KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) DI PERSAWAHAN JORONG KOTO TINGGI KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN Marvi Putri Fransiska1, Nurhadi2, Fachrul Reza2 ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRACT Paddy frog (Fejervarya cancrivora) are vertebrate animals whose natural habitatis in the rice fields. Environmental conditions that continue to suffer damage lead to loss of natural habitat of paddy frog, thus causing reduced populations of paddy frog. In relation to that conducted research on the population density ofpaddy frog (Fejervarya cancrivora) in the rice field Jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan and also measuring factor of environmental chemistry physics. The type of this research was Deskriptive research using transect line along 100 m consisting of 10 plot measuring 10 x 10 m systematic arranged. Sampling done with two observations of dark weater and bright weather. Based on the research that has been done on Rice field in Jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan can be concluded that the population density of paddy frog (Fejervarya cancrivora)was 0,47 individuals/m2 and environmental chemical physick at study sites were in optimal range for paddy frog life. Keywords: Paddy Frog, Rice Field, Population 2016).Salah satu ciri dari katak sawah
PENDAHULUAN Katak sawah merupakan salah
yaitu terdapat bintil–bintil memanjang
satu hewan vertebrata dari kelas
paralel dengan sumbu tubuh, terdapat
Amphibia yang habitat alaminya di
satu bintil metatarsal dalam, selaput
persawahan.
Katak
sawah
selalu melampaui bintil subartikular
(Fejervarya
cancrivora)
dikenal
terakhir jari-jari ke 3 dan ke 5.Tekstur
dengan nama lain Rana cancrivora
kulit kasar, ukuran tubuh biasanya
(Iskandar, 1998).Katak sawah dapat
sekitar 100 mm tetapi dapat mencapai
hidup di hutan primer hingga area
120 mm(Kusrini, 2013).
persawahan. Di hutan primer jenis ini sedikit berlimpah
dijumpai, di
akan
tetapi
persawahan(Kurniati,
Banyakfaktor yang dapat menjadi penyebab menurunnya populasi katak di
alam.Ancaman
utama
(90%)
1
terhadap
populasi
kerusakan
katak
habitat.Beberapa
adalah jenis
Kabupaten Kerawang, Jawa Barat Pada
Tahun
2016
persawahan
hutan karena mempunyai kemampuan
kering(1)anakan atau jevenil adalah
penyebaran yang terbatas. Perubahan
0,33
habitat
adanya
adalah 0,04 individu/m2 , (3) dewasa
pembalakan liar atau aktifitas lainnya
adalah 0,005 individu/m2 . Populasi
dapat mengurangi kemampuan satu
untuk persawahan berair banyak yaitu
jenis untuk bertahan hidup (Rahman,
(1) anakan adalah 0,89 individu/m2 ,
2009).
(2)
seperti
Kondisi lingkungan yang terus mengalami kerusakan menyebabkan
individu/m2 ,
pra-dewasa
sedikit
untuk
amfibi sensitif terhadap fragmentasi
hutan
berair
yaitu
sampai
(2)pra-dewasa
adalah
0,08
individu/m2 , (3) dewasa adalah 0,01 individu/m2 .
hilangnya habitat alami katak sawah.
Jorong Koto Tinggi merupakan
Hal tersebut menyebabkan populasi
salah satu Jorong yang terletak di
katak sawahakan berkurang(Satyawan,
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
2000).Beberapa
Selatan.
penelitian
tentang
Sebagian
besar
dari
kepadatan populasi katak sawah telah
masyarakat
dilakukan, diantaranya Saputra (2014)
pencariannya bertani. Jorong Koto
melaporkan menemukan sebanyak 403
Tinggi memiliki areal persawahan
individu
seluas 65 Ha. Dalam pemberantasan
katak
kepadatan
sawah
1,01
dengan 2
individu/m di
hama
setempat
padi
mata
petani
setempat
persawahan Sungai Raya Kalimantan
menggunakan pestisida. Penggunaan
Barat.
pestisida di sawah mengakibatkan
Yeni
(2014)
melaporkan
menemukan katak sawah sebanyak 55
terganggunya
individu
lingkungan
dengan 2
individu/m di
kepadatan0,55
karena
terbunuhnya
Bungo
organisme non-hama seperti katak
Jurai
sawah, sehingga sedikit ditemukan
Kabupaten Pesisir Selatan.Kemudian
telur dan berudu katak di sawah
Kurniati & Eko (2016) melaporkan
(Salikin,
kepadatan
menunjukkan bahwa amfibi rentan
Pasang
cancrivora
persawahan
keseimbangan
Kecamatan
kodok di
IV
Fejervarya
persawahan daerah
terhadap
2013).Hasil
penelitian
senyawa-senyawa
seperti 2
logam
berat,
produk
petroleum,
Selatandan
faktor
fisika
kimia
herbisida dan pestisida (Sparling et al.
lingkungan
yang
mempengaruhi
2000dalam Kusrini 2007).Keberadaan
populasi katak sawah
katak sawah juga bisa dijadikan bioindikator
kerusakan
lingkungan.
METODE PENELITIAN
Keberadaan jenis-jenis katak yang
Penelitian ini telah dilakukan
umum dijumpai pada habitat yang
pada bulan April 2017 di persawahan
terganggu merupakan indikasi awal
Jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir
bahwa suatu habitat mulai mengalami
Kabupaten Solok Selatan, sedangkan
gangguan (Ario, 2010).
identifikasi sampel langsung dilokasi
Katak
adalah
hewan
berperan
penting
Peralatan yang digunakan dalam
keberadaannya di persawahan yaitu
penelitian ini adalah kamera digital,
sebagaipemangsa konsumen primer
senter, batrai, sarung tangan,
hewan invertebrata seperti serangga
label, meteran, tangguk, tali rafia,
(Mistar,
dapat
suntik, kapas, karung, botol koleksi,
mengurangi populasi serangga yang
spidol dan alat-alat tulis, sedangkan
ada di persawahan. Apabila jumlah
bahan
serangga di persawahan berkurang
penelitian ini adalah 70% dan 96%
maka
untukpembiusan
vertebrata
sawah yang
2003).
akan
Hal
menganggu
ini
terhadap
penelitian.
yang
digunakan
dan
kertas
dalam
pengawetan
populasi katak sawah, sehingga terjadi
sampel. Untuk pengukuran faktor
ketidak
ekosistem.
lingkungan menggunakan Termometer
Penurunan populasi katak sawah di
(pengukuran suhu udara dan suhu air),
alam mengakibatkan keseimbangan
Termohigrometer
(pengukuran
rantai
kelembaban
dan
kertas
penelitianini
adalah
seimbangan
makanan
dalam
ekosistem
terganggu. Tujuan dari penelitian ini yaitu
udara)
indikator pH air.. Metode
untuk mengetahui kepadatan populasi
penelitian
Deskriptif
dengan
katak sawah (Fejervarya cancrivora)
menggunakan Line Transek sepanjang
di persawahan Jorong Koto Tinggi
100 m yang terdiri dari 10 plot
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
masing-masing plot berukuran 10 x 10
3
m
yang
tersusun
secara
Penyuntikan dengan alkohol ini akan
sistematik.Pemasangan Line transek
membuat katak mati dalam keadaan
dengan memotong garis elevansi.
lemas sehingga bentuk dari spesimen
Pembuatan line transek dilakukan satu
mudah
hari
diatur.
Kemudian
sampel
sebelum
penelitian.
Kondisi
dimasukan kedalam botol koleksi
yang
dijadikan
ltempat
yang sudah sudah berisi alkohol 70 %
penelitian yaitu sawah yang telah
dan diberi label nomor masing-masing
diolah oleh petani dan belum ditanami
plot.
sawah
padi. Pengambilan sampel dilakukan
Pada saat pengambilan sampel
dengan dua kali pengamatan yaitu
juga dilakukan pengukuran faktor
pada cuaca gelap dan cuaca terang.
lingkungan (suhu air, suhu udara,
Penangkapan katak sawah dilakukan
kelembaban udara dan pH air).
pada malam hari pukul 18.30-23.00 WIB.
Analisis data bertujuan untuk menghitung kepadatan populasi katak
Penangkapan
katak
sawah
sawah yang ditemukan pada sawah.
dilakukan dengan menyinari mata
Dalam
katak menggunakan senter agar buta,
analisis menggunakan rumus sebagai
sesaat
berikut:
kemudian
katak
ditangkap
penelitian
ini
dilakukan
menggunakan tangguk dan tangan.
K= Jumlah individu/ Luas areal plot
Sampel
(m2 )
yang
telah
ditangkap
kemudian dimasukan dalam karung
(Suin, 2006)
yang sudah diberi label menggunakan spidol.Kemudian sampel disortir dan dilakukan sampel
pembuisan. dilakukan
Pembiusan
dengan
cara
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari
hasil
penelitian
kepadatan populasi
tentang
katak sawah di
memasukkan katak ke dalam kotak
persawahan
plastik yang sudah berisi kapas dan
Kecamatan Sangir Kabupaten Solok
diberi Klorofom, setelah katak lemas
Selatan, dapat dilihat pada Tabel 1 di
suntikkan alkohol 96% dari belakang
bawah ini.
Jorong
Koto
Tinggi
kepala sampai masuk ke dalam otak.
4
Tabel 1. Jumlah individu katak sawah yang ditemukan di persawahan jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Waktu Pengambilan Sampel Plot
Ulangan I
Kepadatan Jumlah
Ulangan II
Populasi (Individu/m2 )
I
1
3
4
0,04
II
0
3
3
0,03
III
1
2
3
0.03
IV
2
3
5
0,05
V
1
1
2
0,02
VI
2
0
2
0,02
VII
1
1
2
0,02
VIII
3
5
8
0,08
IX
3
5
8
0,08
X
4
6
10
0,10
Jumlah
18
29
47
0,47
Dari Tabel 1 jumlak katak
Pada saat pengambilan sampel
sawah yang didapatkan yaitu 47 ekor
juga dilakukan pengukuran faktor
dengan dua kali pengambilan sampel
lingkungan.Parameter fisika dan kimia
yaitu pada ulangan I dengan keadaan
merupakan faktor lingkungan yang
cuaca gelap jumlah katak sawah yang
berpengaruh terhadap kehidupan dan
ditemukan
yaitu
pertumbuhan katak sawah.Pengukuran
29 ekor sedangkan pada
faktor fisika dan kimia dilakukan pada
ulangan II dengan keadaan cuaca
malam hari pukul 18.30-23.00 WIB
terang jumlah individu katak sawah
selama
yang
ekor.
pengambilan.Hasil pengukuran faktor
Kepadatan populasi total katak sawah
fisika dan kimia lingkungan dapat
yaitu 0,47 individu/m2 .
dilihat dari Tabel 2 di bawah ini.
berjumlah
lebih
ditemukan
banyak
yaitu
18
15
menit
pada
saat
5
Tabel 2. Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia lingkungan di persawahan Jorong Koto Tinggi Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Waktu Pengambilan
Parameter
Sampel
Keadaan pH
Cuaca
80
7
Cerah/terang
90
7
Hujan/gelap
Suhu air
Suhu
Kelembaban
(ºC)
udara (ºC)
udara (%)
Ulangan I
26
27
Ulangan II
22
23
Berdasarkan
penelitian
223 individu dan bulan September
yang telah dilakukan di persawahan
sebanyak 180 individu dengan 6
Jorong
lokasi
Koto
hasil
Tinggi
Kecamatan
penelitian.Berbeda
pula
Sangir Kabupaten Solok Selatan
penelitian yang dilakukan oleh Yeni
dengan
(2014) mendapatkan jumlah katak
pembuatan
Line
transek
sepanjang 100 m yang terdiri dari 10
sawah
sebanyak
55
individu
plot yang berukuran 10 x 10 m
selamadua minggu dengan 4 kali
dengan dua kali pengamatan yaitu
pengambilan sampel.
pada cuaca gelap dan cuaca terang
Berdasarkan Gambar 2 dapat
didapatkan jumlah individu katak
dilihat kepadatan populasi katak
sawah
yaitu
sawah paling banyak ditemukan pada
sebanyak 47 ekor dengan kepadatan
plot X yaitu 0,1 individu/m2 , hal ini
populasi sebesar 0,47 individu/m2 .
dikarenakan pada plot X katak sawah
Hasil penelitian ini jauh berbeda
yang ditemukan banyak bersembunyi
dengan
telah
pada rumput-rumput pematang dan
(2014)
ukuran pematang yang besar serta air
dilakukan
yang
ditemukan
penelitian oleh
yang
Saputra
mendapatkan jumlah katak sawah
genangan
air
pada
sebanyak 403 individu selama dua
sedikitsehingga memudahkan dalam
bulan yaitu pada bulan Agustus
pengambilan
sanpai September 2014 dimana pada
populasi terendah ditemukan pada
bulan Agustus ditemukan sebanyak
plot V,VI, dan VII yaitu 0,02
sampel.
plot
ini
Kepadatan
6
individu/m2 , hal ini disebabkan oleh
keberadaan katak sawah.Pada waktu
genangan air sawah yang cukup
pengambilansampel
banyak
individu
serta
keadaan
berukuran
kecil
rumpatan
untuk
pematang
dan
rumput-
dan jumlah
katak
didapatkan
sawah
masing-masing
yang plot
sawah
(Tabel 1) diperoleh pada ulangan I
bersembunyi sedikit maka kepadatan
dengan keadaan cuaca terang dan
katak
ditemukan
langit cerah jumlah individu katak
sedikit.Saputra (2014) mengatakan
sawah yang didapatkan sebanyak 18
rumput-rumputan di pematang sawah
individu. Pada ulangan ke II dengan
dimanfaatkan
keadaan cuaca gelap dengan kondisi
sawah
katak
yang
bagi
katak
sawah
sebagai tempat berlindung mencari
bulan tertutup awan dan
hujan
makan dan bereproduksi.
individu
yang
Adanya
perbedaan
dalam
katak
sawah
didapatkan lebih banyak yaitu 29
perolehan jumlah individu katak
individu.Menurut
sawah yang didapatkan ini juga
katak
dipengaruhi oleh luas area, lama
persawahan yang selesai dibajak,
waktupenelitian, cuaca dan keadaan
musim
sawah.
sedangkan katak sawah didapatkan
penelitian
Luas
wilayah
dalam
ini yaitu 100 m yang
sawah
hujan
dalam
Kurniati
(2016)
banyak
pada
dan
jumlah
bulan
sedikit
gelap
pada
terdiri dari 10 plot yang berukuran 10
persawahan yang telah ditanami
x 10 m dengan dua kali pengambilan
padi, musim kemarau dan bulan
sampel sedangkan
terang.
luas penelitian
Saputra (2014) yaitu 400 m yang
Berdasarkan hasil pengukuran
berukuran 20 x 20 m dengan 6 lokasi
faktor lingkungan selama penelitian
berbeda maka populasi katak sawah
dapat dilihat pada Tabel 2 diperoleh
yang diapatkan lebih banyak.
suhu
Rendahnya kepadatan populasi
udara
dilokasi
penelitian
berkisar antara 22-26ºC dan suhu air
katak sawah ini juga diduga karena
berkisar
ketersediaan makanan dan aktifitas
sawah selalu berasosiasi dengan air
petani sedangkan faktor lingkungan
untuk bertelur dan berkembang biak.
tidak
Menurut
berpengaruh
terhadap
antara
Priyono
23-27ºC.
(2001)
Katak
dalam
7
Saputra (2004) menyatakan bahwa
Penggunaan pestisida oleh petani
katak sawah bisa hidup sekitar 26-
dalam pemberantasan hama padi
33ºC. Data pH air dilokasi penelitian
dapat menggangu populasi katak
diperoleh
sawah.
kisaran
pH
7
yang
Penggunaan
pestisida
di
menunjukan kondisi air di lokasi
sawah mengakibatkan terganggunya
penelitian
Payne
keseimbangan
(2015)
terbunuhnya organisme non-hama
(1986)
bersifat dalam
netral. Winata
lingkungan
menyatakan bahwa kisaran pH air
seperti
yang berada di tropis adalah antara
ditemukan telur dan berudu katak di
4,3 sampai 7,5.
sawah
Kelembaban udara di lokasi penelitian berkisar antara
80-90%.
katak,
sehingga
karena
(Salikin,
sedikit
2013).Kemudian
Ezemonye dan Ilechie (2007) dalam Sari
(2016)
menunjukan
bahwa
Hal tersebut menunjukan kondisi
Amphibia yang hidup di lahan
kelembaban
cukup
tercemar
lokasi
mengalami gangguan fisiologi dan
tinggi.Kelembaban
di
penelitian cukup
tinggi
disebabkan
keadaan
pengambilan (1998)
hal
cuaca
sampel.
menyatakan
ini saat
pestisida
cenderung
bahkan menunjukan tingkat kematian yang tinggi.
Iskandar
Pestisida adalah zat senyawa
Amphibia
kimia yang beracun.Para petani di
memerlukan kelembaban yang cukup
Jorong
untuk
dari
Sangir Kabupaten Solok Selatan
pada
kulitnya.
melakukan penyemprotan pestisida
faktor
lingkungan
pada tanaman padi sebanyak 2 kali
melindungi
kekeringan Karakteristik
diri
Koto
Tinggi
Kecamatan
lokasi penelitian ini menunjukan
penyemprotan.
kesesuaian bagi kehidupan katak
penyemprotan dlilakukan pada saat
sawah.
padi berumur 1 bulan dan 2 bulan
Kepadatan katak sawah juga dipengaruhi
oleh
makanan.Makanan terutama invertebrata
ketersediaan
Dimana,
pada saat padi mulai berbunga. Selain
melakukan
penyemprotan
katak
sawah
petani juga melakukan pemberian
dan
hewan
pupuk
serangga kecil
kimia
pada
persemaian
lainnya.
8
berumur 18 hari sebelum ditanamkan
itu, kebaradaan katak sawah di alam
dan saat padi berumur 1 bulan.
harus tetap dijaga dan dipertahankan.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia juga harus segera dikontrol baik
takaran
maupun
rentang
KESIMPULAN Berdasarkan
penelitian
yang
penggunaannya.Pemakaian pestisida
telah dilakukan tentang kepadatan
dan
terus
populasi katak sawah (Fejervarya
negara-negara
cancrivora) di persawahan Jorong
pupuk
meningkat
kimia di
yang
berkembang juga menjadi ancaman
Koto
yang besar bagi kelestarian berbagai
Kabupaten
jenis
di
dapat disimpulkan yaitu Kepadatan
kawasan pertanian dan pemukiman
populasi katak sawah (Fejervarya
(Mistar, 2003). Penggunaan pestisida
cancrivora) di persawahan Jorong
dan pupuk kimia di persawahan
Koto
menyebabkan terganggunya habitat
Kabupaten Solok Selatan yaitu 0,47
alami katak sawah.Karena seluruh
individu/m2 dan faktor fisika kimia
siklus hidup katak sawah dilakukan
lingkungan di lokasi penelitian masih
di persawahan.
berada kisaran yang optimal untuk
Amphibia
yang
Berkurangnya
hidup
kepadatan
Tinggi
Kecamatan
Solok
Tinggi
Sangir
Selatan, maka
Kecamatan
Sangir
mendukung kehidupan katak sawah.
populasi katak sawah, menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang
DAFTAR PUSTAKA
karena katak sawah juga mempunyai
Ario.
potensi
yang
menanggulangi
besar hama
untuk serangga
(sibernetik) karena pakan utama katak sawah adalah serangga dan larvanya. Selain itu katak sawah juga mempunyai nilai ekonomis dan dapat mendatangkan keuntungan melalui perdagangan, serta banyak fungsi dan manfaat katak sawah.Oleh sebab
2010. Panduan Lapangan Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation International Indonesia. Jakarta.
Kanna,I. 2005. Bullfrog Pembenihan dan Pembesaran – Seri Budidaya. Kasinius. Yogyakarta. Kurniati, H & Eko S. 2016.Kepadatan Kodok Fejervarya cancrivoraDi Persawahan Daerah 9
Kabupaten Kerawang, Jawa Barat Pada Tahun 2016. Puslitbang BiologiLIPI: Cibinong. Kusrini. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amphibia Jawa Barat. Fakultas Kehutanan IPB & Direktorat Konservasi Dan Keanekaragaman Hayati: Bogor. Kusrini. 2007. Konservasi Amfibi Di Indonesia: Masalah Global Dan Tantangan. Media Konservasi Vol. XII, No. 2 : 89-95 Iskandar,D.T. 1998. Amphibia Jawa Dan Bali LIPI Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI: Bogor Mistar. 2003. Panduan Lapangan Anfibi Kawasan Ekosistem Leuser.The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement: Bogor. Nurcahyani, N, M. Kanedi dan E.S Kurniawan. 2009. Inventarisasi Jenis Anura Di Kawasan Hutan Sekitar Waduk Batutegi, Tanggamus, Lampung.Skripsi Biologi FMIPA Universitas Lampung. Radiopuetro. 1988. Zoologi. Jakarta: Erlangga. Rahman, Luthfia Nuraini. 2009. Penurunan Populasi Amfibi Dunia: Apa Penyebab Dan Upaya Pencegahannya.
Jurnal Fakultas Kehutanan IPB. Salikin, AK. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius Saputra, D., TR. Setyawati & AH.Yanti.2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah (Fejervarya Cancrifora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat.Jurnal Protobiont. 3 (2) : 81 – 86 Sari, Yelvita.,Djong, Hon jong., Resti Rahayu. 2016. Gambaran Darah Katak Fejervarya limnocharis di Lahan Pertanian yangMenggunakan Pestisida di Sumatera Barat.Biogenesis Jurnal Ilmia Biologi.4 (2) : 115 – 121. Satyawan, Noah Muada. (2000) Keanekaragaman Jenis Amphibia (Ordo Anura) Di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi–Lombok Barat.SkripsiHMPS Biologi FKIP Unram. Mataram. Soemarno. 2010. Ekosistem Sawah. http://ekosistemsawah.html.di akses tanggal 5 Januari 2017. Suin. N.M. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta. BumiAksara Winata, Egi Yhuda. (2015). Jenis– Jenis Katak (Amphibi: Anura) Di DesaKepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu Profinsi Riau. Skripsi
10
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pangaraian. Yeni, Y.A, M. Wati, A. Lusi Z. (2014). Kepadatan Populasi Katak Sawah (Rana Cancrivora Gravenhorst) Yang Ditemukan Di Bungo Pasang Kecamatan Iv Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar.Padang
11