ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE/KELI (CLARIAS BATRACHUS) DALAM SISTEM AKUAKULTUR RESIRKULASI 1Jurusan
Rahmat Fadhil1* Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111 *Email :
[email protected] Abstrak
Sistem akuakultur resirkulasi (recirculating aquaculture system) adalah salah satu teknologi perikanan darat yang saat ini sedang berkembang luas diseluruh dunia. Diantara kelebihan sistem ini dibandingkan dengan sistem konvensional adalah dapat menghemat air, mudah dalam pengendalian dan pengawasan, ikan dapat diproduksi sepanjang tahun dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit. Kajian ini dilakukan untuk mempelajari tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele/keli (Clarias batrachus) pada sistem akuakultur resirkulasi dengan menggunakan 2 kolam tangki sebagai tempat budidaya berukuran 2x1x0.60 m dan volume air 900 liter serta biofilter (media pasir) sebagai unit pembersihan air. Sebanyak 300 ekor ikan di budidaya pada masing-masing kolam tangki dengan ukuran ikan 5–8 cm (kolam tangki 1) dan 12-15 cm (kolam tangki 2). Penelitian yang dilakukan selama 60 hari ini juga dilakukan pengamatan terhadap kualitas air, meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, dan total ammonia nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuakultur resirkulasi ini mampu menyediakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele/keli dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 92.67+2.34 sampai 94.33+3.67 % pada semua tangki percobaan dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 0.64+0.06 sampai 0.89+0.14% dan tingkat konversi pakan sekitar 0.18+0.017 sampai 0.27+0.022. Kata kunci: Sistem akuakultur kelangsungan hidup, kualitas air.
resirkulasi,
tingkat
pertumbuhan,
Pendahuluan Sistem akuakultur resirkulasi (recirculating aquaculture system) adalah salah satu teknologi yang sekarang sedang dikembangkan di dunia dalam bidang perikanan darat. Sistem ini telah banyak di terapkan dibeberapa negara maju, seperti Amerika, Canada, Inggris, dan German. Sistem akuakultur resirkulasi pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1960 [6]. Dimana pada masa itu di dapati pencemaran sungai berasal dari pencemaran organik yang bersumber dari tempat-tempat pembiakan ikan dan udang. Untuk menghindari dari pencemaran ini, beberapa kaidah telah dibuat oleh pemerintah setempat, salah satunya adalah sistem akuakultur resirkulasi. Akuakultur resirkulasi adalah sebuah sistem sirkulasi air tambak dengan menggunakan kembali (re-use) air untuk budidaya, sehingga dapat mengurangi penggunaan air dari luar sistem. Dimana air tambak yang telah digunakan untuk budidaya ikan dan telah mengalami penurunan kualitasnya, dapat digunakan kembali setelah mengalami proses filtrasi (penyaringan). Suatu sistem akuakultur resirkulasi standar terdiri dari berbagai komponen yaitu unit budidaya (kolam tangki), pompa dan perpipaan, filtrasi biologi dan mekanik, dan saluran air bersih (clean water canal/sub inlet), kontrol air dan lingkungan, serta 275
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
manajemen oksigen (pemakaian pompa udara) [1,2]. Dalam desain sistem resirkulasi, hal yang utama untuk dipertimbangkan adalah penyediaan kondisi yang memungkinkan untuk membuang limbah padatan, limbah ammonia, dan pengadaan aerasi [3]. Dalam beberapa literatur [6-9], sistem akuakultur resirkulasi juga sering disebut dengan “water re-use system”. Sistem akuakultur resirkulasi ini merupakan teknik budidaya yang relatifunik dalam industri perikanan [4]. Sistem resirkulasi adalah system budidaya intensif yang merupakan alternatif menarik untuk menggantikan sistem ekstensif, dan cocok diterapkan di daerah yang memiliki lahan dan air terbatas [5]. Penggunaan sistem ini memiliki beberapa kelebihan [2, 6-9] diantaranya adalah penggunaan air lebih hemat, fleksibelitas lokasi budidaya, lebih higienis, kebutuhan ruang atau lahan relatif kecil, kemudahan dalam mengendalikan dan memelihara, kemudahan dalam mempertahankan suhu dan kualitas air, ramah lingkungan, aman dari pencemaran yang terjadi di luar lingkungan perairan, dan dapat dilaksanakan sepanjang waktu Sistem akuakultur resirkulasi menawarkan sebuah alternatif teknologi tambak budidaya melalui perawatan air dan penggunaan kembali. Biasanya sistem resirkulasi menggunakan tangki untuk produksi akuakultur, secara substansialnya membutuhkan lahan yang sedikit. Meskipun teknologi ini agak mahal, tetapi mengingat keuntungan dan kelebihannya terutama dari segi hasil produksi sepanjang tahun dan dapat dibuat pada lokasi wilayah pemasaran yang utama dengan sangat sedikit penggunaan air telah menarik minat calon para akuakulkuris. Di beberapa tahun terakhir, produksi ikan dengan berbagai fasilitas yang menggunakan teknologi sistem akuakultur resirkulasi telah banyak dikembangkan [10]. Kajian ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele/keli (Clarias batrachus) pada suatu sistem akuakultur resirkulasi dengan menggunakan 2 kolam tangki sebagai tempat budidaya ikan serta biofilter (media pasir) sebagai unit pembersihan air Metodelogi Percobaan Bahan dan Peralatan. Penelitian ini dilakukan ditempat terbuka yang beratap dan terlindung dari matahari secara langsung. Instalasi peralatan dan pemasangan perpipaan dilakuan selama 7 hari, dan pengujian dilakukan untuk memastikan peralatan yang dipakai serta proses sistem resirkulasi dan unit filtrasi berfungsi dengan baik. Budidaya ikan dilakukan selama 60 hari dengan pengambilan sampel data untuk pengukuran pertumbuhan ikan, kelulusan hidup dan pemantauan kualitas air yang dilakukan dalam setiap 3 hari sekali pada waktu pagi pukul 9.00 wib dan sore pukul 15.00 wib. Pengujian kualitas air yang dilakukan adalah terhadap suhu, ph, oksigen terlarut, dan total ammonia nitrogen. Peralatan yang dipergunakan untuk sistem akuakultur resirkulasi ini adalah tangki budidaya sebanyak 2 unit dengan ukuran 2 x 1 x 0.60 meter berwarna biru, pompa air 1 hp, pompa udara 0.4 KW dengan volume udara maksimal 80 m3/jam, filter (unit filtrasi) terbuat dari fiberglass reinforced plastic (FRP) dimensi 10 x 44 inch bermedia pasir, tangki sedimentasi (partikulat) berukuran sama dengan tangki budidaya, dan pipa PVC. Pengukuran suhu air dilakukan dengan termometer HACH Session 2, ph meter (ph) HACH Session 2, dissolved oxygen (DO) meter (oksigen terlarut) YSI 55 DO, dan ammonia meter (total ammonia nitrogen) HANNA HI 93715.
276
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
Peralatan utama desain sistem ini adalah tangki untuk budidaya ikan, tangki sedimentasi atau partikulat untuk menampung limbah dari tangki budidaya, pompa air untuk menaikkan air ke dalam tangki dan juga untuk memompa air melalui unit penyaring. Unit penyaring terbuat dari Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) yang mengandung media filter seperti kerikil, pasir silika kasar, pasir silika menengah, pasir silika halus, dan karbon aktif; pipa PVC untuk menghubungkan antara tangki budaya; pompa air, dan sumber air bersih. Daftar material dan peralatan, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Material dan Peralatan No 1
Material & Peralatan Tangki budidaya
2
Pompa air
3
Unit penyaring
4
Tangki sedimentasi (partikulat) Pipa PVC Kerikil Pasir silika kasar Pasir silika sedang Pasir silika halus Kabon aktif
5 6 7 8 9 10
Jumlah & Spesifikasi 3 unit, ukuran 2 x 1 x 0.60 meter, warna biru, terbuat dari Fiberglass 1 unit, sumber tenaga AC 50 Hz 220 V 125 W, tenaga nominal 1 HP, Pressure switch 1.1~1.8 Kg/cm 2, Total head max 27 m, kapasitas max 33 l/min 1 unit, terbuat dari Fiberglass reinforced plastic (FRP), dimensi 10 x 44 inch, flow rate 1600-1800 l/hr. 1 unit, ukuran 2 x 1 x 0.60 meter, warna biru Ukuran 40 mm, 25 mm, and 15 mm Mengisi ruang sebesar 10 x 8.8 inch Mengisi ruang sebesar 10 x 8.8 inch Mengisi ruang sebesar 10 x 8.8 inch Mengisi ruang sebesar 10 x 8.8 inch Mengisi ruang sebesar 10 x 8.8 inch
Brand & Model
Warita, Model WW-131 B
Delcol, Model 1044 -
Desain Sistem. Ikan lele/keli dipelihara dalam 2 kolam tangki dengan jumlah ikan sebanyak 300 ekor pada masing-masing tangki dengan kapasitas air sebanyak 900 liter. Ukuran ikan yang dibudidaya adalah 5–8 cm pada kolam tangki I dan 12-15 cm pada kolam tangi 2. Keseluruhan tangki terhubung dengan filter sebagai penyuplai air ke setiap tangki melalui pipa PVC. Semua tangki budidaya ikan akan menghasilkan limbah yang ditampung pada bak pengendapan dan di pompa kembali dengan pompa air untuk dialirkan dalam filter dan seterusnya berlangsung kontinyu secara resirkulasi (Gambar 1).
Gambar 1. Skematik sistem akuakultur resirkulasi 277
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
Sebelum digunakan unit filter terlebih dahulu perlu disiapkan dengan pengisian berbagai media yang befungsi sebagai unit filtrasi tempat berkembangnya bakteri nitrifikasi. Pada penelitian ini filter yang digunakan adalah multi-media yang terdiri dari kerikil, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, dan karbon aktif (Tabel 1). Pakan diberikan pada ikan 2 kali per hari pada pagi dan sore hari sebanyak 3 % dari berat total ikan per tangki [11-13]. Analisis data menggunakan metode Analysis of Varian (ANOVA) secara Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design/CRD), dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan serta menggunakan software SAS versi 9.1.3 (Institut SAS Inc., Cary, Caroline Utara, USA). Bila F-test adalah signifikan maka kemudian dianalisis lebih lanjut dengan Perbedaan Paling Signifikan (Least Significant Different/ LSD) pada level 5 % [14-16]. Pengamatan terhadap ikan dalam kolam percobaan dilakukan terhadap tingkat pertumbuhan, pertambahan panjang, kelulusan hidup dan rasio konversi pakan dengan sampel yang diambil sebanyak 10 ekor ikan dari masing-masing kolam tangki. Deskripsi numerik paling sering digunakan untuk mengukur pertumbuhan ikan adalah dengan laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate/SGR) [17,18]:
dimana W0 dan W1 adalah bobot awal dan bobot akhir dan t adalah waktu (hari). Rasio pertambahan panjang (Total Length/TR) ikan dilakukan dengan mengukur pertambahan panjang yang diambil sebanyak 10 ekor sebagai sampel dari masingmasing kolam tangki percobaan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol pada satuan centimeter. Semua pengukuran diambil dari ujung mulut ke sirip ekor terpanjang dengan metode umum pengukuran ikan [19, 20]. Tingkat pertumbuhan ikan lele pada setiap tangki akan dibuat kisaran berdasarkan hasil pengukuran pada sampel ikan yang diambil secara acak. Tingkat kelulusan hidup (Survival Rate/SR) ikan lele/keli yang di data pada setiap harinya akan di akumulasikan secara total di akhir periode percobaan. Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat kelulusan hidup adalah sebagai berikut [21]:
Dimana SR adalah kelangsungan hidup, N2 adalah jumlah ikan pada akhir penelitian dan N1 adalah jumlah ikan pada awal penelitian. Rasio konversi pakan (Feed Convertion Ratio/FCR) merupakan satuan untuk menghitung konversi pakan pada budidaya pembesaran ikan. Dengan menghitung rasio konversi pakan bagi ikan akan sangat membantu kita di dalam mengefisienkan pakan yang akan kita gunakan. Hasil perhitungan rasio konversi pakan dengan angka yang kecil berarti pakan yang diberikan tersebut semakin bagus. Rumus menghitung rasio konversi pakan adalah [22]:
Dimana FCR adalah rasio konversi pakan, F adalah total pakan yang diberikan (gram), D total berat ikan yang mati (gram). 278
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tingkat pertumbuhan harian melalui analisa numerik laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate), terlihat bahwa tidak ada perbedaan tingkat pertumbuhan ikan pada kedua kolam tangki. Laju pertumbuhan spesifik kolam Tangki 1 (0.89+0.04 % per hari) lebih tinggi dibandingkan pada kolam Tangki 2 (0.64+0.06 % per hari) Tabel 2, hal ini berarti bahwa laju pertambahan spesifik ikan yang lebih kecil adalah lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang lebih besar, Fenomena ini sesuai dengan pernyataan Stickney (1979), yang menyatakan bahwa salah satu penentu pertumbuhan dan perkembangan ikan adalah umur dan tingkat kematangan ikan budidaya tersebut, biasanya ikan yang lebih kecil memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang lebih besar [23]. Rasio pertambahan panjang ikan lele/keli tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kolam tangki, ini terlihat dari uji ANOVA terhadap pertambahan ratarata ikan lele/keli diakhir periode percobaan yang memiliki notifikasi superscripts yang sama (Tabel 2). Ini berarti bahwa ukuran ikan tidak berpengaruh signifikian terhadap produksi ikan, baik dalam pertumbuhan spesifik maupun pertambahan panjangnya. Pertambahan panjang ikan lele pada percobaan ini adalah berkisar antara 11.75–15.50 cm. Kelulusan hidup. Tingkat kelulusan hidup ikan lele/keli yang di akumulasikan total pada akhir periode percobaan berada diatas 90 % (Tabel 2). Ini menunjukkan bahwa budidaya ikan lele/keli dalam kedua kolam tangki berlangsung cukup baik dan dapat diaplikasikan secara komersial. Pada uji ANOVA terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara satu kolam dengan kolam lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, dimana nilai rata-rata kedua kolam tangki memiliki notifikasi huruf yang sama. Kematian pada ikan dapat disebabkan oleh penyakit, serangan predator, kondisi fisika kimia perairan dan kegagalan memperoleh makanan [24]. Durborrow et. al. (1997) menyakini bahwa akumulasi sisa pakan dan hasil metabolisme ikan yang terdapat pada sistem budidaya, menyebabkan tingginya kadar ammonia dan nitrit yang kemudian berpengaruh pada daya tahan tubuh ikan [25]. Rasio konversi pakan. Rasio konfersi pakan sebesar 0.18+0.0017 (Tangki 1) dan 0.27+0.022 (Tangki 2). Dengan menghitung rasio konfersi pakan bagi ikan akan sangat membantu kita di dalam mengefisienkan pakan yang akan kita gunakan. Hasil perhitungan rasio konfersi pakan memperlihatkan angka yang sangat kecil. Pada uji ANOVA, memperlihatkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kolam tangki budidaya (Tabel 2). Makin rendah faktor konversi pakan, maka akan semakin efisien ikan memanfaatkan pakan yang dikonsumsi [26]. Anggoro (2008) menyatakan nilai rasio konversi pakan kecil mengindikasikan adanya pemanfaatan pakan oleh ikan dengan baik, yang selanjutnya akan berimplikasi pada 2 hal. Pertama, sisa pakan akan menjadi sedikit sehingga memperkecil beban limbah internal (bahan organik). Dengan rendahnya bahan organik di lingkungan perairan, maka oksigen terlarut yang dikonsumsi untuk dekomposisi bahan organik oleh bakteri menjadi kecil pula. Kedua, efisiensi pakan yang tinggi akan meingkatkan keuntungan ekonomis dari penghematan pakan [27]. Shell (1968) menyakini bahwa hubungan antara rasio konversi pakan dengan jumlah pakan yang diberikan adalah sangat penting. Hubungan ini tergantung pada jenis 279
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
Tabel 2. Produksi Ikan Lele/Keli Selama Percobaan (maksud + adalah Standar Defiasi (SD) untuk parameter pertumbuhan ikan) Parameter Masa budidaya (hari) Ukuran ikan awal (cm)
Hasil Produksi Tangki 1 Tangki 2 60 60 5–8 12 -15
Ukuran ikan akhir (cm)
20 – 24
21 – 28
Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari) Pertambahan Panjang Total Tingkat Kelulusan Hidup (%) Rasio konversi pakan
0.89+0.14a
0.64+0.06a
15.5+0.50 a
11.75+0.25a
94.33+3.67a 0.18+0.017a
Rumus
Sumber FFWCC, 2010
92.67+2.34a
Metode umum pengukuran ikan Metode umum pengukuran ikan SGR (%/d) = ((ln Wo - ln Wt)/t)x100 Metode umum pengukuran ikan SR (%) = N2 / N 1 x 100
0.27+0.022a
FCR = F / (Wt+D)-Wo
NRC, 1977
FFWCC, 2010 De Silva & Anderson,1995 FFWCC, 2010 Effendie, 1979
ikan, ukuran ikan, kualitas pakan dan suhu air [28, 29]. Rasio konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, semakin sedikit pakan yang diberikan, maka maka pemberian pakan makin efisien [30]. Catatan : Notifikasi huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05)
Tabel 3. Pedoman Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Lele/Keli dan Kisaran Pengamatan dalam Penilaian Fasilitas Sistem Akuakultur Resirkulasi Parameter Suhu (°C) pH Oksigen terlarut (ppm) Ammonia (ppm)
Pedoman 20 - 28 (Zweig et al., 1999) 6.0 - 8.5 (Buttner et al., 1993) > 3 (Khairuman and Amri, 2008) 0.5 - 2.4 (Chervinsky, 1982)
Kisaran Pengamatan Tangki 1 Tangki 2 21.7 - 26.4 22.2 - 26.4 5.92 - 8.15 6.01 - 8.24 2.54 - 3.98 2.12 - 3.79 0.72 - 2.88 1.44 - 3.81
Kualitas Air. Semua kolam tangki dalam percobaan ini memiliki kisaran suhu yang sama dengan selisih perbedaan pagi dengan sore sekitar 5oC (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan pernyataan Asmawi (1983), yang menyatakan bahwa perbedaan suhu antara pagi dengan sore tidak boleh melebihi dari 5oC [31]. Dengan demikian kisaran suhu dalam percobaan ini masih berada dalam taraf normal dan sesuai untuk pertumbuhan dan kehidupan ikan, sebagaimana pernyataan [32-34] bahwa suhu yang baik untuk kehidupan akuatik adalah berkisar antara 20- 28oC. Nilai pH, oksigen terlarut dan ammonia dalam sistem akuakultur resirkulasi ini sudah cukup memenuhi standar budidaya perikanan air tawar. Walaupun pada ammonia ditemukan nilai yang sedikit lebih tinggi dari standar yang disyaratkan, namun secara umum sistem ini dapat dipakai untuk budidaya ikan lele/keli secara komersial. Kesimpulan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan ikan berlangsung dengan baik dan optimal. Hal ini terlihat dari pertambahan panjang ikan dari hari ke hari. Tingkat pertumbuhan harian ikan lele/keli adalah 15.5+0.50 cm (Tangki 1) dan 11.75+0.25 cm (Tangki 2), Sedangkan tingkat pertambahan panjang ikan lele pada kolam Tangki 1 dari 5-8 cm menjadi 20-24 cm dan kolam Tangki 2 dari 12-15 cm menjadi 21-28 cm. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa sistem ini dapat
280
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
dipakai untuk budidaya perikanan darat. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi industri perikanan dan memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa budidaya ikan lele/keli dalam kedua kolam tangki budidaya tidak ada perbedaan yang signifikan. Artinya bahwa perbedaan ukuran ikan pada setiap kolam tangki tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele/keli yang dibudidaya, Perbedaan antara satu kolam dengan kolam yang lainnya adalah sangat kecil. Sebagai contoh, tingkat kelulusan hidup ikan lele/keli pada kedua kolam tangki berkisar antara 92.67+2.34 % sampai 94.33+3.67 % Demikian pula halnya dengan kualitas air, perbedaan antara satu kolam tangki budidaya dengan kolam tangki budidaya lainnya adalah relatif sama. Referensi [1] Edhi,W.A, Dari Closed Recirculation System ke Closed System, Mitra Bahari No.2, (2001), Thn. VI:51-52.M. Othman and A.R. Abdullah, Pertanika, J. Sci. Technol. 8 (2000), 161-174. [2] Hutchinson, W., Jeffrey, M., O’Sullivan, D.D., Casement, D., Clarke, S., Recirculating Aquaculture Systems: Minimum Standards for Design, Construction and Management. Inland Aquaculture Association of South Australia Inc., Kent Town, SA, (2004). [3] Twarowska, et al., Waste Treatment and Waste Characterization Evaluation of an Intensive Recirculating Fish Production System. North Carolina: Department of Biological and Agricultural Engineering, North Carolina State University, (1997). [4] Suantika, G., Development of a Recirculation System for the Mass Culturing of the Rotifer Brachionus plicatilis. Universiteit Gent, Belhium Ghent, (2001). [5] Suresh, A. V. dan Lin, C.K., Effect of Stocking Density on Water Quality and Production of Red Tilapia in Recirculated Water System, Aquacultural Engineering, 11 (1992), 1-22. [6] Yacob, N., Biofilter di dalam Recirculating Aquaculture System (RAS), Artikel, (2009). [7] Lekang, O.I., Aquaculture Engineering. Oxford, UK, Blackwell Publising Ltd., (2008). [8] Tetzlaff, B.L. dan Heidinger, R.C., Basic Principles of Biofiltration and System Design. SIUC Fisheries Bulletin No.9. Illinois, SIUC Fisheries and Illinois Aquaculture Center. 9.(1990). [9] Yudha, I.G., Application of Closed Recirculation System in the Water Quality Management of Intensive Shrimp Pond, World Water Day Seminar in 2005, Province of Lampung. Lampung, UNILA, (2005). [10] Losordo, T.M., Masser, P.M., Rakocy, J., Recirculating Aquaculture Tank Production Systems, An Overview of Critical Considerations, Southern Regional Aquaculture Center (SRAC), Mississipi, US, (1998). [11] Lelana, I.Y.B., Triyatmo, B., African Catfish (Clarias gariepinus) Culture with Different Water Exchange Volume. J. Fish Science II (2000), 25-30. [12] Redding, T.A., Middlen, A.B., Fish Production in Irrigation Canals. A Review, FAO Fisheries Technical Papaer. FAO, Rome, 111 (1991). [13] Yunus, M., Priyadi, A., Wahid, A., Effect of Water Depth in the Rained Pond on the Survival and Growth of Local Catfish (Clarias batrachus). (2000), 98-105. [14] Gomez, A.A., Gomez, K.A., Statistical Procedures for Agricultural Research, 2nd ed. John Wiley & Son, Canada, (1984). [15] Sastrosupadi, A., Rancangan Percobaan Praktis untuk Pertanian, 6 ed. Kanisius, Yogyakarta, (2000).
281
ACEH DEVELOPMENT INTERNATIONAL CONFERENCE 2013 26-28 March 2013 Academy of Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur Conference homepage: www.adic2013.yolasite.com
[16] Steel, R.G.D., Torie, J.H., Principle and Procedure of Statistics. Mc Graw Hill Inc., New York, (1980). [17] De Silva, S.S., Anderson, A., Fish Nutrition in Aquaculture. Chapman and Hall, London, (1995). [18] Talbot, C., Some Aspects of the Biology of Feeding and Growth in Fish, Proceedings of the Nutrition Society, 52, Symposium on ‘Fish and Nutrition’, A meeting of the Scottish Group of the Nutrition Society. Cambridge University Press, the University of Aberdeen, (1993). pp 403-416. [19] Abbas, G., Length-weight and Condition factor relationship of Anchovy (Coilia dussumieria) and Mullet (Liza carinata) from Bhanbhore backwaters along Sindh coast (Pakistan: Northern Arabian Sea). Pakistan J. of Zool. 32 (2000), 223-228. [20] Florida Fish and Wildlife Conservation Commission, How to Measure Freshwater Fish, September 7, (2010). MyFMC.com. [21] Effendie, M.I., Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (1979). [22] National Research Council, Nutrient Requirements of Warmwater Fishes and Shell Fishes. National Academy of Sciences, Washington D.C. (1997). [23] Stickney, R.R., Principles of Warmwater Aquaculture. Jhon Willy and Sons, New York. (1979). [24] Brown, M.E., The Physiology of Fishes, Metabolism Academic Press Inc., New York. (1962). [25] Durborow, M.R., Crosby, M.D., Brunson, W.M., Ammonia in Fish Ponds. Southern Regional Aquaculture Center (SRAC): Mississipi. (1997). [26] Mudjiman, A., Makanan Ikan. PT. Penerbit Swadaya, Jakarta. (1989). [27] Anggoro, S., 2008. Evaluation of Biomass Production, Survival Rate, and Feed Conversion on Culture of Penaeus monodan Fab. use Liner Bottom Pond Construction. Sains Akuatik 11 (2008), 85-92. [28] Shell, E.W., Relationship between Rate of Feeding, Rate of Growth and Rate of Conversion on Feeding Trials with Two Species of Tilapia, Tilapia mosasambica (Peters) and Tilapia nilotica (Linneaus), The World Symposium on Warm-Water Pond Fish Culture. FAO Fisheries Report, Rome, Italy, (1987), pp. 411-415. [29] Okeyo, D.O., Montgomery, W.L., Ingestion, Growth and Conversion Efficiency in the Blue Tilapia, Oreochromis aureus, When Fed on Three Aquatic Macrophytes. Journal of the Arizona-Nevada Academy of Science 24/25 (1992), 1-10. [30] Jaunkey, K., Ross, B., A Guide to Tilapia Feeds and Feeding. Institute of Aquaculture, University of Stirling, Stirling, Scotland, UK. (1982). [31] Asmawi, S. Budidaya Ikan Dalam Kolam Jaring Apung, Jakarta, PT.Gramedia. (1983). [32] Kordi, M.G.H., Budidaya Lele Keli. Rineka Cipta & Bina Adiaksara, Jakarta, Indonesia. (2004). [33] Satar, M.K.A., Fundamentals of Aquaculture (in Malay). Fakulti Perikanan dan Sains Samudera, Universiti Pertanian Malaysia, Serdang, Malaysia. (1984). [34] Zweig, R.D., Morton, J.D., Stewart, M.M., Source Water Quality for Aquaculture, A Guide for Assessment, in: Environmentally and Socially Sustainable Development, R.D. (Ed.). The International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank, Washington D.C, USA. (1999).
282