KELEMBAGAAN PEMUDA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA
Permasalahan ekonomi keluarga yang sedang dihadapi oleh anggota Kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat Persoalan ekonomi yang banyak dihadapi oleh sebagian besar pemuda di Kelurahan Cibabat adalah ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas dan kecilnya kesempatan peluang untuk usaha, hal ini mengakibatkan para pemuda kesulitan mencari lapangan pekerjaan yang layak dan ketiadaan penghasilan untuk kehidupan
yang
layak.
Salah
satu
penyebabnya
adalah
tingginya
persaingan/kompetisi para pencari kerja. Sementara keterampilan yang mereka miliki sebenarnya sangatlah potensial untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri. Berdasarkan hasil kajian dari dokumen daftar pengurus dan anggota kelembagaan pemuda yang menjadi studi kasus, diperoleh data bahwa mayoritas anggotanya adalah pengangguran, data tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Jumlah anggota kelembagaan pemuda yang bekerja dan yang masih menganggur tahun 2006-2007 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelembagaan Pemuda Karang Taruna Pemuda Muhamad Iqbal IRMA (Ikatan Remaja Masjid Besar) Pemuda Pecinta AlamSENPAL Pemuda Pecinta Motor Vespa Antik Pemuda Pedagang Kaki Lima Pemuda Pengrajin Gypsum
Jumlah anggota yang telah bekerja L P 4 1 7 13 1 -
Jumlah anggota yang mengganggur Total L 56 34 19
P 17 41 16
92 95 36
22
2
6
2
32
4
-
8
-
12
9
2
2
-
13
13
-
2
-
15
Sumber data : Arsip buku anggota kelembagaan pemuda dan hasil penelitian 2007 Keterangan : L : laki-laki, P : perempuan
65
Berdasarkan data hasil kajian di atas diperoleh gambaran bahwa persoalan ketenagakerjaan terutama pengangguran penduduk usia muda (usia kerja) pada kelembagaan pemuda Kelurahan Cibabat cukup tinggi dan memerlukan adanya penanganan secara holistik dengan melibatkan pihak pemerintah, swasta juga stakeholders. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas dan kecilnya kesempatan peluang usaha, hal ini menjadi menambah berat masalah ekonomi yang dihadapi oleh para anggota pemuda tersebut. Salah satu upaya penanganannya adalah dengan meningkatkan peran kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat untuk dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga seperti telah dipaparkan di atas. Keberadaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sebagaimana diulas dalam tinjauan teoritis merupakan kelembagaan dalam bentuk konkret (wadah dari kegiatan) baik bentukan dari atas atau pemerintahan maupun bentukan dari bawah atau masyarakat. Di Kelurahan Cibabat terdapat 8 jenis kelembagaan pemuda, baik yang bentukan dari pemerintah maupun dari masyarakat dan juga dalam pengertian pranata sosial. Berkaitan dengan studi kasus tentang peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat, dalam kajian ini yang memungkinkan untuk di akses dan dikembangkan adalah 7 kelembagaan pemuda. Ketujuh kelembagaan pemuda tersebut terbagi ke dalam 4 kategori besar sebagai berikut: 1.
Kelembagaan pemuda bentukan pemerintah : Karang Taruna
2.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (karena interest dan hobi) : Pecinta Alam-SENPAL dan Pecinta Motor Vespa Antik
3.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (berbasis religius) : IRMA (Ikatan Remaja Masjid)
4.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (karena kebutuhan ekonomi) : Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum dan Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Perempatan Cihanjuang.
66
Keragaan Kelembagaan Pemuda bentukan atas Karang Taruna Tingkat Kelurahan Cibabat Kelembagaan pemuda Karang Taruna adalah sebuah kelembagaan bagi generasi muda yang didirikan oleh pemerintah (Departemen Sosial RI) pada tahun 1960 berawal di Kampung Melayu Jakarta. Karang Taruna secara otomatis keberadaannya ada hingga ke tingkat Rw/dusun. Persoalan selanjutnya adalah bahwa apakah hidup beraktivitas atau hanya sekedar papan nama saja. Hal ini pula yang pernah terjadi dan dialami oleh Karang Taruna Tingkat Kelurahan Cibabat dalam perjalanan dinamika sebagai sebuah wadah kelembagaan. Pernah hidup dan aktif
di Kelurahan Cibabat pada tahun 2001-2002 (awal pembentukan Kota
Cimahi), namun menjadi pasif dan tidak aktif dikarenakan kesibukan para pengurus dan kurangnya komitmen-loyalitas dari pengurusnya sendiri, hingga pada saat Musker (musyawarah kerja) disepakati untuk regenerasi pemilihan ketua dan pengurus untuk periode 2006-2009. Dalam perkembangannya hanya dalam waktu satu tahun sejak pergantian pengurus yang baru, Karang Taruna tingkat kelurahan maju dengan pesat, berbagai prestasi di bidang sosial dan pelatihan-pelatihan telah diraihnya (juara I Kadarkum tingkat Kota, juara II Manajemen Organisasi, juara II Pameran Karya Seni Pemuda). Karang Taruna sebagai lembaga yang berasal dari inisiatif pemerintah sangat lekat dengan ciri top-down dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya karena program-program yang ada sudah ditentukan dari pemerintah. Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat khususnya generasi muda kurang leluasa
untuk
mengaspirasikan
keinginannya
dalam
berorganisasi
dan
mengembangkan lembaga sesuai dengan paradigma pembangunan berpusat pada rakyat (people centered development). Kelembagaan Karang Taruna mestinya merupakan sebuah wadah yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan pemuda sebagai motor penggeraknya. Yaitu bagi generasi muda usia 17 hingga 45 tahun. Karang Taruna merupakan mitra kerja pemerintah dan kelembagaan lokal terutama yang bergerak dalam bidang usaha kesejahteraan sosial. Salah satu upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat adalah dengan mengupayakan adanya kegiatan usaha-usaha ekonomi produktif sehingga mampu menciptakan lapangan
67
kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di wilayah setempat. Sangat disayangkan hingga saat ini Karang Taruna Kelurahan Cibabat belum memiliki dunia usaha untuk pengembangan usaha ekonomi produktif yang mampu menjadi alternatif bersama. Salah satu potensi yang dimiliki adalah kerajinan handy-craft yang saat ini sedang dalam tahap penggarapan dan pengayaan baik dari sisi internal Karang Taruna maupun juga dari pihak eksternal seperti Dinas Tenaga Kerja Kota Cimahi. Berikut penuturan dari salah satu pengurus Karang Taruna yang bertugas mengurus surat permohonan bantuan ke Dinas Tenaga Kerja. Ibu kami sebenarnya ingin minta tolong, kan ibu pegawai pemkot juga, pasti kenal dong sama ibu Rt yang di Disnakerduk (Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan). Beliau yang ngurus bantuan buat handy craft, kalau ibu ketemu sama beliau tolong tanyain ya bu, sudah 5 bulan menunggu nih bu, katanya sih masih diproses. Kami mau memperbanyak barang terbentur di modal. Minta modal dari pemkot, yang bikin kami agak males ya itu bu, sudah memakan waktu lama buat melewati proses birokrasi, terkadang tidak di acc (tidak disetujui), atau kalaupun dapat juga kecil, tidak sebanding dengan biaya/modal yang sudah kami keluarkan. Yah...mungkin beginilah nasib kelompok kecil dan tidak punya modal sendiri. Jadi kami senang sekali ada ibu yang mau memperhatikan kami dengan penelitian ini. (Ad,22th, bendahara II) Di samping itu untuk kegiatan bidang sosial-kemasyarakatan, akses warga masyarakat Cibabat terhadap kelembagaan
Karang Taruna ini dapat
dikatakan relatif mudah, hal ini seperti dikemukakan oleh ketua Rw setempat sebagai berikut : Waktu kemarin Karang Taruna mengadakan pesta perayaan HUT Kota Cimahi dengan melakukan bakhti sosial khitanan massal, warga di sini yang kurang mampu dapat jatah anaknya menjadi peserta khitan massal di Kelurahan. Karang Taruna mah sering mengadakan kegiatan sosial seperti pembagian sembako, khitanan massal, kerja bhakti, dan bazar murah. Jadi warga senang dan merasa dibantu. (Bapak Ond ketua Rw 2) Penuturan lain sebagai berikut : Kegiatan utama Karang Taruna kan membantu pemerintah dari tingkat Rw hingga Kota dalam bidang usaha kesejahteraan sosial masyarakat dan penanganan masalah sosial. Nah dengan demikian anak-anak tersebut idealnya juga dibekali keterampilan dan kemampuan melakukan kegiatan yang bersifat ekonomi dan melibatkan masyarakat Cibabat, sehingga mereka mampu memperoleh penghasilan dan pekerjaan sendiri, syukursyukur ya dapat pula membantu warga sekitar yang tidak mampu. Jadi menghindarkan para pemuda yang menganggur itu melakukan hal-hal negatif. Alhamdulilah mah neng, pemuda di sini dari dulu nggak ada
68
yang macem-macem,berbuat kriminal seperti tawuran, pencurian, malak, dan sebagainya, tapi kalau mabuk-mabukan mah ada neng, tapi tidak sampai merusak/merugikan warga. (Bapak Ndg ketua Rw 16) Ketua Karang Taruna periode 2006 – 2009 saat ini berdasarkan musyawarah kerja dipercayakan kepada saudara Nc. Pola kepemimpinan yang dikembangkan oleh Nc cenderung demokratis dan kooperatif, Nc lebih senang mengkomunikasikan dan mendiskusikan jika anggota lain/pengurusnya ada yang mampu
menyelesaikan
tugas
maupun
persoalan-persoalan
kelembagaan.
Keputusan-keputusan diambil berdasarkan hasil kesepakatan bersama pengurus lain. Kemampuan sdr.Nc dalam melakukan pendekatan interpersonal inilah yang membuat rekan-rekannya memilih sebagai ketua Karang Taruna Kelurahan Cibabat. Para pengurus Karang Taruna lebih senang menggunakan istilah ngariung/kumpul (diskusi non-formal) daripada rapat, hal ini menurut mereka dirasakan lebih dekat dan kekeluargaan dibanding dengan peristilahan formal seperti rapat dan pertemuan. Pola interaksi dan komunikasi non-formal semacam inilah yang rupanya lebih efektif dalam mengelola sebuah kelembagaan pemuda dan merupakan salah satu bentuk modal sosial yang dimiliki oleh Karang Taruna sebagai sebuah kelembagaan pemuda bentukan pemerintah. Keanggotaan dalam Karang Taruna juga fleksibel, tidak dituntut harus memiliki suatu spesialisasi keterampilan/hobi di bidang tertentu. Siapapun diperkenankan menjadi anggota Karang Taruna, baik generasi muda laki-laki maupun perempuan yang berusia 17 s/d 45 tahun, mempunyai keinginan untuk berkecimpung dan membantu pemerintah di bidang usaha kesejahteraan sosial khususnya di wilayah Kelurahan Cibabat. Jumlah anggota yang tercatat sebanyak 92 orang ( 67 orang laki-laki dan 25 orang perempuan). Beberapa prestasi yang pernah diraih antara lain; 1. Juara I Lomba KADARKUM Tingkat Kota Cimahi. 2. Juara I Lomba Tranning Leadership/Kepemimpinan Tingkat Kota Cimahi. 3. Tim SUKWAN Mandiri untuk Bencana Gempa-Yogya (inisiatif dan dana swadaya sendiri). 4. Juara II Manajemen Organisasi. 5. Juara II Pameran Karya Seni Pemuda
69
Adapun beberapa permasalahan yang dirasakan oleh kelembagaan Karang Taruna (berdasarkan hasil FGD) antara lain : 1) Adanya underestimated (anggapan rendah) dan adanya ketidakyakinan dari pihak pemerintah, swasta juga masyarakat tentang kemampuan Karang Taruna, dan belum dihargai sebagai kelembagaan yang memiliki potensi profesional. Berikut penuturan dari salah satu tokoh masyarakat di Cibabat Sepengamatan bapak yang sudah hampir dua puluh tahun hidup di Cibabat mah ya neng, kumpulan anak-anak muda seperti Karang Taruna ini sering munculnya mah kalau menjelang 17 Agustusan, ngiderken (mengedarkan) kotak sumbangan. Kemudian saat bencana tsunami di Aceh dan gempa di Yogya ta neng, itu juga minta sumbangan sosial ke warga untuk disalurkan ke korban bencana. Ta eta teh duka nya (nah itu juga gak tahu ya) neng, bapak dan beberapa warga lainnya kadang bertanya-tanya, sampai sekarang tidak tahu berapa yang terkumpul dan berapa yang disumbangkan ke korban bencana. Hal-hal seperti inilah yang membuat bapak dan beberapa warga lainnya kurang puas terus terang mah dengan tata kerja organisasi pemuda seperti Karang Taruna, atau juga organisasi lain seperti LSM-LSM. Bapak mengharapkan agar organisasi-organisasi sosial kepemudaan ini lebih dapat maju dan bekerja dengan jiwa kejujuran,begitu ya neng.(bapak H.Gjl, 58th) 2) Modal usaha dan promosi/pemasaran hasil handy craft (seperti yang diungkapkan pada alenia sebelumnya). 3) Regenerasi dan skill (keterampilan) SDM yang masih memerlukan pengayaan. 4) Kurang perhatian dari pemerintah dan tidak diposisikan sebagai mitra oleh pihak kelurahan tapi lebih cenderung sebagai tenaga sukwan pada kegiatankegiatan sosial saja. Berikut penuturan salah satu pengurus Karang Taruna : Ah ibu kita-kita mah cuma dianggap kacung (pesuruh) sama Mr. Ek mah, kalau kegiatan semacam pendataan dan berbau-bau sosial kemasyarakatan mah hayu we kita yang disuruh mengerjakan, tapi giliran ada proyek-proyek/pekerjaan yang terkait bantuan ekonomi atau pengerjaan fisik sarana prasarana atau apa gitu lah yang dari pemkot,wayahnya we atuh (terpaksa diterima saja lah) bu kalau kita dilewat saja, boro-boro diajak, ditawarin saja tidak, kita sudah singgungsinggung juga pura-pura tidak dengar. Payahnya lagi karena proyekproyek tersebut dipegang oleh Mr.Ek, wah..jangan harap deh kalau sama dia. Jadi dalam persepsi dia dan aparat lainnya, mungkin kami itu cuma anak-anak yang hanya dapat disuruh ini-itu saja, dan tidak punya potensi apa-apa. Yah..sekedar asesoris saja (perlengkapan/pajangan) di kantor kelurahan. Padahal yang bikin Karang Taruna kelurahan bernafas lagi kan kita-kita bu, tapi ya sudahlah suka tidak suka kami terima saja deh. Ibu atuh ada masukan ke pihak kelurahan, agar berbeda gitu lho persepsi mereka terhadap kami. (Azs, 23th, anggota)
70
5) Potensi secara perorangan pun belum dilihat dan dikaji dengan lebih optimal oleh dinas/instansi di Pemkot. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh dua orang anggota Karang Taruna sebagai berikut : Di Karang Taruna Cibabat ini sebenarnya banyak yang jago-jago lho bu, tidak hanya handy craft saja tapi juga bidang lain seperti bidang fotografi, penulis, desain grafis, programer komputer sampai kita juga ada enterpreneur muda lho bu. Nah tapi ya itu belum ada perhatian dari pemerintah, padahal jika digarap atau minimal difasilitasi oleh pemerintah maupun swasta, wah..saya pikir asyik banget tuh. Menurut ibu bisa tidak ya bu harapan kami itu terwujud, melihat iklim pemerintahan Kota Cimahi setelah Pilkadal kemarin, mestinya sih bisa ya bu..ta itu tuh bu si Amn sang Penyair dan Penulis yang dicampakkan (nah itu tu bu, si Amn (mempunyai keahlian menulis di surat kabar dan sempat dikaryakan oleh pejabat Walikota sebelum Pilkadal, tapi kemudian setelah Pilkadal, tidak diperlukan lagi, sehingga sekarang menjadi pengangguran lagi) karunya pisan dia mah ibu (kasihan sekali dia itu ibu). (Frm, 22th, anggota Karang Taruna) Penuturan lain : Eh..engke heula atuh, ulah lepat, kieu-kieu oge setidaknya mah urang geus aya kontribusina ka pemerintah terutami ka bapak walikota, perkara gawe mah santai heula, pan batur mah aya masa cuti geuningan. (eh nanti dulu dong, jangan salah, gini-gini juga setidaknya aku sudah ada kontribusinya ke pemerintah, terutama ke bapak walikota, soal pekerjaan yah..santai dulu, kan orang juga ada masa cuti segala). (Amn, 27th) Penuturan lain : Iya bu, bener banget apa yang dikatakan sama Frm. Pokoknya saya sendiri sudah ngalami deh bagaimana rasanya, tapi menurut saya, segitu juga sudah alhamdulillah sekali ada atensi lah (perhatian) dari pemkot buat orang seperti saya ini, yang cuma bisa corat-coret di kertas, buruh tinta (penulis surat kabar) begini. (Amn, 27th, anggota Karang Taruna). 6) Belum mampu mengoptimalkan networking yang tersedia. Hubungan interaksi dan kerjasama dengan kelembagaan lokal lainnya minimal terjadi dan dilakukan setiap minggunya. Karang Taruna sering membantu kegiatan rutin bulanan yang dilakukan oleh Tim POSYANDU, PKK, PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), POKJANAL DBD, Minggon kelurahan atau kecamatan. Hal ini dapat dimengerti karena latar belakang kelembagaan Karang Taruna yang kegiatan utamanya adalah di bidang usaha kesejahteraan
71
sosial dan penanganan masalah sosial yang ada di wilayah Kelurahan Cibabat. Berikut beberapa penuturan dari pengurus kelembagaan tersebut di atas : Begini Neng, kan POSYANDU punya jadwal kegiatan tiap bulannya, nah biasanya yang membantu menyiapkan dan seksi bersih-bersih itu anak-anak Karang Taruna. Mereka sudah terbiasa terlibat dalam beberapa kegiatan pendataan dan penyiapan tempat/lokasi. Terkadang lebih sering meminta bantuan dan berkoordinasi dengan anak-anak Karang Taruna dibanding dengan kader sendiri, bukan apa-apa sih, karena anak-anak Karang Taruna yang sekarang mah menurut ibu lebih gesit, cepat kerjanya dan rajin dibanding dengan pengurus yang lama. Begitu neng yang ibu rasakan sebagai pengurus. Di acara-acara rapat POKJANAL DBD, sosialisasi pencegahan terinfeksinya flu burung, dan juga pendataan masalah sosial dari Depsos. Ibu Wwn (pengurus POSYANDU) Penuturan lain dari aparat kelurahan : Rapat minggon di Kelurahan Cibabat jadwalnya kan setiap dua minggu sekali pada hari kamis, nah..dalam minggon ini, unsur-unsur kelembagaan yang ada di kelurahan diharapkan hadir. Saya salut sama Karang Taruna, karena hampir setiap acara minggon, mereka mengutus perwakilannya untuk hadir. Demikian juga saat rapat koordinasi tiap bulan di kecamatan. Menurut saya untuk Karang Taruna tingkat kelurahan ini cukup koordinatif dan lebih cepat jika diminta membantu kegiatan kelembagaan lainnya seperti PKK, Posyandu, LPM atau dari dinas kesehatan. Ketika diminta untuk melaporkan kegiatannya baik secara lisan maupun tulisan juga mereka relatif lebih cepat dibanding dengan kelembagaan pemuda lainnya. (Ibu Yl, 33th, kaur bag.pemerintahan). Sampai sejauh ini yang saya amati dan rasakan sebagai aparat nih ya bu, kalau untuk urusan koordinasi dengan kelurahan atau dengan lembaga lain seperti PKK, PSM, Posyandu, LPM, kecamatan dan BKM, mereka memang sudah terbiasa kita libatkan. Kalau dengan lembaga pemuda lain, biasanya mereka berhubungan jika ada kegiatan besar seperti gebyar perayaan HUT RI tingkat kelurahan saja, di luar itu mah saya amati mereka ya berjalan masing-masing begitu bu, belum ada suatu inisiatif bersama antara berbagai kelembagaan pemuda ini yang kemudian membuat rencana program sosial dan ekonomi tapi yang sifatnya rutin, tidak hanya kegiatan perayaan saja. Apa gerakan ekonomi atau usaha inisiatif sendiri yang melibatkan aktivitas diantara kelembagaan pemuda itu sendiri. Menurut saya memang harus ada forum khusus buat kelembagaan pemuda di Cibabat, yang nantinya menelorkan berbagai program sosial-ekonomi. Jangan masing-masing gitu lho bu.(Ggn, staf pemberdayaan).
72
Hanya saja dengan kelembagaan pemuda lainnya belum seluruhnya terjalin interaksi dan tukar informasi, masih bersifat masing-masing. Interaksi terjadi hanyapada saat kegiatan besar di Kelurahan, saat ini belum ada interaksi yang mengarah pada pemanfaatan jejaring untuk pengembangan kegiatan ekonomi kelembagaan pemuda. Berikut penuturan dari pengurus Karang Taruna : Pokoknya dalam satu tahun ini kami dipadati oleh kegiatan dari pemkot bu, program kegiatan Karang Taruna sendiri malah belum sepenuhnya terlaksana. Sementara ini kegiatan kami mah yang ringan-ringan saja dulu bu, sembari ngumpulin dana nih buat pengembangan usaha handy craft. Kita sedang berusaha keliling nyebarin proposal ke perusahaan yang ada di Cibabat dan Cimahi secara umum, tapi belum ada hasil juga. Kalau nanya ke kelompok lain, mereka juga sama nasibnya dengan kita-kita, belum ada jawaban, tapi kalau pun dapat dari perusahaan tersebut, belum tentu bagi-bagi info ama kita lagi. Karena memang sudah jadi kota mungkin ya bu, kalau ada informasi seputar sumber dana atau proyekan (kegiatan yang menguntungkan) ya biasanya nafsi-nafsi (masing-masing) saja begitu. Paling banter ntar kita ketemuan koordinasi kalau ada acara HUT RI di Kelurahan, atau Bazar Ramadhan di Kelurahan, udah selesai ya sudah masing-masing lagi. Untuk produk handy craft kami ini, sementara ini lagi nunggu bantuan dari pemkot bu, kita belum coba tanya ke anak-anak lain (kelembagaan pemuda lain) atau survey ke Bandung soal pengelolaan dan pemasaran produk ini, serba terbatas segalanya sih bu. (Ddg, 24th pengurus Karang Taruna) Berdasarkan pengalaman kami mah bu, sampai sekarang belum ada kerja sama antara lembaga-lembaga pemuda yang merancang usaha ekonomi bersama apa itu produk makanan, kerajinan atau apa saja. Maklum juga sih bu, kan beda orang beda pemikiran, apalagi beda lembaga begitu, pasti orientasi dan targetnya tidak sama. Lagi pula belum ada yang mempelopori untuk suatu dialog khusus lembaga pemuda dalam hal penyusunan kegiatan ekonomi bersama. Nah pemerintah nih harusnya yang tanggap dan memfasilitasi untuk kegiatan seperti itu, tapi saya lagi-lagi harapan ya tinggal harapan deh. (Rhm, 25th) Kelembagaan Pemuda Bentukan Bawah/dari Masyarakat Kelompok Pecinta Alam dan Pendaki Gunung-SENPAL. Peranan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan cukup aktif, misalnya kelembagaan pemuda yang ada di Rw 05, SENPAL berdiri sejak tahun 2002. Salah satu kegiatannya adalah mengelola sampah warga sekitar setiap dua kali dalam seminggu. Pasca peristiwa
73
longsor TPA Leuwigajah hingga sekarang anak-anak SENPAL tidak mengelola sampah warga kembali, hal ini dikarenakan pengelolaan sampah di ambil alih oleh Dinas L.H dengan petugas kebersihannya di tiap RW. Keberadaan kelembagaan SENPAL ini cukup dirasakan manfaatnya oleh warga setempat yang kebetulan rumahnya di sebelah pos ronda tempat anak-anak SENPAL berkumpul. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu Odh warga Rt 02/Rw 05, sebagai berikut : Barudak Senpal mah balageur neng, kapungkur mah osok nyandakan runtah ka bumi urang warga didieu, saminggon teh kengeng 2 kalieun. Selokan oge bersih teu aya runtah anu pabalatak didinya. Sanajan sok ngariung di gardu ronda mun peuting-peuting, nya rada ngagandengnan batur, ngan mun disuhunkeun bantuanana ti warga, barudak teh jug angkat teu seuer tumaros. Ibu resep ka barudak nu kitu mah Neng, jenten aya lah manfaatna ka warga mah. (Anak-anak SENPAL itu baik-baik neng, dulu sering mengambil sampah-sampah warga yang ada di sini, seminggu dapat dua kali mengangkut sampah. Selokan juga bersih tidak ada sampah yang berantakan di sini. Meskipun sering kumpul-kumpul di gardu ronda pada saat malam-malam, iya memang orang jadi merasa keberisikan, tapi kalau diminta bantuannya dari warga (pernah ada yang mau melahirkan, kesusahan mencari kendaraan), anak-anak SENPAL langsung turun tangan membantu tanpa/tidak banyak tanya. Ibu senang ke anak-anak yang begitu, jadi ada manfaatnya ke warga. (Ibu Odh warga Rt 02/05) Sementara itu ketika dikonfirmasi ke tokoh masyarakat setempat, informasi yang diperoleh tidak jauh berbeda, yaitu sebagai berikut : Di sini itu pemudanya rata-rata anak-anak SENPAL, awalnya mereka cuma kumpul-kumpul begitu Neng, kemudian mereka mendirikan organisasi pecinta alam-SENPAL. Yang bikin ibu dan warga di sini senang sama mereka adalah salah satu kegiatannya tiap dua kali dalam seminggu mereka membersihkan selokan dan mengambil sampah warga. Mereka awalnya menawarkan diri ke ketua Rt dan ketua Rw untuk mengelola sampah warga di Rw 05, ya sejak itu Neng mereka yang mengambil sampah dan bersih-bersih lingkungan. Warga juga dengan senang hati membayar iuran sampah karena lingkungan menjadi bersih dan dikerjakan oleh anak-anak Rt02 sendiri. Jadi tidak cuma kumpul-kumpul doang gitu Neng, tapi ada manfaatnya bagi masyarakat sekitar. (Ibu Asp,istri ketua RT 02/05) Kegiatan utama SENPAL adalah kegiatan yang berkaitan dengan kecintaan terhadap alam. Berawal dari hobi dan kesenangan yang sama, maka pemuda yang mayoritas bertempat tinggal di Rt02/Rw 05 tersebut membuat sebuah wadah kelembagaan. Dikukuhkan oleh ketua Rt dan ketua Rw serta
74
beberapa tokoh masyarakat sekitar, maka lembaga pemuda tersebut secara resmi berdiri pada tahun 2002 dengan beranggotakan 13 orang. Kini jumlah anggota mencapai 32 orang. Didasari oleh kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan, hal ini pulalah yang membuat mereka menawarkan diri untuk mengelola sampah dan kebersihan lingkungan Rt 02. Kegiatan lainnya adalah mengisi kegiatan ekstra-kulikuler panjat tebing di SMA I Cimahi dan SMT Pambudi Luhur Cimahi. Sementara untuk pengembangan kelembagaan ke arah kegiatan yang memiliki nilai ekonomi hingga saat ini belum terpikirkan kembali. Hal ini dikarenakan mereka merasa hanya akan dimanfaatkan oleh pihak pemerintah tanpa ada perhatian dan penghargaan yang layak. Berkaitan dengan hal tersebut, masalah yang dihadapi oleh SENPAL antara lain : 1. Belum memiliki sekretariat (base-camp) yang layak, selama ini sering menggunakan gardu ronda/siskamling. 2. Pihak Rw setempat tidak peduli terhadap kebutuhan tersebut. 3. Kegiatan pengelolaan sampah diambil alih oleh pihak pemerintah dan tidak menggunakan jasa mereka. 4. Potensi keterampilan hand-made (membuat keset dan kerajinan lainnya dari barang bekas) tidak dihargai oleh pemerintah tapi malah dimanfaatkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh beberapa pengurus SENPAL, sebagai berikut : Anak-anak SENPAL punya prinsip sendiri Bu, kami melakukan pekerjaan yang kami dapat lakukan asalkan jelas tujuannya, misalnya kita diminta untuk melakukan suatu pertunjukan panjat tebing untuk amal, maka kami akan lakukan dengan sepenuh hati dan tidak mengharapkan imbalan, namun jika ada pihak yang memanfaatkan kami untuk kepentingan politik misalnya, wah kami paling tidak suka dan seringnya kami tolak meskipun ada imbalannya. Apalagi kalau kita dikadalin ((dicurangi/dimanfaatkan), contohnya begini Bu, kami pernah diminta membuat produk keset yang bagus dan hiasan dari barang bekas untuk keperluan pameran oleh pihak Kelurahan. Pada saat itu Pak Lurah menjanjikan bahwa produk tersebut akan dibeli oleh pihak kelurahan dan akan diupayakan ada bantuan modal bagi usaha keset tersebut, namun alhamdulilah sampai sekarang Bu, produk kita di ambil oleh kelurahan dan tidak ada yang namanya dibeli atau apalah. Boro-boro ada bantuan modal dan sebagainya. Wah.. itu mah nggak tahu jaman kapan akan terjadi bu. Nah yang seperti begitu kami paling tidak mau dan tidak suka. Jadi kami sekarang agak hoream (males/enggan) kalau diminta oleh kelurahan. (Ich, 24th, pengurus)
75
Penuturan lainnya sebagai berikut: Yang lebih nggak ngerti lagi begini bu, sekretariat Posyandu Rw kan selama ini kami yang merawat, membersihkan dan bahkan mengecatnya dengan dana kas kami lho bu, nah sekarang Posyandunya dipindah dan ruangan tersebut malah dikunci dan tidak boleh digunakan lagi tanpa tahu apa alasannya. Jadi kami tidak dapat lagi nebeng (ikut) jika ada pertemuan atau diskusi. Saya bener-bener tidak tahu kenapa pak Rw punya kebijakan begitu. Yah kami mah ikhlas-ikhlas saja bu, hanya bingung gitu, tanpa sebab dan alasan tempat yang dapat kami manfaatkan atau nebeng lah, kok digembok. Bujeng-bujeng memberitahu alasannya ibu, bahkan terimakasihpun tidak kalau selama ini ruangan tersebut sudah kami rawat. Nah bagaimana kami berharap lebih ke pemerintah minimal kelurahan, realitanya saja Rw pun tidak peduli bahkan tidak ada rasa terimakasihnya. Jadi ya kami mah sekarang tidak muluk-muluk dan tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah, kami berusaha mengupayakan dari swadaya sendiri sajalah bu. Terus terang kapok kita mah dikadalin (dicurangi/dimanfaatkan) begitu. (Ryn, 23th pengurus) Kondisi dan situasi yang dihadapi oleh kelompok anak muda SENPAL ini yang justru membuat mereka terlatih dan terbiasa mandiri serta swadaya sendiri. Hasilnya adalah meskipun mereka rata-rata hanya lulusan SLTA dan STM, namun hampir sebagian pengurus dan anggotanya telah memiliki pekerjaan dan penghasilan. Dari 32 orang jumlah anggota, 24 orang telah bekerja. Interaksi kelembagaan SENPAL dengan kelembagaan lainnya belum cukup luas, beberapa masih dalam wilayah sekitar Rw 05 dan sebagian lagi lembaga di luar wilayah Cibabat. Lembaga-lembaga tersebut antara lain Rw, Rt, Posyandu, Siskamling, Pecinta Alam UNJANI (universitas Ahmad Yani), Tim SAR dan SATKORLAK Penanggulangan Bencana Alam Jawa Barat dan PMI Jawa Barat. Berikut data yang diberikan oleh beberapa pengurus SENPAL : Relasi dan interaksi yang lebih sering dilakukan SENPAL sementara ini masih banyak di lingkungan jalan Sentral dan sekitar Rw 05, lebih banyak bersifat tolong menolong saja sih bu, belum sampai ke arah aktivitas yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Paling-paling kami membantu kader Posyandu Rw tiap bulannya dalam kegiatan penimbangan bayi, kita siapin dan bersih-bersih ruangannya. Kemudian membantu Siskamling dengan ikut ronda malam hari, daripada begadang main kartu doang kan bu, lebih baik sekalian njagain lingkungan. Kalau dengan kelembagaan lain, kami baru mengadakan studi banding dan menambah ilmu dan tukar pengalaman dengan Pecinta Alam UNJANI. (Dni, 22th, anggota SENPAL).
76
Penuturan lain : Interaksi dengan kelembagaan pemuda lainnya di Cibabat paling juga dengan Karang Taruna Kelurahan dan PMI Kota, itu juga karena ada perwakilan anggota kami yang menjadi pengurus di Karang Taruna, sedangkan dengan PMI karena kami ada persinggungan dan keterkaitan dengan penguasaan ilmu P3K dan juga sering meminjam peralatan mereka. Interaksi biasanya pada saat kegiatan-kegiatan bakti sosial seperti waktu perayaan hari Ulang Tahun SENPAL, waktu itu beberapa anggota dan pengurus Karang Taruna memberikan donor darah melalui PMI Tingkat Kota. Bulan Juni 2007 kemarin, kami diundang untuk mengikuti pelatihan dan koordinasi teknis penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan oleh SATKORLAK PB tingkat Propinsi. Selain itu kami juga sering mengundang beberapa teman yang aktif di Tim SAR untuk menambah pengetahuan sekaligus sharring (bertukar pengalaman). (Ddn, 21th, pengurus). Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal Kelompok pemuda Muhammad Iqbal awalnya adalah beberapa aktivis yang kegiatan kesehariannya adalah mengurus panti asuhan dan mengajar TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) yang dimulai sejak tahun 1998. Kemudian pada tahun 2002 mulai mendapatkan bantuan stimulan dari Departemen Sosial (APBN) bagi panti asuhan yatim-piatu, pada tahun 2004 selain mendapatkan bantuan stimulan bagi panti asuhan juga mendapatkan bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dalam bentuk bahan mentah (sembako) untuk usaha warungan. Usaha warungan tersebut dikelola oleh para pengajar dengan dibantu oleh anak-anak panti yang sudah beranjak remaja. Setelah berjalan dua tahun, usaha warungan tersebut masih berjalan dan ada perberkembangan meskipun belum besar. Pada tahun 2006, kelompok UEP mendapat bantuan berupa bantuan hewan ternak sapi sebanyak 2 buah dan kambing 4 buah. Usaha ternak inipun dilakukan oleh beberapa pemuda panti asuhan. Seiring berkembangnya usaha warungan dan ternak, dan juga semakin banyaknya siswa TPA, tahun 2007 ini akhirnya usaha ekonomi para pemuda tersebut bertambah unit usaha yaitu sablon dan berkebun budi-daya buah strowbery. Usaha sablon lambat-laun mengalami kemajuan dan mulai banyak pelanggan, sedangkan kebun strowbery dikarenakan belum menemukan pangsa pasar
bagi
pendistribusiannya
serta
membutuhkan
biaya
tinggi
perawatannya maka sejak Juli 2007 beralih ke penanaman palawija-jagung.
untuk
77
Kepemimpinan dalam kelompok UEP Muhammad Iqbal ini dipilih berdasarkan rapat pengurus dan ditetapkan dengan pertimbangan kematangan dan pengalaman beroganisasi, maka disepakatilah bapak Dn sebagai ketua kelompok UEP tersebut. Bapak Dn sangat diterima di lingkungan anak-anak UEP. Hal ini dikarenakan selain dari sudut usia masih terhitung muda (38 tahun), juga sangat dekat dan akrab dengan anak-anak tersebut. Adapun untuk keanggotaan, bagi anak-anak panti asuhan Muhammad Iqbal yang sudah akhil baliq dipersilahkan untuk belajar melakukan kegiatan ekonomi seperti warungan, ternak, sablon dan berkebun. Presatasi yang pernah diraih adalah di bidang seni pada saat MTQ tingkat Propinsi di Cirebon tahun 2002, yaitu sebagai tim pawai Ta’aruf terbaik ke-2. Peringkat ke 5 sebagai organisasi sosial yang berkembang dan aktif se-Kota Cimahi, diperoleh dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat, meskipun demikian beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh Kelompok Pemuda UEP Muhammad Iqbal ini antara lain : 1.
Belum memiliki jaringan dalam pemasaran hasil kebun. : Hasil kebun strowbery ka,mi sebenarnya cukup bagus lho bu, buahnya lumayan besar dan manis, namun ya sayangnya karena hasil panennya masih terbatas dengan kebun yang tidak luas pula, maka skalanya konsumennya juga masih kecil. Pembelinya paling-paling para orang tua siswa TPA, sehingga dengan demikian harganyapun sangat murah. Kami belum tahu untuk pemasaran hasil kebun seperti strowbery ini mestinya ke mana dan ke siapa. (bapak Dn, 38th, ketua UEP)
2.
Belum ada perkembangan yang signifikan pada usaha warungan dan sablon.: Usaha sablon kami mah bu, alhamdullilah meskipun tidak banyak orderan tapi ada aja dan masih jalan. Usaha warungan juga masih kecil seperti begini aja belum sampai ke pelayanan pengadaan gas, air galon seperti itu sih. Tapi sudah hampir 7 bulan ini kami memasok beras ke dapur umum catering kampus LEC. Ibu Hj.Omh sebagai pengelola dapur umum menawarkan kerjasama untuk pengadaan beras tiap bulannya, dari sini ya cukup lumayan pemasukan bagi warung kami, tapi kami mah tidak mematok harga tinggi bagi semua barang dagangan di sini, termasuk beras ini. (bapak Oln, 25th, anggota UEP).
3.
Belum mampu menembus jaringan usaha/bisnis di Pemkot (misalnya pengadaan ATK) karena tidak memiliki unit yang berbadan usaha. Hal ini sangat disayangkan oleh pemuda pengelola UEP, seperti penuturannya berikut :
78
Kendala kami lainnya adalah belum dapat kepercayaan dari Pemkot untuk menjadi rekanan pada proyek-proyek semacam pengadaan ATK. Saya sudah mencoba menawarkan diri dan menyanggupi untuk menjadi rekanan tapi alasan dari Pemkotnya (Ka.sub.bid ekonomi) mengatakan bahwa jika menggunakan bendera yayasan/organisasi tidak bisa, tapi harus berbentuk badan usaha semacam PT atau CV. Menurut saya aneh juga sih bu, saya perhatikan di pemkot banyak CV yang personel-personelnya adalah orangorang pemkot sendiri, jadi unit-unit seperti kami ini meskipun katanya potensial dan mampu menjadi rekan usaha, yah..ujung-ujungnya mah tidak dapat masuk ke jaringan mereka atuh bu. Nah kecuali bersedia mengikuti aturan-aturan mereka, baru dapat jadi rekanan, kalau tidak ya tentunya mustahil to bu. Kami berniat untuk membuat 4.
Tidak adanya koordinasi antara dinas-dinas terkait dalam memberikan pembinaan serta dalam program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat. Hal ini seperti penuturan salah satu pengurus : Saya masih bingung dan sering bertanya ke para pimpinan program dan proyek bahkan ke salah satu kepala bagian instansi di Pemkot, mengapa setiap dinas instansi tersebut memiliki program pemberdayaan masyarakat yang secara esensinya sama, namun kok tidak dikoordinasikan dengan baik. Sehingga menurut pengalaman yang kami rasakan sebagai obyek sasaran program, pusing dibuatnya. Sebagai contoh, tahun 2005 diminta mengirimkan 3 orang untuk mengikuti pelatihan keterampilan pengolahan barang bekas oleh Dinas Lingkungan Hidup, eh tahun berikutya mendapat bantuan dari Dinas Sosial berupa bahan mentah untuk usaha warungan, dan dari dinas L.Hnya malah mesin pembuatan kompos, padahal masyarakat belum paham bagaimana teknik pembuatan kompos yang benar dan menghasilkan hasil yang bagus. (Bapak Dn, 38th, sekretaris Muh.Iqbal). Interaksi kelembagaan pemuda Muhammad Iqbal dengan kelembagaan lain diantaranya dengan K3S Kota Cimahi, Pondok Pesantren, Pecinta Vespa Antik, Kelompok Pengrajin Gypsum. Sedangkan dengan pihak pemerintah, yaitu Dinas Sosial Propinsi, BPMKB (Badan Pemberdayan Masyarakat dan KB), Dinas Pendidikan dan Bagian Kesra. Berikut penuturan beberapa pengurus Pemuda Muhammad Iqbal : Sudah hampir 3 (tiga) tahun ini saya menjadi sekretaris II di K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Tingkat Kota Cimahi, selain diminta oleh ibu walikota untuk menjadi pengurus di K3S tersebut, juga sekaligus saya sebagai wakil dari lembaga pemuda Muh.Iqbal. Hampir setiap tahun jika diminta oleh bagian kesra untuk mengikuti lomba pawai ta’aruf pada kegiatan MTQ tingkat kota dan propinsi, maka bekerja sama dengan pondok pesantren yang juga ditunjuk untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dinas Sosial Propinsi bersama BPMKB
79
Kota Cimahi juga rutin memantau perkembangan kelompok UEP dan juga bantuan lainnya yang telah diterima oleh kelembagaan pemuda Muh. Iqbal. Secara berkala tiap bulan, Muh.Iqbal mengirimkan laporan perkembangan usaha UEP ke Dinas Sosial Propinsi, BPMKB Kota Cimahi dengan diketahui oleh walikota. (Bapak Dn, 38th, sekretaris Muh.Iqbal) Penuturan lainnya : Saat ini banyak anak-anak binaan kami yang putus sekolah dari yang di sekolah dasar hingga di SLTA, beberapa hanya sampai lulus SMP. Saat ini bekerja sama dengan Disdik (dinas pendidikan) sedang intensif menggarap program PLS (Pendidikan Luar Sekolah) dan program ujian persamaan bagi anak-anak Muh.Iqbal yang putus sekolah. Sebagian dari anak-anak binaan kami ada 2 orang yang saat ini belajar ke bapak Ndb (seorang pengusaha dan pengrajin gypsum), tapi karena harus mengikuti ujian persamaan, sementara mereka konsentrasi belajar terlebih dahulu. Interaksi dengan kelembagaan pemuda lainnya di Cibabat, yang paling sering nonkrong dan berdiskusi dengan kami adalah anak-anak Vespa Antik. Yang saya tahu biasanya kamis sore ba’da Ashar pak Im atau kang Rd yang dari Vespa Antik sering ngobrolnya sama pak Dn. Kalau tidak salah Pak Im atau kang Rd ini merupakan senior di Vespa Antik Cimahi. (Asp, 28th, anggota). Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Masjid Besar Cibabat IRMA merupakan sebuah kelembagaan yang secara otomatis terbentuk di mesjid-mesjid. Tujuan utama dibentuknya IRMA adalah sebagai unit yang membantu DKM (Dewan Keluarga Masjid) dalam melaksanakan kegiatannya yaitu memakmurkan masjid dengan berbagai macam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dalam dan di luar mesjid. Kegiatan tersebut antara lain melayani jamaah mesjid, serta umat Islam lainnya di sekitar masjid. Sebagai kelembagaan yang merupakan bagian dari DKM, sebenarnya aktivitas IRMA dapat dikatakan kurang leluasa dalam mengejawantahkan ide-ide serta kreativitasnya, namun hal tersebut kembali kepada sejauhmana para pengurus dan anggotanya berinovatif. Anggota IRMA secara keseluruhan berjumlah 17 orang, namun yang aktif sekitar 9 orang. Ketua IRMA dipilih berdasarkan rapat pengurus IRMA dan DKM, ketua IRMA dilantik oleh ketua DKM. Adapun untuk menjadi anggota, tidak ada ketentuan dan tuntutan mempunyai keahlian khusus. Anggota berlaku bagi para remaja dan pemuda yang senang beraktivitas di bidang agama sekaligus memakmurkan mesjid.
80
Dikarenakan letak bangunan mesjid yang sangat strategis di tepi jalan utama wilayah Kecamatan Cimahi Utara, maka mesjid ini sangat ramai terutama pada saat waktu Dzuhur dan Ashar oleh jamaah yang sebagian besar adalah musafir (orang dalam perjalanan jauh) dan pegawai-pegawai pemkot Cimahi. Kondisi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan ekonomi warga sekitar dengan menyediakan berbagai jenis makanan, namun karena harus melalui persetujuan DKM serta para tokoh agama/ulama setempat, maka peluang tersebut belum dapat direalisasikan. Berdasarkan penuturan Sdr. Fjr, hal tersebut merupakan pembahasan yang masih kontroversial di kalangan para ajengan/ulama mesjid besar. Ide yang sedikit dapat diterima untuk sementara ini adalah rencana pembentukan koperasi. Agenda selanjutnya dapat disusun setelah koperasi terbentuk. Potensi lain yang sebenarnya dimiliki oleh IRMA Mesjid Besar Cibabat adalah pembuatan mainan edukasi berbahan dasar kayu, yang sedang dirintis oleh salah seorang pembina IRMA (bapak Rhm, 35th), namun kendala yang dihadapi adalah belum adanya SDM yang memadai dari anggota IRMA itu sendiri serta keterbatasan modal untuk pengembangan usaha tersebut. Adapun prestasi yang membanggakan adalah mendapatkan juara I Lomba Da’i Tingkat Kelurahan Cibabat atas nama Fjr dan peringkat ke-2 di tingkat Kota. Sementara itu beberapa hal lain yang masih memerlukan pembahasan panjang serta pembenahan di tubuh IRMA adalah belum memiliki AD/ART dan kesulitan dalam pembinaan anggota atau kaderisasi. Berikut penuturan beberapa pengurus IRMA : Kendala kami saat ini cukup banyak sih bu, dari belum disusunnya AD/ART sampai ke perbedaan pendapat dengan ulama dan ketua DKM soal pembuatan kantin di area mesjid. Yang kami sayangkan lagi juga bantuan pemerintah hingga saat ini ditujukan bagi pembangunan dan perbaikan bangunan mesjid, untuk pengembangan kelembagaan DKM dan IRMA belum ada tuh bu. Padahal seandainya ada bantuan khusus buat IRMA, kami mau memperbanyak buku-buku perpustakaan masjid.. (Fjr, 21th, ketua IRMA). Penuturan lain : Saya sebenarnya baru mencoba mulai merintis bidang ini kok bu, belum ada satu tahun. Rencana saya mah bu, mau mengembangkan keterampilan pembuatan mainan edukasi berbahan dasar kayu, target pemasaran untuk anak-anak TK/TPA di lingkungan Cibabat.
81
Alhamdulillah mah sudah ada yang mau memesan meskipun baru satudua TK/TPA. Lumayan lah bu daripada tidak ada, saya tinggal mengembang relasi dan koneksi saja (jaringan usaha). Nah ini kan butuh modal juga SDMnya ya bu, kami senang sekali seandainya saja ada bantuan dari pemkot buat pengembangan usaha saya ini bu. (bapak Rhm, 35th, pembina IRMA). Berdasarkan penuturan di atas, maka permasalahan yang dihadapi oleh IRMA saat ini meliputi : 1. Secara administrasi belum lengkap karena belum ada AD/ART 2. Kesulitan dalam pembinaan anggota/kaderisasi 3. Kekurangan SDM dan modal untuk keahlian pembuatan mainan edukasi (berbahan dasar kayu). 4. Perbedaan pendapat dengan ketua DKM dan Ulama mengenai rencana pembuatan koperasi dan kantin. 5. Belum ada perhatian serius dari kelurahan atau Pemkot untuk pengembangan organisasi. Intraksi hubungan kelembagaan yang dimiliki oleh IRMA belum banyak dan luas, hanya pada saat peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya dengan IKA PSM dalam kegiatan baktisosial kebersihan lingkungan, dengan Rw 09 mengadakan khitanan massal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh beberapa pengurus IRMA berikut : Kegiatan IRMA Mesjid Besar Cibabat mah banyak membantu DKM pada saat menjelang perayaan hari besar agama seperti Idul Fitri, Idul Qurban, Maulid Nabi, Isra-Mi’raj, bazar Ramadhan, dan membagikan ZIS ke orang yang berhak menerima, nah itu baru kelihatan semarak, tapi kalau hari biasa mah tidak terlalu sibuk dan tidak banyak kegiatan. Paling waktukemarin HUT RI, kerja sama dengan IKA PSM (Ikatan Alumni Pekerja Sosial Masyarakat) mengadakan kegiatan khitanan massal, kemudian membantu Rw 09 pada saat jum’at bersih. (Rni, 17th, sekretaris IRMA). Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum Kelompok ini merupakan kumpulan pemuda yang direkrut oleh seorang pengusaha gypsum (bapak Ndb) melalui jalur kekerabatan. Beberapa pegawainya yang sudah terampil diminta untuk mengajak keluarganya atau teman terutama anak-anak lulusan SLTA/sejenisnya dan tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun tertarik untuk menekuni bidang pembuatan gypsum. Sebagaian
82
lainnya adalah anak-anak yang direkrut dari panti asuhan serta pemuda pengangguran di sekitar rumahnya di Cibabat. Berikut penuturannya : : Begini awal ceritanya mah neng, bapak kan pendatang dari Tegal, tapi sudah lama mengadu nasib di Bandung, dari tahun 1982 sampai sekarang. Awalnya saya juga buruh di orang yang buka usaha gypsum ini. Nah dari hasil menabung sedikit demi sedikit bapak mulai menyewa tempat untuk membuka usaha ini sendiri. Di Cibabat mah kira-kira baru lima tahun ini neng. Kemudian tiga tahun yang terakhir ini alhamdullilah mulai banyak pesanan dan pelanggan. Karena pegawai bapak mah waktu itu cuma ada 3 orang, maka perlu orang lain. Bapak tidak memasang kertas pengumuman butuh tenaga kerja, tapi lewat pegawai yang tiga orang itu saja barangkali ada kerabat atau tetangganya yang tertarik dan bersedia untuk menekuni kerajinan ini. Bapak wanti-wanti supaya mudah untuk membina dan mengajarinya, diutamakan anak-anak yang baru lulus sekolah atau putus sekolah dan belum berkeluarga. Akhirnya bapak malah dapat dikatakan jadi mempunyai murid ketimbang pegawai. Dari situlah secara bertahap mereka mulai menyenangi pekerjaan tersebut dan bahkan mulai ahli. Pada awalnya hanya ada 3 orang yang dibawa oleh pegawai bapak tersebut, sekarang bertambah 4 orang sehingga menjadi 7 orang. Sebagian mereka ada yang bekerja di kakak ipar bapak yang usaha gypsum juga di jalan Pasantren. Tahun ini bapak dan kakak bapak merencanakan merekrut lagi anak-anak yang menganggur atau putus sekolah sebagian ada juga yang dari panti asuhan, dan anak-anak asuh dari Muh.Iqbal (bapak Ndb,44 tahun, pengusaha gypsum) Permasalahan yang dirasakan oleh bapak Ndb dan juga pemuda binaannya cenderung tidak sekompleks dan serumit kelembagaan pemuda lainnya. Persoalan yang dihadapi seputar persaingan produk dengan pengusaha lainnya, kualitas produk yang perlu peningkatan, penurunan jumlah konsumen yang berakibat pada pendapatan dan kesejahteraan para pengrajin, keterbatasan peralatan yang dimiliki serta modal untuk memperluas tempat usaha. Berikut penuturan bapak Ndb : Saat ini sebenarnya dengan adanya keinginan bapak untuk merekrut anak-anak muda pengangguran di sekitar Cibabat, kendala yang sering bapak hadapi adalah keterbatasan modal untuk penambahan peralatan dan tempat. Bisa saja meminjam ke bank, hanya saja bapak harus menghitung dan memastikan terlebih dulu akan kesiapan tenaga kerja yang ada saat ini. Sudah lebih unggul belum dibanding dengan pengrajin lainnya, misalnya di sisi kualitas barang. Sehingga saat ini yang penting mah bapak dapat mempertahankan kualitas produk serta pelayanan ke pelanggan saja dulu, minimal mempertahankan konsumen tetap menggunakan produk kita dengan harga yang tidak terlalu tinggi, begitu neng sementara yang dapat bapak lakukan. (bapak Ndb, 44th, pengrajin gypsum)
83
Selama ini penanganan persoalan tersebut di atas diupayakan secara mandiri dan belum melibatkan pihak pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mempunyai skema dan peraturan tersendiri dalam hal kerjasama dan menempatkan para pengusaha gypsum tersebut sebagai rekanan. Skema aturan pemerintah itulah yang justru dirasakan oleh para pengrajin dan pengusaha (salah satunya bapak Ndb) sebagai hal yang merugikan dan tidak sesuai dengan kualitas yang biasa mereka buat bagi pelanggan. Selain itu hingga saat ini pemerintah Kota Cimahi belum memiliki program dalam membina dan mengelola usahausaha di bidang bahan bangunan seperti kerajinan gypsum tersebut. Kondisi ini seperti yang dikemukakan oleh pengrajin gypsum sendiri dan juga oleh pihak Kelurahan Cibabat. Berikut penuturan tersebut : Bulan April 2006 yang lalu, bapak ditawarin untuk pengerjaan partisi ruangan di pemkot, tapi bapak tolak neng, bapak tidak sanggup. Bukan apa-apa sih, masalahnya sebenarnya sepele, bapak tidak sepakat dengan harga dan aturan administrasi yang ditetapkan oleh pemkot. Biasalah neng, bapak secara pribadi memang pada dasarnya kurang ahli dan tidak telaten dengan hal-hal yang bersifat administrasi seperti itu. Bagi bapak sederhana saja sih, ada pesanan kita kerjakan sesuai harga yang telah disepakati. Harapan bapak semoga setelah Pilkadal nanti, bapak Walikota lebih memperhatikan orang-orang seperti bapak ini lah neng, apa ada forum semacam paguyuban atau perhimpunan pengrajin gypsum atau apalah, yang disokong oleh pemerintah. Sehingga persoalanpersoalan seputar permodalan, peralatan dan tempat dapat diatasi bersama. (bapak Ndb, 44th, pengusaha gypsum). Penuturan lain Saya dan juga rekan kepala seksi lain di sini kan hanya petugas yang menjalankan perintah dan tugas sesuai yang diinstruksikan ya bu, jadi kalau dari pemkot belum ada program pembinaan bagi para pengusaha dan pengrajin seperti gypsum, meubelling, pandai besi (las listrik). Kami sementara juga tidak banyak melakukan pembinaan maupun pendataan, tapi hanya sebatas memberikan pelayanan terkait perijinan membuka usaha dan bagi warga yang akan melakukan pelebaran tempat usahanya. Pokoknya kami menunggu instruksi dari atas saja bu, setahu saya Pak Lurah tahun 2008 mendatang merencanakan untuk mengundang khusus para pengusaha dan pengrajin di wilayah Cibabat, dalam rangka rencana penataan Cibabat sebagai wisata industri. Jadi ya mari kita tunggu saja. (Bapak End, 45th, Kasie Ekbang)
84
Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Perempatan Cihanjuang Seperti halnya kelompok pemuda pengrajin gypsum, kelompok anak muda yang berdagang di perempatan Cihanjuang depan minimarket Indomart, juga merupakan kelembagaan yang terbentuk berdasarkan pertemanan dan kekerabatan. Berawal dari salah seorang anak muda pengangguran bernama Wsn (tamatan STM) yang ingin berjualan cakue-odading (kue tradisional). Dengan bermodalkan kemauan dan tekad ingin lepas dari status penganggurannya, atas informasi dari seorang kerabat yang berada di Bandung, Wsn belajar membuat aneka kue berbahan dasar terigu di tempat kursus kue Ny. Liem selama satu bulan. Sejak saat itulah Wsn berjualan kue dengan gerobak yang dia buat sendiri bersama pamannya dengan modal sebesar tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Teman-teman nongkrongnya secara bertahap mulai mengikuti jejaknya meskipun dengan bakat dan keterampilan memasak yang jauh di bawah Wsn. Temantemannya tersebut ada yang berjualan nasi dan mie goreng, pecel lele, bubur ayam, sate madura, dan aneka gorengan. Meskipun mereka belum memiliki inovasi dalam hal jenis dan rasa kuliner yang khas, namun keguyuban dan kebersamaan dalam mengatasi permasalahan seputar usaha mereka cukup erat dan kuat. Mereka yang biasanya hanya nongkrong dengan menghabiskan uang dari orang tua untuk rokok dan minum-minuman, akhirnya sekarang menjadi lebih menghargai nilai rupiah yang mereka peroleh. Wwn adalah salah satu teman Wsn pada masa sebelum berjualan yang awalnya hanya teman nongkrong, pada akhirnya sekarang mengikuti jejak Wsn dengan berjualan nasi goreng di sebelah gerobak Wsn. Berikut penuturan Wwn : Aduh ibu, tahu sendiri kan gimana Wwn dulu waktu lontang-lantung nggak ada kerjaan, ah ibu boro-boro mikirken cari kerja atau cari uang sendiri, disuruh ngebantu orang tua jadi buruh di pasar aja paling anti dan alergi. Terus sukanya melawan dan membantah kalau dinasehati, Wawan mah baong dulu bu, ngisep ama ngelem aja kerjaan, udah gitu gelut sama preman di pasar Antri sampai mau mati coba Bu. Nah sudah gitu teh Wwn lagi susah eh malah teman-teman ngisep satu persatu pergi. Yang masih solid malah kawan-kawan lama seperti Wsn, Ndng, Yyng, Ay, Dn dan Bd pada datang ke rumah, ngajak gabung lagi buat cari kerjaan yang bener. Sejak saat itulah Wwn mulai kasihan sama orang tua yang sudah mulai tua dan banyak hutang pula. Diajak sama Wsn dan Nndg akhirnya nggak malu-malu lagi untuk bekerja apa saja asal halal. Dua tahun di jalanan Prapatan Cihanjuang sini, eh ada yang nawarin Wwn untuk
85
jualan nasi goreng, berdua dengan si Ap, Wwn mencoba usaha ini bu. Keinginan Wwn mah kalau ada bantuan dari pemkot atau Dinas Sosial buat modal ngebesarin usaha ini bu. Tolong atuh bu usahakan sama ibu. (Wwn, 25th, teman Wsn) Ikatan persaudaraan yang kuat diantara mereka merupakan modal sosial yang cukup efektif
bagi keberlangsungan dan keberkembangan kelompok
pemuda pedagang ini bertahan hingga sekarang. Hubungan dengan kelembagaan lainnya sementara ini hanya seputar lembaga ekonomi seperti pasar, pemberi pinjaman modal dan peralatan, serta konsumen. Berikut penuturan Wsn sebagai perintis penjaja aneka kue dan gorengan di Perempatan Cihanjuang : Sebenarnya saya malu cerita-cerita begini ke ibu tapi karena ibu juga sudah mengenal Wsn sejak di pelatihan dinamo waktu dulu, jadi gak apaapalah buka rahasia dikit. Wsn kan disuruh kerja di pabrik sama orang tua, tapi Wsn tidak suka dan gak cocok kerja di pabrik. Ngobrol-ngobrol sama si Ndg, eh gak disangka-sangka tiga hari kemudian Ndg ngajak saya main ke rumahnya, ada yang mau diobrolin katanya. lha ternyata babenya (ayahnya) Ndg waktu nimbrung ngobrol,tiba-tiba nanyain apakah saya ada rencana untuk buka usaha jualan makanan atau apa. Wsn bilang, memang ada rencana demikian, tapi mau ikut kursus pembuatan kue dan jajanan pasar ala Ny.Liem di Bandung, hanya gak punya uang untuk ikut kursus, padahal info dari familinya di Bandung kursus akan dimulai seminggu lagi. Itu mah ibu, Wsn seperti mimpi ketika bapaknya Ndg bilang kalau biaya pendaftaran sama modal jualan nanti dari dia saja, hitung-hitung pinjaman lunak lah, dikembalikan kalau sudah jalan usahanya. Babenya Ndg memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).Sejak saat itulah bu, Wsn berjualan di sini. Setelah satu tahun berjualan, baru Wsn dapat mengembalikan ke Bapaknya Ndg. (Wsn, 27th, pedagang cakueodading). Permasalahan yang mereka hadapi tidak jauh berbeda dengan kelompok pengrajin gypsum, permasalahan tersebut antara lain yaitu : 1. Minimnya modal untuk pengembangan usaha. 2. Minimnya keterampilan dan wawasan SDM (kurang inovatif). 3. Belum adanya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kota. 4. Mensiasati harga-harga bahan dasar untuk berjualan yang tidak stabil. Kelompok Pemuda Pecinta Vespa Antik Keberadaan kelompok ini di Kota Cimahi sebenarnya telah cukup lama, awalnya mereka selalu mengadakan pertemuan di Bandung dan termasuk
86
dalam kelompok Vespa Antik Bandung. Kemudian seiring waktu, pada tahun 2002 beberapa anak muda pecinta Vespa Antik yang berdomisili di wilayah Cimahi berinisiatif untuk memiliki sekretariat sendiri dan menghimpun anakanak pengendara pecinta vespa antik. Pada tahun 2002 sekretariat utama berada di Gang Masjid jalan Kolonel Masturi Cimahi. Jalan raya Cibabat merupakan wilayah Kelurahan Cibabat, setiap malam minggu di sisi jalan Cibabat senantiasa ramai sebagai tempat berkumpulnya club vespa antik ini. Beberapa anggota club vespa tersebut adalah anak muda yang tinggal di daerah Rw 3 dan Rw 5 Kelurahan Cibabat. Kelompok pecinta vespa antik di Cibabat jumlah anggotanya yang masih aktif hanya 12 orang. Dikarenakan kegiatan besarnya terpusat di sekretariat kota, maka kelompok yang di Kelurahan Cibabat ini tidak terlalu banyak mempunyai agenda kegiatan. Hingga saat ini kegiatan besar yang pernah dilaksanakan adalah bakti sosial mengadakan bazar murah saat bulan puasa, itupun dengan mengajukan proposal permohonan bantuan ke pemerintah kota. Hubungan interaksi dengan kelembagaan lainnya masih relatif sedikit, sementara ini kelompok tersebut masih kental dengan kegiatan yang bersifat penyaluran hobi. Belum ada rencana pengembangan kelembagaan ke arah kegiatan ekonomi. Berikut penuturan dari beberapa anggota. Wah bu, anak-anak vespa pasti seneng banget ada yang mau memperhatikan dan meneliti keberadaan komunitas seperti kami ini. Selama ini kegiatan kami ya sebatas hanya berkumpul membincangkan seputar serba-serbi otomotif dan permontiran vespa, main dan jalanjalan/tur ke daerah seputar Jawa Barat seperti (Garut, Ciamis, Lembang, Ciwedey). Pecinta Vespa Antik di Cimahi meskipun sudah lumayan lama ada sejak 2002, tapi sempat mengalami penurunan jumlah anggota, hal ini dikarenakan kesibukan dan banyak yang merantau bekerja di luar Bandung. Jadi kami teh baru dapat mengadakan gebyar kegiatan sosial pada Ramadhan kemarin, itu bisa terlaksana berkat adanya bantuan dana dari Pemkot. Kita kerja sama dengan SENPAL dan Muh.Iqbal untuk memperoleh bahan sembako murah untuk dijual. Wah kita baru ngerti bagaimana riwehnya (repotnya) menjadi panitia kegiatan sendiri. sekitar berdir Apalagi kalau memang akan ada program peningkatan ekonomi (Fry, 22th, anggota). Penuturan lain : Karena di Cibabat anggota pecinta vespa antik tinggal 10 orang atau 12 orang saja, pertemuan kami satu tahun ini hanya sebatas jika sabtu
87
malam minggu saja dan lebih banyak ngobrolin soal pengalaman baru dalam perawatan vespa, menanyakan kabar sesama anggota yang berada di luar Cimahi dan terkadang saling tukar informasi mengenai lowongan kerja. Maklum lah bu, dari 10-12 orang anggota vespa antik ini bu, yang sudah bekerja atau memiliki pekerjaan baru 4 orang, itupun 2 orang yang bekerja di pabrik saat ini terancam PHK (Ek dan Rml). Sempat sih beberapa kali kita ngobrolin mau bisnis apa nih anak vespa yang di Cibabat, dengan personil yang minim dan belum ada pengalaman kerja maupun usaha, menurut ibu apa kira-kira terobosan yang cocok buat kami ya bu. Belum lagi terbentur masalah modal awal dan tempat usaha. Jadi hingga saat ini, judulnya lagi cari-cari kegiatan usaha ekonomi yang pas nih bu. Kebetulan sekali jika ibu atau dari pemkot ada rencana memberikan pelatihan-pelatihan untuk merintis usaha ekonomi kaum muda, kita-kita sih seneng banget bu. (Dck, 21th, anggota).
Faktor-faktor Yang Menghambat Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda Berdasarkan keragaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, dapat diketahui beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam kehidupan dan dinamika perkembangan kelembagaan pemuda. faktor-faktor tersebut dapat merupakan faktor yang menghambat dan juga faktor yang mendukung. Faktorfaktor yang menghambat dapat dijadikan sebagai dasar titik tolak koreksi dan perbaikan
bagi
program-program
pengembangan
masyarakat
khususnya
pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat pada masa yang akan datang. Adapun faktor-faktor yang mendukung dapat merupakan modal dasar awal bagi penyusunan serta perencanaan program saat ini dan yang akan datang. Pengaruh dari Atas yang Kuat Pengaruh dari atas yang kuat merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda. Berikut beberapa penjelasan dan uraian dari gambaram pengaruh atas yang kuat dan merupakan faktor-faktor yang menghambat kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat.
88
Jejaring dan Program-program yang top down. Perkembangan kelembagaan pemuda yang terdapat di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara dalam kurun waktu 3 tahun terakhir semakin banyak. Hal ini seiring perkembangan wilayah Cimahi yang semula kota administratif kemudian menjadi daerah otonom Kota Cimahi.
Sangat disayangkan bahwa
dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat, keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset sosial. Program-program dari pemkot Cimahi yang melibatkan kelembagaan pemuda masih bersifat top-down, belum merupakan hasil usulan dan aspirasi yang berasal dari kelembagaan pemuda itu sendiri. Sebagai contoh, berikut penuturan salah satu pengurus kelembagaan pemuda bentukan dari atas (Karang Taruna) dan penuturan aparat kelurahan. Karang Taruna mah ibu, seringnya diminta oleh pemkot atau kelurahan untuk membantu program-program buat lembaga lain, seperti membantu PKK, Posyandu, Dinkes, bagian kesra, bagian hukum. Seperti diminta mengikuti pelatihan kader vaksinator Ai (Afian Influenza), pelatihan kader pokjanal DBD, tim pawai ta’aruf (kegiatan MTQ tingkat kota), peserta Kadarkum (kader kesadaran hukum), persiapan HKG PKK (Hari Kesatuan Gerak-PKK), dan masih banyak lagi. Pokoknya hampir semua program yang sedang dilaksanakan dari Pemkot deh bu, tapi yang asli program buat Karang Taruna mah tahun 2007 ini cuma program pelatihan Tagana (Taruna Siaga Bencana), Expo Karang Taruna Cibabat dan Manajemen Organisasi. Jadi menurut saya nih ya bu, kalau sekiranya tidak ada anak-anak Karang Taruna yang aktif dan membantu, wah..nggak yakin saya mah bu kalau Kelurahan Cibabat dapat menyelesaikan program-program dari pemkot tersebut sesuai waktu yang diminta. (Gia, 22th, anggota Karang Taruna). Penuturan lain : Begini ya bu, prioritas utama pemerintah sejak tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007 kemarin kan bagaimana mensukseskan pelaksanaan Pilkadal Walikota Cimahi. Dengan demikian programprogram yang kami laksanakan adalah lebih banyak berasal dari atas (pemkot). Kalaupun Kelurahan Cibabat memiliki agenda program sendiri yang terkait dengan pengembangan masyarakat dan kelembagaannya, sementara terpaksa ditunda terlebih dahulu to bu, paling yang dapat kami lakukan waktu adalah sedikit mengkolaborasikan program kelurahan dengan program yang diminta dari atas (pemkot). Lah bujeng-bujeng atuh ibu, anu ti pemkot oge asa tos teu ka’aop (lah boro-boro dong bu, yang dari pemkot saja serasa sudah tidak terpegang dengan benar/overload). Demikian kira-kira yang dapat saya kisahkan ke ibu.(bapak Hnd, 38th, Lurah Cibabat)
89
Pada saat pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang melibatkan kelembagaan pemuda, baik lembaga bentukan pemerintah maupun bentukan dari masyarakat, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. Kondisi dan situasi ini sebagian disadari dan sebagian lainnya masih kurang menyadari situasi tersebut.
Saudara
Nc
(ketua
mengemukakan bahwa hampir setiap program pemerintah
Karang
Taruna)
yang turun ke
Kelurahan, anggota dan pengurus Karang Taruna pasti dilibatkan dan diminta bantuannya. Namun jika personil Karang Taruna maupun kelembagaan Karang Taruna memiliki keinginan/ide-ide dan rencana program yang bernilai ekonomi dengan usaha kecil seperti jasa foto-copy dan ATK, hingga saat ini belum juga terwujud dengan alasan kendala tempat. Hal ini yang disayangkan karena pihak pemerintah tidak bersegera merespon rencana tersebut. Berikut penuturan dari salah satu pengurus kelembagaan pemuda (Karang Taruna) : Terus terang saya mah heran dan bingung pisan (sangat/sekali) sama pemerintah terutama sama para petinggi dan pejabat-pejabat di Cimahi. Giliran mereka punya program dan proyek, kita-kita diminta untuk mensukseskan, kadang kita juga yang mengerjakan, tapi giliran kita butuh perhatian, dukungan dan bantuan atau fasilitas, harus melalui prosedur yang panjang dan rumit. Yang lebih menyakitkan hati lagi, kalau kita menanyakan ke instansi, biasanya jadi bola pingpong, dioper sana-sini dengan jawaban yang tidak mengenakan. Gini-gini kami juga punya harga diri lho, sudah syukur kami bersedia sukarela menghidupkan lagi Karang Taruna ini, kan tadinya selama hampir 4 tahun lebih vakum. Kami punya tekad untuk memajukan dan mencetak prestasi diri lewat kelembagaan Karang Taruna. Nah ini boro-boro Karang Taruna dapat sebagai wadah yang bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya warga Cibabat. Lha ingin menyediakan jasa layanan foto-copy dan ATK bagi warga yang datang ke kantor kelurahan saja, baru angan-angan dan sudah 1 tahun yang lalu. Kita jadi merasa cuma dimanfaatin aja kalau begini,padahal mestinya kan minimal sistemnya simbiosis mutualisme, tidak hanya sepihak yang mendapat keuntungan. Bantuan stimulan rutin dari Bagian Kesra setiap tahunnya sebesar 2 juta tapi itupun untuk tahun 2007 ini di cicil. (Nc,ketua Karang Taruna). Bagi pengurus dan anggota Karang Taruna dengan memiliki jejaring pada level eksekutif dan legislatif
tersebut mestinya dapat menjadikan lebih
berkembangnya Karang Taruna sebagai sebuah lembaga pemuda yang memiliki keunggulan dan bernilai ekonomi. Sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan
90
oleh seluruh anggota dan dapat bermanfaat pula bagi pengembangan masyarakat secara luas. Keberadaan Karang Taruna tingkat Kelurahan yang diharapkan mampu sebagai jembatan penghubung antara pihak pemerintah dengan aspirasi pemuda khususnya dan masyarakat lokal secara umum, pada kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan para anggota maupun pengurus Karang Taruna sendiri merasa kecewa dengan kondisi tersebut. Berikut penuturan dari beberapa pengurus Karang Taruna. Bantuan yang diterima dari bagian Kesra itu sementara ini banyak digunakan untuk pembenahan fisik dan ruang sekretariat. Pengennya dan niatnya mah Karang Taruna Kelurahan itu memiliki produk unggulan atau karya yang bernilai ekonomis, berdaya jual tinggi, sehingga tanggapan miring masyarakat terhadap kelembagaan Karang Taruna ini sedikit demi sedikit berkurang. Malu atuh jika hanya dipandang sebelah mata oleh masyrakat sebagai suatu organisasi yang aktifnya hanya meminta sumbangan saat menjelang HUT RI. (Shnd, 23th, bendahara umum) Kami saat ini sedang merintis usaha pembuatan kerajinan tangan “handy craft” kata Pak Lurah, dari Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) akan memberikan bantuan bagi usaha tersebut, namun bantuan tersebut masih dalam proses. (Yg, 22th, anggota) Posisi formal kelembagaan pemuda bentukan atas dan sebagai alat pemerintah Berdasarkan kasus kelembagaan pemuda yang dikaji dan ditemui di masyarakat, salah satunya adalah kasus kelembagaan pemuda bentukan pemerintah yaitu Karang Taruna. Kelembagaan pemuda Karang Taruna Tingkat Kelurahan
Cibabat
merupakan
lembaga
pemuda
bentukan
pemerintah
(Departemen Sosial RI), yang secara otomatis aturan-aturan juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknisnya (petunjuk teknis) sudah diatur dalam AD/ART Departemen Sosial.
Karang Taruna memiliki posisi formal dan kuat dalam
pemerintahan. Jejaring yang dimiliki lebih banyak bersinggungan dengan kalangan eksekutif dan legislatif, hal ini terkait dengan program-program yang digulirkan dalam pelaksanaannya membutuhkan personil dari Karang Taruna. Anggota dan pengurus Karang Taruna biasa dilibatkan pada saat pelaksanaan program kegiatan dari lembaga lain seperti PKK, POSYANDU,
91
P2KP, Pendataan RasKin (Beras bagi warga Miskin), pendataan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Pelatihan Keterampilan Kerja dari Disnakerduk dan pelatihan keterampilan penanggulangan Bencana Alam dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat. Salah satu personil Dewan Pelindung dan Pembina Karang Taruna Tingkat Kelurahan adalah anggota komisi D DPRD Kota Cimahi, secara kebetulan pula pejabat Kepala Bagian Kesejehteraan Rakyat Kota Cimahi saat ini adalah mantan Lurah Cibabat, dengan demikian bagi anggota dan pengurus Karang Taruna bukan hal baru dan sulit ketika bersinggungan dengan para elit birokrasi tersebut. Seperti yang telah dipaparkan pada alenia sebelumnya, hal tersebut menggambarkan bahwa posisi Karang Taruna terlepas para anggota dan pengurusnya suka atau tidak suka masih banyak pengaruh dan kontrol dari pemerintah, sebuah hal yang wajar dikarenakan Karang Taruna adalah sebuah organisasi pemuda yang keberadaannya dibentuk oleh pemerintah. Pengurus dan anggota merasakan bahwa Karang Taruna dalam aktivitasnya, kebergantungan pada pemerintah masih relatif tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka pengurus Karang Taruna mengharapkan adanya pihak di luar pemerintah yang dapat memberikan suatu terobosan baru sehingga para pengurus dan anggotanya memiliki daya jual dan prestasi plus baik dari bidang sosial maupun juga bidang ekonomi. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat. Kasus di atas adalah merupakan contoh kasus dari sebuah kelembagaan pemuda bentukan pemerintah, adapun untuk kelembagaan pemuda bentukan masyarakat antara lain seperti; IRMA (Ikatan Remaja Mesjid) Mesjid Besar Cibabat, Kelompok UEP (Usaha Ekonomi Produktif) Pemuda Muhammad Iqbal, Pemuda Pecinta Alam (SENPAL), Pecinta Motor Vespa Antik (FAST), Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Prapatan Cihanjuang,dan Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum. Tidak jauh berbeda dengan Karang Taruna, beberapa dari kelembagaan pemuda tersebut merasakan bahwa pihak pemerintah sejauh ini hanya akan membantu jika secara politis dan ekonomis dinilai akan menguntungkan. Sementara kelembagaan pemuda lainnya masih mengharapkan adanya perhatian
92
dan bantuan dari pemerintah bagi pengembangan kelembagaanya, meskipun dirasakan pula kebermanfaatan yang masih bersifat sepihak. Seperti organisasi IRMA Masjid Besar Cibabat, para pengurus dan beberapa anggotanya merasa bangga dapat membantu program khitanan massal yang diselenggarakan oleh pihak kelurahan dalam rangka HUT Kota Cimahi pada bulan Juni. Selain itu membantu
proyek
pemerintah
seperti
pembagian
hewan
qurban
dan
pendistribusian ke warga setiap tahunnya pada Hari Raya Idul Adha, Tarawih Keliling dan kegiatan pemerintah lainnya baik di tingkat Kota maupun Kecamatan dan Kelurahan. Sementara ketika DKM Masjid dan IRMA merencanakan mengadakan kegiatan bakti sosial dan membutuhkan bantuan tambahan dari kelurahan maupun pemkot, terkadang tidak di setujui. Alasannya adalah dikarenakan keterbatasan dana pemerintah kota. Hal ini diakui sendiri oleh instansi terkait yang berwenang menangani proses bantuan dana tersebut, bapak Ek (Bagian Kesra). Berikut penuturan saudara Fjr sebagai pengurus IRMA dan Bpk Ek ( Ka.Sub.Bag. Agama,Pend.Kes-bagian Kesra Kota Cimahi). Saudara Fjr (ketua IRMA Masjid Jami Cibabat) ; kegiatan kami, anakanak IRMA sejauh ini baru sebatas lebih banyak berorientasi memakmurkan masjid, aKarang Tarunaivitasnya paling-paling tidak jauh dari pengajian kitab rutin setiap hari jum’at, mengelola dan setiap sore begiliran mengajar pengajian anak-anak TPA. Selain itu paling juga membantu DKM jika ada kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) tiap tahunnya. Kami juga sering diminta bantuan oleh kelurahan untuk kegiatan baKarang Tarunai sosial seperti khitanan massal, pembagian sembako bagi kaum dhuafa, dan kegiatan tarawih keliling. Kami pernah beberapa kali mengajukan pemohonan bantuan dana ke pemkot untuk kegiatan Bazar murah Ramadhan dan pengadaan buku-buku bacaan agama bagi perpustakaan IRMA dan DKM, namun tidak di acc Bu..katanya karena keterbatasan dana. Jadi kami sampai sekarang sementara mengelola mesjid dengan ala kadarnya saja Bu…belum punya rencana kegiatan macam-macam, ide-ide dan inisiatif sih ada Bu tapi daya dukungnya belum ada atau kalaupun ada tidak memadai. Untuk kegiatan ekonomi bersama, nah itu dia Bu, hingga saat ini baru wacana. Kami mah inginnya tidak bergantung pada bantuan dari pemerintah, tapi untuk menggalang dana sendiri juga kerepotan Bu. Keluhan saudara Fjr mengenai prosedur dan birokrasi yang harus dilalui tersebut
tidak
dipungkiri
oleh
bapak
Ek
selaku
kepala
sub.bagian
Agama,Pendidikan dan Kesehatan pada Bagian Kesejahtaraan Rakyat. Berikut penuturan tersebut :
93
Alokasi dana untuk bantuan-bantuan stimulan bagi organisasi sosial dan keagamaan setiap tahun pasti ada, hanya saja mekanisme dan pengelolaannya langsung dikontrol oleh Bagian Keuangan. Untuk masalah alasan di acc (disetujui) atau tidaknya suatu proposal permohonan bantuan dana, nah itu kewenangan dan kebijakan langsung Walikota. Kami di Bagian Kesra hanya sekedar berupaya membuatkan sebuah nota dinas/resume pengantar berdasarkan survey lapangan apakah organisasi/kelompok tersebut layak untuk dibantu atau tidak, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kewenangan tertinggi berada pada pimpinan wilayah, pada akhirnya bagaimana bapak Walikota memiliki pertimbangan tersendiri. Kita sebagai pelaksana kan hanya bertugas melaksanakan tugas yang diberikan dengan optimal. Kelompok Pemuda Pecinta Alam-organisasi SENPAL dan Kelompok Pecinta Motor Vespa Antik (FAST) merupakan suatu golongan komunitas tersendiri dengan karakteristik organisasi yang berbeda dengan kelembagaan pemuda lainnya. Mereka cenderung lebih bersifat bebas terbuka tidak banyak menggunakan prosedural formal. Kelompok besar lainnya yaitu kelembagaan ekonomi pemuda
yang
terbentuk sejak awal dikarenakan memang berdasarkan pekerjaan dan produk yang mereka hasilkan. Kelembagaan tersebut yaitu Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Prapatan Cihanjuang,dan Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum. Faktor-faktor Yang Mendukung Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda Selain faktor-faktor
yang menghambat bagi perkembangan kelembagaan
pemuda di Kelurahan Cibabat, terdapat pula beberapa faktor yang mendukung bagi kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda. Faktor pendukung tersebut dapat berupa potensi sumber daya yang terdapat di dalam komunitas itu sendiri. Potensi sumber daya komunitas meliputi : Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) Potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam kategori yang siap terjun ke dalam dunia kerja bahkan siap dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rekan-rekan lainnya. Sebuah potensi luar biasa yang mestinya
94
diperhatikan dan dikelola oleh pemerintah, namun sangat disayangkan pada kenyataannya terluputkan oleh pemerintah daerah setempat. Selain pihak pemerintah, sebenarnya pihak swasta dan stakeholder pun diharapkan dapat memfasilitasi dan menggarap dengan lebih profesional, namun yang disayangkan di Kelurahan Cibabat yang surplus potensi tersebut, sementara ini masih berjalan masing-masing belum ada kerjasama dan interaksi yang kokoh di antara para para pihak tersebut. Hal ini seperti penuturan yang disampaikan oleh beberapa tokoh masyarakat dan aparat kelurahan. Bapak selama tinggal di Rt 05 Rw 5 Cibabat ini sebelum pernah ada dari pemkot yang meminta bapak untuk duduk bersama membicarakan mengenai penanganan pengangguran anak-anak muda kita di Cibabat ini. Padahal coba kalau orang-orang seperti kami yang sudah tua ini, dimintai pendapat atau sarannya lah. Harapan bapak mah neng, untuk penanganan masalah pengangguran khususnya di Cibabat, dirembug bersama-sama antara pemerintah dan para pengusaha dan juga tokoh masyarakatnya dan unsur pemudanya sendiri. Coba pemerintah teh nya gulirkan atuh programprogram yang benar-benar hasil olahan dari kita-kita warga di sini. Lha wong kita ndak pernah ditanya kok, ya mana bisa kasih sumbang saran toh.. (H.Shl, 61Th, pengusaha) Kami pihak pemerintah mah pengennya nih ya bu, warga terutama para stakeholders dan pengusaha mempunyai sebuah prakarsa dan inisiatif swadaya sendiri untuk menangani masalah pengangguran pada generasi muda ini gitu lho bu. Mereka kan punya dana, dan mereka punya kemampuan pula untuk mendidik para pemuda di Cibabat ini. Hanya yang saya sayangkan adalah budaya pang tunggu-tunggu dan pang tuduh-tuduh, ken wae engke ameh digarap ku pamarintah, ulah urang-urang wae anu ripuh (saling menunggu dan saling tunjuk, biar nanti saja supaya digarap sama pemerintah, jangan kita-kita saja yang jadi sibuk dan repot) nah komentar yang seperti ini sudah sering kami dengar bu. Memang juga mereka enggan ikut mengatasi masalah pengangguran dan masalah pemuda ini karena menurut pandangan warga, pemudanya juga jarang yang mempunyai jiwa wirausaha yang tangguh. Mereka males kalau harus membina anak-anak tersebut dari bawah/nol. Biasanya yang direkrut dan dibina oleh mereka adalah anak-anak yang mulai menunjukkan prestasi dan keuletannya. Nah ini mah memang PR besar kita semua lah bu, baik pemerintah maupun juga masyarakatnya. (bapak Hdr, 35th, Lurah Cibabat) Sementara itu dari sudut pandang tingkat kesetaraan umur, pendidikan dan pendapatan maka kelompok Karang Taruna secara umur dan pendidikan dapat dikategorikan dalam tingkat simetri yang setara, akan tetapi kurang setara pada sisi pendapatan. Hal ini dikarenakan dari 68 orang yang menjadi anggota
95
Karang
Taruna,
baru
5
orang
yang
telah
mampu
memperoleh
penghasilan/pendapatan dari keahlian yang dimilikinya. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan IRMA (Ikatan Remaja Masjid) dan Pecinta Motor Vespa. Sedangkan Kelompok lain seperti Pecinta Alam SENPAL dari 32 orang anggotanya, yang belum bekerja dan berpenghasilan hanya 8 orang. Dalam hal ini, umur dan pendidikan dapat dikatakan setara dan tidak mencolok perbedaannya. Demikian pula hal tersebut ditemui pada Pemuda Muh. Iqbal. Adapun Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum dan Kelompok Pedagang Kaki Lima, mayoritas setara dalam umur, pendidikan dan pendapatan. Dinamika kelembagaan pemuda dapat pula kita lihat dari peta potensi sumber daya manusianya yang meliputi umur, pendidikan, ketersediaan tenaga kerja, keterampilan/skill yang dimiliki. Peta potensi sumber daya manusia tersebut akan lebih mudah dianalisa dengan melihat tabel hasil penelitian yang terpapar pada Tabel 8. Tabel 8 Potensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Tahun 2007.
No.
1.
2.
Kelembagaan Pemuda
Karang Taruna
Pemuda Muhamad Iqbal
Jenis Keterampilan
Umur (th)
IRMA Remaja Besar)
(Ikatan Masjid
Pendidikan
Handy craft Menulis Entepreneur Komputer Fotografer Desain grafis Pengolah kertas bekas Administrasi kantor Jumlah
20-30 35 22 19-35 21-26 22-29 21-35 19-24
Sablon Mengajar Entepreneur Komputer Niaga Berkebun Berternak Adm.kntr
21-29 23-40 37 21-27 19-29 22-40 22-40 21-25
13 7 1 3 4 6 5 2 41
14 6 7 11 16 54
13 21 1 9 11 17 5 18 95
MTs, Aliyah PGTK, D3 SLTA MTs, Aliyah
Mainan anak bahan dasar kayu
15-23
4
-
4
STM, SLTA
Pidato untuk dakwah
15-27
2
-
2
Mahasiswa
Jumlah 3.
∑ Anggota dan Jenis kelamin L P T 12 3 15 1 1 1 1 16 7 23 11 2 13 6 6 8 8 12 13 25 67 25 92
SLTA, STM D3 S1 D3-S1 D3 D3 SLTA, STM SMK, SLTA
96
4.
5.
Pemuda Pecinta Alam-SENPAL
Pemuda Pecinta Motor Vespa Antik
15-25 15-25 15-25
5 3 6 20
2 3 11 16
7 6 17 36
Pengelolaan sampah warga
19-26
5
-
5
STM, SLTA
Kerajinan Keset Pengolahan barang bekas menjadi hiasan Instruktur panjat tebing dan out-bound Jumlah
19-34 19-30
7 7
2 2
9 9
19-28
9
STM, LTA STM, SLTA, D3 STM, SLTA, D3
Montir Modifikasi mesin Asesoris Wirausaha/pedagang kelontongan Jumlah
6.
7.
Pemuda Pedagang Kaki Lima
Pemuda Gypsum
Pengrajin
IAIN Mahasiswa UPI SLTA SLTA,D3
Komputer Pengelolaan Niaga Mengajar Jumlah
9
28
4
32
24-33
4
-
4
STM,D3
19-25 19-25
3 4
-
3 4
31
1
STM Mahasiswa seni rupa SLTA
1
12
-
12
Pembuatan kue berbahan dasar terigu Pembuatan Nasi goreng dan Mie goring Bubur Ayam spesial Pak Sunar Jumlah
23-37
4
-
4
SLTA
23-34
3
-
3
STM
23-35
4
2
6
SLTA
11
2
13
Pembuatan eternit
19-44
15
-
15
15
-
15
partisi
dan
SLTP, SLTA
Jumlah
Sumber data : Arsip buku administrasi kelembagaan pemuda dan hasil penelitian 2007 Keterangan : ∑ : Jumlah, L : Laki-laki, P : Perempuan, T : Total
Dalam peta tersebut, menarik untuk dicermati bahwa selain pada kelembagaan yang berbasis pada profesi, wirausaha atau entepreneur merupakan jenis ketrampilan yang langka ditemukan. Ini perlu digarisbawahi, mengingat entrepreneurship, baik kewirausahawanan sosial atau pun bisnis merupakan jenis kepakaran yang sering kali dianggap sebagai faktor penentu dalam perkembangan sosial mau pun perekonomian suatu masyarakat. Ini merupakan faktor produksi ke empat yang menentukan tingkat produksi suatu masyarakat. Kelangkaan dari keberadaan jenis kepakaran ini, dalam skala yang lebih besar pun dituding sebagai faktor yang menyebabkan lambannya perkembangan perekonomian nasional (Peter F.Drucker, Swasembada, 1991).
97
Dalam skala Kelurahan Cibabat, pada konteks Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga, dapat difahami bahwa minimnya kuantitas dari jenis kepakaran ini merupakan penyebab dari kurangnya peran kelembagaan pemuda dalam peningkatan ekonomi lokal. Modal Sosial Worldbank (2001) mengemukakan bahwa modal sosial mengacu pada kelembagaan, hubungan dan norma yang terbentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial dalam masyarakat. Peningkatannya menunjukkan bahwa kohesi sosial memberikan kritikal kepada masyarakat tentang kehidupan ekonomi yang layak dan pembangunan yang berkelanjutan. Modal sosial tidak hanya merupakan jumlah dari institusi tetapi merupakan perekat yang menghubungkan masyarakat. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya pengertian modal sosial yang menurut Fukuyama (2002) adalah serangkaian nilai atau norma yang dimiliki bersama di antara anggota kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar rasa saling memercayai. Norma-norma yang menghasilakan modal sosial harus secara substantif menginternalkan nilai-nilai seperti kejujuran, pemenuhan tugas dan kesediaan saling menolong serta adanya komitmen bersama. Keberlangsungan sebuah kelembagaan tidak terlepas dari adanya ikatan emosional dan ikatan-ikatan sosial yang ada di dalam kelembagaan tersebut. Norma-norma baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis menjadi salah satu tolok ukur sejauh mana modal sosial berkembang dan menentukan ragam suatu kelembagaan. Modal sosial yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat masih sangat kuat, Kecenderungan warga masyarakat khususnya pemuda untuk melembagakan/mengorganisir diri menjadi sebuah kebutuhan sosial yang mengemuka. Modal sosial yang masih kuat tersebut dapat terlihat dari beberapa aspek yang ditemui pada kelembagaan pemuda berikut ini : a. Ikatan solidaritas yang terbangun diantara anggota kelompok cenderung tinggi, saling melindungi, ketika salah satu anggota mengalami kesulitan rekan-rekan lainnya akan mencarikan jalan keluar, berembug bersama ketika ada permasalahan kelompok yang harus diselesaikan, saling berbagi dalam susah dan senang, jika ada peluang pekerjaan yang pertama akan ditawari untuk
98
mengisi formasi adalah teman satu kelompok. Bahkan, ikatan solidaritas yang kuat dan sering kali tanpa pamrih antar pemuda dalam satu kelompok menjadi ciri khas yang jarang ditemukan dalam kelembagaan lain. Beberapa anggota yang sudah memiliki perkerjaan akan menyisihkan penghasilan bagi anggota yang lainnya. Salah satu fakta kasus dari Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal dalam mengelola usaha warungan dengan harga yang unik dibanding dengan warung lainnya. Keunikan tersebut diungkapkan oleh salah seorang pengurus UEP Muh.Iqbal. Di sini mah warungnya berbeda dengan warung lain Bu.., tidak masuk ilmu ekonomi. Karena yang beli orang kita-kita sendiri mulai dari anakanak TK, gurunya sampai orang tuanya jadi lebih banyak harga sosial dibanding harga ekonominya, kalau harga barang A di warung sebelah seharga Rp.250,- nah kalau di sini malah kadang cuma Rp. 200,-. Kenapa saya sebut harga sosial, ya karena memang kita lebih mengedepankan saling tolong-menolong dan meringankan yang sedang kesusahan. Apalagi sama anggota kelompok sendiri. Justru dengan reng-rengan (teman satu grup) sendiri ini kita tidak menomor satukan keuntungan/laba pada kegiatan jual-beli. (bapak Dn, 34 th, penanggungjawab UEP). Penuturan lain dari pengurus kelembagaan pemuda Karang Taruna : Sejak pergantian pengurus pada musker (musyawarah kerja) bulan Juni 2006 yang lalu, kualitas kepribadian dan karakter pengurus periode sekarang ini memang lebih menjadi prioritas utama kami. Dasar pemikiran kami dari pengalaman yang sudah-sudah saja sih bu, organisasi mati suri ya karena komitmen rata-rata pengurus dan anggotanya tidak solid (kuat), tidak fokus dalam menetapkan dan mengejar tujuan. Makanya jangan heran bu jika yang menjadi pengurus di Karang Taruna Cibabat sekarang lebih banyak reng-rengan (satu grup/teman sepermainan) dari awal sebelum mengabdikan diri di sini. Saya diajak sama Nc dan Amn untuk aktif di Karang Taruna, eh waktu pergantian pengurus, saya dipilih sama teman-taman menjadi sekretaris I, mau menolak gak enak atuh bu, ya sudah terima sajalah. Alasan mereka memilih dan mengajukan saya, karena sudah tahu dan kenal karakter saya dalam berbagai kegiatan. Katanya saya pantang menyerah dan dapat dipercaya untuk mengurus surat menyurat ke pihak pemerintah dan para pengusaha.Yah sudah saya terima sajalah kan kerja bareng sama teman-teman sendiri ini, gak bakalan nohok atau menjatuhkan kawan sendiri tapi justru saling mendukung. Ada rejeki ya kita bagi bersama meskipun cuma sebungkus rokok, giliran sedang gak ada ya mari ayo kita cari bersama, biasanya kami membantu ...sugan we aya milik urang (siapa tahu ada milik/rejeki kita). Kayak kemarin waktu Gya sedang dapat order proyek ATK dari pemkot, kebetulan si Frm ibunya sedang sakit dan gak punya uang buat ke dokter, Frm sih gak bilang kalau dia tidak ada duit, tapi kan kita sesama pengurus dah paham dengan kondisi masing-masing, makanya Gya dan Nc putusin
99
ngebantu Frm. Yah baru yang kecil-kecil dan tidak berarti begini sih bu yang dapat kami lakukan. (Gya, 22th, sekretaris I Karang Taruna). Target tujuan jangka pendek kami mah sederhana sih bu, menarik simpati pihak kelurahan dan pemkot, dengan aktif membantu dan mengikuti program-program dari pemkot. Sugan aja atuh (siapa tahu dong) ibu mereka menjadi tersentuh dan mau mengajak kami sebagai rekan kerja di proyek-proyek yang ada di kelurahan. Yah namanya juga usaha ya bu, kita upayakan sajalah daripada banyak mengeluh. b. Pertukaran
Timbal-balik
(resiprocity
transaction);
yang
unik
pada
kelembagaan pemuda tersebut adalah keahlian/skill yang dimiliki oleh salah satu angota harus dapat pula diturunkan kepada anggota lain yang memiliki kesamaan bakat dan minat. Bahkan, adalah suatu kebanggaan bagi seorang anggota bila mana berhasil menguasai suatu keterampilan tertentu, dan diberi kesempatan untuk memamerkan, dan menularkannya pada rekan-rekannya. Ini sejenis bentuk aktualisasi diri yang sangat positif, demi memperoleh pengakuan dalam kelompoknya. Berikut penuturan dari anak-anak SENPAL dan Pemuda Pedagang Kaki Lima : Awalnya saya masuk ke SENPAL karena senang sama kegiatan yang berbau petualangan di alam bebas, tapi saya mah tidak mempunyai basic tentang pendakian gunung. Nah yang ngajarin saya itu tuh bu, si Ich. Ich orangnya emang lebih telaten ketika memberikan pendadaran tentang serba-serbi pengetahuan pendakian dan pengenalan alam dibanding ama teman lainnya. Berkat dia, sekarang saya malah yang diserahin tugas mengajari dan menularkan ilmu ini ke adik-adik junior angkatan yang baru masuk. Asyik lho bu dari yang kita tuh awam soal pendakian dan sebagainya, sekarang menjadi tahu dan bisa mengajarkan ke orang lain lagi. Kuncinya harus punya tekad dan kemauan yang kuat untuk belajar. (Alf, 24th, anggota) Saya mah cuma ngebantu kakak saya (ayah Wsn) setiap sore kalau mau jualan, tapi baru seminggu ngebantu, si Wsn yang baru pulang dari mengikuti kursus bogasari selama satu bulan di Bandung, dua hari kemudian tiba-tiba sorenya nawarin saya untuk memakai gerobak ayahnya, kemudian dia tanya, mau dipakai jualan apa gerobak tersebut, saya jawab saat itu mah ya belum tahu mau bikin apa enaknya ya. Atas saran Wsn, saya disarankan untuk berjualan aneka gorengan dan kue. Nah dia tuh yang ngajari bagaimana teknik bikin adonan kue dan gorengan yang legit dan enak. Akhirnya saya sekarang dapat membuat kue-kue seperti onde-onde, molen pisang, donat dan resoles. Mamahnya juga kan jualan ayam crispy, resepnya dari Wsn juga. Saya mah salut sama Wsn, anaknya tidak pelit soal ilmu, dia menawarkan ke saya dan juga ke beberapa kawannya untuk berjualan aneka makanan dan jajanan lain,
100
bersama-sama di Perempatan Cihanjuang. (Eep, 36th, paman Wsn yang juga ikut berdagang) c. Menjunjung sifat-sifat kejujuran dan keterbukaan serta kebiasaan saling berbagi. Menjunjung tinggi kebersamaan, kegotong-royongan, dan saling tolong-menolong
diantara
anggota
kelompok.
Nilai-nilai
kegigihan,
kemandirian dan komitmen serta kejujuran dalam pertemanan di antara sesama pemuda merupakan sifat khas yang menjadikan mereka lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan kehidupan keseharian. Kebiasaan di Muh.Iqbal yang sudah lama kami lakukan adalah menyampaikan dan melaporkan perkembangan unit usaha yang sedang dikelola. Biasanya setiap hari jum’at setelah sholat jum’at. Terkadang yang sering terjadi adalah pembahasan masalah seputar kegiatan seharihari di lembaga. Persoalan perbedaan pendapat selalu dirembug dan dibahas bersama. Pak Dn selalu menanyakan kepada kami apakah ada persoalan baik masalah individu maupun juga masalah UEP. Saya sudah beberapa kali meminjam uang atau mengambil beras, minyak dan gula ke warung, tapi meskipun sudah dua bulan belum saya kembalikan, pak Dn maupun pengurus lainnya tidak mendesak maupun menanyakan saya kapan akan segera mengembalikan, nah..dari sinilah kami malu sendiri. Namun begitulah para pengurus seperti pak Dn memperlakukan kami, dia percaya bahwa kita memiliki niat baik untuk mengembalikannya.Oleh karena itu, kami anak-anak Muh.Iqbal juga mengikuti jejak pak, sudah hal biasa diantara kami saling meminjamkan barang atau uang ke teman yang sedang membutuhkan. Dapat dikatakan kegiatan UEP di Muh.Iqbal ini mulai berkembang dan merambah ke bidang lain, ya atas berkat didikan dan tauladan dari pak Dn, kami bisa mandiri dan bebas mengekspresikan ide-ide juga karena pak Dn mengajari kami untuk berikhtiar semaksimal mungkin dan tidak pantang menyerah. Hasilnya ya silahkan ibu nilai sendiri lah...tapi bukannya kami pepujien (minta dipuji) lho bu.. (Asp, 24th, anggota UEP Muh.Iqbal). d. Membina kepercayaan dalam pengelolaan kelembagaan. serta tanggung jawab
Pembagian tugas
dalam pengelolaan dana kas, maupun juga barang-
barang inventaris. Karang Taruna selalu mendapatkan bantuan stimulan tiap tahunnya dari pemerintah. Kelompok pemuda Muhammad Iqbal juga dipercaya untuk mengelola bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produtif) ternak kambing dan sapi dari Departemen Sosial, Kelompok Pencinta Alam-SENPAL juga dipercaya oleh sekolah-sekolah sebagai pelatih pada kegiatan Ekskul (Ekstra Kulikuler) panjat tebing. Semuanya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk pengorganisasian kegiatan-kegiatan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang cukup rapi, sehingga
101
kepercayaan dari pihak luar tersebut dapat dilaksanakan. Berikut penuturan dari beberapa pengurus dalam menjalankan tugas mereka di kelembagaan. Oln mah ibu, biasanya pagi-pagi ke kandang sapi sambil nge-cek juga membersihkan dan memberi makan ternak (sapi dan kambing). Sudah itu, kalau tidak hujan ya cari rumput buat mereka. Siangnya jam sembilanan, Oln di warung sambil bersih-bersih kantor, biasanya sambil belajar komputer. Tapi kalau Oln sedang sakit, yang biasa membantu dan gantiin, si Ade sama si Oby. Pokoknya kami sebisa mungkin berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan oleh pak Dn. (Oln, 22th, anggota UEP. Muh.Iqbal) SENPAL kan ada kontrak kerjasama mengisi kegiatan ekskul kepecintaalaman dengan SMA I Cimahi, STM Pambudi Luhur Cimahi dan SMP I Cimahi. Hari selasa sore di SMA I Cimahi, kamis sore di STM Pambudi Luhur dan sabtu sore di SMP I, karena banyak anak-anak SENPAL yang sudah kerja, jadwal mengisi kegiatan ekskul ini sementara di pegang oleh anak-anak baru yang masih kuliah atau yang baru lulus SLTA tahun kemarin dan belum kerja. Hebat lho bu anak-anak yang baru masuk jadi anggota SENPAL tersebut, mereka meskipun baru 2 bulan di SENPAL tapi sudah menguasai beberapa teknik dasar, kami sengaja mengemas materi buat anak-anak sekolah tersebut dari materi dasar dan yang ringan-ringan saja, toh jika nanti mereka tertarik pasti akan bergabung di SENPAL. Anggota yang diserahi tugas memegang ekskul ketiga sekolah tersebut hanya berjumlah 5 orang, tapi salutnya saya sama mereka, kelima orang tersebut dapat bekerja sama dengan baik. Biasanya mereka berbagi tugas dan menjadwal giliran siapa yang menjadi instruktur untuk sekolah yang berbeda. Hari selasa si Rom, hari kamisnya si Imn, dan sabtunya si Enj, pokoknya bergiliran dapat kesempatan sebagai penanggungjawab. Yah kan itung-itung latihan praktek kepemimpinan juga gitu bu. Alhamdulillah sudah berjalan hampir 1,5 tahun, dan tidak ada konflik yang berarti, sekedar perbedaan pendapat kecil mah ya wajar kan ya bu.(Ich, 23th, pengurus) Sumber-sumber Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda dan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 1. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda Jaringan sosial antar kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat jika dilihat dari simpul, ikatan serta arus yang dimiliki, dapat dikatakan masih relatif
belum meluas dan belum kuat. Hal ini tercermin dari 7 (tujuh)
kelembagaan pemuda yang menjadi kasus kajian. Salah satu yang meyebabkan belum luas dan belum kuatnya jaringan sosial antar kelembagaan pemuda tersebut
adalah masih adanya arogansi kelompok. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam realitasnya faktor arogansi kelompok masih terdapat pada
102
masing-masing kelembagaan pemuda tersebut. Dalam hal ini, sudah menjadi kebiasaan umum yang ditemui pada kehidupan sosial mereka, yaitu adanya perasaan bahwa kelompok merekalah yang paling berdedikasi dan potensial dibanding dengan kelembagaan pemuda lainnya. Pada segmen tertentu yang sifatnya memkonstruk suatu skill tertentu, hal ini justru merupakan hal yang sangat positif, namun jika arogansi tersebut sudah mengarah pada hal-hal yang bersifat destruktif, hal inilah yang dikhawatirkan oleh banyak pihak. Dikarenakan hal tersebut, tidak jarang mereka sendiri terkadang mengalami kesulitan ketika harus ada sebuah kerjasama yang harus melibatkan kelembagaan pemuda lainnya. Dibutuhkan sebuah proses yang memakan waktu panjang sehingga terjalin kohesivitas diantara kelembagaan pemuda tersebut. Hal tersebut diatas merupakan faktor internal yang mempengaruhi peningkatan peran kelembagaan pemuda. Berikut beberapa penuturan dari pengurus kelembagaan pemuda Muh.Iqbal, SENPAL, IRMA, Pemuda Pedagang Kaki Lima yang menyiratkan ekspresi kearogansian dari tiap-tiap kelembagaan tersebut : Ini punten ya bu, saya ingin tanya mengapa Ibu tidak mengambil penelitiannya dalam level kota saja, soalnya punten lagi nih ya bu, terusterang jelek-jelek begini permainan dan target kami adalah pengembangan kelembagaan pada tataran kota. Makanya ketika ibu menanyakan pendapat saya mengenai perkembangan kelembagaan pemuda lainnya yang ada di Kelurahan Cibabat, serta ide dan rancangan program yang bagaimana bagi berkembangnya kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, wah saya kurang tahu tuh bu, daripada memikirkan dapur orang lain, lebih baik memikirkan anggota keluarga sendiri dulu toh bu. Masalahnya mereka juga belum tentu memikirkan hal itu. Jangankan soal program bersama, mengenal kami saja belum tentu lho bu, siapa sih Dn, apa saja kerjaannya, apalagi sampai menanyakan pendapat ke saya tentang program kepemudaan. Di Cibabat saya mah tidak terkenal bu, tapi kalau di tingkat kota/pemkot, saya sedang mencoba menggarap program bersama dengan ibu walikota melalui BK3S (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) untuk kemajuan Kota Cimahi. Pokoknya mah begini saja bu, kami ingin masukan dari ibu, kira-kira bagaimanakah caranya kami masuk ke arena bisnis di kantor pemkot. Daripada rumit-rumit mengajak kelembagaan lain. Kami ingin mengembangkan bidang UEP, jadi program penelitiannya buat kami saja atuh ibu. (Dn, ketua UEP Muh.Iqbal). Selain itu, dari tujuh kasus kelembagaan pemuda tersebut ditemui pula fakta bahwa beberapa kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat ada
103
yang merasa dianaktirikan dan terabaikan oleh pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas dan bantuan. Kecemburuan sosial yang halus dan terselubung ini pulalah yang juga merupakan penyebab belum kuatnya ikatan keterhubungan, simpul dan arus jaringan sosial di antara kelembagaan pemuda sendiri. Berikut fakta tersebut : Kami menyebut diri sebagai anak-anak gunung, artinya bahwa tidak ada istilah cengeng dan manja, di manapun tempat dan situasi kita mau diskusi, hayu saja, gak perlu harus nyiapin tempat aula dulu atau apalah, ibaratnya di kolong jembatanpun jadilah. wong ruang sekretariat bukti kami hidup saja kami tidak punya kok, apalagi fasilitas lainnya. Justru itu bu, saya heran sekali sama pak Rw di sini, rumah kosong yang sering digunakan untuk kegiatan Posyandu sebulan sekali, yang merawat, ngecat, dan bersih-bersih teh ya anak-anak SENPAL. Tapi dengan tibatiba sekarang rumah Posyandu tersebut digembok dan tidak boleh dipakai oleh kami lagi, dengan alasan yang tidak jelas. Kami sih sebenarnya tidak masalah jika memang akan digunakan untuk kegiatan lain, wong itu juga bukan milik kami, kami hanya merasa tersinggung karena larangan tersebut tanpa kejelasan dan disampaikannya melalui salah satu kader posyandu lagi, tidak langsung ke kita. Terus herannya lagi, setiap papasan ketemu di jalan, pak Rw juga tidak bilang apa-apa ke kita-kita soal sekretariat Posyandu tersebut. Yah beginilah nasib kelompok pemuda kampung, berdiri dengan inisiatif dan biaya sendiri, pokoknya asli segala sendiri deh bu. Tidak seperti organisasi pemuda lain milik pemerintah yang didanai dan disediakan fasilitas ruang sekre buat berkumpul. Kita mah kapok deh bu kalau minta bantuan ke pemkot, ngendon (diproses) di kelurahan saja hampir sebulan lebih, di pemkotnya juga belum tentu di acc ( disetujui). (Ang, 27th, SENPAL) IRMA belum pernah mendapat bantuan dana dari pemkot maupun kelurahan untuk pengembangan IRMA. Sudah mengajukan dan memasukkan proposal tapi belum ada jawaban dari kelurahan, sudah 6 bulan, dan kami males juga mau nanyain. Kenapa kok lama ya bu, tapi kalau lembaga pemuda lainnya kok cepat dapat bantuannya. Setiap tanya di jawabnya nanti sedang diproses, tapi sampai sekarang belum aja, diproses diterima atau ditolak kan sama-sama diproses tuh bu. (Ddk, 22th, IRMA) 2. Jaringan sosial dengan Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). a. Jaringan sosial dengan pemerintah dan stakeholders. Keberadaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat tidak terlepas dari keterikatannya dengan sistem sumber-sumber jaringan sosial yang ada, baik dengan pemerintah, swsta maupun stakeholders. Kelembagaan Karang Taruna dan Pemuda Muhammad Iqbal lebih memiliki sumber jaringan
104
sosial yang lebih luas dengan pemerintah dan stakeholders dibanding dengan IRMA, pencinta alam SENPAL, dan Pecinta Motor Vespa Antik. IRMA, SENPAL Pecinta Vespa Antik
cenderung lebih terbatas hanya
mencakup sesama anggota atau kelompok lain yang memiliki kegiatan sejenis. Berikut fakta yang dapat dikemukakan dari jaringan sosial yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda dengan pemerintah dan stakeholders : Penuturan dari pengurus Karang Taruna Alhamdulillah bulan Juli 2006 setelah pergantian pengurus, kami mendapat bantuan berupa buku-buku dari BAPUSDA Propinsi (Badan Perpustakaan Daerah). Bantuan non fisik, Karang Taruna mah dapat secara rutin dari SETDA Bagian Kesra, Pak Fsl dan Ibu Yla yang waktu itu memanggil kami. Kemudian fasilitas ruangan sekre ini juga atas kebaikan pak Lurah Cibabat, kata beliau daripada kosong karena yang punya ruangannya sedang cuti besar (mengistilahkan LPM yang sudah lama tidak aktif) ya silahkan saja digunakan sama Karang Taruna. Tahun 2007 ini bantuan dari Disnaker melalui Ibu Rt yang untuk handy craft, katanya mah sebentar lagi turun, luamayan bu buat nambah modal pengembangan usaha handy craft. (Irf, 23th, pengurus) Penuturan lain : Selain dengan pemerintah, anak-anak Karang Taruna mah seringnya gaul sama ibu-ibu PKK, Kader Posyandu, ibu-ibu pengajian AlHidayah, ketua RT dan ketua Rw. Ketua BKM, LPM, personil PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), para kyai dan ustad, kemudian tokoh masyarakat, itupun hanya beberapa tokoh masyarakat yang banyak berkecipung di dunia sosial dan pendidikan, tokoh-tokoh seperti pengusaha dan pemilik perusahaan swasta, karena mereka orangorang sibuk barangkali ya bu, jadi kamipun jarang berinteraksi dan berelasi dengan kalangan usahawan dan swasta itu. Selain mereka sulit untuk ditemui karena sibuk, merekapun jarang ke kantor kelurahan dan jarang mengikuti pertemuan warga di aula kelurahan. Lagi pula kami saat ini memang belum ada suatu jalinan interaksi kepentingan dengan para usahawan tersebut. Mudah-mudahan saja nanti kalau kerajinan handy craft ini sudah mulai terkenal dan maju ada jalan kami dapat menjalin relasi dengan pihak swasta dan pengusaha. (Ccp, 22th, anggota) Berbeda dengan kelembagaan pemuda Karang Taruna ataupun kelembagaan pemuda lain bentukan dari bawah/masyarakat, Kelompok UEP Pemuda Muhammad Iqbal memiliki dinamika tersendiri yang lebih unik.
Meskipun termasuk dalam kategori kelembagaan pemuda yang
terbentuk
dari
inisiatif
dan
swadaya
masyarakat.
Namun
dalam
105
perkembangannya justru mendapatkan banyak dukungan bantuan dana serta penghargaan dari pemerintah sebagai sebuah organisasi sosial berprestasi dalam membantu penanganan masalah sosial terutama anak yatim-piatu. Usaha Ekonomi Produkitf yang dikelola hampir 3 tahun terakhir merupakan bantuan dari Departemen Sosial dana APBN. Bantuan dan penghargaan yang diperoleh
memang lebih banyak dari Dinas Sosial
Propinsi Jawa Barat terkait dengan kegiatan sosial dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kelembagaan Muhamad Iqbal selama 8 tahun. Berikut penuturan dari pengurus Muh.Iqbal Kalau kami karena sejak awal lebih banyak bersinggungan dengan Dinas Sosial Propinsi dan BPMKB Cimahi, jadi bantuannya juga lebih banyak dari sana sih bu. Seperti UEP untuk peternakan sapi dan kambing, juga warserda itu dari Dinas Sosial, sedangkan bantuan dana, dari pemkot mah baru sekali, itu juga waktu mendapat penghargaan saat HKSN (Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional), nah yang sering mah dari Dinas Sosial Propinsi setiap tahunnya sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) bantuan bagi makan sehari-hari anak asuh kami. Perlengkapan kantor seperti ATK, komputer, meja kerja dan rak buku/arsip juga dari Dinas Sosial Propinsi. Alhamdulilah sih bu, soal bantuan dari pemerintah. (bapak Dn, 34th, pengurus) Selain dengan Dinsos propinsi dan BPMKB, Muhammad Iqbal juga sering berinteraksi dengan BK3S baik kota Cimahi maupun propinsi Jabar, di wilayah jalan pasantren ini sudah sering dikenal sebagai tempat menampung anak yatim. Jadi relasi kita mah ya seringnya dengan hal-hal yang berbau sosial bu, kita sering koordinasi dengan LSM SOAN (Solidaritas Anak Negeri,LSM yang menangani anak jalanan), kemudian dengan tokoh-tokoh agama di sekitar jalan Pasantren, juga dengan pak Rw. Jaringan dengan swasta sampai sekarang belum ada, paling juga dengan Ibu Hj.Omh pengelola cattering dapur kampus TTUC. Maklum lah bu, kami kan memang lebih banyak berkecimpung di bidang sosial dan keagamaan, kegiatan UEP ini kan sebagian juga bantuan dari Dinas Sosial, itupun baru kecil-kecilan. (Adn, 25th, pengurus) Berdasarkan fakta tersebut di atas, dapat diketahui simpul-simpul jaringan yang dimiliki oleh kelembagaan Karang Taruna dan Muhammad Iqbal lebih didominasi simpul yang berasal dari pemerintah dan juga stakeholders dibanding dengan pihak swasta. Dengan demikian secara ikatan (keterhubungan) juga cenderung lebih kuat simpul ke pemerintah dan stakeholders. Hal ini pulalah yang akan menjadi fokus dan topik
106
pembahasan dalam diskusi berkelompok (FGD) antar kelembagaan pemuda Cibabat. b. Jaringan sosial dengan swasta Sedangkan Pemuda Pedagang Kaki Lima dan Pemuda Pengrajin Gypsum lebih banyak berinteraksi dengan pihak swasta meskipun masih dalam skala kecil, yang dalam hal ini, pihak pemerintah belum sepenuhnya menyentuh dan memperhatikan kelompok ini, bahkan yang bersifat dan pendataan sekalipun. Hal ini terlihat dari penuturan beberapa pengurus kelembagaan pemuda di atas. Berikut penuturan salah satu pegawai di pembuatan gypsum: Kalau kayak kita-kita ini Bu yang penting kerja cari uang bikin barang sesuai permintaan pemesanan dan harganya cocok sama kita, hasilnyapun memuaskan konsumen. Kita tidak ingin berharap banyak ke pemerintah. Bujeng-bujeng bantosan ibu, di survei dan di data juga belum pernah sekalipun. Tapi pernah sih dimintai untuk membuat partisi ruangan kantor di Pemkot itu juga karena ada salah satu pelanggan yang kerjanya di pemkot, tapi karena banyak iniitunya yang tidak sreg di hati, terutama lama dapat bayarannya ya..permintaan tersebut terpaksa kami tolak bu.. Pak Ndb mah lebih suka yang pasti dan cepat, makanya dia kalau ada pesanan dari bank atau kantor swata pasti diambil, yah meskipun baru 3 kali, tapi kitanya lebih sreg dan lebih enak kerjanya, pokoknya yang pastipasti sajalah bu, ada pesanan kita kerjakan kemudian kita segera dapat fulus (uang/upah), gak pake lama.(Ddn, 22th, pegawai perusahaan gypsum). Penuturan lain : Saya sudah empat tahun jualan di Prapatan Cihanjuang bareng sama barudak (anak-anak/temen-temen) tapi belum pernah di survei sama Pemkot, apalagi dapat bantuan dana dan peralatan. Pertama kali saya terjun berjualan cakue ini mah bu, modal dan ilmunya dari Ny. Liem, awalnya saya ikut kursus pembuatan kue Ny.Liem di Bandung setelah itu dua tahun kemudian juga ikut pelatihan/kursus yang diadakan P.T Bogasari. Jadi sampai sekarang lebih sering berhubungan dengan pihak swasta daripada pemerintah. (Wsn, 26th, pedagang Cakue-odading) Jika dilihat dari sisi keragaman bentuk ikatan menurut kekuatannya maka dari tujuh kasus kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, kelembagaan pemuda yang cenderung lebih kuat intensitas kedekatan secara
107
emosional dan yang mencirikan keintiman/kerekatan adalah Pemuda Pecinta Alam-SENPAL dan Pemuda Pecinta Vespa Antik. Berikut penuturan dari pengurus SENPAL dan Pecinta Vespa Antik : Motto kami anak-anak SENPAL mah ya bu, siapa saja yang sudah masuk menjadi anggota SENPAL, maka pasti menjadi keluarga. Artinya dalam kehidupan sehari-hari kami lebih banyak berinteraksi sebagai saudara, bukan sekedar teman saja. Lha ibu kan ngelihat sendiri, kegiatan SENPAL mah atuh paling sibuk juga sebulan dua kali pendakian, apalagi musim hujan begini, bulan ini saja kita gak pergi ke gunung. Pokoknya persaudaraan yang terbangun di SENPAL betul-betul sampai ke orang tua, adik dan kakak. Kayak kemarin mamahnya si Aep sakit, ya kita semua sebagai anak asuhnya ikut membantu biaya berobatnya. Asli di kita mah ya bu, kalau sampai ortunya si x gak ada beras, ya patungan rame-rame beliin atau bawain buat keluarganya, lha ibaratnya wong kita juga yang menghabiskan,kan sering makan di rumahnya. (Rzk. 21th, anggota SENPAL) Karena jumlah kita di Cibabat sedikitan, jadi malah lebih terasa dekat, karena komunikasi kan jalan dan nyambung terus tuh bu, meskipun bukan hari libur kita kan tetap tukar informasi, biasanya juga kita janjian ketemu di warnet atau biker sekuter (pecinta vespa) lainnya di Bandung. Kita kan termasuk club motor antik bu, bukan seperti club lainnya yang banyak di Cibabat sekarang, menurut saya mereka maksain bikin club juga kayak kelompok Mio, Kawasaki, Supra. Kalau club bebek 80-an, nah itu mah sering interaksi sama kita bu..karena problem yang mereka hadapi relatif sama, jenis motor jadul (jaman dulu/antik), terus juga kita sering kesulitan cari asesoris maupun onderdilnya, wah pokoknya ribet deh bu, tapi justru itulah asyiknya bu..kita kumpul dan punya komunitas gak Cuma mejeng tapi saling tukar pengalaman mengoprek motor kuno ini. (Rb, 20th, anggota Vespa Antik). Menurut ukuran luas dan sempitnya keragaman jaringan, dipandang dari kepadatannya maka yang memiliki jumlah simpul paling luas adalah kelembagaan Karang Taruna dan Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal (seperti fakta pada alenia terdahulu). Adapun kelembagaan yang masih sedikit dan dapat dikatakan paling sempit memiliki jaringan adalah kelompok IRMA, berikut fakta dan penuturan dari pengurus IRMA : Kami aktif di IRMA Mesjid Besar Cibabat ini sebenarnya lumayan cukup lama juga sih bu, saya sudah hampir 3 tahun. Kegiatan IRMA yang utama kan membantu DKM merawat dan memakmurkan mesjid, juga mengurus BAZ untuk diberikan kepada umat/warga sekitar mesjid yang membutuhkan. Kalau untuk kegiatan lain,
108
misalnya ekonomi kami baru tahap ide-ide dan rencana. Jadi pada dasarnya urusan IRMA mah seputar per-mesjid-an saja sih bu, jaringan kita ya seputar itulah, DKM, Ulama/kyai, dan jemaah mesjid. (Umr, 23th, pengurus IRMA). Tidak semua kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat mendapatkan kemudahan dalam mengakses bantuan stimulan dari pemerintah tersebut. Dari tujuh kelembagaan pemuda yang menjadi bahan studi kasus hanya kelembagaan Karang Taruna dan Pemuda Muhammad Iqbal saja yang mampu mendapatkan bantuan stimulan dari pemerintah. Demikian pula dengan dinamika politik daerah. Ini secara tidak langsung akan menjadi faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam pengambilan berbagai kebijakan serta respon dari birokrasi mau pun para pihak yang terlibat. Berbagai ide dan aktivitas yang merupakan aspirasi murni para pemuda untuk mengembangkan jejaring sosial yang sudah terbangun, seperti yang ditengarai para pemuda itu sendiri, bisa jadi justru akan dicurigai sebagai sebuah gerakan yang mengandung muatan dan kepentingan politis dari tokoh atau lembaga tertentu. Hal ini menyebabkan perlu adanya pemikiran akan strategi yang dapat menyiasati beberapa faktor tersebut. Berikut penuturan dari beberapa pengurus kelembagaan pemuda : Nah ini ada suatu uneg-uneg (pertanyaan yang belum terjawab) dan ganjelan (rasa yang masih dipendam) di hati kami bu soal kegiatan yang sering ditawarkan kepada kami. Mengapa anak-anak seperti kami ini selalu dianggap tidak tahu soal kegiatan-kegiatan yang ujung-ujungnnya berbau politik. Apa karena tampang kami yang kampungan dan cuma lulusan STM dan SMA begitu ya bu. Kayak kemarin waktu mau PEMILU 2004, wah itu mah asli orang dari berbagai partai berdatangan dan membujuk untuk ikut kegiatan mereka, banyak dijanjiin ini-itu. Ah tapi karena kami mah merasa bodoh kagak ngerti sama yang begituan, ya kami tolak saja berbagi iming-iming dan fasilitas yang menggiurkan tersebut. Alhamdulilah kami gak mau ikutan hal-hal yang berbau politik, dari pengalaman kelompok pemuda lain yang ikut ajakan parpol tersebut, mereka menyesal karena cuma dijadikan pelengkap penderitaan saja..janji yang begini-begitu ya wasalam saja lah. (Rnd, 24th, pengurus SENPAL) Ada pandangan yang kurang tepat tentang keberadaan Karang Taruna dan juga terhadap anggotanya, beberapa pihak masyarakat menganggap kalau kami itu juga merupakan alat politis suatu pihak. Padahal kalau mereka tahu bagaimana sejarah asal muasal Karang Taruna, mestinya tidak akan berpandangan seperti itu, tapi ya
109
memang hak mereka untuk berpendapat dan berpandangan yang bagaimana terhadap kita. Yang jelas itu malah menjadi masukan bagi kami, sehingga kami akan lebih berhati-hati dan lebih netral lah dalam bertindak maupun berkarya. Yang penting bagi kami sekarang mah dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi kemaslahatan bersama di bidang-bidang sosial. (Nc, ketua Karang Taruna). Sumber Daya Kapital. Faktor lain yang berpengaruh bagi peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda adalah modal ekonomi berupa keterbatasan modal dana, peralatan dan lahan/tempat usaha. Faktor dari luar yang saling terkait yaitu akibat belum optimalnya jejaring diantara pemerintah, swasta dan stakeholders yang berkonsekuensi pula pada faktor keterbatasan modal ekonomi. Salah satu upaya ringan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah seputar keterbatasan modal ekonomi dan jejaring tersebut adalah dengan menggunakan faktor modal sosial sebagai faktor yang mendukung. Meskipun memerlukan suatu proses yang makan waktu, namun untuk masa-masa sulit sekarang, hal ini sangat efektif bagi pengembangan jejaring dan mengatasi kesulitan dalam memperoleh modal ekonomi. Rasa saling percaya, solidaritas yang tinggi dan etos kerja yang dibangun atas dasar kejujuran dan idealisme anggota akan mendukung peran kelembagaan. Salah satu fakta adalah, bapak Ahm sebagai Dewan Pembina Karang Taruna yang kebetulan pula merupakan anggota legislatif
komisi D, merekrut salah satu
pengurus Karang Taruna (Ga) untuk dibina dan diajak terjun dalam kancah dunia bisnis. Ga yang masih sangat relatif muda (22 tahun) dengan diberi kepercayaan tersebut mau tidak mau dia harus meningkatkan skill, wawasan dan ketangguhan mentalnya dalam menghadapi dunia usaha yang keras dan penuh trik. Selain itu dengan modal sosial tersebut, Pak Lurah sedang merencanakan menyediakan fasilitas ruangan sebagai tempat usaha foto copy dan juga kios produk handy craft, namun hal ini hingga sekarang belum sempat terealisasi dikarenakan kesibukan aparat kelurahan menjelang PILKADAL. Sementara ini mereka baru mendapat kepercayaan untuk menggunakan fasilitas ruangan sebagai tempat sekretariat, padahal ruangan tersebut semula adalah milik LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) yang telah lama tidak aktif dikarenakan adanya ketidaksepahaman antara pimpinan LPM dan pihak kelurahan.
110
Perlu dicermati bahwa faktor kondisi ekonomi makro yang memang tengah dilanda ketidakpastian serta mengalami kelesuan, hal ini tidak dapat dihindari lagi, menjadi penghalang dari berbagai upaya implementatif. Mengingat bahwa dalam kelesuan ekonomi makro ini, bisa dipastikan bahwa para pihak yang berkepentingan akan memiliki respon yang negatif, bila mana berbagai program pengembangan kelembagaan pemuda dan pengembangan jejaring tidak sensitif terhadap kekhawatiran pribadi yang mereka rasakan akibat dari ketidakpastian dalam konteks ekonomi dan dunia usaha saat ini. Berikut beberapa fakta yang dikemukakan oleh para pengusaha di wilayah Kelurahan Cibabat : Sekarang mah cari orang yang dapat dipercaya teh meunih susah ya bu. Lha gimana kita yang punya duit, mereka yang punya proyek dan kerjaan, eh proyek gak dikerjakan ari duitnya lenyap kabur gak balik lagi..boro-boro untung bagi hasil dan sebagainya. Nah yang begitu teh bingung saya menghadapinya. Maka dari itu, saya mah kapok dan jadi sangat selektif dalam melakukan kerjasama, merekrut karyawan dan memilih rekan usaha. (Ibu Wrn, 37th, pengusaha) Pokoknya pekerjaan seperti saya begini bu, lumayan butuh energi ekstra plus mental baja. Serba salah jadi broker teh ibu..giliran yang punya uang punya keinginan seabrek tapi yang punya kerjaan gak juga segera dikerjakan, mulur waktu, dana dipakai dulu buat kerjaan yang lain misalnya, atau malah dipakai untuk kocek sendiri dulu, dengan entengnya bilang “ah kas bon heula we atuh nya (ah kas bon/utang dulu saja ya), aduh Bdi riet ibu (aduh Bdi jadi kacau ibu). Akhirnya yang seringnya terjadi mah, saya yang ketiban pulungnya (terkena getahnya), sudah gak dapat bagi hasil dari kerjaan atau proyek, ditagihin sama yang punya duit, yang punya proyek pleng we lengit ka mana (tiba-tiba saja hilang entah ke mana). Kita deh yang kudu bertanggungjawab dan dikejar-kejar. Nah persoalan seperti ini yang kadang tidak dimengerti oleh para investor teh, mereka tidak mau tahu masalah-masalah teknis seperti ini. Kalau Bdi sih maklum ya bu, hak dia untuk menagih duitnya kembali dan menanyakan keberhasilan proyek buat dia sebagai investor. (Bdi, 34th, broker/perantara) Dengan adanya kondisi aktual tersebut, maka sangat dimaklumi jika kelembagaan pemuda bentukan atas/pemerintah seperti Karang Taruna menjadi bergantung kepada pemerintah yang dalam hal ini sebagai bapak kandungnya. Untuk pemecahan masalah jangka pendek, hal ini cukup dapat menjawab akan kebutuhan modal dana bagi usaha handy craft, namun untuk jangak panjang, secara kelembagaan Karang Taruna harus mempunyai konsep usaha yang lebih bersifat mandiri dan bahkan memiliki bargaining position (daya tawar) yang memadai dan berkualitas dalam padangan pemerintah. Berikut penuturan dari
111
tokoh masyarakat (tokoh pemuda) serta aparat kelurahan yang mengharapkan Karang Taruna memiliki sebuah kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran di Kelurahan Cibabat. Tokoh pemuda..... Yang lebih hebat lagi, menurut saya usaha ekonominya jangan cuma handy craft saja dong, kalau bisa bikinlah konsep usaha yang belum ada dan betulbetul dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, misalnya usaha kuliner, pengadaan peralatan kantor, jasa informasi, jasa hiburan dan edukasi informatika,dan sebagainya. Saya sangat menyayangkan jika hari gini masih juga mengharapkan program dan bantuan dari pemerintah saja, idealnya itu kita mampu mendapat modal dari jerih payah sendiri, prestasi hebat jika dapat menembus jalur swasta untuk mendapat modal dana maupun tempat. Tunjukkan kalau kita punya prestasi dan dedikasi, sehingga bisa dianggap partner oleh pemerintah. (bapak Spn, 42th, Tokoh pemuda) Usaha handy craft ini menurut saya sangat bagus sekali ya bu, apalagi memang untuk wilayah Cibabat khususnya memang belum ada yang mengembangkan home industri kerajinan tersebut. Kebetulan pula pencetus idenya salah satu anggota Karang Taruna, sehingga diharapkan dapat mengajak teman-temannya untuk lebih kreatif menciptakan karya seni yang unik dan menarik. Karena setahu saya, di Bandung kerajinan handy craft ini sudah banyak berkembang, nah gimana caranya agar minimal dapat sejajar dengan produk-produk dari Bandung tersebut.Pemerintah sekarang ini memang lebih selektif dalam memberikan bantuan dana bagi modal usaha kegiatan ekonomi, bagaimanapun pemerintah akan melihat terlebih dahulu sejauhmana perkembangan dan kemajuan serta prospek dari usaha handy craft, serta unit usaha ekonomi kelompok lainnya, artinya pemerintah juga tidak mau mengambil resiko. Oleh sebab itu, jika produk handy craft pemuda Karang Taruna Cibabat ini ternyata dapat dijadikan obyek wisata home industri dan mampu menarik para konsumen dari tempat lain, nah..itu baru dapat dikatakan memberikan kontribusi bagi daerah. Pemerintah tidak akan segan-segan memberikan perhatian serta fasilitas bagi pengembangan usaha tersebut, karena kan bagaimanapun itu menjadi aset wisata dan aset ekonomi bagi Cibabat khususnya, dan Cimahi pada umumnya. Ya...itungitung dapat mengharumkan nama Kota Cimahi. (bapak Ar, aparat kelurahan). Bagi perkembangan sebuah usaha, dengan mengandalkan bantuan dari pemerintah sebenarnya dirasakan kurang strategis, hal ini dikarenakan harus melewati berbagai tahapan sehingga memakan waktu lama. Namun demikian keuletan pengurus Karang Taruna membuahkan hasil, setelah menunggu hampir satu tahun akhirnya permohonan bantuan modal bagi pengembangan usaha handy-craft dipenuhi juga pada pertengahan Desember 2007 ini oleh Disnakerduk Cimahi sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
112
Potensi sumber daya kapital yang dimiliki Kelurahan Cibabat dapat dikatakan relatif cukup strategis, dari mulai tempat usaha/pasar, sarana transportasi, sarana informasi, serta fasilitas energi seperti listrik dan bahan bakar. Berikut fakta mengenai keberadaan sumber daya kapital yang ada di Cibabat. Penuturan aparat kelurahan : Alhamdulillah Cibabat mah termasuk yang pesat dan beruntung untuk pembangunan fisik dibanding dengan kelurahan lainnya. Beruntungnya menurut saya karena memang imbas dari beberapa hal, misalnya; pusat perkantoran dibangun di wilayah Cibabat, rumah dinas bapak Walikota berada di komplek Fajar Raya yang juga wilayah Cibabat, kantor kecamatan Cimahi Utara juga berada di wilayah Cibabat. Otomatis segala fasilitas umum menjadi prioritas perhatian Walikota untuk dibangun dan diperbaiki. Jalan menuju kantor kecamatan dan kelurahan yang semula sangat sempit, tahun 2006-2007 saja sudah 3 kali diperlebar dan dibuat trotoar bagi pejalan kaki, renovasi kantor kecamatan dan kantor kelurahan, penambahan bangunan Puskesmas kecamatan, penataan pangkalan ojeg, pelebaran dan perbaikan jalan utama (jalan raya Cihanjuang dan jalan raya Pesantren). Akses menuju ke kompleks perumahan yang semula sempit juga diperlebar dan diperbaiki. Di jalan Cihanjuang kan ada radio swasta AR FM jadi pemkot memanfaatkan dan bekerjasama untuk menyampaikan berbagai informasi seputar rencana rencana pemerintah bagi pengembangan sosialekonomi wilayah Cimahi. selain itu sarana lain seperti jaringan listrik, telepon, air bersih dari PDAM, pom bensin dan juga suplay gas elpiji juga cukup memadai, belum pernah mengalami kesulitan hingga meresahkan warga, kecuali minyak tanah ya bu, itu kan memang dari Pertaminanya bukan kesalahan pelayanan pada tingkat kelurahan maupun pemkot lho ya. (Ibu Yli, aparat) Penuturan lain dari tokoh masyarakat Sejak kantor pemkot pindah dari jalan Kaum (alun-alun Cimahi) ke daerah Cihanjuang, daerah yang tadinya biasa-biasa saja dan belum ramai sekarang mah jadi lain sekali neng, dulu mah belum banyak bangunan kios usaha, belum banyak orang yang berjualan makanan dengan membuat jongko ataupun gerobak di sisi jalan. Ta ayena mah seuer perubihan geuningan nya neng (sekarang banyak perubahan ternyata ya neng), banyak yang ngebangun tempat usaha, wah yang tadinya cuma rumah, karena lokasinya di pinggir jalan berubah jadi kios warung, bengkel, supermarket atau toko bangunan dan lain-lain. Harga tanah dan bangunan kan jadi tinggi sekali neng, dulu mah tahun 2002 tanah yang masuk gang setumbaknya (satu tumbak sama dengan 14m2) masih 3 sampai 4 jutaan, lha sekarang mah di gang juga setumbak hampir 10 jutaan. Bapak perhatikan warga di sini juga semakin pinter, ada yang menyewakan teras rumahnya dijadikan tempat pujasera. Ya tapi barangkali mahal juga harga sewanya sehingga harus yang punya uang banyak baru dapat jualan di situ. kalau yang cuma punya uang sedikit repot juga mau usaha disitu. Untungnya satu tahun ini mulai ada pasar kaget setiap hari sabtu dan minggu di taman pemkot dan di sepanjang
113
sisi jalan layang pemkot. Kalau pasar kaget yang ada di depan RS Cibabat itu mah sudah lumayan lama kira-kira 4 tahunan, banyak anak-anak muda yang berjualan disitu,tapi sayangnya kebanyakan kok bukan warga Cibabat,atuh padahal mah ya anak-anak muda Cibabat yang menganggur berjualan saja di situ kan bisa ya neng. (bapak Sbr, 58th). Hanya masih disayangkan, bahwa potensi tersebut belum dapat diakses secara optimal oleh kelembagaan pemuda. Baik pihak pemerintah maupun swasta dan stakeholders belum sepenuhnya memiliki kesepahaman yang sama dalam hal pemanfaatan sumber daya kapital, terutama bagi pengembangan kegiatan usaha ekonomi yang dikelola oleh kelembagaan pemuda. Padahal harapannya adalah bahwa ketersediaan sumber daya kapital tersebut mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat Cibabat dan dapat menyerap tenaga kerja sehingga jumlah warga miskin dan pengangguran minimal tidak bertambah banyak. Dibutuhkan kesadaran, keseriusan serta komitmen dari berbagai pihak mengenai pembahasan akan
upaya
pemecahan
masalah
sosial
seputar
kemiskinan
dan
juga
pengangguran. Berikut penuturan dari aparat pemerintah, pengusaha, dan tokoh masyarakat mengenai hal tersebut. Aparat pemerintah Kami akui meskipun potensi dan aset daerah di Cibabat cukup menjanjikan, namun kami beserta pihak terkait lainnya dan juga masyarakat sendiri, belum sampai pada taraf hingga mampu menciptakan program bagi pengembangan kelembagaan pemuda ke arah kegiatan ekonomi. Memang jika kelembagaan pemuda tersebut berkembang kegiatan ekonomi produktifnya diharapkan minimal mampu mengatasi masalah ekonomi keluarga, sehingga kemiskinan dan pengangguran minimal dapat ditekan di Cibabat. Tapi kenyataannya di lapangan, justru yang memanfaatkan dan mengambil peluang usaha dan berbisnis dari usaha kecil-kecilan hingga yang besar, adalah orang-orang yang bukan warga/pemuda Cibabat, mereka tinggal di daerah sekitar Cimahi, seperti Padalarang, Parampong, Sariwangi, Rajawali yang itu semua rata-rata berasal dari wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara pemuda Cibabatnya pada kemana ? itu yang menjadi pemikiran saya sekarang ini bu, bagaimana caranya agar kelembagaan di Cibabat maju dan memiliki usaha ekonomi yang berprospektif. Saya mah selaku Lurah di sini, inginnya ya warga semakin meningkat kesejahteraannya, dan yang miskin jangan bertambah, tapi memikirkan caranya juga harus dibantu oleh masyarakatnya sendiri to. Rasanya program-program bagi pemberdayaan masyarakat sudah banyak dari pemerintah, nah tinggal bagaimana kemauan dan kesungguhan para pemuda dan masyarakatnya sendiri. Masa semua harus dari pemerintah. (bapak Hnd, Lurah Cibabat)
114
Pengusaha Masa sekarang-sekarang ini memang sulit bagi para pelaku dunia bisnis, jangankan merekrut tenaga kerja baru, mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada saja kami sudah kewalahan dan harus jungkir-balik. Belum lagi menyiasati persaingan dengan pengusaha sejenis. Aset usaha yang kami miliki kan biasanya sudah kita anggunkan ke bank untuk dapat modal usaha, nah kalau gak balik modal kan bencana buat kami. Makanya tidak semua anak muda dapat kita terima sebagai karyawan di sini. Terus terang kalau ditanya tentang pendapat kami soal kesediaan berbagi aset ekonomi serta pengalaman di dunia wirausaha, wah masih agak blank (gelap), kami juga belum punya gambaran harus bagaimana. Karena tidak mudah lho bu untuk dapat bekerjasama dengan lembaga unit usaha lain dan kita belum mengenal pola kerja serta potensi yang mereka miliki, tetap kita mencari lembaga yang sudah kita kenali. Sebenarnya untuk tahap awal, agar masalah membangun relasi ini menjadi suatu hal yang tidak sulit dilakukan, bisa saja pemerintah membuat kebijakan dan program yang serius menggaet unsur swasta untuk dilibatkan dalam pembahasan pengembangan ekonomi yang dikelola oleh kelembagaan pemuda. (bapak Ksn, 46th, pengusaha) Tokoh masyarakat Pemerintah harusnya menyeleksi lembaga dan organisasi mana saja yang dapat dipercaya untuk mengelola bantuan dana, sehingga uang teh tidak hambur habis dipakai buat kegiatan yang kurang bermanfaat. Bagus-bagus saja sih ada kegiatan sosial seperti khitanan massal, tapi lebih bagus lagi jika dana bantuan tersebut digunakan untuk modal usaha home industri makanan khas Jawa Barat misalnya. Tempat usaha kan ada, kios-kios banyak yang disewakan, tempat dan lokasi yang strategis masih banyak yang lowong, itu seperti di sepanjang jalan Cihanjuang dan jalan Pesantren juga di pertigaan Jati, jalan Raya Cibabat, Nah bagian penyewaan tempat usaha yang teken kontraknya pemkot atau kelurahan, jadi anak-anak muda teh bisa dagang dan usaha dengan tidak harus memikirkan modal dari mana, tempat usaha mau di mana.itu mah pendapat saya ya neng. (Wjy, wiraswasta). Secara lebih tersistematis dan agar memudahkan dalam membaca uraian pada Bab VI mengenai keragaan kelambagaan pemuda serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan kelembagaan pemuda, dapat dilihat pada matriks 1 sebagai berikut.
115 Matriks 1 Keragaan Kelembagaan Pemuda, Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga. 1
Karang Taruna
Muhammad Iqbal
IRMA
Pecinta Alam SENPAL 5
2 1
2 1.
3 1.
egiatan utama di bidang sosial-kemasyarakatan kses warga masyarakat Cibabat terhadap Karang Taruna ini dapat dikatakan relatif mudah.
Keragaan kelembagaan 3.
enis kegiatan ekonomi : handy craft 4. engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan sosial 5. epemimpinan dan keangotaan : demokratis dan kooperatif, fleksibel, tidak dituntut memiliki keterampilan/hobi tertentu.Siapapun baik generasi muda laki-laki maupun perempuan yang berusia 17 s/d 45 tahun, berkeinginan untuk membantu pemerintah di bidang usaha kesejahteraan sosial. Prestasi yang pernah diraih antara lain; a. Juara I Lomba KADARKUM Tingkat Kota Cimahi. b. Juara I Lomba Tranning Leadership/Kepemimpinan
1.
1. egiatan utama di bidang sosial yaitu mengurus panti asuhan dan mengajar TPA (Taman Pendidikan AlQuran), kemudian mendapat bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dalam bentuk bahan mentah (sembako) untuk usaha warungan.
2.
4
kses warga masyarakat Cibabat terhadap Muh.Iqbal : adalah dengan dibina anak-anak panti asuhan,
4. engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan keagamaan dan sosial
5. kepemimpinan dan keangotaan : dipilih
epemimpinan dan keangotaan : dipilih berdasarkan musyawarah dan yang memiliki kemampuan berdakwah lebih
enis kegiatan ekonomi : Pembuatan barang kerajinan bangunan. engembangan kelembagaan : masih belum optimal sebagai pembuka lapangan pekerjaan di Cibabat.
engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan hobi dan sosial 5. epemimpinan keangotaan demokratis kooperatif,
dan : dan
kses warga masyarakat Cibabat: Sebagai konsumen, mudah memperoleh jajanan makanan yang dibutuhkan, tempat strategis mudah dijangkau.
6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan ekstra-kulikuler panjat
3.
6.
2. kses warga masyarakat Cibabat terhadap Vespa Antik : ketika ada kegiatan bakti sosial. 3. enis kegiatan ekonomi : belum ada. 4.
enis kegiatan ekonomi : Pengolahan dan penjualan makanan (ringan/berat).
engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan hobi tentang otomotif dan kegiatan sosial.
4. engembangan kelembagaan : belum ada, baru merencanakan untuk mengembangkan usaha kuliner.
5. epemimpinan dan keangotaan : pengusaha dan karyawan/pegawa inya.
egiatan utama di bidang penyaluran bakat dan hobi tentang otomotif antik.
2.
4.
4.
5. engembangan kelembagaan : sudah ada kegiatan ekonomi tapi belum optimal.
kses warga masyarakat Cibabat : pengrekrutan tenaga kerja terutama anakanak muda yang menganggur.
Pecinta Vespa Antik 8 1.
egiatan utama di bidang produksi pengolahan dan penjualan makanan ringan dan berat.
3. enis kegiatan ekonomi : Pengelolaan sampah warga, Kerajinan Keset, Pengolahan barang bekas/daur ulang, Instruktur panjat tebing dan out-bound.
enis kegiatan ekonomi : belum ada, baru rencana membuat mainan edukasi berbahan dasar kayu.
1.
2.
3.
3.
Pedagang Kaki Lima 7
egiatan utama di bidang produksi barang kerajinan gypsum.
kses warga masyarakat Cibabat terhadap SENPAL : Salah satu kegiatannya adalah mengelola sampah warga sekitar setiap dua kali dalam seminggu sebelum longsor TPA.
kses warga masyarakat Cibabat terhadap IRMA : Salah satu kegiatannya adalah mendistribusikan ZIS kepada yang berhak.
enis kegiatan ekonomi : unit usaha UEP (warungan, sablon, ternak dan berkebun). 4.
2.
2.
3.
1. egiatan utama di bidang penyaluran bakat dan hobi tentang pengenalan alam.
egiatan utama di bidang keagamaan /membantu keg. DKM.
2.
Pengrajin Gipsum 6
5. epemimpinan dan keangotaan :
5. epemimpinan dan keangotaan : Senioritas 6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan dengan hal-hal yang bernuansa
116 Tingkat Kota Cimahi. c. Tim SUKWAN Mandiri untuk Bencana GempaYogya (inisiatif dan dana swadaya sendiri). d. Juara II Manajemen Organisasi. e. Juara II Pameran Karya Seni Pemuda
Faktor Penghambat Perkembangan Kelembagaan Pemuda
1. Jejaring dan Programprogram yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembagalembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. a. Posisi formal kelembagaan pemuda bentukan atas (Karang Taruna) sebagai alat pemerintah 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
melalui rapat pengurus dan ditetapkan dengan pertimbangan kematangan dan pengalaman beroganisasi. 6. Prestasi yang pernah diraih antara lain; Tim pawai Ta’aruf terbaik ke-2 MTQ tingkat Propinsi di Cirebon tahun 2002, Peringkat ke 5 organisasi sosial yang berkembang dan aktif se-Kota Cimahi, diperoleh dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat 1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. b. Posisi yang kurang strategis dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah.
bagus lain.
dari
yang
6.
tebing di SMA I Cimahi dan SMT Pambudi Luhur Cimahi
restasi yang diraih adalah Juara I Lomba Da’i Tingkat Kelurahan Cibabat atas nama Fjr dan peringkat ke-2 di tingkat Kota
1. Jejaring dan 1. Jejaring dan ProgramProgram-program program yang top down yang top down : :Keberadaan Keberadaan kelembagaan pemuda menjadi kelembagaan belum komponen yang pemuda belum diperhitungkan sebagai menjadi komponen asset social, yang pemerintah cenderung diperhitungkan ingin lebih banyak sebagai asset mengontrol dan social, pemerintah menghendaki lembagacenderung ingin lembaga tersebut searah lebih banyak dan sejalur dengan mengontrol dan program pemerintah. menghendaki 2. Kekhawatiran lembaga-lembaga kelembagaan pemuda tersebut searah dan bentukan bawah yang sejalur dengan juga hanya akan program diperalat saja oleh pemerintah. pihak2 tertentu c. Posisi yang kurang Optimalnya strategis dari 3. Belum Kebermanfaatan bagi kelembagaan
restasinya adalah : memiliki program pengrekrutan pemuda pengangguran di sekitar tempat usahanya.
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. d. Posisi yang kurang strategis
menghormati yang lebih senior dan ahli.
otomotif.
6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan dengan mengikuti kursus masak Kue Ny.Liem Bandung, kursus serba-serbi mengolah terigu dari PT Bogasari.
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. e. Posisi yang kurang strategis
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. f. Posisi yang kurang strategis
117
Faktor Pendukung Perkembangan Kelembagaan Pemuda
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital