MAKALAH PANCASILA
KEPEMIMPINAN PANCASILA
OLEH: NAMA: HOLIFATUNNAJAH NIM: 11.11.5677 KELOMPOK: F KELAS: 11.S1-TI-15 DOSEN: Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRAK Kepemimpinan yang berjiwa pancasila adalah pemimpin dambaan semua masyarakat indonesia. Pemimpin yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat atau kepentingan bersama dari pada kepentingan lain atau kepentingan pribadi. Pimpinanlah yang merupakan motor pergerakan dari suatu usaha atau kegitan, juga dalam pengambilan keputusan, dan kebijakan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efktif dan efisien. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang dapat memancarkan watak pribadi dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersaman dan sikap untuk membina berkembangnya rasa persatuan, kebersamaan , keselarasan, kesiembangan dan keserasian hidup.
LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
RUMUSAN MASALAH: 1. Bagaimana menjadi pemimpin yang sejati dan berjiwa pancasila? 2. Nilai-nilai apakah yang harus dijadikan sumber pedoman bagi seorang pemimpin? TUJUAN PENULISAN: 1. Seorang pemimpin harus berjiwa pancasila dan selalu mementingkan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan lainnya. 2. Nilai moral pancasila adalah sumber pedoman dalam kepemimipinan.
PENDEKATAN Tanggal 1 Juni, biasa mengacu pada peristiwa sejarah saat Soekarno berpidato dalam rapat pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945. Adalah benar, bahwa pada saat tanggal 1 Juni 1945 itu Soekarno mengusulkan nama dasar negara kita dengan nama Pancasila. Sebuah nama yang menurut Soekarno diperoleh dari seorang teman yang ahli bahasa, tanpa menyebut siapakah nama teman tersebut.Namun, Pancasila yang diusulkan oleh Soekarno saat itu, adalah cukup berbeda dengan Pancasila yang kita kenal saat ini. Perbedaan itu, terutama dalam hal susunan redaksi, sistematika , atau urutan sila-silanya. Perhatikan, Pancasila yang diusulkan oleh Soekarno saat itu :
1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme - atau Perikemanusiaan 3. Mufakat - atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang berkebudayaan. Tentu, cukup berbeda dengan naskah resmi Pancasila yang kita kenal pada saat ini, yaitu : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Naskah resmi Pancasila ini baru disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah Indonesia merdeka melalui rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), bersamaan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai undangundang dasar negara.Tanggal 1 Juni 1945 pun bukan pertama kali sebuah gagasan mengenai lima dasar negara diungkapkan. Tanggal 29 Mei 1945 pada rapat BPUPKI pula, dua hari sebelum Soekarno berpidato, Muh. Yamin pun telah mengusulkan gagasan mengenai lima dasar negara dalam pidatonya, meski tanpa menyebut secara eksplisit mengenai usulan nama Pancasila.
PEMBAHASAN I.
PEMIMIPIN YANG BERJIWA PANCASILA
Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP, dll yang ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik mutlak dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, Dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Keyakinan pemimpin pancasila : 1. Semangat Nasionalisme 2. Semangat Kekeluargaan 3. Semangat Gotong Royong 4. Pembangunan Isi Kemerdekaan 5. Pembangunan Falsafah Negara Pancasila 6. Pembangunan Amalan Pancasila 7. Pembangunan Fungsi Manajemen 8. Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi 9. Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan Melihat perilaku pemimpin bangsa kita sekarang yang bercokol di Jakarta, tentunya kita masih bersikap bijak dengan tidak menyalahkan rakyat pemilihnya, dan tentunya kita juga tidak layak mempermasalahkan ungkapan vox populi, vox dei, suara rakyat, suara Tuhan.
Kerena ini menyangkut pesan moral bagi pemimpin yang masih merasa beriman untuk memperhatikan rakyat, terlepas dari rakyat pemilihnya yang memang juga tidak bermoral, tapi ini tentunya menjadi tanggung jawab pemimpin yang masih saja mengklaim ia di pilih rakyat, ia mewakili suara rakyat, suara Tuhan yang tentunya tidak diskriminasi. Pemimpin kita selalu mengklaim diri seorang Pancasilais sejati, namun selalu menunjukan ironi, ketika dipertanyakan nilai-nilai Pancasila yang dianutnya, ia lebih menunjukan diri sebagai perwujudan paham nasionalisme sempit, atau suatu ketidakperdulian dengan pembenaran di sisi lain. Dia meniadakan sila-sila Pancasila, apa lagi Bhineka Tunggal Ika yang kita anut. Dia hanya menunjuk diri, kuasa egonya agar diketahui dirinya orang besar yang mempunyai modal untuk menguasai dunia, dimana Pancasila yang sesungguhnya hanya sebuah inspirasi untuk dijadikan alatnya agar dapat di pakai dalam masa kepemimpinannya yang sifatnya sementara ini untuk menindas. Ia hanya menjadikan Pancasila untuk meningkatkan kapitalnya tanpa perduli terhadap yang lain, rakyat pemilihnya. Melihat hal ini, rakyat tentunya tahu bahwa pemimpinnya bukan pemimpin Pancasila, dan senjata untuk melawannya tidaklah kuat jika hanya dengan seeokor Kerbau. Rakyat tentunya masih berpikir untuk melawan pemimpin yang memperalat mereka, dan masih terus berharap mempunyai pemimpin yang berpihak pada mereka.
Bila kita sejenak merujuk pada referensi sejarah, Pidato Bung Karno 1 Juni tentang Lahirnya Pancasila memberi kita pencerahan bahwa kita mendirikan negara semua untuk semua dimana tidak ada klaim kultural maupun stempel identitas tertentu di atas blanko republik ini. Dalam UUD 1945, Pasal 1 ayat 3 menyatakan Indonesia adalah negara hukum. Sedangkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jelas tercantum “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum”. Sementara
Bhinneka Tunggal Ika, nilai-nilai luhurnya sudah lama ada di sanubari tiap-tiap rakyat Indonesia. Kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat anak-anak bangsa di negeri ini. Rujukan ideologis, kultural dan konstitusional memberi kita makna bahwa Indonesia punya cita-cita kolektif dimana semua golongan bisa hidup berdampingan dengan berlandaskan pada norma-norma hukum dimana sumber rujukanya adalah Pancasila. Pembangkangan terhadap hukum dengan dalih menjaga ketertiban umum adalah sikap pengecut. Selama bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang berjiwa kerdil, jangan pernah berharap bangsa ini bisa besar. Demokrasi yang bersendi Pancasila harus dijalankan dengan hubungan mayoritas dan minoritas yang berimbang (majority rule, minority rights). Dalam hal ini berwujud kebijakan publik yang berkeadilan sesuai dengan nilainilai kekeluargaan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa itu, demokrasi hanya akan jadi pepesan kosong bagi rakyat yang lapar rasa adil dan haus rasa nyaman. Pemimpin Indonesia harus menjadi “Pancasila Hidup” atau “Pancasila Berjalan” Tanggal 1 Juni 1945 merupakan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam menentukan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang baru saja lahir. Kukuhnya Pancasila sebagia dasar NKRI kenyataannya memang banyak mengorbankan nyawa sesama bangsa sendiri. Ini membuktikan bahwa Pancasila adalah hasil kerja keras para pemimpin bangsa dalam menghadapi kondisi pluralitas bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam unsur, baik suku bangsa, adat istiadat maupun agama yang berbeda-beda. Nilai-nilai universalitas Pancasila makin tampak ketika menghadapi pluralitas masyarakat Indonesia ketimbang harus mengadopsi kelompok agama tertentu.
Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa. Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para pemimpin kita. Simbol-simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan seolah tak memiiki pengaruh apa-apa bagi aktivitas pemerintahan sendiri. Di setiap ruangan para pejabat tingi ada burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang jumlahnya miliaran rupiah. Di lain kesempatan mereka dengan rajin membacakan lima sila Pancasila secara lengkap di depan para bawahannya secara jelas dan tegas. Namun, Pancasila kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa. Yang paling ironis sekarang ini adalah menjadikan Pancasila hanya sebagai hiasan dinding yang tak memiliki makna. Nilai-nilai luhur Pancasila yang memuat segala aspek kehidupan berkebangsaan tak lagi menyentuh moralitas bangsa dan memengaruhi mentalitas para pemimpin bangsa. Dengan demikian, yang terjadi adalah mentahnya nilai-nilai Pancasila dalam sanubari para pemimpin kita. Simbol-simbol burung Garuda yang dipajang di setiap kantor pemerintahan seolah tak memiiki pengaruh apa-apa bagi aktivitas pemerintahan sendiri. Di setiap ruangan para pejabat tingi ada burung Garuda yang selalu mengawasi segala aktivitasnya, namun dengan tanpa merasa berdosa mereka berani manandatangani “perjanjian” korupsi yang jumlahnya miliaran rupiah. Di lain kesempatan mereka dengan rajin membacakan lima sila Pancasila secara lengkap di depan para bawahannya secara jelas dan tegas. Namun, Pancasila kini telah kehilangan eksistensinya sebagai perekat kekuatan moral dan pemersatu bangsa.
Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi ajang simbolisasi peringatan yang tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri membiarkan nilai-nilai luhur Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan itu semua, sebagai bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup mumpuni dan bermoral Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan kesejahteraan dalam sila Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan-kepentingan yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan politiknya. Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya. Dalam cara pandang sudut agama, Pancasila telah mewakili semua agama yang ada di negeri ini. Sebagai jalan penengah di antara semua unsur perbedaan itu, Pancasila tidak pernah memihak kepada salah satu di antara semua agama yang ada. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai moral universal di mana semua agama mengajarkannya. Seorang agamawan yang baik sudah pasti mengerti filsafat Pancasila menurut pandangan agamanya. Sebab, Pancasila bersifat netral. Pancasila sesuai dengan agama apa pun yang
ada di negeri ini karena ia yakin bahwa setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, serta toleransi. Kalaupun ada sekelompok orang yang ingin mengganti Pancasila dengan hukum-hukum agama tertentu, berarti ia kurang bisa membedakan dan memahami antara agama dan substansi ajarannya. II.
NILAI-NILAI YANG HARUS DIJADIKAN SUMBER PEDOMAN BSGI SEORANG PEMIMPIN
Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan : 1. Sila I : - Iman dan taqwa - Saling menghormati - Kebebasan ibadah 2. Sila II : - Hak-hak dan kewajiban Azasi - Toleransi dan kemanusiaan - Kerjasama 3. Sila III : - Patriotisme, Nasionalisme - Persatuan, Kesatuan - Bhinneka Tunggal Ika 4. Sila IV : - Musyawarah, Mufakat - Melaksanakan Putusan 5. Sila V : - Gotong royong, familier, damai.
KESIMPULAN kepemiminan Panacasila adalah kepemimpinan yang berdasarkan pada kebijakan dalam suatu permusyawaratan. kepemimpinan yang dapat melanjutkan perjuangan untuk mengisi kemerdakaan bangsa Indonesia dengan pembangunan yang makin meningkat dan bermutu. Untuk memunculkan pemimpin-pemimpin unggul Bangsa Indonesia, perlu diuji, dilatih, dibina , dicoba , didewasakan dan dikembangkan kepemimpinan nya. Pemuda-pemudi yang berwawasan jatidiri bangsa, cinta tanah air, patriotisme , pantang menyerah, berjiwa kejuangan Pancasila dan UUD 1945 serta watak kokoh kuat, perlu ditemukan, dan dipersiapkan. Pemuda-pemudi yang ber-Citra Indosensia, bercitra khas Ibu pertiwi.. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan khas bangsa Indonesia. Ciri Kepemimpinan Pancasila adalah, Penilaian dan dalam pengabdiannya. Penilaian keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan ini tidak dinilai didunia saja, tetapi juga dinilai di akherat. Maka moral kepemimpinan ini tidak hanya berhadapan dengan masyarakat didunia, akan tetapi berhadapan pula dengan Tuhan Yang Maha Esa di akherat. SARAN Pemimpin indonesia harus menjadi pemimpin yang berjiwa pancasila, yang tidak hanya menjadikan pancasila sebagai hiasan dinding yang tak mamiliki makna. Dan selalu menjadi pemimpin sejati yang mendahulukan kepentingan rakyatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://gmni-sumedang.blogspot.com/2011/08/pemimpin-tanpa-jiwapancasila.html : http://id.shvoong.com/exact-sciences/1900323-kepemimpinan-pancasila-suatueksplorasi-pedoman/#ixzz1aNXImiWs http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/05/konsep-kepemimpinanpancasila/http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/05/konsep-kepemimpinanpancasila/ http://openlibrary.org/books/OL1691914M/Kepemimpinan_Pancasilahttp://openlibrary .org/books/OL1691914M/Kepemimpinan_Pancasila http://majour.maranatha.edu/index.php/lppm-mkm/article/view/318 http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?view=article&id=6044%3Apemimpindan-pancasila-armani&option=com_content&Itemid=64
http://sejarah.kompasiana.com/2011/06/01/tanggal-1-juni-sungguhkah-harilahir-pancasila/