KELAYAKAN USAHA AGROFORESTRI SENGON (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), KOPI (Coffea spp) DAN TANAMAN PALAWIJA DI BKPH CANDIROTO, KPH KEDU UTARA PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH
MITA DITYA ANGGRAINI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
KELAYAKAN USAHA AGROFORESTRI SENGON (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), KOPI (Coffea spp) DAN TANAMAN PALAWIJA DI BKPH CANDIROTO, KPH KEDU UTARA PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh: MITA DITYA ANGGRAINI E14053567
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN MITA DITYA ANGGRAINI. E14053567. Kelayakan Usaha Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), Kopi (Coffea spp) dan Tanaman Palawija di BKPH Candiroto, KPH Kedu Utara, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Rusaknya kawasan hutan berdampak pada penurunan potensi lahan hutan. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengolahan dan pemanfaatan lahan yang tepat, ditunjang dengan adanya peran serta masyarakat dalam mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya hutan yang lestari. Salah satu alternatifnya adalah penerapan sistem agroforestri. Di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara tengah dilakukan pengembangan tanaman kayu cepat tumbuh (Fast Growing Species) jenis Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen). Dalam rangka mengoptimalkan fungsi lahan di sana maka dilakukan pengembangan fungsi lahan di bawah tegakan oleh masyarakat dengan ditanami kopi dan jenis tanaman palawija, khususnya jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola agroforestri sengon, kopi dan tanaman palawija di BKPH Candiroto, mengetahui kelayakan usaha agroforestri bagi Perhutani dan pesanggem serta mengetahui pengaruh kenaikan suku bunga bagi kelayakan usaha agroforestri melalui analisis sensitivitas. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis finansial dengan tiga kriteria yang dinilai, yaitu 1) Benefit Cost Ratio (BCR); 2) Net Present Value (NPV); 3) Internal Rate of Returns (IRR) dimana periode analisis kelayakan dihitung dalam jangka waktu 7 tahun. Biaya dihitung menggunakan tiga alternatif, yaitu : belum dikenakan biaya manajemen, dikenakan biaya manajemen 10% dan dikenakan biaya manajemen 20%. Pendapatan dari penjualan kayu sengon dibedakan pada dua alternatif harga, yaitu penjualan berdasarkan Harga Jual Dasar Perhutani dan penjualan berdasarkan Harga Pasar. Biaya dan pendapatan dihitung terhadap tiga pelaku usaha, yaitu : Perhutani, pesanggem dan gabungan Perhutani dengan pesanggem. Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa perhitungan kegiatan pengusahaan hutan di BKPH Candiroto dengan bunga investasi 12% secara keseluruhan adalah sangat layak. Untuk nilai BCR terbesar, yaitu bagi Perhutani sebesar 4,32. Nilai NPV terbesar, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar Rp 98.577.592. Nilai IRR terbesar, yaitu bagi pesanggem sebesar 359,98%. Adanya kenaikan suku bunga memberikan pengaruh pada kriteria yang diamati, yaitu nilai BCR, NPV dan IRR yang dihasilkan akan semakin kecil. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai terbesar dari masing-masing kriteria diperoleh ketika penjualan kayu sengon berdasarkan pada harga pasar dengan pengeluaran yang belum dikenakan biaya manajemen. Oleh karena itu, sistem akan lebih produktif jika hasil penjualan kayu tidak tergantung pada Perhutani atau hasil kayu bisa dijual ke pihak luar. Kata kunci : Perhutani, agroforestri, sengon
ABSTRACT MITA DITYA ANGGRAINI. E14053567. The Business Feasibility of Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen) Agroforestry, Coffee (Coffea spp) and Crops in BKPH Candiroto, KPH North Kedu, Perum Perhutani Unit I Central Java Supervised by : Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Damages to forest is causing decline to the forest lands potential. This requires a system of management and proper land use, supported by the community participation in supporting the potential use of forest resources sustainably. One alternative is the application of agroforestry systems. In BKPH Candiroto KPH North Kedu is developing fast-growing timber trees (Fast Growing Species) of the Sengon species (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). In order to optimize land use the communities there plants coffee and various type of crops, particularly corn, in between trees. This study aims to determine patterns of sengon agroforestry, coffee and crops in BKPH Candiroto, understanding the business feasibility of agroforestry for Perhutani and pesanggem and understanding the effect of higher interest rates for the feasibility of agroforestry businesses through sensitivity analysis. Data processing method used is a financial analysis using three criteria as considerations, which are 1) Benefit Cost Ratio (BCR); 2) Net Present Value (NPV); 3) Internal Rate of Returns (IRR), where the period of feasibility analysis is calculated in 7 years period. The cost is calculated using three alternatives, they are : not subject to management fees, subject of 10% management fee and subject to 20% management fee. Revenues from sengon timber sales are distinguishable on two alternative prices, namely the sale based on the Perhutani Basic Sale Price and sales based on market prices. Cost and revenue is calculated based on three business actors, namely: Perhutani, pesanggem and the combination of pesanggem and Perhutani. Results from data processing shows that the calculation of forest activities in BKPH Candiroto with 12% investment rate as a whole is very feasible. Highest BCR values of 4.32, is for Perhutani. Highest NPV value of Rp 98,577,592 is for the joint pesanggem Perhutani. Highest IRR value of 359.98% is for pesanggem. The increase in interest rates has an impact on the observed criteria and will result in smaller value of BCR, NPV and IRR. The calculations show that the highest value of each criterion is obtained when sengon timber sales are based on market prices with expenditure that has not been subject to management fees. Therefore, the system will be more productive if the sale does not depend on Perhutani or timber products could be sold to outside parties. Keywords: Perhutani, agroforestry, sengon
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Usaha Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), Kopi (Coffea spp) dan Tanaman Palawija di BKPH Candiroto, KPH Kedu Utara, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Mita Ditya Anggraini NRP E14053567
6
LEMBAR PENGESAHAN Judul Proposal
: Kelayakan Usaha Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), Kopi (Coffea spp) dan Tanaman Palawija di BKPH Candiroto, KPH Kedu Utara, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Nama Mahasiswa
: Mita Ditya Anggraini
NRP
: E14053567
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA. NIP. 19500914 197412 1 001
Mengetahui : Ketua Departemen Manajemen Hutan,
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. NIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penyusunan skripsi sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA. selaku dosen pemimbing yang dengan sabar telah memberikan arahan dan bimbingan terkait penyusunan skripsi sebagai tugas akhir ini. 2. Ayah, ibu, Prihadi Adi Kusuma Setiawan serta seluruh keluarga atas segala do’a, dukungan dan kasih sayangnya. 3. Segenap petugas lingkup Perum Perhutani KPH Kedu Utara : Adm/KKPH, Wakil Adm, Kepala Seksi PSDH, segenap Asper BKPH, segenap KRPH dan seluruh staf kantor KPH Kedu Utara. 4. Keluarga Bapak Deden Faozi, BScF di Sukabumi, Jawa Barat dan keluarga Bapak Suratman di Dusun Winong, Candiroto, Jawa Tengah. 5. Mba Nayu Nuringdati serta teman- teman satu bimbingan, Imara Nindya, Rifnanda Fitria dan Lalis Yuliana atas kerjasamanya selama ini. 6. Ika Novi, Eka Naeni, Indah Kusumawanti, Doris Deborah, Galih Radityo, Khairul Umam Gunawan, Irvan Fajar, Faris Salman, Afwan Afwandi, Eka Herdiana, Fitria Darmawinsah, Asri Fitriani, Deni Subhan, Oktora Trianggana, Sjofran Harun, M. Rizki Pramayudha, Amir Suprihantoro, Andito Bagus Prakoso, teman-teman Wisma Wina dan Manajemen Hutan khususnya angkatan 42. 7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1987 sebagai anak pertama pasangan Bapak Dikdik Kuswoyo dan Ibu Besani Pripeni. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 34 Jakarta Selatan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis menempuh kuliah pada Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Departemen Media, Informasi, Komunikasi dan Hubungan Luar Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006/2007, Pimpinan Redaksi Buletin RIAP Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006/2007, staf Departemen Informasi dan Komunikasi International Forestry Student Association (IFSA) tahun 2006/2007, panitia Temu Manajer (TM) Jurusan Manajemen Hutan tahun 2007, panitia AMT IFSA (2007-2008). Selain itu penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Magelang yaitu di KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kelayakan Usaha Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), Kopi (Coffea spp) dan Tanaman Palawija di BKPH Candiroto, KPH Kedu Utara, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan pengarahan dan bimbingan dari Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA.
iii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ KATA PENGANTAR .....................................................................................i RIWAYAT HIDUP .........................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................iii DAFTAR TABEL ...........................................................................................iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ....................................................3 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Agroforestri ....................................................................5 2.2 Budidaya Sengon .......................................................................7 2.3 Budidaya Tanaman Kopi ...........................................................9 2.4 Budidaya Tanaman Palawija ....................................................10 2.5 Metode Analisis Finansial .........................................................11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ......................................................................13 3.2 Sasaran dan Alat ........................................................................13 3.3 Sumber Data ..............................................................................13 3.4 Jenis Data...................................................................................13 3.5 Metode Pengambilan Contoh ....................................................13 3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................14 3.7 Metode Pengolahan Data ...........................................................14 3.8 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Tugas Akhir .................16
iv
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kondisi Umum BKPH Candiroto ..............................................17 4.2 Kondisi Umum Petak Penelitian ...............................................18 4.3 Karakteristik Responden ...........................................................21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Budidaya ............................................................................24 5.2 Kelayakan Usaha Agroforestri ..................................................27 5.3 Analisis Sensitivitas...................................................................35 BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................37 6.2 Saran ..........................................................................................38 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................39 LAMPIRAN .....................................................................................................41
v
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Distribusi Responden Berdasarkan Asal Dusun .............................. 21 2. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan ................ 21 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ........................................ 22 4. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian .................... 22 5. Kegiatan Pengelolaan Kayu Sengon Perhutani, Tanaman Jagung, dan Tanaman Kopi Pesanggem .......................................... 24 6. Aliran Kas Gabungan Perhutani dan Pesanggem ............................ 31 7. Aliran Kas Perhutani ........................................................................ 31 8. Aliran Kas Pesanggem ..................................................................... 31 9. Perbandingan Nilai BCR, NPV, dan IRR Perhutani, pesanggem, dan Gabungan Perhutani-pesanggem ............................................... 32 10. Analisis sensitivitas Nilai BCR, NPV, dan IRR Perhutani, Pesanggem, dan Gabungan Perhutani-pesanggem .......................... 35
vi
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Foto Petak 24g Dusun Paponan ....................................................... 19 2. Foto Petak 24j Dusun Tambak ......................................................... 20 3. Foto Petak 19a Dusun Kalipan......................................................... 21
vii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ........................................................................ 41 2. Karakteristik Responden .................................................................. 43 3. Uraian Kegiatan Perhutani (Harga Kayu HJD Perhutani) ............... 46 4. Uraian Kegiatan Perhutani (Kayu Harga Pasar) .............................. 48 5. Uraian Kegiatan Pesanggem (Harga Kayu HJD Perhutani) ............ 50 6. Uraian Kegiatan Pesanggem (Kayu Harga Pasar) ........................... 53 7. Cash Flow Gabungan (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) ........ 56 8. Cash Flow Gabungan (Biaya Manajemen 10%).............................. 57 9. Cash Flow Gabungan (Biaya Manajemen 20%).............................. 58 10. Cash Flow Perhutani (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) ......... 59 11. Cash Flow Perhutani (Biaya Manajemen 10%) ............................... 60 12. Cash Flow Perhutani (Biaya Manajemen 20%) ............................... 61 13. Cash Flow Pesanggem ..................................................................... 62 14. Analisis Finansial Gabungan (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) ..................................................................................... 63 15. Analisis Finansial Gabungan (Biaya Manajemen 10%) .................. 64 16. Analisis Finansial Gabungan (Biaya Manajemen 20%) .................. 65 17. Analisis Finansial Perhutani (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) ..................................................................................... 66 18. Analisis Finansial Perhutani (Biaya Manajemen 10%) ................... 67 19. Analisis Finansial Perhutani (Biaya Manajemen 20%) ................... 68 20. Analisis Finansial Pesanggem .......................................................... 69 21. Peta Lokasi Petak 24g dan 24j ......................................................... 70 22. Peta Lokasi Petak 19a ...................................................................... 71
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab rusaknya kawasan hutan akibat perambahan dan pencurian adalah krisis ekonomi yang melanda Indonesia, terutama krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998-2001. Rusaknya kawasan hutan berdampak pada penurunan potensi lahan hutan dalam menyokong kehidupan berbagai pihak yang bergantung kepada hutan. Guna memulihkan fungsi dan manfaat lahan yang tidak produktif sekaligus meningkatkan produktivitasnya, maka dilakukan pembangunan hutan tanaman oleh para pelaku kehutanan, terutama dari jenis yang cepat tumbuh atau disebut Fast Growing Species (FGS). Salah satu jenis yang dipilih karena berbagai keunggulannya adalah sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen). Kayu Sengon memiliki prospek pasar untuk industri kayu vinir, industri kayu pertukangan maupun industri kayu panel dan pulp. Jenis ini sudah dikembangkan cukup lama oleh Perhutani sehingga teknis penanganannya tidak menyulitkan pelaksana di lapangan serta pasarnya sudah tersedia. Dengan daur 6 – 10 tahun pengembangan budidaya tanaman sengon diharapkan mampu memberi kontribusi pendapatan baik bagi Perhutani maupun masyarakat dalam jangka waktu lebih cepat. Menurut Darusman (2002), pada tahun 1995 telah dibahas dalam Seminar Nasional Hutan Rakyat di Jakarta mengenai pentingnya pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat dalam arti luas merupakan langkah strategis bagi pembangunan kehutanan sendiri dan juga bagi ketahanan ekonomi nasional. Bagi kehutanan, hutan rakyat diharapkan memberi kontribusi supply kayu yang cukup besar, yakni 8,7 juta m3 per tahun selama Pelita VI. Bagi masyarakat, karena hutan rakyat pada umumnya berskala kecil maka berarti pemerataan pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik, sehingga semakin tercipta ketahanan ekonomi nasional. Hutan dapat memberikan banyak jenis hasil (sekalipun masing-masing dalam jumlah sedikit) hanya dengan sedikit campur tangan pengelolaan dan teknologi sederhana saja. Dalam perkembangan teknologi
2
dan peradaban yang mutakhir, berbagai jenis hasil dari hutan semakin banyak dibutuhkan umat manusia. Hal ini berarti pasarnya semakin terbuka dan nilai ekonominya semakin tinggi. Permintaan pasar terhadap produk-produk yang bernilai tinggi itu umumnya tidak berjumlah banyak untuk setiap jenisnya sehingga secara ekonomi paling tepat diusahakan oleh pelaku-pelaku ekonomi tradisional berskala kecil. Hutan yang hanya terdiri dari satu jenis tegakan pohon memerlukan waktu lama dalam memberikan hasil karena pohon merupakan tanaman tahunan dengan daur hidup yang relatif panjang. Pada kenyataannya dibutuhkan penghasilan yang tidak hanya untuk tabungan di masa mendatang, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika dicermati, diantara tegakan pohon yang ditanam di hutan masih terdapat ruang kosong yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk ditanami dengan tanaman lain yang sifatnya musiman sehingga fungsi lahan yang ada dapat lebih optimal. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengolahan dan pemanfaatan lahan yang tepat, ditunjang dengan adanya peran serta masyarakat dalam mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya hutan yang lestari. Salah satu alternatifnya
adalah
penerapan
sistem
agroforestri,
yakni
dengan
mengkombinasikan sengon sebagai tanaman tahunan dengan beberapa jenis tanaman musiman di suatu lahan garapan yang sama. Pola agroforestri dapat memberikan penghasilan yang lebih besar dan berkesinambungan baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Selain itu, pola agroforestri dapat menciptakan ekosistem yang lebih stabil. Sebagai suatu bentuk usaha, agroforestri ini memerlukan biaya dalam pelaksanaannya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dimulai dari proses persiapan lapang, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Pendapatan yang diterima berasal dari penjualan hasil antara dan hasil akhir. Peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana pola agroforestri dapat memberikan keuntungan dalam kegiatan pengusahaannya, karena di lokasi penelitian pola agroforestri tanaman sengon sebagai tanaman tahunan merupakan jenis yang baru ditanam. Penelitian ini dilakukan terhadap berbagai jenis biaya dan pendapatan pengusahaan agroforestri di lokasi terpilih untuk dianalisis sehingga diketahui kelayakan usahanya.
3
1.2 Rumusan Masalah Penelitian BKPH Candiroto merupakan kelas perusahaan mahoni yang saat ini didominasi oleh kelas umur muda, sehingga harapan produksi kayu relatif masih lama. Alternatif untuk mempercepat pendapatan dapat diusahakan melalui pengembangan tanaman kayu cepat tumbuh (Fast Growing Species). Salah satu tanaman FGS yang dikembangkan adalah sengon (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen). Sementara itu, kawasan hutan tidak produktif di KPH Kedu Utara (tanah kosong dan hutan dengan produktif kayu rendah) saat ini masih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan potensinya dalam jangka pendek, guna mengoptimalkan manfaat hutan dalam mendukung pendapatan perusahaan. Masalah yang timbul di BKPH Candiroto adalah bagaimana sistem agroforestri yang diterapkan dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi karena sampai saat ini masih terbentur pada minimnya modal yang dimiliki oleh KPH Kedu Utara, sehingga adanya kontribusi modal pihak ketiga melalui kerjasama tanaman sengon akan mengurangi beban biaya modal tersebut. Hal ini akan dapat memperbaiki neraca laba-rugi KPH Kedu Utara. Untuk mengatasi minimnya modal, pemanfaatan lahan dengan penerapan sistem agroforestri ini dilaksanakan dengan mengadakan kerjasama antara Perhutani dengan PT. Albasia Bhumiphala Persada (ABP) dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Sejak dulu, masyarakat desa di BKPH Candiroto telah memiliki tradisi menanam tanaman kopi. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi lahan tersebut maka dilakukan pengembangan fungsi lahan di bawah tegakan dengan ditanami kopi oleh masyarakat. Selain dengan tanaman kopi, juga ditanam jenis tanaman palawija, khususnya jagung. Adanya peran serta masyarakat dalam kegiatan ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan potensi sumber daya hutan yang ada, sehingga
dapat
memberikan
kontribusi
bagi
kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan perkembangan tersebut, untuk mengukur keberhasilan sistem agroforestri yang dikerjasamakan ini diperlukan suatu analisis kelayakan finansial, sehingga dapat diketahui sejauh mana pola agroforestri layak diterapkan dan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usahanya.
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pola agroforestri sengon, kopi dan tanaman palawija di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2. Mengetahui kelayakan usaha agroforestri sengon, kopi dan tanaman palawija bagi Perhutani dan pesanggem dalam dua alternatif harga yang berlaku yaitu Harga Jual Dasar (HJD) Perhutani dan Harga Pasar. 3. Mengetahui pengaruh kenaikan suku bunga bagi kelayakan usaha agroforestri melalui analisis sensitivitas.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagi masyarakat luas mengenai pola agroforestri sengon, kopi dan tanaman palawija di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2. Memberikan informasi kepada Perhutani dan pihak yang terkait mengenai kelayakan usaha agroforestri sengon, kopi dan tanaman palawija dalam dua alternatif harga yang berlaku yaitu Harga Jual Dasar (HJD) Perhutani dan Harga Pasar. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan pemerintah terkait
pelaksanaan
sensitivitasnya.
kegiatan
agroforestri
dilihat
dari
analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Agroforestri Menurut Lundgren dan Raintree (1982) dalam Hairiah et al. (2003), agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan lain-lain) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis antar berbagai komponen yang ada. Usaha wanatani (agroforestry) merupakan sistem pengusahaan hutan yang merupakan pengusahaan ganda antara komoditas hasil hutan dan komoditas pangan, perkebunan atau peternakan. Disamping keuntungan secara teknis, bentuk usahatani dengan pola agroforestry memiliki kelebihan dalam aspek ekonomis karena produktivitas lahan untuk setiap satuan luas meningkat dan pendapatan petani juga meningkat (Wulandari 2003). Menurut Huxley (1999) dalam Hairiah et al. (2003), agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian atau padang penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil secara produktif, ekonomis dan berkelanjutan dengan menggunakan praktek pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi dan budaya setempat pada sebidang lahan yang sama atau dengan kata lain bahwa prinsip agroforestri adalah suatu penggabungan dari pengembangan sistem pertanian dan kehutanan pada satu lahan. Keuntungan pengelolaan dan pemanfaatan lahan dengan pola agroforestri perlu diperkenalkan mengingat beberapa keuntungannya, antara lain : 1. Pengelolaan lahan yang memenuhi syarat sebagai usaha produktif, lestari dan ekonomis.
6
2. Usaha yang bersifat konservasi, mampu mengembalikan fungsi kesuburan tanah, mengurangi terjadinya erosi dan menjaga tata iklim mikro setempat (kesegaran udara, mengurangi tekanan potensi kebakaran, panas, tata air dan lain-lain). 3. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan, dalam hal ini lahan yang digunakan relatif kecil dengan hasil produksi yang mencukupi jenis tanaman beragam. 4. Secara teknis mengadopsi tradisi pertanian masyarakat yang sudah dikenal secara turun temurun. 5. Menyerap tenaga kerja dengan pengembangan komoditas yang sudah dikenal masyarakat. 6. Secara ekonomis mampu memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan, jangka pendek (musiman), jangka menengah (tahunan) maupun jangka panjang (diatas lima tahunan) (Ruswita et al. 2003). Untuk
lebih
mengetahui,
merencanakan,
mengembangkan
dan
mengevaluasi sistem agroforestri diperlukan adanya pengklasifikasian yang didasarkan pada struktur, fungsi, sosial ekonomi dan ekologi. Berdasarkan struktur; komposisi dari komponen-komponen, termasuk susunan spasial dari komponen pohon, stratifikasi vertikal dari seluruh komponen dan dari pengaturan temporal komponen-komponen yang ada. Berdasarkan fungsi; peranan dan output dari berbagai komponen. Berdasarkan sosial ekonomi; mengacu pada tingkat input dari manajemen dan tujuan komersialnya, dan berdasarkan ekologi; didasarkan pada asumsi bahwa tipe-tipe tertentu dari sistem dapat lebih tepat untuk kondisi ekologi tertentu (Nair 1989). Menurut Satjapradja (1981) manfaat sistem agroforestri adalah : Pertama, dalam bentuk agroforestri didapat tanaman yang tidak homogen dan tidak seumur yang terdiri dari dua strata atau lebih. Dengan bentuk pola tanam demikian, tajuk tegakan dapat menutup tanah, terhindar dari erosi dan produktivitas tanah dapat dipertahankan. Kedua, para petani yang bermukim di sekitar hutan dapat mengolah lahan dengan tanaman palawija dan hijauan makanan ternak disamping menanam komoditi utama (pohon) kehutanan. Dengan demikian sistem
7
agroforestri dapat memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Ketiga, dengan melaksanakan sistem agroforestri, akan didapat bentuk hutan serbaguna atau usahatani terpadu di luar kawasan hutan yang dapat memenuhi kebutuhan majemuk seperti kayu pertukangan; bahan pangan; madu, obat-obatan, hijauan makanan ternak dan lingkungan hidup yang sehat serta kebutuhan lain yang mendesak dari penduduk. Dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas lahan. Menurut Foresta et al. (2000), sistem agroforestri sederhana adalah perpaduan yang terdiri atas sejumlah kecil unsur. Biasanya perhatian terhadap perpaduan tanaman itu menyempit menjadi satu unsur pohon yang memiliki peran ekonomi penting (seperti kelapa, karet, cengkeh, jati dan lain-lain) atau yang memiliki peran ekologi (seperti dadap dan petai cina), dan sebuah unsur tanaman musiman (misalnya padi, jagung, sayur-mayur, rerumputan), atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi, coklat dan sebagainya yang juga memiliki nilai ekonomi. Sedangkan sistem agroforestri kompleks atau singkatnya agroforest, adalah sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman, atau rumput.
2.2 Budidaya Sengon Sengon yang dalam bahasa latin disebut (Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen), termasuk family Leguminosae, keluarga petai-petaian. Kadang-kadang sengon disebut pula “albisia”. Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah sebagai berikut : Jawa
: Jeunjing, jeunjing laut (Sunda), klabi, sengon landi, sengon laut atau
sengon sabrang. Maluku : Seia (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan, peti kas, perabot rumah tangga, tangkai dan korek api, pulp, kertas dan lain-lain. Batang sengon tumbuh tegak lurus. Kayu sengon mempunyai serat membujur dan berwarna putih. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung yang tidak rimbun daunnya. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda, sedangkan
8
anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Daunnya yang mudah rontok itu justru cepat meningkatkan kesuburan tanah. Akar sengon alternatif menguntungkan dibandingkan akar pohon lainnya. Akar tunggangnya cukup kuat menembus ke dalam tanah. Semakin besar pohonnya semakin dalam akar tunggangnya menembus tanah. Sementara itu, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun atau semrawut dan tidak menonjol ke permukaan tanah. Akar rambut tersebut justru dimanfaatkan oleh pohon induknya untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu di sekitar pohon sengon akan menjadi subur (Santoso 1993). Sengon termasuk jenis pohon yang cepat tumbuh dan dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter 100 cm. batang tidak berbanir, kulit berwarna kelabu muda, licin, batang lurus dengan batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk berbentuk perisai, agak jarang dan selalu hijau (Griffoen 1954 dalam Alrasjid 1973). Perakaran berbentuk melebar, dan disamping susunan akarnya agak dangkal, terdapat pula susunan akar yang berkembang masuk agak dalam (Alrasjid 1973). Pohon ini berbunga sepanjang tahun, berbuah dalam bulan JuniNovember (Griffoen 1954 dalam Alrasjid 1973), dan umumnya terutama pada akhir musim kemarau. Sengon termasuk jenis yang cepat tumbuh tanpa memerlukan tindakan silvikultur yang rumit dan berkembang dengan baik pada tanah yang relatif kering, agak lembab, bahkan di daerah tandus. Di daerah tropis seperti Indonesia dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang lembab dengan tipe iklim A, B, dan C menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (Griffoen 1954 dalam Alrasjid 1973). Kecepatan pertumbuhan jenis ini ditunjukkan dengan produksi kayunya yang dapat mencapai 156 m3 per hektar pada saat berumur 6 tahun (Alrasjid, 1973). Pohon sengon sering diserang oleh hama boktor (Xystrocera festiva) yang dapat mematikan tanaman. Beberapa jamur kadang-kadang menyerang, seperti : jamur merah (Ganoderma pseudoferrum), Ustulina sp., Diplodia sp. dan Roselia sp., tetapi tidak membahayakan sengon (Alrasjid 1973).
9
2.3 Budidaya Tanaman Kopi Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ±2 tahun. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan, atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah. Kopi robusta (Coffea robusta) berasal dari Kongo dan masuk ke Indonesia pada tahun 1990. Karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang. Bahkan kopi ini merupakan jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini. Beberapa sifat penting kopi robusta antara lain : a. Resisten terhadap penyakit HV (Hemelia vastatrix) b. Tumbuh sangat baik pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih toleran pada ketinggian kurang dari 400 m dpl, dengan temperatur 21-24º C c. Menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut, dengan 3-4 kali hujan kiriman d. Kualitas buah lebih rendah daripada kopi arabika, tetapi lebih tinggi daripada kopi liberika. Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari yang tidak penuh dengan penyinaran yang teratur. Adanya penyinaran yang tidak teratur akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dan pola pembungaan menjadi tidak teratur, tanaman terlalu cepat berbuah tetapi hanya sedikit, dan hasilnya terlalu cepat menurun. Oleh sebab itu tanaman kopi memerlukan pohon pelindung yang dapat mengatur intensitas sinar matahari sesuai dengan yang dikehendakinya (Najiyati & Danarti 2001).
10
2.4 Budidaya Tanaman Palawija Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan baku pangan dan pakan (Sarasutha 2002). Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), di Indonesia jenis palawija berupa jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri dan meningkatkan ekspor maka upaya peningkatan produksi jagung harus dilakukan. Upaya ini akan lebih berhasil jika ada kerjasama terpadu antara pemerintah dan petani. Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
produksi
jagung
diantaranya
memperluas
areal
panen,
meningkatkan produktivitas, menekan senjang hasil, mempertahankan stabilitas produksi, dan menurunkan kehilangan hasil. Dalam upaya peningkatan produksi jagung menghadapi beberapa kendala. Kendala teknis yang secara umum sering terjadi di kalangan petani jagung sebagai berikut : a. Penggunaan varietas unggul, terutama hibrida, belum banyak dilakukan petani b. Jarak tanam yang diterapkan umumnya lebih rapat dibanding anjuran dan jumlah benih per lubang tanam pun lebih banyak c. Pemberian pupuk belum berimbang dan sering terlambat dari waktu yang dianjurkan d. Penyiangan dan pembumbunan sering terlambat e. Pengaturan jarak tanam pada pola tumpang sari belum tepat f. Pemotongan bunga jantan terlalu panjang (dekat dengan tongkol) dan sering dilakukan saat penyerbukan belum selesai. Mutu benih sangat menentukan tingkat produktivitas jagung yang dicapai. Selain itu, penggunaan benih yang bermutu tinggi bersifat lebih respon terhadap teknologi produksi yang diterapkan dan menentukan kepastian populasi tanaman yang tumbuh. Secara umum, mutu benih jagung yang baik ditandai oleh hal-hal seperti bebas hama dan penyakit; daya tumbuh di atas 80%; sehat, bernas, tidak keriput, dan mengkilat; hasil panen baru (belum lama disimpan); murni secara fisik (tidak tercampur kotoran); murni secara genetik (tidak tercampur varietas lain); serta tumbuh serentak dan cepat (Adisarwanto & Widyastuti 2002).
11
Anjuran pola tanam jagung didasarkan pada kondisi iklim lokasi penanaman. Untuk lahan kering beriklim basah dianjurkan menggunakan pola tanam tumpang sari dengan padi gogo genjah dan ubi kayu-kacang tanah/kedelaikacang hijau. Sementara untuk lahan kering beriklim kering dapat diterapkan pola tanam jagung tumpang sari dengan kacang tanah/kedelai-kacang hijau atau kacang tunggak-bera (Adisarwanto & Widyastuti 2002). Umumnya usaha budidaya jagung di lahan kering maksimum hanya dilakukan dua kali penanaman. Hal ini terutama berkaitan dengan kebutuhan air pada awal pertumbuhan tanaman. Waktu tanam yang umum dilakukan adalah awal musim hujan (labuhan) antara September-November dan awal musim kemarau (marengan) antara Februari-April (Adisarwanto & Widyastuti 2002).
2.5 Metode Analisis Finansial Sistem agroforestri menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka waktu pemanenannya berbeda, dimana paling sedikit satu jenis produknya membutuhkan waktu pertumbuhan yang lebih dari satu tahun. Untuk melihat sejauh mana suatu usaha agroforestri memberikan keuntungan, maka analisis yang paling sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial (Suharjito et al. 2003). Menurut Umar (2001), studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Menurut Gittinger (1986), analisis finansial adalah metode untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan hidupnya kepada usaha tersebut. Menurut Suharjito et al. (2003), analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Untuk itu maka harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah :
12
a. Net Present Value (NPV) atau Nilai Kiwari Bersih Yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang atau time value of money. Untuk menghitung nilai uang di masa yang akan datang dihitung pada saat ini, maka baik biaya maupun pendapatan di masa yang akan datang harus dikalikan dengan faktor diskonto yang besarnya tergantung pada tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasaran. Suatu usaha agroforestri akan dikatakan menguntungkan dan sebagai implikasinya akan diadopsi oleh masyarakat atau dapat berkembang, apabila
memiliki nilai NPV positif. Besaran
NPV yang negatif
menunjukkan kerugian dari usaha yang dilakukan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Makin besar angka NPV maka makin baik ukuran kelayakan usaha. b. Benefit Cost Ratio (BCR) atau Rasio Keuntungan Biaya Yaitu perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu pengusahaan (dengan memperhitungkan nilai dari uang atau time value of money). c. Internal Rate of Returns (IRR) Menunjukkan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu usaha atau dengan kata lain merupakan kemampuan memperoleh pendapatan dari uang yang diinvestasikan. Dalam perhitungan, IRR adalah tingkat suku bunga apabila BCR yang terdiskonto sama dengan nol. Usaha agroforestri akan dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar pada saat tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Waktu penelitian dimulai pada bulan Juni sampai bulan Juli 2009.
3.2 Sasaran dan Alat Sasaran dalam melakukan tugas akhir ini adalah petani penggarap lahan agroforestri sengon yang melakukan kerjasama dengan Perhutani. Alat yang digunakan adalah alat tulis, alat hitung, kamera, daftar pertanyaan (kuesioner) dan komputer.
3.3 Sumber Data Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu : 1. Petani penggarap lahan agroforestri sengon kerjasama (responden) 2. Instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan perolehan data penelitian 3. Literatur lainnya.
3.4 Jenis Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi keadaan umum responden yang diambil melalui wawancara, sedangkan data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian dan data lain yang terkait dengan penelitian.
3.5 Metode Pengambilan Contoh Responden yang dipilih adalah petani penggarap lahan agroforestri sengon kerjasama di wilayah BKPH Candiroto. Responden dipilih secara sengaja (purposive) dengan sampel berjumlah 30 orang responden yang diambil dari 3 petak lahan agroforestri sengon yang dikerjasamakan dengan rincian sebagai
14
berikut : petak 24g yang terletak di Dusun Paponan (10 responden dengan luas garapan masing-masing 0,15 ha), petak 24j yang terletak di Dusun Tambak (10 responden dengan luas garapan masing-masing 0,25 ha) dan petak 19a yang terletak di Dusun Kalipan (10 responden dengan luas garapan masing-masing 0,25 ha). Gambar lokasi petak 24g, 24j dan 19a dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.
3.6 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan diperoleh melalui cara : 1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan. 2. Teknik pencatatan, yaitu pengumpulan data berdasarkan pada data sekunder yang tersedia. 3. Teknik survei, yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. 4. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian.
3.7 Metode Pengolahan Data Metode yang digunakan adalah analisis finansial, yaitu untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu investasi yang dilakukan. Data yang telah diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan antara biaya yang dikeluarkan Perhutani, pesanggem, maupun gabungan Perhutani dengan pesanggem dengan harga jual kayu berdasarkan Harga Jual Dasar (HJD) Perhutani dan Harga Pasar. Indikator-indikator yang dinilai yaitu : a. Net Present Value (NPV) / Nilai Bersih Sekarang NPV merupakan selisih present value dari keuntungan (benefit) dan biaya nilai saat ini. Suatu usaha dipilih jika NPV > 0 yang berarti usaha tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang diisyaratkan dan harus diterima (social opportunity cost of capital). Nilai NPV yang semakin besar menunjukkan ukuran kelayakan usaha yang makin baik. Namun jika NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dijalankan.
15
Rumus (Gittinger, 1986) : t n
NPV
Bt Ct
1 i t t 1
di mana : NPV
= Nilai Bersih Sekarang
Bt
= Manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
i
= Tingkat bunga (diskonto)
t
= Periode waktu (tahun)
n
= Jumlah tahun
b. Benefit Cost Ratio (BCR) / Rasio Keuntungan BCR merupakan perbandingan antara keuntungan (benefit) bersih dari tahun yang bersangkutan yang telah di present value-kan dengan biaya bersih dalam tahun yang sama. Suatu usaha akan dipilih bila BCR > 1 dan suatu usaha dikatakan gagal jika BCR < 1. Rumus (Gittinger, 1986) : t n
Bt t t 1 1 i BCR t n Ct t t 1 1 i
di mana : BCR
= Nilai rasio keuntungan / biaya
Bt
= Manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
i
= Tingkat bunga (diskonto)
t
= Periode waktu (tahun)
n
= Jumlah tahun
c. Internal Rate of Return (IRR) / Tingkat Pengembalian Internal IRR merupakan tingkat yang menggambarkan keuntungan (benefit) yang telah dipresent value-kan dan biaya yang telah mengalami present value sama dengan nol. IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk
16
menghasilkan tingkat keuntungan. Suatu usaha agroforestri akan dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar pada saat tersebut (NPV > 0) dan jika NPV < social discount rate maka proyek tidak dilaksanakan. Rumus (Gittinger, 1986) :
IRR i i
NPV i i i i ii NPV i NPV ii
di mana : IRR i
i
= Tingkat pengembalian internal = Nilai suku bunga pada percobaan pertama
iii
= Nilai suku bunga pada percobaan kedua
NPVi
= Nilai NPV pada percobaan pertama
NPVii
= Nilai NPV pada percobaan kedua
3.8 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Tugas Akhir Asumsi-asumsi dasar yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Semua harga output dan input yang digunakan dalam analisis ini adalah berdasarkan harga yang berlaku selama tugas akhir dilaksanakan dengan asumsi bahwa harga konstan sampai selesainya analisis 2. Perekonomian negara selama jangka waktu analisis dalam keadaan stabil 3. Periode analisis kelayakan dihitung dalam jangka waktu 7 tahun 4. Satuan yang digunakan yaitu Rp/ha/tahun 5. Analisis terhadap pesanggem dilakukan sesuai dengan praktek dan kebiasaan pesanggem 6. Tenaga keluarga termasuk tenaga kerja yang di upah 7. Upah tenaga kerja sebesar Rp 10.000 per hari 8. Besarnya panen tanaman kopi di bawah umur 5 tahun yaitu 1 kg per pohon dan di atas umur 5 tahun yaitu 2 kg per pohon 9. Jasa penggilingan sebesar Rp 50 per kg kopi basah 10. Harga jual jagung sebesar Rp 2.000 per kg dan biji kopi kering sebesar Rp 11.500 per kg.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Kondisi Umum BKPH Candiroto 4.1.1 Letak Geografis dan Luas Menurut data Perhutani (2007), secara georafis bagian hutan Candiroto berada pada 2055’ - 3045’ BT dan 7000’ - 7042’ LS. Secara administratif, BKPH Candiroto masuk ke dalam wilayah Kabupaten Semarang, Kendal dan Temanggung. BKPH Candiroto memiliki luas kawasan hutan 11.206,70 ha, alur 67,69 ha dan terbagi menjadi 5 RPH yaitu RPH Kenjuran dengan luasan 2.349,60 ha, RPH Candiroto dengan luasan 2.679,20 ha, RPH Petung dengan luasan 2.219,00 ha, RPH Jumo dengan luasan 2.368,90 ha, dan RPH Tlogopucang dengan luasan 1.590,00 ha. Untuk batas-batas kawasan hutan Candiroto sebagai berikut : a. Sebelah Utara
: Karesidenan Pekalongan
b. Sebelah Timur
: Kawedanan Ambarawa
c. Sebelah Selatan
: Temanggung dan Wonosobo
d. Sebelah Barat
: Semarang.
4.1.2 Iklim dan Curah Hujan Penentuan iklim yang digunakan yaitu iklim menurut sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson. Pengklasifikasian iklim ini didasarkan pada perbandingan bulan kering dan bulan basah. Wilayah BKPH Candiroto termasuk ke dalam iklim zona B (basah) dengan ciri-ciri jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis dengan perbandingan bulan basah dan bulan kering 14,43-33,3% (Perhutani 2007). Hal ini berarti bahwa bulan basah di BKPH Candiroto lebih lama dari bulan keringnya.
4.1.3 Topografi Wilayah Candiroto terletak pada ketinggian 217-2.675 mdpl terdiri dari dataran rendah (Kabupaten Kendal) sampai dataran tinggi (Kabupaten Temanggung). Topografi bervariasi mulai dari datar bergelombang, lereng, jurang
18
sampai puncak gunung. Bentuk lapangan berupa deretan Pegunungan Prahu bersambung hingga Pegunungan Sapu Angin kemudian berlanjut ke Pegunungan Ungaran di Kabupaten Semarang. Sungai-sungai yang ada di Candiroto umumnya mengalir ke arah utara dan bermuara di laut utara. Daerah yang berada di sekitar aliran sungai masuk dalam kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bodri dan satuan pengelolaan DAS Pemali Comal. Jenis tanah di Candiroto bervariasi seperti litosol, grumosol, dan regusol (Perhutani 2007).
4.1.4 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Candiroto sebanyak 389.454 orang dengan rincian jumlah laki-laki 193.681 orang (49%) dan perempuan 195.773 orang (51%). Luas tanah wilayah Candiroto sebagai pusat kegiatan menopang kebutuhan penduduknya seluas 757,73 km2 dan mempunyai keterbatasan daya dukung lahan dibanding dengan semakin cepatnya pertambahan penduduk. Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 51 orang per m2 (Perhutani 2007).
4.1.5 Mata Pencaharian Penduduk Mata pencaharian penduduk Candiroto adalah sebagai petani dan pedagang hal ini membuktikan bahwa masyarakat masih sangat tergantung pada lahan untuk menopang kehidupannya. Kawasan hutan yang dekat dengan pemukiman menjadi sasaran masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan. Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Candiroto yang berkembang adalah pengembangan Pemanfaatan Lahan Di bawah Tegakan (PLDT) untuk tanaman kopi.
4.2 Kondisi Umum Petak Penelitian di BKPH Candiroto 4.2.1 Petak 24g Dusun Paponan Desa Bejen Kecamatan Bejen Desa Bejen memiliki luas 290,775 ha. Desa ini terdiri dari 6 dusun yaitu Dusun Bejen, Dusun Ngloji, Dusun Demangan, Dusun Kampungan, Dusun Saren dan Dusun Paponan. Wilayah Desa Bejen memiliki ketinggian tempat 575,625 mdpl serta memiliki topografi yang berbukit (Monografi Desa Bejen 2008). Petak
19
24g terletak di Dusun Paponan. Dusun ini terdiri dari 94 KK. Pesanggem pada petak ini berjumlah 20 orang yang berasal dari Dusun Paponan. Petak 24g yang masuk ke dalam wilayah RPH Petung memiliki luas 3,1 ha. Awalnya petak ini merupakan kelas hutan Tanah Kosong (TK), dimana terdapat sisa murbei tahun 1990, tumbuhan bawahnya lebat dengan jenis kirinyu dan alang-alang, sehingga tindakan yang dilakukan yaitu perlu ditanami kembali. Jenis tanah pada petak ini yaitu tanah Latosol (Perhutani 2008). Saat ini petak 24g didominasi oleh tanaman sengon muda tahun tanam 2008 dengan tinggi rata-rata mencapai 1,6 m. Jarak tanam sengon pada petak ini yaitu 3x3 m. Di bawah tegakan sengon didominasi oleh tanaman palawija jenis jagung.
Gambar 1 Petak 24g Dusun Paponan.
4.2.2 Petak 24j Dusun Tambak Desa Selosabrang Kecamatan Bejen Desa Selosabrang memiliki luas 840 ha. Desa ini terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Selosabrang I, Dusun Selosabrang II, Dusun Tambak, dan Dusun Sapen. Wilayah Desa Selosabrang memiliki curah hujan 1000 mm/tahun dengan suhu rata- rata harian 25ºC. Desa ini berada pada ketinggian tempat 600 mdpl serta memiliki topografi yang berbukit (Monografi Desa Selosabrang 2008). Petak 24j terletak di Dusun Tambak. Dusun ini terdiri dari 112 KK. Pesanggem pada petak ini berjumlah 12 orang yang berasal dari Dusun Tambak. Petak 24j yang masuk ke dalam wilayah RPH Petung memiliki luas 8 ha. Awalnya petak ini merupakan kelas hutan Tanah Kosong (TK) bekas tanaman jati tahun 1958 (tebangan tahun 2007), tumbuhan bawahnya lebat dengan jenis
20
rumput-rumputan, sehingga tindakan yang dilakukan yaitu perlu ditanami kembali. Jenis tanah pada petak ini yaitu tanah Latosol (Perhutani 2008). Saat ini petak 24j sudah ditanami dengan jenis tanaman sengon dan suren tahun tanam 2008. Lahan yang ditanami sengon kerjasama Perhutani, PT.ABP, dan LMDH seluas 3 ha dengan jarak tanam 3x3 m, sisanya seluas 5 ha ditanami dengan jenis tanaman Suren. Di bawah tegakan sengon didominasi oleh tanaman palawija jenis jagung dan tanaman kopi.
Gambar 2 Petak 24j Dusun Tambak.
4.2.3 Petak 19a Dusun Kalipan Desa Banjarsari Kecamatan Bejen Desa Banjarsari memiliki luas 111 ha. Desa ini terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Banjarsari, Dusun Sumber, Dusun Kalirejo, dan Dusun Kalipan. Wilayah Desa Banjarsari memiliki suhu rata- rata harian 27ºC. Desa ini berada pada ketinggian tempat 600 mdpl serta memiliki topografi yang berbukit (Monografi Desa Banjarsari 2008). Petak 19a terletak di Dusun Kalipan. Dusun Kalipan terdiri dari 91 KK. Pesanggem pada petak ini berjumlah 16 orang, dimana 12 orang berasal dari Dusun Kalipan dan 4 orang berasal dari Dusun Balekerso Desa Congkrang. Petak 19a yang masuk ke dalam wilayah RPH Candiroto memiliki luas 4 ha. Awalnya petak ini merupakan kelas hutan Tanah Kosong (TK) berupa semaksemak, tumbuhan bawahnya lebat dengan jenis kirinyu dan semak-semak, sehingga tindakan yang dilakukan yaitu perlu ditanami kembali. Jenis tanah pada petak ini yaitu tanah Latosol (Perhutani 2008). Saat ini petak 19a didominasi oleh tanaman sengon muda tahun tanam 2008 dengan tinggi rata-rata 1,3 m. Jarak
21
tanam sengon pada petak ini yaitu 3x3 m. Di bawah tegakan sengon didominasi oleh tanaman kopi.
Gambar 3 Petak 19a Dusun Kalipan.
4.3 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati meliputi asal dusun, luas lahan garapan, usia dan mata pencaharian. Berikut keterangan mengenai karakteristik responden yang diamati : Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan asal dusun Asal Dusun
Jumlah Responden
Persentase
Dusun Paponan
10
33,33
Dusun Tambak
10
33,33
Dusun Kalipan
10
33,33
Total
30
100
Pengambilan responden berasal dari satu kecamatan yang sama, yaitu Kecamatan Bejen dengan asal desa yang berbeda, yakni Dusun Paponan terletak di Desa Bejen, Dusun Tambak terletak di Desa Selosabrang dan Dusun Kalipan terletak di Desa Banjarsari. Ketiganya masih dalam satu lingkup wilayah BKPH Candiroto. Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan luas lahan garapan Luas Lahan (ha)
Lahan Garapan Agroforestri N
%
0,15
10
33,33
0,25
20
66,67
Total
30
100
22
Pesanggem di Dusun Paponan berjumlah 20 orang, di Dusun Tambak berjumlah 12 orang dan di Dusun Kalipan berjumlah 16 orang. Total responden yang berasal dari tiga dusun berbeda berjumlah 30 orang dengan sampel 10 responden dari masing-masing dusun. Penentuan banyaknya responden dari masing-masing dusun berdasarkan pada pesanggem yang mudah untuk dijumpai. Untuk luas lahan garapan agroforestri sengon kerjasama ini, masingmasing pesanggem mendapat luasan yang sama. Dari 30 responden yang diamati, mayoritas pesanggem masing-masing orang mendapat bagian lahan seluas 0,25 ha dengan persentase 66,67%, sisanya mendapat bagian lahan seluas 0,15 ha dengan persentase 33,33%. Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan umur Umur (tahun)
Responden
%
20-29
4
13,33
30-39
9
30,00
40-49
7
23,33
50-59
9
30,00
>59
1
3,33
Total
30
100
Jika dilihat dari umur responden, maka mayoritas pesanggem berusia antara 30-39 tahun dan 50-59 tahun dengan persentase 30%. Untuk batasan kelas umur responden ditetapkan berdasarkan sebaran umur populasi petani di lokasi penelitian. Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian Mata Pencaharian
Utama
Sampingan
N
%
N
%
Petani
27
90
3
10
Buruh
-
-
3
10
Pedagang
-
-
3
10
Pertukangan kayu
-
-
1
3,33
Karyawan
2
6,67
-
-
Supir
1
3,33
-
-
Tidak ada
-
-
20
66,67
30
100
30
100
Total
23
Berdasarkan tabel di atas, dari 30 responden, 27 orang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dengan persentase mencapai 90%. Jika dilihat dari mata pencaharian sampingan, 20 responden tidak memiliki mata pencaharian sampingan selain petani dengan persentase sebanyak 66,67%. Seluruh responden yang diwawancarai merupakan para penggarap di lahan milik Perhutani.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pola Budidaya Pola budidaya yang dikembangkan di BKPH Candiroto salah satunya adalah agroforestri yang mengkombinasikan tanaman sengon dengan kopi dan tanaman
palawija.
Masing-masing
tanaman
tersebut
memiliki
kegiatan
pengelolaan yang berbeda. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan dalam pengusahaan hutan tersebut diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 5 Kegiatan pengelolaan kayu sengon Perhutani, tanaman jagung dan tanaman kopi pesanggem Tahun 0 1
Kegiatan Pengelolaan Kayu Sengon Persemaian Persiapan lapang
Kegiatan Pengelolaan Tanaman Jagung Pengadaan alat pertanian Pembaharuan alat pertanian
Pengadaan bibit
Persiapan lapang tanaman jagung Pengadaan bibit jagung
Pengadaan sarana dan prasarana Penanaman bibit Administrasi tanaman Perlindungan hutan 2
Penyulaman Pemeliharaan tahun I Perlindungan hutan
3
4
Pemeliharaan tahun II Persiapan penjarangan T-1 Administrasi tanaman Perlindungan hutan Pemeliharaan tahun III
Tanam jagung Pemupukan tanaman jagung Pendangiran Panen tanaman jagung Pembaharuan alat pertanian Persiapan lapang tanaman jagung Pengadaan bibit jagung Tanam jagung Pemupukan tanaman jagung Pendangiran Panen tanaman jagung Sama dengan tahun ke-2
Tidak ada
Penjarangan Perlindungan hutan
5,6 7
Perlindungan hutan Perlindungan hutan Persiapan eksploitasi Eksploitasi
Tidak ada Tidak ada
Kegiatan Pengelolaan Tanaman Kopi Tidak ada Persiapan lapang tanaman kopi Tanam kopi Pemupukan tanaman kopi
Pemupukan tanaman kopi Pemeliharaan (babat, rempel) Panen tanaman kopi
Sama dengan tahun ke-2
Pembaharuan alat pertanian Pemupukan tanaman kopi Pemeliharaan (babat, rempel) Panen tanaman kopi Sama dengan tahun ke-4 Tidak ada
25
Sebagian besar sengon di BKPH Candiroto merupakan tanaman tahun 2008. Dalam usaha pengembangannya, pihak Perhutani KPH Kedu Utara menggandeng pihak investor sebagai mitra usaha dan melibatkan masyarakat desa hutan di dalam pengelolaan usaha kayu sengon. Persemaian untuk bibit sengon penanaman tahun 2008 ini dikerjakan oleh mitra usaha, yakni PT. Albasia Bhumipala Persada (ABP). Selain persemaian untuk tanaman pokok sengon, PT. ABP juga mengerjakan persemaian untuk tanaman pengisi dan tanaman tepi. Penanaman sengon dilakukan dengan jarak tanam 3x3 m. Selain tanaman pokok jenis Sengon juga terdapat tanaman pengisi dari jenis Suren yang ditanam pada larikan ke-5 atau perbandingannya dengan tanaman pokok yaitu 20% dari kebutuhan tanaman dalam 1 ha tergantung pada jarak tanamnya. Dengan jarak tanam 3x3 m, maka untuk luasan 1 ha membutuhkan 1.111 bibit dengan pembagian tanaman pengisi sebanyak 222 bibit dan tanaman pokok sebanyak 888 bibit. Selain itu juga terdapat tanaman tepi dengan jenis Mimbo dengan ketentuan 200 pohon per ha dan tanaman pagar dengan jenis Kaliandra. Tanaman kaliandra ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan untuk dijadikan kayu bakar. Persiapan lapang untuk penanaman sengon dilaksanakan di tahun ke-1 yang terdiri dari pemasangan patok batas sejumlah 4 buah per ha serta pembuatan jalan pemeriksaan dengan lebar 2 m. Pengadaan bibit sampai ke lokasi penanaman dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu muat (pikul dari persemaian hingga ke lokasi yang terjangkau oleh truk pengangkut) dengan tarif Rp 490 per plances, angkut dari truk hingga ke lokasi penanaman kemudian dibongkar di tempat penyimpanan sementara dengan tarif Rp 10 per plances, setelah itu dilangsir atau pikul dari tempat penyimpanan sementara ke lubang tanam dengan tarif Rp 7/hm. Kegiatan pemeliharaan berupa dangir dilakukan mulai di tahun ke-2 dengan frekuensi setahun dua kali sampai dengan pemeliharaan tahun III. Penyulaman sebesar 10% dilakukan pada tahun ke-2 untuk mengganti bibit yang rusak atau mati. Kegiatan pemupukan dilakukan setahun satu kali sampai dengan pemeliharaan tahun III dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK tablet). Waktu pemberian pupuk dilakukan dua kali yaitu di awal tahun memakai pupuk kandang sebanyak 3 kg per lubang. Kemudian di
26
awal musim penghujan memakai NPK tablet sebanyak 30 g per pohon. Selain itu, dilakukan juga perlindungan hutan berupa pengamanan hutan dan pemberantasan hama penyakit satu kali setahun. Keterangan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. Kegiatan penjarangan dilaksanakan pada tahun ke-4 sebesar 50% dari jumlah pohon yang ditanam. Sebelum penjarangan, pada tahun ke-3 dilakukan persiapan penjarangan (T-1). Penjarangan dilakukan dengan tujuan mendapatkan nilai kayu yang optimal pada akhir daur. Untuk menentukan berapa jumlah pohon yang akan dijarangi, dilakukan perhitungan berdasarkan pada tabel penjarangan kayu sengon. Kemudian untuk mengetahui berapa besarnya volume pohon yang dijarangi, dilakukan perhitungan dengan mengalikan banyaknya pohon yang dijarangi dengan volume per pohon. Dalam penelitian ini, perkiraan volume per pohon diperoleh dari tebangan sengon di hutan rakyat. Hal ini dilakukan oleh peneliti karena di lokasi penelitian belum pernah ada tebangan sengon milik Perhutani, sehingga peneliti tidak memiliki acuan untuk menentukan berapa besarnya volume pohon pada saat penjarangan maupun pemanenan. Untuk kegiatan pemanenan pada akhir daur dilakukan pada tahun ke-7. Kesepakatan besarnya bagi hasil saat penjarangan maupun pemanenan yaitu 40% untuk Perhutani, 40% untuk PT.ABP, dan 20% untuk masyarakat desa hutan. Guna mendukung keberhasilan program tersebut, Perhutani juga turut melibatkan masyarakat desa hutan agar ikut memelihara tanaman sengon dan diizinkan untuk melakukan penanaman di bawah tegakan sengon tersebut. Penanaman lahan di bawah tegakan sengon dimanfaatkan oleh pesanggem untuk menambah pemasukan bagi mereka. Di bawah tegakan sengon, pesanggem menanam beberapa jenis tanaman, namun yang paling dominan adalah tanaman kopi dan tanaman palawija jenis jagung. Hasil dari keseluruhan tanaman ini murni untuk pesanggem tanpa ada sharing dengan Perhutani. Pengadaan bibit kopi dari tiap pesanggem merupakan bibit kopi cabutan. Sedangkan untuk jagung, pesanggem membeli bibit jagung Tongkol 2 di toko pertanian dengan harga bibit Rp 35.000 per kg. Kebutuhan bibit jagung 1 ha sekitar 8 kg bibit. Dari 8 kg bibit yang ditanam, pesanggem sudah memperkirakan jika ada bibit yang mati.
27
Biasanya dari 8 kg bibit yang ditanam, yang berhasil tumbuh dengan baik sekitar 6 kg bibit. Keterangan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh pesanggem untuk tanaman jagung yaitu pemupukan setiap kali tanam dan pendangiran setelah jagung berumur 1 tahun. Sedangkan pemeliharaan untuk tanaman kopi yaitu pemupukan pada saat awal penanaman, babat, rempel rutin di awal tahun, dan rempel habis setelah kopi dipanen. Rempel rutin yaitu pemangkasan ketika tumbuh tunas pada batang sedangkan rempel habis yaitu pemangkasan pada dahan-dahan yang tidak sehat dan pemangkasan ranting-ranting yang sudah berbuah setelah kopi dipanen. Pemupukan untuk tanaman jagung dilakukan sebanyak 3 tahap setiap kali tanam, yaitu ketika awal tanam di lubang 20 cm didasari dengan TSP dan pupuk kandang. Pemupukan tahap kedua ketika tanaman telah berumur 15-20 hari dengan memakai urea. Pemupukan tahap ketiga setelah tanaman berumur 50 hari dengan memakai KCl. Sedangkan pemupukan untuk tanaman kopi dilakukan setahun satu kali dengan menggunakan pupuk kandang, urea dan Phonska. Pupuk jenis Phonska ini merupakan pupuk majemuk NPK dimana mengandung unsur hara N, P, K dan S sekaligus. Tanaman jagung dipanen dua kali dalam setahun yaitu panen pertama pada pertengahan tahun sekitar bulan Mei-Juni dan panen kedua pada akhir tahun sekitar bulan Desember-Januari. Sedangkan untuk tanaman kopi dipanen setahun satu kali pada pertengahan tahun. Besarnya panen tanaman kopi dari tahun ke-2 sampai tahun ke-5 yaitu 1 kg per pohon. Hasil ini belum maksimal karena tanaman kopi belum masuk umur produktif. Setelah tahun ke-5 tanaman kopi telah memasuki umur produktif sehingga besarnya panen per pohon mencapai 2 kg.
5.2 Kelayakan Usaha Agroforestri Usaha agroforestri dapat dikatakan layak apabila pemasukan yang diperoleh lebih besar dibanding pengeluaran atau dengan kata lain, total pendapatan bersih pada akhir daur menunjukkan nilai yang positif. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai aliran kas berupa biaya, pendapatan, dan pendapatan bersih baik bagi gabungan antara Perhutani dengan pesanggem, Perhutani,
28
maupun pesanggem. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai kriteria analisis finansial yang meliputi BCR, NPV, dan IRR. Untuk pengeluaran bagi gabungan antara Perhutani dengan pesanggem dan Perhutani saja berasal dari biaya yang dihitung dengan menggunakan tiga alternatif, yaitu : biaya belum dikenakan biaya manajemen, dikenakan biaya manajemen 10% dan dikenakan biaya manajemen 20%. Sedangkan untuk pengeluaran bagi pesanggem saja tidak dikenakan biaya manajemen karena pesanggem merupakan usaha individu yang tidak memerlukan biaya manajemen selain biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi. Untuk perhitungan penjualan hasil kayu sengon dari tiga macam pelaku usaha dibedakan pada dua macam alternatif harga yang berlaku, yaitu penjualan berdasarkan Harga Jual Dasar Perhutani dan penjualan berdasarkan Harga Pasar.
5.2.1 Pendapatan dan Pengeluaran Perhutani dan Pesanggem Ketika kegiatan Perhutani digabungkan dengan kegiatan pesanggem maka pendapatan bagi Perhutani dan pesanggem diperoleh dari hasil penjualan kayu sengon ketika penjarangan dan ketika tebangan akhir daur dengan kesepakatan besarnya bagi hasil yaitu 40% Perhutani ditambah 20% pesanggem dari hasil penjualan kayu sengon hasil tebangan yang terjual setelah dikurangi biaya eksploitasi dan biaya lainnya sesuai aturan yang berlaku. Selain pendapatan dari tegakan sengon, pendapatan diperoleh juga dari tanaman di bawah tegakan sengon berupa hasil panen tanaman kopi dan tanaman jagung. Pendapatan bersih terbesar diperoleh ketika biaya yang dikeluarkan belum dikenakan biaya manajemen dengan penjualan kayu berdasarkan pada harga pasar yaitu Rp 193.341.634 per ha. Semakin tinggi biaya manajemen maka pendapatan bersih yang diperoleh akan semakin kecil. Untuk pengeluarannya, maka seluruh biaya sepenuhnya ditanggung oleh satu pihak pengelola lahan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan baik dari tegakan sengon sampai lahan garapan di bawah tegakan sengon seluruhnya dihitung dengan tiga alternatif yaitu tanpa biaya manajemen, dikenakan biaya manajemen 10% dan dikenakan biaya manajemen 20%. Baik sebelum dikenakan biaya manajemen, maupun setelah dikenakan biaya manajemen, pendapatan
29
bersih yang diperoleh masih bernilai positif. Keterangan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7, 8 dan 9.
5.2.2 Pendapatan dan Pengeluaran Perhutani Sebagian besar tanaman sengon tahun tanam 2008 di BKPH Candiroto merupakan tanaman yang dikerjasamakan antara Perum Perhutani KPH Kedu Utara dengan PT. Albasia Bhumiphala Persada (ABP) dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Pendapatan bagi Perhutani diperoleh dari hasil penjualan kayu sengon ketika penjarangan dan ketika tebangan akhir daur dengan kesepakatan besarnya bagi hasil bagi Perhutani yaitu 40% dari hasil penjualan kayu sengon hasil tebangan yang terjual setelah dikurangi biaya eksploitasi dan biaya lainnya sesuai aturan yang berlaku. Pendapatan bersih terbesar diperoleh ketika biaya yang dikeluarkan belum dikenakan biaya manajemen dengan penjualan kayu berdasarkan pada harga pasar yaitu Rp 116.920.834 per ha. Semakin tinggi biaya manajemen maka pendapatan bersih yang diperoleh akan semakin kecil. Pengeluaran Perhutani terdiri dari biaya persiapan lapang, pengadaan benih dan bibit, pengadaan sarana dan prasarana, pelaksanaan tanaman, administrasi tanaman, penyulaman tanaman, pemupukan, persiapan penjarangan, biaya penjarangan, persiapan eksploitasi, biaya eksploitasi akhir serta biaya lainnya. Pengeluaran Perhutani seluruhnya dihitung dengan tiga alternatif yaitu tanpa biaya manajemen, dikenakan biaya manajemen 10% dan dikenakan biaya manajemen 20%. Baik sebelum dikenakan biaya manajemen, maupun setelah dikenakan biaya manajemen, pendapatan bersih yang diperoleh masih bernilai positif. Keterangan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10, 11 dan 12.
5.2.3 Pendapatan dan Pengeluaran Pesanggem Pendapatan bagi pesanggem diperoleh dari hasil penjualan kayu sengon ketika penjarangan dan ketika tebangan akhir daur dengan kesepakatan besarnya bagi hasil yaitu 20% dari hasil penjualan kayu sengon hasil tebangan yang terjual setelah dikurangi biaya eksploitasi dan biaya lainnya sesuai aturan yang berlaku.
30
Selain itu petani juga mendapat pemasukan dari hasil panen lahan garapan di bawah tegakan sengon kerjasama dimana mayoritas petani menanam tanaman kopi dan tanaman palawija jenis jagung. Selain kedua jenis ini terdapat pula jenis tanaman lain seperti kacang tanah, pisang, ketela pohon, cabai dan kemukus. Namun jenis tanaman lain ini jumlahnya tidak banyak dan seluruh hasilnya sebagian besar hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga petani. Oleh karena itu, jenis yang dimasukkan dalam tabel uraian kegiatan pesanggem di bawah tegakan sengon hanya dua jenis saja, yaitu tanaman kopi dan jagung. Pendapatan dari tanaman jagung hanya sampai umur sengon 3 tahun karena semakin besar umur sengon, semakin lebat naungannya. Hal ini berakibat kurang baik untuk pertumbuhan tanaman palawija jenis jagung yang membutuhkan sinar matahari yang cukup. Untuk itu setelah umur sengon lebih dari 3 tahun, hanya tanaman kopi yang berproduksi dengan masa panen satu tahun sekali. Pendapatan bersih terbesar diperoleh ketika penjualan kayu berdasarkan pada harga pasar yaitu Rp 76.420.800 per ha. Untuk pengeluaran pesanggem hanya menanggung beban biaya untuk lahan garapan di bawah tegakan sengon kerjasama mulai dari persiapan lapang, penanaman, pemeliharaan, sampai panen. Biaya yang dikeluarkan ini tidak termasuk dengan biaya rumah tangga pesanggem sehari-hari. Selain itu biaya ini tidak terpengaruh oleh biaya manajemen, biaya penjarangan dan biaya eksploitasi akhir penebangan tegakan sengon karena petani tidak menanggung biaya tersebut. Biaya yang dikeluarkan pesanggem, nilainya lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan Perhutani ketika belum dikenakan biaya manajemen dikarenakan peneliti memperhitungkan penyerapan tenaga kerja yang ada. Keterangan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 13. Berikut ini akan dijelaskan aliran kas dari setiap pelaku usaha :
Tabel 6 Aliran kas gabungan Perhutani dan pesanggem Th 0 1 2 3 4 5 6 7
C 966 090 12 101 767 8 896 825 8 996 750 7 063 357 2 810 000 2 850 000 13 283 977 56 968 766
Biaya C+10% 1 062 699 13 311 944 9 786 508 9 896 425 7 769 693 3 091 000 3 135 000 14 612 375 62 665 643
C+20% 1 159 308 14 522 120 10 612 190 10 732 100 8 476 028 3 372 000 3 420 000 15 940 772 68 234 519
Pendapatan HJD H.Psr 0 0 7 200 000 7 200 000 9 040 000 9 040 000 9 040 000 9 040 000 63 904 000 82 480 000 1 840 000 1 840 000 3 680 000 3 680 000 98 556 480 137 030 400 193 260 480 250 310 400
HJD¹ (966 090) (4 901 767) 143 175 43 250 56 840 643 (970 000) 830 000 85 272 503 136 291 714
H.Psr¹ (966 090) (4 901 767) 143 175 43 250 75 416 643 (970 000) 830 000 123 746 423 193 341 634
Pendapatan Bersih HJD² H.Psr² (1 062 699) (1 062 699) (6 111 944) (6 111 944) (746 508) (746 508) (856 425) (856 425) 56 134 307 74 710 307 (1 251 000) (1 251 000) 545 000 545 000 83 944 105 122 418 025 130 594 837 187 644 757
HJD³ (1 159 308) (7 322 120) (1 572 190) (1 692 100) 55 427 972 (1 532 000) 260 000 82 615 708 125 025 961
H.Psr³ (1 159 308) (7 322 120) (1 572 190) (1 692 100) 74 710 307 (1 532 000) 260 000 121 089 628 182 075 881
Pendapatan Bersih HJD² H.Psr² (776 699) (776 699) (5 818 744) (5 818 744) (2 029 308) (2 029 308) (2 139 225) (2 139 225) 36 378 307 48 762 307 (319 000) (319 000) (319 000) (319 000) 51 091 945 76 741 225 76 068 277 114 101 557
HJD³ (847 308) (6 347 720) (2 213 790) (2 333 700) 35 923 972 (348 000) (348 000) 49 763 548 73 249 001
H.Psr³ (847 308) (6 347 720) (2 213 790) (2 333 700) 48 307 972 (348 000) (348 000) 75 412 828 111 282 281
Tabel 7 Aliran kas Perhutani Th 0 1 2 3 4 5 6 7
C 706 090 5 289 766 1 844 825 1 944 750 4 543 357 290 000 290 000 13 283 978 28 192 766
Biaya C+10% 776 699 5 818 744 2 029 308 2 139 225 4 997 693 319 000 319 000 14 612 375 31 012 043
C+20% 847 308 6 347 720 2 213 790 2 333 700 5 452 028 348 000 348 000 15 940 772 33 831 319
Pendapatan HJD H.Psr 0 0 0 0 0 0 0 0 41 376 000 53 760 000 0 0 0 0 65 704 320 91 353 600 107 080 320 145 113 600
Tabel 8 Aliran kas pesanggem Th 0 1 2 3 4 5 6 7
Biaya C 260 000 6 812 000 7 052 000 7 052 000 2 520 000 2 520 000 2 560 000 0 28 776 000
Pendapatan HJD H.Psr 0 0 7 200 000 7 200 000 9 040 000 9 040 000 9 040 000 9 040 000 22 528 000 28 720 000 1 840 000 1 840 000 3 680 000 3 680 000 32 852 160 45 676 800 86 180 160 105 196 800
Pendapatan Bersih HJD H.Psr (260 000) (260 000) 388 000 388 000 1 988 000 1 988 000 1 988 000 1 988 000 20 008 000 26 200 000 (680 000) (680 000) 1 120 000 1 120 000 32 852 160 45 676 800 57 404 160 76 420 800
HJD¹ (706 090) (5 289 766) (1 844 825) (1 944 750) 36 832 643 (290 000) (290 000) 52 420 342 78 887 554
H.Psr¹ (706 090) (5 289 766) (1 844 825) (1 944 750) 49 216 643 (290 000) (290 000) 78 069 622 116 920 834
Keterangan : C = Biaya sebelum dikenakan biaya manajemen C+10% = Biaya setelah dikenakan biaya manajemen sebesar 10% C+20% = Biaya setelah dikenakan biaya manajemen sebesar 20% HJD¹ = Harga Jual Dasar Perhutani dengan biaya sebesar C HJD² = Harga Jual Dasar Perhutani dengan biaya sebesar C+10% HJD³ = Harga Jual Dasar Perhutani dengan biaya sebesar C+20% H.Psr¹ = Harga Pasar dengan biaya sebesar C H.Psr² = Harga Pasar dengan biaya sebesar C+10% H.Psr³ = Harga Pasar dengan biaya sebesar C+20%
32
5.2.4 Kriteria Analisis Finansial Menurut Suharjito et al. (2003), analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Untuk itu maka harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Untuk kriteria analisis finansial yang diamati yaitu terdiri dari indikatorindikator BCR, NPV, dan IRR dengan suku bunga investasi yang berlaku yaitu 12%. Selain perhitungan dengan suku bunga yang berlaku, dilakukan juga perhitungan dengan menggunakan suku bunga 9% sebagai perbandingan. Hal tersebut akan dijelaskan pada Tabel 9 : Tabel 9 Perbandingan nilai BCR, NPV dan IRR gabungan Perhutani-pesanggem, Perhutani dan pesanggem No. 1
2
3
Pelaku Usaha Gabungan : - Gabungan A - Gabungan B - Gabungan C - Gabungan D - Gabungan E - Gabungan F Perhutani : - Perhutani A - Perhutani B - Perhutani C - Perhutani D - Perhutani E - Perhutani F Pesanggem : - (HJD Perhutani) - (Harga Pasar)
BCR 9% 12%
NPV (Rp) 9%
12%
IRR (%) 9% 12%
2,93 2,66 2,44 3,73 3,40 3,12
2,79 2,53 2,33 3,54 3,22 2,96
81 469 573 77 239 535 73 112 787 111 675 831 111 445 793 107 319 045
69 368 561 65 488 190 61 704 396 98 577 592 94 697 221 90 913 428
119,45 99,67 89,37 129,98 119,59 109,31
119,38 99,63 89,28 129,98 119,53 109,21
3,35 3,05 2,79 4,53 4,11 3,77
3,20 2,91 2,67 4,32 3,92 3,60
45 793 955 43 847 918 41 901 884 68 598 127 66 652 090 64 706 056
38 524 621 36 775 432 35 026 247 57 997 308 56 248 120 54 498 934
77,95 72,85 67,84 94,94 88,94 83,91
77,94 72,83 67,81 94,93 88,93 83,89
2,56 3,06
2,45 2,90
35 675 618 47 077 704
30 843 940 40 580 284
349,96 359,99
349,95 359,98
Keterangan : A = Menggunakan HJD Perhutani-Tanpa Biaya Manajemen B = Menggunakan HJD Perhutani-Biaya Manajemen 10% C = Menggunakan HJD Perhutani-Biaya Manajemen 20% D = Menggunakan Harga Pasar-Tanpa Biaya Manajemen E = Menggunakan Harga Pasar-Biaya Manajemen 10% F = Menggunakan Harga Pasar-Biaya Manajemen 20%
Indikator – indikator penilaian : 1. BCR Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dengan suku bunga investasi yang berlaku yakni 12%, seluruh nilai BCR yang diperoleh lebih besar dari 1 berarti
33
layak untuk diusahakan. Nilai BCR terbesar dicapai jika Perhutani melakukan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar ketika biaya belum dikenakan biaya manajemen. Nilai BCR terbesar dari masing-masing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar 3,54, bagi Perhutani saja sebesar 4,32 dan bagi pesanggem saja sebesar 2,90. Dari ketiga BCR tersebut, BCR yang paling besar yaitu BCR bagi Perhutani saja sebesar 4,32. Nilai BCR tersebut berarti bahwa setiap nilai sekarang, setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan menambah nilai pendapatan bersih masing-masing sebesar Rp 4,32 dan seterusnya. Nilai BCR ini diperoleh dari hasil pembagian jumlah dari penerimaan bersih setelah didiskonto yakni sebesar Rp 75.489.181 dengan jumlah biaya setelah didiskonto sebesar Rp 17.491.873. Pengaruh adanya penurunan suku bunga menjadi 9% yaitu nilai BCR yang diperoleh menjadi lebih besar dibanding nilai BCR ketika suku bunga 12%. Nilai BCR terbesar tetap dicapai ketika penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar dengan biaya yang belum mempertimbangkan biaya manajemen. Nilai BCR bagi masing-masing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar 3,73 atau naik sebesar 0,19, bagi Perhutani saja sebesar 4,53 atau naik sebesar 0,21 dan bagi pesanggem saja sebesar 3,06 atau naik sebesar 0,16. 2. NPV Nilai NPV terbesar dicapai jika Perhutani melakukan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar jika dibandingkan dengan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada HJD Perhutani. Nilai NPV terbesar dari masingmasing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar Rp 98.577.592 per ha, bagi Perhutani saja sebesar Rp 57.997.308 per ha dan bagi pesanggem saja sebesar Rp 40.580.284 per ha. Dari ketiga NPV tersebut, NPV yang paling besar yaitu NPV bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem ketika pengeluaran belum dikenakan biaya manajemen yaitu sebesar Rp 98.577.592 per ha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penanaman sengon akan memberikan keuntungan sebesar Rp 98.577.592 per ha selama daur sengon 7 tahun menurut nilai sekarang. Dengan
34
kata lain, pendapatan yang dapat diterima bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem rata-rata Rp 1.173.543 per ha per bulan. Pengaruh adanya penurunan suku bunga menjadi 9% terhadap nilai NPV yaitu nilai NPV yang diperoleh menjadi lebih besar dibanding nilai NPV ketika suku bunga 12%. Nilai NPV terbesar dicapai ketika penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar dengan biaya yang belum mempertimbangkan biaya manajemen. Nilai NPV bagi masing-masing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar Rp 115.675.831 per ha atau naik sebesar Rp 17.098.239 per ha, bagi Perhutani saja sebesar Rp 68.598.127 per ha atau naik sebesar Rp 10.600.819 per ha dan bagi pesanggem saja sebesar Rp 47.077.704 per ha atau naik sebesar Rp 6.497.420 per ha. 3. IRR Dari Tabel 9 terlihat bahwa seluruh nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang dipakai yakni 12%. Hal ini berarti kemampuan usaha agroforestri untuk mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari tingkat suku bunga yang harus dibayar. Nilai IRR terbesar dicapai jika Perhutani melakukan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar jika dibandingkan dengan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada HJD Perhutani. Nilai IRR terbesar bagi masingmasing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar 129,98%, bagi Perhutani saja sebesar 94,93% dan bagi pesanggem saja sebesar 359,98%. Dari ketiga IRR tersebut, IRR yang paling besar yaitu IRR bagi pesanggem saja sebesar 359,98%. Hal ini berarti bahwa pada tingkat suku bunga 359,98%, proyek masih dapat diusahakan atau dengan kata lain tingkat pengembalian modal sampai pada tingkat suku bunga tersebut. Sedangkan adanya penurunan suku bunga menjadi 9% menunjukkan bahwa seluruh nilai IRR yang diperoleh tetap lebih besar dari tingkat suku bunga yang dipakai yakni 9%. Nilai IRR terbesar dicapai ketika penjualan hasil kayu sengon
berdasarkan
pada
harga
pasar
dengan
biaya
yang
belum
mempertimbangkan biaya manajemen. Nilai IRR terbesar masing-masing, yaitu
35
bagi Perhutani-pesanggem sebesar 129,98%, bagi Perhutani saja sebesar 94,94% dan bagi pesanggem saja sebesar 359,99%. Biasanya di tahun awal, nilai pendapatan dikurangi pengeluaran pada suatu proyek bernilai negatif. Hal ini disebabkan perlu adanya investasi di awal sebelum munculnya penerimaan selanjutnya selama sisa umur suatu proyek dimana penerimaan biasanya melebihi biaya.
5.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan faktor-faktor yang berpengaruh. Sebagai contoh pada penelitian ini yaitu pada suku bunga yang digunakan. Untuk analisis sensitivitas yang diamati yaitu bagaimana pengaruh kenaikan suku bunga bila ada perubahan kebijakan keuangan pada indikator-indikator BCR, NPV dan IRR jika suku bunga dinaikkan menjadi 18% dari tingkat suku bunga investasi yang berlaku yaitu 12%. Berikut indikator-indikator penilaiannya akan dijelaskan dalam Tabel 10 : Tabel 10 Analisis sensitivitas pada nilai BCR, NPV dan IRR gabungan Perhutani -pesanggem, Perhutani dan pesanggem No. 1
2
3
Pelaku Usaha Gabungan : - Gabungan A - Gabungan B - Gabungan C - Gabungan D - Gabungan E - Gabungan F Perhutani : - Perhutani A - Perhutani B - Perhutani C - Perhutani D - Perhutani E - Perhutani F Pesanggem : - (HJD Perhutani) - (Harga Pasar)
BCR
18% NPV (Rp)
IRR (%)
2,54 2,31 2,12 3,19 2,90 2,66
50 979 426 47 660 979 44 427 450 72 638 647 69 320 200 66 086 671
119,20 99,52 89,08 129,97 119,39 108,98
2,91 2,64 2,42 3,90 3,55 3,25
27 522 236 26 077 707 24 633 181 41 961 716 40 517 188 39 072 662
77,92 72,79 67,76 94,91 88,92 83,86
2,25 2,64
23 457 191 30 676 931
349,94 359,98
Keterangan : A = Menggunakan HJD Perhutani-Tanpa Biaya Manajemen B = Menggunakan HJD Perhutani-Biaya Manajemen 10% C = Menggunakan HJD Perhutani-Biaya Manajemen 20% D = Menggunakan Harga Pasar-Tanpa Biaya Manajemen E = Menggunakan Harga Pasar-Biaya Manajemen 10% F = Menggunakan Harga Pasar-Biaya Manajemen 20%
36
Berikut indikator – indikator penilaiannya : 1. BCR Dari Tabel 10 terlihat bahwa seluruh nilai BCR yang diperoleh lebih besar dari 1 berarti layak untuk diusahakan. Pengaruh adanya kenaikan suku bunga menjadi 18% yaitu nilai BCR yang diperoleh menjadi lebih kecil dibanding nilai BCR ketika suku bunga 12%. Namun nilai BCR terbesar tetap dicapai jika Perhutani melakukan penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar ketika pengeluaran belum dikenakan biaya manajemen. Nilai BCR bagi masingmasing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar 3,19 atau turun 0,35, bagi Perhutani saja sebesar 3,90 atau turun 0,42 dan bagi pesanggem saja sebesar 2,64 atau turun 0,26. 2. NPV Pengaruh adanya kenaikan suku bunga menjadi 18% terhadap nilai NPV yaitu nilai NPV yang diperoleh menjadi lebih kecil dibanding nilai NPV ketika suku bunga 12%. Nilai NPV terbesar dicapai ketika penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar dengan biaya yang belum mempertimbangkan biaya manajemen. Nilai NPV bagi masing-masing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar Rp 72.638.647 per ha atau turun sebesar Rp 25.938.945 per ha, bagi Perhutani saja sebesar Rp 41.961.716 per ha atau turun sebesar Rp 16.035.592 per ha dan bagi pesanggem saja sebesar Rp 30.676.931 per ha atau turun sebesar Rp 9.903.353 per ha. 3. IRR Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan adanya kenaikan suku bunga menjadi 18% menunjukkan bahwa seluruh nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang dipakai yakni 18%. Nilai IRR terbesar dicapai ketika penjualan hasil kayu sengon berdasarkan pada harga pasar dengan biaya yang belum mempertimbangkan biaya manajemen. Nilai IRR terbesar bagi masingmasing pelaku usaha, yaitu bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar 129,97%, bagi Perhutani saja sebesar 94,91% dan bagi pesanggem saja sebesar 359,98%. Jika dibandingkan dengan suku bunga investasi 12%, pengaruh kenaikan suku bunga menjadi 18% menunjukkan nilai IRR yang lebih kecil.
37
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan 1. Pola budidaya tanaman yang dikembangkan di BKPH Candiroto salah satunya merupakan kombinasi antara tanaman kayu cepat tumbuh (Fast Growing Species) jenis sengon, tanaman jagung dan kopi. Sengon memiliki daur 7 tahun, jagung diizinkan ditanam sampai tahun ke-3 dan kopi dapat diusahakan hingga masa panen sengon. Sengon tahun tanam 2008 ditanam dengan jarak tanam 3x3 m, penjarangan pada tahun ke-4 dan pemanenan akhir daur pada tahun ke-7. Tanaman jagung dipanen dua kali setahun sedangkan kopi dipanen satu kali setahun. 2. Perhitungan kegiatan pengusahaan hutan dengan tanaman kayu sengon, tanaman jagung dan kopi dengan suku bunga investasi 12% secara keseluruhan adalah sangat layak untuk diusahakan karena nilai BCR jauh di atas 1, NPV yang besar dan bernilai positif dan IRR yang jauh di atas suku bunga investasi. Agroforestri yang dikerjasamakan ini baik untuk produksi kayu Perhutani maupun untuk kesejahteraan pesanggem. Dari sisi Perhutani kegiatan pengusahaan dengan pola tersebut adalah layak sekalipun dibebankan dengan biaya manajemen 10% dan 20%. Terlebih bagi pesanggem yang mengeluarkan biaya yang lebih sedikit, ternyata hasilnya sangat layak dan menguntungkan pesanggem sehingga nilai IRR yang didapat sampai melebihi 100%. Pendapatan yang diperoleh dengan penjualan kayu berdasarkan harga pasar memperoleh hasil yang lebih tinggi karena harga jual pasar cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan HJD Perhutani. Harga jual pasar lebih tinggi 29% untuk kayu sengon penjarangan dan lebih tinggi 39% untuk kayu sengon panen akhir. Nilai BCR terbesar, yaitu BCR bagi Perhutani sebesar 4,32. Nilai NPV terbesar, yaitu NPV bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem sebesar Rp 98.577.592 per ha. Nilai IRR terbesar, yaitu IRR bagi pesanggem sebesar 359,98%. Analisis kelayakan dengan memasukkan biaya manajemen yang lebih tinggi jelas menurunkan kelayakan yang lebih besar. Hal ini
38
menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan dari suatu perusahaan berbanding lurus dengan kelayakan usahanya. Salah satu indikator efisiensi pengelolaan terlihat dari biaya manajemen yang tidak terlalu tinggi. 3. Apabila terjadi perubahan kebijakan keuangan bila suku bunga dinaikkan menjadi 18% ternyata pengusahaan hutan masih tetap layak baik bagi gabungan Perhutani dengan pesanggem, Perhutani, maupun pesanggem. Dengan adanya kenaikan suku bunga memberikan pengaruh pada indikator BCR, NPV dan IRR yaitu nilai yang dihasilkan akan semakin kecil jika dibandingkan dengan suku bunga investasi 12%. Jadi, peningkatan suku bunga sebesar 6% ini tidak berpengaruh secara nyata terhadap kelayakan bagi usaha agroforestri ini untuk diterapkan.
6.2 Saran 1. Berdasarkan lebih tingginya tingkat kelayakan usaha agroforestri jika hasil panen kayu sengon dijual berdasarkan harga pasar, maka akan lebih produktif jika hasil penjualan kayu tidak tergantung pada Perhutani atau dengan kata lain hasil kayu bisa dijual ke pihak luar. 2. Tanaman jagung dan tanaman kopi merupakan tanaman yang baik dan memberikan hasil nyata bila dikombinasikan di bawah naungan tegakan sengon, sehingga metode agroforestri ini layak untuk diterapkan pada BKPH lain di Perum Perhutani dengan kondisi lahan dan iklim yang sama dengan lokasi penelitian ini. 3. Perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas tegakan dan tanaman di bawah tegakan melalui intensifikasi pemeliharaan. 4. Perlu dilakukan penelitian di lokasi yang sama untuk menilai optimalisasi daur dan jarak tanam yang digunakan.
39
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto T, Widyastuti YE. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Jakarta : Penebar Swadaya. Alrasjid H. 1973. Beberapa Keterangan Tentang Albizia falcataria (L) Fosberg. Bogor : Lembaga Penelitian Hutan. Darusman D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Laboratorium Politik Ekonomi Sosial Kehutanan. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Foresta H de, Kusworo A, Michon G, Djatmiko WA. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan – Agroforest Khas Indonesia – Sumbangan Masyarakat Bagi Pembangunan Berkelanjutan. Bogor : International Centre for Research in Agroforestry. Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hairiah K, Sadjono MA, Sabarnurdin S. 2003. Pengantar Agroforestri : Bahan Ajaran 1. Bogor : ICRAF. Lundgren BO, Raintree JB. 1982. Sustained Agroforestry. In Nestel B (Ed.). 1982. Agricultural Research for Development. Potentials and Challenges in Asia. Netherlands : ISNAR. Nair. 1989. An Introduction to Agroforestry. Bogor : Kluwer Academic Publishers, ICRAF. Najiyati S, Danarti. 2001. Kopi : Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta : Penebar Swadaya. [Perum Perhutani]. 2007. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Mahoni KPH Kedu Utara Jangka Perusahaan 1 Januari 2008 s/d 31 Desember 2017 Lembar Satu. Yogyakarta : SPH II. [Perum Perhutani]. 2008. Buku Obor RPH Candiroto BKPH Candiroto KPH Kedu Utara. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Yogyakarta : SPH II. Ruswita T, Djoka CW, Ramli S, Merapi L, Ansori, Marbyanto E. 2003. Agroforestri/Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah (Low External Input for Sustainable Agriculture). Proyek FORMACS (Forest Resources Management for Carbon Sequestration) - CARE International Indonesia. CIDA (Canadian International Development Agency) - Canada. Jakarta : CARE International Indonesia. Santoso BH.1993. Budidaya Sengon. Jakarta : Suara Karya.
40
Sarasutha IGP. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi. Jurnal Litbang Pertanian 21(2). http://pustaka-deptan.go.id. [14 Januari 2010]. Satjapradja O. 1981. Agroforestry di Indonesia. Prosiding Seminar Agroforestry dan Pengendalian Perladangan. Jakarta : Direktorat Jenderal Kehutanan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Suharjito D, Sundawati L, Suyanto, Utami SR. 2003. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestry : Bahan Ajaran 5. Bogor : ICRAF. Umar H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wulandari A. 2003. Analisis Usaha Wanatani (Agroforestry) Pola Sengon, Kopi dan Pisang di Kabupaten Lumajang. [tesis]. Yogyakarta : Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. http://arc.ugm.ac.id. [21 Desember 2009].
41
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR KELAYAKAN USAHA AGROFORESTRI SENGON (Paraserianthes falcataria,(L.) Nielsen), KOPI (Coffea spp), DAN TANAMAN PALAWIJA DI BKPH CANDIROTO KPH KEDU UTARA PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH A. Identitas Responden 1. Nam a
: ..........................................................
2. Umur
: ................................................ tahun
3. Jenis Kelamin*)
: Laki-laki / Perempuan
4. Dusun/RT/RW
: ............................../.............../.............
5. Pekerjaan Utama
: ...........................................................
6. Pekerjaan Sampingan
: ...........................................................
7. Status Perkawinan
: Kawin / Belum Kawin
8. Jumlah anggota keluarga
: ................................................ orang
B. Informasi Lahan Garapan Sengon 1. Pengadaan Pupuk No.
Jenis Pupuk
Harga (Rp)
Kebutuhan(kg)
Waktu Pemakaian
1. 2. 3.
C. Informasi Tanaman di Bawah Tegakan Sengon 1. Pengadaan Bibit Tanaman No.
Jenis Tanaman
Jumlah Bibit/Benih (kg)
Sumber Bibit(1)
Harga Bibit/Benih (Rp/kg)
1. 2. 3. Keterangan : (1) a.Beli b.Menyemai Sendiri c.Anakan/permudaan alami d.Cabutan e. Bantuan
42
2. Pengadaan Pupuk No.
Jenis Tanaman
Jenis Pupuk
Harga (Rp)
Kebutuhan
Waktu Pemakaian
(kg) 1. 2. 3.
3. Pemilikan Alat-alat Usaha Tani No.
Jenis Alat
1.
Cangkul
2.
Golok
3.
Kapak
4.
Chainsaw
Jumlah
(1) Beli
Umur Pemakaian (th)
Harga Beli
Tujuan
atau (2)
atau Lamanya Sewa
atau Sewa
Pemakaian(1)
Sewa
(hari)
5. Keterangan : Alat tersebut dipakai untuk apa saja : (a) Menyiapkan lahan (b) Menanam (c) Memanen (d) Pemangkasan (e) Menyulam (f) Penjarangan (g) Lainnya
4. Penyerapan Tenaga Kerja No.
1.
Jenis
Tenaga Kerja
HOK
Pekerjaan
yang Tersedia
Upah Tenaga
Biaya yang
Kerja per HOK
Diperlukan per Tahun
Persiapan lapang
2.
Penanaman
3.
Pemupukan
4.
Pemanenan
5.
5. Penerimaan dari Tanaman Hasil Pertanian No.
1. 2. 3.
Jenis
Produksi per
Berapa Kali
Panen Mulai dan
Harga Produk
Tanaman
Panen
Panen per
Berhenti di Tahun
Diterima Petani
Tahun
Berapa
(Rp)
Lampiran 2. Karakteristik Responden Pekerjaan
No. Nama 1 Untung
2 Sodikin
3 Buyamin
4 Zainal Abidin
5 Tugiyo
6 Isgiyanto 7 Miswan 8 Niswanto
9 Waljono
10 Sahroni
Lahan Garapan Sengon Usia Jumlah Pemupukan (thn) Anggota Jenis Utama Sampingan Jenis Keluarga Pupuk Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) Petani 32 3 Urea 2 50 Jagung Ponska 2 50 Kacang tanah Pupuk kandang 3 50 Petani 40 4 Urea 2 50 Jagung Ponska 2 50 Kacang tanah Pupuk kandang 3 50 Petani 36 4 Urea 2 50 Jagung Ponska 2 50 Kacang tanah Pupuk kandang 3 50 Petani 37 4 Urea 2 50 Jagung NPK 2 50 Pisang (5 phn) Pupuk kandang 3 1000 Kopi (100 phn) Petani 55 5 Urea 2 20 Jagung TSP 2 20 Kacang tanah KCl 2 20 Petani Buruh 30 3 Urea 2 60 Jagung bangunan NPK 2 60 Petani 32 3 Urea 2 60 Jagung NPK 2 60 Petani Buruh 45 5 TSP 2 20 Jagung Urea 2 20 Ponska 2 20 Pupuk kandang 3 400 Petani 55 4 Urea 2 50 Jagung Ponska 2 50 Pupuk kandang 3 400 Petani Pertukangan 37 4 Urea 2 50 Jagung kayu Ponska 2 50
Tanaman di Bawah Tegakan Sengon Pemupukan Panen Pendapatan Bibit Asal Kebutuhan (kg) Harga (Rp/kg) Jenis Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) Jumlah (per Thn) Hasil (Kg/panen) Penjualan Harga (Rp/kg) Beli 0,5 30000 Pupuk kandang 2 50 2 150 ke tengkulak 2000 Beli 1 6000 Pupuk kandang 1 50 1 10 konsumsi RT -
Beli Beli
0,5 10
30000 Pupuk kandang 6000 Pupuk kandang
2 1
50 50
2 1
150 100
ke tengkulak konsumsi RT
-
Beli Beli
0,5 10
30000 Pupuk kandang 6000 Pupuk kandang
2 1
50 50
2 1
150 100
ke tengkulak konsumsi RT
-
Beli Alam
2 -
30000 Pupuk kandang -
2 -
50 -
2 1
450 4 tandan
ke tengkulak ke tengkulak
Alam Beli Beli
2 10
Pupuk kandang 30000 Pupuk kandang 6000 Pupuk kandang
2 2 1
50 400 50
1 2 1
blm panen 500 100
untuk pakan bebek konsumsi RT
Beli
1,5
30000 Pupuk kandang
2
50
2
450
ke tengkulak
2000
Beli
1,5
30000 Pupuk kandang
2
50
2
450
ke tengkulak
2000
Beli
1,5
30000 TSP Urea Ponska
2 2 2
20 20 20
2
450
ke tengkulak
2000
Beli
1
Pupuk kandang 27000 Ponska Pupuk kandang
2 2 2
50 50 50
2
300
ke tengkulak
2000
Beli
1
30000 Urea Ponska
2 2
50 50
2 2
300
ke tengkulak
2000
-
2000
2000
2000 4000/tandan -
Lanjutan Tabel Lampiran 2 Usia Jumlah Lahan Garapan Sengon Pemupukan (thn) Anggota Jenis Utama Sampingan Jenis Keluarga Pupuk Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) 11 Trubus Petani 50 3 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 12 Sugito Petani 59 6 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 13 Miswan Karyawan Petani 51 6 Urea 2 50 Ketela PTP Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 14 Senen Petani 48 6 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 15 Mulyono Petani Pedagang 32 5 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 16 Wasto Petani 56 6 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 17 Djuari Petani 40 4 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 18 Bariman Petani 54 4 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 19 Parmin Petani 80 4 Urea 2 50 Ketela Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) 20 Paiman Karyawan Petani 54 3 Urea 2 50 Ketela Perhutani Ponska 2 50 Jagung Kopi (8 bln) Pekerjaan
No. Nama
Asal Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam Alam Beli Alam
Bibit Jenis Kebutuhan (kg) Harga (Rp/kg) 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska 1 35000 Ponska Ponska
Tanaman di Bawah Tegakan Sengon Pemupukan Panen Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) Jumlah (per Thn) Hasil (Kg/panen) 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen 1 2 50 2 300 2 50 1 blm panen
Pendapatan Penjualan Harga (Rp/kg) ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 ke tengkulak 100000/0.25 ha ke tengkulak 2000 -
Lanjutan Tabel Lampiran 2 Usia Jumlah Lahan Garapan Sengon Pemupukan (thn) Anggota Jenis Utama Sampingan Jenis Keluarga Pupuk Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) Petani 35 4 Urea 2 50 Kopi (200 phn) Pekerjaan
No. Nama 21 Warsidi
22 Pawit 23 Kirdi
24 Sari
25 Widodo
Petani Petani
Petani
Petani
-
-
-
28 45
45
25
10 6
5
3
Urea Urea
Urea
Urea
2 2
2
2
50 50
50
50
26 Supardi
Supir
Petani
30
4
Urea
2
50
27 Yadi
Petani
-
27
2
Urea
2
50
28 Sugeng
Petani
53
5
Urea
2
50
29 Retno 30 Ruslan
Dagang bakso
Ibu rumah Swasta tangga Petani Buruh bangunan
23
3
Urea
2
50
42
4
Urea
2
50
Tanaman di Bawah Tegakan Sengon Pemupukan Panen Bibit Asal Kebutuhan (kg) Harga (Rp/kg) Jenis Jumlah (per tanam) Kebutuhan (kg) Jumlah (per Thn) Hasil (Kg/panen) Beli 200 biji 100/biji Urea 2 50 1 100 TSP 2 10 KCl 2 10 Pisang (10 phn) Alam 1 blm panen Cabe Beli 5 ikat 4000/1 ikat Urea 2 50 1 blm panen Kopi (100 phn) Beli 200 biji 100/biji Urea 2 50 1 100 Kopi (200 phn) Alam Urea 2 50 1 300 Cabe (40 phn) Beli 1 ikat 1000/ikat Urea 2 50 1 200 Pisang (20 phn) Alam 1 5 tandan Kopi (20 phn) Alam Urea 2 50 1 300 (basah) Pupuk kandang 1 1250 Pisang (10 phn) Alam 1 2 tandan Kemukus (5 phn) Alam Urea 2 50 1 2 Pupuk kandang 1 50 Kopi (20 phn) Alam Urea 2 50 1 300 (basah) Pupuk kandang 1 1250 Pisang (10 phn) Alam 1 2 tandan Kemukus (5 phn) Alam Urea 2 50 1 2 Pupuk kandang 1 50 Kopi (100 phn) Alam Urea 2 50 1 10 Pupuk kandang 1 50 (sambungan baru) Kopi (150 phn) Alam Urea 2 50 1 100 Pupuk kandang 1 50 Pisang (10 phn) Alam blm panen Kopi Beli 10 ikat 5000/ikat Urea 2 60 1 300 (basah) KCl 2 20 TSP 2 20 Pisang(3 phn) Alam 1 blm panen Cabe Beli 1 ikat 1000/ikat Urea 2 50 1 0.5 Ketela pohon (10phn) Alam 1 blm panen Pisang (5 phn) Alam 1 1 tandan Kopi Beli 10 ikat 5000/ikat Urea 2 60 1 300 (basah) KCl 2 20 TSP 2 20 Pisang(3 phn) Alam 1 blm panen Cabe Beli 1 ikat 1000/ikat Urea 2 50 1 0.5
Pendapatan Penjualan Harga (Rp/kg) ke tengkulak 11500
konsumsi RT konsumsi RT ke tengkulak ke tengkulak konsumsi pribadi ke tengkulak ke tengkulak (kering) ke tengkulak ke tengkulak ke tengkulak (kering) ke tengkulak ke tengkulak konsumsi RT
11500 12000 5000/tandan 12000 7000/tandan 19000 12000 7000/tandan 19000 -
ke tengkulak
12000
ke tengkulak (kering)
-
konsumsi RT konsumsi RT ke tengkulak (kering)
-
konsumsi RT
-
12000
12000
Lampiran 3. Uraian Kegiatan Perhutani per Ha (Harga Kayu Berdasarkan HJD Perhutani) Tahun 0
1
Jenis Kegiatan Pengadaan bibit (persemaian oleh PT.ABP) 1. Pokok,pengisi,tepi (1310) + penyulaman 10% (131) Total biaya TUMPANG SARI TH I Persiapan lapang 1. Bahan, bikin&pasang patok batas 2. Pembuatan jalan pemeriksaan lebar 2 m (1 Hm=1 Ha) Pegadaan bibit 1. Biaya muat/bongkar (polybag kecil) 2. Pikul/langsir dr TP ke lokasi (polybag kecil)
Tarif (Rp)
plc
490
bh hm
3500 37500
plc btg/hm
Fisik/ Ha
Pendapatan (Rp)
Biaya (Rp)
1441
706090 706090
4 1
14000 37500
10 7
1441 1441
14410 10087
258065
Pengadaan sarana&prasarana 1. Pembuatan gubug tanaman 1 unit Rp 612000 ( sample petak 24g luas 3.1 ha) 2. Tenaga pembuatan gubug tanaman (2 org/unit xRp 94000=Rp 188000) 3. Pengadaan tampar/tambang (25 m/petak = Rp 50000/petak) 4. Buat&pasang plang tanaman (1.2x0.8 m), 1 unit/petak 5. Pembuatan&pasang acir uk 0.5m (pokok,pengisi,tepi) - Tanaman pagar : Kaliandra (2 acir/10 m), 1 ha/10 m=1000 m (200 acir) 6. Buat/pasang patok andil (pokok,pengisi,tepi)
unit unit m unit bh bh bh
612000 94000 2000 88000 45 45 2200
1 2 25 1 1310 200 1310
16129 28387 58950 9000 2882000
Pelaksanaan tanaman 1. Pembuatan lubang complong 2. Penanaman plances (polybag kecil)
btg plc
200 80
1310 1310
262000 104800
sak
10000
79
790000
kg
12000
39.3
471600
ha org bh org
22000 2750 6500 17500
1 4 2 1
22000 11000 4194 5645
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 5289766
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) Ada 1310 lubangx 3 kg = 3930 kg, 1 sak = 50 kg, 3930 kg/50 kg = 78.6 = 79 sak 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn) Ada 1310 pohon x 30 gr = 39300 gr = 39.3 kg Administrasi tanaman 1. Biaya kontrak tanaman - Uang kontrak tanaman tahap I - Jamuan makan - Materai (1 petak = 2 buah) - Biaya saksi (1 petak = 1 org) Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya 2
Satuan
TUMPANG SARI TH II/PEMELIHARAAN TH I Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan tanaman pokok,pengisi,tepi (1thn 2 kali)
plc
95
1310
248900
Pengadaan sarana&prasarana 1. Pembuatan&pasang acir uk 0.5m (penyulaman bibit tnmn pokok,pengisi,tepi)
bh
45
131
5895
Pelaksanaan tanaman 1. Pembuatan lubang complong
btg
200
131
26200
Penyulaman tanaman 1. Penyulaman 10% tanaman pokok, pengisi, tepi (polybag kecil) 2. Sulaman tanaman pagar
plc hm
80 1750
131 1
10480 1750
sak
10000
79
790000
kg
12000
39.3
471600
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 1844825
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) Ada 1310 lubangx 3 kg = 3930 kg, 1 sak = 50 kg, 3930 kg/50 kg = 78.6 = 79 sak 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn) Ada 1310 pohon x 30 gr = 39300 gr = 39.3 kg Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
47 Lanjutan Lampiran 3 Tahun 3
Jenis Kegiatan
Biaya (Rp)
1310
248900
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn)
sak kg
10000 12000
79 39.3
790000 471600
Biaya penyelesaian administrasi tanaman 1. Plang tutup kontrak tanaman 2. Biaya kontrak tanaman (Uang kontrak tanaman tahap II)
bh ha
90000 22000
1 1
90000 22000
ha ha ha
6500 8500 8500
1 1 1
6500 8500 8500
kg bh
25000 2500
0.25 1
6250 2500
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 1944750
PEMELIHARAAN TH III Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan
plc
95
1310
248900
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn)
sak kg
10000 12000
79 39.3
790000 471600
m³ m³
431000
11428.57 240
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 4543357
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 290000
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 290000
Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
7
Pendapatan (Rp)
95
Penjarangan 1. Biaya penjarangan 2. Teg.penjarangan (50% dr jmlh phn yg ditanam), Sharing Perhutani : 40% Teg.penjarangan (N/Ha) : 360/800 = x/888, x = 399.6 = 400 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn yg dijarangi = 0.6 m³ x 400 phn = 240 m³
6
Fisik/ Ha
plc
Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
5
Tarif (Rp)
TUMPANG SARI TH III/PEMELIHARAAN TH II Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan tanaman pokok,pengisi,tepi (1thn 2 kali)
Biaya persiapan penjarangan 1. Penjarangan (T-1) 2. PCP untuk RTT (T-1) 3. Tunjuk tolet penjarangan (T-1), KU I 4. Biaya alat-alat & sarana : - Cat - Kuas kecil
4
Satuan
PEMELIHARAAN TH IV Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya PEMELIHARAAN TH V Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya PEMANENAN Pembagian blok Biaya klem Biaya prasarana tebangan Biaya sarana tebangan Biaya persiapan eksploitasi lainnya Biaya eksploitasi Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya Pemanenan 1. Tegakan tinggal sisa penjarangan (Tebangan A), 888 phn - 400 phn = 488 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn tebangan akhir = 0.6 m³ x 488 phn = 292.8 m³ TOTAL
ha ha ha ha ha m³
2742857 41376000
119923 742462 1576231 283308 6925769 3346285
11428.57
thn kali/ha
210000 20000
1 4
m³
561000
292.8
210000 80000 13283978
65704320
107080320
28192766
48 Lampiran 4. Uraian Kegiatan Perhutani per Ha (Harga Kayu Berdasarkan Harga Pasar) Tahun 0
1
Jenis Kegiatan Pengadaan bibit (persemaian oleh PT.ABP) 1. Pokok,pengisi,tepi (1310) + penyulaman 10% (131) Total biaya TUMPANG SARI TH I Persiapan lapang 1. Bahan, bikin&pasang patok batas 2. Pembuatan jalan pemeriksaan lebar 2 m (1 Hm=1 Ha) Pegadaan bibit 1. Biaya muat/bongkar (polybag kecil) 2. Pikul/langsir dr TP ke lokasi (polybag kecil)
Tarif (Rp)
plc
490
bh hm
3500 37500
plc btg/hm
Fisik/ Ha
Pendapatan (Rp)
Biaya (Rp)
1441
706090 706090
4 1
14000 37500
10 7
1441 1441
14410 10087
258065
Pengadaan sarana&prasarana 1. Pembuatan gubug tanaman 1 unit Rp 612000 ( sample petak 24g luas 3.1 ha) 2. Tenaga pembuatan gubug tanaman (2 org/unit xRp 94000=Rp 188000) 3. Pengadaan tampar/tambang (25 m/petak = Rp 50000/petak) 4. Buat&pasang plang tanaman (1.2x0.8 m), 1 unit/petak 5. Pembuatan&pasang acir uk 0.5m (pokok,pengisi,tepi) - Tanaman pagar : Kaliandra (2 acir/10 m), 1 ha/10 m=1000 m (200 acir) 6. Buat/pasang patok andil (pokok,pengisi,tepi)
unit unit m unit bh bh bh
612000 94000 2000 88000 45 45 2200
1 2 25 1 1310 200 1310
16129 28387 58950 9000 2882000
Pelaksanaan tanaman 1. Pembuatan lubang complong 2. Penanaman plances (polybag kecil)
btg plc
200 80
1310 1310
262000 104800
sak
10000
79
790000
kg
12000
39.3
471600
ha org bh org
22000 2750 6500 17500
1 4 2 1
22000 11000 4194 5645
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 5289766
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) Ada 1310 lubangx 3 kg = 3930 kg, 1 sak = 50 kg, 3930 kg/50 kg = 78.6 = 79 sak 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn) Ada 1310 pohon x 30 gr = 39300 gr = 39.3 kg Administrasi tanaman 1. Biaya kontrak tanaman - Uang kontrak tanaman tahap I - Jamuan makan - Materai (1 petak = 2 buah) - Biaya saksi (1 petak = 1 org) Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya 2
Satuan
TUMPANG SARI TH II/PEMELIHARAAN TH I Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan tanaman pokok,pengisi,tepi (1thn 2 kali)
plc
95
1310
248900
Pengadaan sarana&prasarana 1. Pembuatan&pasang acir uk 0.5m (penyulaman bibit tnmn pokok,pengisi,tepi)
bh
45
131
5895
Pelaksanaan tanaman 1. Pembuatan lubang complong
btg
200
131
26200
Penyulaman tanaman 1. Penyulaman 10% tanaman pokok, pengisi, tepi (polybag kecil) 2. Sulaman tanaman pagar
plc hm
80 1750
131 1
10480 1750
sak
10000
79
790000
kg
12000
39.3
471600
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 1844825
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) Ada 1310 lubangx 3 kg = 3930 kg, 1 sak = 50 kg, 3930 kg/50 kg = 78.6 = 79 sak 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn) Ada 1310 pohon x 30 gr = 39300 gr = 39.3 kg Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
49 Lanjutan Lampiran 4 Tahun 3
Jenis Kegiatan
Biaya (Rp)
1310
248900
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn)
sak kg
10000 12000
79 39.3
790000 471600
Biaya penyelesaian administrasi tanaman 1. Plang tutup kontrak tanaman 2. Biaya kontrak tanaman (Uang kontrak tanaman tahap II)
bh ha
90000 22000
1 1
90000 22000
ha ha ha
6500 8500 8500
1 1 1
6500 8500 8500
kg bh
25000 2500
0.25 1
6250 2500
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 1944750
PEMELIHARAAN TH III Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan
plc
95
1310
248900
Pengadaan pupuk dan pemupukan 1. Awal tahun memakai pupuk kandang (3 kg/lubang) 2. Awal musim penghujan memakai pupuk anorganik (NPK tablet = 30 gr/phn)
sak kg
10000 12000
79 39.3
790000 471600
m³ m³
560000
11428.57 240
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 4543357
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 290000
thn kali/ha
210000 20000
1 4
210000 80000 290000
Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
7
Pendapatan (Rp)
95
Penjarangan 1. Biaya penjarangan 2. Teg.penjarangan (50% dr jmlh phn yg ditanam), Sharing Perhutani : 40% Teg.penjarangan (N/Ha) : 360/800 = x/888, x = 399.6 = 400 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn yg dijarangi = 0.6 m³ x 400 phn = 240 m³
6
Fisik/ Ha
plc
Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya
5
Tarif (Rp)
TUMPANG SARI TH III/PEMELIHARAAN TH II Persiapan Lapang 1. Dangir/gebrus piringan tanaman pokok,pengisi,tepi (1thn 2 kali)
Biaya persiapan penjarangan 1. Penjarangan (T-1) 2. PCP untuk RTT (T-1) 3. Tunjuk tolet penjarangan (T-1), KU I 4. Biaya alat-alat & sarana : - Cat - Kuas kecil
4
Satuan
PEMELIHARAAN TH IV Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya PEMELIHARAAN TH V Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya PEMANENAN Pembagian blok Biaya klem Biaya prasarana tebangan Biaya sarana tebangan Biaya persiapan eksploitasi lainnya Biaya eksploitasi Biaya Lainnya 1. Perlindungan hutan - Pengamanan hutan - Pemberantasan hama penyakit Total biaya Pemanenan 1. Tegakan tinggal sisa penjarangan (Tebangan A), 888 phn - 400 phn = 488 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn tebangan akhir = 0.6 m³ x 488 phn = 292.8 m³ TOTAL
ha ha ha ha ha m³
2742857 53760000
119923 742462 1576231 283308 6925769 3346285
11428.57
thn kali/ha
210000 20000
1 4
m³
780000
292.8
210000 80000 13283978
91353600
145113600
28192766
50 Lampiran 5. Uraian Kegiatan Pesanggem per Ha (Harga Kayu Berdasarkan HJD Perhutani) Tahun
Bulan
0
Uraian Kegiatan Pesanggem Pengadaan alat pertanian 1. Cangkul 2. Sabit 3. Parang 4. Kampak 5. Gunting rempel Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
1
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
80000 20000 20000 80000 60000
1 1 1 1 1
80000 20000 20000 80000 60000 260000
bh bh
20000 20000
1 1
20000 20000
Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
Maret
Tanam jagung Pekerja 2 org selama 2 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
Maret
Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak Pendangiran (umur 1 bulan) Pekerja 2 org selama 4 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
kg
35000
8
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000 320000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000
kg
35000
8
280000 160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000
November Pendangiran (umur 1 bulan) Pekerja 2 org selama 4 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
320000
November Persiapan lapang tanaman kopi Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
800000
Desember Pengadaan bibit kopi 1. Bibit kopi (cabutan) Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea)
0
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
Desember Tanam kopi Pekerja 2 org selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
3600000
800000
Oktober Tanam jagung Pekerja 2 org selama 2 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
2
280000 160000
September Persiapan lapang tanaman jagung Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
0
800000
Maret
April
Pendapatan (Rp)
bh bh bh bh bh
Februari Persiapan lapang tanaman jagung Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
April
Biaya (Rp)
1000000 150000 210000 80000
kg muatan
bh bh
2000 30000
20000 20000
1800 1
1 1
Februari Rempel rutin tanaman kopi Pekerja 2 org selama 3 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
80000 120000 6812000
3600000 7200000
20000 20000 240000
Februari Persiapan lapang tanaman jagung
800000
Maret
Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
kg
35000
8
280000
Maret
Tanam jagung
Maret
April
Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
April
Pendangiran (umur 1 bulan)
320000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat) Pekerja 2 org selama 5 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
400000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
160000
kg muatan
80000 10000 75000 90000
2000 30000
0.8 22 2 0.8
1800 1
64000 220000 150000 72000
80000 120000
3600000
51 Lanjutan Lampiran 5 Tahun
Bulan Juli
Uraian Kegiatan Pesanggem
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
11500 30000 50
160 1 800
80000 120000 40000
September Rempel habis tanaman kopi Pekerja 2 org selama 3 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
240000
September Persiapan lapang tanaman jagung
800000
Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
kg
35000
8
Oktober Tanam jagung
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
November Pendangiran (umur 1 bulan) Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
64000 220000 150000 72000 320000
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
1000000 150000 210000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000 7052000
bh bh
20000 20000
1 1
240000 800000 kg
35000
8
Maret
Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
Maret
Tanam jagung
Maret
April
Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
April
Pendangiran (umur 1 bulan)
320000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
400000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
280000
kg muatan
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000
2000 30000
1800 1
80000 120000
3600000
11500 30000 50
160 1 800
80000 120000 40000
1840000
September Rempel habis tanaman kopi
240000
September Persiapan lapang tanaman jagung
800000 kg
35000
8
Oktober Tanam jagung
280000 160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
November Pendangiran (umur 1 bulan)
Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total
9040000
160000
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea)
3600000
20000 20000
Februari Persiapan lapang tanaman jagung
Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
1840000
280000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
Juli
Pendapatan (Rp)
160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
3
Biaya (Rp)
64000 220000 150000 72000 320000
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
1000000 150000 210000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000 7052000
3600000 9040000
52 Lanjutan Lampiran 5 Tahun
Bulan
4
Uraian Kegiatan Pesanggem Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
bh bh
20000 20000
1 1
Februari Rempel rutin tanaman kopi Pemeliharaan kopi (babat)
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
5
m³
11500 30000 50
160 1 800
431000
240
sak sak sak
bh bh
10000 75000 105000
20000 20000
100 2 2
1 1
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
11500 30000 50
160 1 800
1000000 150000 210000 2520000
22528000
20000 20000
80000 120000 40000
1840000
240000
sak sak sak
bh bh
10000 75000 105000
20000 20000
100 2 2
1 1
1000000 150000 210000 2520000
1840000
20000 20000 240000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
400000
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 2 kg, 1 ha = 1600 kg bsh = 320 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
11500 30000 50
320 1 1600
September Rempel habis tanaman kopi
7
20688000
400000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pemanenan tegakan sengon 1. Hasil dr tegakan tinggal sisa penjarangan (Tebangan A), 888 phn - 400 phn = 488 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn tebangan akhir = 0.6 m³ x 488 phn = 292.8 m³ Total TOTAL
1840000
240000
September Rempel habis tanaman kopi
6
80000 120000 40000
240000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
20000 20000
400000
September Rempel habis tanaman kopi Desember Pemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
Pendapatan (Rp)
240000
Mei
Penjarangan tegakan sengon 1. Hasil dr teg.penjarangan (50% dr jmlh phn yg ditanam), Sharing pesanggem : 20% Teg.penjarangan (N/Ha) : 360/800 = x/888, x = 399.6 = 400 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn yg dijarangi = 0.6 m³ x 400 phn = 240 m³
Biaya (Rp)
80000 120000 80000
3680000
240000
sak sak sak
m³
10000 75000 105000
561000
100 2 2
1000000 150000 210000 2560000
292.8
3680000 32852160
0 28776000
32852160 86180160
53 Lampiran 6. Uraian Kegiatan Pesanggem per Ha (Harga Kayu Berdasarkan Harga Pasar) Tahun Bulan 0
Uraian Kegiatan Pesanggem Pengadaan alat pertanian 1. Cangkul 2. Sabit 3. Parang 4. Kampak 5. Gunting rempel Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
1
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
80000 20000 20000 80000 60000
1 1 1 1 1
80000 20000 20000 80000 60000 260000
bh bh
20000 20000
1 1
20000 20000
Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
Maret
Tanam jagung Pekerja 2 org selama 2 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
Maret
Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak Pendangiran (umur 1 bulan) Pekerja 2 org selama 4 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
kg
35000
8
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000 320000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000
kg
35000
8
280000 160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000
NovemberPendangiran (umur 1 bulan) Pekerja 2 org selama 4 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
320000
NovemberPersiapan lapang tanaman kopi Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
800000
DesemberPengadaan bibit kopi 1. Bibit kopi (cabutan) DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea)
0
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
DesemberTanam kopi Pekerja 2 org selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
3600000
800000
Oktober Tanam jagung Pekerja 2 org selama 2 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
2
280000 160000
SeptemberPersiapan lapang tanaman jagung Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
0
800000
Maret
April
Pendapatan (Rp)
bh bh bh bh bh
Februari Persiapan lapang tanaman jagung Pekerja 2 org selama 10 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
April
Biaya (Rp)
1000000 150000 210000 80000
kg muatan
2000 30000
1800 1
bh bh
20000 20000
1 1
80000 120000 6812000
240000
Februari Persiapan lapang tanaman jagung
800000
Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
Maret
Tanam jagung
kg
Maret
April
Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
April
35000
8
7200000
20000 20000
Februari Rempel rutin tanaman kopi Pekerja 2 org selama 3 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
Maret
3600000
280000 160000
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000
Pendangiran (umur 1 bulan)
320000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat) Pekerja 2 org selama 5 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
400000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000
3600000
54 Lanjutan Lampiran 6 Tahun Bulan Juli
Uraian Kegiatan Pesanggem
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
11500 30000 50
160 1 800
80000 120000 40000
SeptemberRempel habis tanaman kopi Pekerja 2 org selama 3 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000
240000
SeptemberPersiapan lapang tanaman jagung
800000
Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
kg
35000
8
Oktober Tanam jagung
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
NovemberPendangiran (umur 1 bulan) DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
64000 220000 150000 72000 320000
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
1000000 150000 210000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000 7052000
bh bh
20000 20000
1 1
240000 800000 kg
35000
8
Maret Tanam jagung
280000
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
64000 220000 150000 72000
April
Pendangiran (umur 1 bulan)
320000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
400000
Juni
Panen I jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha
kg muatan
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
2000 30000
1800 1
80000 120000
3600000
11500 30000 50
160 1 800
80000 120000 40000
1840000
SeptemberRempel habis tanaman kopi
240000
SeptemberPersiapan lapang tanaman jagung
800000 kg
35000
8
Oktober Tanam jagung
80000 10000 75000 90000
0.8 22 2 0.8
NovemberPendangiran (umur 1 bulan)
Januari Panen II jagung (1 kg = hasil panen ± 300 kg) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha Total
280000 160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea)
9040000
160000
Maret Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak April 3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
Oktober Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
3600000
20000 20000
Februari Persiapan lapang tanaman jagung
Juli
1840000
280000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
Maret Pegadaan bibit jagung Tongkol 2 (Kebutuhan 0.25 ha = 2 kg bibit, 1 ha = 8 kg bibit)
Pendapatan (Rp)
160000
Oktober Pemupukan tanaman jagung 1. Di lubang 20 cm didasari pupuk dasar : - TSP (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak - Pupuk kandang (1 sak = 35 kg, 0.25 ha = 280 kg = 8 sak, 1 ha = 1120 kg = 22 sak) sak 2. Pemupukan kedua umur 15-20 hari : Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) sak November3. Pemupukan ketiga umur 50 hari : Kcl (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 10 kg, 1 ha = 40 kg = 0.8 sak) sak
3
Biaya (Rp)
64000 220000 150000 72000 320000
sak sak sak
10000 75000 105000
100 2 2
1000000 150000 210000
kg muatan
2000 30000
1800 1
80000 120000 7052000
3600000 9040000
55 Lanjutan Lampiran 6 Tahun Bulan 4
Uraian Kegiatan Pesanggem Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
Satuan Tarif (Rp) Fisik/Ha
bh bh
20000 20000
1 1
Februari Rempel rutin tanaman kopi Pemeliharaan kopi (babat)
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
5
m³
11500 30000 50
160 1 800
560000
240
sak sak sak
bh bh
10000 75000 105000
20000 20000
100 2 2
1 1
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 1 kg, 1 ha = 800 kg bsh = 160 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg
11500 30000 50
160 1 800
1000000 150000 210000 2520000
28720000
20000 20000
80000 120000 40000
1840000
240000
sak sak sak
bh bh
10000 75000 105000
20000 20000
100 2 2
1 1
1000000 150000 210000 2520000
1840000
20000 20000 240000
Mei
Pemeliharaan kopi (babat)
400000
Juli
Panen Kopi (luas 0.25 ha = 200 phn, 1 ha = 800 phn, 1 phn = 2 kg, 1 ha = 1600 kg bsh = 320 kg kering) 1. Pekerja 2 orang selama 1 hari untuk luasan 0.25 Ha, upah per hari Rp 10000 kg 11500 2. Angkut hasil panen (sewa kendaraan) pd luasan lahan 0.25 ha muatan 30000 3. Jasa penggilingan (5 kg kopi basah = 1 kg kopi oce) kg 50
320 1 1600
SeptemberRempel habis tanaman kopi
7
26880000
400000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pemanenan tegakan sengon 1. Hasil dr tegakan tinggal sisa penjarangan (Tebangan A), 888 phn - 400 phn = 488 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn tebangan akhir = 0.6 m³ x 488 phn = 292.8 m³ Total TOTAL
1840000
240000
SeptemberRempel habis tanaman kopi
6
80000 120000 40000
240000
Februari Rempel rutin tanaman kopi
DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
20000 20000
400000
SeptemberRempel habis tanaman kopi DesemberPemupukan tanaman kopi 1. Pupuk kandang (200 phn di luasan 0.25 ha = 25 sak) 2. Urea (1 sak = 50 kg, 0.25 ha = 25 kg, 1 ha = 100 kg = 2 sak) 3. Ponska (takaran sama dg urea) Total Pembaharuan alat pertanian : 1 Sabit 2. Parang
Pendapatan (Rp)
240000
Mei
Penjarangan tegakan sengon 1. Hasil dr teg.penjarangan (50% dr jmlh phn yg ditanam), Sharing pesanggem : 20% Teg.penjarangan (N/Ha) : 360/800 = x/888, x = 399.6 = 400 phn Vol.per phn = 0.6 m³, Vol.phn yg dijarangi = 0.6 m³ x 400 phn = 240 m³
Biaya (Rp)
80000 120000 80000
3680000
240000
sak sak sak
m³
10000 75000 105000
780000
100 2 2
1000000 150000 210000 2560000
292.8
3680000 45676800
0 28776000
45676800 105196800
Lampiran 7. Cash Flow Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) No. Uraian Kegiatan Outflow Perhutani 0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi Pesanggem Tanaman jagung 1 Pengadaan alat pertanian 2 Persiapan lapang 3 Pengadaan bibit jagung 4 Tanam jagung 5 Pemupukan tanaman jagung 6 Pendangiran 7 Panen tanaman jagung Tanaman kopi 1 Persiapan lapang 2 Tanam kopi 3 Pemupukan tanaman kopi 4 Pemeliharaan (babat, rempel) 4 Panen tanaman kopi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0
1
2
3
4
5
6
7
706090
0 51500 24497 3252531 1628400 42839 290000
0 0 0 0 0 0 290000 44325 1510500
0 0 0 0 0 112000 290000 0 0 1510500 32250
0 0 0 0 0 0 290000 0 0 0 0 1510500 2742857
0 0 0 0 0 0 290000
0 0 0 0 0 0 290000
0 0 0 0 0 0 290000 0 0 0 0 0 0 9647692 3346285
260000
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 0 0 0 0 0 0
40000 0 0 0 0 0 0
40000 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
800000 80000 1360000
0 0 1360000 880000 240000 8896825
0 0 1360000 880000 240000 8996750
0 0 1360000 880000 240000 7063357
0 0 1360000 880000 240000 2810000
0 0 1360000 880000 280000 2850000
0 0 0
966090
12101767
0 13283977
41376000 65704320 20688000 32852160 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 63904000
1840000 1840000
3680000 3680000
98556480
53760000 91353600 26880000 45676800 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 82480000
1840000 1840000
3680000 3680000 137030400
Lampiran 8. Cash Flow Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Biaya Manajemen 10%) No. Outflow Perhutani
Uraian Kegiatan
0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi Pesanggem Tanaman jagung 1 Pengadaan alat pertanian 2 Persiapan lapang 3 Pengadaan bibit jagung 4 Tanam jagung 5 Pemupukan tanaman jagung 6 Pendangiran 7 Panen tanaman jagung Tanaman kopi 1 Persiapan lapang 2 Tanam kopi 3 Pemupukan tanaman kopi 4 Pemeliharaan (babat, rempel) 4 Panen tanaman kopi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0
1
776699
0 56650 26947 3577784 1791240 47123 319000
0 0 0 0 0 0 319000 48758 1661550
0 0 0 0 0 123200 319000 0 0 1661550 35475
286000
44000 1760000 616000 352000 1113200 704000 440000
44000 1760000 616000 352000 1113200 704000 440000
880000 88000 1496000
0 0 1496000 968000 264000 9786508
1062699
13311944
2
3
4
5
6
7
0 0 0 0 0 0 319000 0 0 0 0 1661550 3017143
0 0 0 0 0 0 319000
0 0 0 0 0 0 319000
0 0 0 0 0 0 319000 0 0 0 0 0 0 10612461 3680914
44000 1760000 616000 352000 1113200 704000 440000
44000 0 0 0 0 0 0
44000 0 0 0 0 0 0
44000 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 1496000 968000 264000 9896425
0 0 1496000 968000 264000 7769693
0 0 1496000 968000 264000 3091000
0 0 1496000 968000 308000 3135000
0 0 0 0 14612375
41376000 65704320 20688000 32852160 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 63904000
1840000 1840000
3680000 3680000
98556480
53760000 91353600 26880000 45676800 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 82480000
1840000 1840000
3680000 3680000
137030400
Lampiran 9. Cash Flow Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Biaya Manajemen 20%) No. Outflow Perhutani
Uraian Kegiatan
0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi Pesanggem Tanaman jagung 1 Pengadaan alat pertanian 2 Persiapan lapang 3 Pengadaan bibit jagung 4 Tanam jagung 5 Pemupukan tanaman jagung 6 Pendangiran 7 Panen tanaman jagung Tanaman kopi 1 Persiapan lapang 2 Tanam kopi 3 Pemupukan tanaman kopi 4 Pemeliharaan (babat, rempel) 4 Panen tanaman kopi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) Perhutani 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) Pesanggem 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0
1
847308
0 61800 29396 3903037 1954080 51407 348000
0 0 0 0 0 0 348000 53190 1812600
0 0 0 0 0 134400 348000 0 0 1812600 38700
312000
48000 1920000 672000 384000 1214400 768000 480000
48000 1920000 672000 384000 1214400 704000 480000
960000 96000 1632000
0 0 1632000 1056000 288000 10612190
1159308
14522120
2
3
4
5
6
7
0 0 0 0 0 0 348000 0 0 0 0 1812600 3291428
0 0 0 0 0 0 348000
0 0 0 0 0 0 348000
0 0 0 0 0 0 348000 0 0 0 0 0 0 11577230 4015542
48000 1920000 672000 384000 1214400 704000 480000
48000 0 0 0 0 0 0
48000 0 0 0 0 0 0
48000 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 1632000 1056000 288000 10732100
0 0 1632000 1056000 288000 8476028
0 0 1632000 1056000 288000 3372000
0 0 1632000 1056000 336000 3420000
0 0 0 0 15940772
41376000 65704320 20688000 32852160 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 63904000
1840000 1840000
3680000 3680000
98556480
53760000 91353600 26880000 45676800 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 82480000
1840000 1840000
3680000 3680000
137030400
Lampiran 10. Cash Flow Perhutani (Belum Dikenakan Biaya Manajemen) No. Outflow
Uraian Kegiatan
0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0 706090
706090
1
2
3
4
5
6
7
0 51500 24497 3252531 1628400 42839 290000
0 0 0 0 0 0 290000 44325 1510500
0 0 0 0 0 112000 290000 0 0 1510500 32250
0 0 0 0 0 0 290000 0 0 0 0 1510500 2742857
0 0 0 0 0 0 290000
0 0 0 0 0 0 290000
5289767
1844825
1944750
4543357
290000
290000
0 0 0 0 0 0 290000 0 0 0 0 0 0 9647692 3346285 13283977
0
0
65704320 65704320
0
91353600 91353600
41376000 0
0
0
0
41376000 53760000
0
0
0
0
53760000
0
Lampiran 11. Cash Flow Sengon Perhutani (Biaya Manajemen 10%) No. Uraian Kegiatan Outflow 0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0 776699
776699
1
2
3
4
5
6
7
0 56650 26947 3577784 1791240 47123 319000
0 0 0 0 0 0 319000 48758 1661550
0 0 0 0 0 123200 319000 0 0 1661550 35475
0 0 0 0 0 0 319000 0 0 0 0 1661550 3017143
0 0 0 0 0 0 319000
0 0 0 0 0 0 319000
5818744
2029308
2139225
4997693
319000
319000
0 0 0 0 0 0 319000 0 0 0 0 0 0 10612461 3680914 14612375
0
0
65704320 65704320
0
0
91353600 91353600
41376000 0
0
0
0
41376000
Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN
53760000 0
0
0
0
53760000
Lampiran 12. Cash Flow Sengon Perhutani (Biaya Manajemen 20%) No. Uraian Kegiatan Outflow 0 Persemaian 1 Persiapan lapang 2 Pengadaan bibit 3 Pengadaan sarana&prasarana 4 Penanaman bibit 5 Administrasi tanaman 6 Perlindungan hutan 7 Penyulaman 8 Pemeliharaan tahun I 9 Pemeliharaan tahun II 10 Persiapan penjarangan T-1 11 Pemeliharaan tahun III 12 Penjarangan 13 Persiapan eksploitasi 14 Eksploitasi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) 1 Penjarangan (Sharing 40%) 2 Pemanenan (Sharing 40%) TOTAL PENDAPATAN
Tahun Ke0 847308
847308
1
2
3
4
5
6
7
0 61800 29396 3903037 1954080 51407 348000
0 0 0 0 0 0 348000 53190 1812600
0 0 0 0 0 134400 348000 0 0 1812600 38700
0 0 0 0 0 0 348000 0 0 0 0 1812600 3291428
0 0 0 0 0 0 348000
0 0 0 0 0 0 348000
6347720
2213790
2333700
5452028
348000
348000
0 0 0 0 0 0 348000 0 0 0 0 0 0 11577230 4015542 15940772
0
65704320 65704320
0
91353600 91353600
41376000 0
0
0
0
41376000
0
53760000 0
0
0
0
53760000
0
Lampiran 13. Cash Flow Pesanggem No. Uraian Kegiatan Outflow Tanaman jagung 1 Pengadaan alat pertanian 2 Persiapan lapang 3 Pengadaan bibit jagung 4 Tanam jagung 5 Pemupukan tanaman jagung 6 Pendangiran 7 Panen tanaman jagung Tanaman kopi 1 Persiapan lapang 2 Tanam kopi 3 Pemupukan tanaman kopi 4 Pemeliharaan (babat, rempel) 5 Panen tanaman kopi TOTAL BIAYA Inflow (Harga Jual Kayu HJD Perhutani) 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN Inflow (Harga Jual Kayu Harga Pasar) 1 Penjarangan (Sharing 20%) 2 Pemanenan (Sharing 20%) 3 Panen tanaman jagung 4 Panen tanaman kopi TOTAL PENDAPATAN
Tahun ke0
1
260000
260000
2
3
4
5
6
7
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 1600000 560000 320000 1012000 640000 400000
40000 0 0 0 0 0 0
40000 0 0 0 0 0 0
40000 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
800000 80000 1360000
0 0 1360000 880000 240000 7052000
0 0 1360000 880000 240000 7052000
0 0 1360000 880000 240000 2520000
0 0 1360000 880000 240000 2520000
0 0 1360000 880000 280000 2560000
0 0 0
6812000
0 0
20688000 32852160 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 22528000
1840000 1840000
3680000 3680000
32852160
26880000 45676800 7200000 0
7200000
7200000 1840000 9040000
7200000 1840000 9040000
1840000 28720000
1840000 1840000
3680000 3680000
45676800
Lampiran 14. Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu HJD Perhutani-Belum Dikenakan Biaya Manajemen) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 7 Biaya 966090 12101767 8896825 8996750 7063357 2810000 2850000 13283977 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 120% 1 0.45 0.21 0.09 0.04 0.02 0.01 0.00 PF (Ct') 12% 966090 10805149.11 7092494.42 6403708.945 4488891.068 1594469.465 1443898.695 6008996.573 PF (Ct'') 120% 966090 5500803.182 1838186.983 844923.9294 301522.9919 54524.65368 25136.7297 53256.09875 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 63904000 1840000 3680000 98556480 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 120% 1 0.45 0.21 0.09 0.04 0.02 0.01 0.00 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 40612147.28 1044065.415 1864402.526 44581946.39 PF (Bt'') 120% 0 3272727.273 1867768.595 848985.725 2727955.741 35702.97608 32457.25098 395117.6392 L/R 136291714 NPV1 69368561 NPV2 -403729 BCR 2.79 IRR 1.19375 % IRR 119.38 Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu Harga Pasar-Belum Dikenakan Biaya Manajemen) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 7 Biaya 966090 12101767 8896825 8996750 7063357 2810000 2850000 13283977 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 130% 1 0.43 0.19 0.08 0.04 0.02 0.01 0.00 PF (Ct') 12% 966090 10805149.11 7092494.42 6403708.945 4488891.068 1594469.465 1443898.695 6008996.573 PF (Ct'') 130% 966090 5261637.826 1681819.471 739438.6455 252406.0806 43658.33207 19252.08826 39015.14837 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 82480000 1840000 3680000 137030400 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 130% 1 0.43 0.19 0.08 0.04 0.02 0.01 0.00 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 52417531.11 1044065.415 1864402.526 61985593.92 PF (Bt'') 130% 0 3130434.783 1708884.688 742993.3426 2947387.981 28587.66228 24858.83676 402459.3981 L/R 193341634 NPV1 98577592 NPV2 -17711 BCR 3.54 IRR 1.29979 % IRR 129.98
Total 56968766
38803698.27 9584444.569 193260480
108172259.1 9180715.2
Total 56968766
38803698.27 9003317.592 250310400
137381290.5 8985606.692
Lampiran 15. Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu HJD Perhutani-Biaya Manajemen 10%) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 Biaya 1062699 13311944 9786508 9896425 7769693 3091000 3135000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 100% 1 0.50 0.25 0.13 0.06 0.03 0.02 PF (Ct') 12% 1062699 11885664.29 7801744.26 7044079.839 4937780.365 1753916.411 1588288.565 PF (Ct'') 100% 1062699 6655972 2446627 1237053.125 485605.8125 96593.75 48984.375 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 63904000 1840000 3680000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 100% 1 0.50 0.25 0.13 0.06 0.03 0.02 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 40612147.28 1044065.415 1864402.526 PF (Bt'') 100% 0 3600000 2260000 1130000 3994000 57500 57500 L/R 130594836 NPV1 65488190 NPV2 -278722 BCR 2.53 IRR 0.99627 % IRR 99.63 Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu Harga Pasar-Biaya Manajemen 10%) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 Biaya 1062699 13311944 9786508 9896425 7769693 3091000 3135000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 120% 1 0.45 0.21 0.09 0.04 0.02 0.01 PF (Ct') 12% 1062699 11885664.29 7801744.26 7044079.839 4937780.365 1753916.411 1588288.565 PF (Ct'') 120% 1062699 6050883.636 2022005.785 929416.3223 331675.3039 59977.11905 27650.40267 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 82480000 1840000 3680000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 120% 1 0.45 0.21 0.09 0.04 0.02 0.01 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 52417531.11 1044065.415 1864402.526 PF (Bt'') 120% 0 3272727.273 1867768.595 848985.725 3520934.362 35702.97608 32457.25098 L/R 187644756 NPV1 94697221 NPV2 -414952 BCR 3.22 IRR 1.19529 % IRR 119.53
7 14612375 0.45 0.01 6609896.365 114159.1797 98556480 0.45 0.01 44581946.39 769972.5
7 14612375 0.45 0.00 6609896.365 58581.70983 137030400 0.45 0.00 61985593.92 549361.4235
Total 62665644
42684069.09 12147694.24 193260480
108172259.1 11868972.5
Total 62665644
42684069.09 10542889.28 250310400
137381290.5 10127937.61
Lampiran 16. Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu HJD Perhutani-Biaya Manajemen 20%) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 Biaya 1159308 14522120 10612190 10732100 8476028 3372000 3420000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 90% 1 0.53 0.28 0.15 0.08 0.04 0.02 PF (Ct') 12% 1159308 12966178.57 8459972.895 7638896.798 5386669.027 1913363.357 1732678.434 PF (Ct'') 90% 1159308 7643221.053 2939664.82 1564674.151 650396.1756 136181.954 72694.99321 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 63904000 1840000 3680000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 90% 1 0.53 0.28 0.15 0.08 0.04 0.02 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 40612147.28 1044065.415 1864402.526 PF (Bt'') 90% 0 3789473.684 2504155.125 1317976.381 4903584.227 74310.43751 78221.51316 L/R 125025962 NPV1 61704396 NPV2 -574174 BCR 2.33 IRR 0.89281 % IRR 89.28 Analisis Finansial Gabungan Perhutani dan Pesanggem (Harga Kayu Harga Pasar-Biaya Manajemen 20%) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 6 Biaya 1159308 14522120 10612190 10732100 8476028 3372000 3420000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 110% 1 0.48 0.23 0.11 0.05 0.02 0.01 PF (Ct') 12% 1159308 12966178.57 8459972.895 7638896.798 5386669.027 1913363.357 1732678.434 PF (Ct'') 110% 1159308 6915295.238 2406392.29 1158848.936 435828.0758 82564.06979 39875.88526 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 82480000 1840000 3680000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 110% 1 0.48 0.23 0.11 0.05 0.02 0.01 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 52417531.11 1044065.415 1864402.526 PF (Bt'') 110% 0 3428571.429 2049886.621 976136.4863 4241031.258 45052.75457 42907.38531 L/R 182075882 NPV1 90913428 NPV2 -742213 BCR 2.96 IRR 1.09206 % IRR 109.21
7 15940772 0.45 0.01 7210795.706 178333.997 98556480 0.45 0.01 44581946.39 1102579.662
7 15940772 0.45 0.01 7210795.706 88506.32069 137030400 0.45 0.01 61985593.92 760819.898
Total 68234518
46467862.79 14344475.14 193260480
108172259.1 13770301.03
Total 68234518
46467862.79 12286618.82 250310400
137381290.5 11544405.83
Lampiran 17. Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu HJD Perhutani-Belum Dikenakan Biaya Manajemen) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 Biaya 706090 5289767 1844825 1944750 4543357 290000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 78% 1 0.56 0.32 0.18 0.10 0.06 PF (Ct') 12% 706090 4723006.25 1470683.195 1384234.637 2887385.51 164553.7882 PF (Ct'') 78% 706090 2971779.213 582257.6064 344828.9925 452581.559 16229.23266 Pendapatan 0 0 0 0 41376000 0 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 78% 1 0.56 0.32 0.18 0.10 0.06 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 26295196.01 0 PF (Bt'') 78% 0 0 0 0 4121625.174 0 L/R 78887554 NPV1 38524621 NPV2 -35368 BCR 3.20 IRR 0.77939 % IRR 77.94 Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu Harga Pasar-Belum Dikenakan Biaya Manajemen) Tahun Ke0 1 2 3 4 5 Biaya 706090 5289767 1844825 1944750 4543357 290000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 95% 1 0.51 0.26 0.13 0.07 0.04 PF (Ct') 12% 706090 4723006.25 1470683.195 1384234.637 2887385.51 164553.7882 PF (Ct'') 95% 706090 2712701.026 485161.0782 262276.8422 314223.3236 10285.48893 Pendapatan 0 0 0 0 53760000 0 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 95% 1 0.51 0.26 0.13 0.07 0.04 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 34165451.9 0 PF (Bt'') 95% 0 0 0 0 3718097.846 0 L/R 116920834 NPV1 57997308 NPV2 -49733 BCR 4.32 IRR 0.94929 % IRR 94.93
6 290000 0.51 0.03 146923.0251 9117.54644 0 0.51 0.03 0 0
7 13283977 0.45 0.02 6008996.573 234632.4626 65704320 0.45 0.02 29721297.6 1160523.419
6 290000 0.51 0.02 146923.0251 5274.609708 0 0.51 0.02 0 0
7 13283977 0.45 0.01 6008996.573 123904.1451 91353600 0.45 0.01 41323729.28 852085.9158
Total 28192766
17491872.98 5317516.613 107080320
56016493.61 5282148.593
Total 28192766
17491872.98 4619916.513 145113600
75489181.17 4570183.762
Lampiran 18. Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu HJD Perhutani-Biaya Manajemen 10%) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 776699 5818744 2029308 2139225 4997693 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 73% 1 0.58 0.33 0.19 0.11 PF (Ct') 12% 776699 5195307.143 1617751.913 1522658.101 3176124.252 PF (Ct'') 73% 776699 3363435.838 678040.6963 413159.8927 557936.999 Pendapatan 0 0 0 0 41376000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 73% 1 0.58 0.33 0.19 0.11 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 26295196.01 PF (Bt'') 73% 0 0 0 0 4619171.539 L/R 76068276 NPV1 36775432 NPV2 -100971 BCR 2.91 IRR 0.72833 % IRR 72.83 Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu Harga Pasar-Biaya Manajemen 10%) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 776699 5818744 2029308 2139225 4997693 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 89% 1 0.53 0.28 0.15 0.08 PF (Ct') 12% 776699 5195307.143 1617751.913 1522658.101 3176124.252 PF (Ct'') 89% 776699 3078700.529 568099.4373 316862.652 391671.8487 Pendapatan 0 0 0 0 53760000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 89% 1 0.53 0.28 0.15 0.08 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 34165451.9 PF (Bt'') 89% 0 0 0 0 4213199.688 L/R 114101556 NPV1 56248120 NPV2 -48228 BCR 3.92 IRR 0.88934 % IRR 88.93
5 319000 0.57 0.06 181009.167 20585.44063 0 0.57 0.06 0 0
6 319000 0.51 0.04 161615.3277 11899.09863 0 0.51 0.04 0 0
7 14612375 0.45 0.02 6609896.365 315063.4956 65704320 0.45 0.02 29721297.6 1416678.174
5 319000 0.57 0.04 181009.167 13227.61854 0 0.57 0.04 0 0
6 319000 0.51 0.02 161615.3277 6998.739969 0 0.51 0.02 0 0
7 14612375 0.45 0.01 6609896.365 169624.3435 91353600 0.45 0.01 41323729.28 1060456.937
Total 31012044
19241061.27 6136820.461 107080320
56016493.61 6035849.714
Total 31012044
19241061.27 5321884.169 145113600
75489181.17 5273656.625
Lampiran 19. Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu HJD Perhutani-Biaya Manajemen 20%) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 847308 6347720 2213790 2333700 5452028 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 68% 1 0.60 0.35 0.21 0.13 PF (Ct') 12% 847308 5667607.143 1764819.834 1661081.564 3464862.358 PF (Ct'') 68% 847308 3778404.762 784364.3707 492172.3154 684417.2559 Pendapatan 0 0 0 0 41376000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 68% 1 0.60 0.35 0.21 0.13 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 26295196.01 PF (Bt'') 68% 0 0 0 0 5194112.793 L/R 73249002 NPV1 35026247 NPV2 -116549 BCR 2.67 IRR 0.67814 % IRR 67.81 Analisis Finansial Perhutani (Harga Kayu Harga Pasar-Biaya Manajemen 20%) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 847308 6347720 2213790 2333700 5452028 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 84% 1 0.54 0.30 0.16 0.09 PF (Ct') 12% 847308 5667607.143 1764819.834 1661081.564 3464862.358 PF (Ct'') 84% 847308 3449847.826 653884.0974 374620.5155 475649.2163 Pendapatan 0 0 0 0 53760000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 84% 1 0.54 0.30 0.16 0.09 PF (Bt') 12% 0 0 0 0 34165451.9 PF (Bt'') 84% 0 0 0 0 4690163.343 L/R 111282282 NPV1 54498934 NPV2 -80477 BCR 3.60 IRR 0.83894 % IRR 83.89
5 348000 0.57 0.07 197464.5458 26003.56159 0 0.57 0.07 0 0
6 348000 0.51 0.04 176307.6302 15478.31047 0 0.51 0.04 0 0
7 15940772 0.45 0.03 7210795.706 422031.0244 65704320 0.45 0.03 29721297.6 1739518.103
5 348000 0.57 0.05 197464.5458 16500.23497 0 0.57 0.05 0 0
6 348000 0.51 0.03 176307.6302 8967.519008 0 0.51 0.03 0 0
7 15940772 0.45 0.01 7210795.706 223246.4641 91353600 0.45 0.01 41323729.28 1279383.971
Total 33831318
20990246.78 7050179.6 107080320
56016493.61 6933630.896
Total 33831318
20990246.78 6050023.873 145113600
75489181.17 5969547.314
Lampiran 20. Analisis Finansial Pesanggem (Harga Kayu Berdasarkan HJD Perhutani) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 260000 6812000 7052000 7052000 2520000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 350% 1 0.22 0.05 0.01 0.00 PF (Ct') 12% 260000 6082142.857 5621811.224 5019474.308 1601505.558 PF (Ct'') 350% 260000 1513777.778 348246.9136 77388.20302 6145.404664 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 22528000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 350% 1 0.22 0.05 0.01 0.00 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 14316951.27 PF (Bt'') 350% 0 1600000 446419.7531 99204.38957 54937.96677 L/R 57404160 NPV1 30843940 NPV2 -4351 BCR 2.45 IRR 3.49952 % IRR 349.95 Analisis Finansial Pesanggem (Harga Kayu Berdasarkan Harga Pasar) Tahun 0 1 2 3 4 Biaya 260000 6812000 7052000 7052000 2520000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 360% 1 0.22 0.05 0.01 0.00 PF (Ct') 12% 260000 6082142.857 5621811.224 5019474.308 1601505.558 PF (Ct'') 360% 260000 1480869.565 333270.3214 72450.06986 5628.196011 Pendapatan 0 7200000 9040000 9040000 28720000 12% 1 0.89 0.80 0.71 0.64 360% 1 0.22 0.05 0.01 0.00 PF (Bt') 12% 0 6428571.429 7206632.653 6434493.44 18252079.21 PF (Bt'') 360% 0 1565217.391 427221.172 92874.16783 64143.56724 L/R 76420800 NPV1 40580284 NPV2 -1926 BCR 2.90 IRR 3.59983 % IRR 359.98
5 2520000 0.57 0.00 1429915.676 1365.645481 1840000 0.57 0.00 1044065.415 997.1379702
6 2560000 0.51 0.00 1296975.67 308.2938652 3680000 0.51 0.00 1864402.526 443.1724312
5 2520000 0.57 0.00 1429915.676 1223.520872 1840000 0.57 0.00 1044065.415 893.3644462
6 2560000 0.51 0.00 1296975.67 270.2047474 3680000 0.51 0.00 1864402.526 388.4193245
7 0 0.45 0.00 0 0 32852160 0.45 0.00 14860648.8 879.17703
7 0 0.45 0.00 0 0 45676800 0.45 0.00 20661864.64 1048.071349
Total 28776000
21311825.29 2207232.238 86180160
52155765.53 2202881.597
Total 28776000
21311825.29 2153711.878 105196800
61892109.31 2151786.154
Lampiran 21. Lokasi Petak 24g dan 24j
70
71
Lampiran 22. Lokasi Petak 19a KPH BKPH RPH PETAK
: Kedu Utara : Candiroto : Petung : 19