KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR (PERIODE 2008-2012)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh : Muammar 107083003268 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 i
ii
iii
iv
ABSTRAK Skripsi ini membahas permasalahan seputar “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 2008-2012)”. Skripsi ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara strategi nuklir yang diterapkan oleh Pakistan dalam upaya meraih ambisinya. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulisan skripsi ini hanya menggunakan data sekunder yang ditelusuri melalui studi kepustakaan serta dikaji dengan menggunakan konsep Kepentingan Nasional, Security Dilemma dan teori Defense-Offense. Tulisan ini menguraikan sejarah yang melatarbelakangi konflik Kashmir yang disertai intervensi Pakistan dan India. Setelah ikut campur kedua negara tersebut, Konflik Kashmir semakin tak menentu. Wilayah Kashmir bahkan menjadi terbelah dimana sebagian dikuasai India sementara sisanya di bawah kendali Pakistan. Beberapa kali Pakistan dan India membicarakan penyelesaian atas sengketa Kashmir namun selalu mengalami jalan buntu. Bahkan, kedua negara sempat mengalami perang yang dilatari oleh isu tersebut yakni tahun 1947, 1965 dan 1971. Pakistan yang mengalami kekalahan atas perang tersebut mulai berpikir bahwa kepemilikan nuklir merupakan langkah strategis untuk dapat menekan New Delhi. Kepemilikan senjata nuklir Pakistan terbukti dapat memberikan potensi ancaman bagi India. Setelah kekalahan pada perang tahun 1971, praktis kedua negara hampir tidak pernah lagi terlibat dalam perang terbuka dengan skala besar. India malahan membujuk Pakistan agar selalu membicarakan solusi damai mengenai dinamika hubungan kedua negara. Dari analisa yang dipaparkan dalam skripsi ini, diketahui bahwa kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mempertahankan kedaulatan atas Wilayah Kashmir, Kedua, mengimbangi kekuatan India di Regional Asia Selatan dan Ketiga, internasionalisasi isu Kashmir.
Kata Kunci : Kepentingan, Nuklir, Pakistan, India, Strategi, Keamanan, Rudal.
v
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahman dan rahim-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 20082012)” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang berpengetahuan dan berperadaban. Terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Alm. Bapak H. Djamaluddin semoga diampuni dosa, dilapangkan kuburnya, diterima segala amal ibadah dan buat Mama Hj. Aisyah semoga selalu diberikan kesehatan serta diringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai anugerah terbesar yang telah Allah berikan kepada nanda. Curahan cinta, kasih, dan sayang sejak nanda masih belum lahir hingga akhir hayat kalian adalah sekelumit alasan kenapa nanda harus menjadi seorang muslim yang berguna untuk agama dan bangsa. Rabbighfirly waliwalidayya warhamhumaa kama rabbayani soghira. 2. Keluarga besar di rumah. Kak Maghfirah, Bang Nurmiswari, Dek Mal dan Dek Kal yang tak pernah lelah menyertai nanda dengan semangat dan nasihat hingga sebagian besar impian penulis bisa tercapai untuk kini dan nanti. 3. Ibu Debbie Affianty, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca, dan memberikan masukan yang cukup berarti, serta dengan penuh pengertian mau mendengarkan pandangan pribadi penulis sehingga proses penulisan skripsi ini menjadi sangat memorable bagi penulis pribadi. 4. Dosen dan Staff di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang selalu mendukung penulis dalam proses belajar maupun beraktualisasi diri diantaranya Bapak Teguh Santosa, MA, Bapak Kiki Rizky, Ph.D.,Bapak Adian Firnas, Bapak Agus Nilmada yang selalu membuka cakrawala pemikiran dan pemahaman penulis selama masa studi. Ibu Dina Affrianti, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu ramah sekaligus jeli dalam memberi masukan. Serta terakhir, tak lengkap rasanya kalau tak saya sebutkan nama Bapak Jajang Saprijal yang selalu siap siaga memberikan reminder deadline, vi
5.
6.
7.
8.
membantu kelengkapan berkas dan selalu sepenuh hati melayani keperluan mahasiswa HI. Teman-teman di jurusan HI terkhusus untuk Moka, Bayu, Fuad, Hendrik, ii, Yadi, Shobah, Fatih selaku teman kosan yang selalu berbagi cerita. Ichsan Dalimunthe, Reval, Hafiz Al-asad serta semua teman-teman HI Angkatan 2007 A maupun B. Keluarga besar Himmah Bang Jamhur, Bang Andri, Adli, Bustamam, Furkon dan semuanya yang tidak memungkinkan disebut satu-persatu. Intinya, kalian adalah The Best Things that I have. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada Alm Maera Puspita Sari yang semasa hidupnya selalu menyemangati penulis. Allahumma ghfirlahaa amiiin. Keluarga besar Kompa Jaya Bang Deni, Hijrah, Fauzan, Arbi, Iqbal, Hedi dan semuanya yang selalu memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan penulis terkait membangun Aceh di masa yang akan datang. Bona, Khaidir, Dian, Fikri, Nurul Huda, Irfan sebagai teman kecil yang selalu berbagi canda dan tawa. Serta keluarga besar Alumni Assalaam. Terima Kasih atas inspirasinya.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Demikian, semoga skripsi ini bisa memberikan paradigma baru yang bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Wassalamualaikum.Wr.Wb Jakarta, Juli 2014
Muammar
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………..1 B. Pertanyaan Masalah………………………………………………...............................10 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...............................10 D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………...…10 E. Kerangka Pemikiran………………………………………………………………..…12 F. Metode Penelitian……………………………………………………………………..21 G.Sistematika Penulisan ………………………………………………………………...23 BAB II : SEJARAH KASHMIR DAN KONFLIK INDIA-PAKISTAN 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis………………………………………………………….…24 B. Masyarakat Kashmir……………………………………………………….…25 C. Awal Konflik Di Kashmir……………………………………………….……25 2.2 Perang India Pakistan A. Perang Tahun 1947 Dan 1965……………………………………..………….29 B. Perang Tahun 1971……………………………………………………..……..35 BAB III: STRATEGI KEBIJAKAN NUKLIR PAKISTAN 3.1 Sejarah Pembangunan Nuklir Pakistan…………………………………………...….39 A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium…………………...43 B. Pengembangan Senjata Misil Pakistan………………………………………..48 C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina ………………………………………..…..50 3.2 Perkembangan Nuklir Pakistan-India (2008-2012) A. Perkembangan Nuklir Pakistan…………………………………………….…55 B. Perkembangan Nuklir India……………………………………………….….59 BAB IV : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM MENGEMBANGKAN NUKLIR KAITANNYA DENGAN WILAYAH KASHMIR 4.1 Mempertahankan Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir……………………………….66 4.2 Strategi Mengimbangi Kekuatan India Di Regional Asia Selatan……………….…..71 4.3 Internasionalisasi Isu Kashmir…………………………………………………….…75
viii
DAFTAR SINGKATAN PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa
WGU
Weapon Grade Uranium
PDB
Produk Domestik Bruto
LoC
Line of Control
MBT
Main Battle Tank
PAEC
Pakistan Atomic Energy Comision
IAEC
International Atomic Energy Comission
ICBM
Intercontinental Ballistic Missile
NPT
Non Prolifeation Treaty
PINSTECH Pakistan Institute of Science and Technology KANUPP
Karachi Nuclear Power Plant
BNFL
British Nuclear Fuels Limited
SGN
Saint-Gobain Techniques Nouvelles
HEU
High Enrichly Uranium
UCN
Ultra-Centrifuge Nederland
ERL
Engineering Research Laboratories
HAM
Hak Asasi Manusia
SIPRI
Stockholm International Peace Research Institute
IPFM
International Panel on fisi Material
TNW
Tactical Nuclear Weapon
SPD
Strategic Plans Division
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir………………..56 Tabel 2 : Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan……………………………………57 Tabel 3 : Potensi Kekuatan Nuklir India……………………………………….61 Tabel 4 : Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012…………………...65 Taebl 5 : Hasil Tanaman Buah di Kashmir…………………………………….70
x
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang kepentingan pengembangan nuklir Pakistan periode 2008-2012 yang dijelaskan dengan perkembangan teknik nuklir dan kemampaun rudalnya serta beberapa tujuan yang hendak dicapai. India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Bagian Selatan yang berbatasan dengan Laut Arab di penjuru Barat Daya, Teluk Benggala di Bagian Tenggara dan Samudera Hindia di Arah Selatan.1 Perbatasan Utara India sebagian besar berbatasan dengan pegunungan Himalaya yang diapit oleh negara Cina dan Nepal, sementara di Ujung Barat berbatasan dengan Pakistan yang dipisah oleh Gurun Thar dan daratan Punjab.2 Pakistan adalah negara yang terletak di ujung Laut Arab di Bagian Selatan, berbatasan dengan negara Afghanistan yang diapit oleh pegunungan Karakoram sebelah Utara serta berbatasan dengan India di penjuru Timur.3 India dan Pakistan merupakan dua negara yang berselisih atas perebutan wilayah Kashmir yang masih berlangsung hingga kini. Kashmir sendiri adalah sebuah daerah yang memiliki luas kurang lebih 222.236 Km, terletak di sub-kontinen Benua India Bagian Utara dan berbatasan dengan Pakistan di sebelah Barat yang dipisah oleh wilayah Kargil. 4 India menguasai 100.569 Km dari wilayah Kashmir yang terdiri dari wilayah Ladakh, Jammu-Kashmir dan
1
India Yearbook 2007, Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 2. India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 3. 3 http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014. 4 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25. 2
1
Lembah Kashmir dengan populasi penduduk pada tahun 2001 yaitu 10.069.917 jiwa.5 Sedangkan Pakistan menguasai 78.932 dari wilayah Kashmir yang terdiri dari distrik Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Nirpur dan Poonch dengan populasi penduduk sekitar 3.000.000 jiwa.6 Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir7
Demi mencapai ambisinya menguasai wilayah Kashmir, negara yang sama-sama pernah merasakan penjajahan Inggris itu rela mengerahkan semua upaya politik, hukum dan militer, termasuk menyiapkan strategi lebih ekstrim yaitu penggunaan senjata nuklir.8 Sejak uji coba nuklir pertama dengan sandi „Smiling Buddha‟ pada 18 Mei 1974 di Pokhran, India telah memperlihatkan kemajuan teknologi nuklirnya yang signifikan. 5
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 86. 6 Ibid Hal 87. 7 Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011). Halaman 63. 8 Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996.Hal 81.
2
Sebagai negara paling luas di Asia Selatan yang mencapai 3,287,590 km dengan populasi 1,104 miliar jiwa, India memegang peranan penting terhadap kestabilan keamanan kawasan Asia Selatan.9 Negara yang masyarakatnya memiliki pendapatan 2,880 Dollar AS ini secara ekonomi berada di atas negara-negara tetangga di kawasan Asia Selatan.10 Sementara Pakistan yang
memiliki luas area 796,100,000 km dengan pendapatan
rakyatnya rata-rata 2.060 Dollar AS,11 tentu menganggap bahwa India menjadi lawan yang tidak mudah untuk dihadapi. Apalagi, negara yang beribukota di New Delhi tersebut setiap tahun mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat belanja alat militer.12. Keseriuasan India dalam menguatkan alat tempurnya terlihat dari belanja militer negara tersebut pada tahun 2010 yang menembus angka 31,9 Miliar Dollar AS, dengan persentasi peningkatan 54,3 persen dibanding tahun 2001 silam.13 Alokasi anggaran pertahanan India berasal dari 2,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menempati urutan kelima sebagai negara yang cukup besar dalam kegiataan pendanaan kegiatan militer, termasuk pegembangan senjata nuklir.14 Dalam politik internasional, eksistensi senjata nuklir merepresentasikan suatu alat untuk membuktikan kekuatan sebuah negara yang dapat menekan negara lainnya.15 Nuklir dipercaya sebagai instrumen yang dapat meraih ambisi politik dan ekonomi maupun menyelesaikan 9
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 126. Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York 2007. Hal 300. 11 Ibid Hal 287. 12 Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no. 02 1991.Hal 8 13 .Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No. 2 2010. Hal 55-56. 14 News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar Diakses pada 24 Agustus 2012 15 Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press, Washington,1998. Hal 106. 10
3
sengketa atas suatu territorial. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai negara
yang pernah
mengalami beberapa pengalaman buruk manakala berhadapan dengan India (khususnya perang tahun 1947, 1965 dan 1971), Pakistan di bawah pimpinan Presiden Zia-ul Haq mulai menganggap bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan strategi jitu untuk menekan India, khususnya dalam perebutan wilayah Kashmir. Dibandingkan Pakistan, India jelas memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni. Pengalaman dan kekuatan konvensional militer India serta kemahiran dalam pengoperasian alat militer seperti tank perang, senapan otomatis, roket, mortir, granat dan sejumlah perlengkapan militer lainnya, tentu menjadi ancaman serius bagi Pakistan16. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan bargaining position atas India, Pakistan terus berusaha meningkatkan kekuatan militernya, baik persenjataan konvensional maupun melalui strategi senjata nuklir. Strategi aliansi militer pasca Perang Dingin dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi dan situasi keamanan internasional saat ini. Dalam rangka memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) konvensional, impor senjata adalah pilihan masuk akal dalam upaya perimbangan kekuatan lawan.17Sikap
ini terlihat dari kerjasama Pakistan dengan beberapa
negara seperti Cina di bidang militer dalam pembelian tank tipe Norinco 90-II yang kemudian diadopsi dalam bentuk tank Al Khalid MBT 2000 hasil buatan dalam negeri. 18 Diperkirakan hampir 60 persen alat persenjataan Pakistan berasal dari Cina.19 Kerjasama bilateral antara Pakistan dan Cina sangat rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan Cina
16
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004. Hal 34. Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993. Hal 79-80. 18 http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus 2013. 19 Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik, Menguatnya Ancaman Konflik Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5 Januari-Juni 2011. Hal 11. 17
4
membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Ini merupakan lanjutan persaingan senjata antara Pakistan dengan India. Selain melengkapi diri dengan senjata konvensional, kedua negara yang bertikai akibat konflik historis itu kemudian mulai berlomba meningkatkan teknologi persenjataan nuklir sebagai sebuah strategi deterrence (penangkalan). Teknologi nuklir selama periode Perang Dingin dan setelahnya cenderung berfungsi sebagai pencegah yang dapat menahan satu pihak dengan pihak lainnya untuk tidak saling menyerang.20 Bagi kedua negara, perjuangan menguasai tanah Kashmir menjadi agenda utama yang tertuang dalam sejumlah kebijakan luar negeri, tak terkecuali dengan perlombaan adu kekuatan nuklir.21 Pakistan yang memulai pembangunan proyek nuklir tahun 1956 melalui Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) mendapat kucuran dana atas Atoms for Peace Proposal inisiasi Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower,
mengikuti jejak India yang lebih dulu
membangun fasilitas nuklir di bawah Indian Atomic Energy Commission (IAEC) pada 15 April 1948.22 Dalam perkembangannya, kedua negara pernah menjalin hubungan dengan sejumlah negara
sebagai
upaya
meningkatkan
kapabilitas
nuklir,
termasuk
kerjasama
dalam
pengembangan rudal yang berfungsi untuk mengangkut hulu ledak nuklir. Pakistan melakukan kerjasama dengan Korea Utara dalam penyempurnaan Rudal Ghauri 1 di pertengan tahun 1980an dan adopsi Rudal M-11 buatan Cina ke dalam tipe Hatf 3 (Shaheen 1) di tahun 190an.23
20
Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2009, Hal 96. 21 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Hal 75 22 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 78 23 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 79
5
Sedangkan India terlibat kerjasama dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman dalam pembuatan Rudal Agni 1 dan sistem pusat pengendalian ruang angkasa negara itu. Baik Pakistan maupun India menyadari bahwa dari segi potensi ancaman, kekuatan daya ledak thermo nuklir bukan satu-satunya gejala yang memberi pengaruh penting bagi terciptanya kondisi bahaya terhadap lawan, tetapi daya jangkau dan ketepatan sasaran juga memiliki pengaruh yang sama pentingnya.24 Oleh karena itu, kedua negara hingga kini masih terus berlomba menguasai teknologi rudal yang lebih maju seperti pengembangan Rudal anti balistik AD-2 dan Rudal ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) jenis Surya II milik India dan Ghauri III di pihak Pakistan. Daya jelajah rudal-rudal tersebut dilaporkan mampu mencapai kota penting di India maupun Pakistan.25 India yang bukan anggota NPT(Nuclear Non-Proliferation Treaty) telah melakukan uji coba nuklir pertamanya di tahun 1974, kemudian direspon oleh Pakistan dengan pembangunan fasilitas nuklir secara bertahap.26 Selang 24 tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, India kembali melakukan uji coba Agni II yang direspon oleh Pakistan dengan unjuk kekuatan Rudal Ghauri II dengan kemampuan jelajah mencapai 2000 km.27 Meski hubungan kedua negara selalu dibayang-bayangi dengan bentuk ancaman, proses dialog terkait sengketa Kashmir masih terus dijalani, seperti dialog antara diplomat tinggi India dan Pakistan yang dilaksanakan bulan Juni 2011 di Islamabad. Kedua pejabat negara tersebut
24
Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan Internasional, Hal 98. http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 2 April 2014 26 Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, 2000. Hal. 159. 27 Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, Hal 159. 25
6
sepakat membahas solusi perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan kepercayaan Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan.28 Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang bersikap terbuka atas upaya perundingan damai, khususnya pasca bom Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 166 orang.29Setelah tragedi tersebut, hampir tidak ada niat dan upaya dari kedua belah pihak untuk saling melakukan dialog damai. Begitu pula soal perkembangan proyek nuklir, Asif Ali Zardari dalam pidatonya 22 November 2008 mengatakan tidak akan terlebih dulu menggunakan senjata nuklir untuk menyerang lawannya. Ia bahkan berusaha untuk meyakinkan parlemen Pakistan atas kebijakannya tersebut.30 Meski demikian, Zardari tidak menyangkal akan terus memperkuat sistem pertahanan Pakistan demi mengantisipasi situasi ancaman. Hal ini terlihat pada pengembangan transformasi Rudal Hatf V yang diuji coba tahun 2012. Rudal tersebut diperkirakan mampu mencapai jarak 1.400 kilometer (900 mil) yang bisa meluluhlantakkan wilayah di India.31 Lagi-lagi, uji coba ini dilakukan atas aksi New Delhi yang sebelumnya melakukan tes rudal balistik berkemampuan nuklir Agni V dengan daya jelajah 5.000 Km.32 Rudal dengan biaya 480 Juta Dollar AS tersebut diyakini mampu membawa hulu ledak seberat 1,5 Ton.33 Persaingan kedua negara tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan pemahaman potensi ancaman. Menarik untuk dianalisa sejauh mana kebijakan penerapan nuklir ini 28
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomat-pakistanindia-berunding-diislamabad diakses pada 17 Maret 2014 29 http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victims-four-years-on/article1964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014. 30 http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-first-use-of-nuclear-weapons/ diakses pada 19 Maret 2014. 31 http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misil-balistik-yang-sangguphantam-india diakses pada 19 Maret 2014. 32 Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 32. 33 http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120418_indianuke.shtml diakses pada 21 Maret 2014
7
mempengaruhi hubungan kedua negara. Peningkatan kekuatan militer kedua negara tersebut seakan memberi gambaran kepada dunia internasional dan wilayah lainnya di Asia Selatan bahwa potensi meletusnya perang lebih dahsyat masih ada dan akan berlangsung di masa mendatang. Pakistan sebagai negara yang berada di bawah India dalam bidang kekuatan militer tampaknya tidak mau ketinggalan dengan kemajuan yang diperoleh India. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penelitian hanya dibatasi dari sudut pandang kebijakan Pakistan yang berupaya melawan dominasi India di Asia Selatan dalam perebutan wilayah Kashmir tahun 2008-2012. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemilihan tahun tersebut. Pertama, mundurnya Presiden Pervez Musharraf dan diangkatnya Asif Ali Zardari tahun 2008 menyebabkan perubahan pada formasi kontrol nasional pengendali senjata nuklir. Zardari menyerahkan kepemimpinan National Command Authority (NCA) kepada Perdana Menteri Yusuf Raza Gailani. NCA sendiri merupakan badan yang dibentuk untuk mengawasi senjata nuklir Pakistan dan merumuskan kebijakan nuklir. Kedua, pasca bom Mumbai yang terjadi bulan November 2008, konstelasi politik dan keamanan kedua negara sempat memanas. Serentetan konflik bersenjata antara pasukan India dan Pakistan kerap terjadi seperti yang berimbas pada gagalnya upaya diplomasi damai menyangkut wilayah Kashmir. Sementara di tahun 2012, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan semakin bertambah. Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan Pakistan menempati urutan keenam sebagai negara yang memiliki jumlah hulu ledak terbanyak yaitu diperkirakan 100 sampai 120 hulu ledak.34 Sedangkan India hanya memiliki 90 sampai 110 hulu ledak. Selain itu, di tahun tersebut terdapat suatu peristiwa penting bagi perkembangan program nuklir Pakistan. Negara 34
http://www.sipri.org/yearbook/2013/files/SIPRIYB13Summary.pdf
8
tersebut berhasil melakukan uji coba Rudal Hatf XI berkemampuan nuklir yang memiliki akurasi tinggi.35
B. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian, sebagai berikut : Apa Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir Periode 2008-2012 ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk strategi Nuklir Pakistan dalam upaya perebutan wilayah Kashmir dengan India. 2. Untuk mengetahui apa saja kepentingan Pakistan terkait pengembangan nuklir.
D. Tinjauan Pustaka Penulisan skripsi yang bertemakan tentang kepentingan Pakistan dalam mengembangkan nuklir sebagai upaya perebutan Kashmir ini sebenarnya bukan tema baru dalam penulisan karya ilmiah. Tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan tema serupa pernah dilakukan oleh sejumlah mahasiswa. Tesis mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang ditulis oleh Syaifuddin dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Pakistan Terhadap India Dalam Upaya Penyelesaian Sengketa Wilayah Kashmir (1998-2003)” menyinggung persoalan konflik Kashmir yang berimbas pada hubungan India dengan Pakistan setelah era Perang Dingin. India memegang
35
Suara Pembaruan, 26 April 2012
9
peranan penting sebagai kekuatan yang mendominasi wilayah Asia Selatan sehingga negara tersebut disebut sebagai negara core, sementara Pakistan sebagai negara bargainer disebut sebagai negara periphery. Tesis itu juga menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Pakistan terkait hal di atas kemudian dirumuskan dalam dua agenda yang menjadi prioritas, yaitu pertahanan yang memadai dalam menghadapi negara tetangga (India) yang relatif lebih kuat dan prioritas meningkatkan bargaining position terhadap India dalam masalah Kashmir. Ada pula skripsi mahasiswa Universitas Indonesia yang ditulis oleh Muhammad Taufiq dengan judul “Penerapan Nuklir Pakistan Terhadap India Dalam Penyelesaian Masalah Kashmir : Analisis Tahun 1989-1998”. Dalam skripsinya, Taufiq memaparkan alasan Pakistan menggunakan pilihan strategi senjata nuklir dalam menghadapi dominasi kekuatan India di Asia Selatan. Faktor tersebut yakni kekalahan perang Pakistan menghadapi India tahun 1947 dan 1965 yang memaksa negara tersebut memperbaiki alutsistanya serta alternatif senjata lain yaitu nuklir. Pengaruh munculnya self determination di Kashmir pasca Perang Dingin serta faktor perubahan geopolitik strategik Amerika Serikat dan Cina di Asia Selatan, merupakan faktor-faktor dominan lainnya yang mendorong penerapan strategi nuklir Pakistan. Tema yang sama juga pernah ditulis oleh Irmawan Effendi dengan judul “Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik” yang dimuat di Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Tulisan Irmawan tersebut cenderung menyoroti perkembangan nuklir dan uji coba rudal Pakistan yang beberapa kali memunculkan respon dari India yakni berupa gagalnya upaya diplomasi atas permasalahan wilayah Kashmir.
10
Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga 2012. E. Kerangka Pemikiran Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai Instrumen Power. 1. Teori Defense-Offense Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni Robert Jervis. Jervis berpandangan ; “When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy other’s army and take its territory that it is to defend one’s own. When the defence has the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and take,”36 "Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk bergerak maju, menghancurkan dan mengambil (wilayah),"
Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara
36
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994, hal. 315
11
agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif ketimbang melakukan penyerangan. Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan kemenangan dalam waktu singkat.37 Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih, dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan banyak korban.38 Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi.39 Kondisi geografis yang sulit seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang. Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya, Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa
37
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317. 38 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317 39 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Hal 323.
12
Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir.40 2. Security Dilemma Konsep Security Dilemma (dilema keamanan) dalam ranah hubungan internasional kerap dijadikan sebagai alat analisa atas terjadinya konflik hingga perang terbuka. Robert Jervis menjelaskan bahwa dilema keamanan
merupakan situasi dimana sebuah negara berusaha
meningkatkan keamanan dengan mengurangi keamanan pihak lain.41
Jika sebuah negara
menerapkan sistem senjata yang tergolong ofensif, lalu respon yang diberikan negara lain adalah melakukan hal yang serupa, yaitu penempatan senjata ofensif juga, maka kemampuan negara untuk melindungi wilayahnya akan berkurang dan cenderung lebih rentan keamanannya dibandingkan sebelum merespon penempatan senjata tersebut.42 Jervis sebagaimana dikutip Glaser, Charles L & Kaufmann C, melihat kondisi dilema keamanan akan muncul dalam dua situasi. Pertama, saat kekuatan militer ofensif maupun defensif tidak dapat dibedakan, dimana pada kondisi ini objektifitas terhadap negara lain menjadi sangat terbatas, misalnya dengan melihat jenis kekuatan militer yang digunakan untuk disebarkan.43 Kondisi kedua muncul kala negara melihat strategi ofensif lebih menguntungkan, maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih jika dibanding defensif. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan besar untuk
40
“Profile: Muhammad Zia ul-Haq” http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=muhammad_zia_ul-haq diakses pada 20 Juni 2014. 41 Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal 167. 42 Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Hal 168. 43 Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998), Hal 45-46
13
melakukan pre-emptive strike yakni sebuah upaya untuk mengantisipasi strategi serangan dari lawan terlebih dahulu.44 Begitupula dalam urusan kerjasama antar negara, Robert Jervis berpendapat. ”if they cooperate to trap the stag, they will eat well. But if one person defects to chase a rabbit-which he likes less than stag-none of the others will get anything. Thus, all actors have the same preference order, and there is a solution that gives each his first choice: (1) cooperate and trap the stag (international analogue being cooperation and disarmed); (2) chase a rabbit while others remain at their posts (maintain a high level of arms while others are disarmed); (3) all chase rabbits (arms competition and high risk of war); and (4) stay at the original position while another chases a rabbit (being disarmed while others are armed)”.45 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam situasi security dilemma suatu negara dapat membuat pilihan dalam berinteraksi, yaitu pertama, suatu negara yang merasa takut atau terancam, maka akan menimbulkan tindakan aksi-reaksi antar negara yang dapat menghilangkan makna kerjasama. Keadaan seperti ini tidak akan dapat ditopang oleh rasa percaya dan pemahaman individu terhadap kepentingan bersama yang diakomodasi secara bersama-sama. Kedua, situasi anarki memaksa negara untuk mencari kekuasaan di luar batas nasional dan memaksakan nilai-nilai ideologi yang dianut melalui tindakan intervensi untuk menyebarkan pengaruhnya kepada negara lain. Ketiga, penyebaran pengaruh oleh negara-negara yang memiliki kepentingan terhadap negara-negara yang lebih lemah lainnya memaksa beberapa negara untuk saling berhadapan dalam perebutan pengaruh atau menciptakan daerah penyangga demi kepentingan geopolitik. Keempat, berupaya untuk menyerang guna mengambil sikap atas
44
Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it?. Hal 48 45 Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues, Pearson Longman press, New York, 2007. Hal 177.
14
perilaku lawan yang meningkatkan persenjataan.46 Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, suatu negara harus memperhatikan strategi yang akan digunakan dalam situasi security dilemma. Dalam proses ini setiap pihak sama-sama merasa terancam. Kesiagaan defense salah satu pihak dianggap bukti motif offensive oleh pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri sebagai tanggapannya. Semua pihak berusaha untuk saling mengungguli sehingga menumbuhkan perlombaan senjata dan pasukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini menciptakan security dilemma. Maka dalam konteks hubungan Pakistan dengan India, Pakistan merasa terancam dengan eksistensi nuklir India sehingga kondisi dilema keamanan ini memaksa Pakistan untuk ikut menerapkan strategi serupa.
Sebagai negara yang selalu merasa terancam
atas kemajuan militer India, maka strategi pengembangan nuklir untuk sama-sama berada dalam posisi satu level merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh Pakistan. 3. Teori Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional sering digunakan untuk mendeskripsikan, meramalkan maupun menganjurkan perilaku luar negeri suatu negara. Salah satu ilmuwan yang terkenal dengan konsep ini adalah Hans J. Morgenthau. Ia menjelaskan kepentingan nasional sebagai berikut: The fundamental objective ultimate determinant that guides the decision maker of a state is foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized conception of those alignment that constitute the statemost vital needs. These include self preservation,independence, territorial integrity, military security and economic wellbeing. 47 Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prioritas kepentingan nasional setiap negara berbeda antara satu dengan negara lainnya, tergantung pada kebutuhan negara yang
46
Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues. Hal 177-178 Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, University of California, McGraw-Hill, 1993. Hal 137-138. 47
15
bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation sebagai prioritas utama.48 Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi luar negeri adalah kepentingan nasional.49 Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: (1) self preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; (2) independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; (3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; (4) territorial integrity, atau keutuhan wilayah dan (5) economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi.50 Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir. 4. Nuklir Sebagai Instrumen Power Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan politik internasional.51 Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan diri untuk saling menyerang.
48
Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal 141. Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of International Law Volume 12 tahun 1988 Hal 1988. 50 Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal 142. 51 A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun 1986. 49
16
Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas. Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat serius bagi keamanan negaranya.52 Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir.53 Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. 54 Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut Kedua, The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya
52
http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014. Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997, Hal. 54. 54 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 67 53
17
demi kepentingan kelompok tersebut.55 Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku.56 Dari penjelasan di atas, sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara.
Strategi
nuklir
tidak
hanya
dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain,
menjadi sebuah
indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara.57 Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan. dengan satu megaton (1000 kiloton) ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah membunuh sedikitnya 150.000 jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India
55
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 68. 56 Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security. Hal 69-71 57 Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991,Hal 36
18
tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri.58 Menyadari potensi tersebut, maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang
F. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan dalam penulisan ini melalui metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, metodologi kualitatif merupakan jenis metode yang tidak diproduksi melalui prosedur statistik atau bentuk numerik.59 Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas.60 Penulis berusaha memahami strategi kebijakan nuklir Pakistan dalam rangka mempertahankan wilayah Kashmir dari ambisi India. Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis yaitu kegiatan penelitian dalam Hubungan Internasional dengan melihat permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori dalam Hubungan Internasional.61 Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis hanya menggunakan sumber sekunder yang berasal dari riset kepustakaan (library research).
58
Ahmed, Samina, “Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia”, Asian Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus 1998, Hal 142. 59 Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, 1990. 60 Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: Hal. 58. 61 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Edisi revisi VI, Jakarta, 2006.
19
Penulis mendapatkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai perpustakaan yang dikunjungi, seperti Perpustakaan Freedom Institutte, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan CSIS dan perpustakaan lainnya. Selain itu untuk mendapatkan data, penulis menggunakan sumber melalui bahan bacaan dari jurnal-jurnal ilmiah, berita-berita dalam koran, dan situs-situs internet yang dapat mendukung penelitian ini. Langkah selanjutnya dalam metode ini yakni melakukan analisis data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi dengan topik pembahasan yang dibutuhkan. Setelah itu data tersebut bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana untuk menjelaskan hasil penelitian. Dengan menggunakan data-data tersebut penulis akan menjawab pertanyaan penelitian mengenai kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir periode 2008-2012.
20
G. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II : Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan. 2.1 .Wilayah Kashmir. A) Kondisi Geografis B) Masyarakat Kashmir C) Awal Konflik Di Kashmir. 2.2 Perang India-Pakistan A)Perang Tahun 1947 Dan 1965 B)Perang Tahun 1971. Bab II : Strategi Kebijakan Nuklir Pakistan. 3.1 Sejarah Pembangunan Reaktor Nuklir Pakistan A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium B. Pengembangan Rudal Ghauri Dan Hatf C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Dan Korea Utara. 3.2 Kekuatan Nuklir Pakistan (2008-2012) A. Kapabilitas Nuklir Pakistan B. Kapabilitas Nuklir India Bab IV : Kepentingan Pakistan Mengembangkan Nuklir Dalam Wilayah Kashmir A.Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir B. Strategi Mengimbangi Dominasi Kekuatan India di Regional Asia Selatan C.Internasionalisasi Isu Kashmir Bab V
: Kesimpulan Daftar Pustaka
21
Merebut
BAB II Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan 2.1 Wilayah Kashmir A. Kondisi Geografis Kashmir Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India, memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus, Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar.62 Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India, wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar 222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State (Negara Kepangeranan) paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India.63 Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua bagian: Jammu Kashmir (India) dan Azad Kashmir (Pakistan). Wilayah Jammu Kahmir meliputi distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan, Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch.64 Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur, Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan.65
B. Penduduk Kashmir Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah
62
R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, 2005. Hal 75. R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal 76-79 64 http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014 65 A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3rd rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 Hal 9 63
22
tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai 6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900,640.66 Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga.67 Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk Hindu, Budha, Sikh dan Kristen.68 Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara. 69 Pada tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48 program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri, Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu.70 C. Awal Konflik di Kashmir Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang ada.71 Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu, tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad 66
http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13 68 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15 69 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Hal 89 70 Nishat Anshari,“Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment” http://koshur.org/Linguistic/9.html diakses pada 26 Juni 2014. 71 Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967 Hal 23. 67
23
berpenduduk mayoritas Hindu dengan penguasa seorang Muslim tetapi tidak berkecenderungan baik Pakistan maupun India. Sedangkan Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Muslim sebanyak 90 % dan condong kepada Pakistan, tetapi penguasanya yang beragama Hindu kemudian membawa Jammu-Kashmir ke dalam India.72 Junagadh pada akhirnya bersatu dengan India melalui plebisit, sedangkan Hyderabad melalui pendudukan militer.73 Namun untuk wilayah Jammu-Kashmir sendiri hingga sekarang tidak dapat terselesaikan. Untuk wilayah Kashmir permasalahannya berbeda, menurut peraturan pemisahan IndiaPakistan, Kashmir harus bergabung dengan Pakistan dengan melihat mayoritas penduduknya Muslim. Berdasarkan hal itu maka setelah Inggris mundur dari Subkontinen India, seluruh negara bagian yang pada saat kolonial Inggris kembali pada posisi sebelumnya yaitu merdeka.74 Maharaja Hari Singh yang kala itu memerintah wilayah Kashmir melihat bahwa hal ini merupakan peluang baginya untuk mengembalikan sistem monarki absolut seperti sebelum kedatangan Inggris di subkontinen India.75 Tetapi mayoritas rakyat muslim Kashmir menuntut agar Kashmir bergabung dengan Pakistan atau merdeka. Namun Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih merdeka dari pada bergabung dengan Pakistan, sementara penduduk Hindu Dogri di Jammu menginginkan bergabung dengan India karena pertimbangan memiliki kesamaan agama.76 Akibat tidak adanya kepastian apakah bergabung dengan India atau Pakistan atau merdeka, maka terjadilah krisis internal di wilayah Kashmir. Krisis ini semakin memburuk ketika suku Poonch di bagian Barat
72
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations. Hal 31. Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25 74 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 27-28 75 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 29. 76 Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria University of Wellington, 1998 Hal 19. 73
24
Daya Kashmir menginginkan bergabung dengan Pakistan serta ketika pasukan Kashmir membelot dan membentuk Azad Kashmir (Kashmir merdeka).77 Merasa keadaan wilayahnya semakin tidak terkendali, Singh kemudian meminta bantuan India untuk mengatasi pergolakan tersebut.78 Pada saat inilah awal mula peranan India di wilayah Kashmir. Singh dan India bersepakat jika India mampu mengatasi keadaan di Kashmir maka Singh akan bersedia untuk bergabung dengan India.79 Setelah ditandatangani persetujuan tersebut, India kemudian mengirimkan bantuan militer secara besar-besaran masuk ke dalam Kashmir untuk menumpas pemberontakan suku Poonch.80 Invasi militer India ke dalam wilayah Kashmir tidak disetujui Pakistan dengan alasan melindungi warga Muslim Kashmir.81 Pakistan akhirnya ikut mengirimkan pasukannya masuk ke dalam wilayah Kashmir. Dengan masuknya dua pasukan tersebut, yang terjadi malah perang antara India-Pakistan. Gejolak yang ditimbulkan oleh perselisihan antara kelompok yang ingin bergabung ke India dengan yang ingin bergabung ke Pakistan semakin membuat persoalan ini menjadi rumit. Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih bergabung dengan India karena selama ini Kashmir sangat bergantung pada pelayanan sosial dan ekonomi yang diberikan India seperti bantuan dana dan pengobatan gratis.82 Ketergantungan pelayanan sosial dan ekonomi ini dianggap oleh India bahwa Kashmir akan bergabung dengan India tetapi ternyata anggapan itu salah. Meskipun Maharaja Kashmir sudah dibujuk, ia justru menawarkan suatu Standstill Agreement karena ingin mempertahankan 77
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Hal 20. Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan. Hal 89. 79 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005 80 Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 23. 81 Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Hal 5. 82 Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 8-9 78
25
status quo pelayanan tersebut.83 Pakistan setuju dengan perjanjian tersebut tetapi ditolak India tanpa alasan yang jelas. Pertentangan antara kelompok yang pro India dengan yang pro Pakistan lebih banyak dipengaruhi pertentangan antara Partai Kongres dengan Liga Muslim, ditambah seorang tokoh Kashmir yaitu Seikh Mohammad Abdullah lebih condong untuk bergabung ke India.84 Seikh Mohammad memiliki
pertimbangan Kashmir nantinya akan diberikan hak khusus untuk
memerintah sendiri yang tergabung dalam Uni India.85 Seikh Mohammad Abdullah yang bergabung dalam National Conference yang pro India memiliki kedekatan dengan Partai Kongres pimpinan Jawaharlal Nehru.86 Hal itu terbukti dengan keberhasilan Seikh Mohammad Abdullah dalam mempengaruhi Nehru agar memberikan hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Namun tuntutan plebisit yang selalu diminta oleh rakyat Kashmir selalu mendapat hambatan dari Pemerintah India dengan alasan bahwa tuntutan plebisit itu sudah tidak mungkin dilaksanakan karena selama ini India sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi tuntutan rakyat Kashmir, seperti adanya persamaan di bidang hukum, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi, nsmun bagi Rakyat Kashmir itu tidak cukup karena mereka tetap ingin merdeka dari India.
87
2.2 Perang India-Pakistan A. Perang India-Pakistan Tahun 1947 dan 1965 Setelah India mulai memasuki wilayah Kashmir, India mulai melakukan seranganserangan terhadap suku Poonch yang melakukan pemberontakan dengan bantuan suku Pathan
83
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 20 http://www.thekashmirwalla.com/2013/03/abdullah-familys-rise-and-fall/ 85 Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India, Penerbit PT. Jambatan, Jakarta, 2002, hlm 15. 86 Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 17. 87 http://www.jammu-kashmir.com/documents/instrument_of_accession.html 84
26
dari Pakistan. Kedua suku ini terdesak dan harus mundur karena persenjataan mereka tidak sebanding dengan persenjataan India. Korbanpun berjatuhan terutama dari pihak suku Poonch dan Pathan yang kebetulan beragama Islam.88 Melihat situasi yang tidak seimbang ini, Pakistan dengan dalih melindungi kaum Muslim akhirya mengirimkan tentara, milisi suku-suku, dan sukarelawan untuk melawan India.89 Pada awalnya India sempat mengalami kemunduran akibat serangan Pakistan tersebut di beberapa sektor penting di Kashmir. Namun India tidak merasa gentar setelah menambah jumlah pasukan dan alat tempurnya untuk menekan Pakistan. Pasukan India berhasil memukul mundur pasukan Pakistan sampai ke sepertiga wilayah Jammu dan Kashmir, dimana keadaan itu terus terjadi sampai sekarang. Pakistan menamai wilayah tersebut sebagai Azad Kashmir (Kashmir Merdeka) sedangkan dua pertiga wilayah lainnya dikuasai oleh India.90 Konflik bersenjata ini terus terjadi hingga tahun 1949. Sebagai lembaga yang menaungi perdamaian dunia, PBB
berusaha keras untuk meredam konflik bersenjata ini dengan
mengeluarkan resolusi melalui Dewan Keamanan PBB. Beberapa resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB diantaranya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 47 (1948) yang dikeluarkan pada tanggal 21 April 1948, resolusi Nomor 51 (1948) tanggal 3 Juni 1948 dan resolusi yang dikeluarkan pada tanggal 13 Agustus 1948 yang akhirya mengakhiri perang IndiaPakistan.91 Kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata serta membagi wilayah Kashmir menjadi dua bagian pada 5 Januari 1949.
88
India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Op.cit Hal 37-38. A study in India-Pakistan Relations, New Delhi. Hal 29. 90 Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 15. 91 http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unipombackgr.html diakses pada 20 Juli 2014. 89
27
Resolusi 5 Januari 1949 membagi wilayah Kashmir menjadi dua bagian, yaitu dua pertiga wilayah dikuasai India dan sisinya satu pertiga wilayah dikuasai oleh Pakistan.92 PBB juga membentuk suatu badan khusus yang mengawasi konflik bersenjata antara India dan Pakistan yang bernama UNCIP (United Nation Comission for Indian Pakistan). Anggota komisi UNCIP sendiri dari Argentina, Belgia, Colombia, Cekoslovakia, dan Amerika Serikat.93 Namun pada tahun 1965, konflik bersenjata kembali terjadi antara India dan Pakistan. Sebelum konflik ini terjadi, India sempat terlibat konflik perbatasan dengan Cina pada tahun 1962 dan India mengalami kekalahan yang berakibat kerugian materil yang cukup banyak. Pecahnya konflik bersenjata pada tahun 1965 antara India-Pakistan berasal dari rasa saling curiga. India menuduh Pakistan sebagai pendukung yang telah membantu perlawanan rakyat Jammu dan Kashmir terhadap India yang intensitasnya semakin meningkat. Selain itu, India menganggap perlawanan ini dapat mengganggu integritas nasionalnya.94 Setelah militer India porak-poranda akibat konflik dengan Cina, praktis kekuatan militer India cenderung melemah. Maka dari itu, India mulai mencari bantuan ekonomi dan militer ke negara Barat. India bahkan rela mengubah kebijakannya di forum Non Blok ke arah yang progresif dan cenderung mendukung negara Barat yang cenderung berideologi kapitalis.95 Akhirnya India berhasil mendapatkan bantuan dari negara-negara Eropa sementara bantuan dari Uni Soviet yang berhaluan komunis masih terus berjalan. Pembangunan dan peningkatan
92
Kompas, 19 April 2004. http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml diakses pada 20 Juli 2014. 94 Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004, Op.cit Hal 41. 95 http://www.theatlantic.com/international/archive/2012/08/non-aligned-with-reality-how-a-global-movement-forpeace-became-a-club-for-tyrants/261737/ diakses pada 20 Juni 2014 93
28
kekuatan militer India ini juga ditujukan untuk memperkuat posisi mereka di Kashmir yang masih didudukinya.96 Sementara India terus mencari dukungan bantuan militer ke dunia Barat, Pakistan mengalami kemerosotan dukungan diplomatik dan militer dari Amerika. Hal ini lantaran Amerika kecewa akibat bantuan militer yang diberikan kepada Pakistan untuk untuk membendung pengaruh komunisme, ternyata digunakan oleh Pakistan untuk melawan India.97 Melihat kondisi tersebut, Pakistan mencoba untuk kembali mendapatkan simpatinya dari Amerika Serikat dengan mendorong penyelesaian masalah Kashmir secara adil dan secepat mungkin, sehingga peningkatan kekuatan militer India tidak akan digunakan untuk melawan Pakistan. Pemimpin Pakistan yang waktu itu dijabat Ayub Khan juga terus berusaha meyakinkan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy bahwa cara tersebut adalah tepat untuk mencegah konflik.98 Pada tanggal 21 Desember 1964, Pemerintah India berupaya menguasai Kashmir untuk dijadikan bagian integral secara keseluruhan India. Langkah konkrit yang diambil Pemerintah India terhadap Kashmir adalah membubarkan National Conference dan menggantikan partai tersebut dengan Partai Kongres. Maksud pemerintah India adalah agar dapat mengatur hak-hak politik di Kashmir sesuai dengan keinginan pemerintah pusat India.99 Kebijakan ini langsung diprotes oleh masyarakat Kashmir, karena mereka lebih memilih jajak pendapat atau referendum untuk menentukan masa depan Jammu-Kashmir daripada terus tunduk di bawah pemerintahan India.100 Tuntutan ini didasarkan oleh masyarakat Kashmir untuk
96
Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff, Regional Studies No. 3, Vol. XXI, summer 2003. Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 16. 98 Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 19. 99 Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War, Tauris; 3 edition, 2010. Hal 110 100 Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War. Hal 117. 97
29
menuntut janji yang diberikan oleh Mountbatten dan Nehru pada saat penyatuan JammuKashmir dengan India oleh Maharaja Hari Singh. Janji itu adalah referendum, plebisit atau jajak pendapat untuk menentukan masa depan Kashmir. Protes yang dilakukan rakyat Kashmir membuat suasana berkecamuk dan bentrokan hampir tiap hari terjadi. Melihat kondisi ini, India menambah kekuatan militernya untuk memadamkan gejolak di Kashmir. Tindakan militer India yang represif tidak menyelesaikan masalah. Korban dari rakyat Kashmir terus berjatuhan dan menimbulkan gelombang pengungsian yang besar ke wilayah Pakistan. Kondisi ini memancing ketegangan antara Pakistan dan India kembali terjadi.101 Kontak senjata diperbatasan tidak dapat dihindari lagi antara tentara India dan Pakistan. Namun kejadian ini dapat diredam dengan perjanjian antara kedua negara dan lebih dikenal dengan perjanjian Rann Kutch. Pada tanggal 15 Januan 1965, hubungan kedua negara kembali memanas. Hal ini dipicu oleh demonstrasi besar-besaran di sepanjang jalan wilayah Kashmir. Sembilan kelompok oposisi di Kashmir menuntut janji India agar mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk diberi kebebasan dalam memilih bergabung dengan India atau Pakistan.102 Kontak senjata kembali terjadi dimana pasukan Azad Kashmir dengan Pakistan masuk ke wilayah Jammu-Kashmir dan berhasil memojokkan India di wilayah Srinagar. India membalas dengan menyerang kembali posisi Pakistan hingga mendekati Lahore. Zona konflik semakin melebar dan kedua negara terus mengirimkan tentara, milisi dan para anggota militer lainnya sehingga menimbulkan permusuhan dan konflik yang lebih besar. Kedua negara saling melanggar perbatasan masing-masing dan tidak menghiraukan garis genjatan senjata. Menurut PM India saat itu B.Shastri, India tidak melanggar perbatasan tetapi
101 102
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War. Hal 124. Republika, 21 Juni 1998.
30
Pakistan terlebih dahulu menyerang dan masuk ke wilayah Jammu-Kashmir.103 Konflik bersenjata diantara India dan Pakistan ini menggunakan peralatan militer yang digunakan terakhir kali ketika perang Dunia II berkecamuk. Konflik bersenjata India-Pakistan ini menarik perhatian dunia. Beberapa negara besar berusaha untuk menekan kedua negara untuk berhenti melakukan tindakan saling serang tersebut. Amerika dan Inggris melakukan embargo ekonomi dan militer kepada India dan Pakistan. Soviet pun menekan dengan cara politik dan embargo militer. Cara-cara penyelesaian ini tidak mempengaruhi intensitas konflik yang terjadi, bahkan India berencana akan menyerang Pakistan Timur namun rencana India ini dapat dibatalkan oleh Cina yang mengancam apabila India tetap menyerang Pakistan Timur, maka Cina akan menyerbu India. Cina memberikan ultimatum akan menyerbu India jika tidak menghentikan perang dalam waktu tiga hari.104 Tindakan Cina ini cukup efektif menekan India yang akhirnya mengumumkan gencatan senjata pada tanggal 22 September 1965 dan menyerahkan permasalahan konflik ini kepada PBB untuk menyelesaikan konflik ini. Mediator yang dipilih oleh India dan Pakistan adalah PM Uni Soviet Alexie Kosygin.105 Pada Januari 1966, disepakati perjanjian Taskent yang ditandatangani di Ibukota Uzbekistan. Kedua negara sepakat untuk mengembalikan posisi status quo Kashmir sesuai dengan pembagian wilayah tahun 1949 yang mengantarkan konflik ini dapat diredam.106 B. Perang India-Pakistan Tahun 1971 Pasca gencatan senjata yahun 1966, ketegangan hubungan India dan Pakistan mulai sedikit mereda. Akan tetapi pada sekitar tahun 1971, hubungan India dan Pakistan kembali 103
Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai . Hal 28. http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/1965.stm diakses pada 5 Maret 2014. 104 Kompas, 30 Mei 2005. 105 Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?, Washington DC, United States Institute Peace, 2009, Hal 21. 106 Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?. Hal 28.
31
memanas yang dipicu oleh konflik internal di wilayah Pakistan Timur dengan pemerintah pusat di Pakistan Barat.107 Konflik internal yang terjadi ini disebabkan karena pemerintah pusat Pakistan tidak mampu untuk mengatur keseimbangan kehidupan bernegara di kedua Bagian Pakistan. Kesenjangan telah terjadi di antara kedua wilayah Pakistan dimana dalam bidang pilitik dan ekonomi lebih didominasi oleh Pakistan Barat, terutama oleh beberapa keluarga kaya dan hampir 70% kekayaan negara dihabiskan di wilayah barat sehingga disparitas ekonomi keduanya hampir mencapai 60%.108 Kesenjangan ini menimbulkan kecemburuan sosial dan seringkali menimbulkan kerusuhan sejak Pakistan merdeka. Namun bisa dipadamkan oleh tindakan represif tentara Pakistan.109 Pergolakan di wilayah Pakistan Timur terus berlanjut sampai jatuhnya pemerintahan Ayub Khan dan digantikan oleh Yahya pada tahun 1969.110 Yahya pada pemilu 1970 memberikan janji perubahan kepada rakyat di Pakistan Timur untuk mendapatkan hak politiknya. Hal tersebut ditentang oleh Zulfikar Ali Bhutto, militer dan keluarga kaya. Permasalahan ini dibawa oleh Yahya ke parlemen dan disetujui untuk dilakukan pemilu yang harus ditaati semua kontestan pemilu. Hasil dari pemilu adalah kemenangan Liga Awami dengan 167 kursi dibawah pimpinan Mujibur Rahman dan PPP (Pakistan People's Party ) pimpinan Zulfikar Ali Bhutto hanya mendapat 85 kursi yang secara demokratis dapat menentukan kebijakan nasional.111
107
http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/1971.stm 19 Juli 2014 108 James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan, New York: Facts on File, 2009, Hal 41–47. 109 James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 50. 110 James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 63. 111 James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 65.
32
diakses pada
Liga Awami membuat kebijakan untuk mensejajarkan hak diantara kedua Pakistan tersebut. Kebijakan Liga Awami dibawah pimpinan Mujibur Rahman ditentang oleh Zulfikar Ali Bhutto dan partainya yang tidak menginginkan orang-orang Bengalia atau Pakistan Timur untuk berada di kancah politk Pakistan.112 Zulfikar Ali Bhutto dan partainya memboikot pelantikan anggota majelis nasional sehingga hal ini membuat Yahya harus menunda persidangan majelis nasional. Rakyat Pakistan Timur kecewa atas kejadian itu dan kerusuhan kembali pecah. Pemerintahan pusat mengirimkan pasukan untuk menenangkan perlawanan rakyat Pakistan Timur, tetapi tindakan Pakistan Barat (pimpinan pusat) membuat Mujibur Rahman merasa perlu memproklamasikan Pakistan Timur akibat kekecewaan selama ini dan pada tanggal 26 Maret 1971 di proklamasikan berdirinya negara Bangladesh di wilayah Pakistan Timur.113 Hal ini pada akhirnya menimbulkan perang saudara yang membuat banyak korban dari rakyat sipil di Pakistan Timur (Bangladesh) akibat tindakan represif dari pemerintahan pusat. Majibur Rahman ditangkap oleh pemerintah pusat yang menyebabkan kekacauan serta arus pengungsian dari wilayah Bangladesh ke India semakin meningkat.114 Kondisi ini membuat India dalam posisi dilema dimana di satu pihak India harus menahan diri untuk tidak ikut terlibat karena hubungan Pakistan dengan AS dan Cina membaik, di sisi gelombang pengungsian yang besar membuat instabilitas kondisi ekonomi, sosial dan keamanan India. Kondisi dilematis bagi India ini juga ditambah oleh permintaan bantuan dari rakyat Pakistan Timur (Bangladesh) untuk membantu dan melindungi pembantaian oleh tentara pemerintah pusat India. Faktor tersebut ditambah dengan perjanjian Soviet dengan India tahun 1971, sehingga Soviet memberikan bantuan senjata militer ke India. Akhirnya dengan 112
New York Times, 30 Juni 2008. Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh, University of California Press, 1991. Hal 36. 114 Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh . Hal 40-41. 113
33
pertimbangan hal-hal diatas, India mulai masuk melalui wilayah perbatasan ke wilayah Pakistan Timur (Bangladesh) dan pecahlah perang antara India dan Pakistan. 115 Tentara Pakistan yang berada diwilayah Pakistan Timur harus menghadapi tentara India dan pejuang-pejuang kemerdekaan Bangladesh untuk mencoba mengalihkan konsentrasi India. Pakistan menggunakan strategi menyerang kembali wilayah Jammu- Kashmir. Pada akhirnya perang yang menghasilkan sebuah negara baru yaitu Bangladesh berakhir dengan diadakan perjanjian antara India-Pakistan mengenai Bangladesh. Berdasarkan perjanjian Simla tahun 1972, wilayah itu terlepas dari Pakistan dan berdiri menjadi negara tersendiri. Konflik yang terjadi antara kedua negara ini hingga kini terus terjadi walaupun setelah tahun 1972, intensitasnnya relatif rendah tetapi sempat kembali menegang akibat gerakan separatis Kashmir yang memberikan perlawanan pada tahun 1990-1994.116
115 116
Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh. Hal 75. Iffat Malik, Kashmir: Ethnic Conflict and International Dispute. Oxford: Oxford University Press, 2002. Hal 22.
34
BAB III Pengembangan Nuklir Pakistan (2008-2012) 3.1 Awal Pembangunan Nuklir Pakistan Kekuatan inti atom menyimpan manfaat yang luar biasa sebagai penghasil energi alternatif dari sumber utama gas alam dan minyak bumi. Sebagai contoh satu gram U-235 (salah satu bahan radio aktif pembentuk nuklir) dapat dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat televisi selama lebih dari 15 tahun dengan asumsi pemakaian selama 12 jam perhari. Bahkan dengan perhitungan yang sama, satu gram U-235 dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik pada suatu rumah tangga dengan daya 900 watt selama lebih dari satu setengah tahun dengan asumsi pemakaian maksimum selama 12 jam setiap harinya.117 Kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh inti atom ini tentu mendorong para ahli untuk dapat menguasai teknologi ini yang pada nantinya dapat dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan sehari-hari manusia dalam hal energi. Hal ini pulalah yang ditempuh oleh Pakistan, sebagai sebuah negara miskin yang berusaha untuk memanfaatkan teknologi nuklir bagi warganya. Keterbatasan modal untuk memulai program nuklir ini tidak menjadi hambatan bagi Pakistan. Pakistan mampu memulai program ini dengan memanfaatkan agenda yang dilancarkan oleh Presiden Dwight Eisenhower yang pada tahun 1954 mengusulkan digunakannya atom sebagai perdamaian (Atoms for Peace Proposal).118 Sebagai langkah awal Pakistan mendirikan Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC) pada tahun 1956 dengan menempatkan Dr. Nazir Ahmed sebagai ketua. Setelah berdiri badan ini
117
T. May Rudi, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global: Isu, Konsep, Teori dan Paradigma, PT Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 103-104. 118 Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Pakistan berupa dana sebesar US $ 350.000 untuk persiapan pembangunan Pakistan Atomic Research Reactor (PARR-1)
35
segera membuat perencanaan untuk pembangunan reaktor pengolahan nuklir bertenaga listrik.119 Pada perkembangannya PAEC ini belum berjalan dengan semestinya dan belum memberikan kontribusi yang berarti bagi program nuklir akibat dari masih lemahnya dukungan yang diberikan oleh pemerintah pada saat itu. Program ini sedikit mengalami kemajuan yang berarti dengan munculnya Zulfikar Ali Bhutto sebagai menteri sumber daya alam dan mineral pada tahun 1960 dan diangkatnya Dr. Ishrat H. Usmani menjadi ketua baru PAEC pada tahun yang sama. Usmani diberi tugas untuk mempersiapkan dengan maksimal segala kebutuhan yang dibutuhkan bagi Pakistan. Pada masa jabatan barunya itu dibangun sebuah institut dengan nama Pakistan Institute of Science and Technology (Pinstech).120 Salah satu kemajuan yang dicapai oleh Usmani adalah dilakukannya program bagi para remaja Pakistan yang potensial untuk diseleksi dan dikirim ke luar negeri menjalani pelatihan. Antara tahun 1960 hingga 1967, sebanyak enam ratus dari peserta itu kembali pulang dengan gelar doktor.121 Program energi nuklir Pakistan mengalami langkah maju yang cukup besar ketika pada tahun 1965. Bhutto yang pada tahun ini telah menjadi menteri luar negeri sejak tahun 1963, mulai untuk berfikir untuk menciptakan senjata nuklir sebagai jawaban atas upaya yang sedang dilakukan oleh India dengan menggunakan tenaga nuklir untuk kepentingan militer. Bhutto semakin kuat keinginannya setelah terjadi perang India-Pakistan pada 1965.122
119
Feroz Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, Stanford University Press,2012, 396, 250 http://www.pakchem.net/2011/09/pakistan-institute-of-nuclear-science.html#.U7pRkUDm7gE diakses pada 18 Juni 2014. 121 http://www.nuclearweaponarchive.org/Pakistan/index.html diakses pada 29 Juni 2014. 122 Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca,NY: Cornell University Press, 2000, Hal. 56.. 120
36
Pemerintah Pakistan mencapai kesepakatan dengan Kanada untuk membangun reaktor nuklir dengan nama Karachi Nuclear Power Plant (KANUPP) tahun 1971.123 Namun pada perjalanannya KANUPP ini mendapatkan pengawasan dari IAEA karena reaktor ini tidak hanya mampu untuk menghasilkan listrik tetapi juga telah mampu menghasilkan Plutonium yang dapat digunakan untuk penggunaan militer. Hingga pada tahun 1974 Kanada tidak lagi meneruskan pengiriman tenaga ahli, informasi teknologi, bahan bakar dan peralatannya sebagai akibat adanya kekhawatiran lemahnya pengawasan pada fasilitas tersebut. 124 Sedangkan semenjak uji coba nuklir India pada tahun 1974 proliferasi nuklir menjadi perhatian serius dunia internasional. Untuk mendapatkan materi Plutonium yang dibutuhkan sebagai materi dasar senjata nuklir, Pakistan membutuhkan fasilitas tambahan berupa fasilitas pemisahan Plutonium. Pada akhir dekade 60-an Pakistan menadatangani kontrak kerjasama dengan British Nuclear Fuels Limited (BNFL) dan Belgonucleaire untuk kerjasama pembuatan desain fasilitas BNFL yang mampu memisahkan hingga 360 gram per tahunnya. Ambisi Pakistan membangun fasilitas nuklir tidak berhenti hingga pada tahun 1973, negara tersebut berhasil menandatangani kontrak kerjasama baru dengan perusahaan SaintGobain Techniques Nouvelles (SGN) yang berasal dari Perancis.125 Kerjasama ini dibutuhkan untuk membangun fasilitas dengan skala yang lebih besar dari KANUPP yaitu fasilitas yang dikenal dengan nama Chasma. Fasilitas Cashma ini mampu menghasilkan 200 kg plutonium setiap tahunnya.126 Namun upaya kerjasama ini tidak mampu terwujud lama setelah Presiden Perancis, Giscard D‟Estaing secara tiba-tiba membatalkan kontrak pada tahun 1977. Sikap 123
Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 57. 124 Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 63-64 125 Bruno Tertrais, Not a „Wal-Mart‟, but an „Imports-Exports Enterprise‟: Understanding the Nature of the A.Q. Khan Network, Strategic Insights, Volume VI, Issue 5, August 2007. 126 http://www.nti.org/facilities/111/ diakses pada 13 Juni 2014.
37
Perancis ini merupakan hasil dari tekanan yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui menteri luar negerinya Henry Kissinger yang terus menekan Perancis untuk membatalkan kontrak kerja samanya dengan Pakistan.127 Kekhawatiran AS ini didasarkan pada ketakutan akan upaya pembuatan senjata nuklir oleh Pakistan. Jika saja kerjasama Pakistan-SGN berhasil maka Pakistan akan menghasilkan materi plutonium yang cukup besar dan itu tentunya akan membahayakan jika tidak mendapatkan pengawasan yang cukup. Berakhirnya kerjasama dengan Kanada dan dilanjutkan dengan SGN membuat Pakistan berusaha untuk mencari alternatif lain yaitu menggunakan HEU sebagai materi dasar. Upaya yang ingin dicapai Pakistan ini tidaklah mudah mengingat dibutuhkannya teknologi yang cukup besar yaitu adanya mesin pemutar atau sentrifugal untuk melakukan pengayaan uranium hingga mendapatkan komposisi yang tepat.128 Teknologi ini dimiliki oleh ahli metalurgi asal Pakistan Dr. Abdul Qadeer Khan yang bersedia membantu negaranya dalam teknologi mesin pemutar ini.129 Khan memanfaatkan lemahnya pengawasan ekspor untuk mendapatkan komponenkomponen dasar untuk membuat ultrasentrifugal secara terpisah dari berbagai negara. Kemampuan Khan ini tentunya tidak lepas dari pengalaman yang dimilikinya ketika masih bekerja pada URENCO yang merupakan kerjasama antara Belanda, Jerman dan Inggris. 130 Pada masa inilah Pakistan mampu untuk melakukan proses pengayaan dan pengembangan teknologi nuklir di dalam negerinya sendiri dengan memanfaatkan potensi Khan. B. Peranan Abdul Qadeer Khan dalam Pengayaan Uranium
127
Bruno Tertais, Ibid Hal 78. Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb, Times Books, New York, 1981, hlm. 81. 129 Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb. Hal 83. 130 http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-Cycle/Conversion-Enrichment-and Fabrication/UraniumEnrichment/ diakses pada 20 Juni 2014. 128
38
Kemajuan nuklir Pakistan yang menarik perhatian dunia internasional saat ini tidak lepas dari salah satu sosok yang sangat berperan atas lahirnya kemampuan negara tersebut memproduksi sejumlah bahan utama pembuatan senjata nuklir. Dia adalah Dr. Abdul Qadeer Khan.131 Lahir di Bhopal tahun 1936, Khan adalah warga India yang hijrah ke Pakistan paska pemisahan tahun 1947. Setelah lulus dari sekolah di Karachi, ia kemudian melanjutkan studinya ke Eropa pada tahun 1961.132 Saat di sana, Khan mengenyam pendidikan di Technische Universität Berlin Barat, setelah itu ia menerima gelar master di bidang teknik metalurgi di Delft University of Technology Belanda tahun 1967. Gelar Ph.D. dalam bidang metalurgi didapatnya dari Universitas Katolik Leuven di Belgia pada tahun 1972.133 Usai lulus, Khan bekerja untuk laboratorium riset dinamik (FDO), anak perusahaan Verenigde Machine-Fabrieken di Amsterdam Mei 1972. FDO adalah subkontraktor untuk UltraCentrifuge Nederland (UCN) yaitu mitra tiga negara konsorsium Eropa dalam pengayaan uranium (URENCO) yang terdiri dari Inggris, Jerman, dan Belanda.134 Selama bekerja di URENCO, Khan menempati sejumlah posisi penting. Dia mendapat akses tak terbatas di perusahaan ini, termasuk akses membuka begitu banyak dokumen rahasia teknologi sentrifugal gas dan pengayaan uranium.135 Dalam seminggu bekerja dengan FDO, Khan mulai dikirim ke fasilitas pengayaan UCN di Almelo, Belanda. Insinyur yang mampu berbicara dalam multi bahasa itu ditugaskan untuk menerjemahkan dokumen teknis yang sangat rahasia yang menggambarkan penggunaan
131
http://www.famousscientists.org/abdul-qadeer-khan/ diakses pada 25 Juni 2014. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 133 http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 134 William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation,”New York Times, February 12, 2004. 135 MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Defence Journal, May 2006, Hal 13. 132
39
mesin sentrifugal secara rinci.136 Dalam perjalanannya, ia sering membawa pulang dokumen tersebut dengan persetujuan FDO, meskipun ini juga merupakan pelanggaran prosedur normal. Dalam dua tahun pertamanya, Khan bekerja mengoperasikan dua desain mesin sentrifugal yaitu CNOR dan SNOR.137 Pada akhir tahun 1974, UCN meminta Khan untuk menerjemahkan dokumen desain yang sangat rahasia untuk dua mesin Jerman, G-1 dan G-2. Ini mewakili teknologi pengayaan industri yang paling canggih di dunia pada saat itu.138 Khan menghabiskan 16 hari selama satu bulan di bidang keamanan tertinggi fasilitas Almelo selama ia belajar mesin tersebut.139 Selama periode ini, ia memiliki akses tanpa pengawasan, dan tercatat berkeliaran di sekitar laboratorium, menulis catatan dalam naskah asing tanpa ada upaya untuk menghentikannya atau menyelidiki kegiatannya dari pihak perusahaan. 140 Usai menempuh studi dan memiliki pengalaman kerja di luar negeri, Khan kemudian menulis surat yang ditujukan ke Perdana Menteri Pakistan pada bulan September 1974 yang berisi menawarkan jasanya kepada Pakistan.141 Pada bulan Januari 1976, atas undangan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto, ia tiba-tiba meninggalkan Eropa bersama keluarganya sebelum spionasenya terdeteksi. Khan kemudian mengirim surat pengunduran diri kepada FDO dari Pakistan yang efektif berlaku pada bulan Maret.142 Saat berada di Pakistan, Khan awalnya bekerja di bawah Komisi Energi Atom Pakistan (PAEC) yang dipimpin oleh Munir Ahmad Khan. Sebuah fasilitas percontohan sentrifugal kecil
136
MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Hal 15. MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Hal 18. 138 William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation. Hal 17. 139 William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation. Hal 19 140 William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation Hal 22-24. 142 Synnott, Hillary, The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test, Oxford University Press, New York, 1999. 137
40
awalnya didirikan di Sihala, beberapa kilometer dari Islamabad.143 Pada bulan Juli 1976, Bhutto memberi Khan kontrol secara otonom atas proyek pengayaan uranium. Ia berkewajiban melaporkan langsung ke Perdana Menteri setiap hasil penelitian. Bhutto akhirnya memberi keleluasaan kepada Khan membentuk tim sendiri. Tim itu bekerja di Kahuta, sebuah desa terpencil di Pakistan. Fisikawan ternama Pakistan dari seluruh dunia dihimpun. Melalui Engineering Research Laboratories (ERL), Khan diberi mandat mengembangkan Uranium Enrichment Plant. Pembangunan sentrifugal pertama Pakistan pun dimulai tahun tersebut. Sejak saat itu, PAEC di bawah Khan terus mengembangkan generasi pertama senjata nuklir Pakistan pada 1980-an.144 Karena upaya Khan, Pakistan membuat kemajuan pesat dalam mengembangkan U-235 yang kemudian mulai diproduksi secara masif. Menurut Khan dalam sebuah wawancara tahun 1998, pengayaan uranium pertama Pakistan dilakukan di Kahuta pada tanggal 4 April 1978. 145 Pada tahun 1981, Pakistan telah memproduksi uranium dengan jumlah besar. Tanggal 28 dan 30 Mei 1998, Pakistan berhasil meledakkan enam bom nuklir.146 Tidak hanya itu, di bawah kepemimpinan Khan, Pakistan berhasil melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah, Ghauri I pada 6 April 1998 dan Ghauri II pada 14 April 1999.147 Dari laboratorium itulah Khan berperan besar dalam membentuk sistem pertahanan Pakistan. Di antaranya adalah pengembangan rudal bahu anti jet tempur ANZA dan rudal jelajah anti tank Baktar Shikan.148
143
Ibid Hal 14. http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/ diakses pada 24 Juni 2014. 145 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, April 2004, Hal 168. Synnott, Hillary, Ibid Hal 24. 146 http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 147 Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a Confecture, Regional Studies, Vol. XVIII, No.2 Spring 2000, Hal 9. 148 Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a Confecture. Hal 11. 144
41
Sebuah penyelidikan keamanan Belanda kemudian mengungkapkan bahwa Khan mungkin telah mengetahui banyak rahasia fasilitas UCN.149 Khan mengakui dirinya tidak mengambil keuntungan dari pengalamannya bertahun-tahun bekerja pada proyek-proyek serupa di Eropa dan kontrak di sana dengan berbagai perusahaan manufaktur. Ia bahkan membantah terlibat dalam spionase nuklir.150 Atas berbagai bukti, Pengadilan Amsterdam menjatuhkan hukuman in absentia pada tahun 1983 selama empat tahun penjara. Khan lantas mengajukan banding atas tuduhan tersebut yang akhirnya membatalkan hukumannya
.151
Ia
menegaskan
bahwa program sentrifugal Pakistan adalah asli dan bahwa peralatan yang digunakan di dalamnya dikembangkan dan diproduksi secara lokal. Pada tahun 1990, Khan menyatakan semua pekerjaan penelitian merupakan hasil dari inovasi dan perjuangan sendiri. Khan mengaku tidak menerima pengetahuan teknis dari luar negeri, namun demikian ia tidak menyangkal menggunakan buku, majalah dan makalah penelitian dari negara lain. Karir resmi Abdul Qadeer Khan berakhir pada Maret 2001, ketika ia dan Ketua PAEC Ishfaq Ahmed tiba-tiba pensiun atas perintah Pervez Musharraf. Ia kemudian ditawari sebagai Special Adviser to the Chief Executive on Strategic dan menjadi ketua di Khan Research Laboratorium Affairs152
B. Pengembangan Persenjataan Missile Pakistan Kemampuan yang dicapai oleh Pakistan dalam penguasan teknologi nuklir semakin berkembang. Setelah mampu untuk menghasilkan HEU, Pakistan membutuhkan rudal yang 149
Mark Fitzpatrick, Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks : a Net Assessment, Jurnal The International Institute for Strategic Studies (ISBN: 9780860792017). Hal 25. 150 Mark Fitzpatrick, Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks : a Net Assessment. Hal 28 151 http://www.historycommons.org/context.jsp?item=us_plans_to_use_military_force_against_iran_400 diakses pada 6 Juni 2014. 152 http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/AQKhan .html diakses pada 6 Juli 2014.
42
mampu untuk membawa hulu ledak yang berisi nuklir. Kemampuan India yang terus berkembang dalam hal pemilikan rudal mendorong Pakistan untuk berbuat hal yang sama. Khan pada tahun 1982 memberitahu kepada Presiden Zia ul Haq bahwa ia telah mampu untuk melakukan pengayaan HEU dan sekarang ia ingin membuat rudal.153 Zia kemudian memberikan dukungan dan pada akhirnya dua tahun kemudian perkerjaan ini telah selesai. Pembuatan rudal pertama Pakistan diberi nama Hatf-1 yang memiliki daya jangkau 80 km. Uji coba pertama kali pada April 1988 memperlihatkan kelemahan dari rudal jenis ini yang hanya mampu mencapai jarak yang tidak memuaskan. Hatf-2 yang diuji coba pada waktu yang sama dapat mencapai 300 km tetapi rudal jenis ini tidak dapat diandalkan dan pengembangan pun terus berlanjut dengan lahirnya Hatf-3 yang memiliki kekurangan yang sama yaitu akurasi yang tidak tepat.154 Kelemahan yang ditunjukkan pada rudal-rudal sebelumnya membuat Pakistan berusaha untuk mengembangkan rudal jenis baru. PAEC memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan Cina untuk pembelian rudal jenis M-11.155 Rudal ini diberi nama oleh Pakistan dengan sebutan Shaheen yang berarti Burung Elang. Kemampuan menjelajah Shaheen-1 mencapai jarak 800 km dengan daya angkut sebesar 500 kg.156 Sedangkan untuk Shaheen-2 memiliki kemampuan jarak hingga 2000 km. Pada Juli 2000 PAEC mengklaim bahwa kedua jenis rudal ini telah memiliki kemampuan untuk mengangkut nuklir (nuclear capable).157
153
Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage, United Kingdom: The Institution of Engineering and Technology, 2007, Hal 8. 154 Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 20. 155 Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage. Hal 11. 156 Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Columbia University press, New York. 2008. Hal 14 157 Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia. Hal 15.
43
Jika PAEC bekerjasama dengan Cina, maka Khan mencari alternatif lain dalam upayanya untuk pengembangan kemampuan rudal. Khan memilih rute yang berbeda dengan melakukan pendekatan dengan Korea Utara. Korea Utara mengirimkan bagian dari rudal versi Nodong sedangkan Pakistan mengirimkan uang dan beras sebagai imbalannya. 158 Ghauri-1 diuji cobakan pada April 2000 dengan daya jangkau mencapai 1500 km. Rudal ini diklaim mampu membawa muatan sebesar 700 kg. Setelah mengadopsi teknologi dari Korea Utara ini, Pakistan mencoba untuk mengembangkannya sendiri dengan berhasil memproduksi Ghauri-2 dan Ghauri-3 dengan kemampuan masing-masing hingga 2000 dan 3000 km.159 Jarak seperti ini memberi kemampuan bagi Pakistan untuk mencapai target di India. Ghauri-2 diuji coba pada 14 April 1999, tiga hari setelah India melakukan uji coba rudal Agni-2. Ghauri-2 diluncurkan dari peluncuran di Dina, sekitar 60 km Pakistan Timur Ibu kota Islamabad dan mendarat di Jiwani, di sebelah Barat Propinsi Balochistan .160 Pesawat terbang yang dimiliki oleh Angkatan Udara Pakistan rata-rata digunakan untuk meluncurkan senjata nuklir, khususnya pesawat tempur jenis F-16 buatan AS.161 Pesawat lainnya seperti Mirage-V atau A5 buatan Cina juga mampu untuk digunakan tujuan tersebut. Beberapa F16 kemungkinan telah dimodifikasi untuk memiliki kemampuan meluncurkan nuklir yang digunakan pada Skuadron 9 dan 11 di Sargodha, 160 km Utara Kota Lahore. 162 F-16 memiliki jangkauan 1600 km atau lebih dan dapat digunakan untuk mengangkut hingga 5450 kg secara eksternal di bawah badan pesawat dan enam buah di bawah pusat sayap.163
158
Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Hal 17-18 Michael Quinlan, Thinking About Nuclear Weapons: Principles, Problems, Prospects, New York: Oxford University Press, 2009, Hal 36. 160 Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II, Departemen Luar Negeri RI, Hal 8 161 Pakistan played a leading role in China‟s entry into the U.N., Ghulam Ali, “China‟s Seat in the United Nations: An Analysis of Pakistan‟s Role”, IPRI Journal, vol. IV, no. 2 (Summer 2004). 162 Pakistan played a leading role in China‟s entry into the U.N., Hal 56. 163 Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II . Hal 12. 159
44
C. Kerjasama Militer Pakistan dengan Cina Sejak penandatanganan "Boundary Agreement" antara Cina dengan Pakistan pada 3 Maret 1963 menyangkut wilayah Jammu-Kashmir, hubungan kedua negara mengalami perkembangan yang signifikan.164 Cina menjadi sekutu militer paling konsisten membela Pakistan dalam segi pertahanan negara. Saat Pakistan dan India mengalami sanksi dari Amerika Serikat akibat konflik tahun 1965, Cina menjadi satu-satunya negara yang bersedia melakukan kerjasama militer dengan Pakistan.165 Sementara India masih terus mendapat bantuan dari sekutunya Uni Soviet.166 Hubungan komprehensif antara Cina dengan Pakistan masih berlangsung
beberapa
dekade setelah meletusnya konflik Indo-Pakistan. Yang paling signifikan, Cina ikut mendorong agar Pakistan melakukan swasembada alat-alat militer ketimbang harus bergantung pada pasokan senjata militer dari negara lain.167 Berkat bantuan dari Cina, Pakistan berhasil membangun infrastruktur pertahanan yang memainkan peran penting dalam sektor pertahanan negara. Pakistan juga mampu menyelesaikan sejumlah mega proyek dan joint venture (usaha bersama) dengan bantuan China yang mencakup tiga dimensi dari angkatan bersenjata: Tentara, Angkatan Udara dan Angkatan Laut.168
164
Mark W. Frazier, “China-India Relations since Pokhran II: Assessing Sources of Conflict and Cooperation”,1622 September 2000, http://www.nbr.org/publications/review/ vol3no2/essay.html
165 166
Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”, Strategic Studies, Vol. XIX & XX, Nos. 4&1, Winter & Spring 1998, Hal 72. 167 Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”. Hal 73. 168 Urvashi Aneja, “Pakistan-China Relations: Recent Developments (Jan-May 2006)”, IPCS Special Report, June 26, 2006, Hal 2.
45
Proyek bersama pertama yang dibangun di Pakistan adalah kompleks mekanik alat berat diikuti oleh fasilitas produksi Pabrik Artileri dan Kompleks Aeronautical (tehnik penerbangan). 169 Perusahaan bersama ini memproduksi berbagai persenjataan kecil dan menengah serta menyediakan komponen penting untuk industri yang berhubungan dengan pertahanan. 170 Kedua negara bersama-sama menyelesaikan pesawat jet kursi ganda Karakoram-8 (K-8) yang menggantikan Jet Tempur T-37
dan Super-7 (FC-1) yang telah dimakan usia.171 Cina dan
Pakistan juga berhasil melakukan ujicoba penerbangan pertama jet tempur JF Thunder multifungsi selama kunjungan Kepala Udara Pakistan Marshal Tanvir Mahmood Ahmed ke China pada bulan Mei 2006.172 Selain itu, Cina menjadi pemasok peralatan militer konvensional bagi Pakistan. Pada tanggal 23 Mei 2006, Pakistan mendapat kucuran dana sebesar 600 juta Dollar AS untuk kerjasama di bidang pertahanan, termasuk pembangunan empat Kapal Fregat untuk Angkatan Laut Pakistan serta peningkatan kemampuan Kapal Dockyard (Galangan) Karachi dan transfer teknologi untuk produksi armada permukaan laut yang lebih modern.173 Hubungan kedua negara sempat diusik dengan laporan yang menyebutkan bahwa Cina telah membantu Pakistan dalam pengembangan rudal dan program nuklir. Akan tetapi tuduhan tersebut dibantah keras oleh Pakistan dan China. Selama pertengahan 1990an, Amerika Serikat sempat memberlakukan sanksi terhadap Cina dan Pakistan atas dugaan kerjasama gelap.174 China didakwa menyediakan 500 ring magnet (bahan dasar pembuatan rudal) dan mentransfer rudal M-
169
Urvashi Aneja, “Pakistan-China Relations. Hal 5. John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century, Seattle: University of Washington Press, 2001, Hal 24. 171 John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century. Hal 26. 172 http://english.peopledaily.com.cn/200605/09/eng20060509_263917.html diakses pada 2 Juli 2014. 173 http://defence.pk/threads/pak-china-finalise-usd-600-million-defence-deal.1285/ diakses pada 2 Juli 2014. 174 Tarique Niazi, “Thunder in Sino-Pakistan Relations”, China Brief,Vol.6,Issue. 5 (March 2, 2006), Hal 1. 170
46
11 yang mampu membawa hulu ledak nuklir.175 Namun Pakistan mengklaim bahwa mereka mengembangkan nuklir dan program rudal tanpa bantuan Cina.176 Meski demikian, Cina tidak membuat perubahan dramatis dalam kebijakan nuklirnya dan telah menyatakan ingin membantu Pakistan dalam memenuhi kebutuhan energi. Selama kunjungan Presiden Musharaf pada Februari 2006, Cina menandatangani kesepakatan untuk kerjasama dalam aplikasi energi nuklir tujuan damai, meskipun Barat mencurigai kerjasama tersebut memiliki motif militer.177 Komitmen Beijing dalam memperhatikan kebutuhan pertahanan Islamabad sangat dihargai oleh rakyat Pakistan. Semenjak intensitas hubungan dengan Cina, AS kurang mendapat simpati dari masyarakat Pakistan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Pakistan telah menghadapi sanksi pada saat-saat yang sangat kritis.178 Justru Beijing muncul dengan tawaran kerjasama serta menginginkan Islamabad mencapai kemandirian di bidang pertahanan.179 Bantuan Cina juga termasuk penyediaan suku cadang, menyiapkan fasilitas lokal yang overhaul, produksi lisensi, fasilitas pelatihan dan sejumlah joint venture.180 Pada tahun 2001 Pakistan dan China mengadakan kerjasama dalam uji coba penggunaan Al Khalid MBT-2000/2000 Type Main Battle Tank yang kemudian diproduksi dalam negeri.181 Berbeda dengan Amerika Serikat, Cina tidak pernah mengaitkan bantuan dengan isu-isu internal Pakistan seperti Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi, dan lain-lain.182 Cina selalu menahan diri mencampuri urusan internal Pakistan. Meski di awal 1990-an, AS memberlakukan
175
Tarique Niazi, “Thunder in Sino-Pakistan Relations”, Hal 4. Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century, Ibid Hal 35. 177 http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014. 178 http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014. 179 Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Jane‟s Defence Weekly, December 7, 2005 180 Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Hal 49. 181 Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Hal 54. 182 Pakistan‟s Relations with China, Ibid Hal 84. 176
47
sanksi terhadap Pakistan dan Cina untuk dugaan kerja sama mereka dalam teknologi nuklir dan rudal, hubungan Cina dengan Pakistan tidak lantas menyerah pada tekanan.183 Faktor-faktor ini jelas meningkatkan status China dalam perhitungan Pakistan. Menurut Perdana Menteri Pakistan Yousaf Raza Gillani, dukungan militer Cina untuk Pakistan telah meningkatkan kepercayaan diri negara tersebut dalam memperkuat kemampuan pertahanan Pakistan.184 Pada tahun 2011,
Pakistan dan China kembali melakukan kerjasama dalam bidang
militer yaitu mengenai konfirmasi Pakistan yang menyatakan akan membeli rudal Cina dan sistem penerbangan untuk melengkapi JF-17 jet tempur Guntur sebanyak 250 unit untuk memperdalam kerjasama militer dengan Beijing.185 Kerjasama militer ini sangatlah menunjang persenjataan milik Pakistan yang ingin bersaing dengan India di Kawasan Asia Selatan. Transfer senjata yang dilakukan antara Pakistan dan China antara lain: Towed gun, Fighter aircraft, FGA aircraft, Anti-ship missile, Fire control radar, Airs search radar, ASW helicopter, SAM (Surface to air missile), BVRAAM (Beyond Visual Range Air to Air Missile), SRAAM (Short Range Attack Missile), guided bomb, Arty locating radar, Aircraft EO system, AEW & C aircraft, portable SAM, Anti-tank missile, ARV (Armed Response Vehicle), Tank, Frigate, Self propelled MRI, dan Submarine.186 Kerjasama bilateral antara Pakistan dan China sangatlah rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan China dalam membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Kembali lagi bahwa peningkatan persenjataan yang dilakukan oleh Pakistan yang dibantu China merupakan lanjutan persaingan senjata dengan India. Konflik Kashmir adalah pusat dari persaingan persenjataan yang terjadi antara Pakistan dan India. Menurut pejabat tinggi militer Pakistan Feroz 183
Sino-Pakistani fighter improved. op.cit Hal 74. http://www.youlinmagazine.com/article/pakistan-china-relations-strategic-partners-in-the-21st-century/OA 185 http://www.asian-defence.net/2011/04/pakistani-jf-17-thunder-or-blunder.html diakses pada 14 Juni 2014. 186 Laporan SIPRI Bookyear 2011, Armaments, Disarmament and International Security Hal 18. 184
48
Khan, dengan adanya suplai senjata yang dilakukan oleh China, maka Pakistan sangat terbantu dalam persaingan melawan India.187
3.2 Perkembangan Kekuatan Nuklir Pakistan-India (2008-2012) A. Kapabilitas Nuklir Pakistan Keberadaan nuklir Pakistan mengalami perkembangan signikan pasca negara tersebut berhasil memproduksi weapon grade-Uranium tahun 1984.188 Menurut catatan International Panel on fisil Material (IPFM) yang dipublikasi pada Januari 2013, ketersedian bahan fisil HEU milik Pakistan mencapai tiga ton yang diperoleh dari fasilitas sentrifugal di Kahuta.189 Dari laporan tersebut pula, Pakistan berhasil memproduksi non-civilian Plutonium atau sering disebut weapon-grade Plutonium sebesar 0.15 ton yang digunakan sebagai bahan utama hulu ledak nuklir.190 Sementara Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyatakan Pakistan menempati urutan keenam sebagai negara yang memiliki hulu ledak terbanyak di dunia dengan jumlah 100-120 unit. Amerika Serikat dan Rusia masing-masing memiliki 7.700 dan 8.500 hulu ledak sementara Inggris, Prancis dan Cina dengan 225, 300 dan 250 hulu ledak.191 Pakistan saat ini dianggap sebagai negara dengan pertumbuhan senjata nuklir yang sangat cepat dari segi kuantitas. Diperkirakan negara tersebut mampu memproduksi hulu ledak berbahan fisil sebanyak 30 unit per tahun.192 Para pengamat mengkhawatirkan Amerika Serikat yang
187
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 78. Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Hal 23. 189 Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and Fissile Material Stocks as a Step toward Disarmament. Hal 10-11. 190 Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and Fissile Material Stocks as a Step toward Disarmament. Hal 13-15. 191 SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14. 192 Bruno Tertrais, Pakistan‟s Nuclear Programme: a Net Assessment, Paris: Fondation pour la 188
49
pernah menjadi sekutu Pakistan, semakin kehilangan pengaruh serta kontrolnya dalam menekan jumlah nuklir Islamabad.193 Hal ini terlihat dari hubungan yang memburuk antara kedua negara dimana Pakistan dianggap sebagai negara yang mendukung aksi kelompok jihadis serta kecurigaan Pakistan atas aksi Amerika yang melakukan pemantauan lewat pesawat tampak awak pada tahun 2011.194 Apalagi, ketergantungan intelijen Pakistan terhadap Washington semakin menurun pasca keputusan Amerika menarik pasukannya tahun 2014. Tabel 1: Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir195
Negara Amerika Rusia Inggris Perancis China India Pakistan Israel Korea Utara Total
Kekuatan Nuklir Dunia 2013 Hulu Ledak yang Hulu Ledak Lainnya Total Inventaris Dikerahkan 2.150 5.550 7.700 1.800 6.700 8.500 160 65 225 290 10 300 250 250 90–110 90–110 100–120 100–120 80 80 6-8 ? 4.400 12.865 17.270 Semua perkiraan didasarkan pada Januari 2013.
Sebagian bahan fisil Pakistan diperoleh dari reaktor di Khusab dengan daya 50 MWt yang beroperasi pada awal tahun 1998.196 Pakistan juga sedang membangun sebuah reaktor di
Recherche Strate´gique (FRS), June 13, 2012 Hal 27. 193 Windrem, Robert. “Pakistan‟s Nuclear History Worriers Insiders” http://www.nbcnews.com/id/21660667/ns/nbc_nightly_news_with_brian_williams/t/pakistans-nuclear-historyworries-insiders/ Diakses pada 9 Juli 2014. 194 “US drone strike kills 10 in Pakistan, Islamabad intelligence officials say” http://www.foxnews.com/world/2014/06/12/us-drone-strike-kills-10-in-northwest-pakistan-islamabad-intelligenceofficials/ diakses pada 24 Juni 2014. 195 SIPRI Yearbook, Hal 18. 196 “Weapons of Mass Destruction (WMD), Khusab“http://www.globalsecurity.org/wmd/world/pakistan/khushab.htm diakses pada 17 Juni 2014.
50
daerah yang sama dengan nama Khusab II. 197
Kapasitas dari reaktor kedua yang sedang
dibangun di Khushab tersebut masih belum pasti. Sebuah perkiraan menyebutkan bisa mencapai daya 1.000 MWt, yang memungkinkan untuk menghasilkan sebanyak 200 kg weapon gradeplutonium per tahun.198 Data pasti terkait jumlah ketersediaan bahan fisil Pakistan sulit untuk dilancak namun beberapa analis berpendapat di akhir tahun 2003 saja, Pakistan telah memiliki persedian 1100 Kg HEU, jika produksi berlanjut dengan 100 kg pertahun, maka akhir tahun 2012 Pakistan telah memiliki 2.600 Kg weapon grade uranaium.199 Kemajuan yang diperoleh Pakistan di bidang pengayaan uranium juga diikuti dengan perkembangan alat pembawa hulu ledaknya. Sejak uji coba Rudal Hatf pertama dengan daya jelajah 80 km pada tahun 1983, Islamabad terus melakukan pemutakhiran serta transfer teknologi dari negara lain demi menunjang kapabilitas rudal yang diinginkan. 200 Negara tersebut pernah terlibat kerjasama dengan Cina dalam pembelian rudal M-11 yang ditempatkan di Sarghoda dan Kharian.201 Berbagai varian rudal terus dikembangkan dan yang terbaru pada Mei 2012, Pakistan melakukan uji coba short range missile dari jenis Hatf IX (Nasr) dengan jangkauan 60 km yang dapat membawa hulu ledak nuklir. Peluncuran rudal tersebut merupakan respon atas aksi serupa yang dilakukan oleh India dalam mengembangkan varian Rudal Agni V.202 Dengan suksesnya peluncuran rudal tersebut, eksistensi Tactical Nuclear Weapon (TNW) Pakistan kian memberikan gambaran ancaman serius terhadap India bahwa Pakistan telah siap dengan segala kemungkinan 197
“Weapons of Mass Destruction (WMD), Khusab“http://www.globalsecurity.org/wmd/world/pakistan/khushab.htm diakses pada 17 Juni 2014. 198 Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011," Bulletin of the Atomic Scientists, Vol. 67 No. 4, July/August 2011 Hal 29. 199 Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 31. 200 Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 31. 201 Brian Cloughley, “India‟s and Pakistan‟s Nuclear Pluge-The Hardware Opportunities and Challenges”, Asia Pacific Defence Reporter, Vol XXIV, No.5, Agustus/September 1998, Hal 8. 202 http://www.intelijen.co.id/pakistan-ujicoba-rudal-berkemampuan-nuklir/ diakses pada 01 Juli 2014.
51
yang lebih buruk dalam menghadapi India terkait perang terbuka.203 Meski demikian, Feroz Khan, mantan pejabat sekretariat tenaga nuklir Strategic Plans Division (SPD) menegaskan bahwa keberadaan Hatf IX dimaksudkan untuk meningkatkan pencegahan konvensional untuk menghalangi pasukan lawan saat melakukan penyerangan pada tingkat taktis.204 Pada September 2012, Pakistan juga sedang mengembangkan sistem peluncuran rudal melalui fasilitas angkatan laut. Nantinya, rudal-rudal milik Pakistan dapat dimobilisasi dengan kapal militernya serta diterbangkan di atas permukaan laut dengan daya akurasi tinggi guna meningkatkan kapasitas operasionalnya.205 Tabel 2: Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan206 Tipe Pesawat Tempur -A5 -Mirage III/5 -F 1 Rudal Berbasis Darat -M 11 -Hatf 1 -Hatf 1A -Hatf 2 -Hatf 3 -Hatf 4 -Ghauri -Shaheen II
Jumlah
116 200
Status Disimpan 18 n/a Pengembangan Pengembangan Pengembangan/Ujico ba Pengembangan Pengembangan
Jangkau Daya an Angkut 600 Km 500 Km 850 Km
80 Km 100 Km 150 Km 400 Km 750 Km
Negara Asal
1.750 Km Cina 3.500 Km Perancis 2.500 Km AS
Pakistan/Perancis Pakistan/Perancis
1.200 Km 2.000 Km
B. Perkembangan Nuklir India (2008-2012)
203
Brian Cloughley, Ibid Hal 9. http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 01 Juli 2014. 205 http://defence.pk/threads/the-pakistan-navy-transformation-from-fledgling-force-to-a-fighting-machine.263742/ diakses pada 30 Juni 2014. 206 Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2011, A Quantitative Analysis, May 16, 2011 , Hal 74. 204
52
Saat ujicoba pertama di Pokhran pada 18 Mei 1974, daya ledak nuklir India dengan 4-6 Kiloton plutonium dilaporkan telah mampu membentuk kawah seluas radius 80 meter dengan kedalaman 10 meter.207 Dengan salah satu dari enam reaktor penelitiannya saja, India berhasil memproduksi 25 kg plutonium setiap tahunnya.208 Data dari Nucleonics Week memperkirakan India memiliki inventaris plutonium sekitar 285 kilogram yang cukup untuk memproduksi 40 buah bom.209 Sementara itu laporan SIPRI tahun 2012 menyebutkan hulu ledak nuklir India telah menembus angka 90 sampai 110 buah dengan ketersediaan 500 kg bahan fisil Plutonium.210 Angka tersebut kemungkinan bisa bertambah karena India bukan anggota yang menandatangi perjanji profelirasi nuklir sehingga sulit melacak angka pasti kepemilikan hulu ledak India.211 Material plutonium untuk senjata nuklir atau weapon grade-Plutonium India kemungkinan besar diperoleh dari dua reaktor riset yakni CIRUS dengan kapasitas 40 MWt dan Dhruva 100 MWt yang mulai beroperasi pada tahun 1963 dan 1988.212 Namun reaktor CIRUS tahun 2010 dihentikan dengan pertimbangan masa operasi yang telah memasuki kadaluarsa serta atas negosiasi dengan Amerika Serikat.213 Di tahun 2008, program nuklir India mengalami perkembangan signifikan setelah negara tersebut diizinkan menjalin hubungan dagang internasional dengan negara anggota rezim Nuclear Suppliers Group (NSG) yang merupakan hasil dari tindak lanjut kerjasama dengan Amerika Serikat pada tahun 2005.214 Sebagai imbalannya, New Delhi setuju membuka informasi terkait
207
http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm diakses 28 Juni 2014. Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 37. 209 Harry Sachianis, Atoms for Peace at 50: The legacy and the future, Nucleonics Week, Volume 44, December 11, 2003 Hal 28. 210 SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14. 211 “Status of World Nuclear Forces” http://fas.org/issues/nuclear-weapons/status-world-nuclear-forces/ diakses pada 20 Juni 2014. 212 SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security. Hal 17. 213 http://gulfnews.com/pm-to-announce-cirus-reactor-shutdown-1.227832 diakses pada 28 Juni 2014. 214 http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. 208
53
fasilitas dan perlindungan nuklirnya yang diklasifikasikan sebagai nuklir tujuan sipil. Akhirnya, perjanjian perlindungan bagi fasilitas nuklir sipil disepakati antara India dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada bulan Februari 2009.215 Akhir Juli 2010, India dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian bilateral yang memungkinkan India untuk memproses ulang bahan nuklir di dua fasilitas pemrosesan terbaru yang akan dibangun dan ditempatkan di bawah pegawasan IAEA.216 Selain aktif menjalin kerjasama dengan anggota NSG, India juga ikut menandatangani perjanjian kerjasama nuklir dengan Rusia, Perancis, Inggris, Korea Selatan, Kanada, Argentina, Kazakhstan, Mongolia, dan Namibia.217 Pada bulan Oktober 2009, New Delhi mengidentifikasi dua lokasi di negara bagian Gujarat dan Andhra Pradesh yang bisa dijadikan sebagai lokasi reaktor yang akan dibangun oleh GE Hitachi dan Westinghouse. 218 Namun, mengingat kendala pada perjanjian yang diberlakukan oleh hukum sipil nuklir India, tidak jelas apakah perusahaanperusahaan AS akan menjalin setiap transaksi pasokan reaktor dengan India. Meski demikian, ambisi India mengembangkan senjata nuklir tampaknya belum surut. Hal ini terbukti dengan sejumlah uji coba dan pengembangan rudal yang dilakukan New Delhi. Dimulai tahun 1975 di mana negara tersebut berhasil mengembangkan teknologi rudal untuk meluncurkan satelit, tiga tahun berikutnya India telah mampu menempatkan satelit Rohni D-2 di orbit luar angkasa yang menjadi pijakan bagi kemajuan missile ballistic-nya. India berhasil memproduksi rudal Pritvi dengan kapasitas muatan 1500 kg dan berdaya jangkau 150 km. 219
215
“India Safeguards Agreement Signed, http://www.iaea.org/newscenter/news/2009/indiaagreement.html diakses pada 18 Juni 2014. 216 http://www.cfr.org/india/us-india-nuclear-deal/p9663 diakses pada 20 Juni 2014. 217 “Nuclear Power in India” http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. 218 http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. 219 Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”, Regional Studies, Vol.XVI, No.3, Summer 1998, Hal 21.
54
Beberapa daerah Penting Pakistan seperti Islamabad, Lahore, Faisalabad, dan Rawalpindi masuk dalam sasaran Prithvi-1. menurut Dr. Maleeha Ladhi, Prithvi dapat mencakup sekitar 60-65 persen dari wilayah Pakistan, dan pada kenyataannya mayoritas dari rakyat Pakistan mendiami wilayah perbatasan.220 Selain itu, India mengembangkan rudal Sagarika dengan jangkauan 300 km yang dapat diluncurkan dari kapal selam.221 Agni yang merupakan rudal jarak menengah menjangkau 2000 km dan daya angkut lebih besar yaitu 1000 kg. Bahkan India mengembangkan pula rudal antar benua (ICBM) dengan nama Surya dengan jangkauan 12.000 km.222 Tabel 3: Potensi Kekuatan Nuklir India223 Tipe Pesawat Tempur Jaguar -MIG 27 -MIG 29 -Su 30 -Mirage 2000 Land Based Missiles -Prihtvi I SRBM 150 -PrihtviII SRBM 250 -Prithvi III SRBM 350 -Agni V -Surya Peluncur Rudal Balistik -Sagarika
Jumlah
116 200 74 8+ 42 StatusOperasional Pengembangan/Uji coba Pengembangan Pengembangan/Uji coba Pengembangan
Jangkauan
Daya Angkut
Negara Asal
2.600 Km 1.100 Km 1.500 Km 3.000 Km 1.850 Km
4.750 Km 4.000 Km 3.000 Km 8.000 Km 6.300 Km
Inggris Rusia Rusia Rusia Rusia
150 km 250 km 350 km 5.000 km 12.000 km
1.000 kg 500 Kg 500 Kg 1.000 Kg n/a
India/Soviet India/Soviet India/Soviet India/AS/Pra ncis India
300 Km
500 Kg
Produksi
India juga telah memulai pengembangan sistem pertahanan terhadap rudal atau missile defense system yang diberi nama Theatre Missile Defense (TMD). Secara umum TMD bertugas 220
Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”. Hal 25. Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”. Hal 28. 222 http://thediplomat.com/2013/09/india-is-developing-its-first-real-icbm/ diakses pada 11 Juni 2014. 223 Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects, Michigan University Press, 2009. Hal 28. 221
55
untuk mendeteksi ancaman serangan rudal dan memberi peringatan dini sebelum rudal musuh menghancurkan target.224 Fungsi ini dilakukan dengan membangun radar yang memakai teknologi array radar.225 Selain itu TMD juga memiliki kemampuan untuk menghentikan peluru kendali lawan yang akan menghancurkan target, dengan cara menembakkan Arrow-Anti-Tactical Balistic Missile (ATBM) ke arah rudal lawan yang sedang menuju target.226 TMD diantaranya menggunakan akash, yang memiliki leknologi rudal Uni Soviet SA-6, untuk menangkal serangan rudal musuh.227 Akash merupakan low to medium altitude multi target surface to air missile, yang memiliki kemampuan jarak tembak sejauh 27 km dengan kecepatan 2 mach.228 Akash dilengkapi dengan Radar Rajendra yang dapat mendeteksi musuh dalam jarak 50 km, dan menembakkan empat rudal secara bersamaan setelah sasaran terkunci.229 Saat ini Akash sedang mengalami upgrade untuk mampu menangkal peluru kendali lawan jarak 2.000 km. Akash sangat efektif untuk menembak pesawat tempur musuh dan rudal balistik jarak pendek. Teknologi TMD diperoleh tersebut dari Rusia dan Israel.230 Namun demikian, menurut Charles C. Swicker dari Center for Naval Warfare Studies, TMD diragukan dapat menangkal seluruh peluru kendali saat terjadi serangan rudal.231
224
Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects. Hal 29. Frank O‟ Donnell and Yogesh Joshi, “ India‟s Missile Defense: Is the Game Worth the Candle?” http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 28 Juni 2014. 226 Stephen Peter Rosen, Societies and Military Power: India and Its Armies. Cornell studies in security affairs, 1996. Hal 24. 227 Siddharth Srivastava, "India and the US talk missile defense" http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KA15Df01.html diakses pada 25 Juni 2014. 228 Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects. Hal 35. 229 Stephen Peter Rosen, Societies and Military Power: India and Its Armies. Hal 28. 230 http://www.airforce-technology.com/projects/akash-surface-to-air-missile-system/ diakses pada 24 Juni 2014. 231 https://www.usnwc.edu/Publications/Naval-War-College-Press/-Newport-Papers/Documents/14.pdf 225
56
Pada tahun 2012, India telah melakukan uji coba rudal seri Agni V yang dapat menjangkau Beijing dan Eropa dengan daya jangkau 5.000 km.232 Juru bicara Organisasi Riset dan Pembangunan Pertahanan India, Ravi Kumar Gupta mengatakan rudal tersebut bisa mencapai sasaran dalam lintasan yang ditetapkan serta memenuhi seluruh tujuan misi.233 Menurut Shasank Josi, jika 30 kiloton saja kekuatannya sama dengan dua kali kekuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, maka daya hancur satu bom nuklir India diprediksi kekuatan hancurnya empat kali kehancuran Hiroshima.234 Padahal India diyakini memiliki hingga 110 hulu ledak nuklir yang dapat ditaruh di rudal Agni, yang berarti sekitar 440 kali kehancuran Hiroshima.235 Baik India maupun Pakistan kemudian sama-sama diperkuat oleh kekuatan militer yang dimilikinya. Hal ini guna menunjang program nuklir masing-masing negara. Di tahun 2012, India tercatat memiliki personil militer aktif sebanyak 3.467.821 kombatan sementara Pakistan didukung oleh 1.434.000 militer aktif.236 Selain itu, India memiliki 4117 Main Battle Tank dan Pakistan dengan jumlah 2656 unit. Kedua negara juga memiliki pertahanan laut yang relatif hampir sama kuat. India memiliki 13 Kapal Fregrat sementara Pakistan dengan 9 unit Kapal Fregrat.237
232
“Agni-V missile successfully test launched from Wheeler Island off Odisha coast” http://timesofindia.indiatimes.com/india/Agni-V-missile-successfully-test-launched-from-Wheeler-Island-offOdisha-coast/articleshow/22594796.cms diakses pada 28 Juni 2014. 233 Natalia Santi, “India Uji Coba Rudal Berkemampuan Nuklir Agni-V” http://www.tempo.co/read/news/2013/09/15/118513515/India-Uji-Coba-Rudal-Berkemampuan-Nuklir-Agni-V diakses pada 25 Juni 2014. 234 Shasank Joshi “India Nuclear Choice” http://timesofindia.indiatimes.com/home/opinion/edit-page/Indiasnuclear-choices/articleshow/12825780.cms diakses pada 29 Juni 2014. 235 Newsweek, 25 Mei 1998, Hal 32. 236 Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012, A Quantitative Analysis, May 16, 2012 , Hal 74 237 Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012. Hal 78
57
Tabel 4: Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012238 Kekuatan Militer
India
Pakistan
Total Personil Militer
3.467.821
1.434.000
-Aktif
1.325.000
617.000
-Cadangan
2.142.821
513.000
Kekuatan Para Militer
1.300.586
304.000
-Tank Tempur Utama (MBT)
4117
2656
-Helikopter
222
182
-Kapal Selam
16
8
-Kapal Taktik Fregat
13
9
-Kapal Patroli dan Tempur Pantai
22
20
92
12
-Pesawat Terbang
238
Ibid Hal 75.
58
BAB IV Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir (2008-2012) Implementasi energi material fisil ke arah militer yang dilakukan Pakistan sebenarnya memiliki kepentingan yang sama seperti India. Merujuk pada penjelasan bab II dan III, kedua negara tersebut sama-sama pernah mengalami pengalaman buruk dalam menghadapi perang. India mengalami kekalahan atas Cina pada tahun 1962, sementara Pakistan harus mengakui superiotas India pada perang tahun 1947, 1965 dan 1971. Maka atas dasar tersebut, pengembangan strategi nuklir Pakistan atas India memiliki beberapa kepentingan yang hendak dicapai. Ada tiga kepentingan Pakistan mengembangkan nuklir menghadapi India selama periode 2008 hingga 2012, yaitu 1. Untuk menghadapi India, 2. Perebutan Wilayah Kashmir, dan 3. Internasionalisasi Isu Kashmir. A. Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir Eksistensi wilayah Kashmir bagi Pakistan memiliki arti yang sangat penting bagi kepentingan nasional negara tersebut. Sebagaimana dijelaskan pada bab II, wilayah Kashmir diapit oleh beberapa hulu sungai yang menjadi sumber air baik bagi Pakistan maupun India. Heartland advantage atau keuntungan utama yang dapat diperoleh jika Pakistan mampu mempertahankan bahkan menguasai sebagian Wilayah India atas Kashmir diantaranya sumber daya air dan hutan serta populasi muslim. Diantara enam aliran sungai yang melewati wilayah Pakistan, lima sumber air berada di wilayah India atas wilayah Kashmir. Kelima sungai tersebut adalah Saltuj, Beas, Chenab, Ravi
59
dan Jhelum. Sementara sungai Indus sepanjang 3.180 kilometer bersumber di wilayah Tibet, mengalir melewati wilayah Kashmir, baru kemudian melewati wilayah Pakistan.239 Diagram 1.1 : Potensi Hydroelectric di Wilayah India over Kashmir240
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa potensi hydroelectric yang bisa dimanfaatkan di wilayah Kashmir cukup besar. Pembangunan hydroelectric di sepanjang aliran sungai Chenab berpotensi menghasilkan sumberdaya energi paling tinggi mencapai 10.360 MWs, disusul pembangunan di sepanjang aliran sungai Jehlum mencapai 3560 MWs, Sungai Indus sebesar 2060 MWs, Ravi sebesar 500 MWs. Proyek hydropower ini sangat berpotensi terutama untuk mendorong sektor sosial ekonomi di wilayah Kashmir.241 Rencana pembangunan jangka panjang ini diperkirakan berpotensi memenuhi kebutuhan suplai energi India. Lebih lanjut
239
Rashid, U. H. “Possible Indo-Pak tension on Indus water sharing?” dalam The Daily Star Web Edition Vol.4 No. 80. 2003. 240 “Salal hydro power project, Jammu & Kashmir, India “ http://ejatlas.org/conflict/salal-hydro-power-projectjammu--kashmir-india diakses pada 15 Juli 2014. 241 “Salal hydro power project, Jammu & Kashmir, India “ http://ejatlas.org/conflict/salal-hydro-power-projectjammu--kashmir-india diakses pada 15 Juli 2014.
60
pengembangan teknologi ini diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan energi Pakistan serta menimbulkan ketergantungan energi bagi Pakistan. Raina A.N sebagaimana dikutip Finsa menjelaskan sumberdaya air mendukung wilayah India over Kashmir yang subur dan padat penduduk. Air di wilayah
India over Kashmir
menunjang sumber daya hutan. Wilayah India over Kashmir memiliki hutan yang luas dan lebat. Hutan menyediakan kayu serta bahan bakar. Sehingga dari sinergi sumberdaya alam dan kepadatan penduduk dimungkinkan pengembangan sektor industri dan pertanian dan peternakan.242 Keinginan Pakistan untuk mendapatkan potensi-potensi tersebut diperkuat dengan kondisi domestik Pakistan sejak akhir tahun 1980an. Pakistan mencatat peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Peningkatan ini sudah dirasakan sejak masa Perang Dingin hingga saat ini. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab I, populasi Pakistan di tahun 2012 telah mencapai angka 200 juta jiwa lebih.
242
Bose, Sumantra. Contested Lands: Israel–Palestine, Kashmir, Bosnia,Cyprus, and Sri Lanka. London: Harvard University Press. 2007.
61
Gambar 2 : Grafik Pertumbuhan penduduk Pakistan243
Dengan semakin besarnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula debit air yang dibutuhkan Pakistan. Di samping itu debit air juga dibutuhkan untuk sistem irigasi. Sementara kemampuan Pakistan dalam mengontrol debit air terbatasi oleh penguasaan India terhadap wilayah sumber air Kashmir. India mampu mengurangi jumlah debit air dengan menutup aliran air. India juga mampu membangun proyek-proyek DAM yang dapat merusak biota alami disepanjang sungai seperti pembangunan waduk atau bendungan raksasa.244
243
Wendell Cox, “Pakistan: Where The Population Bomb Is Exploding” http://www.newgeography.com/content/002940-pakistan-where-population-bomb-exploding diakses pada 16 Juli 2014. 244 Wendell Cox, “Pakistan: Where The Population Bomb Is Exploding” http://www.newgeography.com/content/002940-pakistan-where-population-bomb-exploding diakses pada 16 Juli 2014.
62
Selain itu, industri holtikultura sangat menjanjikan di Wilayah Kashmir. Dengan tanah yang subur, daerah tersebut memungkinkan untuk menghasilkan buah-buahan kualitas prima serta produk holtikultura yang dapat dijadikan komoditas ekspor. Table 5: Ekspor buah-buahan ke luar negeri (lakh Metric Tonnes)245 Produksi
Ekspor
Tahun
Segar
Keri ng
Total
Segar
Kering
Total
2003-04
11.65
1.08
12.74
7.63(98.32)
0.13(1.68)
7.76(60.83)
2004-05
12.18
1.14
13.32
8.20 (98.3)
0.14 (1.68)
8.34(62.61)
2005-06
12.80
1.23
14.03
8.58(98.62)
0.12(1.38)
8.70(62.01)
2006-07
13.74
1.30
15.04
7.35(98.00)
0.15(2.0)
7.50(49.87)
2007-08
14.78
1.58
16.36
7.34(9.86)
0.16(2.13)
7.50(45.84
2008-09
15.26
1.65
16.91
11.01(98.56)
0.16(1.43)
11.17(66.06)
2009-10
15.35
1.76
17.12
9.34(60.84)
0.23(12.99) 9.57(55.90)
2010-2011 20.46
1.76
22.22
8.51(42.59)
0.51(8.52)
8.66(38.97)
Berdasarkan sumber daya dan potensi di atas, Shasank Joshi melihat bahwa salah satu instrumen yang dapat mewujudkan kepentingan nasional Pakistan yaitu dengan meningkat kapabilitas power yang diwujudkan dengan kepemilikan senjata nuklir.246 Hal ini sesuai dengan penjelasan Hans J. Morgenthau atas ciri-ciri realisme dalam hubungan antar negara bahwa tingkah laku negara-negara di panggung politik internasional selalu dilihat sebagai perwujudan 245
International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 6, June 2012, http://www.ijsrp.org/research_paper_jun2012/ijsrp-June-2012-96.pdf diakses pada 16 Juli 2014. 246
Shashank Joshi, “Pakistan‟s Tactical Nuclear Nightmare: http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 28 Juni 2014.
63
De'jaVu?
atas perjuangannya untuk memelihara, meningkatkan, serta menunjukkan power-nya.247 Maka atas dasar tersebut, kepemilikan nuklir Pakistan merupakan salah satu instrumen yang dapat mencapai kepentingan nasionalnya. 4.1 Mengimbangi Kekuatan India di Kawasan Asia Selatan Strategi dan perkembangan nuklir Pakistan telah membuat India menyadari bahwa potensi ancaman di regional Asia Selatan begitu mengkhawatirkan. Sebagaimana telah dijelaskan di bab III, dengan kepemilikan hulu ledak yang dimiliki Pakistan saat ini, setidaknya mampu menjangkau wilayah India. Namun dalam skala kekuatan militer konvensional, selama ini Pakistan selalu berada jauh di bawah India. Maka dari itu, strategi nuklir dipercaya mampu mengimbangi kekuatan India di kawasan tersebut. Feroz Khan menjelaskan bahwa berbeda dengan India, kontrol atas nuklir Pakistan selama ini berada di bawah komando militer.248 Sebagai pihak yang sangat memahami taktik perang, maka militer sangat mengerti bahwa peningkatan atas kapabilitas nuklir setidaknya dapat mengimbangi potensi kekuatan pihak lawan. Lebih lanjut Feroz memaparkan: “Pakistani leaders also believe that nuclear weapons have to be configured for warfighting roles if only to retain their deterrent value. Pakistan therefore has developed and deploys nuclear forces separate from its conventional forces, but has integrated war plans which include targeting policies for conventional and nuclear weapons.”249
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nuklir Pakistan akan diluncurkan dalam empat situasi sebagaimana dijelaskan oleh Letnan Jenderal Khalid Ahmed Kidwai yakni
247
Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace. Hal 78. Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear Weapons,” dalam Barry M.Blechman dan Alexander K. Bollfrass, National Perspectives on Nuclear Disarmament, Washington: Stimson Center, 2010, Hal 218. 249 Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear Weapons,” Hal 219. 248
64
pertama, India menyerang Pakistan dan mencaplok sebagian besar wilayahnya.250 Kedua, India menghancurkan sebagian besar pasukannya baik darat maupun udara. Ketiga, India melanjutkan agresi dengan mencekik ekonomi Pakistan. Dan yang terakhir, India mendorong Pakistan ke arah destabilisasi politik atau menciptakan kekacauan internal yang berskala besar di Pakistan (destabilisasi domestik). Dengan doktrin ini, pihak India akan menjadi pihak yang selalu mempertimbangkan segala kebijakan yang menyebabkan kerugian di pihak Pakistan. Secara historis, kepemilikan nuklir India serta uji coba rudal pertama yang dilakukan tahun 1974 sesungguhnya telah memancing Islamabad untuk melakukan hal serupa. Dengan keadaan sistem internasional yang anarki disertai situasi keamanan yang tidak pasti, tampaknya Pakistan memahami bahwa peningkatan kapabilitas keamanan, terutamanya strategi nuklir merupakan sebuah keniscayaan dalam upaya melawan hegemoni negara lain. Menurut Robert Jervis peningkatan kapabilitas persenjataan militer dari satu negara dan ketidakpercayaan dari satu aktor kepada aktor negara lainnya adalah indikator pemicu munculnya dilema keamanan (security dilemma). Dengan kata lain, keamanan bagi satu negara dipandang dapat mengurangi keamanan bagi negara lain.251 Dalam politik luar negeri, ada bermacam-macam cara untuk menghadapi dilemma ini. Di antara strategi yang ditawarkan yakni menciptakan keseimbangan kekuatan atau balance of power Dalam beberapa kasus, negara-negara mengadakan aliansi untuk mempertahankan keseimbangan ini namun bagi negara-negara yang memiliki teknologi yang canggih serta
250
Michael Krepon, “Pakistan‟s Nuclear Strategy And Deterrence Stability“ http://www.stimson.org/images/uploads/researchpdfs/Krepon_Pakistan_Nuclear_Strategy_and_Deterrence_Stability .pdf diakses pada 09 Juli 2014 251 251 Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts. Hal. 315
65
didukung oleh faktor kemampuan sumber daya manusia, kepemilikan senjata nuklir adalah sebuah keharusan untuk mencapai situasi keseimbangan tersebut. Maka dari itu, kepemilikan nuklir Pakistan merupakan salah satu strategi dalam upaya mengimbangi hegemoni India di wilayah Asia Selatan. Di kawasan tersebut, hanya Pakistan satu-satunya negara yang dapat mengimbangi pengaruh atas dominasi India. Hal ini lantaran Pakistan merupakan negara yang memiliki nuklir selain India. 4.2 Internasionalisasi Kasus Kashmir Sejak Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 21 April 1948 yang menyatakan bahwa plebisit harus dilaksanakan di Kashmir serta dikawal oleh badan UNCIP, India menjadi negara yang selalu menunda-nunda untuk melaksanakan kehendak rakyat Kashmir tersebut. India bahkan semakin gencar menempatkan 400 ribu pasukannya di garis perbatasan yang memisahkan dengan Pakistan (Line of Control).252 Selama bertahun-tahun, India telah menempatkan persoalan Kashmir keluar dari konteks semula, yakni hanya dijadikan sebagai problem bilateral India-Pakistan dengan mengabaikan hak dan kemauan rakyat seperti yang diamanatkan oleh PBB yaitu prinsip bahwa masa depan status Jammu-Kashmir ditentukan berdasar atas aspirasi rakyat Kashmir sendiri. Di kemudian hari muncul kelompok-kelompok pemberontak seperti Lashkar e-Thaiba dan Pasukan Hizbul Mujahidin yang menginginkan kemerdekaan.253 Menyikapi fenomena ini, Pakistan
lantas
mengirim
delegasi-delegasi
kenegaraan
untuk
mendukungnya
dalam
menyelesaikan isu Kashmir. Isu yang dimaksudkan Islamabad yakni pelanggaran terhadap nilai demokrasi berupa penangguhan hak plebisit dan pelanggaran HAM yang dilakukan India di 252
India‟s secret Army in Kashmir: New Patterns of Abuse Emergence in the conflict, (A Human Right Watch/Asia Report: Mei 1996), Hal 17-18. 253 “Mapping Militant Organization of Lashkar e-Thaiba” http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgibin/groups/view/79 diakses pada 30 Juni 2014.
66
wilayah Kashmir. Berdasarkan laporan dari Komisi HAM di Srinagar yang diberi judul Kashmir Bleeds disebutkan bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan aparat India menyebabkan 2.300 orang meninggal di tempat penginterogasian dan 40 sampai 50 orang terbunuh setiap harinya.254 Pakistan lantas meminta dukungan PBB untuk turut menyelesaikan isu Kashmir. Pada Februari 1993, Nawaz Sharif menyampaikan tuduhan pelanggaran terhadap HAM khususnya terhadap kaum Muslim di komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.255 Beberapa keberhasilan yang dicapai diantaranya; Organisation of Islamic Countries (OIC) mengajukan agar India mendapat sanksi atas pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Pada Mei 1993, Partai Buruh di Inggris mengangkat isu Kashmir dan mendesak pemerintah Inggris untuk memberi tekanan pada India untuk memberi kesempatan selfdetermination pada rakyat Kashmir.256 Internasionalisasi isu Kashmir merupakan bagian dari strategi untuk mendesak dunia internasional turut campur dalam konflik Kashmir. Berbagai dialog sempat dicetuskan seperti perundingan yang dilakukan pada 17 Januari 2006 dimana delegasi Pakistan yang beranggotakan 10 orang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Pakistan Riaz Mohammed Khan terbang langsung ke New Delhi,257 namun perundingan tersebut kembali mengalami jalan buntu akibat kedua negara memiliki pandangan berbeda atas solusi yang ingin dicapai. Seiring perjalanan waktu, Pakistan mulai menganggap bahwa persoalan Kashmir tidak lagi menjadi perhatian serius negara-negara lain. Maka dengan strategi nuklir, Pakistan setidaknya berusaha mengalihkan pandangan dunia internasional atas apa yang terjadi di Kashmir. Dengan cara seperti ini, komunitas internasional kembali mengangkat isu Kashmir 254
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 76. Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 78-79. 256 Ganguly, Rajat. India, Pakistan and the Kashmir Dispute. New Zealand: Victoria University of Wellington. 1998. 257 Kompas, Selasa , 17 Januari 2006. 255
67
menjadi agenda penting di forum-forum internasional, baik di regional Asia maupun di forum PBB. India keras menolak segala upaya pihak ketiga yang ingin mencampuri urusan Kashmir. Hal ini jelas dari ucapan Menteri Luar Negeri India Salman Khurshid yang menyatakan:
“There is no way in which India will accept any intervention on an issue that is entirely accepted in the Simla Agreement as a bilateral issue between India and Pakistan. It is a waste of time for anybody no matter how eminent to be even trying to question it.”258 Dalam sebuah pertemuan dengan Barack Obama, Presiden Nawaz Sharif sempat melakukan perbincangan menyangkut wilayah Kashmir. Kepada Obama, Sharif mengatakan: “The situation can become dangerous. India has nuclear bomb, so do we; India develops missiles, so do we…In July 1999 amid Kargil war, I had clearly told the then President Bill Clinton that if the US intervened, Kashmir issue could be resolved. I told him if he spends 10 per cent of the time that he was spending on Middle East, the Kashmir issue between the two countries would resolve.”
Maka jika mencermati upaya dari Pakistan ini, maka dengan hubungan aliansi yang pernah dijalin antara Islamabad dengan Amerika tentu akan memberikan keuntungan tersendiri di forum-forum internasional. Apalagi, hubungan Pakistan dengan Cina sebagai negara yang memegang hak veto kian akrab. Tentunya, internasionalisasi isu Kashmir akan memberi daya tawar yang lebih tinggi bagi Pakistan dalam menghadapi India.
258
http://www.deccanchronicle.com/131020/news-world/article/pak-seeks-us-intervention-resolving-kashmir-issue diakses pada 9 Juli 2014.
68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Paska pemisahan Pakistan dari India yang dilakukan pada tahun 1947, berbagai polemik menyangkut garis batas wilayah menjadi hambatan bagi hubungan kedua negara. Persoalan Kashmir merupakan akibat dari sengketa lahan yang diperebutkan kedua negara. Akibat konflik ini, kedua negara sedikitnya telah tiga kali merasakan perang terbuka yang mengorbankan materi dan nyawa. Karena Kashmir pula, India harus berhadapan dengan superioritas Cina. Pakistan sebagai negara yang cenderung lemah dari segi kekuatan militer konvensional mulai berpikir bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan sebuah keharusan dalam upaya menekan India yang unggul dalam segala bidang. Dalam sistem internasional yang statis bergerak ke arah anarki, negara-negara akan cenderung mengakumulasi power-nya untuk meraih kepentingan nasional. Maka atas upaya tersebut, nuklir Pakistan dapat diartikan sebagai upaya meraih kepentingannya terkait wilayah Kashmir. Isu Kashmir telah mengantarkan Pakistan pada pengembangan strategi nuklir yang lebih canggih. Untuk mencapai hal tersebut, Pakistan tidak segan-segan menjalin hubungan dengan negara lain, termasuk Cina. Tercatat di tahun 2012 jumlah hulu ledak telah mencapai angka yang fantastis yakni 100 hingga 120 hulu ledak.259 Dengan kekuatan ledak yang ditimbulkan oleh nuklir, kedua negara hingga saat ini masih sama-sama menahan diri untuk tidak saling menyerang.
259
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14.
69
Penggunaan nuklir Pakistan memiliki tiga kepentingan yakni : memperoleh kedaulatan atas wilayah Kashmir, untuk mengimbangi kekuatan India di kawasan Asia Selatan dan internasionalisasi isu Kashmir. Kedaulatan atas wilayah Kashmir memiliki tujuan untuk menguasai potensi serta sumber daya alam yang ada di Kashmir. Dengan kekayaan SDA Kashmir, Pakistan tentu akan mengalami kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kepemilikan senjata nklir dalam mengimbangi dominasi India memiliki dampak yang signifikan terhadap eksistensi Pakistan di kawasan Asia Selatan. Dengan senjata nuklir, Pakistan lebih mudah melakukan posisi tawar atas India dalam isu Kashmir. Sementara internasionalisasi isu Kashmir akan memberi keuntungan bagi proses penyelesaian sengketa atas wilayah tersebut. Hal ini karena intervensi lembaga lain dapat memediasi konflik tersebut.
70
DAFTAR PUSTAKA Buku Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India, Penerbit PT. Jambatan, Jakarta, 2002 Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, R A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3rd rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun 1986. Bose, Sumantra. Contested Lands: Israel–Palestine, Kashmir, Bosnia,Cyprus, and Sri Lanka. London: Harvard University Press. 2007. Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York 2007. Bruno Tertrais, Not a „Wal-Mart‟, but an „Imports-Exports Enterprise‟: Understanding the Nature of the A.Q. Khan Network, Strategic Insights, Volume VI, Issue 5, August 2007. Bruno Tertrais, Pakistan‟s Nuclear Programme: a Net Assessment, Paris: Fondation pour la Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012, A Quantitative Analysis, May 16, 2011 Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?, Washington DC, United States Institute Peace, 2009, Hal 21. Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press, Washington,1998. Feroz Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, Stanford University Press,2012, 396, 250 India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear Weapons,” dalam Barry M.Blechman dan Alexander K. Bollfrass, National Perspectives on Nuclear Disarmament, Washington: Stimson Center, 2010 Ganguly, Rajat. India, Pakistan and the Kashmir Dispute. New Zealand: Victoria University of Wellington. 1998. Iffat Malik, Kashmir: Ethnic Conflict and International Dispute. Oxford: Oxford University Press, 2002 James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan, New York: Facts on File, 2009 Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage, United Kingdom: The Institution of Engineering and Technology, 2007 71
Jemadu Aleksius, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta 2008, Hal 98. Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996 John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century, Seattle: University of Washington Press, 2001 Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011) Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II, Departemen Luar Negeri RI Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and Fissile Material Stocks as a Step toward Disarmament. Laporan SIPRI Bookyear 2011, Armaments, Disarmament and International Security SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir, Op.cit MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Defence Journal, May 2006 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Michael Quinlan, Thinking About Nuclear Weapons: Principles, Problems, Prospects, New York: Oxford University Press, 2009, Hal 36. Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, University of California, McGraw-Hill, 1993. Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991 Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria University of Wellington, 1998 Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh, University of California Press, 1991. Hal 36. Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues, Pearson Longman press, New York, 2007. Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994.
72
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War, Tauris; 3 edition, 2010. Hal 110 Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967 Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, 1990. Suharsimi Arikunto, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb, Times Books, New York, 1981 Synnott, Hillary, The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test, Oxford University Press, New York, 1999. T. May Rudi, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global: Isu, Konsep, Teori dan Paradigma, PT Refika Aditama, Bandung, 2003 William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation,”New York Times, February 12, 2004. Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, 2000. Zutshi, Chitralekha, Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir, New York, Oxford University Press, 2004 Surat Kabar Cetak Kompas, 19 April 2004. Kompas, 30 Mei 2005. Kompas, Selasa , 17 Januari 2006. Newsweek, 25 Mei 1998, Hal 32. New York Times, 30 Juni 2008. Republika, 21 Juni 1998. Recherche Strate´gique (FRS), June 13, 2012 Suara Pembaruan, 26 April 2012
Jurnal Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005 Ahmed, Samina, “Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia”, Asian Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus 1998 73
Brian Cloughley, “India‟s and Pakistan‟s Nuclear Pluge-The Hardware Opportunities and Challenges”, Asia Pacific Defence Reporter, Vol XXIV, No.5, Agustus/September 1998 Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998), Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”, Strategic Studies, Vol. XIX & XX, Nos. 4&1, Winter & Spring 1998 Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik, Menguatnya Ancaman Konflik Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5 Januari-Juni 2011. Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011," Bulletin of the Atomic Scientists, Vol. 67 No. 4, July/August 2011 Harry Sachianis, Atoms for Peace at 50: The legacy and the future, Nucleonics Week, Volume 44, December 11, 2003 Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005 Jervis Robert, Jurnal World Politics : Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978), Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”, Regional Studies, Vol.XVI, No.3, Summer 1998 Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No. 2 2010. Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff, Regional Studies No. 3, Vol. XXI, summer 2003. “Possible Indo-Pak tension on Indus water sharing?” dalam The Daily Star Web Edition Vol.4 No. 80. 2003. Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a Confecture, Regional Studies, Vol. XVIII, No.2 Spring 2000 Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no. 02 1991. Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997
Website http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014. 74
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomatpakistanindia-berunding-di-islamabad diakses pada 17 Maret 2014 http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm diakses 28 Juni 2014. http://www.nti.org/facilities/111/ diakses pada 13 Juni 2014. http://www.asian-defence.net/2011/04/pakistani-jf-17-thunder-or-blunder.html Mark W. Frazier, “China-India Relations since Pokhran II: Assessing Sources of Conflict and Cooperation”,16-22 September 2000, http://www.nbr.org/publications/review/ vol3no2/essay.html http://www.intelijen.co.id/pakistan-ujicoba-rudal-berkemampuan-nuklir/ diakses pada 01 Juli 2014. http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 01 Juli 2014. http://defence.pk/threads/the-pakistan-navy-transformation-from-fledgling-force-to-afighting-machine.263742/ diakses pada 30 Juni 2014. http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014. http://www.pakchem.net/2011/09/pakistan-institute-of-nuclearscience.html#.U7pRkUDm7gE diakses pada 18 Juni 2014. http://www.nuclearweaponarchive.org/Pakistan/index.html diakses pada 29 Juni 2014. http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/ diakses pada 24 Juni 2014. http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/ 1971.stm diakses pada 19 Juli 2014 http://english.peopledaily.com.cn/200605/09/eng20060509_263917.html diakses pada 2 Juli 2014. http://defence.pk/threads/pak-china-finalise-usd-600-million-defence-deal.1285/ diakses pada 2 Juli 2014. http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014. http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus 2013. News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar. Diakses pada 24 Agustus 2012 http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/ 1965.stm diakses pada 5 Maret 2014. http://gulfnews.com/pm-to-announce-cirus-reactor-shutdown-1.227832 diakses pada 28 Juni 2014. http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. http://www.cfr.org/india/us-india-nuclear-deal/p9663 diakses pada 20 Juni 2014. http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. 75
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml diakses pada 20 Juli 2014. Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004, Op.cit http://www.theatlantic.com/international/archive/2012/08/non-aligned-with-reality-howa-global-movement-for-peace-became-a-club-for-tyrants/261737/ diakses pada 20 Juni 2014 http://www.historycommons.org/context.jsp?item=us_plans_to_use_military_force_again st_iran_400 diakses pada 6 Juni 2014. http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/AQKhan.html diakses pada 6 Juli 2014. http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 2 April 2014 http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-Cycle/Conversion-Enrichment-and Fabrication/Uranium-Enrichment/ diakses pada 20 Juni 2014. http://www.famousscientists.org/abdul-qadeer-khan/ diakses pada 25 Juni 2014. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. http://www.deccanchronicle.com/131020/news-world/article/pak-seeks-us-interventionresolving-kashmir-issue diakses pada 9 Juli 2014. http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-firstuse-of-nuclear-weapons/ diakses pada 19 Maret 2014. http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misilbalistik-yang-sanggup-hantam-india diakses pada 19 Maret 2014. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120418_indianuke.shtml diakses pada 21 Maret 2014 http://www.sipri.org/yearbook/2013/files/SIPRIYB13Summary.pdf http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victimsfour-years-on/article1-964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014. http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014 http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014 http://www.thekashmirwalla.com/2013/03/abdullah-familys-rise-and-fall/ http://www.jammu-kashmir.com/documents/instrument_of_accession.html http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unipombackgr.html diakses pada 20 Juli 2014. http://thediplomat.com/2013/09/india-is-developing-its-first-real-icbm/ http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-thecandle/diakses pada 28 Juni 2014. http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KA15Df01.html diakses pada 25 Juni 2014. http://www.airforce-technology.com/projects/akash-surface-to-air-missile-system/ diakses pada 24 Juni 2014. 76
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/15/118513515/India-Uji-Coba-RudalBerkemampuan-Nuklir-Agni-V diakses pada 25 Juni 2014. http://www.stimson.org/images/uploads/researchpdfs/Krepon_Pakistan_Nuclear_Strategy _and_Deterrence_Stability.pdf diakses pada 09 Juli 2014.
77