KER Jawa Tengah TW II-2010
Kantor Bank Indonesia Semarang Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010 http://www.bi.go.id
0
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II Tahun 201 2010
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Bank Indonesia Semarang Se marang
Ratna E. Amiaty Mahdi Mahmudy H. Yunnokusumo Mohamad M. Toha Herdiana A.W. Imam Fauzy I Ketut Suena Imam Mustiantoko Tatung M. Toufik
Pemimpin Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter Deputi Pemimpin Bidang Perbankan Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran Analis Madya Senior Pengawas Bank Madya Senior Pengawas Bank Madya Senior Kepala Bidang Manajemen Intern Kepala Bidang Sistem Pembayaran
Softcopy buku ini dapat di-download dari Indonesia)) di website Bank Indonesia dengan alamat DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia http://www.bi.go.id
Kata Pengantar Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 5,6% (yoy), sama dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,6% (yoy). Secara sektoral, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan ini, sementara itu kinerja sektor pertanian sedikit melambat akibat memasuki masa tanam setelah panen raya pada triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat seperti konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri diperkirakan menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan ini, walaupun konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB diperkirakan melambat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya Sementara itu, tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2010, baik secara tahunan (yoy) maupun secara kuartalan (qtq). Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Melihat perkembangan inflasi Jateng yang menunjukkan kecenderungan semakin meningkat, maka pengendalian inflasi di Jawa Tengah tetap harus menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010. Dari sisi perbankan, secara umum kinerja sektor perbankan di Jawa Tengah (Bank Umum dan BPR) pada triwulan II-2010 (Data posisi Mei 2010) menunjukkan perkembangan yang positif dan risiko kredit masih tetap terkendali. Hal tersebut terlihat dari perkembangan indikator kinerja perbankan yang cukup positif, baik untuk Loan to Deposit ratio (LDR), pertumbuhan Dana Pihak Ketiga maupun rasio kredit non lancar (NPLs). Pada triwulan III-2010, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2010, didorong oleh peningkatan sektor pertanian, sektor PHR dan Industri pengolahan. Sementara itu, dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan.Sedangkan tekanan inflasi Jawa Tengah pada triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, seiring dengan adanya dampak kenaikan tarif dasar listrik, tekanan harga komoditas, serta faktor musiman menghadapi bulan puasa dan lebaran. Kajian yang dihasilkan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang ini merupakan salah satu komitmen Kantor Bank Indonesia Semarang untuk senantiasa menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna meningkatkan perekonomian Jawa Tengah. Diharapkan sumbangsih kecil ini dapat menjadi masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam pengambilan kebijakan moneter dan perbankan secara nasional, dan diharapkan juga menjadi masukan bagi pemerintah daerah dan external stakeholders lainnya di Jawa Tengah. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, kalangan perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya di Jawa Tengah serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebut satu persatu, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya. Terima kasih. Semarang, Juli 2010 KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG Ttd Ratna E. Amiaty Pemimpin Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
ii
Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................ ................................................................................................ .......................................................................... .......................................... i Daftar Isi ................................................................ ................................................................................................ ................................ ................................................ ................................ ................ iii Ringkasan Eksekutif ................................................................ ................................ ................................................................ ................................ .................................... ....................................v .... v BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ................................................................ ................................ ................................ 1 1.1. Analisis PDRB Jawa Tengah dari Sisi Permintaan ............................................................2 1.1.1. Konsumsi ...........................................................................................................2 1.1.2. Investasi .............................................................................................................4 1.1.3. Perdagangan Luar Negeri ....................................................................................6 1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran .......................................................................................8 Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (YoY, PERSEN) ...................8 1.2.2. Sektor Industri Pengolahan .................................................................................9 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR).................................................10 1.2.4. Sektor Jasa .......................................................................................................11 1.2.5. Sektor Lainnya ..................................................................................................12 BOKS 1 ” DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEANASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (KHUSUSNYA UMKM) DI JAWA TENGAH” TENGAH” .......................... 14 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................ ................................ .............................................. ................................ .............. 17 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok .....................................................................................18 2.1.1. Inflasi Kuartalan (qtq).......................................................................................19 2.1.2. Inflasi Tahunan (yoy) ........................................................................................23 2.2. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah .............................................................................27 2.3. Inflasi Kota-Kota di Jawa ............................................................................................28 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ................................................................ ....................................................................... ....................................... 30 3.1 Intermediasi Bank Umum ............................................................................................32 3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat ......................................................................32 3.1.2 Penyaluran Kredit ..............................................................................................34 3.2. Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas ................................................................................37 3.3. Kredit MKM (Mikro, Kecil, dan Menengah) ..................................................................39 3.4. Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat Di Jawa Tengah..............................41 3.5. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)..........................................................................42 3.6. Perkembangan Perbankan (Bank Umum & BPR) di 35 Kab/Kota di Jawa Tengah ...........44 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
iii
3.7. Kinerja Perbankan Syariah ...........................................................................................46 BOKS 2
DIVERSIFIKASI PRODUK SUSU SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGATASI OVER SUPPLY PRODUKSI SUSU PETERNAK DI KABUPATEN SEMARANG ................................................................ ............................................................................................ ............................................................ 48
BAB 4 KEUANGAN DAERAH DAERAH ................................................................ ................................ ..................................................... ................................ ..................... 49 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah .......................................................................................49 4.2. Realisasi Belanja Daerah ..............................................................................................50 Bab 5 SISTEM PEMBAYARAN ................................................................ ................................ ................................................... ................................ ................... 53 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai ................................................................53 5.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) .............................................53 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal......................................................................................................54 5.1.3. Uang Palsu .......................................................................................................55 5.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai .........................................................................56 5.2.1. Transaksi Kliring ...............................................................................................56 5.2.2. Transaksi RTGS .................................................................................................57 Bab 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ................................................................ ................................ ..................................... ................................ ..... 59 6.1. Angkatan Kerja dan Pengangguran di Jawa Tengah.....................................................59 6.2. Kemiskinan .................................................................................................................60 6.3. Nilai Tukar Petani ........................................................................................................61 Bab 7 PROSPEK EKONOMI ................................................................ ....................................................................................... ....................................................... 65 7.1. Pertumbuhan Ekonomi ...............................................................................................65 7.2. Inflasi .........................................................................................................................68 LAMPIRAN Indikator Indikator Ekonomi Jawa Tengah .............................................................. ................................ .............................. 73
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
iv
Ringkasan Eksekutif A. GAMBARAN UMUM
Perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan ini menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari beberapa indikator kinerja perekonomian Jawa Tengah selama triwulan II-2010, terlihat bahwa kondisi ekonomi masih relatif baik dan berada dalam tren peningkatan pertumbuhan. Namun, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tersebut jauh dibawah pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 6,2% (yoy). Indikasi pertumbuhan yang positif tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini yang tercatat sebesar 5,6% (yoy). Tekanan harga di Jawa Tengah menunjukkan tren peningkatan. Namun apabila dilihat secara provinsi, Jawa Tengah menjadi provinsi yang memiliki laju inflasi pada triwulan II-2010 yang relatif rendah dibandingkan provinsi lain di Jawa. Kinerja sektor perbankan di Jawa Tengah (Bank Umum dan BPR) pada triwulan II-2010 (Data posisi Mei 2010) menunjukkan perkembangan yang positif dan risiko kredit masih tetap terkendali. Indikator lain yang menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 yang tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja, penurunan tingkat kemiskinan dan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP). B. PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar
Sektor industri pengolahan dan PHR menjadi pendorong utama pertumbuhan, sedangkan sektor perrtanian mengalami perlambatan pertumbuhan.
5,6% (yoy), sama dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,6% (yoy). Secara sektoral, sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan ini walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, diikuti oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan yang signifikan. Sementara itu kinerja sektor pertanian yang sedikit melambat akibat memasuki masa tanam setelah panen raya pada triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, semua komponen permintaan agregat seperti konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan ini. Konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar
PDRB
diperkirakan
melambat
tipis
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat di akhir
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
v
triwulan ini yaitu saat musim liburan, persiapan menghadapi tahun ajaran baru, menjelang bulan puasa dan lebaran dan realisasi pengucuran gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil. C. PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah
Inflasi (qtq) dan Inflasi (yoy) meningkat terutama berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok makanan jadi.
pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2010. Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,46%. Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 adalah sebesar 1,33% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,91% (qtq). Sumber tekanan inflasi secara tahunan maupun kuartalan pada triwulan laporan terutama berasal dari komoditas kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok makanan jadi. Melihat
perkembangan
inflasi
Jateng
yang
menunjukkan
kecenderungan semakin meningkat, maka pengendalian inflasi di Jawa Tengah tetap harus menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka optimalisasi pengendalian inflasi adalah dengan melakukan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah lain. Dengan adanya koordinasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kekuatan TPID/TPPH dalam mengendalikan inflasi, melalui arus informasi yang lebih faktual dan akurat mengenai pasokan komoditas lintas wilayah. Selain itu, penentuan harga komoditas di suatu daerah juga dipengaruhi oleh daerah lainnya yang menjadi sumber komoditas tersebut. D. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum, kinerja sektor perbankan di Jawa Tengah (Bank Umum
Kinerja perbankan Jawa Tengah menunjukkan perkembangan positif.
dan BPR) pada triwulan II-2010 (Data posisi Mei 2010) menunjukkan perkembangan yang positif dan risiko kredit masih tetap terkendali. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup baik yaitu masing-masing sebesar 12,34% (yoy) dan 18,69% (yoy). Kegiatan intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan sebagaimana terlihat dari perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menunjukkan rasio 93,55%. Selain itu, perkembangan tersebut masih diikuti kualitas kredit yang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
vi
terjaga, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,04%. Pada triwulan II-2010, indikator utama kinerja bank umum syariah (BUS) dan BPR syariah (BPRS) yang mencerminkan perkembangan perbankan syariah di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan. Hingga triwulan II-2010, pencapaian target pertumbuhan perbankan syariah di Jawa Tengah telah mencapai 31,59% (yoy) dari target pertumbuhan pada akhir tahun yang sebesar 38% (yoy). Jumlah transaksi keuangan non tunai yaitu Kliring dan RTGS untuk
Cash outflow di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 ini mengalami kenaikan baik secara nilai maupun volume. Perkembangan Sistem Pembayaran tunai sampai dengan
triwulan II-2010 relatif stabil dan mampu memenuhi kebutuhan
transaksi ekonomi di masyarakat. Jumlah outflow di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan sebesar 349,91% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu penyebab kenaikan outflow karena faktor musiman yaitu tahun ajaran baru sehingga meningkatkan permintaan uang di masyarakat. E. PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan Tekanan inflasi triwulan III-2010 diperkirakan meningkat
ekonomi
Jawa
Tengah
pada
triwulan
III-2010
diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2009, yaitu dalam kisaran 5,75%-6,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut secara sektoral terutama akan didorong oleh peningkatan sektor pertanian, industri dan sektor PHR. Sementara itu, dari sisi penggunaan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan. Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya dengan kisaran 6,00%– 6,50% (yoy). Seiring dengan adanya bulan puasa dan hari raya lebaran pada bulan Agustus dan September 2010, diperkirakan
terjadi kenaikan
permintaan bahan makanan, makanan jadi dan sandang. Di samping itu, masa tanam di Jateng pada awal triwulan III-2010 diperkirakan juga akan mempengaruhi harga beberapa komoditas bahan makanan. Tekanan harga dari sisi administered prices akan berasal dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang telah ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintah sejak Juli 2010. Sedangkan, tekanan harga komoditas volatile foods pada awal triwulan III2010 diperkirakan akan menurun karena adanya masa panen raya pada triwulan III-2010. Sementara itu, sumbangan inflasi dari faktor moneter diperkirakan relatif rendah sejalan dengan perkembangan kurs rupiah yang diperkirakan masih cukup stabil dan cenderung menguat. ♣♣♣
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
vii
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
viii
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IIII--2010 tumbuh sebesar 5,6% (yoy), sama apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat te rcatat sebesar 5,6% (yoy). Pertumbuhan yang sama tersebut disebabkan oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan ini. sementara itu, sektor unggulan lain seperti sektor pertanian sedikit melambat akibat memasuki masa tanam setelah panen raya pada triwulan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan sektor industri yang walaupun masih mengalami pertumbuhan namun mengalami perlambatan dibanding triwulan I-2010. Secara umum, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih relatif baik, dan masih berada dalam tren peningkatan pertumbuhan. Namun apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Tengah diperkirakan tumbuh di bawah angka pertumbuhan nasional. Pada triwulan II-2010 ini, perekonomian nasional mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy) yang didorong oleh sektor PHR dan pengangkutan & komunikasi.
7.0
6.0
5.0
Jateng
4.0
Nasional 3.0 I
II
III 2007
IV
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
2009
I
II*) 2010
Sumber : BPS dan BI, diolah Keterangan : angka pertumbuhan Tw II-10 merupakan angka sementara
Grafik 1.0 1.0 .1 . Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
1
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh signifikan, walaupun sedikit melambat. Konsumsi pemerintah juga meningkat seiring dengan peningkatan realisasi anggaran pada triwulan kedua serta pelaksanaan pemilukada di beberapa Kab./Kota. Selain itu, Investasi dan ekspor juga turut mendorong pertumbuhan pada triwulan ini. Dari sisi penawaran, penawaran pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan
sektor
industri
pengolahan,
walaupun
angkanya
sedikit
mengalami
perlambatan. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang meningkat cukup signifikan menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar kedua. Faktor-faktor seperti momentum musim liburan, persiapan memasuki tahun ajaran baru, menjelang bulan puasa dan hari raya serta pelaksanaan pemilukada di 11 Kab./Kota di Jawa Tengah pada triwulan II2010. Di sisi lain, pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan sedikit melambat setelah melewati masa puncak musim panen raya pada triwulan I-2010. Sektor industri masih tumbuh cukup baik walaupun sedikit melambat. Tabel 1. 1. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (yoy, persen)
No
Penggunaan
2009
2010
I
II
III
IV
I
II*
4.9
5.2
5.8
5.7
6.0
5.9
11.9
10.5
6.3
1.6
1.8
3.7
Pertumbuhan Year on Year 1
Kons. Rumah Tangga
2 3
Kons. Lembaga Nirlaba Kons. Pemerintah
7.9
8.9
11.3
15.6
8.9
12.5
4
PMTB
5.3
5.0
5.2
6.9
9.7
8.8
5
Ekspor
-10.2
-0.7
-12.1
6.1
15.2
21.4
6
Impor
-12.9
6.5
7.3
6.4
15.4
-2.2
4.2
4.5
5.5
4.6
5.6
5.6
PDRB
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara
1.1. Analisis PDRB Jawa Tengah dari Sisi Permintaan Dari
sisi
permintaan, permintaan semua komponen permintaan agregat menunjukkan
pertumbuhan positif pada triwulan ini, kecuali impor. Konsumsi rumah tangga yang menjadi komponen terbesar PDRB diperkirakan melambat tipis dibandingkan triwulan sebelumnya. 1.1.1. Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan IIII-201 201 0 masih tumbuh signifikan sebesar 5,9%, 5,9%, walaupun sedikit sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pertumbuhan pada triwulan II-201 201 0 sebesar 6, 0% (yoy). Pertumbuhan ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat pada saat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
2
musim liburan di akhir triwulan ini, persiapan menghadapi tahun ajaran baru, persiapan menjelang bulan puasa, dan lebaran dan realisasi pengucuran gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil. (Indeks) 160 140 Optimis
120 100 80
Pesimis
60 40
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK)
20 0 7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2009
2
3
4
5
6
2010
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 1 .0 .2 . Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut terlihat pula dari hasil Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang sampai dengan triwulan II-2010. Grafik 1.2 di atas menunjukkan bahwa indeks keyakinan konsumen (IKK) masih berada pada level yang cukup optimis1.
Prompt indicator lainnya yang menunjukkan perkembangan positif konsumsi rumah tangga adalah penjualan listrik PLN segmen Rumah Tangga (Grafik 1.3) 1.3 ). Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun pertumbuhan tahunannya terlihat sedikit mengalami perlambatan. Hal ini dapat menjadi indikasi adanya peningkatan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan konsumsi energi. Selain itu, Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium Jawa Tengah juga dapat menjadi prompt indicator untuk menggambarkan konsumsi bahan bakar masyarakat. Realisasi penjualan BBM pada triwulan ini menunjukkan peningkatan dibanding triwulan I2010. Konsumsi pemerintah pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 12,5% (yoy), jauh meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan I-2010 sebesar 8,9% (yoy). 1
Dikatakan optimis jika angka indeks berada di atas 100 dan pesimis jika di bawah 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
3
Peningkatan tersebut diperkirakan terdorong oleh konsumsi untuk pelaksanaan pemilukada di 11 Kab/ Kota di Jawa Tengah yang berlangsung pada triwulan II-2010.
14%
Pemakaian Sekt. Rumah Tangga g_yoy (RHS)
1,900
10%
Juta KWh
1,800
8% 1,700 6% 1,600
4%
1,500
14
600
12
400
10
Solar Premium g_solar -RHS (%,yoy) g_premium -RHS (%,yoy)
200
2%
1,400
0% I
II
III
2008
IV
I
II
III 2009
IV
I
0 i
II
1 .0 .3 .Perkembangan Penjualan listrik PLN segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah
ii
iii 2009
2010
Sumber : PT. PLN Distribusi Wil. Jateng&DIY
Grafik
800
12% Ribu kilo liter
2,000
iv
8
6 i
ii 2010
Sumber : PT. Pertamina UPMS IV Semarang
Grafik 1 .0 .4 . Konsumsi BBM jenis Solar dan Premium
Pada triwulan II-2010, realisasi belanja APBD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 30,99% dari total anggaran belanja 2010. Walaupun angka ini masih dibawah 50%, namun pencapaian ini lebih baik dibandingkan dengan realisasi APBD pada triwulan I-2010 sebesar 8,44% dan realisasi pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 28,92% (lihat lihat bab keuangan daerah). daerah 1.1.2. Investasi Investasi Investas i yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan IIII-201 201 0 mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 8,8% 8,8% (yoy), namun sedikit melambat bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan investasi pada triwulan I-201 2010 sebesar 10, 10, 2% (yoy). Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh membaiknya kondisi ekonomi yang turut mendorong berbagai ekspansi usaha. Sementara itu, proyek infrastruktur besar seperti pembangunan jalan tol Semarang–Solo Seksi I (Semarang-Ungaran) masih berjalan dan diperkirakan turut menjadi penyumbang pertumbuhan investasi triwulan ini.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
4
1,600
30
Konsumsi Semen
1,400
g_semen (%,yoy)
20
1,200
% 5,100
3.5
5,000 Ribu ton
1,000
10
800 0
600 400
0 i
ii
iii
iv
i
ii
2008
iii
iv
2009
i
3
g_yoy
2.5
4,900
2
4,800
1.5 1
-10
4,700
-20
4,600
200
Pelanggan Industri
0.5 0 I
ii
II
III
IV
I
2008
2010
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
II
III
IV
2009
I
II 2010
Sumber: PT. PLN Distribusi Wil. Jateng&DIY
Grafik 1 .5 .Penjualan Semen di Jawa Tengah
Grafik 1 .6. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN Segmen Industri di Jawa Tengah
Salah satu informasi yang dapat menjadi indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan konsumsi semen di Jawa Tengah. Pada G rafik rafik 1.5 1. 5. terlihat bahwa penjualan semen di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, namun pertumbuhan tahunannya mengalami sedikit perlambatan. perlambatan Prompt
indicator perkembangan investasi lainnya juga dapat dilihat dari pertambahan jumlah pelanggan PLN dari sektor industri dan bisnis yang mengindikasikan adanya ekspansi usaha (Grafik Grafik 1.6 dan Grafik 1.7). 1.7
2000
Ribu
%
240
7 1600
Pelanggan Bisnis 230
Total Truk Truk/Pick Up Plat Hitam Truk/Pick Up Plat Kuning
6
g_yoy
5
220
4
210
3
1200
800
2 200
1
400
0 I
II
III 2008
IV
I
II
III 2009
IV
I
II
0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
190
2010
Sumber: PT. PLN Distribusi Wil. Jateng&DIY
Grafik 1.7 1.7 . Perkemban Perkemba ngan Jumlah Pelanggan PLN Segmen Bisnis di Jawa Tengah
2008
2009
2010
Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah, diolah
Grafik
1.8 1.8 .
Perkembagan Penjualan Truck/Pick-- up Baru di Jawa Truck/Pick Tengah
Indikator lain untuk menggambarkan perkembangan investasi adalah pembelian kendaraan angkut barang seperti truk/pick up baru.. Grafik 1.8 menunjukkan perkembangan jumlah pengadaan truk baru di Jawa Tengah pada triwulan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, serta terus menunjukkan tren peningkatan. Pembelian
truk
biasanya
dipergunakan
untuk
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
keperluan
bisnis/usaha,
sehingga
5
perkembangan penjualan truk ini dapat menjadi proxy peningkatan investasi. Dari sisi pembiayaan juga terlihat bahwa posisi kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Jawa tengah mengalami peningkatan dari sisi nominal, dan mengalami perbaikan pula dari sisi kualitas kreditnya (NPLs menurun), seperti terlihat pada G rafik 1.9 1.9 .
250
Rp. miliar 10,000
Kredit Investasi
Bahan Baku Barang Modal
8%
NPL (RHS)
200
8,000
4%
Juta USD
6%
6,000
150 100
4,000 2,000 i
ii
iii
2007
iv
i
ii
iii
2008
iv
i
ii
iii
2009
iv
i
2%
50
0%
0
ii*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.9 1.9 . Perkembangan Kredit Investasi di Jawa Tengah
2008
2009
2010
Sumber : DSM, Bank Indonesia
Grafik 1.10 1.10. 10 . Perkembangan Impor Non MigasBahan Baku dan Mentah Jawa Tengah
Selain itu, data impor non migas Jawa Tengah untuk barang-barang modal2 (Capital
Goods) memperlihatkan tren kenaikan yang signifikan pada triwulan ini bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, maupun triwulan yang sama tahun 2009. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang signifikan pada triwulan ini. 1.1.3. Perdagangan Luar Negeri Perdagangan luar negeri (ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 masih menunjukkan tren peningkatan. Perkembangan 3
ekspor pada PDRB Jawa Tengah triwulan II-2010 tumbuh cukup signifikan sebesar 21,4% (yoy), dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan I-2010 yang tumbuh sebesar 16,70% 2
Barang-barang impor berdasarkan klasifikasi Broad Economic Categories (BEC) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Barang modal (Capital) adalah barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi 2. Bahan baku adalah barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri 3. Konsumsi adalah kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai maupun tidak. BEC merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. 3 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
6
(yoy). Sementara itu impor berdasarkan data PDRB mengalami kontraksi sebesar -2,2%, jauh melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,4% (yoy). Secara umum perlambatan pada triwulan ini disebabkan oleh pengaruh base effect pada pertumbuhan triwulan I-2010 yang menyebabkan angka pertumbuhan triwulan tersebut sangat tinggi. Sementara itu pertumbuhan pada triwulan ini secara triwulanan meningkat dibandingkan triwulan I-2010, namun karena basis nilai ekspor-impor pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sudah relatif tinggi menyebabkan angka pertumbuhan menjadi relatif melambat.
450
Ekspor Non Migas (volume)
Impor Non Migas (volume)
Ekspor Non Migas (nilai)
Impor Non Migas (nilai)
400
400 350
350
300
300
Juta USD
450
250
250 200
200
Ribu ton
500
150
150
100
100
50
50 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 2008
2009
2010
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.11 1.1 1. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah sampai dengan triwulan II-2010 (data sampai dengan posisi Mei 2010) menunjukkan adanya sedikit penurunan, baik dalam nilai maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun secara tahunan masih mengalami peningkatan. Sementara itu, impor non migas justru menunjukkan tren peningkatan secara nilai maupun volume. Salah satu hal yang menarik dari pertumbuhan impor adalah, berdasarkan jenis komoditasnya terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada impor barang modal, yang dapat menjadi prompt indicator perkembangan investasi dan sektor industri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
7
1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran Dilihat dari sisi sektoral, Sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada triwulan ini walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, diikuti oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan yang signifikan. Sementara itu kinerja sektor pertanian yang sedikit melambat akibat memasuki masa tanam setelah panen raya pada triwulan sebelumnya. Tabel 1.2. 1. 2. (Yo oY, PERSEN) Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (Y No
Lapangan Usaha
Pertumbuhan Year on Year 1 Pertanian 2 Pertambangan & Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. 9 Jasa-Jasa Total PDRB
2009
2010
I
II
III
IV
I
II*)
9.7 5.0 -2.4 2.6 7.6 4.6 7.1 10.0 7.5 4.2
4.7 5.4 1.1 6.4 6.6 5.8 7.3 8.8 7.7 4.5
7.4 3.9 1.7 6.5 6.7 7.4 6.4 7.6 7.7 5.5
-6.0 7.6 7.0 6.6 6.3 6.2 7.0 4.8 8.4 4.6
5.4 11.3 6.2 9.4 9.1 4.5 2.1 3.7 6.4 5.6
3.9 9.8 5.5 6.1 8.5 5.2 6.7 3.7 7.9 5.6
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah(data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara
1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan IIII-201 201 0 tumbuh sebesar 3,9% 3,9% (yoy), melambat dibandingkan dengan dengan pertumbuhan pada triwulan II-201 20 10 yang tumbuh sebesar 5.4% 5.4% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh sebagian besar daerah di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 sedang berada dalam masa tanam setelah panen raya pada tahun ini mencapai puncaknya pada triwulan I-2010. Sementara itu, sub sektor perikanan menunjukkan kinerja yang meningkat pada triwulan ini. Cuaca yang bersahabat dan berkurangnya gangguan badai dan gelombang tinggi menyebabkan peningkatan produksi perikanan tangkap di laut. Perikanan budidaya juga diperkirakan meningkat pada triwulan laporan, dan puncak masa panen raya diperkirakan terjadi pada awal triwulan II-2010. Salah satu prompt indicator produksi sektor pertanian, khususnya tanaman bahan makanan (tabama), dapat terlihat dari perkiraan produksi pertanian dan pertumbuhan produksi padi. Dari G rafik 1.12 1.12 terlihat bahwa produksi komoditas sektor pertanian, terutama padi mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi triwulan I-2010 yang merupakan puncak masa panen raya tahun ini. Padi merupakan komoditas tabama yang memiliki bobot paling besar, sehingga produksi padi akan berpengaruh cukup signifikan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
8
terhadap produksi sub sektor tabama dan sektor pertanian secara keseluruhan.
4000
60
3500
50
80
60
60
50
3000 40 30
1500
20
1000 10
500 0 ii
iii
iv
i
ii
iii
iv
2007
2008
Padi
Jagung
i
ii
iii
iv
2009
i
20
30
0
20
-20
10 0
-40 I
0 i
40
40 Ribu ton
2000
Ribu ton
2500
Ribu ton
70
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I* II*
2006
2007
2008
2009
ii
2010
Kedelai (RHS)
2010
Budidaya
Tangkap Laut
g_budidaya - RHS (%,yoy)
g_tangkap laut - RHS (%,yoy)
Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng *Ket: Proyeksi Dinas Perikanan& Kelautan Prov. Jateng
Sumber : Din. Perikanan& Kelautan Prov. Jateng
Grafik 1.12 1.12 . Perkembangan Produksi Tabama di Jawa Tengah
Grafik 1.13 1.1 3. Perkembangan Produksi Perikanan di Jawa Tengah
1,600
3,600 Sapi Potong Kambing - RHS 3,400
3,200 1,400
Ribu Ekor
Ribu ekor
1,500
3,000
1,300
2,800 I
II III IV I
II III IV I II III IV I
II III IV I* II*
2006
2007
2009
2008
2010
Sumber : Dinnakkeswan Prov. Jateng *Ket: Proyeksi Dinnakkeswan Prov. Jateng
Grafik 1.14 1.1 4 . Populasi hewan ternak terpilih di Jawa Tengah
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pengolahan tumbuh sebesar 5,5% 5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup tinggi sebesar 6,2% (yoy). Secara umum pada triwulan II-2010 sektor ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan terus tumbuh positif seiring dengan semakin membaiknya iklim usaha yang didorong oleh peningkatan permintaan domestik. Namun basis angka nilai tambah sektor ini yang relatif tinggi pada triwulan II-2009 sebagai akibat pemulihan ekonomi setelah mengalami kontraksi yang cukup dalam pada triwulan I-2009 menyebabkan melambatnya angka pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan (base effect4).
Prompt indicator sektor ini adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau yaitu industri rokok, yang mengalami perningkatan. Penerimaan cukai rokok menunjukkan pertumbuhan yang positif dan meningkat secara triwulanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Prompt indicator lainnya adalah konsumsi listrik untuk segmen industri. 4
Base effect adalah efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
9
Grafik 1.16 menunjukkan bahwa konsumsi listrik segmen industri mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, namun pertumbuhannya secara tahunan mengalami perlambatan. Listrik merupakan salah satu input utama yang dipergunakan oleh sebagian besar industri di Jawa Tengah. Sehingga peningkatan penjualan listrik terhadap sektor industri tersebut merupakan indikasi pula adanya perkembangan positif pada sektor industri (Grafik Grafik 1.16). 1.16 6
100
1,350
Penerimaan Cukai g_yoy (%)
20% Industri
1,300
80
4
60
3
40
2
20
1
0
15%
g_yoy (RHS)
1,250 Juta KWh
Rp. Triliun
5
10%
1,200 1,150
5%
1,100
0%
1,050
0
-20 I
II
III IV
2006
I
II
III IV
2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
950
II
-10% I
2010
Sumber : Kanwil Dit. Jend Bea Cukai Jateng&DIY, diolah
Grafik 1.1 1.15 5 Penerimaan Cukai di Jawa Tengah
-5%
1,000
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II 2010
Sumber : PT. PLN Kantor Distribusi Wil. Jateng&DI
Grafik 1.16 1.1 6 Penjualan Listrik PLN Untuk Segmen Industri di Jawa Tengah
Data impor bahan baku5 (raw material) juga menunjukkan tren peningkatan pada triwulan ini, yang mengindikasikan adanya gairah dunia industri untuk memproduksi barang lebih banyak,, atau dapat pula menunjukkan peningkatan kapasitas produksi disektor industri(Grafik Grafik 1.10). 1.10 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Pada triwulan IIII-201 20 10 sektor PHR tumbuh sebesar 5,2% (yoy), (y oy), meningkat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-201 2010 yang tercatat sebesar 4 ,5% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan ini terutama didorong oleh momentum musim liburan, persiapan tahun ajaran baru, menjelang bulan puasa dan hari lebaran serta pelaksanaan pemilukada pada 11 Kab./Kota di Jawa Tengah.
Prompt indicator dari perkembangan sektor ini, dapat dilihat dari hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia dan jumlah kendaraan baru yang terdaftar di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 (Grafik Grafik 1.17. dan Grafik 1.18.). 1.18. Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan di Semarang menunjukkan bahwa perkembangan indeks perdagangan eceran menunjukkan tren peningkatan. Sementara jumlah kendaraan baru yang terdaftar di Jawa Tengah yang ditunjukkan oleh realisasi penerimaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Baru (PBBNKB I) juga menunjukkan tren peningkatan pada triwulan ini, jauh lebih 5
Lihat catatan kakiNo. 3.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
10
tinggi dibanding triwulan sebelumnya maupun posisi triwulan yang sama tahun sebelumnya. 8
Indeks Total
250 Spd Mtr (RHS)
7
120
Sedan, Jeep&St.Wag
Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
200
6 Truk Ribu Unit
100 80 60
5
150
4 100
3
40
2
20
1
50
0
0
0 i ii iii iv i ii iii iv i ii iii iv i ii iii iv i ii
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2008
2009
2006
2010
Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang
Ribu Unit
140
2007
2008
2009
2010
Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah
Grafik 1.17 1.17 . Perkembangan Indeks Riil Penjualan Penjualan Eceran
Grafik 1.18 1.18. 18. Penambahan Jumlah Kendaraan Baru yang Terdaftar di Jawa Tengah
Selain prompt indicator di atas, data penjualan listrik pada sektor bisnis yang mencakup usaha pertokoan, hotel dan restoran menunjukkan bahwa penjualan listrik untuk segmen bisnis masih mencatatkan angka pertumbuhan yang positif pada triwulan ini (Grafik Grafik 1.19). 1.19 600
240
5.0
500
230
4.0
NPL Kred Jasa Dunia Usaha
40
g_yoy - RHS
400
220
200
100 0
190 I
II
III
IV
I
2008 Pemakaian Sekt. Bisnis
II
III
2009
IV
I
II
Rp. Triliun
210
200
20 2.0 10 1.0
-10 i
ii
iii
2007
Pelanggan Sekt. Bisnis
Sumber : PT. PLN Kantor Distribusi Wil. Jateng&DIY
0
0.0
2010
Grafik 1.19 1.19. 19 . Penjualan Listrik PLN Segmen Bisnis di Jawa Tengah Tengah
30
g_qtq - RHS
3.0
300 Ribu
Juta KWh
50
Kredit Jasa
iv
i
ii
iii
2008
iv
i
ii
iii
2009
iv
i
ii*
2010
Sumber: LBU, Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.20 1.20. 20 . Perkembangan Kredit Sektor Jasa d i Jawa Tengah
1.2.4. Sektor Jasa Sektor Sektor jasajasa -jasa pada triwulan ini tumbuh sebesar 7,9% 7,9% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-201 2010 yang tercatat sebesar 6, 5% (yoy). Pertumbuhan ini diperkirakan disebabkan oleh perkembangan sub sektor jasa pemerintahan terutama belanja pemerintah daerah, antara lain untuk dana pelaksanaan pemilukada pada 11 Kab./Kota di Jawa Tengah yang jatuh pada triwulan laporan. Sementara itu untuk sub sektor jasa swasta diperkirakan tumbuh relatif stabil sehingga pertumbuhan sektor ini diperkirakan tetap tinggi. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
11
Salah satu prompt indicator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa oleh perbankan di Jawa Tengah. Dari G rafik 1.22 terlihat bahwa penyaluran kredit jasa mengalami peningkatan baik dalam nominal maupun kualitas yang terlihat dari rasio NPLs menunjukkan tren yang semakin menurun. 1.2.5. Sektor Lainnya triwulan wulan II-201 Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tri 2010 tumbuh s ebesar 3,7% 3,7% (yoy), (yoy), relatif stabil
bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada
triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 3,70% (yoy) pula. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 18,69% (yoy), meningkat tipis dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,64% (yoy). Pertumbuhan kredit yang positif pada triwulan ini banyak dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi pada akhir triwulan ini, yang dipicu oleh musim liburan sekolah dan persiapan tahuan ajaran baru serta menjelang bulan puasa dan hari lebaran. (lihat lihat Bab Perkembangan Perbankan). Perbankan TABEL 1.3 PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP MILIAR) I-09 IN DIKA TOR Total Asset DPK Kredit LDR (%) NPL (%)
113,259 90,139 79,835 88.57 4.17
II-09 116,051 92,260 82,670 89.61 3.87
III-09
IV-09
121,918 125,830 93,852 97,661 85,961 90,214 91.59 92.37 3.40 2.90
I-10
II-10*
129,543 99,556 92,060 92.47 3.02
133,389 101,705 95,147 93.55 3.04
GROWTH (%) yoy qtq 17.61 2.97 12.34 2.16 18.69 3.35
Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia * Keterangan: Data posisi Mei 2010, masih bersifat sementara
Secara umum kinerja sub sektor perbankan masih tumbuh cukup baik dan stabil. Beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing Tabel 1.3 loans) masih relatif cukup baik (Tabel 1. 3). Pada periode triwulan II-2010, sektor Konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy), sedikit melambat bila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 9,1% (yoy). Perkembangan sektor ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan tol, pemeliharaan jalan dan beberapa bangunan sarana publik lainnya. Proyek jalan tol Semarang-Solo Seksi I (Semarang-Ungaran) diperkirakan masih menjadi pendorong sektor ini. Prompt indicator perkembangan sektor ini dapat dilihat pada Grafik 1.5 yang memperlihatkan bahwa konsumsi semen pada triwulan ini meningkat dibanding triwulan sebelumnya, namun angka pertumbuhannya mengalami perlambatan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
12
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 6,7% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 2,1% (yoy). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh momentum datangnya musim liburan sekolah pada akhir triwulan laporan dan disumbang oleh kegiatan subsektor telekomunikasi terkait dengan peningkatan kegiatan operator selular. Data yang dapat menjadi indikator perkembangan sektor ini adalah hasil indeks survei penjualan eceran sektor transportasi dan komunikasi, dimana indeks penjualan eceran riil di sektor tersebut terlihat stabil pada triwulan II-2010 (Grafik Grafik 1.21). 1.21 Salah satu prompt indicator yang menunjukkan peningkatan subsektor pengangkutan adalah realisasi penjualan BBM khususnya untuk BBM jenis Solar yang memperlihatkan adanya kenaikan di triwulan ini bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik Grafik 1.4). 1.4 Peningkatan penjualan Solar dapat menjadi indikasi peningkatan kegiatan di subsektor pengangkutan darat, karena mayoritas kegiatan pengangkutan darat menggunakan bahan bakar Solar.
300
Indeks Transportasi dan Komunikasi g_yoy (%, yoy) g_mtm (%, yoy)
250
100
4,200
15%
80
4,000
12%
60
3,800
40
200
Juta KWh
350
20 150
0
100
-20
50
-40
0
3%
3,200 3,000
0% I
-60
2009
6%
3,400
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2008
9%
3,600
II
III
IV
I
2008
2010
Total Penjualan Listrik
II
III
IV
2009
I
II 2010
g_yoy (RHS)
Sumber : SPE, Kantor Bank Indonesia Semarang
Sumber : PT. PLN Distrbusi Wil. Jateng&DIY, diolah
Grafik 1.21 1.2 1 . Perkembangan Indeks Riil Penjualan Penjualan Eceran sektor Transportasi dan Komunikasi Komunikasi
Grafik 1.22 1.2 2. Penjualan Listrik PLN Jawa Tengah
Sektor listrik, gas dan air (LGA) diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 9,1% (yoy). Walaupun mengalami penurunan, namun secara umum pertumbuhan sektor ini masih relatif tinggi. Peningkatan kegiatan industri diperkirakan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor ini, terutama sub sektor listrik. Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan masih tumbuh stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, antara lain karena terpengaruh kenaikan tarif PDAM yang berlangsung secara bertahap. Prompt indicator dari perkembangan sektor ini diantaranya adalah perkiraan penjualan listrik oleh PLN,, sebagaimana terlihat dari G rafik 1.22 1. 22 yang menunjukkan adanya tren peningkatan yang cukup signifikan.. ♣♣♣ Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
13
BOKS 1 ”DAMPAK DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEANASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (KHUSUSNYA UMKM) DI JAWA TENGAH” TENGAH Setelah pada triwulan yang lalu dilakukan penelitian Dampak ACFTA Terhadap Komoditas Meubel di Jawa Tengah, pada triwulan ini kembali Bank Indonesia melakukan penelitian singkat Dampak ACFTA dalam skala yang lebih luas, yaitu dampaknya terhadap kinerja UMKM di Jawa Tengah. Tujuan dilakukannya penelitian singkat ini terutama adalah : 1. Untuk memperoleh informasi mengenai dampak dari pelaksanaan Asean – China Free Trade Area (ACFTA) terhadap kinerja perusahaan, khususnya UMKM di sektor perdagangan, perindustrian dan pertanian. 2. Memperoleh masukan terhadap
dampak diberlakunya ACFTA secara penuh mulai
tanggal 1 Januari 2010 terhadap UMKM, khususnya untuk UMKM yang memproduksi barang yang jenisnya sama dengan China (misalnya sepatu dan mainan anak-anak). Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer melalui penyebaran kuesioner kepada responden terpilih di wilayah Jawa Tengah. Pemilihan responden antara lain didasarkan pada hasil Baseline Economic Survei (BLS). BLS merupakan penelitian dasar potensi ekonomi yang dilakukan dalam rangka mengidentifikasi berbagai komoditas/produk/Jenis Usaha (KPJu) unggulan pada UMKM, yang diharapkan dapat menjadi salah satu tumpuan prioritas pengembangan oleh suatu daerah.
Selain didasarkan pada BLS, pemilihan
responden juga didasarkan pada perusahaan UMKM di Jawa Tengah yang memproduksi barang yang jenisnya sama dengan China antara lain tekstil/konveksi, produk manufaktur, produk alas kaki/kulit, dan plastik/mainan anak-anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian melalui metode
survei yang telah dilakukan oleh KBI Semarang
dengan melibatkan 50 responden perusahaan UMKM yang bergerak di sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: •
Secara umum, implementasi ACFTA sampai saat ini belum berdampak terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah , khususnya UMKM di sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian. - Berdasarkan sektor ekonomi, untuk responden sektor industri, mayoritas responden (55%) menilai penerapan ACFTA tidak berdampak terhadap kegiatan usaha. Sementara itu, 45%
responden
merasa bahwa
penerapan ACFTA dapat
menimbulkan kerugian. Responden yang merasa dirugikan oleh penerapan ACFTA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
14
mengkhawatirkan omzet usaha mereka akan berkurang dan adanya persaingan harga dan mutu (bahan baku dan produk). Namun demikian secara umum mayoritas responden menjawab bahwa kondisi indikator bulanannya masih stabil walaupun diserbu oleh masuknya barang-barang dari ASEAN/China. - Untuk responden di sektor Perdagangan, mayoritas responden (67%) menilai penerapan ACFTA belum berdampak terhadap kegiatan usaha, 20% responden menyatakan bahwa penerapan ACFTA akan mendatangkan keuntungan sedangkan 13% responden merasa penerapan ACFTA merugikan mereka. Adanya responden yang menyatakan adanya potensi keuntungan tersebut diperkirakan karena dengan adanya ACFTA akan tejadi aliran barang murah dari China, sehingga
dapat
menimbulkan potensi bisnis baru. - Demikian pula halnya dengan responden di sektor pertanian, mayoritas responden (86%) menilai penerapan ACFTA tidak berdampak terhadap usaha pertanian. Hal ini dikarenakan responden optimis bahwa produk pertanian Jawa Tengah mempunyai kualitas yang cukup bagus sehingga dapat bersaing dengan produk pertanian dari ASEAN-China. Responden yang menyatakan penerapan ACFTA berdampak pada usaha mereka, menganggap bahwa terdapat produk pertanian dari China yang kualitasnya kurang bagus yang dapat menganggu reputasi dari pengusaha domestik. Namun secara umum, responden UMKM sektor pertanian menyatakan bahwa hingga saat ini dampak ACFTA belum dapat dirasakan. •
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa implementasi ACFTA sampai saat ini belum berdampak pula terhadap penyerapan maupun pengurangan tenaga kerja di sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Sehingga belum dapat dilihat dampak implementasi ACFTA terhadap kesejahteraan secara umum. Namun demikian, terungkap bahwa perusahaan UMKM di sektor industri, sektor perdagangan dan sektor pertanian mempunyai rencana untuk mengurangi tenaga kerjanya apabila di kemudian hari terjadi kerugian akibat ACFTA, sehingga hal ini peerlu diwaspadai ke depan.
•
Responden penelitian mengharapkan pemerintah dapat melakukan beberapa langkah/ kegiatan terkait antisipasi dampak ACFTA, sebagai berikut : a. Mempermudah akses terhadap kredit perbankan. b. Menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan kecil. c. Kepastian kontinuitas pasokan energi (listrik dan gas). d. Pelonggaran kebijakan perdagangan. e. Meningkatkan kegiatan promosi baik (ekspo/pameran) di dalam maupun di luar negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
15
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
16
Bab 2 Perkembangan Inflasi Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan II2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2010, baik secara tahunan (yoy) maupun secara kuartalan (qtq). Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,46% (yoy). Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 adalah sebesar 1,33% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,91% (qtq). Sumber tekanan inflasi secara tahunan maupun kuartalan pada triwulan laporan terutama berasal dari komoditas kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok makanan jadi.
15.97 17.11
Secara umum, inflasi Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Inflasi Jawa Tengah triwulan II-2010 secara tahunan tercatat 4,57% (yoy) dan secara kuartalan tercatat 1,33% (qtq). Dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi Jawa Tengah secara tahunan (yoy) dan kuartalan (qtq) pada triwulan II-2010 tersebut tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yang masing-masing sebesar 5,05% (yoy) dan 1,41% (qtq). Inflasi Jateng pada tahun 2009 dan triwulan I-2010 cenderung lebih tinggi dari inflasi nasional, setelah dalam lima tahun terakhir (2003-2008) selalu berada di bawah inflasi nasional. Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari nasional pada triwulan II-2010, maka perlu untuk dilanjutkan upaya menstabilkan harga komoditas di Jateng, agar lebih stabil seperti periode 2003-2008 (Grafik Grafik 2.1. dan Grafik 2.2). 2.2
18
Jateng
16
Nasional
6.24 6.59
2006
2007
4
2009
I-2010
4.57 5.05
6.50 6.60
6
5.75 6.40
8
4.45 5.16
10
3.46 3.43
12
3.32 2.78
9.55 11.06
14
2 0 2003
2004
2005
2008
II-2010
Sumber: BPS
GRAFIK 2.1. 2.1 . INFLASI J AWA TENGAH DIBANDINGKAN NASIONAL (PERSEN, YOY)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
17
14 12
Jateng (qtq) Nas (qtq) Jateng (yoy) Nas (yoy)
10 8 6 4 2
-2
Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
0
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, diolah
GRAFIK 2.2 2.2 . PERKEMBANGAN INFLASI T AHUNAN (YOY) DAN KUARTALAN (QTQ) JAWA T ENGAH DAN NASIONAL
Namun demikian, dengan melihat perkembangan inflasi Jateng yang menunjukkan kecenderungan semakin meningkat, maka pengendalian inflasi di Jawa Tengah tetap harus menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010. Meskipun sampai dengan triwulan II-2010, inflasi Jateng diperkirakan masih berada dalam kisaran proyeksi di awal tahun sebesar 5% ± 1%, namun TPPH Jawa Tengah perlu mengoptimalkan kinerjanya dalam memantau dan mengendalikan stabilitas harga komoditas pada tahun 2010. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah lain, seperti TPID DIY, TPID Surakarta, TPID Purwokerto, maupun TPID Jabar dan TPID Jatim. Dengan adanya koordinasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan sinergi atau koordinasi antara TPID/TPPH dalam mengendalikan inflasi, melalui arus informasi yang lebih faktual dan akurat mengenai pasokan komoditas lintas wilayah.
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Inflasi berdasarkan kelompok komoditas pada triwulan II-2010 menunjukkan bahwa komoditas volatile foods dalam kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar di antara semua kelompok komoditas.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
18
2.1.1. Inflasi Kuartalan (qtq) Secara kuartalan, semua kelompok barang dan jasa memberikan andil inflasi di triwulan II-2010. Kelompok barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan (4,83%), diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok perumahan masing-masing sebesar 1,40% dan 0,39% (Tabel Tabel 2.1). 2.1 TABEL 2.1 2. 1. INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; QTQ) KELOMPOK
NO
Mar-09
Jun-09
Mar-10
Jun-10
UMUM / TOTAL
0.77
0.20
0.91
1.33
1
BAHAN MAKANAN
1.73
-1.12
1.16
4.83
2
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
1.80
1.86
2.06
0.22
3
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
1.83
0.28
0.54
0.39
4
SANDANG
3.34
-0.53
0.25
1.40
5
KESEHATAN
1.90
0.66
0.22
0.21
6
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
0.12
0.05
0.14
0.11
7
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
-4.56
0.37
0.47
0.06
Sumber : BPS, diolah
Berikut ini adalah uraian perkembangan 4 (empat) kelompok barang dan jasa yang memberikan sumbangan inflasi terbesar, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok perumahan, dan kelompok makanan jadi. a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami peningkatan angka inflasi yang cukup besar pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan IHK kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan IHK subkelompok bumbu-bumbuan (43,70%), subkelompok sayur-sayuran (16,32%), dan subkelompok ikan diawetkan (6,01%). Sementara itu, subkelompok yang mengalami penurunan IHK adalah subkelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya (-1,20%), subkelompok ikan segar (-0,04%), serta subkelompok lemak dan minyak (-1,61%). Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain cabe merah, cabe hijau, bawang putih, bawang merah dan daging ayam ras. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi dalam triwulan ini antara lain adalah tomat sayur, tomat buah dan beras. Naiknya tekanan harga bahan makanan dalam triwulan II-2010 antara lain disebabkan oleh kurang lancarnya pasokan komoditas bumbu-bumbuan seperti cabe merah, cabe rawit, bawang merah dan bawang putih, karena pengaruh cuaca yang kurang kondusif Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
19
sehingga hasil panen di daerah penghasil komoditas tersebut tidak optimal. Cuaca yang kurang baik tersebut juga berpengaruh pada pasokan sayur-sayuran yang kurang memadai, seperti bayam, kangkung, kacang panjang, cabe hijau, tomat sayur dan kol putih/kubis. Sementara itu, pasokan komoditas beras dalam triwulan laporan masih mencukupi, sehingga kondisi harganya relatif stabil. Stok beras di Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah, mampu untuk memenuhi kebutuhan operasional Bulog hingga akhir Desember 2010.
Indeks Komoditas Makanan (Dunia)
Indeks Harga Komoditi Dunia 250
190 180
200
170 160
150
150 140
100
130 120
50
110 100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2010
Sumber: IMF
2008
2009
2010
Sumber: IMF
GRAFIK 2.3 2.3 . PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KOMODITAS DUNIA
Kenaikan indeks harga bahan makanan ini lebih dipengaruhi oleh faktor domestik khususnya cuaca, sedangkan pengaruh dari pergerakan harga komoditas pangan dunia relatif minim. Hal itu terlihat dari kecenderungan penurunan indeks harga komoditas dunia secara umum maupun indeks komoditas makanan di dunia pada triwulan II-2010 (Grafik Grafik 2.3.). 2.3.
67,000
Daging Sapi
9,000
Sayur-sayuran
8,000
66,500
7,000
66,000
6,000 5,000
65,500
4,000 65,000 3,000 64,500
2,000
64,000
1,000
Wortel Kacang Panjang
Kentang Kangkung
-
63,500 I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V
I II IIIIV I II III IV I II IIIIV V I II IIIIV I II III IV I II IIIIV V I II IIIIV I II III IV I II IIIIV V
Okt-09 Nov-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10
Okt-09 Nov-09 Des-09
Sumber: SPH KBI Semarang
Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10
Sumber: SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.4 2.4 . PERKEMBANGAN HARGA BEBERAPA KOMODITAS KOMODITAS BAHAN MAKANAN HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) KBI SEMARANG
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang, harga komoditas sayursayuran dan daging sapi pada triwulan II-2010 cenderung mengalami peningkatan (Grafik Grafik 2.4.). 2.4. Kenaikan harga komoditas sayuran disebabkan oleh pasokan yang kurang optimal,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
20
sedangkan daging sapi disebabkan oleh naiknya permintaan karena banyaknya hajatan yang dilakukan oleh masyarakat di Jateng. b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Pada kelompok makanan jadi, kenaikan IHK tertinggi terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,30%) serta subkelompok makanan jadi
(0,68%).
Kenaikan harga kelompok ini dipicu oleh tingginya kenaikan harga komoditas rokok kretek, rokok kretek filter, gulai, makanan ringan/snack, sate dan jus buah. Sementara itu, gula pasir yang selama tahun 2009 mengalami kenaikan harga cukup tinggi, pada triwulan laporan terlihat relatif stabil dengan kecenderungan menurun. Penurunan harga gula pasir dipengaruhi oleh faktor domestik berupa stok yang naik seiring dengan telah masuknya masa giling pada Mei 2010. Adapun pengaruh harga gula pasir dunia (imported inflation) cenderung minim, karena harga gula pasir dunia telah mengalami penurunan sejak triwulan I2010 (Grafik Grafik 2.5. 2. 5.). 5. Perkembangan Harga Gula Dunia dan Domestik 14,000
30
12,000
25
10,000 20 8,000 15 6,000 10 4,000 2,000
5
Semarang - Rp per Kg (axis kiri) Dunia - US Cent per pound (axis kanan)
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
2010
Sumber: IMF dan SPH KBI Semarang GRAFIK 2.5 2.5 . PERKEMBANGAN HARGA GULA PASIR DI DUNIA DAN HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) KBI SEMARANG
c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Pada kelompok ini, kenaikan IHK tertinggi terjadi pada subkelompok biaya tempat tinggal (0,60%) dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga (0,38%). Kenaikan ini lebih dipicu oleh tingginya kenaikan harga bahan bangunan seperti besi beton, daun pintu, dan batu bata. Imported inflation ikut berpengaruh juga terhadap kelompok ini, khususnya harga bahan bangunan logam yang mengalami kenaikan pada April-Mei, meskipun kemudian menurun pada Juni 2010 (Grafik Grafik 2.6.). 2.6.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
21
Harga LNG Indonesia di Dunia
Indeks Harga Komoditas Logam Dunia
350
250 USD per m3
300
200 250
150
200 150
100
100
50 50
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
2009
2007
2010
Sumber: IMF
2008
2009
2010
Sumber: IMF
GRAFIK 2.6 2.6 . PERKEMBANGAN INDEKS HARGA LNG LNG INDONESIA DAN KOMODITAS LOGAM DI DUNIA
d. Kelompok Sandang Kenaikan IHK kelompok sandang pada triwulan ini disebabkan oleh peningkatan IHK subkelompok barang pribadi dan sandang lain (4,99%) serta subkelompok sandang anakanak (0,58%). Kenaikan IHK tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan dan seragam sekolah anak. Berdasarkan SPH KBI Semarang, harga emas perhiasan pada akhir triwulan II-2010 mencapai sekitar Rp309 ribu per gram, naik 4,68% dari akhir triwulan I-2010 dalam kisaran Rp295 ribu. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan harga emas dunia yang juga meningkat pada triwulan II-2010. Rata-rata harga emas dunia pada triwulan II-2010 tercatat USD1.232,92 per troy once, atau naik 10,74% dibandingkan Grafik 2.7). harga rata-rata triwulan I-2010 sebesar USD1.113,34 per troy once (Grafik 2.7
350,000
1,400
300,000
1,200
250,000
1,000
200,000
800
150,000
600
100,000
400 Lokal (Rp / gr) - axis kiri
50,000
200 Internasional (USD / troy once - axis kanan
-
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2007
2008
20 09
20 10
Sumber: USA Gold dan SPH KBI Semarang
GRAFIK 2.7 2.7 . PERKEMBANGAN HARGA EMAS DUNIA DAN LOKAL
Berdasarkan informasi dari Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Semarang yang dilakukan setiap minggu, diperoleh informasi terkait dengan kondisi harga beberapa komoditas penting pada triwulan II-2010. Secara umum, harga beberapa komoditas penting (khususnya yang termasuk komoditas volatile foods) mengalami kenaikan, karena persoalan pasokan yang kurang memadai. Kondisi harga beberapa komoditas tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.2 2.2. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
22
Komoditas
TABEL 2.2 2. 2. KONDISI HARGA BEBERAPA KOMODITAS PENTING Kondisi Harga Faktor Penyebab
Beras
Relatif stabil
Daging sapi
Relatif stabil
- Dampak kenaikan HPP (haga pokok pembelian) - Kenaikan harga pupuk - Di beberapa daerah mulai masuk musim tanam - Permintaan stabil
-
Daging ayam ras
Cenderung naik
Telur ayam ras
Cenderung naik
Minyak goreng
Cenderung turun
-
Bawang merah
Cenderung naik
-
Permintaan naik Stok mencukupi Permintaan meningkat(produk kue kering persiapan lebaran dan banyaknya hajatan di masyarakat Jateng) Permintaan stabil Pengaruh harga CPO internasional Pasokan kurang Permintaan stabil
Bawang putih
Cenderung naik
Gula pasir
Cenderung turun
Emas perhiasan
Cenderung naik
-
Pasokan agak berkurang Permintaan stabil Permintaan stabil Pasokan relatif memadai Pengaruh harga internasional Pengaruh harga internasional
Keterangan
- Stok beras di gudang Bulog Jateng mampu memenuhi kebutuhan 6 bulan ke depan
- Stok daging sapi mencukupi
-
- Stok memadai
- Kualitas hasil panen kurang bagus karena curah hujan yg tinggi - Dalam musim giling (MeiOktober) -
Sumber: SPH KBI Semarang
2.1.2. Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 4,57% (yoy), naik dari triwulan sebelumnya sebesar 3,46% (yoy). Tekanan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (9,37%), diikuti oleh kelompok makanan jadi (6,08%) dan kelompok sandang (4,53%). Sementara itu, kelompok barang dan jasa yang mengalami kenaikan IHK terendah adalah kelompok transpor, yaitu sebesar 1,37% (Tabel Tabel 2.3 2. 3. ). Pembahasan selanjutnya akan diuraikan 3 (tiga) kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan ini. a . Kelo Kelompok mpok Bahan Makanan Kenaikan IHK pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan harga di subkelompok bumbu-bumbuan (67,80%) serta subkelompok sayur-sayuran (17,03%). Kenaikan IHK subkelompok bumbu-bumbuan terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan cabe rawit. Sementara kenaikan IHK subkelompok sayur-sayuran terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas seperti bayam, kangkung, kacang panjang dan cabe hijau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
23
TABEL 2.3 2. 3. INFLASI JAWA TENGAH TENGAH TAHUNAN TAHUNAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; YOY) YOY) NO
KELOMPOK
Mar-09
Jun-09
Mar-10
Jun-10
UMUM / TOTAL
6,94
3.95
3,46
4,57
1
BAHAN MAKANAN
7,76
3.92
3,16
9,37
2
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
9,22
8.13
7,81
6,08
3
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
12,17
7.38
2,18
2,28
4
SANDANG
7,08
6.38
2,54
4,53
5
KESEHATAN
6,97
6.04
1,70
1,24
6
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
4,99
3.69
2,48
2,55
7
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
1,92
-7.36
1,69
1,37
Sumber : BPS, diolah
b. Ke Kelompok lompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol (10,84%), serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (8,26%). Kenaikan pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti rokok kretek, rokok kretek filter, gulai, makanan ringan, sate dan jus buah. Sementara itu, harga gula pasir menunjukkan kecenderungan menurun. c. Kelompok Sandang Kenaikan IHK pada kelompok ini terutama bersumber dari kenaikan harga di subkelompok barang pribadi dan sandang lain (11,64%), serta subkelompok sandang anakanak (3,33%). Kenaikan IHK kelompok sandang terutama disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan kenaikan harga emas dunia, serta harga seragam sekolah seiring dengan mulai masuknya tahun ajaran baru. Apabila dilihat komoditas penyebab inflasi setiap bulannya, BPS mencatat beberapa komoditas yang menjadi pemicu utama inflasi triwulan ini, terutama berasal dari kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan. Beberapa komoditas penyebab inflasi Jawa Tengah pada triwulan II-2010 dapat dilihat dalam Tabel 2.4.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
24
No 1.
TABEL 2.4 2. 4. BEBERAPA KOMODITAS PENYEBAB INFLASI TIAP BULAN PADA TRIWULAN II- 201 201 0 April Mei Juni Kelompok Bahan Makanan − − − − − − −
cabe merah bawang putih pindang asin tomat sayur bawang merah nangka muda kacang panjang
− cabe merah − daging ayam ras − bawang putih − jeruk − kacang panjang − cabe hijau − kol putih/kubis
− − − − − − − − −
cabe merah cabe rawit beras telur ayam ras bawang merah daging ayam ras kol putih/ kubis wortel cabe hijau
2.
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan tembakau − makanan ringan/ snack − sate − jus buah
3.
− gulai − bakso − bubur kacang hijau − gudeg − gado-gado − rokok kretek − rokok kretek − rokok kretek filter Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar − batu bata − biaya keamanan
− mandor − batu bata
4.
− besi beton − daun pintu Kelompok Sandang −
− emas perhiasan
− emas perhiasan
− ongkos bidan
−
5.
Kelompok Kesehatan −
6.
Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga −
7.
−
−
Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
− bensin − mobil − cuci kendaraan Sumber : BPS, diolah
− bensin
−
BPS juga mencatat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga atau memberikan andil deflasi pada triwulan ini. Beberapa komoditas tersebut antara lain beras, gula pasir, ikan-ikanan dan minyak goreng. Beberapa komoditas yang memberikan andil penurunan harga (deflasi) Jawa Tengah di setiap bulan selama triwulan II-2010 dapat dilihat dalam Tabel 2.5.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
25
TABEL 2.5 2. 5. BEBERAPA KOMODITAS YANG MENGALAMI PENURUNAN IHK PADA TRIWULAN IIII- 201 2010 April Mei Juni beras daging ayam ras minyak goreng cabe rawit salak apel ikan lele ikan bawal ikan belanak udang basah gula pasir
− − − − − − − − − − −
− − − − − − − − − − −
beras telur ayam ras bawang merah minyak goreng tomat sayur kelapa jagung manis apel ikan bandeng ikan mujair gula pasir
− − − − − − − −
pisang tomat sayur tomat buah anggur minyak goreng gula pasir bensin kayu balokan
Sumber : BPS dan SPH KBI Semarang
Perkembangan harga beberapa komoditas tersebut sesuai dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang, secara umum menunjukkan peningkatan harga selama triwulan II-2010. Perkembangan harga beberapa komoditas strategis hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang dapat dilihat pada Grafik 2.8 2. 8. Beras
8,600
Daging dan Telur Ayam Ras
30,000
8,400 25,000
8,200 8,000
20,000 7,800 7,600
15,000
7,400 10,000
Daging Ayam Ras
7,200 7,000
Telur Ayam Ras
5,000
6,800 I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V
Okt-09
Nov-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
Mei-10
Jun-10 Okt-09 Nov-09
35,000
Minyak Goreng
14,000
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10 Mei-10
Jun-10
Bumbu-bumbuan
30,000 12,000 25,000 10,000 20,000 8,000 15,000 6,000 10,000 4,000 2,000
Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih
Curah 5,000
Merk 1 Merk 2
-
-
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Okt-09 Nov-09 Okt-09 Nov-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10 Mei-10
Des-09
Jan-10 Feb-10
Mar-10
Apr-10 Mei-10
Jun-10
Jun-10
GRAFIK 2.8. PERKEMBANGAN HARGA BEBERAPA KOMODITAS STRATEGIS HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) MINGGUAN DI KOTA SEMARANG
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
26
2.2. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah Inflasi kuartalan (qtq) dan tahunan (yoy) di empat kota di Jawa Tengah yaitu kota Semarang, Surakarta, Purwokerto dan Tegal pada triwulan ini mengalami kenaikan di semua kota. Kelompok bahan makanan dan kelompok sandang menjadi kelompok yang menjadi penyebab inflasi kuartalan, sedangkan inflasi tahunan terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi. Laju inflasi kuartalan (qtq) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan II-2010 masing-masing sebesar 1,23%, 1,58%, 1,23% dan 1,48%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BPS mencatat bahwa laju inflasi kuartalan di empat kota tersebut mengalami kenaikan. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan laju inflasi kuartalan pada triwulan II-2010 terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Komoditas kelompok bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi cukup nyata adalah komoditas dalam subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok sayursayuran. Adapun komoditas dalam kelompok sandang yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan adalah emas perhiasan dan sandang anak-anak khususnya seragam sekolah. Perkembangan inflasi kuartalan empat kota di Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.9 2. 9 dan Grafik 2.10. 2.10 Jateng (1,33) Purwokerto (1,23) Surakarta (1,58) Semarang (1,23) Tegal (1,48)
4
3
8 Purwokerto
7
Solo
Semarang
Tegal
6 5
2
4 3
1 2 1
2007
2008
2009
I
II
IV
II
III
I
IV
III
I
II
IV
III
I
-1
II
0
2010
0 -1
Bahan Makanan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
GRAFIK 2.10. INFLASI KUARTALAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH MENURUT KELOMPOK KOMODITAS (PERSEN, QTQ)
GRAFIK 2.9. INFLASI KUARTALAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH (PERSEN, QTQ) Sumber: BPS, diolah
Makanan Jadi Perumahan
Sumber: BPS, diolah
Sementara itu, laju inflasi tahunan (yoy) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan II-2010 masing-masing sebesar 4,69%, 3,66%, 4,31% dan 5,83%. Dibandingkan dengan triwulan I-2010, BPS mencatat laju inflasi tahunan di empat kota tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahwa laju inflasi tahunan di empat kota tersebut dipicu oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi. Komoditas kelompok bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi cukup signifikan adalah komoditas dalam subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok sayursayuran. Sementara beberapa komoditas dalam kelompok makanan jadi yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi antara lain yang termasuk subkelompok minuman yang tidak Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
27
beralkohol serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Perkembangan laju inflasi tahunan di empat kota di Jawa Tengah terlihat dalam Grafik 2.11 2.11. 11 dan Grafik 2.12 2. 12. 12
14
12
Jateng (4,57)
Purwokerto
Purwokerto (4,31)
12
Surakarta (3,66)
Solo
10
Semarang
Semarang (4,69)
10
Tegal (5,83)
Tegal
8
8 6
6 4
4
2007
2008
2009
I
II
IV
III
I
II
IV
III
I
II
IV
II
0
III
2
0 I
2
Bahan Makanan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
GRAFIK 2.12. INFLASI TAHUNAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH MENURUT KELOMPOK KOMODITAS (PERSEN, YOY)
GRAFIK 2.11. INFLASI TAHUNAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH (PERSEN, YOY) Sumber: BPS, diolah
Makanan Jadi Perumahan
2010
Sumber: BPS, diolah
2.3 2.3 . Inflasi KotaKota - Kota di Jawa
Nasional (5,05) Cilegon
4.64 Pada triwulan II-2010, inflasi Tangerang 4.34 salah satu kota di Jawa Tengah, yaitu Madiun 4.40 Tegal, tercatat memiliki angka inflasi Probolinggo 5.48 Sumenep 4.34 tertinggi di antara kota-kota di Pulau Depok 5.47 Jawa lainnya yakni sebesar 5,83% Bekasi 5.62 (yoy). Angka inflasi tersebut juga Sukabumi 3.09 Bogor 4.23 berada di atas inflasi nasional sebesar Serang 4.80 5,05% (yoy). Hal itu terutama Surabaya 4.70 diakibatkan pengaruh kenaikan IHK Malang 4.21 kelompok bahan makanan dan Kediri 5.32 Jember 4.46 kelompok makanan jadi. Selain Kota Yogyakarta 4.93 Purwokerto, hanya terdapat empat Tegal 5.83 kota di Jawa yang memiliki laju inflasi Semarang 4.69 Surakarta 3.66 di atas inflasi nasional, yaitu Bekasi Purwokerto 4.31 (5,62%), Probolinggo (5,48%), Cirebon 4.79 Depok (5,47%), dan Kediri (5,32%). Bandung 3.50 Sedangkan inflasi terendah terjadi di Tasikmalaya 4.47 Jakarta 4.52 Sukabumi sebesar 3,09%, diikuti 0 1 2 3 4 5 6 7 Bandung (3,50%) dan Surakarta (3,66%). GRAFIK 2.13. INFLASI KOTA-KOTA DI JAWA TRIWULAN II-2010 (%, YOY) Secara umum, sebagian besar laju inflasi kota-kota di Pulau Jawa relatif lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional pada triwulan II-2010. Terdapat 18 kota dari 23 kota di Pulau Jawa yang dihitung inflasinya oleh BPS, memiliki angka inflasi yang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
28
lebih rendah dari inflasi nasional. Hal itu memberikan indikasi bahwa pergerakan harga komoditas kota-kota di Jawa relatif stabil dibandingkan kota-kota di luar Jawa. Di Jawa Tengah, terdapat 3 kota dari 4 kota yang dihitung inflasinya, memiliki inflasi lebih rendah dari nasional, yaitu Surakarta (3,66%), Purwokerto (4,31%) dan Semarang (4,69%). Dari empat kota di Jateng tersebut, terlihat bahwa kota Tegal memiliki kecenderungan inflasi tahunan yang paling tinggi sejak triwulan III-2009, sementara kota Surakarta memiliki kecenderungan inflasi tahunan paling rendah di Jawa Tengah dalam empat tahun terakhir (Grafik Grafik 2.11.). 2.11 Apabila dilihat secara provinsi, Jateng menjadi provinsi yang memiliki laju inflasi pada triwulan II-2010 yang relatif rendah 5.05 Nasional dibandingkan provinsi lain di Jawa. Inflasi 3.65 Juni-2010 Jawa Tengah pada triwulan II-2010 4.52 Juni-2009 Jakarta 3.45 sebesar 4,57% (yoy) tercatat menjadi 4.63 Banten inflasi terendah kedua di Jawa setelah 4.26 provinsi DKI Jakarta sebesar 4,52% 4.64 Jawa Barat 3.24 (Grafik 2.14). Sementara, inflasi tertinggi 4.57 terjadi di Provinsi DIY (4,98%), diikuti Jawa Tengah 3.95 Banten (4,68%) dan Jawa Timur (4,65%). 4.93 DIY 4.50 Secara umum, inflasi seluruh provinsi di 4.65 Jawa pada triwulan II-2010 berada di Jawa Timur 3.68 bawah inflasi nasional. Namun, inflasi 0 2 4 6 triwulan II-2010 di semua provinsi GRAFIK 2.14. INFLASI PROVINSI DI JAWA memperlihatkan kenaikan dibandingkan TRIWULAN II-2010 (%, YOY) inflasi periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini menggambarkan bahwa tekanan harga pada tahun ini lebih besar dibandingkan pada tahun 2009. Untuk itu, upaya pengendalian inflasi di daerah harus dilakukan lebih terstruktur dan terprogram. Kondisi tersebut juga mencerminkan adanya keunikan penyebab inflasi antar daerah, sehingga perlu adanya kerjasama antar daerah dalam mengendalikan inflasi. Koordinasi antar TPID/TPPH dalam satu provinsi (Jawa Tengah) atau bahkan antar provinsi (misalnya dengan DIY,
Jabar
dan
Jatim)
menjadi
penting
untuk
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
dilakukan
di
masa
mendatang.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
30
Bab 3 Perkembangan Perbankan Secara umum, kinerja sektor perbankan di Jawa Tengah (Bank Umum dan BPR) pada triwulan II-2010 (Data posisi Mei 2010) menunjukkan perkembangan yang positif dengan risiko kredit masih tetap terkendali. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 12,34% (yoy) dan 18,69% (yoy). Kegiatan intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan sebagaimana terlihat dari perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menunjukkan rasio 93,55%. Selain itu, perkembangan tersebut masih diikuti kualitas kredit yang terjaga, dengan rasio gross Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,04%.
TABEL 3.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN (BANK UMUM & BPR) DI PROVINSI JAWA TENGAH (TRILIUN (TRILIUN RP)
NO
INDIKATOR
1 Total Asset - Total a. Total Asset - Bank Umum b. Total Asset - BPR 2 DPK - Total a. DPK - Bank Umum b. DPK - BPR 3 Kredit - Total a. Kredit - Bank Umum b. Kredit - BPR 4 LDR - Perbankan (%) a. LDR - Bank Umum (%) b. LDR - BPR (%) 5 NPL -Perbankan (%) a. NPL - Bank Umum (%) b. NPL - BPR (%)
I-08
II-08
III-08
IV-08
I-09
94.342 87.417 6.925 74.783 69.886 4.897 64.040 58.475 5.565 85,63 83,67 113,64 4,13 3,34 12,54
99.100 91.822 7.278 78.761 73.706 5.054 71.397 65.406 5.991 90,65 88,74 118,52 2,80 3,06 10,36
107.388 99.993 7.395 81.183 76.113 5.070 77.042 70.668 6.374 94,90 92,85 125,71 3,23 2,64 9,78
111.812 103.922 7.889 86.140 80.681 5.459 79.331 72.907 6.424 92,10 90,37 117,66 2,94 2,39 9,26
113.259 105.161 8.097 90.139 84.453 5.686 79.835 73.099 6.736 88,57 86,56 118,46 4,17 3,70 9,30
Sumber: LBU dan LBPR, Bank Indonesia
II-09 Mei Juni 113.418 116.051 105.295 107.844 8.123 8.207 90.529 92.260 84.764 86.474 5.765 5.786 80.165 82.670 73.235 75.610 6.930 7.060 88,55 89,61 86,40 87,44 120,21 122,01 4,41 3,87 3,97 3,41 9,05 8,75
III-09
IV-09
I-10
II-10*
121.918 113.088 8.830 93.852 87.657 6.195 85.961 78.452 7.508 91,59 89,50 121,20 3,40 2,83 9,31
125.830 116.642 9.188 97.661 91.213 6.449 90.214 82.814 7.400 92,37 90,79 114,74 2,90 2,41 8,38
129.543 120.155 9.388 99.556 92.869 6.687 92.060 84.371 7.689 92,47 90,85 114,97 3,02 2,52 8,57
133.389 123.788 9.601 101.705 94.891 6.814 95.147 87.175 7.972 93,55 91,87 117,00 3,04 2,54 8,56
GROWTH yoy qtq 17,61% 2,97% 17,56% 3,02% 18,19% 2,27% 12,34% 2,16% 11,95% 2,18% 18,20% 1,89% 18,69% 3,35% 19,03% 3,32% 15,04% 3,69%
*) Data Mei 2010
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
31
3.1 Intermediasi Bank Umum Intermediasi bank umum yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berdasarkan bank pelapor di Jawa Tengah mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penyaluran kredit yang meningkat cukup signifikan. Namun demikian, pertumbuhan penyaluran kredit ini tidak diikuti oleh penghimpunan DPK yang tumbuh moderat. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kredit tersebut adalah permintaan kredit masyarakat yang relatif cukup tinggi, terutama untuk kredit modal kerja yang disebabkan oleh kondisi perekonomian yang sudah mulai membaik. Selain itu, pertumbuhan kredit pada triwulan II2010 ini juga didorong oleh kebutuhan konsumsi masyarakat terutama untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah di tahun ajaran baru.
3.1.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan positif. positif Secara tahunan, penghimpunan DPK hingga triwulan II-2010 (Mei 2010) tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2010 yaitu dari 9,96% (yoy) menjadi 11,95% (yoy). Pertumbuhan penghimpunan DPK pada tahun 2010 secara akumulatif sampai dengan Mei 2010 meningkat sebesar 4,03% (ytd). Berdasarkan hasil Focus
Group Discussion (FGD) Perbankan Jawa Tengah triwulan II - 2010 yang diselenggarakan oleh KBI Semarang, pertumbuhan DPK ini dinilai masih relatif lambat, karena sebagian masyarakat ada yang mulai memilih altenatif instrumen investasi lain yang memiliki imbal hasil lebih tinggi daripada produk simpanan bank. Selain itu, relatif lambatnya penghimpun DPK diperkirakan disebabkan datangnya tahun ajaran baru bagi anak sekolah dan momentum Pemilukada di 12 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Hal ini diduga mempengaruhi perilaku masyarakat dan pemerintah yang cenderung menarik dana simpanannya di perbankan, sehingga turut menyumbang lambatnya pertumbuhan DPK. Penghimpunan DPK terutama terutama bersumber dari kenaikan tabungan tabungan. gan Pada posisi triwulan II-2010 (posisi Mei 2010), tabungan tumbuh sebesar 15,95% (yoy), sementara giro dan deposito juga mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 12,85% (yoy) dan 7,22% (yoy). Peningkatan tabungan ini akibat meningkatnya dana milik perusahaan swasta yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu 154,55% (yoy). Sementara itu, masih terjadi peningkatan DPK yang berasal dari simpanan BUMN, BUMD, Perusahaan Jasa Keuangan, dll.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
32
% (yoy)
120%
40%
% (yoy)
% (yoy)
25%
100%
30%
80%
20%
60%
20%
15% 40%
10% 20% 10%
0% -10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 -20%
2008
-20%
2009
2010
5% 2008
-40%
2009
2010
-60%
g (yoy) DPK
g (yoy) Giro
g (yoy) Tabungan
g (yoy) Deposito
Sumber : LBU, Bank Indonesia
g (yoy) perusahaan swasta - axis kiri
g (yoy) lainnya- axis kiri
g (yoy) perorangan - axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 16,40%
38,37%
0%
g (yoy) Pemerintah daerah - axis kiri
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Menurut Kepemilikannya Miliar Rp 100.000 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
45,24% 2007
Giro
Tabungan
Deposito
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.3. Komposisi Dana Pihak Ketiga Tw IIII-2010
Pemerintah Daerah
2008 Perusahaan Swasta
2009 Perorangan
2010 Lainnya
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.4. Kepemilikan DPK Bank Umum
Struktur atau komposisi DPK di Jawa Tengah tidak berubah, tabungan masih memiliki porsi yang tertinggi yaitu 45,24% dari keseluruhan DPK Bank Umum. Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp42,92 Triliun, diikuti deposito sebesar Rp36,40 Triliun (38,37%) dan giro sebesar Rp15,56% (16,40%). Faktor yang mempengaruhi tingginya porsi tabungan antara lain adalah untuk motif transaksi menggunakan layanan perbankan (ATM, transfer, kartu debet, dll) dan berjaga-jaga. Hal tersebut karena tabungan merupakan produk perbankan yang fleksibel dan mudah untuk dilakukan penarikan dan penyetoran dana dibandingkan dengan deposito dan giro. Hal ini juga terkonfirmasi pula dari komposisi DPK berdasarkan kepemilikannya, dimana sebesar 76,56% DPK bank umum di Jawa Tengah dimiliki oleh nasabah perorangan. Sementara itu, porsi deposito di bank umum Jawa Tengah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
33
juga cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sebagian deposan masih menganggap bahwa menyimpan dana dalam bentuk deposito masih menguntungkan dan cukup aman. Dari FGD Perbankan Triwulan II-2010, diketahui bahwa high cost deposits seperti deposito diduga mempunyai andil dibalik lambatnya penurunan suku bunga kredit. Biaya dana yang cukup tinggi dikeluarkan perbankan di Jawa Tengah untuk menarik para deposan besar, yang biasanya adalah perusahaan-perusahaan besar nasional maupun institusi besar lainnya. Deposan utama tersebut biasanya meminta special rate diatas ketentuan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), atau bonus lain sebagai kompensasi dari dananya yang disimpan di perbankan. Faktor inilah yang diakui kalangan perbankan menjadi salah satu penyebab tingginya cost of fund, sehingga berdampak pula pada lambatnya penurunan suku bunga kredit. Pada triwulan II-2010, dari Rp36,40 Triliun deposito, sebanyak 8,73% (Rp3,17 Triliun) mendapatkan bunga diatas yang ditetapkan oleh LPS untuk bank umum.
120.000
70%
100.000
60% 50%
80.000
40% 60.000 30% 40.000
20%
20.000
10%
-
0% 1
3
5
7
9
11
1
3
2007
5
7
9
11
2008
1
3
5
7
9
11
1
2009
3
5
2010
Deposito dgn Bunga > 9,25% (Miliar Rp) - Axis Kiri
DPK (Miliar Rp) - Axis Kiri
Total Deposito (Miliar Rp) - Axis Kiri
% Deposito dgn Bunga > 9,25% Thd Deposito - Axis Kanan
% Deposito dgn Bunga > 9,25% Thd DPK - Axis Kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.5. Perkembangan Perkembangan simpanan Deposito Bank Umum
3.1.2 Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah pada triwulan IIII-2010 2010 (posisi Mei 2010) tumbuh sangat baik. Berdasarkan lokasi bank pelapor, pertumbuhan kredit mencapai 19,03% (yoy) dan 5,27% (ytd). Apabila dibandingkan dengan target penyaluran kredit nasional yang sebesar 22%-24%, hal tersebut merupakan sinyalemen yang sangat baik bagi pencapaian pertumbuhan target kredit tahun 2010. Peningkatan penyaluran kredit tertinggi terjadi pada jenis kredit investasi dan kredit konsumsi yang tumbuh mencapai 45,12% (yoy) dan 25,75% (yoy). Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil survei kredit perbankan (SKP) Jawa Tengah triwulan II-2010, dimana untuk jumlah kredit yang disalurkan secara Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
34
keseluruhan dan permintaan kredit dari konsumen meningkat dengan indeks masing-masing sebesar 158,49% dan 190,00%. Pertumbuhan penyaluran kredit yang sangat tinggi ini ditengarai terkait dengan membaiknya kondisi makro ekonomi dan optimisme dunia usaha di tahun 2010. Adanya pembangunan beberapa pabrik di Jawa Tengah, proyek jalan tol Solo-Semarang Seksi I (Semarang-Ungaran), pembelian barang tahan lama dan mesin, masa liburan dan tahun ajaran baru anak sekolah, pembelian rumah dan kendaraan bermotor, menjadi pendorong kuatnya permintaan kredit investasi dan kredit konsumsi pada triwulan ini. %
Miliar Rp 100.000 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 -
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5%
Miliar Rp 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 2007
2008
Total Kredit (Miliar Rp) - axis kiri
2009 g (yoy) - axis kanan
% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2010
2007
2008
2009
2010
g (ytd) -axis kanan
Kredit Modal Kerja (Miliar Rp)
Sumber : LBU, Bank Indonesia
g (yoy) - axis kanan
g (ytd) - axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum di Jawa Tengah
Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum di Jawa Tengah Miliar Rp 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 -
% 60%
Miliar Rp 40.000
50%
35.000
40%
40%
30.000
35%
30%
25.000
20%
20.000
10%
15.000
0%
10.000
10%
5.000
5%
-10%
% 45%
30% 25% 20% 15%
-
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
0% 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2007 Kredit Investasi (Miliar Rp)
2008 g (yoy) - axis kanan
2009
2010
2007
g (ytd) - axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.8. Perkembangan Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum di Jawa Tengah
Kredit Konsumsi (Miliar Rp)
2008 g (yoy) - axis kanan
2009
2010 g (ytd) - axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Jawa Tengah
Secara sektoral, kredit yang y ang disalurkan oleh perbankan di Jawa Tengah terkonsentrasi di sektor industri, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR ( PHR) PHR) , dan sektor lainnya. Posisi kredit di sektor industri, sektor PHR sampai dengan triwulan II-2010 (Mei 2010) masing-masing sebesar Rp15,73 triliun, Rp24,11 triliun, dan Rp38,36 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas, dan air (LGA) yaitu sebesar 87,82% (yoy) walaupun pangsa kredit LGA relatif kecil yaitu 0,07% dari total kredit. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
35
Peningkatan pertumbuhan kredit LGA diduga terkait dengan upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi yang semakin hari semakin meningkat. Sektor lain yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi diantaranya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa dunia usaha, sektor jasa sosial masyarakat dan sektor lainnya yang masing-masing tumbuh sebesar 56,65% (yoy), 28,85% (yoy), 35,75% (yoy) dan 42,35% (yoy). Pertumbuhan yang tinggi ini, selain karena base effect penyaluran kredit yang rendah pada triwulan II-2009, juga dikarenakan membaiknya kinerja perekonomian di berbagai sektor ekonomi di Jawa Tengah yang diikuti oleh peningkatan penyaluran kredit di sektor tersebut. Sementara itu, kredit sektor pertanian dan sektor konstruksi mengalami kontraksi pertumbuhan, hal ini diduga karena sifat usaha pertanian yang high risk low return sehingga menyebabkan sektor ini kurang menarik untuk dibiayai. Selain itu, dari hasil FGD Perbankan triwulan II-2010 diketahui bahwa penyebab rendahnya penyaluran kredit di sektor pertanian ini adalah keterbatasan sumber daya manusia (credit officer) yang cukup berpengalaman dan ahli dalam bidang pertanian/usaha tani.
g (yoy) 70%
60% 40% 20%
-40%
g (yoy) 700%
60%
600%
50%
500%
40%
400%
30%
0% -20%
g (yoy)
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
300%
20%
200%
10%
2007
2008
2009
2010
100%
0%
-10% 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 0%
-60%
-20%
-100% 2007
-80% Pertanian
Industri
PHR
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.10 3.10. 10. Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi Utama di Jawa Tengah
2008
2009
2010
Pengangkutan -axis kiri
Jasa sos. Masy - axis kiri
Lainnya -axis kiri
Listrik, Gas, &Air -axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.11 3.11. 11. Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi di Jawa Tengah
Berdasarkan lokasi proyek, terdapat kredit k redit / pembiayaan pembiaya an yang masuk ke Jawa Tengah dikucurkan oleh perbankan di luar Jawa Tengah. Tengah Pada triwulan II-2010 ( posisi Mei 2010), jumlah kredit untuk membiayai proyek yang berlokasi di Jawa Tengah adalah Rp98,03 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Tengah pada periode yang sama yaitu Rp87,17 triliun. Artinya sebanyak Rp10,85 triliun kredit yang diterima untuk proyek yang berlokasi di Jawa Tengah disalurkan oleh perbankan di luar Jawa Tengah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
36
Triliun Rp
%
120
110.00
100
105.00
80
100.00
60
95.00
40
90.00
20
85.00 80.00
-
IV
I
II
2008
III
IV
2009 Kredit Bank Pelapor
I
II* 2010
3.12 3.12. 12 .
Tw-II
Tw-III
Tw-IV
2009
Kredit Lokasi Proyek
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik
Tw-I
LDR LBU
Tw-I
Tw-II* 2010
LDR Lokasi Proyek
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Perbandingan Kredit Bank Grafik 3. 3.13 13. 13. Perbandingan LDR Kredit Lokasi Pelapor dengan Kredit Lokasi Bank dengan Lokasi Proyek Proyek
3.2. Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas Pada triwulan IIII-2010, Risiko kredit bank umum yang ditunjukkan oleh rasio NPLs di Jawa Tengah relatif terjaga yaitu 2,54%. 2,54%. Sampai dengan triwulan laporan, resiko kredit yang tercermin pada Non Performing Loans (NPLs) gross bank umum relatif stabil. Stabilnya rasio NPLs tersebut, karena meningkatnya daya beli masyarakat akibat kondisi perekonomian yang membaik. NPLs kredit jenis penggunaan dan sektoral semua skim kredit meningkat tipis dari triwulan sebelumnya, namun bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, NPLs mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan (SKP) triwulan II-2010, penurunan NPLs selain dikarenakan adanya peningkatan daya beli masyarakat, juga dikarenakan adanya upaya-upaya yang dilakukan manajemen perbankan dalam menjaga kredit lancarnya seperti peningkatan intensitas penagihan dan penyelesaian kredit. NPLs kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi berturut-turut adalah 3,48%, 2,58% dan 1,23%. Secara sektoral, rasio NPL sektorsektor yang memiliki risk profile yang tinggi juga menunjukkan tren yang menurun. NPLs hampir seluruh sektor masih dalam kondisi relatif terjaga, kecuali sektor konstruksi yang mengalami peningkatan NPLs cukup tinggi namun masih dibawah batas himbauan Bank Indonesia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
37
4.00
Modal kerja
3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00
III
IV
I
II
2008
III
IV
2009
Total kredit (Triliun Rp)
I
Batas NPL
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00
0.00 II
Konsumsi
7.00
0.50 I
Investasi
NPL (%) Rasio NPL - %
Total Kredit - Triliun Rp
100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
1.00
II*
0.00 I
2010
II
III
IV
I
2008
Rasio NPL (%)
Sumber : LBU, Bank Indonesia
II
III
IV
2009
I
II* 2010
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik Grafik 3.14. 3.1 4. Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs
Grafik 3.15 3.1 5. Perkembangan Rasio NPLs Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
TABEL 3.2 3. 2. RASIO NPLs PER SEKTOR EKONOMI (PERSEN) Sektor Ekonomi
TW I-08
TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09
TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10*
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, &Air Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial masy. Lainnya
3.06 0.72 5.70 5.45 6.09 4.11 3.80 3.13 2.55 1.39
3.67 1.03 5.03 3.54 5.12 3.94 3.61 2.31 1.99 1.22
2.96 0.65 3.72 5.64 3.42 3.69 3.26 2.31 1.91 1.16
2.53 0.56 3.26 0.34 1.79 2.69 2.53 7.21 1.10 1.09
2.59 19.82 7.91 0.24 2.94 3.36 3.02 7.40 1.19 1.27
2.67 0.74 7.27 0.08 2.82 3.70 2.80 2.66 1.02 1.32
2.37 0.64 4.19 0.05 2.82 3.72 2.91 2.65 1.06 1.39
Total NPLs Kredit
3.34
3.06
2.64
2.39
3.70
3.41
2.83
2.10 0.60 3.82 0.23 2.39 3.08 1.67 1.97 0.90 1.15 2.41
1.59 0.42 3.82 0.03 2.80 3.07 1.96 2.02 2.86 1.70 2.52
2.24 0.99 3.94 0.03 4.65 3.45 1.43 1.94 2.82 1.43 2.54
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Likuiditas bank umum di Jawa Tengah cukup aman, namun mengalami sedikit penurunan dari triwulan sebelumnya. Cash ratio yang mengindikasikan kemampuan industri perbankan Jawa Tengah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih cukup baik. Pada triwulan ini cash ratio perbankan sebesar 10,85%, menurun tipis dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 11,20%. Industri perbankan harus dapat menjaga keseimbangan antara sisi aset dan sisi kewajiban melalui manajemen likuiditas yang baik. Alat Likuid yang dimiliki bank umum Jawa Tengah pada Triwulan II-2010 adalah sebesar Rp10,29 triliun. Komposisi aset likuid perbankan terbesar dalam bentuk kas sebesar Rp4,03 triliun, penempatan pada Bank Indonesia sebesar Rp3,86 triliun, dan penempatan pada bank lain sebesar Rp2,39 triliun.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
38
cash ratio
% 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 I
II
III
IV
I
II
2008
III 2009
IV
I
II* 2010
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.16 3.1 6. Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah
3.3 3.3 . Kredit K redit MKM (Mikro, Kecil, dan Menengah) Pertumbuhan penyaluran kredit MKM kepada UMKM di Jawa Tengah mengalami peningkatan. peningkatan Penyaluran kredit MKM pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 13,70% (yoy) menjadi Rp74,48 triliun. Pertumbuhan kredit MKM memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap menurun atau meningkatnya pertumbuhan kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 85,45% dari total kredit bank umum di Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp36,14 triliun atau 48,53% merupakan kredit konsumsi, sisanya sebesar Rp32,74 triliun (43,96%) dan Rp5,59 triliun (7,51%) merupakan kredit modal kerja dan kredit investasi. Salah satu karakteristik kredit MKM selain mempunyai resiko tinggi juga mempunyai beban operasional yang tinggi. Oleh karenanya, Nett Interest
Margin (NIM) untuk kredit MKM juga biasanya tinggi. Mengingat besarnya porsi kredit MKM terhadap keseluruhan kredit perbankan, maka perbankan harus selalu menjaga agar kredit ini tetap terjaga dengan baik.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
39
Triliun Rp 40
Triliun Rp 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 IV
35 30 25 20 15 10
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II*
5 0
2007
2008 Total Kredit
2009
2010
I
II
III
K. Modal Kerja
Kredit UMKM
Sumber : LBU, Bank Indonesia
IV
I
II
K. Konsumsi
III
IV
Pertambangan, 0.08% Industri, 6.20% LGA, 0.04% Konstruksi, 1.09%
Grafik 3.18. 3.1 8. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan Triliun Rp 35,0
Triliun Rp 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
30,0 25,0 20,0 10,0 5,0
PHR, 29.89%
0,0 I
Pengangkutan, 0.85%
Sumber : LBU, Bank Indonesia
3.19. 3.1 9.
Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II- 2010
II
III
IV
I
2008
JSM, 0.98% JDU, 4.18%
Grafik
II
K. Investasi
15,0
Lainnya, 54.80%
I
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.17. 3.1 7. Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit Pertanian, 1.89%
IV
Mikro
Kecil
II
III 2009
Menengah
IV
I
II 2010
Total Kredit UMKM - axis kanan
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Grafik 3.20. Perkembanga Perkembangan n Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
P orsi terbesar penyaluran kredit MKM ada pada sektor lainnya (kredit konsumtif) yang tercatat sebesar Rp40,82 triliun atau 54,80% dari total kredit MKM. Sementara itu kredit MKM untuk sektor PHR, sektor industri, dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp22,26 triliun (29,89%), Rp4,62 triliun (6,20%) dan Rp3,11 triliun (4,18%). Kredit Skala Kecil (> Rp50 juta – Rp500 juta) mendominasi penyaluran kredit UMKM lokasi proyek di Jawa Tengah sebesar Rp28,48 triliun dengan pangsa 38,24% dari total penyaluran kredit MKM. Sedangkan kredit skala usaha mikro (s.d. Rp5 juta) dan menengah (Rp500 juta – Rp5 miliar) masing-masing sebesar Rp27,82 triliun (37,35%) dan Rp18,18 triliun (24,41%). Secara tahunan, kredit kecil mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 30,03% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
40
3.4. Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat Di Jawa Tengah Kinerja bank bank umum yang berkantor pusat di Jawa Tengah pada triwulan IIII-2010 tumbuh cukup baik. baik Total aset bank umum tersebut tercatat sebesar Rp17,51 triliun atau tumbuh sebesar 17,57% (yoy) dan mempunyai pangsa sebesar 14,15% dari total aset seluruh bank umum di Jawa Tengah. Secara tahunan, DPK yang berhasil dihimpun tercatat sebesar Rp15,62 triliun, atau meningkat sebesar 20,60% (yoy). Pertumbuhan terbesar dicapai oleh deposito yaitu sebesar 30,29%, sementara tabungan dan giro tumbuh masing-masing sebesar 24,33% (yoy) dan 1,19% (yoy). Adanya undian berhadiah, cash back, dan hadiah langsung, menjadi daya tarik tersendiri bagi deposan untuk menempatkan dananya di bank tersebut. TABEL 3.3 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM YANG BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP MILIAR)
INDIKATOR USAHA
2008
Tw I Tw II Aset 12,997 12,908 Share thd BU Jateng (%) 14.86% 14.05% DPK 11,089 10,683 Giro 4,478 3,706 Tabungan 2,339 2,607 Deposito 4,272 4,370 Share thd BU Jateng (%) 15.86% 14.49% Kredit 8,175 9,216 Share thd BU Jateng (%) 13.98% 14.09% LDR 73.72% 86.26% NPL 0.50% 0.53%
Tw III 14,183 14.18% 11,089 3,643 2,773 4,674 14.57% 9,791 13.85% 88.29% 0.47%
2009 Tw IV 13,534 13.02% 9,599 3,334 3,340 2,925 11.90% 9,871 13.54% 102.84% 0.26%
Tw I 14,863 14.13% 12,805 4,976 2,652 5,177 15.16% 9,985 13.66% 77.98% 0.25%
Tw II 14,898 13.81% 12,958 4,640 2,878 5,439 14.98% 10,411 13.77% 80.34% 0.36%
Tw III 15,746 13.92% 13,588 4,276 3,140 6,172 15.5% 10,842 13.82% 79.79% 0.48%
2010 Tw IV 15,064 12.91% 12,048 3,641 4,098 4,308 13.2% 10,862 13.12% 90.16% 0.29%
Tw I 17,596 14.64% 15,077 5,035 3,297 6,745 16.23% 11,089 13.14% 73.55% 0.32%
Tw II* 17,517 14.15% 15,627 4,937 3,461 7,229 16.47% 11,404 13.08% 72.97% 0.38%
Pert. Tw II (%) yoy
qtq
17.57% 20.60% 1.19% 24.33% 30.29% 9.54% -
-0.45% 3.65% -1.95% 4.99% 7.17% 2.09% -
Sumber : LBU, Bank Indonesia
Kredit tumbuh cukup baik walaupun masih dibawah pertumbuhan keseluruhan bank umum di Jawa Tengah. Bank berkantor pusat di Jawa Tengah mempunyai porsi sebesar 13,08% dari keseluruhan kredit bank umum yang disalurkan di Jawa Tengah. Secara tahunan kredit yang disalurkan mengalami pertumbuhan sebesar 9,54% (yoy). Komposisi kredit masih didominasi oleh jenis kredit konsumsi, yang tumbuh sebesar 11,72% (yoy) dan mempunyai porsi sebesar 90,27% terhadap keseluruhan kredit bank umum berkantor pusat di Jawa Tengah. Walaupun jenis kredit yang disalurkan didominasi oleh kredit konsumsi, namun kinerjanya cukup baik dengan rasio NPLs sebesar 0,38%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
41
TABEL 3.4 3. 4. PERKEMBANGAN KREDIT JENIS PENGGUNAAN BANK BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP MILIAR)
Bank KP di Jateng Bank di Jawa Tengah Growth Bank KP Jateng Share Bank KP di Jateng thd II-2009 I-2010 II-2010 II-2010 yoy qtq keseluruhan Bank di Jateng 10,411 11,089 11,404 87,175 9.54% 2.84% 13.08% 1,061 240 299 45,734 -71.79% 24.60% 0.65% 183 838 863 8,267 373.11% 2.99% 10.44% 9,167 10,011 10,241 33,174 11.72% 2.30% 30.87%
KREDIT Kredit Jenis Pengunaan - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi Sumber: LBU, Bank Indonesia
3.5 3.5 . Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR di Jawa Tengah pada triwulan IIII-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun sedikit melambat, melambat baik secara tahunan (yoy) maupun triwulanan (qtq). Aset, DPK, dan kredit secara tahunan (yoy) masing-masing tumbuh sebesar 16,98%, 17,77%, dan 12,92% (Grafik 3.21 3. 21.) 21.). .) Berdasarkan hasil FGD Perbankan yang diadakan Bank Indonesia, pertumbuhan positif kinerja BPR tersebut terutama didorong oleh adanya aktivitas masyarakat dalam meminjam kredit untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di tahun ajaran baru.
12.000
Rp. Miliar
% Growth
9% 8%
10.000 7% 8.000
6% 5%
6.000 4% 3%
4.000
2% 2.000 1% -
0% I
II
III
IV
I
2008 Aset
II
III
IV
I
2009 DPK
Kredit
g Aset
Sumber: Bank Indonesia, diolah
II* 2010
g DPK
g Kredit
*)Data Mei 2010
Grafik 3.21 3.21. 21 . Indikator BPR Jawa Tengah Tengah
Perlambatan penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh BPR pada triwulan II2010, baik secara triwulanan maupun tahunan, terutama dipicu oleh perlambatan pertumbuhan deposito BPR. Pada triwulan ini, tingkat pertumbuhan deposito sebesar 2,03% (qtq) dan 17,81% (yoy), relatif melambat jika dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami tingkat pertumbuhan sebesar 5,27% (qtq) dan 19,68% (yoy) (Grafik Grafik 3.22). 3.22 Perlambatan pertumbuhan deposito tersebut salah satunya diperkirakan karena peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat, dimana masyarakat lebih membutuhkan sumber pendanaan yang bersifat lebih liquid (mudah dicairkan) guna memenuhi berbagai kebutuhan pada triwulan ini seperti pembayaran uang masuk sekolah. Selain itu, beberapa segmen masyarakat juga mulai Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
42
memilih alternatif investasi lain yang memberikan imbalan hasil lebih tinggi dibandingkan simpanan perbankan.
4.500
16%
4.000
14%
3.500
12% 10%
2.500 8% 2.000 6%
1.500 1.000
4%
500
2%
-
% Growth
Rp. Miliar
3.000
0% I
II
III
IV
I
2008 Tabungan
II
III
IV
I
2009 Deposito
II* 2010
g Tabungan
g Deposito
Sumber: Bank Indonesia, diolah
*)Data Mei 2010
Grafik 3.22 3.22. 22.Perkembangan Produk BPR di Jawa Tengah Triwulan T riwulan II- 2010
Dari sisi penyaluran dana, tercatat 50,84% dari total kredit yang disalurkan pada triwulan ini digunakan untuk modal kerja, 43,82%, untuk konsumsi dan 5,33% untuk investasi (Grafik 3.23 3. 23) 23). Terkait dengan penggunaan kredit tersebut, faktor musiman pada dunia pendidikan yang berupa tahun ajaran baru menjadi salah satu pendorong peningkatan kredit konsumsi masyarakat. Informasi yang diperoleh dari Perbamida dan Perbarindo Jawa Tengah juga memperkuat kondisi tersebut, dimana menjelang tahun ajaran baru, BPR lebih fokus untuk menyalurkan kreditnya di bidang pendidikan. Selain itu, bulan puasa dan Lebaran diperkirakan akan mendorong peningkatan kredit konsumsi untuk ke depannya. Sementara itu dari sisi sektoral, porsi penyaluran kredit BPR didominasi oleh sektor Lain-lain (46,14%) dan sektor Perdagangan (35,68%) (Grafik 3.23 3. 23) 23). Relatif besarnya porsi kredit Lainlain tersebut mengindikasikan bahwa dorongan pertumbuhan penyaluran kredit masih banyak didominasi oleh kegiatan yang bersifat konsumtif. Investasi 5,33%
Perindustrian 1,32% Perdagangan 35,68%
Modal Kerja 50,84%
Pertanian 7,60% Jasa-jasa 9,08%
Konsumsi 43,82%
Lain-lain 46,14%
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.23 3.23. 23 . Porsi Kredit Penggunaan dan Sektoral BPR di Jawa Tengah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
43
Berdasarkan hasil FGD perbankan yang diselenggarakan KBI Semarang, kerjasama antara BPR dan bank umum di Jawa Tengah yang berupa linkage program relatif cukup baik. Namun dalam perkembangannya, linkage program mengalami penurunan terutama plafon kredit dan saldo debet (Tabel 3.5 3.5 ). Penurunan tersebut salah satunya dikarenakan BPR lebih selektif dalam melakukan linkage program dengan bank umum yang memang tidak memiliki unit mikro. Dengan relatif baiknya kerjasama antara BPR dan bank umum, maka tingkat LDR BPR mengalami peningkatan dan tingkat NPLs BPR di Jawa Tengah menunjukkan tren perbaikan walaupun masih berada diatas batas ketentuan Bank Indonesia (5%) (Grafik 3.24 3.24) 24) . Selain itu, untuk lebih memperkuat pengawasan BPR sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya kenaikan tingkat NPLs karena relatif tingginya LDR BPR, maka Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai kewajiban penyusunan laporan keuangan bagi BPR dengan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP) dalam rangka transparansi laporan. Peraturan tersebut mulai berlaku pada 1 Juli 2010.
1 2 3 4
Tabel 3.5 3.5 . Perkembangan Linkage Programdi Jawa Tengah Indikator Mei-09 Des-09 Mei-10 9 9 9 Jumlah Bank Umum (unit) 281 128 104 Jumlah BPR (unit) 751 903 450 Jumlah Plafon Kredit (miliar) 531 493 265 Jumlah Saldo Debet (miliar)
% LDR
% NPLs
130
12 11
125 10 120
9 8
115 7 LDR (%)
NPLs (%)
110
6 I
II
III 2008
IV
I
II
III 2009
IV
I
II* 2010
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik. 3.24. Perkembangan LDR Dan NPLs BPR Jawa Tengah Triwulan II-2010
3.6 3.6 . Perkembangan Perbankan (Bank Umum & BPR) di 35 Kab/Kota di Jawa Tengah Secara umum kinerja perbankan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih dalam kondisi baik. Hal ini tercermin dari tingkat LDR yang relatif tinggi dan tingkat NPLs yang berada di bawah 5%. Daerah yang memiliki tingkat NPLs tertinggi pada triwulan II-2010
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
44
adalah kabupaten Pekalongan yaitu sebesar 5,80%, diikuti kabupaten Boyolali dan kabupaten Semarang masing-masing sebesar 4,36% dan 4,10%. Aktivitas perbankan (bank umum dan BPR) di Jawa Tengah masih terpusat di kota Semarang dan kota Surakarta. Total aset perbankan di kota Semarang dan kota Surakarta masing-masing memiliki porsi sebesar 38,69% dan 14,58% dari total aset perbankan di Jawa Tengah (Tabel Tabel 3.6 3. 6). Hal ini disebabkan kedua daerah tersebut merupakan poros perekonomian Jawa Tengah dan terdapat kantor pusat bank dan kantor regional bank di wilayah ini. Tabel 3.6 3. 6. Indikator Perbankan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah (R (R p miliar) Kab/Kota
Indikator Umum Kinerja Perbankan (Miliar Rp) Aset
DPK Kredit LDR NPL Eks. Karesidenan Semarang
Pangsa di Jawa Tengah Aset
DPK
Kredit
1 Kab. Semarang
1.201
915
1.101
120,38%
4,10%
0,90%
0,90%
1,16%
2 Kab. Kendal
1.240
1.010
1.107
109,59%
3,13%
0,93%
0,99%
1,16%
899
715
840
117,36%
2,66%
0,67%
0,70%
0,88%
4 Kab. Grobogan
3 Kab. Demak
1.748
1.213
1.493
123,14%
3,09%
1,31%
1,19%
1,57%
5 Kota Semarang
51.611
38.645
30.908
79,98%
3,29%
38,69%
38,00%
32,48%
1.183
1.042
771
73,92%
2,06%
0,89%
1,03%
0,81%
43.540 36.219 83,19% 3,26% Eks. Karesidenan Pekalongan
43,39%
42,81%
38,07%
6 Kota Salatiga Jumlah 1 Kab. Tegal
57.881 584
461
480
103,95%
3,61%
0,44%
0,45%
0,50%
2 Kab. Brebes
1.446
990
1.283
129,51%
1,74%
1,08%
0,97%
1,35%
3 Kab. Pemalang
1.018
749
950
126,89%
2,67%
0,76%
0,74%
1,00%
802
490
752
153,41%
2,15%
0,60%
0,48%
0,79%
4 Kab. Batang 5 Kab Pekalongan 6 Kota Pekalongan 7 Kota Tegal Jumlah
101
76
91
119,04%
5,80%
0,08%
0,08%
0,10%
3.783
3.140
2.557
81,43%
2,16%
2,84%
3,09%
2,69%
3.616
3.363
93,00%
2,39%
3,50%
3,56%
3,53%
9.523 99,50% 9.475 Eks. Karesidenan Pati
2,34%
9,30%
9,36%
9,96%
4.670 12.404
1 Kab. Pati
2.054
1.658
1.843
111,10%
3,50%
1,54%
1,63%
1,94%
2 Kab. Kudus
7.559
4.818
5.792
120,20%
1,67%
5,67%
4,74%
6,09%
3 Kab. Jepara
1.154
958
1.045
109,08%
3,95%
0,86%
0,94%
1,10%
868
570
810
142,17%
1,78%
0,65%
0,56%
0,85%
4 Kab. Rembang 5 Kab. Blora Jumlah
1.328
950
1.142
120,22%
2,23%
1,00%
0,93%
1,20%
12.962
8.955
10.631
118,72%
2,28%
9,72%
8,80%
11,17%
1 Kab. Banyumas
6.843
Eks. Karesidenan Banyumas 5.005 4.981 99,51% 2,74%
5,13%
4,92%
5,23%
2 Kab. Cilacap
3.514
3.088
2,63%
3,04%
2,39%
3 Kab. Purbalingga 4 Kab. Banjarnegara Jumlah
2.275
73,65%
2,24%
883
646
805
124,55%
2,82%
0,66%
0,64%
0,85%
1.539
1.017
1.411
138,65%
2,92%
1,15%
1,00%
1,48%
9.757 97,07% 9.471 Eks. Karesidenan Kedu
2,65%
9,58%
9,59%
9,95%
12.779
1 Kab. Magelang
996
815
733
90,01%
3,96%
0,75%
0,80%
0,77%
2 Kab. Temanggung
931
720
821
114,03%
3,13%
0,70%
0,71%
0,86%
3 Kab. Wonosobo 4 Kab. Purworejo
831
547
765
139,80%
2,92%
0,62%
0,54%
0,80%
1.030
953
904
94,87%
3,37%
0,77%
0,94%
0,95%
5 Kab. Kebumen
1.500
1.281
1.246
97,24%
2,75%
1,12%
1,26%
1,31%
6 Kota Magelang
4.729
3.984
3.044
76,40%
1,86%
3,55%
3,92%
3,20%
8.300 7.513 90,51% 2,64% Eks. Karesidenan Surakarta
7,51%
8,16%
7,90%
Jumlah
10.016
1 Kab. Klaten
1.446
1.280
1.300
101,61%
3,66%
1,08%
1,26%
1,37%
2 Kab. Boyolali
1.152
865
1.102
127,50%
4,36%
0,86%
0,85%
1,16%
3 Kab. Sragen
1.488
936
1.416
151,38%
2,42%
1,12%
0,92%
1,49%
4 Kab. Sukoharjo
1.357
1.048
1.225
116,88%
4,09%
1,02%
1,03%
1,29%
5 Kab. Karanganyar
1.349
952
1.233
129,50%
3,17%
1,01%
0,94%
1,30%
6 Kab. Wonogiri
1.105
806
1.050
130,41%
2,61%
0,83%
0,79%
1,10%
7 Kota Surakarta Jumlah Jumlah Jawa Tengah
19.451
15.745
14.511
92,16%
3,81%
14,58%
15,48%
15,25%
27.347
21.631
21.839
100,96%
3,66%
20,50%
21,27%
22,95%
133.389
101.705
95.147
93,55%
3,04%
100,00%
100,00%
100,00%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
45
3.7 3.7 . Kinerja Perbankan Syariah Perkembangan bank umum syariah (BUS) dan BPR syariah (BPRS) di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari pertumbuhan indikator utama kinerja perbankan syariah (Grafik 3.25 3.25) 25) . Hingga triwulan II-2010, pencapaian target pertumbuhan perbankan syariah di Jawa Tengah telah mencapai 31,59% (yoy) dari target pertumbuhan pada akhir tahun yang sebesar 38% (yoy). Rp. Miliar
4.500 4.000 3.500
Aset
DPK
Pembiayaan
3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 I
II
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II* 2010
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik. 3.25. Indikator Bank Syariah Jawa Tengah Seiring dengan perkembangan perekonomian, kebutuhan masyarakat terhadap sistem keuangan yang mampu mengelola dana yang dimiliki juga semakin besar. Melalui sistem bagi hasil yang diterapkan dalam produk-produk yang ditawarkan, perbankan syariah menjadi salah satu alternatif baru bagi masyarakat dalam menanamkan dana dan memperoleh pembiayaan. Kondisi tersebut diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebab tren pertumbuhan perbankan syariah yang terus meningkat. Selain itu, apabila dibandingkan dengan perbankan konvensional, secara umum tingkat pertumbuhan perbankan syariah relatif lebih tinggi dibanding pertumbuhan perbankan konvensional (Grafik 3.26 3.26) 26 ). 25%
20%
Aset Syariah Aset Konvensional
DPK Syariah DPK Konvensional
20%
15%
15% 10% 10% 5% 5% 0%
0% IV
I
II
III
IV
I
IV
II*
-5%
-5% 2008
2009
2010 14%
I
2008
II
III 2009
IV
I
II* 2010
Pembiayaan Kredit
12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2%
IV
I
II
III
IV
I
II*
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik. 3.26. Indikator ator Kinerja Syariah dan Konvensional Jawa Tengah 3.26 . Perbandingan Indik Triwulan IIII- 2010 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
46
Dalam rangka mengembangkan perbankan syariah di Jawa Tengah, berbagai upaya dilakukan oleh pihak perbankan antara lain menyalurkan pembiayaan secara lebih luas kepada industri kreatif yang relatif tahan terhadap krisis dan sektor pertanian. Ekspansi pembiayaan yang dilakukan tersebut tercermin dalam perkembangan tingkat Financing to
Deposit Ratio (FDR), dimana secara tahunan, FDR pada triwulan II-2010 (119,92%) lebih tinggi dari pada FDR periode sebelumnya (117,98%). Ekspansi kredit yang dilakukan tersebut juga berdampak terhadap tingkat non performing finance (NPF) yang mencapai 3,30%, sedikit mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, namun lebih rendah dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya (Grafik 3.27 3. 27) 27 ). Salah satu faktor peningkatan NPF tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang berpengaruh pada sektor pertanian. 130
5,0
125
4,5
120
4,0
115
3,5
110
3,0 2,5
105 FDR
NPF
100
2,0 I
II
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II* 2010
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik. 3.27. Perkembangan FDR dan NPF Perbankan Perbanka n Syariah di Jawa Tengah TABEL 3.7. INDIKATOR PERBANKAN SYARIAH DI JAWA TENGAH (RP (RP MILIAR) 2008 I II III Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah) a. Aset 1.624 1.866 2.312 b. DPK 1.288 1.462 1.550 c. Pembiayaan 1.304 1.620 1.873 d. FDR (%) 101,24 110,80 101,24 e. NPF Nominal 63 69 49 f. NPF (%) 4,83 4,12 4,83 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah a. Aset 1.563 1.787 2.225 b. DPK 1.247 1.415 1.495 - Giro Wadiah 179 187 198 - Tab. Wadiah & Mudharabah 625 654 721 - Deposito Mudharabah 443 574 576 c. Pembiayaan 1.259 1.566 1.808 d. FDR (%) 101,04 110,67 120,96 e. NPF Nominal 60 65 46 f. NPF (%) 4,73 4,17 2,56 BPR Syariah a. Aset 61 78 87 b. DPK 41 48 55 - Tab. Wadiah & Mudharabah 21 26 30 - Deposito Mudharabah 20 21 25 c. Pembiayaan 42 54 65 d. FDR (%) 102,06 113,22 118,46 e. NPF Nominal 3 3 3 f. NPF (%) 8,02 5,88 4,90 INDIKATOR
2009 IV
I
2010
II
III
IV
I
2.417 1.701 2.027 119,12 49 2,43
2.350 1.660 2.003 120,66 93 4,64
2.710 1.892 2.232 117,98 70 4,03
2.916 1.890 2.412 127,67 77 3,27
3.477 3.777 2.230 2.462 2.631 2.957 117,98 120,10 80 84 3,61 2,72
2.318 1.637 150 820 666 1.958 119,63 44 2,30
2.244 1.588 154 807 627 1.925 121,22 88 4,59
2.590 1.810 166 891 753 2.143 118,41 65 3,97
2.788 1.804 166 1.064 739 2.314 128,30 69 3,13
3.328 2.132 154 990 989 2.526 118,48 72 3,43
100 65 36 28 69 106,19 5 6,18
106 72 39 33 78 108,30 5 6,41
120 82 42 40 89 108,54 5 5,95
128 86 47 39 98 114,37 8 6,46
149 98 54 44 105 106,99 8 7,79
II* 4.198 2.695 3.232 119,92 106 3,30
3.615 4.028 2.353 2.583 134 207 1.099 1.149 1.120 1.227 2.838 3.103 120,63 120,14 75 97 2,56 3,13 161 110 58 51 119 108,72 8 7,73
171 112 57 55 129 114,82 9 7,36
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
47
BOKS 2 DIVERSIFIKASI PRODUK SUSU SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF MENGATASI
OVER SUPPLY PRODUKSI SUSU PETERNAK DI KABUPATEN SEMARANG Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (FPPED) KBI Semarang yang dilakukan sejak tahun 2008, telah menciptakan multiplier effect bagi peternak di Kabupaten Semarang. Program yang bertujuan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan tersebut telah menginspirasi pemerintah kabupaten, perbankan maupun akademisi untuk ikut bergabung mendukung para peternak. Dukungan tersebut dilakukan dalam bentuk bantuan sarana produksi maupun bantuan teknis yang bertujuan untuk membantu mengatasi bottleneck dalam rantai nilai produksi mereka. Salah satu bottleneck yang teridentifikasi dalam rantai nilai produksi susu peternak penerima Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dari PT. BRI dan PT. Bank Jateng di Kabupaten Getasan adalah over supply produksi susu. Dalam rangka melakukan intervensi terhadap bottleneck tersebut diupayakan langkah untuk meraih pasar baru melalui fasilitasi Pelatihan Diversifikasi Produk Susu. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peternak sapi perah dalam melakukan diversifikasi produk susunya menjadi produk lain berbahan susu murni, antara lain menjadi yoghurt, es krim, permen susu, krupuk susu, sabun kecantikan dari susu dan sabun cair dari susu. Melalui peningkatan ketrampilan tersebut, diharapkan peternak dapat mengurangi ketergantungan kepada Industri Pengolah Susu (IPS). Pelatihan yang difasilitasi oleh KBI Semarang bekerjasama dengan Centre for Micro And Small Enterprise Dinamics (CEMSED) Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tersebut diikuti oleh 23 peternak, dengan narasumber dosen dari UKSW. Selain sebagai narasumber, UKSW juga menyepakati untuk melakukan monitoring pasca pelatihan sebagai wujud kepedulian dan tugas perguruan tinggi untuk alih pengetahuan kepada masyarakat di sekitarnya termasuk memberikan bantuan teknis dalam pengkajian kandungan dan manfaat produk-produk yang dihasilkan oleh peternak. Pasca pelatihan tersebut, beberapa kelompok peternak yang telah mampu membuat sabun susu kotak difasilitasi oleh Dinas Peternakan Kab. Semarang untuk memperoleh kontrak kerjasama dengan CV Tritama Mandiri (sebagai bapak angkat), yang memberikan pendampingan dalam proses pembuatan sabun dan pemasaran produk tersebut ke seluruh Indonesia, dengan pemasaran sekitar 6.000 batang/bulan. Disamping produk sabun susu, beberapa kelompok peternak juga telah melakukan diversifikasi produk minuman susu dengan campuran bahan jamu (jahe, temulawak, sereh dll) yang berdasarkan tes pasar di lingkungan UKSW disukai oleh 90% responden pencicip rasa (sekitar 150 orang) yang terdiri dari responden tingkat SLTP sampai peserta program S-2. Dalam kesempatan tersebut, terdapat komitmen dari salah satu Bank yang bersedia memesan produk es krim peternak untuk setiap acara yang diselenggarakannya.
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
48
Bab 4 Keuangan Daerah Keuangan daerah dari sektor pemerintah yang disampaikan dalam laporan kajian ini hanya mencakup realisasi anggaran pemerintah daerah tingkat provinsi Jawa Tengah, sedangkan keuangan daerah dari realisasi anggaran 35 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Tengah belum dapat tersajikan dalam laporan karena masalah keterbatasan data realisasi yang diperoleh.
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Jawa Tengah pada triwulan IIII-201 201 0 tercatat sejumlah Rp 3, 25 triliun atau sebesar 58, 58, 98% 98% dari anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. sebelumnya Realisasi tersebut telah melampaui target triwulanan sebesar 50%. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.1), realisasi PAD tercatat sebesar Rp 2,3 triliun atau 62,0% dari target yang terdiri dari penerimaan pajak daerah sebesar Rp 1,8 triliun (Realisasi 60,95%), retribusi daerah Rp 56,6 miliar (46,39%)serta realisasi dana perimbangan tahun 2009 sebesar Rp 912 miliar atau 51,90%. Realisasi pendapatan triwulan IIII-201 20 10 jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan denga n realisasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya baik dari segi jumlah maupun persentasenya. Realisasi pendapatan triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp 2,6 triliun atau 51,38% dari target APBD 2009. TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH APBD TRIWULAN II-2010 (RP JUTA) NO A 1
URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekay. Daerah Yg Dipisahkan - Lain-Lain PAD Yang Sah
2
DANA PERIMBANGAN - Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Dana Khusus
3
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH -Hibah -Dana Peny. dan Otonomi Khusus -Dana Insentif Daerah JUMLAH PENDAPATAN
APBD 2009 3,636,424.56 2,954,766.26 137,255.03
APBD 2010
TW II-09
3,729,061.65 1,864,306.68 2,994,000.00 1,472,744.50 122,037.79 57,968.57
REAL ISASI % II-09 TW II-10
% II-10
51.27 49.84 42.23
2,312,050.65 1,824,941.39 56,616.23
62.00 60.95 46.39
147,109.55 397,293.72
164,780.77 448,243.09
149,576.63 184,016.98
101.68 46.32
165,634.13 264,858.90
100.52 59.09
1,583,628.64 530,136.77 1,053,491.87
1,757,663.52 551,136.77 1,168,787.76 37,739.00
817,884.75 157,253.80 660,630.95
51.65 29.66 62.71
912,180.27 219,065.71 681,792.86 11,321.70
51.90 39.75 58.33 30.00
24,590.16
26,155.34
106.37
24,590.16
1,565.18 24,590.16
100.00
3,250,386.26
58.98
5,220,053.20
5,511,315.33
2,682,191.43
51.38
Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
49
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA DAERAH APBD TRIWULAN II-2010 (RP JUTA) NO B 1
2
URAIAN BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG - Belanja Pegawai - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota - Blnj Bant.Keuang. kpd Kab/Kota - Belanja Tidak Terduga
APBD 2009
APBD 2010
TW II-09
REAL ISASI % II-09 TW II-10
% II-10
3,294,564.45 1,096,375.72
3,536,530.67 1,177,100.16
942,768.88 471,153.04
28.62 42.97
1,015,151.99 446,004.40
28.70 37.89
87,140.17 424,096.43 1,133,780.78 528,171.35 25,000.00
53,543.77 234,377.01 1,121,525.23 914,984.50 35,000.00
34,209.66 57,110.19 283,333.49 95,441.00 1,521.50
39.26 13.47 24.99 18.07 6.09
28,546.15 46,527.66 326,890.09 162,614.52 4,569.16
53.31 19.85 29.15 17.77 13.05
BELANJA LANGSUNG - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Modal
2,026,649.80 231,057.62 1,278,095.80 517,496.37
2,128,785.01 224,897.22 1,433,478.88 470,408.91
596,025.47 86,433.82 421,192.13 88,399.52
29.41 37.41 32.95 17.08
740,302.67 85,595.31 591,598.34 63,109.02
34.78 38.06 41.27 13.42
JUML AH BELANJA
5,321,214.25
5,665,315.68
1,538,794.35
28.92
1,755,454.66
30.99
SURPL US/ DEFISIT
(529,165.30)
(324,922.63) 1,143,397.08
1,494,931.60
Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah
4.2. Realisasi Belanja Daerah Realisasi total belanja daerah pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IIII201 20 10 tercatat sebesar 30, 30 ,99% 99% atau Rp 1,75 triliun. triliun . Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya terlihat adanya peningkatan baik sisi jumlah maupun tingkat realisasinya. Pada triwulan II-2009, realisasi belanja anggaran tercatat sebesar 1,53 triliun (28,92%) lebih kecil dari realisasi pada triwulan II-2010 ini. 1. Belanja Tidak Langsung : Realisasi Belanja tidak langsung (BTL) triwulan ini tercatat senilai Rp 1,05 triliun atau sebesar 28,70%. Angka rasio realisasi belanja tidak langsung terbesar adalah realisasi belanja hibah yaitu sebesar 53,51%. Berikutnya adalah pos belanja pegawai sebesar 37,89% yang sebagian besar dipergunakan untuk pembayaran gaji. Sementara belanja bantuan keuangan kepada Kab/Kota/Desa masih tergolong relatif kecil yaitu sebesar 17,77%. Rasio realisasi belanja tidak langsung triwulan ini juga masih tergolong sedikit lebih baik dibanding realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 28,62%. 2. Belanja Langsung : Realisasi Belanja Langsung triwulan ini tercatat sebesar 34,78% atau senilai Rp 740 miliar (tabel tabel 4.2). 4.2 Belanja pegawai dan belanja barang dan jasa masing-masing terealisasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
50
sebesar 38,06% dan 41,27%. Realisasi belanja modal yang diharapkan menjadi salah satu sumber pendorong investasi daerah justru tercatat sangat kecil yaitu hanya sebesar 13,42%. Secara umum, realisasi belanja langsung triwulan ini juga masih sedikit lebih baik dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 28,92%, namun untuk realisasi belanja modal triwulan ini masih lebih rendah bila dibandingkan triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 17,08%.
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
51
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
52
Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, Kantor Bank Indonesia (KBI) Semarang mempunyai tugas menjaga dan mengatur kelancaran sistem pembayaran di Jawa Tengah, baik tunai maupun non tunai yaitu melalui kliring, dan Real Time Gross Settlement (RTGS). Jumlah transaksi keuangan non tunai yaitu Kliring dan RTGS untuk wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 ini mengalami kenaikan baik secara nilai maupun volume. Perkembangan Sistem Pembayaran tunai sampai dengan triwulan II-2010 relatif stabil dan mampu memenuhi kebutuhan transaksi ekonomi di masyarakat. Secara umum aliran uang keluar (outflow) menunjukkan kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Dalam hal pemenuhan uang layak edar dan uang tidak layak edar di Jawa Tengah yang dimusnahkan pada triwulan II–2010 ini tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sementara temuan uang palsu rata-rata per bulan di Jawa Tengah mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan I-2010.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar ( Inf Inflow low/ Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2010 di wilayah Jawa Tengah (KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto) mengalami net inflow (inflow atau aliran uang masuk lebih besar daripada outflow atau aliran uang keluar), dengan jumlah net inflow sebesar Rp3,29 triliun. Jumlah tersebut mengalami kontraksi sebesar -29,45% apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq). Sedangkan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy) mengalami peningkatan sebesar 107,27%. Jumlah outflow di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp1,67 triliun, mengalami peningkatan sebesar 349,91% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu penyebab kenaikan outflow karena faktor musiman yaitu tahun ajaran baru sehingga meningkatkan permintaan uang di masyarakat. Hal ini sejalan dengan
trend perlambatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Jawa Tengah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
53
Triliun Rp 10.00
INFLOW
OUTFLOW
NET INFLOW
8.00 6.00 4.00 2.00 (2.00)
TW.I- TW II- TW III- TW IV- TW.I- TW II- TW III- TW IV- TW I- TW II- TW III- TW IV- TW I- TW II07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09 09 10 10
(4.00)
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang tidak layak edar di Jawa Tengah yang dimusnahkan pada triwulan II–2010 ini tercatat sebesar Rp4,39 triliun, mengalami peningkatan sebesar 487,32% (yoy) dibandingkan jumlah PTTB pada triwulan II-2009 yang sebesar Rp4,20 triliun. Sementara itu apabila dibandingkan dengan PTTB pada triwulan sebelumnya terjadi peningkatan sebesar 4,48% (qtq). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya inflow uang ke Bank
Jutaan (Rp)
Indonesia, sehingga jumlah PTTB pun mengalami peningkatan pula.
5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I Tw II07 07 07 07 08 08 08 08 09 09 09 09 10 10 Periode PTTB JAWA TENGAH
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.2. Perkembangan PTTB di Jawa Tengah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
54
Sementara itu, rasio PTTB terhadap cash inflow di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 88,4%, mengalami kenaikan dibandingkan rasio pada triwulan I-2010 yang sebesar 83,4%. Penurunan rasio PTTB terhadap cash inflow dipengaruhi oleh peningkatan jumlah inflow pada triwulan II-2010.
RASIO PTTB TERHADAP INFLOW JAWA TENGAH 100.0%
7.00
80.0%
6.00 5.00
60.0%
4.00 3.00
40.0%
2.00
RASIO (%)
NILAI (dalam Juta Rp)
8.00
20.0%
1.00 0.00
0.0% TW-I 08 TW-II 08 TW-III 08TW-IV 08 TW-I 09 TW-II 09 TW-III 09 TW-IV 09TW-1 10 TWII-10 PERIODE INFLOW
PTTB
RASIO
Sumber: KBI Semarang, KBI Solo, KBI Purwokerto
Grafik 5.3. Rasio Cash Inflow Terhadap Terhadap PTTB Jawa Tengah
5.1.3. Uang Palsu Pada triwulan II-2010, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke KBI di Jawa Tengah (KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto) adalah sebanyak 2.391 lembar. Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah pecahan Rp100.000,00 dengan porsi sebesar 47,93% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan, diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 dengan porsi 40,90%. Dari rata-rata per bulan temuan uang palsu di Jawa Tengah, diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat trend kenaikan jumlah uang palsu yang ditemukan
dibandingkan
dengan tahun 2009. Namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami penurunan. Oleh karena itu, Bank Indonesia terus menggalakkan publikasi dan sosialisasi terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada masyarakat, serta terus melakukan koordinasi dan langkah pencegahan, sehingga diharapkan dapat berangsur-angsur mengurangi maraknya peredaran uang palsu di masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
55
5.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai Dalam transaksi non tunai, KBI Semarang selalu berusaha menjaga kelancaran sistem pembayaran yang efektif melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS). 5.2.1. Transaksi Kliring Pada triwulan II–2010, transaksi sistem pembayaran non tunai melalui kliring di wilayah Jawa Tengah, yang dilaksanakan melalui KBI Semarang, KBI Solo, dan KBI Purwokerto, mengalami penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun volume transaksi kliring. Transaksi kliring di Jawa Tengah secara nominal mengalami kenaikan sebesar 4,44% (qtq) dibandingkan triwulan I-2010, yaitu dari Rp20,67 triliun menjadi Rp21,58 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, mengalami kenaikan sebesar 33,38% (yoy) yaitu dari Rp16,18 triliun menjadi Rp21,58 triliun. Secara volume, lembar warkat kliring, juga mengalami kenaikan sebesar 1,59% (qtq) dari 766.606 warkat pada triwulan I-2010 menjadi 778.776 warkat pada triwulan II-2010. Sedangkan secara tahunan mengalami kenaikan sebesar 4,55% (yoy) dari 766.606 warkat menjadi 778.776 warkat. Sama halnya dengan perkembangan pengedaran uang tunai, kenakan nilai transaksi kliring ini disebabkan oleh faktor musiman yaitu tahun ajaran baru serta beberapa kegiatan lain seperti Pemilukada di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan kondisi perekonomian yang relatif semakin membaik. Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Tengah Wilay ah TW I-09 Jawa Tengah Nominal (Triliun Rp) Volume Semarang Nominal (Triliun Rp) Volume Solo Nominal (Triliun Rp) Volume Purw okerto Nominal (Triliun Rp) Volume Tegal Nominal (Triliun Rp) Volume
TW II-09
2009 TW III-09
Dalam Triliun DalamRp Triliun
2010 TW IV-09
TW I-10
TW II-10
Growth Tw II-10 qtq
y oy
18.16 673,141
16.18 744,887
20.42 747,497
21.87 776,831
20.67 766,606
21.58 778,766
4.44% 1.59%
33.38% 4.55%
9.62 388,526
7.94 459,543
11.47 449,751
12.60 471,408
11.47 459,094
11.68 466,133
1.80% 1.53%
47.02% 1.43%
6.47 187,939
6.59 210,348
6.68 209,711
7.04 211,997
6.96 207,857
7.59 210,233
9.05% 1.14%
15.21% -0.05%
1.28 56,022
1.33 57,900
1.45 46,002
1.51 60,771
1.44 61,255
1.47 62,849
1.83% 2.60%
10.69% 8.55%
0.78 40,654
0.32 17,096
0.82 42,033
0.72 32,655
0.79 38,400
0.85 39,551
6.93% 3.00%
161.56% 131.35%
Sumber: Website BI
Kualitas kliring di wilayah Jawa Tengah pada triwulan II-2010 ini relatif baik. Hal ini ditunjukkan dari persentase tolakan kliring terhadap total kliring, dimana persentase secara nominal dan volume cek dan Bilyet Giro (BG) yang ditolak masing-masing sebesar 1,26% dan 1,40%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
56
Tabel 5.3. Tolakan Kliring No
Cek/BG Kosong Tw II-10
Wilayah
Vol (lembar) 1 2 3 4
PURWOKERTO SEMARANG SOLO TEGAL TOTAL
Nominal (triliun)
669 6.754 3.015 916 11.354
0,02 0,24 0,06 0,02 0,34
Kliring Tw II-10 Vol Nominal (triliun) (lembar) 62.849 1,47 466.133 11,68 210.233 7,59 39.551 0,85 778.766 21,58
Persentase Vol (%) 1,06% 1,45% 1,43% 2,32% 1,46%
Nominal (%) 1,07% 2,06% 0,78% 2,40% 1,55%
Sumber: Bank Indonesia, diolah
5.2.2. Transaksi RTGS Pada triwulan II-2010, transaksi non tunai melalui BI-RTGS mengalami peningkatan. Rata-rata volume transaksi RTGS per bulan meningkat sebesar 17,41% (qtq) dari rata-rata per bulan pada triwulan I-2010, yaitu dari sebanyak 27.893 transaksi menjadi 32.749 transaksi pada triwulan II-2010. Sementara itu, nominal transaksi secara triwulanan mengalami kenaikan sebesar 11,00% (qtq) dari Rp29,96 triliun menjadi Rp33,25 triliun. Secara tahunan, total nominal dan volume transaksi RTGS pada triwulan II–2010 meningkat masing-masing sebesar 21,53% (yoy) dan 51,35% (yoy).
Warkat
Miliar Rp 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000
Nilai
Jun'10
Apr'10
Mei'10
Mar'10
Jan'10
Feb'10
Des'09
Okt'09
Nov'09
Sept'09
Jul'09
Aug'09
Mei'09
Juni'09
Mar'09
April'09
Jan'09
Feb'09
0
Volume
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS Jawa Tengah
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
58
Bab 6 Kesejahteraan Masyarakat Secara umum, perkembangan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah pada triwulan II-2010 menunjukkan adanya peningkatan, tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja, penurunan tingkat kemiskinan dan kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP).
6 .1. Angkatan Kerja dan Pengangguran di Jawa Tengah Berdasarkan
Survei
Angkatan
Kerja
Nasional
(Sakernas)
semester
I-2010,
perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Tengah menunjukkan adanya peningkatan yang tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 3,60% (yoy) menjadi 15,96 juta jiwa ( Tabel 6.1.) .1.). Selain itu, potensi angkatan kerja yang dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami peningkatan sebesar 1,38% (yoy). Relatif membaiknya kondisi tenaga kerja di Jawa Tengah tersebut tidak terlepas dari mulai pulihnya investasi seperti yang tercermin pada tingkat pertumbuhan kredit investasi. Tabel 6.1. Indikator Ketenagakerjaan di Jawa Tengah Indikator Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Penduduk Usia Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2008 2009 2010 Semester I Semester II Semester I Semester II Semester I 17.341 16.691 16.610 17.088 17.131 16.106 15.464 15.401 15.835 15.956 1.235 1.227 1.209 1.252 1.175 6.922 7.721 7.966 7.582 7.708 1.742 1.868 1.968 1.879 1.989 3.911 4.328 4.445 4.271 4.311 1.268 1.525 1.553 1.432 1.408 24.262 24.412 24.576 24.670 24.839 71,47% 68,37% 67,59% 69,27% 68,97% 7,12% 7,35% 7,28% 7,33% 6,86%
Sumber: BPS
Secara sektoral, penyerapan tenaga kerja berdasarkan Sakernas semester I-2010 masih didominasi oleh ketiga sektor unggulan di Jawa Tengah yaitu sektor pertanian dengan penyerapan sebesar 37,80%, sektor PHR sebesar 21,76% dan sektor industri sebesar 17,33% ( Grafik 6.1.) .1. ). Berdasarkan status pekerjaan, dapat diketahui bahwa pada triwulan II-2010, sebagian besar tenaga kerja di Jawa Tengah merupakan buruh atau karyawan dengan pangsa mencapai 25,03% dari keseluruhan angkatan kerja yang bekerja. Melihat sektor pertanian menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, maka sebagian besar tenaga kerja di jawa tengah bersifat informal yang pada triwulan II-2010 mencapai 72,35%. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dinas/instansi terkait, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang secara resmi diberlakuan mulai 1 Juli 2010 bagi sebagian pelanggan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
59
khususnya industri dirasakan cukup memberatkan. Selain berdampak pada kenaikan biaya operasional, kenaikan TDL juga diperkirakan berpotensi terhadap terjadinya PHK yang akan meningkatkan jumlah pengangguran. Transportasi 4,29%
Pekerja bebas pertanian 6,95%
Keuangan 0,95% Jasa masyarakat 12,36%
PHR 21,76%
Pekerja tak dibayar 17,13%
Pertanian 37,80%
Bangunan 4,81% Listrik, Gas & Air 0,13%
Pekerja bebas non pertanian 6,71%
Buruh/karyawan 25,03%
Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar 2,61%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh tdk dibayar 23,18%
Industri 17,33%
Berusaha sendiri 18,38%
Tambang 0,56%
Sumber: BPS, diolah
Grafik. 6.1 6.1. .1 . Porsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral dan Status Pekerja di Jawa Tengah
6 .2. Kemiskinan Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), angka kemiskinan di Jawa Tengah pada semester I-2010 mengalami penurunan dibandingkan semester II-2009, namun masih tergolong tinggi,mencapai 5,37 juta jiwa atau 16,72% dari jumlah penduduk Jawa Tengah (Tabel 6.2 6.2). .2). Jumlah penduduk miskin pada tahun ini juga merupakan yang terkecil dalam lima tahun terakhir. Tabel 6. 2. Penduduk Miskin di Jawa Tengah T ahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010
J umlah P enduduk Mis kin (ribu) K ota Des a J umlah 2.671,2 3.862,3 6.533,5 2.958,1 4.142,5 7.100,6 2.687,3 3.869,9 6.557,2 2.556,5 3.633,1 6.189,6 2.420,9 3.304,8 5.725,7 2.258,9 3.110,2 5.369,1
P ers entas e P enduduk Mis kin (%) K ota Des a J umlah 17,24 23,57 20,49 18,9 25,28 22,19 17,23 23,45 20,43 16,43 21,96 19,23 15,41 19,89 17,72 14,33 18,66 16,56
Sumber: BPS
Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada semester I-2010, garis kemiskinan Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 5,44% (yoy) menjadi Rp. 192.435,00 per kapita per bulan yang terutama disebabkan oleh komoditas makanan (Tabel Tabel 6.3 6.3). .3
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
60
Tabel 6. 3. Garis Kemiskinan di Jawa Tengah Daerah/T ahun
Garis K emis kinan (R p. /K apita/bulan) Makanan B ukan Makanan T otal
Kota 2008 2009 2010
133.158 139.875 146.107
51.547 56.603 59.499
184.705 196.478 205.606
2008 2009 2010 Kota+Des a 2008 2009 2010
116.708 126.183 133.948
35.823 43.129 46.034
152.531 169.312 179.982
124.703 132.837 139.857
43.465 49.678 52.578
168.168 182.515 192.435
Des a
Sumber: BPS
Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan (P2) Kemiskinan pada semester I-2010 menunjukkan kecenderungan menurun. P1 pada tahun 2009 sebesar 2,96 turun menjadi 2,49 pada tahun 2010, demikian juga dengan P 2 yang turun menjadi 0,60 pada tahun 2010 (Tabel Tabel 6.4 6.4). .4 Berdasarkan penyebaran penduduk, terlihat bahwa tingkat kedalaman kemiskinan di pedesaan masih lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di desa relatif lebih jauh dari garis kemiskinan. Sedangkan tingkat keparahan kemiskinan antara kota dan desa di Jawa Tengah relatif hampir sama, hal ini berarti bahwa penyebaran pengeluaran antara penduduk miskin baik di kota maupun di desa relatif sama. Tabel 6. 4. Indeks K edalaman dan Keparahan K emiskinan di Jawa Tengah K ota Des a T ahun Indeks K edalaman K emis kinan (P 1) 2008 2,97 3,78 2009 2,56 3,34 2010 2,09 2,86 Indeks K eparahan K emis kinan (P 2) 2008 0,82 0,98 2009 0,62 0,85 2010 0,5 0,69
J umlah 3,39 2,96 2,49 0,9 0,74 0,6
Sumber: BPS
6 .3. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Tengah pada triwulan II-2010 mengalami kenaikan, baik secara triwulanan maupun tahunan. Nilai indeks NTP pada triwulan ini tercatat sebesar 101,09 naik 0,87% (qtq) atau 3,05% (yoy). Secara lebih mendalam, kenaikan NTP pada triwulan ini didorong oleh kenaikan NTP sub sektor tanaman pangan yang sebesar 2,93% (qtq). Kenaikan harga komoditas tanaman
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
61
pangan, seperti beras, gabah kering giling dan kacang hijau, pada triwulan II-2010 mendorong kenaikan NTP yang dikarenakan indeks Diterima Petani lebih besar dari pada indeks Dibayar Petani. Kenaikan indeks obat dan pupuk yang merupakan salah satu komponen dari biaya produksi dan penambahan barang modal menjadi pendorong naiknya indeks Dibayar Petani (Tabel (Tabel 6.5) 6.5). .5) Tabel 6. 5. Perkembangan NTP di Jawa Tengah 2008
Kelompok/ Sub Kelompok
Tw II
A Nilai Tukar Petani
Tw III
2009 Tw IV
Tw I
Tw II 98,04
Growth (%)
2010
Tw III
qtq
yoy
Tw IV
Tw I
Tw II
99,69
100,03
100,22
101,09
0,87
3,05
2,37 2,93
9,06 10,93
99,77
102,27 102,70 98,00
B Indeks yang Diterima Petani (It) 1 Padi Palawija
111,78 108,64
116,49 118,02 113,99 114,79 114,33 104,82
114,73 118,58 107,16 110,890
119,63 113,020
121,42 115,16
123,79 118,09
2 Hortikultura
108,11
105,43
108,43 115,58
111,99 117,670
116,820
119,30
122,67
3,37
10,68
3 Perkebunan Rakyat 4 Peternakan
136,61
142,46
141,91 140,63
142,15 145,490
144,690
142,61
143,43
0,82
1,28
118,31
125,43
134,96 135,71
134,28 136,170
136,850
137,86
136,96
-0,90
2,68
5 Perikanan C Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
111,73
118,33
121,65 124,62
126,07 130,140
129,260
131,48
133,62
2,14
7,55
112,04
113,90 114,91 116,32
117,03
119,59
121,15
122,45
1,30
5,42
1 Konsumsi Rumah Tangga (KRT) a. Bahan Makanan
112,96 114,80
114,96 115,59 117,13 117,35 116,41 118,73
117,68 119,950 118,02 120,84
120,40 122,010 123,070 120,40 121,85 123,94
1,06 2,09
5,39 5,92
b. Makanan Jadi
108,78
110,55
113,65 117,16
119,07
121,32
122,490
125,41
124,51
-0,90
5,44
c. Perumahan
117,08
117,44
120,19 119,52
122,12
123,67
126,080
128,36
129,08
0,72
6,96
d. Sandang
109,60
111,38
112,31 113,80
113,64
116,04
116,770
117,39
118,33
0,94
4,69
e. Kesehatan
109,00
109,71
111,10 112,46
113,39
114,52
114,730
115,76
117,13
1,37
3,74
f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga
107,72
111,01
112,07 114,22
116,11
118,39
119,130
119,18
119,22
0,04
3,11
g. Transportasi dan Komunikasi
113,56
116,01
115,31 108,83
110,08
110,5
111,10
111,05
111,51
0,46
1,43
2 Biaya Produksi dan Penambahan Barang
108,93
110,31 112,59 113,65
114,87
115,71
116,85
118,18
120,36
2,18
5,49
118,95
Modal (BPPBM) a. Bibit
106,29
107,73
109,11 111,43
113,13
113,17
114,88
115,64
116,97
1,33
3,84
b. Obat-obatan & Pupuk
106,96
109,21
114,37 113,61
115,23
116,39
117,4
117,66
121,67
4,01
6,44 9,17
c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya
111,71
113,87
115,00 121,87
122,81
123,71
125,25
128,45
131,98
3,53
d. Transportasi
117,83
119,77
118,74 115,34
115,71
116,58
118,01
118,78
118,91
0,13
3,20
e. Penambahan Barang Modal
108,85
110,63
112,73 115,57
117,76
118,82
119,99
121,97
124,29
2,32
6,53
f. Upah Buruh Tani
107,55
107,92
108,93 110,85
111,48
112,15
113,07
114,67
116,08
1,41
4,60
Tingkat NTP Jawa Tengah pada triwulan II-2010 sedikit lebih rendah dari pada NTP Nasional yang mencapai 101,39. Namun, Dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa, pertumbuhan NTP di Jawa Tengah relatif cukup baik. 103
103
102
102 101
100 99
100
98
NTP Jateng
NTP Nasional
101
99
97 98
Nasional
96
Jawa Tengah
2008
2009
Jun
Apr
May
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
Jun
97
May
95
2010
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.3. Perkembangan NTP Nasional dan Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
62
1,5% 1,0% 0,5% 0,0% Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
-0,5% 2009
2010
-1,0% -1,5%
Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6 .4. Perkembangan NTP Lima Provinsi di Jawa
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
63
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
64
Bab 7 Prospek Perekonomian Triwulan III 2010 7.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II-2009, yaitu dalam kisaran 5,75%-6,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut secara sektoral terutama didorong oleh peningkatan sektor pertanian. Sementara itu, dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan. 7.0
6.0
5.0
Jateng
4.0
Nasional 3.0 I
II
III 2007
IV
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
I
2009
II*)
III**)
2010
Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah * Angka triwulan III 2010 merupakan angka proyeksi Bank Indonesia Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Jawa Tengah
Dari sisi sektoral, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,5%-7,0% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010. Peningkatan sektor pertanian tersebut seiring dengan mulainya masa panen tahap kedua di awal triwulan tersebut. Berdasarkan informasi dari dinas/ instansi terkait, diperkirakan hasil panen pada triwulan III-2010 cukup baik, sehingga memberikan kontribusi cukup signifikan pada pertumbuhan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
65
%, yoy 15
%, yoy 12
Pertanian Pertambangan
Industri
Listrik
Bangunan
10
10 8 6
5
4
0
2
I -5
II
III
2007
IV
I
II
III IV
I
II
2008
III
IV
2009
I II*) III**)
0
2010
I
-2
II
-4
-10
III
IV
I
2007
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
2009
I
II*) III**) 2010
%, yoy PHR
14
Pengangkutan
Keuangan
Jasa
12 10 8 6 4 2 0 I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
I
2008
II
III
2009
IV
I
II*) III**) 2010
Sumber : BPS * Angka triwulan III 2010 merupakan angka proyeksi Bank Indonesia
Grafik 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Sisi Sektoral Jawa Tengah Tengah
Sementara itu sektor industri diperkirakan masih tetap tumbuh positif di kisaran 4,25%4,75% (yoy), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010. Beberapa indikator seperti impor barang modal, perkembangan cukai rokok serta penjualan listrik untuk industri masih menunjukkan adanya tren peningkatan. Demikian pula halnya dengan indikator investasi juga menunjukkan adanya tren pertumbuhan positif. Kondisi tersebut diperkirakan akan mendorong perkembangan sektor industri di triwulan mendatang. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan sektor industri pada triwulan III-2010 dikarenakan faktor base effect, dimana level sektor industri pada triwulan III-2009 relatif cukup tinggi. Beberapa sektor lain yang diperkirakan tetap tumbuh cukup tinggi pada triwulan III2010 adalah sektor listrik, gas dan air (LGA), sektor bangunan, sektor jasa, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restaurant (PHR). Sektor listrik, gas dan air diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi karena didorong oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di wilayah Jawa Tengah yang mengalami peningkatan pula. Sementara itu
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
66
pertumbuhan sektor bangunan dan sektor jasa didorong oleh peningkatan realisasi proyekproyek pemerintah di wilayah Jawa Tengah. Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi serta sektor PHR didorong oleh persiapan menjelang bulan puasa dan hari lebaran. %, yoy 25
Kons RT
Kons pmrth
PMTB
Ekspor
20 15 10 5 0 -5 -10
I
II
III
2007
IV
I
II
III
IV
2008
I
II
III
IV
I
2009
II*) III**) 2010
Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah * Angka triwulan III - 2010 merupakan angka proyeksi Bank Indonesia
Grafik 7.3. Perkiraan Perk iraan Pertumbuhan Perekonomian Jawa Tengah
Di sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga (RT) diperkirakan masih tetap tumbuh stabil pada triwulan III-2010. Konsumsi RT diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,25%5,75% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan II-2010. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian diperkirakan akan tetap mendorong pertumbuhan konsumsi RT, disamping momentum tahunan bulan puasa dan hari lebaran yang menyebabkan peningkatan konsumsi. Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 7,0%-7,5% (yoy). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan realisasi anggaran tahun ini yang relatif belum maksimal pada triwulan II-2010. Investasi diperkirakan tumbuh cukup signifikan, namun diperkirakan sedikit melambat pertumbuhan tahunannya dibanding triwulan II-2010. Pertumbuhan investasi dalam kisaran 6,75%-7,25%, seiring dengan membaiknya prospek ekonomi global dan nasional. Kondisi tersebut diperkirakan juga turut mendorong ekspor tetap tumbuh signifikan, dalam kisaran 15,5%16,0%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2010.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
67
7.2. Inflasi Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, dan laju inflasi diproyeksikan akan berada dalam kisaran 6,00%–6,50% (yoy). Tekanan inflasi triwulan III-2010 diperkirakan akan meningkat sejalan dengan naiknya tekanan dari sisi permintaan pada masa liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru pada Juli 2010. Kenaikan permintaan bahan makanan, makanan jadi dan sandang diperkirakan juga akan terjadi seiring dengan adanya bulan puasa dan hari raya lebaran pada bulan Agustus dan September 2010. Di samping itu, harga beberapa komoditas bahan makanan diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan seiring dengan masuknya masa tanam di Jateng pada awal triwulan III-2010. Tekanan harga dari sisi administered prices akan berasal dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang telah ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintah sejak Juli 2010. Tekanan harga komoditas volatile foods pada awal triwulan III-2010 diperkirakan akan menurun karena adanya masa panen raya pada triwulan III-2010. Sementara itu, sumbangan inflasi dari faktor moneter diperkirakan relatif minim sejalan dengan perkembangan kurs rupiah yang diperkirakan masih cukup stabil. Faktor potensial yang diperkirakan dapat menjadi penahan laju inflasi triwulan mendatang adalah harga gula pasir pada triwulan III-2010 yang diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan menurun, karena masih dalam masa giling pada Mei-Oktober 2010. Tekanan imported inflation pada triwulan III-2010 diperkirakan relatif rendah seiring dengan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah akibat capital inflows dan stabilnya harga komoditas dunia. Namun, beberapa komoditas seperti minyak dunia, bahan baku industri seperti logam, besi, baja, gandum, kedelai dan CPO tetap perlu diwaspadai. Beberapa kondisi yang dapat menjadi faktor potensial sebagai pemicu tekanan inflasi triwulan III-2010 adalah kurang lancarnya distribusi dan pasokan bahan kebutuhan pokok karena faktor musiman, seperti bawang merah, bawang putih, cabe dan sayuran. Selain itu, adanya Pemilukada di empat kabupaten (Kabupaten Semarang, Purworejo, Wonosobo dan Wonogiri) pada triwulan III-2010 diperkirakan dapat meningkatkan permintaan terhadap beberapa komoditas, khususnya sandang, makanan jadi dan transpor. Tekanan inflasi dari ekspektasi masyarakat diperkirakan mengalami kenaikan pada triwulan mendatang (Grafik Grafik 7.4 7.4. ). Ekspektasi masyarakat tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Semarang, bahwa responden atau masyarakat memiliki ekspektasi terhadap kenaikan harga secara umum pada tiga bulan mendatang cenderung naik. Peningkatan harga diperkirakan terjadi pada kelompok transpor, kelompok kesehatan, kelompok sandang, kelompok pendidikan, dan kelompok bahan makanan. Naiknya ekspektasi responden terhadap harga secara umum antara lain disebabkan oleh perkiraan naiknya TDL dan harga elpiji, perkiraan kurangnya pasokan sebagian komoditas dan perkiraan adanya gangguan pada distribusi barang. Berdasarkan Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan KBI Semarang, responden juga mengekspektasikan bahwa harga
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
68
di tingkat pedagang pada triwulan III-2010 mendatang diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan laporan.
Inflasi Aktual (%, yoy) 12
Ekspektasi Inflasi 200 190
10
180 170
8
160 6 4
150 Inflasi Aktual (yoy, %)
140
Ekspektasi Inflasi (indeks)
130 120
2
110 100
0 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS dan BI, diolah
GRAFIK 7.4. 7.4 . PRAKIRAAN INFLASI HASIL SURVEI KONSUMEN DAN LAJU INFLASI IHK AKTUAL (YOY)
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KBI Semarang, ekspektasi masyarakat kota Semarang dalam tiga bulan ke depan menunjukkan peningkatan optimisme dalam hal ekspektasi penghasilan, namun menurun dalam hal ekspektasi ekonomi dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan berada dalam level yang optimis dan menunjukkan trend peningkatan, sehingga hal ini menjadisinyal positif bagi perekonomian dalam triwulan mendatang. b. Ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja menunjukkan kecenderungan menurun, bahkan untuk ekspektasi terhadap kondisi ekonomi berada dalam level pesimis.Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena masyarakat menilai kondisi ekonomi 3 bulan ke depan kurang begitu kondusif. c. Ekspektasi masyarakat terhadap harga secara umum cukup positif, sedangkan ekspektasi terhadap ketersediaan barang dan jasa mengalami penurunan. Artinya masyarakat memandang bahwa perkembangan harga secara umum masih cukup stabil, meskipun pasokan komoditas berpotensi menyebabkan kenaikan harga. d. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat suku bunga dan tabungan menunjukkan optimisme pada tiga bulan ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap kemampuannya dalam menambah tabungan yang dimilikinya, karena adanya peningkatan penghasilan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
69
200 160 180 140
160
120
140
100
120 100
80
80 60 60 40 20
Ekspektasi Penghasilan
40
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
20
Harga Umum Ketersediaan Barang & Jasa Tingkat Suku Bunga Tabungan
Ekspektasi Ekonomi 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2010
2008
2009
2010
GRAFIK 7.5 7.5 . EKSPEKTASI MASYARAKAT TIGA BULAN KE DEPAN BERDASARKAN SURVEI KONSUMEN
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KBI Semarang, mayoritas responden memperkirakan harga secara umum pada tiga bulan mendatang akan meningkat. Secara net balance, indeks ekspektasi harga pada Juni 2010 untuk tiga bulan mendatang rata-rata berada pada level 152, naik dari Mei 2010 yang berada di level 132. Hal itu menunjukkan ekspektasi responden terhadap kenaikan harga secara umum semakin naik, atau responden melihat ke depan bahwa inflasi akan relatif lebih tinggi dari triwulan laporan (Grafik Grafik 7.6 7. 6)
200
12
180 10
160 140
8
120 100
6
80 4
60 40
Ekspektasi Harga Umum - axis kiri
20
Inflasi Jateng (%, yoy) - axis kanan
2
0
0 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008
2009
2010
Sumber : BI, diolah
GRAFIK 7.6. 7.6 . EKSPEKTASI PEDAGANG PEDAG ANG TIGA BULAN KE DEPAN DEPAN BERDASARKAN SURVEI PENJUALAN ECERAN (SPE)
Berdasarkan hasil estimasi dan berbagai survei tersebut di atas yang menghitung ekspektasi masyarakat, pedagang dan perkiraan perkembangan harga ke depan, maka KBI Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
70
Semarang memperkirakan laju inflasi Jawa Tengah triwulan III-2010 diperkirakan akan berada dalam kisaran 6%-6,5% (yoy). Penyebab utama inflasi triwulan ke depan diperkirakan berasal dari kelompok bahan makanan, makanan jadi dan sandang (Grafik Grafik 7.7 7.7). Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor
20
15
Makanan Jadi Sandang Pendidikan Umum
10
5
0 I -5
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
I
II
2009
III*)
IV*)
2010
-10
Sumber: BPS, diolah Keterangan: *) estimasi KBI Semarang GRAFIK 7.7 7.7 . Estimasi Laju Inflasi Jawa Tengah Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy, persen)
♦♦♦
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
71
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
72
LAMPIRAN Indikator Ekonomi Jawa Tengah
Ket: *) PDRB Data Sementara, **) PDRB Data Sangat Sementara & Data Perbankan posisi Mei 2010 Sumber: Bank Indonesia, BPS,diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
73
No.
INDIKATOR
7. Kredit Menurut Jenis Penggunaan a. Kredit BU & BPR - Total - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi b. Persentase thd Total Kredit (%) - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi c. Kredit Bank Umum - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi d. Kredit BPR - Kredit Modal Kerja - Kredit Investasi - Kredit Konsumsi 8. Kredit Menurut Sektor Ekonomi a. Kredit BU & BPR - Total - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan - Sektor Industri - Sektor Air, Listrik & Gas - Sektor Konstruksi - Sektor Perdagangan - Sektor Transportasi - Sektor Jasa Dunia Usaha - Sektor Jasa Sosial Masy. - Lain-lain b. Kredit Bank Umum - Sektor Pertanian - Sektor Pertambangan - Sektor Industri - Sektor Air, Listrik & Gas - Sektor Konstruksi - Sektor Perdagangan - Sektor Transportasi - Sektor Jasa Dunia Usaha - Sektor Jasa Sosial Masy. - Lain-lain c. Kredit BPR - Sektor Pertanian - Sektor Industri - Sektor Perdagangan - Sektor Jasa Dunia Usaha - Lain-lain
I-08
II-08
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
I-10
II-10*
64.040 35.474 4.833 23.733
71.397 39.650 5.337 26.410
77.110 43.573 5.589 27.949
79.331 44.968 5.925 28.438
79.835 45.133 5.881 28.821
82.670 46.419 6.171 30.079
85.961 48.142 6.727 31.093
90.194 50.546 7.098 32.549
90.987 43.103 8.964 38.920
95.147 49.787 8.692 36.668
55,39 7,55 37,06 58.475 32.745 4.517 21.213 5.565 2.728 317 2.520
55,53 7,48 36,99 65.406 36.732 4.987 23.687 5.991 2.918 350 2.723
56,51 7,25 36,25 70.668 40.337 5.234 25.098 6.442 3.236 355 2.851
56,68 7,47 35,85 72.907 41.826 5.543 25.539 6.424 3.142 382 2.899
56,53 7,37 36,10 73.099 41.825 5.475 25.799 6.736 3.308 405 3.022
56,15 7,47 36,38 75.610 42.883 5.766 26.961 7.060 3.536 406 3.118
75,17 10,50 36,17 78.452 44.352 6.321 27.780 7.508 3.790 406 3.313
56,04 7,87 36,09 82.814 46.839 6.694 29.281 7.380 3.707 404 3.268
47,79 9,94 43,15 83.298 39.216 8.544 35.538 7.689 3.887 420 3.381
55,20 9,64 40,65 87.175 45.734 8.267 33.174 7.972 4.053 425 3.494
64.040 2.437 73 11.157 12 852 21.237 621 2.810 606 24.234 58.475 1.996 73 11.070 12 852 19.345 621 2.300 606 21.599 5.565 441 87 1.892 510 2.635
71.397 2.547 65 12.569 13 1.205 23.282 685 3.243 679 27.109 65.406 2.067 65 12.479 13 1.205 21.254 685 2.688 679 24.270 5.991 479 89 2.028 555 2.839
77.110 2.548 103 14.717 10 1.343 24.473 727 3.733 681 28.776 70.668 2.096 103 14.610 10 1.343 22.200 727 3.100 681 25.797 6.442 452 106 2.273 632 2.979
79.331 2.655 100 15.633 10 1.110 25.352 845 3.704 743 29.179 72.907 2.156 100 15.540 10 1.110 23.145 845 3.103 743 26.157 6.424 500 93 2.207 601 3.023
79.835 2.671 101 15.550 17 1.132 25.666 845 3.583 719 29.552 73.099 2.144 101 15.453 17 1.132 23.344 845 2.954 719 26.391 6.736 527 97 2.322 628 3.161
82.670 2.753 89 15.002 50 1.282 27.481 926 3.515 745 30.825 75.610 2.200 89 14.904 50 1.282 24.986 926 2.859 745 27.568 7.060 553 98 2.496 656 3.257
85.961 2.688 110 15.809 61 1.355 28.764 910 3.712 737 31.816 78.452 2.167 110 15.708 61 1.355 26.019 910 3.050 737 28.336 7.508 521 102 2.745 662 3.479
90.194 2.819 105 16.802 63 1.296 30.414 955 3.647 809 33.283 82.814 2.290 105 16.702 63 1.296 27.764 955 2.977 809 29.853 7.380 529 100 2.650 670 3.431
86.972 1.546 109 15.956 61 1.002 23.214 988 692 43.402 79.283 968 109 15.856 61 1.002 20.462 988
95.147 2.183 119 15.837 65 1.176 26.959 1.388 4.388 999 42.034 87.175 1.577 119 15.732 65 1.176 24.114 1.388 3.642 999 38.363 7.972 606 105 2.845 746 3.671
Sumber: Bank Indonesia, BPS,diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
39.838 7.689 579 101 2.752 692 3.565
Ket: *) Data Perbankan posisi Mei 2010
74
No.
INDIKATOR
I-08
II-08
9. LDR - Perbankan (%) 85,63 90,65 a. LDR - Bank Umum (%) 83,67 88,74 b. LDR - BPR (%) 113,64 118,52 10. NPL -Perbankan (%) 4,13 2,80 a. NPL - Bank Umum (%) 3,34 3,06 b. NPL - BPR (%) 12,54 10,36 11. Kredit UMKM 51.838 57.145 a. Skala Usaha - Mikro 23.627 25.331 - Kecil 15.012 17.116 - Menengah 13.199 14.698 b. Sektor Ekonomi - Sektor Pertanian 1.954 2.001 - Sektor Pertambangan 51 43 - Sektor Industri 3.942 4.246 - Sektor Air, Listrik & Gas 12 13 - Sektor Konstruksi 535 809 - Sektor Perdagangan 18.034 19.385 - Sektor Transportasi 490 519 - Sektor Jasa Dunia Usaha 2.197 2.590 - Sektor Jasa Sosial Masy. 538 577 - Lain-lain 24.085 26.962 c. Jenis Penggunaan - Kredit Modal Kerja 25.167 27.598 - Kredit Investasi 3.086 3.284 - Kredit Konsumsi 23.585 26.263 12. Perbankan Syariah A. Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah) a. Aset 1.624 1.866 Share thd Perbankan Jateng (%) 1,72 1,88 b. DPK 1.288 1.462 Share thd Perbankan Jateng (%) 1,72 1,86 c. Pembiayaan 1.304 1.620 Share thd Perbankan Jateng (%) 2,04 2,27 d. FDR (%) 101,24 110,80 e. NPF (%) 4,83 4,12 B. Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah a. Aset 1.563 1.787 b. DPK 1.247 1.415 - Giro Wadiah 179 187 - Tab. Wadiah & Mudharabah 625 654 - Deposito Mudharabah 443 574 c. Pembiayaan 1.259 1.566 d. FDR (%) 101,04 110,67 e. NPF (%) 4,73 4,17 C. BPR Syariah a. Aset 61 78 b. DPK 41 48 - Tab. Wadiah & Mudharabah 21 26 - Deposito Mudharabah 20 21 c. Pembiayaan 42 54 d. FDR (%) 102,06 113,22 e. NPF (%) 8,02 5,88
III-08
IV-08
I-09
II-09
III-09
IV-09
I-10
94,92 92,85 125,64 3,24 2,64 2,84 60.211
92,10 90,37 117,66 2,95 2,39 2,64 61.241
88,57 86,56 118,46 4,13 3,70 4,27 61.734
89,61 87,44 122,01 4,13 3,41 8,76 63.317
91,59 89,50 121,20 3,40 2,83 9,31 64.898
92,51 90,79 117,38 2,98 2,41 9,13 70.157
92,47 91,97 114,27 3,02 2,24 8,86 72.103
93,55 91,87 117,00 3,04 2,54 8,56 74.489
26.098 18.785 15.328
26.190 19.524 15.527
26.523 20.064 15.147
27.039 20.896 15.382
27.460 21.542 15.896
28.613 24.249 17.295
27.492 26.921 17.690
27.820 28.486 18.183
2.060 42 4.404 10 899 20.189 506 2.906 582 28.613
2.107 41 4.649 10 679 20.751 546 2.901 554 29.003
2.099 36 4.269 11 689 21.436 552 2.807 553 29.282
2.172 38 4.267 11 760 22.083 549 2.879 574 30.005
2.168 43 4.350 22 814 22.855 568 2.920 581 30.577
2.219 33 4.668 23 796 25.078 601 3.059 574 33.107
1.364 52 4.553 28 744 22.082 644 3.100 693 38.843
1.405 56 4.622 33 812 22.262 630 3.116 732 40.821
28.954 3.470 27.229
29.491 3.487 28.263
29.678 3.481 28.575
30.335 3.670 29.331
31.286 3.744 29.868
33.505 4.281 32.372
32.469 5.539 34.095
32.746 5.595 36.148
2.312 2,15 1.550 1,91 1.873 2,43 101,24 4,83
2.417 2,16 1.701 1,98 2.027 2,55 119,12 2,43
2.350 2,07 1.660 1,84 2.003 2,51 120,66 4,64
2.710 2,34 1.892 2,05 2.232 2,70 117,98 4,03
2.916 2,39 1.890 2,01 2.412 2,81 127,67 3,27
3.477 2,77 2.230 2,29 2.631 2,92 117,98 3,61
4.563 3,52 3.094 3,11 3.332 3,62 107,69 3,27
4.198 3,15 2.695 2,65 3.232 3,40 119,92 4,27
2.225 1.495 198 721 576 1.808 120,96 2,56
2.318 1.637 150 820 666 1.958 119,63 2,30
2.244 1.588 154 807 627 1.925 121,22 4,59
2.590 1.810 166 891 753 2.143 118,41 3,97
2.788 1.804 166 1.064 739 2.314 128,30 3,13
3.328 2.132 154 990 989 2.526 118,48 3,43
4.402 2.984 167 1.460 1.357 3.212 107,66 3,05
4.028 2.583 207 1.149 1.227 3.103 120,14 3,13
87 55 30 25 65 118,46 4,90
100 65 36 28 69 106,19 6,18
106 72 39 33 78 108,30 6,41
120 82 42 40 89 108,54 5,95
128 86 47 39 98 114,37 6,46
149 98 54 44 105 106,99 7,79
161 110 58 51 119 108,72 7,73
171 112 57 55 129 114,82 7,36
Sumber: Bank Indonesia, BPS,diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2010
Ket: *) Data Perbankan posisi Mei 2010
75
II-10*