i
PRODUKSI IKAN SIDAT Anguilla marmorata STADIA ELVER DAN Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL DENGAN PADAT TEBAR 0.5, 1.0, 1.5 g/l PADA SISTEM RESIRKULASI
AHMAD MUPAHIR
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014
Ahmad Mupahir NIM C14070046
iv
ABSTRAK AHMAD MUPAHIR. Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan RIDWAN AFFANDI. Anguilla spp merupakan sumberdaya ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang ada di Indonesia. Ikan sidat merupakan ikan diadromus atau ikan yang memijah di laut, tumbuh di air tawar dan setelah dewasa kembali ke laut untuk memijah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan produksi terbaik ikan sidat spesies A. marmorata stadia elver dan spesies A. bicolor bicolor stadia yellow eel dengan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada sistem resirkulasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak beton berukuran 1.7 x 1.7 x 1.0 m3 dengan volume 1.500 liter pada air beresirkulasi. Ikan sidat yang digunakan adalah stadia elver berukuran 1,2 sampai 1,5 g/ekor dan stadia yellow eel berukuran 15 sampai 17 g/ekor. Pakan berupa pakan buatan berbentuk pasta diberikan secara restriction. Hasil penelitian menunjukkan kelangsungan hidup yang tinggi (stadia elver: 69.5– 91.28 % dan yellow eel: 75.68-92.50%). Pertumbuhannya cukup baik dinilai dari laju pertumbuhan spesifik (stadia elver: 0.57-0.61% dan stadia yellow eel 3.483.77%). Efisiensi pakan masih rendah untuk stadia elver (0.86-3.88%) dan tinggi untuk stadia yellow eel (29.11-50.40%). Pertumbuhan dan produksi benih ikan sidat terbaik berada pada padat tebar 1,0 kg/m3. Kata kunci: ikan sidat, padat tebar, pertumbuhan, resirkulasi
ABSRACT AHMAD MUPAHIR. Production of Elver Stage Eel Anguilla marmorata and Yellow Stage Eel Anguilla bicolor bicolor at Different Stocking Density 0.5, 1.0, 1,5 g/l in Recirculating Aquaculture System. Supervised by TATAG BUDIARDI and RIDWAN AFFANDI. Anguilla spp is a highly economical value fish resource in Indonesia. Eel is a diadromous fish or fish that spawn in the sea, grow and thrive in fresh water, and return to the sea to spawn. The objective of this study was to determine the most optimum stocking density for two different species of eel A. Marmorata and species of eel A. bicolor bicolor in recirculating aquaculture system. Three stocking densities were applied in this study 0.5, 1.0, and 1.5 g/l. The experiments were performed using a concrete tank of 1.7 x 1.7 x 1 m3 at volume of 1,500 liters of circulating water. The fish used was elver stage eels (1.2-1.5 g) and yellow eel stage (15-17 g). The fish were feed with paste artificial feed at a restricted feeding level. The fish survival was relatively high (elver: 69.5 to 91.28% and yellow eel: 75.68 to 92.50%). The specific growth rate was also relatively good (elver: 0.57 to 0.61% and yellow eel: 3.48 to 3.77%). Feed efficiency was low for elver size (0.86 to 3.88%) but considerably high for yellow eel stage fish (29.11 to 50.40%). The highest growth and productivity of eel culture in a recirculating aquculture system was shown at a stocking density of 1.0 kg/m3. Keywords: eel, productivity, rearing density, recirculating.
vi
PRODUKSI IKAN SIDAT Anguilla marmorata STADIA ELVER DAN Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL DENGAN PADAT TEBAR 0.5, 1.0, 1.5 g/l PADA SISTEM RESIRKULASI
AHMAD MUPAHIR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vii
Judul Skripsi : Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi Nama : Ahmad Mupahir NIM : C14070046
Disetujui oleh
Dr Ir Tatag Budiardi. MSi Pembimbing I
Dr Ir Ridwan Affandi. DEA Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda. MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi
Nama NIM
Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 gil pada Sistem Resirkulasi Ahmad M upahir C14070046
Disetujui oleh
(
Dr Ir Tatag Bu iardi. MSi Pembimbing I
Dr Ir Rid
Tanggal Lulus:
'Z 1FEB 13U
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai November 2012 ini ialah budidaya ikan sidat, dengan judul Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tatag Budiardi. MSi dan Bapak Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku dosen pembimbing, Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku dosen penguji, dan Ibu Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada BDP angkatan 44, Dede Permana, Unang Ridwan, Helmy, Asep, Dama, Mardi, Yopi, dan laboran lainnya yang telah membantu penulis selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri (Siti Komariah, S.Si), ibu, putraku (Muhammad Salman) dan keluarga lainnya yang telah memberikan dorongan kasih sayang, semangat, tenaga, nasihat, dan do’anya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2014
Ahmad Mupahir
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sidat Anguilla spp. Padat Tebar Sistem Resirkulasi METODE Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ix ix ix 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 7 8 8 17 21 21 21 21 24 29
x
DAFTAR TABEL 1. 2.
Rekapitulasi fisika kimia air ikan sidat stadia elver Rekapitulasi fisika kimia air ikan sidat stadia yellow eel
15 16
DAFTAR GAMBAR 1.
2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
9. 10. 11.
12. 13. 14. 15. 16.
17. 18.
Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia elver) yang dipelihara dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia yellow eel) yang dipelihara dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan Klasifikasi Penyebab kematian ikan sidat stadia elver Klasifikasi Penyebab kematian ikan sidat stadia yellow ell Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia elver) dengan padat tebar berbeda Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia yellow eel) dengan Padat tebar berbeda Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat (stadia elver) dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat (stadia yellow eel ) dengan padat tebar berbeda Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda selama penelitian Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda selama penelitian Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda hasil penelitian Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda hasil penelitian Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda Efisiensi pakan ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda selama penelitian Efisiensi pakan ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda selama penelitian
8 8 9 9 9 10 10 11 11 11 12 12 13 13 13 14 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2.
Data parameter fisika kimia air Data analisis ekonomi budidaya ikan sidat
23 24
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan sidat Anguilla marmotara dan Anguilla bicolor bicolor merupakan dua dari sembilan spesies ikan sidat yang ada di perairan Indonesia (Aoyama, 2001) dan sudah mulai dibudidayakan. Menurut Rusmaedi et al. (2010) ikan sidat memijah di laut, tumbuh berkembang di air tawar dan setelah dewasa kembali ke laut untuk memijah. Menurut Usui (1974) dan Kafuku & Ikenoue (1983), ikan sidat memijah di laut dalam pada bagian lapisan tengah dengan kedalaman sekitar 400-500 m di bawah permukaan air laut, dengan suhu air 16-17o C. Ikan sidat merupakan salah satu ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Nilai ekonomis ikan sidat di pasaran lokal dan internasional sangat tinggi, yaitu mencapai Rp 200.000 per kg. Ikan sidat sudah banyak diekspor dalam bentuk hidup, segar, dan beku ke Asia, Amerika, dan Eropa. Pasar sidat di Asia terutama adalah Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan. Jepang merupakan konsumen ikan sidat terbesar di dunia, membutuhkan 150.000 ton dari 250.000 kebutuhan dunia (Aji, 2010). Keunggulan lainnya dari ikan sidat adalah dilihat dari kualitas ikan sidat itu sendiri yaitu kandungan gizi, vitamin serta mikronutrien pada ikan sidat sangat tinggi. Daging segar, daging olahan, dan hati ikan sidat masing-masing mengandung vitamin A sebanyak 4.700 IU/100 g, 5.000 IU/100 g, dan 15.000 IU/100 g. Kandungan DHA sidat 1.337 mg/100 g mengalahkan ikan salmon yang hanya 820 mg/100 g atau tenggiri 748 mg/100 g (Subiakto, 2012). Besarnya kebutuhan ikan sidat di dunia ini harus diimbangi dengan produktivitas ikan sidat itu sendiri. Pada kegiatan budidaya sidat, benih yang digunakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Penurunan ketersediaan benih di beberapa negara produsen sidat ditenggarai akibat degradasi habitat sidat dan eskploitasi benih berlebihan sehingga calon induk yang nantinya akan menghasilkan benih banyak berkurang. Peningkatan produksi ikan sidat ukuran konsumsi akan memerlukan peningkatan benih ikan sidat. Sumberdaya ikan sidat terutama benih yang tersedia belum dimanfaatkan secara efisien untuk kegiatan budidaya yang memproduksi ikan sidat ukuran konsumsi (marketable size) sehingga perlu dikembangkan teknologi pembesarannya. Upaya pengembangan teknologi pembesaran ikan sidat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peningkatan padat tebar dengan sistem resirkulasi. Peningkatan padat tebar akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) dan pertumbuhan akan berhenti pada padat tebar tertentu (Hepher dan Pruginin, 1981). Peningkatan padat tebar juga akan meningkatkan produksi pada kondisi lingkungan optimal dan pakan yang mencukupi. Peningkatan padat tebar harus sesuai dengan daya dukung (carrying capacity). Kualitas air, pakan, dan ukuran ikan dapat mempengaruhi daya dukung. Pada pemberian pakan yang tepat, oksigen yang mencukupi, serta pemeliharaan pada media suhu yang optimal akan didapatkan performa produksi yang maksimal (Huisman, 1987). Penggunaan sistem resirkulasi (recirculation aquaculture system, RAS) pada pemeliharaan benih merupakan solusi untuk mengatasi penurunan daya dukung wadah pemeliharaan akibat peningkatan padat tebar, dan memungkinkan adanya peningkatan kelangsungan hidup benih. Penelitian ini diperlukan untuk
2
menentukan padat tebar benih ikan sidat yang terbaik dengan sistem resirkulasi sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi terbaik ikan sidat pada padat tebar 0,5; 1,0; dan 1,5 g/l stadia elver (1-2 gram/ekor) untuk spesies A. marmorata dan stadia yellow eel (15-20 gram/ekor) untuk spesies A. bicolor bicolor pada sistem resirkulasi.
TINJAUAN PUSTAKA Sidat Anguilla spp Menurut Deelder (1984), klasifikasi sidat adalah sebagai berikut Filum : Vertebrata Subfilum : Craniata Superklas : Gnathostomata Divisi : Pisces Klas : Teleostei Subklas : Actinopterygii Ordo : Anguilliformes Subordo : Anguilloidei Famili : Anguillidae Genus : Anguilla Spesies : Anguilla spp. Kottelat et al. (1993) menyebutkan bahwa famili Anguillidae yang terdapat di Indonesia terdiri atas beberapa spesies, yaitu: A. bicolor bicolor, A. spengeli, A. australis, A. borneensis, A. celebensis, A. marmorata, A. nebulosa, A. elphinstona, dan A. mauritiana. Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir. Sidat memiliki sisik berukuran kecil dank khas yang terdapat di bawah kulit. Sisik dijumpai di sepanjang sisi lateral. Arah poros terpanjang dari sisik saling tegak lurus satu sama lain membentuk gambaran mozaik seperti anyaman bilik bambu (Tesch, 1973). Dengan tidak adanya sisik besar, kemampuan sidat dalam bernafas melalui permukaan kulit sama baiknya dengan melalui insang. Sidat mempunyai bagian yang sangat sensitif terhadap getaran terutama di bagian samping sehingga membantu pergerakan sidat. Organ penciumannya juga sangat peka sehingga membantu mengatasi kelemahan daya penglihatannya. Organ pernapasan sidat adalah insang. Sidat memiliki empat pasang insang yang terletak di dalam rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa filamen insang dan setiap filamen terbentuk dari sejumlah lamela yang di dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah. Siklus hidup sidat berawal dari telur, kemudian menjadi larva (leptochepalus), glass eel , elver, yellow eel, dan terakhir adalah fase silver eel. Menurut Tesch (1973), telur sidat berbentuk bulat dan bersifat planktonis. Telur akan menetas dalam waktu 1-10 hari dan berubah menjadi larva sidat. Leptocephalus akan berubah menjadi glass eel. Glass eel merupakan sebutan untuk tahap perkembangan dari akhir metamorphosis leptocephalus sampai dimulainya pigmentasi. Glass eel akan berubah menjadi elver, yaitu periode sidat
3
muda berpigmen. Perubahan tersebut terjadi di perairan payau atau tawar. Bentuk sidat dari fase larva hingga menjadi glass eel diperlihatkan oleh Aida et al. (2003). Bila pigmentasi telah sempurna maka elver akan masuk ke tahap yellow eel. Perubahan terakhir menjadi silver ell dengan ciri tubuh berwarna coklat di bagian atas (punggung), dan metalik atau silver tanpa pigmen hitam (xanthochromatism) pada bagian bawah (perut). Waktu untuk membesarkan ikan sidat dari ukuran glass eel hingga mencapai ukuran konsumsi (150-180 g) adalah 8-15 bulan. Padat Tebar Padat tebar ikan adalah jumlah ikan yang ditebar per satuan luas atau volume wadah pemeliharaan (Hepher dan Pruginin, 1981). Padat tebar erat sekali hubungannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan (Hickling, 1971). Padat tebar ikan yang terlalu tinggi dapat menurunkan kualitas air, menghambat pertumbuhan ikan, menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan serta meningkatkan tingkat keragaman ukuran ikan. Padat tebar yang rendah pada kegiatan budidaya dapat mengakibatkan produksi rendah (Slembrouck et al., 2005). Peningkatan produksi melalui peningkatan padat tebar dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, maka peningkatan padat tebar tidak akan menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981). Semakin tinggi padat tebar ikan, oksigen terlarut akan makin berkurang (Stickney, 1979; Sarah, 2002). Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat tebar akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Sistem Resirkulasi Budidaya sistem resirkulasi (recirculation aquaculture system, RAS) merupakan solusi untuk mengatasi penurunan daya dukung wadah pemeliharaan akibat peningkatan padat tebar. Menurut Hutchinson et al. (2004) sistem resirkulasi merupakan penerapan teknologi akuakultur yang terdiri atas sistem pengaliran air, penyaringan secara mekanik dan biologi, penggunaan pompa dalam pengairan air, aerasi, oksigenasi air, dan komponen pengelolaan air lain yang menghasilkan kualitas air yang optimum untuk pertumbuhan ikan di dalam wadah pemeliharaan. Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah tidak membutuhkan lahan yang luas, dapat dibuat di daerah-daerah pemukiman penduduk, efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat dikontrol dengan baik. Sementara itu kelemahan dari sistem ini yaitu mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, karena memerlukan kondisi yang teratur agar berjalan dengan baik dan membutuhkan energi lebih (Saptoprabowo, 2000). Menurut Spotte (1970), proses pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat berupa filtrasi fisik atau mekanik, filtrasi biologi dan filtrasi kimia. Filtrasi fisik berupa pemisahan atau penyaringan. Filtrasi biologi berupa penguraian senyawa nitrogen organik oleh bakteri pengurai pada filter. Menurut Stickney (1979), Satu unit sistem resirkulasi biasanya terdiri dari empat komponen yaitu wadah budidaya untuk pemeliharaan ikan, filter mekanik atau wadah pengendapan
4
primer, filter biologi dan wadah pengendapan sekunder, bagian penting dalam sistem resirkulasi adalah biofilter karena menyediakan area permukaan untuk tumbuhnya koloni bakteri yang mendetoksifikasi hasil metabolisme ikan. Fungsi utama biofilter adalah mengubah amoniak menjadi nitrit (NO2-) yang kemudian diubah menjadi nitrat (NO3-) yang relatif tidak berbahaya. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 70 hari yaitu dimulai dari bulan September hingga Nopember 2012 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa pendederan ikan sidat yang meliputi: 1) Pendederan di bak ke 1, 2, dan 3 yaitu pemeliharaan ikan sidat spesies A. marmorata stadia elver (1.00-2.00 g) dengan padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l. 2) Pendederan di bak 4, 5, dan 6 yaitu pemeliharaan ikan sidat spesies A. bicolor bicolor stadia yellow eel (10.0-20.0 g) dengan padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l. Keseluruhan penelitian pendederan ikan sidat dilakukan secara bersamaan (paralel) dengan sistem pemeliharan di dalam ruangan (indoor). Pemeliharaan ikan sidat dilakukan selama 10 minggu (70 hari). Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir, kerikil, karang, karbon aktif, kapas sintetis, spons/busa, kain kasa busa, zeolit, bioball, KMnO4, ikan sidat (A. marmorata) ukuran 1.00-2.00 gram/ekor dan ikan sidat (A. bicolor-bicolor) ukuran 10.0-20.0 g/ekor. Alat-alat yang digunakan pada penelitian antara lain 6 bak beton keramik berdimensi 1.7 m x 1.7 m x 1 m, termometer, ember, pipa, pompa air celup/submersibel, paralon, kran pengatur, blower/hiblow, selang aerasi, batu aerasi, pemberat, pemanas air. Wadah budidaya dilengkapi dengan tempat pakan (feed tray) dan pelindung (shelter) dari potongan paralon, serta penutup bak dari bahan plastik hitam. Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Penelitian pendederan di bak menggunakan sistem resirkulasi. Wadah yang digunakan berupa bak berkeramik berukuran 1.7 m x 1.7 m x 1 m sebanyak 6 unit yang diisi air sebanyak 1,500 liter atau pada ketinggian 51.9 cm. Persiapan penelitian meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, pembersihan wadah, pengisian bak dengan air bersih, dan stabilisasi sistem. Filter yang digunakan adalah satu unit filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia, dan biologi. Bahan filter yang digunakan terdiri dari pasir, kerikil, karang, karbon aktif, kapas sintetis, spons/busa, kain kasa busa, zeolit, bioball. Pada sistem resirkulasi, air dari bak pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa pengeluaran. Air yang keluar dari bak pemeliharaan langsung memasuki bak filter-1 yang berfungsi sebagai filter fisik melalui lamela separator. Air difilter melalui saringan yang dilengkapi kapas sintetis untuk menyaring kotoran-kotoran kasar dan dilanjutkan ke filter
5
berupa susunan karang sebanyak 50 % dari volume bak. Air yang telah bersih dari bak filter-1 dialirkan ke bak filter-2 yang berisikan pasir, dan karbon aktif. Air dialirkan ke bak filter-3 dilengkapi dengan bioball. Air dari bak filter-3 dipompa ke masing-masing bak melalui pipa inlet. Sistem resirkulasi yang telah selesai disusun kemudian dijalankan selama tujuh hari untuk menstabilkan debit air, pemeriksaan komponen yang belum berfungsi, dan untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi pada filter biologi. Pelet ikan sebagai sumber nitrogen dimasukkan ke dalam filter biologi untuk menstimulasi tumbuhnya bakteri nitrifikasi. Tebar Ikan Benih sidat (elver) yang digunakan dalam penelitian di bak 1, 2, dan 3 memiliki bobot antara 1-2 gram/ekor yang berasal dari pendederan ikan sidat di Parung, Bogor, Jawa Barat. Penelitian di bak 4, 5, dan 6 Benih ikan sidat (yellow eel) berbobot sekitar 10-20 gram/ekor yang berasal dari pendederan ikan sidat di Cilacap, Jawa Tengah. Bobot dan panjang benih sidat diukur dengan mengambil 25 sampel sehingga dapat diperoleh bobot rata-rata dan panjang rata-rata benih. Benih diaklimatisasi terlebih dahulu selama tujuh hari sebelum ditebar. Penebaran dilakukan setelah tujuh hari stabilisasi sistem resirkulasi. Benih ditebar pada masing-masing bak sesuai dengan rancangan percobaan. Jumlah benih ikan sidat stadia elver yang ditebar pada bak 1, 2, dan 3 sebanyak 750, 1500, dan 2250 g/1,500 l. Jumlah benih ikan sidat stadia yellow eel yang ditebar pada bak 4, 5, dan 6 sebanyak 750, 1500, dan 2250 g/1,500 l. Pemberian Pakan Pakan yang digunakan pada penelitian ini berupa pakan buatan berbentuk pasta diberikan secara restriction. Pakan diberikan dua kali dalam sehari yakni pada pagi hari (pukul 11.00 WIB) dan sore hari (pukul 17.00 WIB) sebanyak 3 % dari biomassa ikan. Setiap dua minggu sekali dilakukan penambahan pakan sebesar 1% jika nafsu makan ikan meningkat. Sebelum pemberian pakan dilakukan penyifonan dan penimbangan pakan yang tersisa. Pengelolaan Fisika Kimia Air Pengelolaan fisika kimia air dilakukan dengan penyifonan yang dilakukan pada pagi hari. Air yang berkurang akibat penyifonan dan penguapan selama pemeliharaan diatasi dengan penambahan volume air pada sistem pemeliharaan hingga pada volume 1,500 liter. Fisika kimia air diketahui dengan pengukuran setiap empat belas hari sekali yang meliputi parameter suhu, pH, oksigen terlarut (DO), total kandungan amoniak (TAN), nitrit (NO2-), kesadahan dan alkalinitas. Jika terjadi perubahan kualitas air yang mendekati kodisi letal maka dilakukan pergantian air hingga 30% dari volume air. Pengumpulan Data Parameter yang diamati selama penelitian meliputi biologi ikan (bobot, panjang, dan jumlah ikan mati), jumlah pakan, dan kualitas air. Pengamatan biologi dilakukan melalui pengambilan contoh ikan sebanyak 25 ekor per bak. Parameter tersebut digunakan untuk menghitung derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian (LPS), laju pertumbuhan bobot mutlak (LPM), pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman panjang, dan efisiensi pakan serta untuk menghitung analisis ekonomi.
6
Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. SR dihitung dengan rumus Goddard (1996), yaitu: N SR t x 100 N0 Keterangan: SR = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Koefisien Keragaman Panjang Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan dinyatakan dalam koefisien keragaman. Koefisien keragaman panjang dihitung menggunakan rumus menurut Steel dan Torrie (1981): S KK 100 Y Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu pada dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus dari Effendi (1979): Pm = Lt-L0 Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt = Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm) L0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm) Laju Pertumbuhan Spesifik Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 25 ekor per bak menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Laju pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus dari Huisman (1987): LPS = {(ln wt – ln w0)/t} x 100 Keterangan: LPS = Laju pertumbuhan bobot Spesifik (%) wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram) w0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram) t = Waktu pemeliharaan (hari) Efisiensi Pakan Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus dari Zonneveld et al. (1991): W Wd W0 EP t x 100 F
Keterangan : EP wt wd w0 F
= = = = =
Efisiensi pakan (%) Biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram) Biomassa total ikan mati selama pemeliharaan (gram) Biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (gram) Jumlah total pakan selama pemeliharaan (gram)
7
Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dihitung untuk mengetahui aspek ekonomi hasil penelitian. Parameter yang diamati dalam efisiensi ekonomi meliputi: 1) Keuntungan (Profit) Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila selisih antara penerimaan dan total biaya bernilai positif. Menurut Martin et al. (1991), keuntungan dihitung menggunakan rumus: Keuntungan = Penerimaan – Biaya Produksi Total 2) R/C Ratio R/C ratio (Revenue/Cost Ratio) merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Suatu usaha dikatakan layak dilakukan apabila R/C lebih dari 1 (R/C >1). Semakin tinggi R/C maka tingkat keuntungan yang didapat semakin tinggi. R/C dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Rahard et al., 1998): Penerimaan R/C = Total Biaya Produksi 3) Break Event Point (BEP) Penerimaan BEP penerimaan merupakan nilai minimum penerimaan dari penjualan hasil produksi yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Menurut Martin et al. (1991), penghitungan BEP penerimaan adalah sebagai berikut. Biaya Tetap BEP(penerimaan) = Biaya Variabel 1Penerimaan 4) Break Event Point (BEP) Unit BEP unit merupakan nilai minimum volume produksi yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Menurut Martin et al. (1991), penghitungan BEP unit adalah sebagai berikut. Biaya Tetap BEP(unit) = Biaya Variabel Harga jual/ekor Jumlah Produksi 5) Harga Pokok Produksi (HPP) Harga pokok produksi merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998). Penghitungan HPP dilakukan untuk mengetahui harga penjualan minimum. Harga pokok produksi merupakan perbandingan total biaya produksi dengan total produksi. Total Biaya Produksi HPP = Total Produksi 6) Payback Periode (PP) Payback Periode (PP) dihitung untuk mengetahui lama waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi yang ditanamkan. Menurut Martin et al. (1991), PP dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. Total Investasi PP = x 1 Tahun Keuntungan Analisis Data Data parameter hasil penelitian yang telah didapat diolah dan ditabulasi, kemudian dianalisis secara deskripsi. Analisis dilakukan dengan bantuan program Ms.Excel 2007.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian telah menghasilkan data berupa derajat kelangsungan hidup (KH), panjang rata-rata, bobot rata-rata (w), laju pertumbuhan bobot harian (LPH), laju pertumbuhan mutlak (LPM), dan efisiensi pakan (EP).
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
Derajat Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil penelitian, derajat kelangsungan hidup ikan sidat pada semua perlakuan semakin menurun seiring dengan waktu pemeliharaan namun cenderung meningkat dengan meningkatnya padat tebar. Derajat kelangsungan ikan sidat stadia elver pada padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l sebesar 70.57%, 69.57%, dan 91.28% (Gambar 1); sedangkan ikan sidat stadia yellow eel pada padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l sebesar 75.68%, 88.46%, dan 92.50% (Gambar 2). 100.00
Padat tebar Elver 0.5g/l 1.0g/l 1.5g/l
90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 0
14
28
42
56
70
Waktu (hari ke- )
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan sidat stadia elver yang dipelihara dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan Padat tebar yellow eel 0.5g/l 1.0g/l 1.5g/l
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 0
14
28
42
56
70
Waktu (hari ke- )
Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia yellow eel ) yang dipelihara dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan Tingkat kematian (mortality rate) sangat mempengaruhi produksi budidaya. Penyebab kematian pada penelitian ini untuk stadia elver hampir merata, yaitu didominasi oleh tidak ada luka, kurus, dan berjamur pada tubuh ikan (Gambar 3).
9
Gambar 3 Persentase penyebab kematian ikan sidat stadia elver Penyebab kematian pada ikan sidat stadia yellow eel didominasi oleh jamur pada bagian tubuh ikan pada wadah dengan padat tebar 0.5 dan 1.0 g/l (50% dan 23%), dan mengalami bercak merah pada tubuh ikan pada wadah dengan padat tebar ikan 1.5 g/l (34%) (Gambar 4).
Gambar 4 Persentase penyebab kematian ikan sidat stadia yellow eel
Koefisien Keragaman Panjang
Koefisien Keragaman Panjang Keragaman panjang ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami peningkatan (Gambar 5). Secara keseluruhan nilai koefisien keragaman panjang terus meningkat selama penelitian. Peningkatan cepat terjadi pada rentan waktu hari ke-14 hingga hari ke-42 pada padat tebar 1.5 g/l lalu terjadi penurunan hingga hari ke-70. Hasil akhir pemeliharaan koefisien keragaman panjang ikan sidat stadia elver yang tertinggi pada padat tebar1.0 g/l 0.200
Padat tebar elver 0.5 g/l 1.0 g/l 1.5 g/l
0.150 0.100 0.050 0.000 0
14
28
42
56
70
Waktu (hari ke- ) Gambar 5 Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia elver) dengan padat tebar berbeda
10
Koefisien Keragaman Panjang
Keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel selama pemeliharaan disemua kepadatan mengalami peningkatan (Gambar 6). Peningkatan grafik cenderung terhenti pada hari ke-42 pada semua kepadatan. Hasil akhir pemeliharaan koefisien keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel yang tertinggi pada padat tebar 0.5 g/l. 0.300 0.250
Padat tebar yellow eel 0.5 g/l 1.0 g/l 1.5 g/l
0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 0
14
28
42
56
70
Waktu (hari ke- ) Gambar 6 Koefisien keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak (Pm) ikan sidat stadia elver (Gambar 7) menujukan bahwa pada padat tebar 1.0 g/l memiliki nilai yang lebih kecil dari perlakuan padat tebar lainnya yaitu 0.31 cm. Nilai Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi pada padat tebar 1.5g/l yaitu sebesar 0.55 cm Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm)
0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00
0.5g/l
1.0g/l Padat Tebar
1.5g/l
Gambar 7 Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan panjang mutlak ikan sidat stadia yellow eel (Gambar 8) memiliki nilai Pm yang berbeda pada setiap kepadatan. Nilai pertumbuhan panjang mutlak terkecil terjadi pada kepadatan 0.5 g/l yaitu 7.92 cm dan yang terbesar terjadi pada padat tebar 1.5 g/l yaitu sebesar 12.99 cm.
Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
11
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l
Padat tebar Gambar 8 Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda
Koefisien Keragaman Bobot (gram)
Koefisien Keragaman Bobot Keragaman bobot ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami peningkatan (Gambar 9). Keseluruhan nilai koefisien keragaman panjang tertinggi pada hari ke-42 masa pemeliharaan. Hasil akhir koefisien keragaman bobot tertinggi terjadi pada padat tebar 1.5 g/l dan terendah pada padat tebar 0.5 g/l. 0.400
Padat tebar elver 0.5 g/l 1.0 g/l 1.5 g/l
0.300 0.200 0.100 0.000
0
14
28
42
56
70
Waktu (hari ke- )
Koefisien Keragaman Bobot (gram)
Gambar 9 Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda Keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel mengalami fluktuasi selama pemeliharaan (Gambar 10). Padat tebar 0.5 dan 1.0 g/l mengalami peningkatan pada hari ke-0 hingga hari ke-28 atau selama 4 minggu dan kembali meningkat pada hari ke-56 hingga hari ke-70 . Hal ini berbeda dengan padat tebar 1.5 g/l, yang berlawanan kurva dengan padat tebar lainnya. 0.800 Padat tebar yellow eel
0.600
0.5 g/l 1.0 g/l 1.5 g/l
0.400 0.200 0.000 0
14
28 42 56 Waktu (hari ke- )
70
Gambar 10 Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda
12
Pertumbuhan Bobot Rata-rata Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami pertumbuhan terutama pada padat tebar 1.0 g/l. Laju pertumbuhan bobot rata-rata pada akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 0.12 g, 0.19 g, dan 0.13 g (Gambar 11). Hasil menunjukan peningkatan pertumbuhan bobot rata rata terjadi mulai hari ke- 28 hingga hari ke-70, pada hari ke-0 hingga hari ke-28 tidak terjadi peningkatan yang signifikan. 1.90
Bobot Rata-rata elver (gram)
1.85 1.80 1.75 1.70 1.65 1.60
0
14
28
42
56
70
0.5g/l
1.66
1.68
1.68
1.74
1.75
1.78
1.0g/l
1.67
1.69
1.70
1.73
1.78
1.86
1.5g/l
1.67
1.69
1.69
1.74
1.79
1.80
Waktu (hari ke- ) 0.5g/l 1.0g/l 1.5g/l
Gambar 11 Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda selama penelitian Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel selama pemeliharaan mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan bobot rata-rata pada akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 17.58 g, 28.14 g, dan 21.41 g (Gambar 10). 46.00
Bobot Rata-rata yellow eel (gram)
41.00 36.00 31.00 26.00 21.00 16.00
0
14
28
42
56
70
0.5g/l
16.32
22.23
27.18
25.88
28.88
33.90
1.0g/l
17.24
21.14
26.38
26.70
31.23
45.38
1.5g/l
17.51
23.58
27.30
32.75
32.50
38.92
Waktu (hari ke- ) 0.5g/l 1.0g/l
1.5g/l
Gambar 12 Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda selama penelitian
13
Laju Pertumbuhan Spesifik (% per hari)
Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik stadia elver yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan padat tebar 1.0 g/l yaitu sebesar 0.61 %, sedangkan yang terkecil terjadi pada padat tebar 0.5 g/l yaitu sebesar 0.57 % (Gambar 13). 0.80 0.60
0.57
0.61
0.58
0.5 g/l
1.0 g/l Padat Tebar
1.5 g/l
0.40 0.20 0.00
Laju Pertumbuhan Spesifik (% per hari)
Gambar 13 Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda Laju pertumbuhan spesifik stadia yellow eel adalah 3.48%, 3.77% dan 3.62% (Gambar 14). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat stadia yellow eel pada perlakuan padat tebar 1.0 g/l memiliki laju pertumbuhan spesifik yang paling tinggi dari padat tebar lainnya. 4.00
3.48
3.77
3.62
0.5 g/l
1.0 g/l Padat Tebar
1.5 g/l
3.00 2.00 1.00 0.00
Gambar 14 Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda Pertumbuhan Biomassa Selama pemeliharaan, ikan sidat stadia elver mengalami penurunan (Gambar 15). Biomassa pada akhir penelitian dengan padat tebar 0.5 g/l, 1.0 g/l, dan 1.5 g/l berturut-turut adalah 622.72, 1280.09, dan 2230.88 g/bak. Penurunan biomassa ikan pada setiap perlakuan dipengaruhi tingkat kematian. Penurunan terbesar terjadi pada padat tebar1.0 g/l yaitu sebesar 219.91 g.
Biomassa elver (gram)
2500.00 2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0
14
28
42
Waktu (hari ke- ) 0.5g/l 1.0g/l
56
70
1.5g/l
Gambar 15 Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda
14
Biomassa yellow eel (gram)
Biomassa ikan sidat pada stadia yellow eel mengalami pertumbuhan (Gambar 16). Biomassa ikan sidat stadia yellow eel pada akhir penelitian dengan padat tebar 0,5 g/l; 1,0 g/l dan 1,5 g/l berturut-turut adalah 1,254.29; 3,539.7; dan 4;669.97 g/bak. 5,500.00 4,500.00 3,500.00 2,500.00 1,500.00 500.00 0
14
28
42
Waktu (hari ke- ) 0.5g/l 1.0g/l
56
70
1.5g/l
Gambar 16 Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda Efisiensi Pakan Efisiensi pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang nyata dimakan oleh ikan sidat. Efisiensi pakan yang dihasilkan untuk stadia elver pada perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 0.86%, 2.23%, dan 3.88% (Gambar 17). Peningkatan efisiensi pakan terjadi pada padat tebar 1.5 g/l dimulai pada hari ke-28 hingga hari ke-56 lalu menurun pada hingga hari ke-70. Efisiensi pakan pada padat tebar 0.5 cenderung menurun hingga akhir pemeliharaan sedangkan pada padat tebar 1.0 g/l cenderung fluktuasi pada setiap samplingnya. Efisiensi pakan (%)
6.00 5.00
Padat tebar elver
4.00
0.5g/l 1.0g/l 1.5g/l
3.00 2.00 1.00 0.00 14
28
42
56
70
Waktu (hari ke-) Gambar 17 Efisiensi pakan ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda selama penelitian Efisiensi pakan yang dihasilkan ikan sidat stadia yellow eel dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l sebesar 29.11%, 50.40% dan 35.62% (Gambar 18).
Efisiensi pakan (%)
15
100.00 80.00
Padat tebar Yellow eel
60.00
0.5g/l 1.0g/l 1.5g/l
40.00 20.00 0.00 14
28
42
56
70
Waktu (hari ke-) Gambar 18 Efisiensi pakan ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar berbeda selama penelitian Rekapitulasi Parameter Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air sangat mempengaruhi laju metabolism ikan sidat. Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi, sehingga fisika kimia air dalam sistem terjaga dengan baik. Parameter yang diambil yaitu DO, suhu, pH, TAN, nitrit, alkalinitas, dan kesadahan. Berikut ini rekapitulasi parameter fisika kimia air dengan nilai yang diambil adalah kisaran nilai dari awal hingga akhir masa pemeliharaan ikan sidat. Tabel 1 Rekapitulasi Fisika Kimia air ikan sidat stadia elver Parameter DO (mg/l) Suhu (oC) pH TAN (mg/l) Nitrit (mg/l) Alkalinitas (mg/l) Kesadahan (mg/l)
0.5g/l 5.8-7.7 27.2-27.5 6.69-7.98 0.058-0.188
68-180
Padat Tebar 1.0g/l 1.5g/l 5.5-7.5 27.1-27.9 6.87-7.94 0.050-0.271 0.88-0.99 56-124
85.21-147.99 76.24-139.02
Kisaran Optimal
6.1-7.6 26.6-27.8 6.92-7.93 0.088-0.221
> 3 (Bieniarz et al, 1978) 29-31 (Hasbulloh 1996) 6 – 8 (Ritonga,2014) <1-2 (Degani et al,1985) <0.5 (Knosche,1994)
68-144
>20 (Wedemeyer,1996)
94.17-156.96
Hasil yang diperoleh dari Tabel 1 menunjukan nilai DO berada diatas kisaran optimal pada pemeliharaan ikan sidat stadia elver. Namun nilai suhu berada dibawah kisaran optimum yang disarankan yaitu antara 26.6 hingga 27.90C. Nilai pH yang didapat berada dalam kisaran optimum pada semua padat tebar yaitu 6.69 hingga 7.98. Nilai TAN berada pada kisaran optimum, yaitu dibawah 1 mg/l dengan nilai antara 0.050 hingga 0.271 mg/l. Nilai nitrit diambil hanya pada awal dan akhir penelitian pada inlet sistem resirkulasi, dan nilai yang diperoleh berada diatas kisaran optimal. Nilai alkalinitas yang diperoleh berada pada kisaran optimal, yaitu pada kisaran 56 hingga 180 mg/l. Nilai kesadahan berada pada tingkatan cukup lunak (50 – 100 mg/l dan agak keras (100 – 200 mg/l) dengan nilai Nilai kesadahan 76.24 hingga 156.96 mg/l.
16
Tabel 2 Rekapitulasi fisika kimia air ikan sidat stadia yellow eel Parameter DO (mg/l) Suhu (oC) pH TAN (mg/l) Nitrit (mg/l) Alkalinitas (mg/l) Kesadahan (mg/l)
0.5g/l
Padat Tebar yellow eel 1.0g/l 1.5g/l
4.9-7.1 26.7-28.1 6.04-8.00 0.054-0.354
68-180
5.4-7.3 26.6-27.9 6.98-7.97 0.075-0.300 0.88-0.99
56-124 94.1780.7-139.02 156.96
Kisaran Optimal
4.9-7.0 26.5-27.9 6.42-7.88 0.083-0.303
> 3 (Bieniarz et al, 1978) 29-31 (Hasbulloh 1996) 6 -8 (Ritonga,2014) <1-2 (Degani et al,1985) <0.5 (Knosche 1994)
68-144
>20 (Wedemeyer,1996)
76.24-134.53
Hasil yang diperoleh dari Tabel 2 menunjukan nilai DO berada di atas kisaran optimal pada pemeliharaan ikan sidat stadia yellow eel. Namun nilai suhu berada dibawah kisaran optimum yang disarankan yaitu antara 26.5 hingga 28.10C. Nilai pH yang didapat berada dibawah kisaran optimum pada padat tebar 0.5 g/l dan 1.5 g/l yaitu 6.04 dan 6.42. Nilai TAN berada pada kisaran optimum, yaitu dibawah 1 mg/l dengan nilai antara 0.054 hingga 0.354 mg/l. Nilai nitrit diambil hanya pada awal dan akhir penelitian pada inlet sistem resirkulasi, dan nilai yang diperoleh berada diatas kisaran optimal. Nilai alkalinitas yang diperoleh berada pada kisaran optimal, yaitu pada kisaran 56 hingga 180 mg/l. Nilai kesadahan berada pada tingkatan cukup lunak (50-100 mg/l) dan agak keras (100200 mg/l) dengan nilai kesadahan 76.24 - 156.96 mg/l. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi diambil nilai keuntungan tertinggi pada padat tebar terbaik dari ketiga yaitu pada padat tebar 1.0 g/l pada bak bervolume 1,500 liter, 1) Keuntungan (Profit) Keuntungan = Penerimaan – Biaya Produksi Total = Rp 42000000.00 – Rp 26942848.21 = Rp 15057151.79 / tahun 2) R/C Ratio Penerimaan 42 000 000 R/C Ratio = = 2.1230 Total Biaya Produksi 19 783100 3) Break Event Point (BEP) Penerimaan 3 305 300 Biaya Tetap BEP(penerimaan) = = Rp10 353 714.20 28 592 000 Biaya Variabel 1 142 000 000 Penerimaan 4) Break Event Point (BEP) Unit 3 305 300 Biaya Tetap BEP(unit)= = = 27.6 kg/tahun 28 592 000 Biaya Variabel 375 000/Kg Harga Jual/Kg 112 Jumlah Produksi 5) Harga Pokok Produksi (HPP) Total biaya produksi 19 783100 HPP = = = Rp 176 634.82/kg Total produksi 112
17
6) Payback Periode (PP) Total investasi x 1 tahun = 27 939 000.00 x1 tahun = 1.86 tahun PP = Keuntungan 15 057 151.79 Pembahasan Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami penurunan hingga minggu terakhir. Pada stadia elver, padat tebar tertinggi menghasilkan SR yang cenderung paling tinggi diantara padat tebar lainnya yaitu 91.28%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Facey dan Avyle (1987) ikan sidat di alam hidup bergerombol dan cenderung berada di dasar perairan, sehingga pada kepadatan yang rendah mengakibatkan stress pada ikan. Stress yang dialami ikan menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun bahkan terjadi kematian (Effendi et al, 2006). Penurunan drastis terjadi pada hari ke-28 hingga hari ke-56. Penyebab selain padat tebar yang rendah, yaitu pengaruh lingkungan budidaya terutama penyakit dan suhu. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) suhu rendah dan timbulnya penyakit akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil. SR ikan sidat stadia yellow eel yang menurun drastis pada hari ke-28 hingga hari ke-56, khususnya pada padat tebar yang rendah (0.5 g/l). SR tertinggi pada padat tebar 1.5 g/l yaitu 92,50%. Hal ini sesuai dengan kebiasaan ikan sidat di alam yaitu hidup bergerombol, semakin tinggi padat tebar maka semakin tinggi SR-nya. Kematian ikan disebabkan oleh adanya jamur, bercak merah pada leher/ekor, luka pada perut/ekor, adanya ikan yang kurus, bahkan adanya ikan yang mati tanpa luka atau jamur. Secara keseluruhan penyebab kematian ikan sidat stadia elver didominasi oleh adanya jamur dan tidak adanya luka pada tubuh ikan, sedangkan kematian ikan stadia yellow eel didominasi oleh jamur dan bercak merah pada leher per ekor. Ikan mati yang ditandai dengan adanya bercak merah pada leher dapat disebabkan adanya interaksi ikan seperti kompetisi untuk makanan, ruang, dan pasangan seksual (Udomkusonsri, 2004). Jamur yang terdapat pada tubuh ikan diduga disebabkan oleh infeksi sekunder oleh jamur pada luka yang telah terbentuk sebelumnya, terutama pada saat ikan lemah, baik karena kurang makan atau kualitas air yang turun. Ikan mati dengan tidak adanya luka pada tubuh ikan disebabkan oleh perubahan lingkungan fisika seperti pH, suhu, dan salinitas air, selain itu dapat disebabkan polusi air (seperti, bahan kimia organik dan logam berat) dan praktik akuakultur (misalnya, penanganan, transportasi dan kepadatan) yang dapat menyebabkan stres pada ikan (Udomkusonsri, 2004). Pada penelitian ini, pengaruh lingkungan, terutama suhu rendah dan nitrit yang tinggi dapat menyebabkan stres pada ikan. Pada keterpaparan yang lama, kondisi tersebut akan dapat menurunkan nafsu makan ikan sehingga menyebabkan ikan menjadi lemah karena kekurangan energi. Selanjutnya, hal tersebut dapat menurunkan sistem ketahanan tubuh ikan, baik untuk menghadapi fluktuasi lingkungan maupun serangan penyakit. Keragaman ukuran ikan dalam suatu populasi akan mempengaruhi kompetisi terhadap makanan dalam wadah pemeliharaan (Maruto, 2008). Nilai koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi ukuran panjang
18
ikan dalam pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan koefisien keragaman panjang semakin meningkat selama masa pemeliharaan, namun mengalami penurunan diminggu terakhir masa pemeliharaan. Nilai koefisien keragaman semakin rendah dengan meningkatnya padat tebar. Nilai koefisien keragaman panjang pada akhir penelitian ikan sidat stadia elver adalah 0.062-0.279%. Koefisiensi keragaman ikan sidat stadia elver beragam disebabkan nafsu makan ikan yang berbeda sesuai kondisi ikan dalam bak pemeliharaan. Nilai koefisien keragaman panjang pada akhir penelitian ikan sidat stadia yellow eel adalah 0.062-0.162%. Nilai keragaman panjang ikan sidat tidak mempengaruhi nilai jual ikan saat siap panen, karena nilai jual ikan sidat dilihat dari massa ikan sidat dalam kilogram. Pertumbuhan panjang mutlak (Pm) dipengaruhi oleh pertumbuhan panjang awal dan akhir masa pemeliharaan. Nilai Pm digunakan untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan panjang ikan selama pemeliharaan. Nilai Pm elver memperlihatkan bahwa perbedaan padat tebar tidak berpengaruh. Nilai Pm yellow eel yang menunjukkan semakin besar nilai Pm dengan bertambahnya tingkat kepadatan. Perubahan pertumbuhan yang terjadi dipengaruhi oleh kualitas air yang terkontrol. Kualitas air yang baik dalam media pemeliharaan merupakan faktor yang sangat mendukung pertumbuhan ikan sidat Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan bobot, ukuran dan volume tubuh ikan dalam periode waktu tertentu (Brett, 1979). Hasil penelitian menunjukkan selama masa pemeliharaan, ikan sidat stadia elver mengalami peningkatan pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan terjadi setelah sampling ke dua, hal ini dikarenakan adaptasi ikan sidat stadia elver terhadap pakan ikan. Pertumbuhan bobot rata-rata dari padat tebar berbeda pada perlakuan padat tebar 1.0 g/l mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diakhir pemeliharaan. Hasil Penelitian menunjukan peningkatan pertumbuhan terjadi pada ikan sidat stadia yellow eel. Laju pertumbuhan bobot rata-rata pada akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 17.58 g, 28.14 g, dan 21.41 g. Peningkatan laju pertumbuhan pada stadia yellow ell berada pada pertumbuhan somatik yang cepat (Tesch, 1973). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, pertumbuhan rata-rata ikan sidat stadia yellow eel meningkat dua kali lipat lebih dari bobot awal tebar. Hasil penelitian diperoleh bobot rata-rata tertinggi pada padat tebar 1.0 g/l. Persentase laju pertumbuhan spesifik (LPS) ikan sidat elver dengan kepadatan 1.0 g/l lebih tinggi dari kepadatan lainnya dan kepadatan 0.5 g/l memiliki nilai LPS yang terkecil. LPS dipengaruhi oleh kondisi ikan dan lingkungannya. Kebiasaan makan ikan yang bergerombol tidak terjadi pada kepadatan rendah hingga menurunkan nafsu makan ikan. Pada kepadatan yang tinggi, kompetisi ikan dalam mendapatkan makanan pun tinggi hingga hanya sebagian ikan yang mendapatkan makanannya. Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan yang terbaik terdapat pada ikan sidat stadia yellow eel dengan padat tebar 1.0 g/l. Penurunan pertumbuhan ini dapat disebabkan jumlah pakan yang kurang. Hepher dan Pruginin (1981) menyebutkan peningkatan padat tebar ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan (critical standing crop). Effendi (1979) juga menyebutkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia,
19
jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut dan faktor kualitas air lainnya, serta umur dan ukuran ikan dan tingkat kematangan gonad. Biomasa hasil penelitian menunjukan pergerakan yang menurun untuk stadia elver disebabkan pertumbuhan yang rendah dan banyaknya ikan yang mati. Laju pertumbuhan dan kematian akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 0.12 g, 0.19 g dan 0.13 g dan 103 ekor, 210 ekor, dan 108 ekor. Biomassa hasil akhir penelitian ikan sidat stadia yellow eel mengalami peningkatan seiring bertambahnya bobot ikan, yaitu padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l berturut-turut adalah 1.254.29, 3.539.7, dan 4.669.97 g/1500 l. Laju pertumbuhan biomassa nya 504.29 g, 2.039.7 g, dan 2.419.97 g. Biomasa ikan sidat terbaik pada kepadatan 1.0 g/l untuk stadia yellow eel. Pakan yang gunakan adalah pakan buatan berbentuk pasta secara restriction. Selama masa pemeliharan, efisiensi pakan pada ikan sidat stadia elver mengalami fluktuasi. Pada padat tebar 1.5 g/l, efisiensi pakan mengalami kenaikan pada hari ke-42 dan ke-56, lalu mengalami penurunan pada hari ke-70. Pada padat tebar 1.0 g/l mengalami kenaikan dihari ke-28 dan ke-56, namun nilai efisiensinya lebih rendah dari padat tebar 1.5 g/l. Kepadatan 0.5 g/l memiliki nilai efisiensi pakan yang terus mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai efisiensi pakan ikan sidat stadia elver mengalami peningkatan dengan meningkatnya padat tebar. Pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan ikan sebelum pemeliharaan, sehingga ikan sidat tidak memerlukan waktu untuk adaptasi pakan. Ikan sidat stadia yellow eel yang memiliki nilai efisiensi pakan yang semakin menurun seiring bertambahnya masa pemeliharaan. Nilai efisiensi pakan tidak berpengaruh besar terhadap efisiensi ekonomi, karena nilai jual ikan sidat lebih dari sepuluh kali lipat dari nilai ekonomi pakan. Nilai efisiensi pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, baik pertumbuhan bobot maupun pertumbuhan panjang ikan. Oksigen terlarut salah satu parameter kualitas air yang dibutuhkan ikan untuk bertahan hidup. Kadar DO berkisar 5.4-7.7 mg/l untuk stadia elver dan yellow eel berkisar 4.9-7.3 mg/l . Nilai ini masih termasuk dalam kondisi optimum, karena menurut Bieniarz et al. (1978) DO yang baik adalah ≥ 3 mg/l . Menjaga konsentrasi DO dalam wadah pemeliharaan dengan sistem resirkulasi merupakan aspek penting karena bukan hanya ikan yang berperan sebagai pengkonsumsi oksigen namun bakteri nitrifikasi yang hidup di dalam sistem juga membutuhkan oksigen. Losordo et al. (1998) mengatakan bahwa kemampuan sistem resirkulasi untuk meningkatkan DO di dalam wadah pemeliharaan akan menjadi batasan untuk daya dukung wadah pemeliharaan ikan. Jika konsentrasi oksigen menurun hingga mencapai 1-2 mg/l maka ikan sidat akan sering muncul ke permukaan air bahkan bisa mati (Forrest, 1976). Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi organisme perairan karena berpengaruh pada pertumbuhan dan laju metabolism (Brown, 1957). Suhu dalam wadah resirkulasi perlu dijaga dalam kondisi yang optimum bagi spesies yang dipelihara. Suhu yang optimum akan memberikan pertumbuhan ikan yang cepat. Kisaran suhu pada penelitian ini adalah 26.5 hingga 27.9o C yang berada dibawah kisaran optimal. Menurut Hasbdulloh (1996) menyatakan meningkatnya suhu dari 230C hingga 290C meningkat laju pertumbuhan ikan sidat, pada media
20
pemeliharaan bersuhu tinggi terutama pada suhu 29 0C dan 32 0C nafsu makan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan media bersuhu rendah. Rendahnya suhu pada media pemeliharaan mengakibatkan banyaknya ikan yang mati karena kurangnya nafsu makan dan berakibat pada mudahnya patogen dan jamur menyerang ikan sidat. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara Asam dan basa dalam air (Saeni, 1989). Kisaran pH yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 6.69-7.94 untuk elver dan 6.04-8.00 untuk stadia yellow eel. Kisaran pH ini masih cukup baik. Menurut Ritonga (2014) pH 6 - 8 merupakan pH yang baik untuk pemeliharaan ikan sidat. Nilai pH dan suhu berpengaruh pada konsentrasi amoniak. Semakin tinggi pH maka kadar ammonia pun semakin tinggi. Menurut Boyd (1979) amoniak tak terionisasi (NH3) merupakan racun bagi ikan, namun ion amonium (NH4+) tidak beracun. Kadar TAN yang dihasilkan untuk stadia elver berkisar 0.054-0.35 mg/l dan yellow eel berkisar 0.05-0.188 mg/l . Nilai tersebut sudah sesuai persyaratan Degani et al (1985) bahwa kadar amoniak terukur yang dapat menyebabkan kematian adalah 1-2 mg/l. Piper et al. (1992) mengatakan amoniak pada konsentrasi rendah dapat memberikan efek negatif pada jaringan tubuh ikan dan faktor fisiologis seperti laju pertumbuhan, konsumsi oksigen, dan ketahanan akan penyakit. Amoniak pada sistem resirkulasi akan diubah menjadi buangan nitrogen yang tidak berbahaya menjadi nitrit. Kadar nitrit pada akhir penelitian dihasilkan sebesar 0.8814 mg/l . Nilai tersebut sudah berada di luar toleransi, sesuai dengan pernyataan Knosche (1994) Toleransi nitrit sampai 0.5 mg/l . Namun, dari hasil penelitian ikan sidat masih dapat hidup pada kadar nitrit di atas 0.5 mg/l . Kerja bakteri nitrifikasi yanng terdapat dalam filter biologis dapat terhambat jika terjadi penurunan pH yang diakibatkan kekurangan alkalinitas dalam sistem. Bikarbonat (HCO3-), dan karbonat (CO32-) merupakan sumber alkalinitas di perairan. Alkalinitas pada budidaya ikan diatur dengan penambahan sodium bikarbonat (NaHCO3-), dan aerasi. Nilai alkalinitas selama pemeliharan berkisar 56-180 mg/l untuk sidat elver dan 64-148 mg/l untuk sidat stadia yellow eel. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal antara >20 mg/l (Wedemeyer,1996). Konsentrasi alkalinitas berkaitan dengan kesadahan. Kesadahan (hardness) merupakan gambaran kation bivalen yang bereaksi dengan anion di dalam perairan. Pada perairan tawar didominasi oleh kation bivalen kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah magnesium dan kalsium yang dapat berikatan dengan anion didalam penyusunan alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat (Boyd 1979). Kesadahan air di akhir pemeliharaan berkisar 76.24147.99 mg/l untuk sidat elver yang berarti air dalam wadah memiliki kesadahan moderat (moderately hard) dan 76.24-156.96 mg/l untuk sidat stadia yellow eel yang berarti memiliki air dengan kesadahan moderat (moderately hard) hingga sadah (hard) (Sawyer dan McCarty dalam Boyd, 1979). Nilai kesadahan ini menunjukkan bahwa ikan sidat stadia elver atau yellow eel dapat bertahan dalam tingkat kesadahan moderat, dan masih dapat bertahan hidup pada air yang sadah. Analisis hasil akhir penelitian berdasarkan perhitungan efisiensi ekonomis yang didapatkan dalam pembudidayaan ikan sidat stadia yellow eel dengan asumsi padat tebar terbaik yaitu pada padat tebar 1.0 g/l pada bak bervolume 1,500 liter, dengan menggunakan 9 bak dan 4 siklus per tahun memiliki keuntungan sebesar Rp 15,057,151.79 per tahun dengan R/C ratio sebesar 2.1230/tahun. Break Event
21
Point (BEP) penerimaan sebesar Rp 10,353,714.20/tahun dengan BEP unit sebesar Rp 27.6 /kg. Harga Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp 176,634.82 dan Payback Periode (PP) sebasar Rp 1.86 per tahun. Dari data tersebut dapat dihitung, bahwa budidaya ikan sidat stadia elver dan yellow eel memiliki keuntungan yang cukup besar, yaitu 1,254,762.65/bulan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelangsungan hidup benih ikan sidat tertinggi budidaya diperoleh pada padat tebar 1.5 g/l. Pertumbuhan dan Produksi benih ikan sidat (stadia elver dan yellow eel) terbaik berada pada padat tebar 1.0 g/l. Saran Penelitian mengenai ikan sidat ini masih terdapat kekurangan dalam ketepatan pakan untuk ikan sidat stadia elver, pencegahan dan pengobatan penyakit ikan sidat, dan kestabilan sistem resirkulasi. Penerapan padat tebar untuk aplikasi budidaya stadia elver dan yellow eel di lapangan sebaiknya dengan menggunakan padat tebar 1.0 g/l.
DAFTAR PUSTAKA Aida K, Katsumi T, Kohei Y (eds). 2003. Eel Biology. Tokyo (JP): Spinger. Aji. RS. 2010. Potensi Budidaya Ikan Sidat: Desa panikel cilacap jadi percontohan budidaya sidat.[internet]. [diacu 2010 Mei 19]. Tersedia dari: http://www.timlo.net/baca/2012/desa-panikel-cilacap-jadi-percontohanbudidaya-sidat. Aoyama J, Nishida M, Tsukamoto K. 2001. Molecular phylogeny and evolution of the freshwater eel, genus Anguilla. Mol. Phylogen E vol. 20: 450-459. Bieniarz K, Cedrowski A, Bogdan E. 1978. The influence of water temperature on the growth of European eel (elver and two years old) was invertigated. Raczniki Nauk Ralniczych 1978. Seri H. T. 9824. P:69-79. Boyd CE. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Fourth Printing. Auburn Universitty Agriculture Experiment Station. Alabama (US): Birmingham Publishing co. Brett JR. 1979. Environmental Factors and Growth, in Hoar WS, Randall DJ, Brett JR (Eds.): Fish Physiology.Vol.VII. New York (US): Academic Press. Brown ME. 1957. Environmental Studieson Growth. The Physiology of Fishies.Vol I. New York (US): Academic Press. Deelder CL. 1984. Synopsis of Biological Data on The Eel Anguilla Anguilla (Linnaeus, 1784). FAO Fisheries Synopsis. Rome (IT): Food and Angriculture Organization of The United Nation. No.80. Rev.1. Degani G, Horowitzh A, Levanon D. 1985. Effect of Protein Level ini Purifield Diet and of Desity, Amonia and O2 Level on Growth of Juvenile European eel (Angilla anguilla L). Aquaculture. Edisi:46. Amsterdam (NL): Elsevier Science Publisher BV.
22
Effendie M I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami Osphonemus gouramy Lac. ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2):127-135. Facey ED, Avyle MJ. 1987. American eel. Spesies profiles: Life histories and environmental requirements of coastal fishes and invertebrater (North Atlantic). Biology Reproduction. USA: Academic Press, Inc. Forrest DM. 1976. Eel capture, culture, processing and marketing. England (GB): Finishing News (Books) Ltd. 205 p. Goddard S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. New York (US): Chapman and Hall. Hasbulloh. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0,3,6, dan 9 ppt) dan suhu (23,26,29, dan 32) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat (A.bicolor Mc.Clelland) pada masa pemeliharaan 0 – 2 minggu setelah penangkapan dari alam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial fish farming with special reference to fish culture in Israel. New York (US): John Willey and Sons. Hickling CF. 1971. Fish Culture. London (GB): Faber and Faber. Huisman EA. 1987. Principles of fish production. Wageningen Agricultural University Press. Netherland. Hucthinson W, Jeffrey M, O’Sullivan D, Casement D, Clark S. 2004. Resirculating aquaculture system minimum standard for design. construction and management. Soult Australia Research and Development Institute. 70 hal. Kafuku T, Ikenoue H. 1983. Modern methods of aquaculture in Japan. Japan (JP): Kodansha Ltd. Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in recirculation system. Aquaculture Engineering. Elsevier Applied Science. Vol 13. Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Selawesi. Edisi Dwi Bahasa Inggris – Indonesia. Periplus ed. Losordo TM, Masser MP, Rakocy J. 1998. Resirculating Aquaculture Tank Production System: Review of Component Option. SRAC Publication 453 Martin JD, Petty JW, Keown AJ, Scott DF. 1991. Basic Financia Manajement 5Th Edition. New Jersey (USA): Prentice Hall Inc. Maruto G. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15, dan 20 ekor/l Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphonemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Piper RG, McElwain IB, Orme LE, McCraren JP, Fowler LG, Leonard JR. 1992. Fish Hatchery Management. Wasington. D.C (US): Fish and Wildlife Serv. Ritonga TP. 2014. Respon Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saeni M S. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saptoprabowo H. 2000. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.) pada Pendederan Menggunakan Sistem Resirkulasi dengan Debit Air 22/l/menit/m2 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarah S. 2002. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
23
Slembrouck JO, Komarudin, Maskur, Legendre M. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia. Pangasius djambal. IRD-PRPB. Jakarta. Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture Management in Closed System 2th edition. New York (US): John Willey and Sons. Stikcney R R. 1979. Principal of Warmwater Aquacultur. New York (US): John Wiley and Sons. Subiakto Slamet. 2012. Budidaya Sidat Janjikan Omzet Menggiurkan. [internet]. [diacu 2012 April 23]. Tersedia dari: http://indonesia.go.id/in/kementerian /kementerian/kementerian-kelautan-dan-perikanan/823-perikanan/10997budi daya-sidat-janjikan-omzet-menggiurkan.html. Tesch FW. 1973. The eel; Biology and Management of Anguillid Eels. London: Chapman and Hall. Usui A. 1974. Eel culture. London (GB): Fishing News (Book). Udomkusonsri P. 2004. Phatogenesis of the Acute Ulceration Response (AUR) in Fish. [disertasi] Raleigh (US): North Carolina State University. Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Northwest Biological Science Center National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman ang Hall. 232 hal. Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Parameter Fisika Kimia Air Sampling awal Wadah DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan Bak 1 (Elver) 5.8 27.3 7.52 0.0708 140 147.9878 Bak 2 (Elver) 5.8 27.7 7.57 0.1125 148 130.0499 Bak 3 (Elver) 6.2 27.5 7.63 0.0958 136 116.5965 Bak 4 (Yellow eel) 6.1 27.5 7.68 0.0792 180 125.5654 Bak 5 (Yellow eel) 6.0 27.1 7.89 0.1083 124 156.9568 Bak 6 (Yellow eel) 6.3 27.0 7.86 0.0833 144 125.5654 Inlet 6.6 27.3 7.67 0.1792 140 121.0809 kontrol 6.5 27.1 7.55 0.0333 152 116.5964 Sampling 1 Wadah DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan Bak 1 (Elver) 7.7 27.2 7.98 0.0583 92 134.5344 Bak 2 (Elver) 7.5 27.1 7.94 0.0500 84 139.0189 Bak 3 (Elver) 7.6 27.0 7.95 0.0875 80 116.5965 Bak 4 (Yellow eel) 7.1 26.9 8.00 0.0542 88 125.5654 Bak 5 (Yellow eel) 6.5 26.6 7.97 0.0750 84 107.6275 Bak 6 (Yellow eel) 7.0 26.5 7.88 0.1667 84 103.1430 Inlet 8.1 26.5 8.18 0.0750 88 125.5654 kontrol 7.8 26.5 8.01 0.0542 76 121.0809 Sampling 2 Wadah DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan Bak 1 (Elver) 6.6 27.7 7.28 0.1875 68 125.5654 Bak 2 (Elver) 5.5 27.9 6.86 0.1750 68 121.0809 Bak 3 (Elver) 6.1 27.7 7.04 0.1542 76 130.0499 Bak 4 (Yellow eel) 4.9 27.8 7.10 0.1625 68 139.0189 Bak 5 (Yellow eel) 5.4 27.9 7.35 0.2333 76 139.0189 Bak 6 (Yellow eel) 4.9 27.9 7.45 0.2083 84 134.5344 Inlet 7.9 27.9 7.28 0.0750 72 107.6275 kontrol 7.9 27.8 7.71 0.0500 88 94.1740 Sampling 3 Wadah DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan Bak 1 (Elver) 6.5 27.6 6.69 0.1375 72 112.1120 Bak 2 (Elver) 6.4 27.9 6.87 0.1625 64 103.1430 Bak 3 (Elver) 6.2 27.8 6.92 0.2208 72 116.5965 Bak 4 (Yellow eel) 5.9 28.1 7.02 0.1750 84 130.0499 Bak 5 (Yellow eel) 6.2 27.7 6.98 0.2417 88 139.0189 Bak 6 (Yellow eel) 5.4 27.8 6.42 0.2580 96 125.5654 Inlet 7.4 27.6 7.18 0.0500 68 98.6586 kontrol 7.6 27.7 7.61 0.0333 84 94.1741
25
Sampling 4 Wadah Bak 1 (Elver) Bak 2 (Elver) Bak 3 (Elver) Bak 4 (Yellow eel) Bak 5 (Yellow eel) Bak 6 (Yellow eel) Inlet kontrol Sampling akhir Wadah Bak 1 (Elver) Bak 2 (Elver) Bak 3 (Elver) Bak 4 (Yellow eel) Bak 5 (Yellow eel) Bak 6 (Yellow eel) Inlet kontrol
DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan 7.6 27.2 8.02 0.1750 76 85.2051 7.1 27.3 7.92 0.1958 80 89.6896 7.6 26.6 7.88 0.2167 76 85.2051 6.8 26.7 6.04 0.2875 76 80.7206 7.3 26.8 6.82 0.2708 56 94.1741 6.8 27.2 7.72 0.2083 68 76.2362 7.9 26.9 7.75 0.0792 76 85.2051 7.5 26.6 7.74 0.0458 76 85.2051 DO Suhu pH TAN Alkalinitas Kesadahan 6.5 27.5 7.88 0.1167 76 94.1741 6.4 27.6 7.85 0.2708 72 76.2362 6.5 27.5 7.93 0.1625 84 103.1430 5.9 27.4 7.83 0.3542 80 94.1741 6.0 27.2 7.81 0.3000 68 116.5965 6.0 27.2 7.66 0.3029 68 107.6275 6.8 27.2 7.87 0.0500 68 116.5964 7.5 27.1 8.21 0.0333 72 76.2362
Lampiran 2 Analisis Ekonomi Budidaya Ikan Sidat a. Biaya Produksi No Jenis Kebutuhan Satuan 12 1 Benih Larva Yellow eel kg Pakan 30 2 kg Metilen Blue 1 3 botol Total Biaya per siklus Total Biaya Produksi Pertahun 4 siklus b. Biaya Investasi Bangunan ( Asumsi 9 Bak) Bahan Harga No. Bangunan Jumlah Satuan satuan Bak 1 Tanah 60 meter 100.000 2 Pasir 1.5 truk 1.600.000 3 Semen 40 sak 63.000 4 Batu 1 truk 1.200.000 5 Batako 1500 buah 1.500 6 Bata Merah 50 buah 500 7 Ubin 150 meter 40.000 8 Semen 1 sak 63.000 9 Tukang 14 HOK 60.000 Total Biaya
Biaya (Rp) 375.000 8.000 8.000 4.748.000
Total biaya 6.000.000 2.400.000 2.520.000 1.200.000 2.250.000 25.000 6.000.000 63.000 840.000 21.298.000
Total biaya 4.500.000 240.000 8.000 4.748.000 18.992.000
Umur ekonomis (tahun) 10 10 10 10 10 10 10 -
Penyusutan per item (tahun) 240.000 252.000 120.000 225.000 2.500 600.000 6.300 1.445.800
26
c. Sistem Resirkulasi Wadah Budidaya No.
Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Paralon 1" Paralon 3" Paralon 1/2" Stop Kran 1" Tee 3" Tee 1" Kni Segitiga Kni 1" Selang 1"
12 4 1 18 4 18 3 4 15
10 11 12 13 14 15
Selang 1/2" Selang Aerasi Balok 2" Ember Dop 1/2" Lem PVC
15 1 6 8 8 2
No.
Bahan
16
Jumlah Satuan batang batang batang buah buah buah buah buah meter meter rol batang buah buah buah
Jumlah Satuan
23.000 57.000 12.000 13.000 6.000 4.000 3.000 3.000 12.000
276.000 228.000 12.000 234.000 24.000 72.000 9.000 12.000 180.000
Umur ekonomis (tahun) 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5.000 150.000 30.000 10.000 1.500 50.000
75.000 150.000 180.000 80.000 12.000 100.000
3 3 5 2 2 2
Harga satuan
Total biaya
Harga satuan
Total biaya
Plastik penutup bak Kain Skrin Jaring Kapas Batu karang Karbon aktif H Blow Pompa P4500 Kaso
32 meter 1.000 32.000 1 meter 50.000 50.000 1 buah 7.000 7.000 2 lembar 75.000 150.000 12 kg 45.000 540.000 4 karung 300.000 1.200.000 1 buah 1.100.000 1.100.000 2 buah 450.000 900.000 24 batang 7.000 168.000 2 kg 10.000 20.000 Paku beton 9 buah 70.000 630.000 Pompa WP3800 Transportasi 1 Unit 200.000 200.000 6.641.000 Total Biaya 27.939.000 Total Biaya A + B d. Biaya Operasional
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
No. Nama Administrasi 1 2 Listrik 3 Gaji Karyawan
Jumlah 1 12 12
Satuan Tahun Bulan Bulan
Umur ekonomis (tahun) 1 1 2 1 5 5 5 5 2 2 5 -
Penyusutan per item (tahun) 92.000 76.000 4.000 78.000 8.000 24.000 3.000 4.000 60.000 25.000 50.000 36.000 40.000 6.000 50.000 Penyusutan per item (tahun) 32.000 50.000 3.500 150.000 108.000 240.000 220.000 180.000 84.000 10.000 126.000 1.759.500 3.205.300
Harga Total satuan biaya 100.000 100.000 100.000 1.200.000 600.000 7.200.000
27
4
Tranportasi Pengiriman Hasil Total e. Biaya Variabel 1. Biaya bahan baku 3. Biaya listrik 4. Biaya transportasi bahan 5. Gaji Karyawan Total Biaya variabel (produksi) Jumlah produk (Kg) Harga jual per unit Biaya variabel per unit BEP (unit) BEP (penerimaan) Total Penerimaan
4
siklus
300.000 1.200.000 9.700.000
18.992.000 1.200.000 1.200.000 7.200.000 28.592.000 112 375.000 255.286 28 10.353.714 42.000.000
f. Biaya Angsuran kebutuhan Investasi 27.939.000 Kebutuhan Modal tetap 4.748.000 (investasi + kontingensi 10%) Jumlah Kebutuhan Tahun 1 32.687.000 Perhitungan Rencana pembayaran Kredit ( Asumsi analisis angsuran 10 tahun) Tahun Jumlah Angsuran Pembayaran Sisa kredit Bunga (Rp) kekredit (Rp) Pokok (Rp) (Rp) (Rp) 0 27.939.000 - 27.939.000 1 27.939.000 1.516.796 3.632.070 5.148.866 26.422.204 2 26.422.204 1.713.979 3.434.887 5.148.866 24.708.225 3 24.708.225 1.936.797 3.212.069 5.148.866 22.771.428 4 22.771.428 2.188.580 2.960.286 5.148.866 20.582.848 5 20.582.848 2.473.096 2.675.770 5.148.866 18.109.752 6 18.109.752 2.794.598 2.354.268 5.148.866 15.315.154 7 15.315.154 3.157.896 1.990.970 5.148.866 12.157.258 8 12.157.258 3.568.422 1.580.444 5.148.866 8.588.836 9 8.588.836 4.032.317 1.116.549 5.148.866 4.556.518 10 4.556.518 4.556.518 592.347 5.148.866 Total 27.939.000 23.549.659
28
1
Uraian Pemasukan 1 2
0 Harga Jual (Rp/Unit) Volume Penjualan (Unit)
Penjualan (Pemasukan) Pengeluaran 1
2
3 4
Biaya Produksi Benih Larva Fingerling Pakan Metilen Blue Biaya Operasional Administrasi Listrik Gaji Karyawan Tranportasi Pengiriman Hasil Biaya penyusutan alat Biaya Pemeliharaan
Total Pengeluaran Laba Biaya investasi Aliran Kas Keluar Laba Kas Keluar Modal Investasi Angsuran modal tetap Angsuran Modal kerja Aliran Kas Bersih PV(12%) DF(13%) NPV kumulatif PP HPP R/C Ratio
Tahun ke4 5 375,000 375,000 112 112
1 375,000 112
2 375,000 112
3 375,000 112
6 375,000 112
7 375,000 112
8 375,000 112
9 375,000 112
10 375,000 112
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
42,000,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
4,500,000 240,000 8,000
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 0 19,783,100 22,216,900
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 232,000 20,015,100 44,201,800
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 919,000 20,702,100 65,499,700
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 1,891,000 21,674,100 85,825,600
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 1,151,000 20,934,100 106,891,500
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 6,641,000 26,424,100 122,467,400
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 232,000 20,015,100 144,452,300
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 919,000 20,702,100 165,750,200
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 1,891,000 21,674,100 186,076,100
100,000 1,200,000 7,200,000 1,200,000 3,205,300 2,129,800 19,783,100 22,216,900 1,151,000 20,934,100 207,142,000
5,148,866 2,010,882 15,057,152
5,148,866 2,010,882 37,042,052
5,148,866 2,010,882 58,339,952
5,148,866
5,148,866
5,148,866
5,148,866
5,148,866
5,148,866
5,148,866
80,676,734
101,742,634
117,318,534
139,303,434
160,601,334
180,927,234
201,993,134
13,443,886 0.885 -19,243,114
29,529,697 0.783 10,286,582
41,525,225 0.693 51,811,808
51,271,523 0.613 103,083,331
57,731,503 0.543 160,814,834
59,437,220 0.480 220,252,054
63,013,799 0.425 283,265,853
64,864,185 0.376 348,130,039
65,244,174 0.333 413,374,213
65,036,383 0.295 478,410,596
27,939,000.00
-32,687,000 (32,687,000) -32,687,000 < 2 Tahun 176,634.82 2.12
29
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 November 1988 dari pasangan Bapak Muhammad Anwar Sanusi (Alm) dan Ibu Siti Aminah. Penulis merupakan anak ke-sebelas dari empat belas bersaudara. Penulis merampungkan pendidikan di SDN Tarikolot 1, SMP Negeri 1 Cibinong, dan SMA Negeri 1 Citeureup pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur USMI pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi, yaitu Kepala Divisi Invanka BEM TPB 44, Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) periode 2008-2009. Sekretaris UKM Pramuka periode 2008-2010. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fateta 2007-2008. Wakil Ketua Komisi Hubungan antar Lembaga Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) 2010 - 2014. Selain itu, selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Besar Budidaya Air Laut, Lampung, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Pancoran, Depok. Jawa Barat. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam semester genap 2010/2011. Penulis pernah mengikuti Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-23 di Bali dengan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul:“Pemanfaatan Energi Air untuk Penerapan Sistem Akuaponik dan Pembangkit Listrik dalam Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Desa Tajur, Citeureup, Bogor”. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir. penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “ Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi”.