Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1998
KENDALA BETERNAK KAMBING DI KECAMATAN CIGUDEG, TENJO DAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR J. MANuRuNC
dan TOLIBIN ISKANDAR
Balai Penelitian Veteriner Mart R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114
ABSTRAK Kendala beternak kambing di Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang Kabupaten Bogor diketahui dari wawancara dan pengisian kuesioner pada 90 peternak kambing yang tersebar di 9 desa (setiap desa secara acak dipilih 10 peternak kambing) di Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang Kabupaten Bogor (secara acak dipilih 3 desa dalam 1 Kecamatan) . Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Maret 1998 menunjukkan bahwa 70 (77,8%) peternak mengalami kendala . Kendala itu berupa 16 (17,8%) peternak takut akan serangan dari kudis, 10 (11,1%) peternak sulit mendapatkan rumput, 10 (11,1%) takut serangan dari anjing, 6 (6,6%) peternak sulit mendapatkan tenaga kerja, 5 (5,5%) peternak sulit mendapatkan modal . Kendala karena orf, abortus, miasis masing-masing ada sebanyak 4 (4,4%), akibat diclurit orang, keracunan ubi kayu, tertabrak oleh kenyataan bermotor masing-masing ada sebesar 3 (3,3%), 2 (2,2%), dan 2 (2,2%). Sedangkan hambatan yang lain karena terlilit oleh tali, penyakit mata, diare clan dicuri orang masing-masing ada sebanyak 1 (1,1%) peternak . Kata kunci : Kendala, kambing PENDAHULUAN Kambing adalah salah satu hewan yang dipelihara oleli para peternak yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, liewan tabungan, tambahan penghasilan, pengisi waktu luang, merangsang pemanfaatan pekarangan dan kotorannya sebagai pupuk kandang (DEVENDRA, 1993) . Populasi kambing di Jawa Barat pada talntn 1996 adalah sebanyak 2 .098.635 ekor dan di Kabupaten Bogor ada sebanyak 105 .655 ekor (DINAS PETERNAKAN DATI I JAWA BARAT, 1997) . Di Kabupaten Dati 11 Bogor lokasi untuk penggembangan ternak kambing adalah di Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang disamping di lokasi yang lain karena di ke-3 kecamatan di atas masih ada perkebunan karet, perkebunan coklat dan lahan untuk kehutanan . Populasi kambing pada talum 1996 di Kecamatan Ciglideg, Tenjo dan Parung Panjang masing-masing ada sebanyak 11 .436 ekor, 3946 ekor dan 3545 ekor (DINAS PETERNAKAN DATI II BOGOR, 1997). Sebagaimana kita ketahui tujuan utama memelihara kambing adalah untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya para pemilik . Agar kesejahteraan para peternak menjadi kenyataan maka perlu ditingkatkan populasi dari kambing yang ada . Kendala atau hambatan dalam meningkatkan populasi kambing adalah ketersediaan pakan hijauan, tenaga, modal dan penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh para peternak sehingga dengan diketahuinya kendala yang sebenarnya akan dapat membuka pemikiran untuk bagaimana mengatasi .
825
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
BAHAN DAN CARA Untuk mengetahui kendala (hambatan) dalaln meningkatkan populasi kambing maka perlu dilakukan penelitian pengamatan langsung, wawancara dan pengisian kuesioner terhadap jenis penyakit, kurangnya pakan, kurangnya modal, tenaga kerja dan lain-lain dengan 90 peternak kambing yang tersebar di 9 desa (di tiap desa secara acak dipilih 10 peternak) di 3 kecamatan (tiap kecamatan secara acak dipilih 3 desa) . Ketiga kecamatan itu adalah Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang . Kecamatan ini terpilih karena merupakan lokasi pengembangan ternak kambing di Kabupaten Bogor. Pengamatan dilakukan pada 3-20 Maret 1998. Hasil dianalisis secara kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebanyak 20 (22,2%) peternak mengatakan tidak ada hambatan dalam memelihara kambing. Sebanyak 70 (77,8%) peternak mengatakan ada Hambatan dalaln memelihara kambing di Kecamatan Cigudeg, Tenjo clan Parting Panjang, Kabupaten Bogor di mana hambatan tersebut berupa, sulit mendapat rumput, sulit mendapat tenaga kerja, sulit modal dan adanya penyebab kematian seperti mabuk singkong, diclurit, tertabrak clan terlilit tali . Serta dengan hambatan lain, ykni serangan penyakit seperti penyakit kudis, orf, miasis, abortus, mata, diare, digigit anjing dan dicuri orang . Adapun perincian hambatan tersebut adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1 clan Tabel 2. Tabel 1.
Hambatan dalam memelihara kambing di Kecamatan Cigudeg, Tenjo clan Parung Panjang Kabupaten Bogor
Desa/Kecamatan
Jumlah peternak
Kecamatan Cigudeg Desa Arga Pura Desa Cinta Manik Desa RengasJajar Kecamatan Tenjo Desa Cilaku Desa Singa Braja Desa Tapos Kecamatan Parung Panjang Desa Growong Desa Dago Desa Cikuda Total
Hambatan dalam memelihara kambing Rumput
Sulit Tenaga
Penyebab kematian Modal
Mabuk ubi
Diclurit
Tertabrak
Terlilit
10 10 10
1 I 1
0 0 1
0 0 0
0 0 0
1 0 1
0 0 1
0 0 0
10 10 10
3 1 0
0 0 3
1 3 1
0 0 0
0 0 0
1 0 0
0 0 0
10 10 10 90
1 1 1 10
0 2 0 6
0 0 0 5
0 1 1 2
0 0 1 3
0 0 0 2
0 0 1 1
Dari Tabel 1 dan 2 di atas takut terhadap kudis adalah dialami oleh 17,8% peternak, merupakan kendala diurutan No. 1, di mana kasus ini lebili tinggi dibanding pengamatan MANURUNG dan KUSUMANINGSIH (1994) di Kecamatan Cijenik . Adapun terjadinya perbedaan ini karena di ke-3 kecamatan di atas kambing pada setiap hari yakni pada pukul 12 .00 - 17.00 WIB dikeluarkan dari kandang untuk merumput karena dikandang tidak disediakan rumput . Sehingga apabila ada kambing yang menderita kudis khususnya kambing yang jantan yang sering bertandang (3-4 hari tidak kembali ke kandangnya) untuk inencari kambing betina yang sedang berahi maka akan menyebarkan penyakit kudis (wawancara dengan peternak) . Untuk mengatasi 826
Seminar Nasional Peternakan don Peteriner 1998
takut kudis ini sebaiknya dianjurkan kambing klmsusnya yang menderita kudis jangan dikeluarkan dari kandang untuk merumput . Menurut peraturan yang ada kambing yang kudis di isolasi, lalu lintas hewan dan manusia ke lokasi ditutup sampai 21 hari dari sembuh atau mati hewan sakit. Hewan sakit dapat dipotong akan tetapi kulit dibakar atau dikubur, kandang dan bahan yang tercemar bila memungkinkan dibalcar atau bila tidalc memungkinkan dibersihkan dengan insektisida atau diistirahatkan minimal selama 21 hari sejak mati atau sembuh hewan yang sakit (DIREKTORAT .TENDERALPETERNAKAN, 1967; SOULSBY, 1982) . Hambatan yang lain dalam memelihara kambing di Kecarnatan Cigudeg, Tenjo clan Paring Panjang Kabupaten Bogor Maret 1998 Jumlah Karena serangan penyakit lain-lain Desa/Kecamatan Abortus Diare Miasis Dogr Dicuri peternak Kudis Orf Mata Kecarnatan Cigudeg 0 0 0 0 0 0 Desa Arga Pura 10 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Cinta M 10 2 0 0 2 0 0 0 0 Desa Rengas J. 10 1 Kecarnatan Tenjo 10 1 1 1 0 0 0 0 0 Desa Cilaku 10 2 0 0 1 1 1 0 0 Desa Singabraja 0 0 0 0 0 0 0 0 Desa Tapos 10 Keca natan Parung Panjang 1 0 3 3 0 Desa Growong l0 2 0 0 0 0 0 1 1 Desa Dago 10 4 2 0 0 0 0 6 0 Desa Cikuda 10 2 1 0 4 1 4 10 1 Total 90 16 4 1 Keterangan : dogs = anjing menggigit kambing Tabel 2 .
Hambatan sulit mendapat nunput (11,1%) yakni khususnya terjadi pada musim kemarau dan musim tanam padi . Sehingga saat-saat di atas sering kambing nlenjadi kurus (hasil wawancara dengan peternak) . Untuk itu perlu diadakan lalian untuk pengenlbalaan atau dianjurkan para peternak menyediakan hijauan makanan ternak kambing/domba seperti nlmput-rumputan, daun kacang-kacangan dan limball penanian (MATHius et al., 1989) . Hambatan anjing menggigit kambing, dialami oleh 11,1% peternak kambing dan hanya terjadi di Kecamatan Parung Panjang karena di lokasi ada lallan pepollonan milik kehutanan di mana ada anjing yang tidak dipelihara dengan baik. Untuk mengatasi ganggttan anjing, dianjurkan anjing yang tidak dipelihara dengan baik ditertibkan misalnya dibunuh dengan striknin, sianida atau ditembak dengan senjata api . Hambatan sulit mendapat tenaga kerja (6,6%) khususnya untuk mencari rumput dan mengembalakan kambing. Hal ini banyak diutarakan oleh pemilik khususnya yang umumya telah tua serta orang tua yang memiliki anak yang merantau dan tempat tinggalnya jauh jaraknya dari orang tua. Untuk itu dianjurkan khususnya kepada orang ttla seperti tersebut di atas untuk tidak memelihara kambing atau minimal kambing dari orang tua bermasalah digabung sehingga lebih mudah mencari tenaga kerja yang dibutu11kan . Kurang modal adalah kendala yang dialami oleh 5,5% peternak . Untuk mengatasi kendala ini adalah setelah diseleksi yang bersangkutan adalah orang yang jujur, ada kemauan untuk beternak dan yang bersangkutan memang perlu modal sehingga layak untuk ditolong maka perlu dibantu atau dianjurkan mendapat dana dari kredit usaha kecil (KUK atau KUKESRA). 827
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Penyakit orf, kejadian abortus dan miasis (blatungan) masing-masing kendala dialami oleh 4,4% peternak . Terjadinya penyakit orf bisa menyebar secara terkontak waktu dilepas, miasis (blatungan) terjadi akibat ada luka karena tertusuk oleh semak belukar kemudian dikerumuni oleh dan bertelur di tempat luka. Abortus bisa terjadi karena kambing yang bunting tua terlalu capek mencari rerumputan, kurang makanan khususnya pada saat musim kemarau atau musim tanam di samping itu di lapangan atau di kandang yang tidak ada sekat pemisah memungkinkan sering diganggu oleh kambing jantan . Kendala yang lain adalah kambing diclurit orang (3,3% peternak) akibat kambing memasuki clan merusak tanaman di sawah atau di pekarangan atau kebun. Umumnya terjadi di waktu musim kemarau di mana saat itu sulit mendapatkan rumput atau dedaunan . Kambing yang keracunan ubi kayu dialami oleh 2,2% peternak terjadi di Desa Dago dan Cikuda Kecamatan Parung Panjang khususnya terjadi di saat sulit mendapat rumput dan dipacu oleh kebiasaan kambing yang bila memungkinkan akan berusaha menjangkau atau memanjat potion untuk mencari daun. Kendala berupa kambing tertabrak oleh kenderaan bermotor roda empat atau roda dua dialami oleh 2,2% peternak yakni terjadi di Desa Rengas Jajar Kecamatan Cigudeg dan di desa Cilaku Kecamatan Tenjo, terjadi sewaktu kambing mencari rerumputan atau waktu menyeberang jalan raya yang banyak dilalui oleh kenderaan bermotor . Kambing yang mati karena terlilit tali Ieher dan kambing yang hilang karena dicuri orang masing-masing dialami olch 1,1% peternak . Untuk inencegali kambing agar jangan tertabrak, mabuk ubi kayu, diclurit orang, digigit anjing, terlilit tali pengikat clan dicuri orang adalah dengan cara kambing jangan dikeluarkan lagi dari kandang umuk merumput . Untuk itu maka rumput dan dedaunan disediakan oleh pemilik di kandang . Agar hal ini dapat terlaksana maka perlu ada tenaga yang khusus, lahan untuk sumber rumput . Melaksanakan ini memang tidak gambang, perlu( kerjasama di antara anggota keluarga pemilik kambing, bantuan dari Dinas Peternakan, penyuluh pertanian atau intansi lain agar lambat laun para peternak mengubah kebiasaan mengeluarkan kambing dari kandang menjadi kambing selalu dikandangkan . KESIMPULAN Jumlah peternak yang mengalaini kendala dalam inengembangkan ternak kambing di Kecamatan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang pada pengamatan bulan Maret 1998 adalah sebanyak 77,8% peternak . Kendala itu berupa takut akan serangan dari kudis (17,8% peternak), sulit mendapatkan rumput (11,1% peternak), suliti mendapatkan tenaga kerja (6,6% peternak), sulit mendapatkan modal (5,5% peternak), Orf (4,4% peternak), abortus (4,4% peternak) dan miasis (4,4 % peternak) . Kendala yang lain adalah diclurit orang (3,3% peternak), keracunan ubi kayu (2,2% peternak), tertabrak (2,2% peternak), terlilit oleh tali pengikat (1,1% peternak), penyakit mata (1,1% peternak), diare (1,1% peternak) dan dicuri orang (1,1% peternak) . UCAPAN TERIMA KASIH Pengamatan ini dapat terlaksana karena diizinkan dan dibantu oleh Bapak Kepala Dinas Petern,kan Kabupaten Dati II Bogor, Bapak Kepala Camat beserta staf dan Bapak Kepala Cabang Dinas Peternzkan Cigudeg, Tenjo dan Parung Panjang . Untuk itu disini penulis mengucapkan banyak terima kasih. Ucapan terima kasih ini juga dikhususkan kepada bapak kepala Desa, para peternak yang telah rela menyediakan waktu dan tenaga dan semaa pihak yang telah ikul membantu .
828
SeminarNasionalPeternakon dan Veteriner 1998
DAFTAR PUSTAKA DEvENDRA, C. 1993 . Kambing dan Domba di Asia . Dalam : WoDzICICA - TomAszEWSKA, I.M . MASTmA, A. DJAJANEGARA, S. GARDINER dan T. R. WIRADARYA (ed.). Produksi Kambing dan Demba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta . DINAS PETERNAKAN DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT. 1997 . Populasi Ternak di Propinsi Jawa Barat Tahun 1996 . Laporan Tahun 1996/1997. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN .
1967. Skabies. Undang-undang Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
KUSUMANINGSIH, A. dan J. MANURUNG . 1994 . Beberapa kendala dalam memelihara kambing Peranakan Etawah di Desa Cigombong dan Sregol, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Makalah pada Seminar Perkumpulan Dokter Hewan Indonesia, Surabaya 23 - 24 Nepember . MANURUNG, J. 1995 . Kudis. Petunjuk Telmis Penyakit Hewan. Balai Penelitian Veteriner. Bogor. p. 159-163 . MANURUNG, J. dan A. KUSUMANINGSIH. 1994 . Pengaruh kudis pada kambing terhadap minat peternak untuk memelihara kambing di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Presiding Temu Ilmiah BALTTVETPDIII 21-23, Maret 1996 . Balai Penelitian Veteriner. Bogor. .
MATHIUS, I.W ., Dwi YULISTIANI, dan AGuSTINUS WILSON . 1999 . Tatalaksana pemberian pakan kambing dan domba. Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing dan domba di pedesaan . Cetakan kedua. Balai Penelitian Ternak/Small Ruminant Collaborative Research Support Program. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . hal. 49-89. SOULSBY, E.J .L . 1982 .
Helminths, Arthopods and Protozoa of Dontesticated Animals.
Philadelphia . p. 482-483.
7th ed. Lea & Febiger.