, A.N. 2008. Pengaruh Kombinasi Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih Dan Ekstrak Rimpang Kunyit Tehadap Janin Mencit Swiss-Webster. JKM. 8(1). pp 36-44. Sundaryono, A. 20011. Teratogenitas Senyawa Flavonoid dalam Ekstrak Metanol Daun Benalu.Jurnal Exacta. IX(1). Tang, C.S. & Norziah, M.H. 2007. Stability of Betacyanin Pigments from Red Purple Pitaya Fruit (Hylocereus polyrhizus): Influence of pH, Temperature, Metal Ions, and Ascorbic Acid. Indo. J. Chem., 7(3):327-331. Tetebano, R. 2011. Rancangan Percobaan Racun Sianida Pada Mencit. http://raslytetebano.files.wordpress.com/2011/01/mencit3.jpg. Diakses pada 15 Oktober 2015. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkas. Bandung. Warwick, E. J., Astuti, J. M dan Hardjosubroto, W. 1983. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Winarno, W.M. dan Sundari, M. 1997. Informasi Tanaman Obat Untuk Kontrasepsi Tradisional. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Winarsih, S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. Semarang: CV Aneka Ilmu. Wilson, J.G. and J. Warkany. 1975. Teratology Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago IL.