Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
KELETAKAN CANDI BOROBUDUR DAN CANDI SEKITARNYA Oleh : Totok Roesmanto Guru Besar Arsitektur Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro
ABSTRAK
C
Candi-candi di sekitar Candi Borobudur cukup
menggambarkan Candi Borobudur-Candi
banyak, tetapi candi yang letaknya paling dekat
Pawon-Candi Mendut terhubung garis lurus
dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon
putus-putus, dan jarak Candi Borobudur-Candi
dan Candi Mendut. Letak ketiga candi yang
Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut
segaris lurus telah banyak diketahui, tetapi tidak
digambarkan berbanding sebagai 4,25 cm : 1,8
pernah dibuktikan kebenarannya serta konsep
cm (Anom, 2005:28). Jarak Candi Borobudur-
tata letak yang mendasarinya. Perkembangan
Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut
teknologi telah memberikan kemudahan untuk
perlu dibuktikan kebenaran perbandingannya,
melakukan penginderaan maya melalui
apakah sesuai informasi sebelumnya sebagai
Wikimapia dan Google-Earth mengetahui apakah garis lurus imajiner yang ditarik dari Candi Borobudur ke Candi Pawon melewati Candi Mendut atau tidak, atau sebaliknya garis lurus imajiner dari
Candi Mendut ke Candi
Pawon melewati Candi Borobudur atau tidak. Gambar “The triad of Borobudur, Pawon and Mendut” sebagai Figure 2.1.4 pada buku The Restoration of Borobudur yang bersumber dari Borobudur Restoration Project masih
Foto udara perletakan Candi Borobudur-Pawon-Mendut
99
100
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
1750 : 1150, ataukah berbeda. Penelitian lapangan yang pernah dilakukan Roesmanto bersama Survala Untag pada tahun 2003 dengan menggunakan peralatan sederhana telah merekam adanya perbedaan arah hadap Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur, dan menganalisis tata letak ketiganya. Perubahan perbandingan jarak antara Candi Borobudur-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut mengharuskan adanya elaborasi dan penganalisisan kembali keletakan Candi Borobudur terhadap Candi Pawon dan Candi Mendut. Kata kunci: tata letak, Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut.
PENDAHULUAN
Candi Borobudur dilihat dari pandangan mata burung, foto setelah pemugaran 1907 - 1911
Candi Mendut dan Candi Pawon terletak sangat dekat dengan Candi Borobudur, dan dibangun oleh raja-raja dari Wangsa Syailendra. Dalam jangkauan yang lebih jauh dari Candi Borobudur terdapat beberapa candi seperti Candi Canggal / Gunung Wukir dan Candi Losari di sekitar Salam, Candi Ngawen dan Candi Sari di sekitar Muntilan, Candi Asu, Candi Lumbung, Candi Selagriya, dan kemungkinan masih ada lagi candi-candi
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
lain yang akan ditemukan tersebar di daerah Magelang di sebelah Selatan dari rangkaian Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Candi-candi lain yang lebih jauh letaknya antara lain Candi Kalasan (778), dan Candi Sewu (782) untuk pemujaan kepada Manjusri dibangun Rakai Panangkaran. Sedangkan Candi Prambanan / Loro Jonggrang (Prasasti Siwagrha, 856), Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul yang melambangkan bersatunya Kerajaan Mataram Kuna dan Kerajaan Syailendra dibangun Rakai Pikatan. Arsitektur Candi Loro Jonggrang yang Syiwaistis-Mahayana diwujudkan dengan bangunannya yang ber-ratna dan dikelilingi ratusan candi perwara dan tata bangunannya memiliki kemiripan dengan candi Preah Ko di Khmer yang lebih muda (879). Tata bangunan Candi Borobudur yang bentuk dasarnya sangat dipengaruhi karya arsitektur Megalitikum jenis batu berundak juga memiliki kemiripan dengan candi-candi Khmer lain yang lebih muda seperti candi Phnom Bakong (881) dan Phnom Bakheng (893) untuk peribadatan Hindu. Dapat dikatakan pada abad ke-9 Arsitektur Candi Borobudur dan Candi Loro Jonggrang telah meng-Asia Tenggara. (1)
(Groslier, 2002:122 dalam Roesmanto, 2007:11). Candi Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut merupakan rangkaian candi yang paling monumental di Nusantara, selain percandian Muara Jambi, percandian Dieng, percandian Gedongsanga, dan percandian lain yang belum terkuak. Sebagai bangunan-bangunan yang letaknya berdekatan, dan dianggap segaris lurus, dapat dipastikan Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut memiliki keeratan hubungan, meskipun bentuk bangunan Candi Borobudur berbeda dari dua candi lainnya. Dengan menggunakan pendekatan terhadap prasasti yang telah diterbitkan dan berkaitan dengan ketiga candi, toponim tempat keberadaannya, sumbu imajiner penghubung ketiga candi, sumbu imajiner lokal, jarak antar candi, arah hadap candi, Mahayana Marga, pola perpetakan mandala, dan pergeseran arah hadap bangunan candi diharapkan dapat menemukan hubungan keletakan antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut.
101
102
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
PRASASTI
dituliskan adalah Samaratungga sebagai raja yang sedang berkuasa dan menerbitkan
Prasasti Karang Tengah dan Prasasti Sri
prasasti, Sri Gananatha atau Indra merupakan
Kahulunan adalah rujukan utama tentang
ayah dan raja pendahulunya, dan
keterkaitan Candi Borobudur dan candi-candi di
Pramodawardhani putri Samaratungga.
sekitarnya. Prasasti Karang Tengah atau
Bangunan-bangunan suci yang disebut adalah
Kayumwungan ber-sengkalan yang dapat
Syrimat Venuvana, (Jinalaya) Mandira, dan
diartikan sebagai tahun 746 Saka atau 824 M
bangunan suci bertingkat sepuluh.
penanda diterbitkannya prasasti dan memiliki
Syrimat Venuvana berarti Yang Mulia Hutan
dua kelompok tulisan. Kelompok tulisan bagian
Bambu dinyatakan sebagai Jina Mandira atau
pertama berbentuk puisi berbahasa Sansekerta
Candi Sang Jina / Buddha Gautama
menyebut nama raja-raja Wangsa Syailendra
diidentifikasi sebagai Candi Mendut didirikan Sri
yang terkait, Mahayana, dan bangunan-
Gananatha / Indra (782-812) semasa dengan
bangunan suci. Kelompok tulisan bagian kedua
pemerintahan Rakai Panunggalan (780-810)
berbentuk prosa berbahasa Jawa-Kuna memuat
dan Rakai Warak (810-819) dari Wangsa
tentang lahan yang digunakan dan
Sanjaya. Bangunan suci (Jinalaya) Mandira
kelangsungan bangunan-bangunan sucinya.
berarti Candi (Tempat Jina / Buddha Gautama)
Raja-raja kewangsaan Syailendra yang
yang diidentifikasi sebagai Candi Pawon dan didirikan Pramodawardhani. Tetapi menurut Poesponegoro dan Notosusanto, Syrimat Venuvana didirikan Pramodawardhani dan menahbiskan arca Sri Gananatha di dalamnya (Poesponegoro dan Notosusanto, 1990:109113). Bangunan suci bertingkat sepuluh yang terbesar di antara ketiga bangunan suci dipastikan didirikan Samaratungga yang menerbitkan prasasti Karang Tengah, dan diidentifikasi sebagai Candi Borobudur. Berdasar interpretasi terhadap Prasasti
Candi Borobudur masa sekarang
Karang Tengah dan Prasasti Sri Kahulunan, JG
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
De Casparis berpendapat Candi Borobudur
b a w a h a n S a n n a ( Po e s p o n e g o r o d a n
dibangun oleh Samaratungga (Kearsitekturan
Notosusanto, 1990:109). Menurut Prasasti
Candi Borobudur, 2010:1). Ketika Prasasti
Nalanda sebagai penerus Rakai Mataram
Karang Tengah diterbitkan berarti sudah ada
adalah
Candi Mendut dan Candi Pawon, sedangkan
Samaratungga. Kalau pemerintahan Rakai
Candi Borobudur sudah berbentuk bangunan
Panangkaran (760-780) di Kerajaan Mataram
bertingkat sepuluh tetapi masih dalam proses
dilanjutkan Rakai Panunggalan (780-810), maka
penyelesaian. Candi Pawon telah selesai
terdapat kesimpang-siuran data tentang raja-
dibangun, dan diresmikan pada tahun 824.
raja yang berkuasa di Kerajaan Syailendra di
Candi Borobudur diresmikan ketika Prasasti Sri
Jawa Tengah Selatan dan Kerajaan Mataram di
Kahulunan diterbitkan pada tahun 842 pada saat
Jawa Tengah Utara. Kemungkinan raja Wisnu
Pramodawardhani telah menjadi Sri Kahulunan
dan Indra pada awalnya beragama Hindu
atau permaisuri dari Rakai Pikatan (833-856).
kemudian beralih ke Buddha Mahayana. (3)
Rakai
Panangkaran
ayah
Prasasti Sri Kahulunan menyebutkan Sri
Apabila benar bahwa Indra adalah Rakai
Kahulunan telah menasbihkan Desa Teru di
Panangkaran yang telah banyak mendirikan
Tepusan miliknya sebagai desa perdikan tempat
candi (Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi
kedudukan Kamulan Bhumisambhara atau
Mendut) maka Candi Borobudur sangat
bangunan suci Bhumisambhara. Desa Teru
mungkin telah direncanakan pada masa
dapat diartikan sebagai desa yang sebagian
pemerintahan Indra (4). Setelah berhasil
wilayahnya telah digunakan sebagai tempat
mendirikan bangunan candi tunggal (Candi
berdirinya Bhumisambhara dan bagian wilayah
Kalasan), kemudian komplek candi (Candi
lainnya dihuni warga desa yang di-perdikan-
Sewu), kemungkinan Indra merencanakan
kan, atau desa yang terletak di tepi situs
komplek percandian yang tata bangunannya
Bhumisambhara dan di-perdikan-kan. (2)
merupakan gabungan konsep Tri Mandala
Menurut Prasasti Canggal (732) Rakai
(sesuai agama Hindu yang pernah dipeluk) dan
Mataram pendiri Wangsa Sanjaya yang
Vajradhatu Mandala (sesuai agama Buddha
berkuasa mulai 717 (Boechari, 1976 dalam
Mahayana yang kemudian dianut) (5), yang
Nastiti, 2003:23) di Kerajaan Mataram (Kuna)
diwujudkan dengan tiga candi utama (Candi
mendirikan lingga di atas Gunung Wukir sebagai
Mendut, Candi Pawon, Candi Borobudur),
simbolisasi keberhasilan menaklukkan raja-raja
dengan Candi Borobudur merupakan candi
Candi Pawon
103
104
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
yang berukuran jauh lebih besar dari Candi
menggantikan udara panas di dalam cella.
Kalasan dan Candi Sewu. (6)
Lubang ventilasi pada cella Candi Pawon kemungkinan dibutuhkan untuk menjaga
TOPONIM
kenyamanan ruangannya, karena lubang sejenis tidak terdapat pada dinding cella Candi
Toponim Brajanalan sebagai desa tempat
Mendut yang berukuran lebih luas.
keberadaan Candi Pawon dapat dikaitkan
Pertimbangan demikian akan mengantarkan
dengan tempat dari senjata Dewa Indra, karena
anggapan bahwa lubang-lubang ventilasi dibuat
braja dari vajra atau senjata, dan nala dari anala
setelah Candi Pawon berdiri. Pelubangan
atau yang mengeluarkan api, dan Vajranala
susulan yang diperkirakan tidak terlihat karena
merupakan senjata perlengkapan Dewa Perang
batu bingkai bawah lubang ventilasi juga
Indra dalam mitologi Hindu di India.
merupakan bingkai atas dari relief di bawahnya
Pawon berasal dari kata dasar awu atau abu mendapat tambahan awalan-akhiran pa-an
mengapit pohon kalpataru.
menjadi pa-awu-an atau tempat abu, dan
R.M.Ng.Poerbatjaraka berpendapat Candi
berubah menjadi pawon yang berarti dapur. Pa-
Pawon adalah upa angga atau bagian dari Candi
awu-an tidak mungkin lagi ditafsirkan sebagai
Borobudur, yang diibaratkan sebagai bagian
tempat abu jenazah raja Indra pernah
pawon (meskipun tata ruangnya sangat
disemayamkan ataupun ditanam setelah
berbeda dengan dapur tradisional di Jawa) dari
Soekmono membuktikan bahwa candi
sebuah rumah (Kaelan, 1959:116). Pendapat
bukanlah makam atau tempat penyimpanan abu
demikian dapat dimengerti ketika jarak Candi
jenazah raja yang mendirikannya.
Borobudur-Candi Pawon masih dianggap lebih
Pada dinding cella sisi timur laut dan
pendek dari jarak Candi Pawon-Candi Mendut
tenggara terdapat dua buah lubang berbentuk
sehingga Candi Pawon juga dianggap sebagai
segi panjang tegak. Keberadaan lubang-lubang
tempat mempersiapkan diri untuk menuju
yang saling berhadapan sangat mungkin
tingkatan terendah dari Candi Borobudur.
berkaitan dengan perannya sebagai lubang
Candi Mendut
yang menggambarkan dua pasang kinara-kinari
Patung
Buddha
dalam
posisi
ventilasi untuk mengeluarkan asap dari kegiatan
dharmacakramudra yang terdapat di dalam cella
menggunakan api dalam cella, atau untuk
Candi Mendut menggambarkan Buddha
mengalirkan udara bersih dari luar
Sakyamuni ketika pertama kali mengajarkan
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
ajaran Buddha di Venuvana / Wenuwana.
atau biara bagi para pendeta Buddha. Sangat
Keberadaan patung Buddha di dalam cella
mungkin nama Desa Borobudur baru muncul
Candi Mendut dan di dalam stupa-stupa Candi
setelah Candi Borobudur berdiri.
Borobudur memungkinkan penafsiran bahwa di
Bhumisambhara dapat diartikan sebagai bhumi
dalam cella Candi Pawon juga pernah
Sambhara yaitu daerah atau wilayah yang
berpatung Buddha. Atas jasa-jasa Indra yang
bernama Sambhara, dan imbuhan kata budhara
sukses meluaskan wilayah (kemungkinan juga
berarti gunung. Apabila pendapat tersebut
dalam mengembangkan agama Buddha
benar berarti wilayah yang bernama Sambhara
Mahayana) kemungkinan disimboliskan
kemudian direkayasa menjadi sebuah gunung
sebagai Bodhisattwa Vajrapani dalam wujud
buatan sebagai dasaran tempat dibangunnya
patung perunggu. Penghormatan kepada Indra
Candi Borobudur.
berkaitan erat dengan ajaran Buddha Mahayana
Penghormatan Wangsa Syailendra
yang dianut Wangsa Syailendra yang
kepada gunung tempat roh nenek moyang di-
menghormati (jasa-jasa) nenek moyang. Patung
sthana-kan dapat ditafsirkan dari kata dasar
berbahan
kemungkinan
syaila yang berarti gunung, tetapi anggapan
menyimboliskan bahan logam senjata vajra dari
demikian sebenarnya sudah dikenal pada masa
Dewa Perang Indra, yang (diharapkan) bersinar
sebelum kedatangan Hindu. Agama Hindu
apabila tertimpa sinar matahari sore (dan sinar
sendiri tidak memperlihatkan pengagungan
bulan purnama) tetapi kemudian hilang dicuri
kepada nenek moyang melalui tata bangunan
orang.
peribadatannya. Dari ketiga bangunan suci
perunggu
Toponim Mendut tidak berkaitan dengan
Wangsa Syailendra, Candi Borobudur secara
nama makanan tradisional, tetapi Borobudur
fisik bentuknya menyerupai bukit, gunung,
memiliki banyak tafsiran. Bhumisambhara yang
sedangkan Candi Mendut dan Candi Pawon
disebut dalam prasasti Sri Kahulunan dianggap
tidak banyak berbeda bentuk dan ukuran
sebagai kependekan nama lengkap
dengan bangunan candi dari Wangsa Sanjaya
Bhumisambhara-bhudhara. Anggapan lain
(Candi Dieng dan Candi Gedongsanga). Dapat
menganggap berasal dari kata Para Buddha
dipastikan Candi Borobudur merupakan candi
atau sekumpulan (patung) Buddha, Bhatara
utama dari rangkaian ketiga candi. (7)
Buddha atau Sang Buddha, Bhara Buddha atau
Dari ketiga toponim diperoleh kata vajra
Buddha berjumlah banyak, dan Vihara Buddha
yang menjadi kata kunci konsep Vajradhatu
105
106
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
(Roesmanto, 2010:43). Perpaduan konsep
tradisional India, maka konsep Vajradhatu-
Vajradhatu dan Garbhadhatu Mandala bagi
Garbhadhatu Mandala khususnya konsep
Kandahjaya merupakan konsep dasar tata
Vajradhatu Mandala mungkin juga diterapkan
bangunan Candi Borobudur. Sebagaimana
pada perencanaan tata letak Candi Mendut,
konsep Vastu Purusha Mandala yang berlaku
Candi Pawon, dan Candi Borobudur. (8)
bagi tata bangunan candi Hindu di India yang juga diterapkan dalam tata ruang desa dan kota
SUMBU IMAJINER Biasanya pernyataan yang telah sangat lama dianggap benar tidak menarik untuk dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Pernyataan Raffles bahwa candi adalah makam baru dipatahkan Soekmono setelah bertahan lebih dari seratus tahun. Demikian juga letak Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut yang segaris lurus dan tidak diketahui siapa yang pertama kali membuat pernyataan tersebut, juga telah sangat lama diketahui dan dipercaya kebenarannya. Setelah teknologi penginderaan mengalami perkembangan sangat pesat seharusnya siapapun dapat melihat hubungan perletakan ketiga candi cukup dari depan layar komputer, berwisata maya menggunakan program terkait yang tersedia, tanpa harus menunggu publikasi hasil pemotretan udara yang pernah dilakukan apalagi mengupayakan sendiri dengan beaya mahal. Dari produk tugas konservasi-revitalisasi
Sumbu Imajiner Borobudur- Mendut - Pawon
hasil penginderaan mahasiswa melalui internet
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
yang bersumber dari http://wikimapia.org
dengan sebuah garis lurus imajiner.
terhadap perletakan Candi Borobudur dapat
Arah Timur-Barat Geografis berdeviasi 7,5
diketahui sumbu imajiner Candi Mendut-Candi
derajat terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-
Pawon-Candi Borobudur yang ditarik melalui
Candi Borobudur, dan 12 derajat dengan sumbu
pusat ketiganya ternyata bukan merupakan
imajiner Candi Pawon-Candi Mendut. (11)
sebuah garis lurus melainkan garis patah yang
Dari peta udara hasil penginderaan
cenderung lurus. Garis lurus imajiner yang
melalui http://wikimapia.org
ditarik melalui titik pusat bangunannya yaitu
memperlihatkan keberadaan Candi Borobudur,
stupa induk Candi Borobudur dan tengah-
Candi Pawon, Candi Mendut dan gunung-
tengah cella Candi Pawon apabila diperpanjang
gunung di sekitarnya, garis lurus imajiner Candi
ke arah Timur tidak melintasi Candi Mendut
Pawon-Candi Mendut ternyata mengarah ke
tetapi di bagian Selatannya. Hal sama juga
puncak Gunung Merapi. (12). Arah ke gunung
ditunjukkan garis lurus imajiner melalui tengah-
berapi dan ke Candi Pawon telah selaras
tengah cella Candi Mendut dan Candi Pawon
dengan simbolisasi vajra yang berapi dari
apabila diperpanjang ke arah Barat akan
(Dewa) Indra (13), maka berlaku sumbu imajiner
melintas di bagian Selatan dari Candi Borobudur
Gunung Merapi-Candi Pawon dan sumbu
(9)
imajiner Candi Pawon-Candi Borobudur (14)
yang
Garis imajiner yang dapat ditarik melalui
yang seakan-akan lurus. Apabila perkiraan
Candi Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut
tersebut benar, berarti awal perencanaan tata
ternyata tidak lurus tetapi merupakan garis patah
letak Candi Mendut-Candi Pawon-Candi
yang membentuk sudut Candi Borobudur-Candi
Borobudur adalah penetapan lokasi dan arah
Pawon-Candi Mendut sekitar 355,5 derajat dan
hadap Candi Mendut. (15) Terdapat kecocokan
membuka ke arah Utara (10). Segaris lurus dan
dengan pemetakan Astadikpalaka Mandala
tidaknya ketiga candi perlu diuji kembali, karena
yang menempatkan Dewa Indra di mandala
sampai terbitnya buku Kearsitekturan Candi
Timur. (16)
Borobudur yang diterbitkan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sebagai Seri Terbitan
SUMBU IMAJINER LOKAL
Candi Borobudur-3 pada Desember 2010 masih dipercaya antara Candi Borobudur, Candi
Keberadaan Candi Borobudur
Pawon, dan Candi Mendut dapat dihubungkan
menghadirkan persepsi bahwa orientasinya ke
107
108
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
arah delapan penjuru mata angin sesuai denah
sisi Selatan dan Barat-nya yang berdeviasi arah
bangunannya yang berkisi-kisi delapan. (17)
kedua garis-sikunya sebesar 90 derajat 7', atau
Hasil pengukuran yang cermat pada perletakan
meleset 7'. Arah hadap kisi-sisi Utara dan kisi-sisi
Candi Borobudur menghasilkan arah hadap kisi-
Barat berdeviasi 90 derajat 8', sedangkan arah
kisi sisi Timur 88 derajat 46', sisi Barat 268 derajat
hadap kisi-Timur dan kisi-sisi Selatan berdeviasi
45', sisi Utara 358 derajat 53', dan sisi Selatan
90 derajat 6'. Deviasi pasangan garis-siku
178 derajat 52' (“Denah Candi Borobudur”
imajiner Utara-Barat Candi Borobudur lebih
dalam Kearsitekturan Candi Borobudur, 2010:4).
lebar dari deviasi pasangan garis-siku imajiner
Berarti kisi-sisi Timur tidak tepat sejajar kisi-sisi
Selatan-Timurnya, maka dapat dikatakan Candi
Barat Candi Borobudur, demikian juga kisi-sisi
Borobudur lebih membuka ke arah Baratlaut
Utara dan kisi-sisi Selatan, masing-masing
dibandingkan Tenggara-nya. Dengan rancang-
berbeda 1'. Suatu penyelesaian rancang
bangun Candi Borobudur yang sangat prima
bangun yang sungguh sangat mengagumkan
maka arah hadap Baratlaut dan Tenggara-nya
(bandingkan dengan bangunan masa kini yang
bukanlah suatu kebetulan saja tetapi sangat
dirancang arsitek dengan kepekaan presisi
mungkin merupakan hasil dari suatu rancangan
ukuran tetapi umumnya setelah diwujudkan
yang konsepsual. Arah hadap Baratlaut Candi
menjadi bentukan tiga-dimensi oleh kontraktor
Borobudur yang ditarik persis di tengah
banyak meleset ukurannya). (18)
pasangan garis-siku imajiner Utara dan Timur-
Apabila dicermati dari deviasi arah hadap
nya kemungkinan secara konsepsual lebih
kisi-sisinya maka ditemukan arah hadap kisi-sisi
penting dibandingkan arah hadap Tenggara
Utara ternyata lebih mendekati arah Utara
Candi Borobudur yang ditarik di tengah
Geografis sedangkan kisi-sisi Selatan lebih
pasangan garis-siku imajiner Selatan dan Barat-
menjauhi arah Selatan Geografis, dan kisi-sisi
nya.
Timur lebih mendekati arah Timur Geografis
Arah hadap kisi-sisi Utara 358 derajat 53',
sedangkan kisi-sisi Barat lebih menjauhi arah
kisi-sisi Selatan 178 derajat 52', sumbu imajiner
Barat Geografis. Maka terdapat dua pasangan
Utara-Selatan Candi Borobudur mendekati
garis-siku imajiner dari titik-pusat Candi
sebuah garis lurus dengan patahan berdeviasi 1'
UM 258o 45’
88o 46’
Borobudur ke arah hadap kisi-sisi Utara dan
membuka ke arah Selatan. Arah hadap kisi-sisi
268o 45’
178o 52’
Timur-nya dan pasangan garis-siku imajiner dari
Timur 88 derajat 46', kisi-sisi Barat 268 derajat
titik-pusat Candi Borobudur ke arah hadap kisi-
45', sumbu imajiner Timur-Barat Candi
Arah hadap kisis-kisi sisi Timur, Barat, Utara dan Selatan Candi Borobudur
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
Borobudur mendekati sebuah garis lurus
Gedongsanga yang berusia lebih tua. Pengaruh
dengan patahan berdeviasi 1' membuka ke arah
lokal dapat dipastikan sudah ada sebelum
Timur. Arah Timurlaut Candi Borobudur adalah
masuknya konsepsi Vastu Purusha Mandala dan
43 derajat 52,5' dan arah Baratdaya Candi
Yantra yang mendasari tata bangunan candi di
Borobudur 227 derajat 5,25', sumbu imajiner
Jawa Tengah yang dipengaruhi arsitektur candi
Timurlaut-Baratdaya Candi Borobudur
di India. Sumbu imajiner lokal mengarah ke
merupakan garis patah berdeviasi 3 derajat
puncak gunung yang diagungkan.
3,25'. Arah Tenggara Candi Borobudur 133 derajat 49', arah Baratlaut Candi Borobudur 313
JARAK ANTAR CANDI
derajat 49', sumbu imajiner Baratlaut-Tenggara Candi Borobudur merupakan sebuah garis lurus. (19)
Beberapa bangunan candi yang menjadi stage dalam prosesi ritual yang hingga kini tetap
Dari keempat sumbu imajiner yang dapat
dilaksanakan dalam peringatan Waisak pasti
ditarik melalui pusat Candi Borobudur
memiliki hubungan kesejarahan antar
ditemukan sumbu imajiner garis lurus Baratlaut-
bangunannya. Candi Mendut, Candi Pawon dan
Tenggara sebagai sumbu imajiner utama, dan
Candi Borobudur didirikan para raja Dinasti
sumbu imajiner cenderung garis lurus Utara-
Syailendra, dan jaraknya yang berdekatan
Selatan dan Timur- Barat. Kenyataan tersebut
mempertegas hubungan ketiganya.
sesuai arah hadap Candi Mendut dan Candi Pawon ke Baratlaut.
Dari pemberitaan lama yang tidak
Sumbu imajiner Utara-
diketahui sumber aslinya jarak Candi
Selatan dan Timur-Barat Candi Borobudur
Borobudur-Candi Pawon 1150 m dan Candi
merupakan sumbu imajiner lokal. Syaila pada
Pawon-Candi Mendut 1750 (Kaelan, 1959:122).
kata Syailendra sebagai dinasti pendiri ketiga
Tetapi dari pemberitaan yang lebih baru
candi memiliki arti gunung. Arah hadap
disebutkan jarak Candi Pawon-Candi Mendut
bangunan Candi Mendut atau Syri Venuvana
1150 m dan Candi Borobudur-Candi Pawon
diperkirakan menyimboliskan arah ke Venuvana
1750 m. Tidak dijelaskan apakah jarak tersebut
di Benares, India. (20)
diukur berdasarkan panjang jalan raya
Pe n e r a p a n s u m b u i m a j i n e r l o k a l
penghubung ketiganya, atau panjang garis
kemungkinan juga diterapkan pada bangunan
imajiner penghubung ketiga candi (Roesmanto,
candi di komplek Candi Dieng dan Candi
“Membaca Perletakan Candi Borobudur”, dalam
109
110
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
Kearsitekturan Candi Borobudur, 2010:34) yang
Mendut-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi
dianggap lurus tersebut. Pengertian jarak antar
Borobudur berbanding sebagai 3,15:4,3. (23)
candi kemungkinan ditetapkan berdasar jarak
Apabila jarak Candi Mendut-Candi Pawon-
antar pintu gerbang masing-masing situsnya.
Candi Borobudur adalah 2900 m, maka jarak
Terkesan perubahan data jarak antar candi
antar pusat Candi Mendut-Candi Pawon
hanya dibalik begitu saja. Jarak Candi Mendut-
1226,17 m, sedangkan jarak antar pusat Candi
Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi
Pawon-Candi Borobudur 1673,83 m. Dengan
Borobudur berbanding sebagai 23:35. (21)
jarak Candi Mendut-Candi Pawon 1150 m maka
Penginderaan terhadap letak Candi
jarak Candi Pawon-Candi Borobudur 1569,84 m,
Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut
atau dengan jarak Candi Borobudur-Candi
yang bersumber dari http://wikimapia.org untuk
Pawon 1750 m maka jarak Candi Pawon-Candi
penugasan perkuliahan konservasi-revitalisasi
Mendut 1281,98 m.
(2010) dapat diketahui jarak Candi Mendut-
Jarak Candi Mendut-Candi Pawon
Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi
menurut Wikimapia 1240 s/d 1307,47 m, atau
Borobudur menurut perletakannya pada
menurut Google-Earth 1226,17 s/d 1281,98 m,
gambar yang dihasilkan berbanding sebagai
tidak lagi 1150 m tetapi 1226,17 s/d 1307,47 m.
6,5:8,7. (22)
Jarak Candi Pawon-Candi Borobudur menurut
Apabila jarak Candi Mendut-Candi Pawon-
Wikimapia 1539,23 s/d 1660 m, atau menurut
Candi Borobudur adalah 2900 m, maka jarak
Google-Earth 1569,84 s/d 1673,83 m, tidak lagi
Candi Mendut-Candi Pawon 1240 m dan Candi
1750 m tetapi 1539,23 s/d 1673,83 m. (24)
Pawon-Candi Borobudur 1660 m. Dengan jarak
Jarak Candi Mendut-Gunung Merapi
Candi Mendut-Candi Pawon 1150 m maka jarak
sekitar 14,75 x jarak Candi Borobudur-Candi
Candi Pawon-Candi Borobudur 1539,23 m, atau
Pawon atau 14,75 x (1539,23 s/d 1569,84 m)
dengan jarak Candi Borobudur-Candi Pawon
sekitar 22703,642 s/d 23155,14 m atau sekitar
1750 m maka jarak Candi Pawon-Candi Mendut
22,70 s/d 23,16 km.
1307,47 m. Dari gambar hasil penginderaan
ARAH HADAP CANDI
bersumber www.google-earth untuk penugasan yang sama pada perkuliahan konservasi-
Eratnya hubungan Candi Borobudur
revitalisasi (2011) didapatkan jarak Candi
dengan Candi Mendut dan Candi Pawon di
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
sekitarnya dipertegas dengan prosesi
ketiganya bangunan peribadatan Buddha dan
penyelenggaraan Upacara Waisak. Perayaan Tri
didirikan pada masa raja-raja Wangsa
Suci Waisak 2011/2555 BE dimulai dengan
Syailendra yang beragama Buddha Mahayana.
pengambilan air berkah dan pemberian doa
Bandingkan dengan komplek Candi
secara bergantian yang dilakukan sangha-
Gedongsanga yang terdiri dari 9 bangunan
sangha Teravada, Mahayana, Tridarma,
candi, dan komplek Candi Dieng dengan
Tantrayana, Kasogatan, Mapan Budi dan
beberapa bangunan candinya.
Madantantri di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo,
Candi Mendut atau Syrimat Venuvana /
Kecamatan Ngadirejo pada tanggal 14 Mei
Wenuwana sebagai Jina Mandira yang didirikan
2011. Air berkah dibawa ke Candi Mendut untuk
pada masa pemerintahan Indra (782-812),
disakralkan (Suara Merdeka, 15 Mei 2011:4).
Candi Pawon atau Jinalaya Mandira didirikan
Pada hari yang sama dilakukan pengambilan api
Pramodawardhani, (Kaelan, 1959:127), dan
abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan. Air
Candi Borobudur dibangun atas perintah
berkah dan api abadi dibawa dengan berjalan
Samaratungga. Candi Mendut, Candi Pawon,
kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur
dan Candi Borobudur yang letaknya segaris
melalui Candi Pawon pada tanggal 17 Mei 2011
lurus dapat diperkirakan berada pada bentang
menjelang berdoa bersama melakukan puja
alam yang ketiga posisinya saling terlihat, atau
bakti pada saat purnamasidhi di halaman Candi
rencana tata letaknya berbasis penginderaan
Borobudur (Kompas, 15 Mei 2011:3).
imajiner metafisis.
Berdasarkan pengukuran sederhana
Tidak mungkin arah hadap bangunan
terhadap sumbu imajiner Candi Borobudur-
Candi Mendut yang dibangun paling awal
Candi Pawon-Candi Mendut menggunakan
direncanakan asal-asalan. Dipastikan arah
kompas dapat diketahui arah hadap Candi
hadap dan sumbu imajiner Candi Mendut
Mendut ke Baratlaut berdeviasi 30 derajat ke
mengarah ke benda alam tertentu seperti
arah Utara, Candi Pawon berdeviasi 15 derajat
puncak gunung yang punya arti sangat penting
ke arah Utara, Candi Borobudur berdeviasi 5
pada masanya, bisa saja mengarah ke kraton
derajat ke arah Selatan (Survala Jurusan
pusat pemerintahan Wangsa Syailendra, ke
Arsitektur Untag Semarang, 2003). Logikanya
pendahulu Wangsa Syailendra, atau mengarah
konfigurasi tiga buah bangunan candi
ke Venuvana di Benares, India.
mencerminkan ke-Hindu-annya, padahal
Kerajaan Mataram Kuna setelah masa
111
112
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
pemerintahan Rakai Panangkaran (760-780)
Mataram Kuna kemungkinan berdekatan
kemungkinan pecah menjadi Kerajaan
dengan letak Komplek Percandian Dieng dan
Syailendra berbasis agama Buddha Mahayana
Komplek Percandian Gedongsanga sebagai
yang diperintah Samaratungga, dan Kerajaan
tempat peribadahan Hindu. Apabila perkiraan
Mataram Kuna yang diperintah Rakai
tersebut benar maka pusat Kerajaan Mataram
Panunggalan (780-810), kemudian dilanjutkan
Kuna berada di sekitar Gunung Sumbing-
Rakai Warak (810-819), dan Rakai Garung (819-
Gunung Sindoro di arah Baratlaut atau di sekitar
838).
Gunung Ungaran di arah Utara dari Candi Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram
Mendut. Kerajaan Mataram Kuna pernah
Kuna dan Kerajaan Syailendra bisa sama-sama
mengalami perpindahan pusat pemerintahan
berada di dataran yang diapit perbukitan
dari Mdang ri Poh Pitu di daerah Kedu ke Mdang
Menoreh dan Gunung Papak yang membingkai
ri
sisi Selatan ketiga candi, dan deretan Gunung
(Darmosoetopo, 2003:37 dalam Proposal
Merapi-Merbabu-Sumbing-Sindoro yang
Thesis MTA Undip yang diajukan Hari Setyawan,
membentang Timur-Barat dan membingkai sisi
2010:17).
Utara-nya. Pusat pemerintahan Kerajaan
Mamrati
di
daerah
Prambanan
Banyaknya relief yang menggambarkan hewan-hewan pada cerita Pancatantra dan Tantri di bidang-bidang panil segi empat dan segi tiga pada Candi Mendut, sangat mungkin berkaitan dengan nama Wenuwana/Venuvana yang mengindikasikan letaknya di sebuah hutan (wana / vana). Keberadaan Candi Mendut di tengah hutan, ataupun dikitari pohon bambu yang lebat tidak berpengaruh terhadap penetapan sumbu imajiner Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur. Dari pertimbangan planologis ataupun tata bangun arsitektural dapat dipastikan sumbu imajiner Candi MendutCandi Pawon-Candi Borobudur direncanakan
Relief hewan pada Candi Mendut
pada masa rancang-bangun Candi Mendut. (25)
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
MAHAYANA MARGA
Danau Purba Borobudur (29), maka lebar TimurBarat Danau Purba Borobudur adalah 2x jarak
Secara logika aliran Sungai Progo di
Candi Pawon-Borobudur atau 2x(1539,23 s/d
sebelah timur Candi Pawon merupakan bagian
1673,83) m sekitar 3078,46 s/d 3347,66 m.
paling timur dari dugaan adanya Danau Purba
Perkiraan bentang alam demikian akan
Borobudur. Danau purba yang dimaksud bisa
menempatkan Desa Sabrangrawa yang
merupakan danau alami yang sudah ada
letaknya di Baratlaut dan dekat dari Candi
sebelum Candi Borobudur dibangun, atau
Borobudur menjadi berada di area perairannya.
sebaliknya merupakan hasil dari proses cut and
Bisa saja sesuai toponim-nya di sabrang =
fill sehingga terwujud gunung buatan yang
seberang dari rawa = daerah berair karena
kemudian ditumpangi Candi Borobudur dan
keberadaannya setelah perairan Danau Purba
danau buatan di sekelilingnya. (26)
Borobudur surut. (30). Sedangkan Desa
Apabila Danau Purba Borobudur telah ada
Bumisegoro menurut toponim-nya, bumi =
lebih dahulu secara alami, maka penentuan
tanah, segoro = laut, area perairan yang luas,
sumbu imajiner Candi Mendut-Candi Pawon-
memang kemungkinan terletak di daerah
Candi Borobudur sudah direncanakan jauh
perairan Danau Purba Borobudur.
sebelum Candi Borobudur dibangun, wajar
Apabila Danau Purba Borobudur tidak
apabila dilakukan pada proses perancangan
sampai ke Candi Pawon (31), maka batas
Candi Mendut di masa pemerintahan Indra. Dari
Selatannya adalah Sungai Sileng di Selatan
arah dan melalui Candi Mendut dapat
Candi Borobudur sampai pertigaan alirannya di
direncanakan sebuah sumbu imajiner, letak
Selatan Candi Pawon, dan batas Utaranya
Candi Pawon dan Candi Borobudur pada
adalah sungai yang melintas di sebelah Utara
bentang alam berupa permukaan Danau Purba
Desa Gadingan dan di antara Desa
Borobudur. (27)
Sabrangrawa dan Candi Borobudur.
Candi Borobudur
yang menjadi tujuan
Dalam ajaran Buddha Mahayana tujuan
utama prosesi Mahayana-marga dari Candi
akhir untuk mencapai tingkat ke-Buddha-an
Mendut direncanakan berada di tengah-tengah
tertinggi harus ditempuh melalui Mahayana-
Danau Purba Borobudur (28) yang merupakan
marga secara bertahap (Kaelan, 1959:136-139).
danau alami ataupun danau buatan.
Sambhara-marga merupakan tahap persiapan
Apabila Candi Pawon berada di tepi Timur
bagian pertama dengan pencapaian
113
114
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
Gotrabhumi yang disimboliskan sebagai Candi
160 panil ber-relief Karmawibhangga yang
Mendut. Prayoga-marga merupakan tahap
menggambarkan sebab-akibat dari perbuatan
persiapan bagian kedua dengan pencapaian
baik-buruk manusia ketika hidup di dunia dan
Adhimuktibhumi
yang disimboliskan sebagai
siksa di neraka serta ganjaran di surga. Tahap
Candi Pawon. Kedua marga harus ditempuh
keempat Bhawana-marga dengan pencapaian
untuk menghilangkan segala klesya (kotoran
Bodhisattwabhumi II-IX disimboliskan sebagai
yang melekat pada raga dan jiwa) dengan
tingkatan Rupadhatu berteras-5 dari teras ke-2
melakukan mahakaruna (kasih sayang kepada
Candi
sesama manusia dan hewan). Setelah
Bodhisattwabhumi II hingga teras ke-6
menempuh Sambhara-marga dan Prayoga-
pencapaian Bodhisattwabhumi VI, dan tingkatan
marga barulah dicapai tingkat kejiwaan yang
Arupadhatu yang berteras-3 dari teras ke-7
siap menempuh Dasabodhisattwabhumi yang
Candi
disimboliskan sebagai Candi Borobudur.
Bodhisattwabhumi
Simbolisasi Sambhara Marga dan Prayoga
Borobudur
Borobudur VII
pencapaian
pencapaian hingga teras ke-9
pencapaian Bodhisattwabhumi IX.
Marga seharusnya terwujudkan secara fisik,
Tahap kelima Asyaiksa-marga dengan
maka Candi Mendut menjadi awal dari prosesi
pencapaian Bodhisattwabhumi X disimboliskan
Mahayana Marga bagian Sambhara Marga, dan
sebagai bagian tertinggi dari Candi Borobudur
Candi Pawon merupakan awal prosesi
yang berupa stupa induk. Dari denah
Mahayana Marga bagian Prayoga Marga.
bangunannya Candi Borobudur dapat dilihat
Konsep dari suatu kegiatan biasanya berlaku
sebagai perwujudan dari konsep Vastu Purusha
dari skala makro ke mikro, maka
Mandala pada bangunan candi tunggal. Secara
Dasabodhisattwabhumi yang diwujudkan
kasar teras dasaran stupa induk, teras
sebagai sepuluh tingkatan di Candi Borobudur,
Arupadhatu, dan teras Rupadhatu memiliki lebar
juga diikuti dengan penerapan pembagian
yang sama (33), dengan lebar teras Kamadhatu
sepuluh pada bagian Sambhara Marga dan
sekitar separuhnya yang disimboliskan
Prayoga Marga. (32)
tersembunyi dan tertanam ke dalam tanah (34).
Tahap ketiga Darsyana-marga dengan pencapaian Bodhisattwabhumi I disimboliskan
POLA PERPETAKAN MANDALA
sebagai bagian kaki Candi Borobudur berupa tingkatan Kamadhatu. Pada bagian ini terdapat
Denah Candi Borobudur merupakan
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
perwujudan dari kombinasi konsep Vajradhatu dan Garbhadhatu (Kandahjaya, 1995), dan penerapan konsep Sri Yantra (Khana, 1979:148) yang tak lain adalah Vastu Purusha Mandala (Kramsich, 1980:11). Karena konsep Vastu
1
4
2
5
3
6
Purusha Mandala juga diberlakukan sebagai pola tata ruang kota dan desa-desa tradisional di India maka akan sangat mungkin tata letak Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur berdasarkan konsep Vastu Purusha Mandala (35) Meskipun aplikasi konsep Vastu Purusha Mandala ke rancang bangun percandian di Jawa Tengah terpengaruh potensi lokal, tetapi denah Candi Borobudur yang berpola memusat akan menempatkannya pada bagian pusat dari konsep tata ruang apapun yang telah diterapkan (36). Kenyataannya bangunan candi tunggal terletak tidak persis di tengah-tengah situs/ lahan-nya tetapi sedikit mundur ke belakang
Vajradhatu
Garbhadhatu
Vajradhatu
Garbhadhatu
(37), menyerong mundur ke kiri (38), atau menyerong mundur ke kanan (39). Perkembangan perpetakan mandala pada Vastu Purusha Mandala menghasilkan pola Parasavin dan Manduka. Pola Parasavin memiliki 81 mandala termasuk 9 mandala di bagian pusat yang dikelilingi selapis mandala yang mencakup 16 mandala, dan 2 varian nya. Pola Manduka memiliki 64 mandala termasuk 4 mandala di bagian pusat yang dikelilingi selapis mandala
Transformasi Desain Tata Letak Mandala pada Candi Borobudur Sumber : Kandahjaya
115
116
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
mencakup 12 mandala, dan
3 variannya
yang melingkari Candi Borobudur sebagai
(Kramsich, 1980:86-88). Pola Sthandila Mandala
petak mandala pusat di tengah-tengah pola
di India Selatan memiliki 49 mandala termasuk 1
Sthandila Mandala ataupun Garbhadhatu
mandala di bagian pusat (40), dan variannya
Mandala. (42)
memiliki 256 mandala termasuk 16 mandala di
Mengaitkan dengan kemungkinan pernah
bagian pusatnya (Khana, 1979:144), yang
adanya Danau Purba Borobudur, diperlukan
menurut Kandahjaya dihasilkan dari penerapan
penelitian geomorfologi area di sekitar Candi
konsep Garbhadhatu.
Borobudur. Dari gambar “Top view, plan and
Pembagian tiga searah vertikal yang
cross section of Borobudur” yang bersumber
menghasilkan bagian kepala-badan-kaki pada
dari Borobudur Restoration Project (Anom,
bangunan candi, secara konsepsual juga
2005:30) dapat diketahui Candi Borobudur
diterapkan Candi Borobudur menjadi bagian
berdiri di atas lapisan tanah inti yang
Kamadhatu-Rupadhatu-Arupadhatu.
mendasarinya dan dihurug-padatkan di atas
Candi Borobudur menempati mandala di
dua lapisan tanah hurug yang mungkin juga
pusat pola Sthandila Mandala ataupun
dihurug-padatkan di atas sebuah bukit kecil
Garbhadhatu Mandala. Dengan lebar/panjang
yang berada tepat di bawah posisi stupa induk.
Candi Borobudur
121,38 s/d 121,66 m atau
Perkiraan keberadaan Danau Purba Borobudur
sekitar 1/24 jarak Candi Borobudur-Candi
juga dapat dilihat pada “Geological Map of the
Mendut, maka pola Sthandila Mandala ataupun
West-Progo Mts (Central Java)” dari Van
Garbhadhatu Mandala diperkirakan disusun
Bemellen. Kepastian adanya Danau Purba
dengan 2209 mandala yang setiap petak
Borobudur akan membantu rekonstruksi letak
mandala seukuran Candi Borobudur
Candi Pawon pada konfigurasi Candi
(121x121)m2 (41). Sebagai pembanding, Vastu
Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut.
Purusha Mandala yang intinya memiliki 9 petak mandala berbentuk bujur-sangkar kemudian
PERGESERAN ARAH HADAP BANGUNAN
berkembang dan dielaborasi menjadi 1024 mandala atau 32x32 mandala (Khanna, 1979:144).
Arah hadap Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Borobudur tidak terpengaruh
Candi Pawon terletak pada mandala di
perubahan anggapan sumbu imajiner
lingkar ke-14, dan Candi Mendut di lingkar ke-23
penghubungnya dari garis lurus ke garis patah.
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
Arah hadap Candi Mendut berdeviasi 30 derajat,
Arsitektur Untag, 2003).
Candi Pawon berdeviasi 15 derajat, dan Candi
Arah hadap Candi Pawon yang berada di
Borobudur berdeviasi -5 derajat semula
lingkar mandala ke-14 berdeviasi 15 derajat
terhadap sumbu imajiner Candi Mendut-Candi
terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi
Pawon-Candi Borobudur (Roesmanto + Survala
Borobudur, maka dengan deviasi 1,5 derajat
Jurusan Arsitektur Untag, 2003), atau lebih tepat
antar mandala terdekat didapatkan sumbu
terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi
imajiner Timur-Barat Candi Borobudur
Borobudur. Karena sumbu imajiner Candi
berdeviasi -6 derajat (atau meleset 1 derajat)
Pawon-Candi Mendut berdeviasi 4,5 derajat
terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi
terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi
Borobudur. (43)
Borobudur, maka arah hadap Candi Mendut ke sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Mendut
ELEMEN BANGUNAN
34,5 derajat. Berdasarkan pergeseran arah hadap
Menurut Jacques Dumarcay berdasar
bangunannya, arah hadap Candi Mendut di
pengamatannya terhadap keberadaan dinding-
lingkar mandala ke-23 bersudut 30 derajat ke
dinding selasar dan koridor-koridornya yang
sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Borobudur,
terbentuk Candi Borobudur pada awalnya
arah hadap Candi Pawon di lingkar mandala ke-
dibangun sebagai candi Hindu, dan adanya
14 bersudut 15 derajat ke sumbu imajiner Candi
bagian kaki bangunan yang diduga pernah
Pawon-Candi Borobudur, dapat ditemukan
mengalami pembongkaran mengindikasikan
semakin mendekati Candi Borobudur arah
sebagai sisa kegagalan pembangunan tahap
hadap candi yang ada ataupun mandala-nya
pertama (Roesmanto, 2010:39-40). Berbeda
berdeviasi (30-15):10 = 1,5 derajat.(39)
dengan Candi Borobudur, Candi Pawon dan
Analisis sebelumnya, antara Candi
Candi Mendut tidak memiliki dinding koridor.
Mendut dan Candi Pawon diperkirakan terdapat
Sebaliknya, Candi Borobudur tidak memiliki
tiga stage dengan deviasi arah hadap antar
cella sebagaimana Candi Pawon dan Candi
stage terdekat 5 derajat, dan antara Candi
Mendut. Elemen bangunan yang terdapat di
Pawon dan Candi Borobudur terdapat empat
ketiga candi adalah tangga. Menurut Dumarcay
stage dengan arah hadap stage terdekat 4
candi mengalami perubahan besar setelah
derajat (Roesmanto + Survala Jurusan
mendapat imbuhan elemen bangunan berupa
Tangga pada Candi Borobudur
123 117
118
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
tangga
(Dumarcay, 1999:422 dalam
Roesmanto, 2007:13) Tangga Candi Mendut memiliki 19 undakan terdiri dari bagian pertama 15 undakan
undakan
secara imajiner disimboliskan
semakin
mengecil hingga ke kaki Candi
Borobudur.
untuk mencapai semacam bordes, dan bagian
Kaitannya dengan penerapan konsep
kedua 4 undakan, kemudian menuruni 2
perpetakan Sthandila Mandala yang ber-
undakan mencapai lantai cella. Tangga Candi
mandala 2209 maka letak Candi Pawon ber-
Pawon memiliki 11 undakan terdiri dari bagian
undakan 11 berada di lingkaran-mandala ke-14,
pertama 9 undakan untuk sampai ke semacam
dan Candi Mendut ber-undakan 19 di lingkaran-
bordes, dan bagian kedua 2 undakan, kemudian
mandala ke-23.
juga menuruni 2 undakan mencapai lantai cella.
Sambhara Marga Candi Mendut-Candi
Dari pengamatan sepintas, tangga yang ada di
Pawon dapat dianggap memiliki 10 tahapan
Candi Borobudur memiliki 70 undakan di bagian
sesuai
Utara dan Selatan, 69 undakan di Barat, dan 68
Dasabodhisattwabhumi, dan di setiap stage
undakan di Timur.
pada lingkaran-mandala ke-22 hingga ke-15
jumlah
tahapan
pada
Undakan/anak tangga di Candi Mendut
dapat disimboliskan memiliki undakan imajiner.
dan Candi Pawon berjumlah ganjil, sedangkan
Maka pada Stage XXII terdapat 18 undakan,
di Candi Borobudur berjumlah genap.
Stage XXI 17 undakan, Stage XX 16 undakan,
Kemungkinan undakan awal di Candi
Stage XIX 15 undakan, Stage XVIII 14 undakan,
Borobudur yang dicurigai Dumarcay berjumlah
Stage XVII 13 undakan, Stage XVI 12 undakan,
ganjil, sehingga secara keseluruhan undakan
Stage XV 11 undakan, dan Stage XIV yang
Candi Borobudur juga berjumlah ganjil.
ditempati Candi Pawon seharusnya memiliki 10
Dalam Mahayana Marga untuk menempuh Dasabodhisattwabhumi segala klesya harus
Tangga pada Candi Mendut
setelah menempuh Sambhara Marga. Jumlah
undakan tetapi dalam kenyataannya 11 undakan.
dibersihkan selama menempuh tahap
Prayoga Marga sejarak Candi Mendut-
persiapan yang meliputi Sambhara Marga dan
Candi Pawon juga memiliki 10 tahapan sesuai
Prayoga Marga. Tangga Candi Mendut memiliki
jumlah tahapan pada Dasabodhisattwabhumi.
19 undakan, dan di Candi Pawon 11 undakan.
Stage XIII memiliki 10 undakan, Stage XII 9
Jumlah undakan yang semakin mengecil
undakan,
Stage XI
menyimboliskan klesya yang semakin sedikit
undakan,
Stage IX 6 undakan,
8 undakan,
Stage X 7 Stage VIII 5
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
undakan, Stage VII 4 undakan,
Stage VI 3
68 untuk mencapai Teras V: 236/12.
undakan, Stage V 2 undakan, Stage IV 1
Undakan lain yang memiliki ketinggian
undakan. Stage III hingga Stage I tanpa undakan
sama dan lebih tinggi dari 30 cm adalah
yang menyimboliskan semua klesya telah bersih
Undakan ke-31: 29/30 dan Undakan ke-42:
dan siap menapaki tingkatan terbawah
28/31 yang terletak di antara Teras III dan
Dasabodhisattwabhumi. Tiga stage tanpa
IV;Undakan ke-21: 43/30, Undakan ke-19: 39/31,
undakan kemungkinan menyimboliskan agama
dan Undakan ke-20: 66/31 yang terletak di
Hindu yang semula dianut Indra (yang
antara Teras II dan III; serta Undakan ke-47:
diterapkan juga sebagai rangkaian Candi
71/31 dan Undakan ke-38: 29/35 yang terletak di
Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur).
antara Teras III dan IV.
Dengan 68 undakan pada tangga Timur,
Dari ketiga candi ditemukan undakan
Stage II sebagai undakan imajiner I, Stage II
teratas lebih pendek dari undakan sebelumnya.
sebagai undakan imajiner II, dan undakan
Pada tangga Candi Mendut, tinggi Undakan ke-
terbawah Tangga Timur Candi Borobudur
19: 15,8 cm, Undakan ke-18: 23,4 cm; tangga
sebetulnya merupakan Undakan III dari 70
Candi Pawon, tinggi Undakan ke-11: 17,5 cm,
undakan di candi tersebut. (44)
Undakan ke-10: 19,5 cm; dan tangga Timur
Pada Tangga Timur, Undakan ke-1: 43/27 (lebar 43 cm, tinggi 27 cm), Undakan ke-2:
Candi Borobudur, tinggi Undakan ke-68: 12 cm, Undakan ke-67: 22,5 cm. (45).
48/31, Undakan ke-3: 51/31, Undakan ke-4:
Bandingkan, kisaran tinggi undakan
88/29,5, Undakan ke-5: 46/19, Undakan ke-6:
tangga pada Candi Mendut: 15,8-26,4 cm,
45,5/17, Undakan ke-7: 46/19, Undakan ke-8:
Candi Pawon: 17,5-19,8 cm, (Tangga Timur)
46/19, Undakan ke-9 (Teras I):111/20. Undakan
Candi Borobudur: 12-35 cm. Rata-rata tinggi
ke 1-4 (undakan awal) memiliki tinggi 27-31 cm
undakan tangga pada Candi Mendut: 24,679
yang lebih tinggi dari undakan berikutnya.
cm, Candi Pawon: 21 cm, dan (Tangga Timur)
Undakan ke 10-14 tinggi undakan 19-21 cm, dan
Candi Borobudur: 24,54 cm. Apabila dirinci,
Undakan ke-15 untuk mencapai Teras II: 234/21
rata-rata tinggi undakan menuju ke Teras I: 23,61
lebar tangga 267 cm.
cm, Teras II: 20,33 cm, Teras III: 27,5 cm, Teras
Undakan ke-23 untuk mencapai Teras III:
IV: 26,24 cm, dan Teras V: 20,23 cm. Tidak
354/32,5 lebar tangga 155 cm. Undakan ke-57
ditemukan hubungan yang signifikan antara
untuk mencapai Teras IV: 365/29. Undakan ke-
perbedaan ketinggian undakan tangga di Candi
Tangga pada Candi Pawon
119
120
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
Mendut, Candi Pawon dan (Tangga Timur) Candi Borobudur dengan keletakan ketiganya. KESIMPULAN
Ÿ Perletakan Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut dirancang pada saat proses rancang-bangun Candi Mendut.
Ÿ Tata letak Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut menerapkan pola perpetakan
Ÿ Sthandila Mandala. Ÿ Perletakan Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut tidak segaris lurus.
Ÿ Sumbu imajiner Candi Borobdur-Candi Pawon-Candi Mendut berupa garis patah.
Ÿ Sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Mendut ke Gunung Merapi.
Ÿ Jarak Candi Borobudur-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut berbanding
Groslier, Bernard P. 2002. Indocina. Persilangan Kebudayaan. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Ecole francaise d'Extreme-Orient, Pusat Penelitian Arkeologi & Forum JakartaParis. Kaelan. 1959. Petundjuk Tjandi : Mendut Pawon Borobudur. Yogyakarta : Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Departemen P.P & K. Kandahjaya, H. 1995. Kunci Utama untuk Membaca Simbolisme Borobudur. Bandung : Karaniya. Khanna, Madhu. 1979. Yantra. The Tantric Symbol of Cosmic Unity. Thames & Hudson. Kramrisch, Stella. 1980. The Hindu Temple. Vol.1. New Delhi : Motilal Banarsidass. Nastiti, Titi Surti. 2003. Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna. Bandung : Pustaka Jaya.
tidak sebagai 1750:1150.
DAFTAR PUSTAKA Anom, IGN. 2005. The Restoration of Borobudur. Paris : UNESCO Publishing.
Arca Buddha pada Candi Mendut
Dumarcay, Jacques. 1981. Candi Sewu dan Arsitektur Bangunan Agama Buddha di Jawa Tengah. Jakarta : Ecole francaise d'Extreme-Orient & Kepustakaan Populer Gramedia.
Roesmanto, Totok, ed. 2010. Kearsitekturan Candi Borobudur, Seri Terbitan Candi Borobudur-3. Borobudur Magelang : Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Roesmanto, Totok. 2007. Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Arsitektur Indonesia. Pengukuhan Guru Besar Arsitektur, orasi, Universitas Diponegoro.
Keletakan Candi Borobudur dan Candi Sekitarnya
BIODATA PENULIS Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng., lahir di Borobudur, Magelang pada tanggal 5 Mei 1952. Saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Magister Teknik Arsitektur, Universitas Dipeonegoro untuk kedua kalinya sejak tahun 2008, setelah untuk yang pertama kalinya menjabat pada tahun 20002004. Mendapatkan gelar S1 dari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknk, Universitas Diponegoro pada tahun 1979. Selanjutnya meneruskan pendidikan di Departement of Regional Planning,
University of Technology, Jepang dan lulus pada tahun 1988. Mengikuti Ronpaku (PhD Dissertation) Fellows Visiting Program 2001-2002, Architectural History, Department of Architecture and Civil Engineering, TUT, Jepang. Aktif menekuni bidang konservasi, arsitektur tradisional, teori arsitektur, potensi lokal, kartun (arsitektur), dan sketsa.
Relief pada Candi Mendut
121