KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL
SD Negeri 21 Palembang (Sabtu, 2 Oktober 2010)
I. Pendahuluan Observasi dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2010 di kelas IVA SD Negeri 21 Palembang. Pokok bahasan yang diajarkan pada pertemuan ini adalah kelipatan, kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Dalam proses pembelajaran digunakan media yang sederhana berupa permainan ‘tepuk bergilir’ siswa. II. Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah permainan ‘tepuk bergilir’ dapat membantu siswa dalam memahami konsep KPK. 2. Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran bermakna bagi siswa. III. Rumusan Masalah 1. Apakah permainan ‘tepuk bergilir’ dapat membantu siswa dalam memahami konsep KPK? 2. Apakah proses pembelajaran bermakna bagi siswa? IV. Deskripsi Data Pada pertemuan sebelumnya mereka telah belajar cara mencari kelipatan suatu bilangan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran dimulai dengan mereview kelipatan beberapa bilangan secara klasikal. Sebagian besar siswa sudah mampu menyebutkan kelipatan dari bilangan sederhana, seperti 3, 4, dan 5 dengan lancar. Lalu siswa diminta melakukan kegiatan sederhana yaitu bertepuk tangan bersama-sama di setiap kelipatan dari 3 dan dilanjutkan di setiap kelipatan 4.
Kegiatan selanjutnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan B. Kelompok A adalah kelompok yang bertepuk tangan di setiap kelipatan 2, sedangkan kelompok B adalah kelompok yang bertepuk tangan di setiap kelipatan 3. Hitungan dimulai dari 1 sampai 24. Ada beberapa siswa yang
melakukan
kesalahan
dalam
bertepuk
tangan
karena
kurang
berkonsentrasi. Oleh karena itu, siswa diperbolehkan untuk menuliskan terlebih dahulu kelipatan 2 dan 3 di buku masing-masing.
Gambar 1. Permainan ‘tepuk bergilir’ Di akhir kegiatan, siswa menyadari bahwa terdapat beberapa kali dimana kedua kelompok bertepuk tangan bersamaan, yaitu di hitungan ke-6, ke-12, ke-18, dan di hitungan ke-24. Siswa lalu diminta menuliskan hasilnya di depan kelas. Secara antusias mereka ingin maju untuk menulis di papan tulis.
Gambar 2. Siswa maju ke depan kelas Guru memancing siswa apakah arti dari tepuk tangan bersama kedua kelompok. Ada bermacam-macam jawaban siswa dan akhirnya siswa sendiri yang menemukan kata kelipatan, kelipatan persekutuan, dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Setelah siswa memahami konsep KPK, guru meminta mereka untuk mengerjakan soal dari buku latihan.
Gambar 3. Siswa mengerjakan soal V. Analisis Berikut ini langkah-langkah pembelajaran KPK dengan permainan ‘tepuk bergilir’. 1. Me-review pengetahuan siswa tentang kelipatan. 2. Melakukan permainan ‘tepuk bergilir’. 3. Mendiskusikan permainan ‘tepuk bergilir’. Guru menanyakan kapan mereka melakukan tepuk tangan secara bersamaan dan bagaimana mereka mendata kelipatan dari angka-angka yang diminta. Upaya siswa dalam mendata kelipatan dari angka-angka yang diminta sebagai berikut: - Siswa melakukan perkalian 1 sampai 10 terhadap angka kelipatan yang diminta. - Siswa melakukan penjumlahan angka kelipatan yang diminta sebanyak 10 kali. - Siswa melakukan penjumlahan angka kelipatan yang diminta dengan menggunakan jari tangannya.
Gambar 4. Proses pendataan kelipatan
4. Merefleksikan apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan. Siswa menyampaikan dan menuliskan pendapatnya di depan kelas. Siswa sangat antusias dalam menyampaikan pendapatnya, walaupun ada satu orang yang melakukan kesalahan. Guru tidak langsung mengatakan itu sebagai suatu kesalahan, tetapi mendiskusikan dengan siswa yang lain mengenai jawabannya, sampai pada akhirnya siswa tersebut dapat menyadari kesalahan yang dia buat dengan sendirinya.
Gambar 5. Salah satu kesalahan jawaban siswa 5. Mengaitkan permainan ‘tepuk bergilir’ dengan konsep KPK. Guru membantu siswa mengaitkan permainan ‘tepuk bergilir’ dengan konsep kelipatan dan konsep kelipatan persekutuan. Selanjutnya dari kedua pemahaman tersebut, guru menggiring siswa untuk mencari angka terkecil dari angka persekutuan yang telah mereka data. Dalam hal ini, berhubung di kelas tersebut ada seorang siswa terkecil yang bernama Rasid, jadi dia dikaitkan dengan konsep KPK (karena Rasid yang terkecil di kelas, jadi kalau lihat Rasid ingat KPK). Dalam pembelajaran ini, semua istilah mulai dari Kelipatan, Persekutuan, dan Terkecil (baca: KPK), ditemukan oleh siswa sendiri. Guru hanya menggiring mereka ke arah sana dengan permainan
diatas.
Ada
hal
menarik
ketika
memunculkan
kata
“persekutuan”, karena pada awalnya mereka mengatakan persekutuan dengan menggunakan kata bersama dan galo-galo (bahasa Palembang yang artinya bersama-sama). Ini didasarkan pada permainan ‘tepuk bergilir’ diatas, dimana kedua kelompok pernah bertepuk tangan bersama padahal kelipatannya berbeda.
6. Mengerjakan soal dari buku latihan. Siswa diajak untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil pemahaman mereka dengan mengerjakan beberapa soal yang ada di buku latihan. Mereka dapat dengan cepat mengerjakannya. Hanya ada beberapa anak yang masih menggunakan cara perkalian terlebih dahulu untuk mencari kelipatan.
Gambar 6. Hasil kerja siswa Dalam PMRI, digunakan ‘iceberg’ untuk mendeskripsikan proses siswa dalam memahami suatu konsep matematika dari menggunakan hal yang kontekstual sampai siswa dapat menggunakan bentuk formal matematika. Berikut ini ‘iceberg’ dari proses pembelajaran KPK menggunakan permainan ‘tepuk bergilir’:
VI. Kesimpulan 1. Permainan ‘tepuk bergilir’ dapat membantu siswa dalam memahami konsep KPK karena siswa lebih mudah memahami pelajaran dengan ‘bermain sambil belajar’. 2. Proses pembelajaran bermakna bagi siswa karena siswa tidak hanya sekedar menghafal tetapi memahami konsep.
Nila Mareta Murdiyani (20102812013)