KEKERASAN DALAM BERPACARAN YANG DIALAMI MAHASISWI DI ASRAMA LILI UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA ERPINA PANDUWINATA NAINGGOLAN ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi berdasarkan pengamatan penulis adanya kekerasan dalam berpacaran di Universitas Advent Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kekerasan dalam berpacaran mahasiswi di UNAI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiwi yang tinggal di asrama Lili di Universitas Advent Indonesia yang berjumlah 142 orang secara sampling jenuh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswi yang sedang menjalin hubungan berpacaran kurang lebih dari empat bulan. Instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan kekerasan dalam berpacaran. Kuesioner diformulasikan berdasarkan teori kekerasan dalam berpacaran dari referensi Annisa (2002), Herawati (2004), Annisa (2005), McGee dan Buddbenreg (2003). Setelah itu instrumen diformulasikan maka dilakukan Content Vadility. Alat ukur yang digunakan adalah Conflict Tactics scale. Kesimpulan yang penulis peroleh dari penelitian ini adalah nilai persentase kekerasan dalam berpacaran dengan kategori rendah dan setiap aspek mengalami kekerasan dalam berpacaran.Peringkat yang paling dominan adalah mencurigai anda. Peringkat yang kurang dominan adalah dipukul, ditendang, ditampar, dicakar, disulutkan puntung rokok, dibatasi ketemu dengan keluarga, dipaksa untuk melakukan hubungan seksual, dipaksa melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar.tidak mengalami kekerasan dalam berpacaran. Saran untuk Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebagai bahan masukan dan bahan informasi. Bahan penelitian dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan atau seminar untuk seluruh mahasiswa UNAI. Untuk bidang penelitian dapat digunakan sebagai bahan data dasar untuk dikembangkan mengenal kekerasan dalam berpacaran dengan menggunakan metode kualitatif. Kata kunci: Saling menghargai pasangan, berani berkata tidak untuk kekerasan, kekerasan dalam berpacaran. ABSTRACK This thesis is motivated by the author's observation of violence in dating at the Adventist University of Indonesia. The purpose of this study was to obtain a picture of violence in dating a student in UNAI. The method used in this research is descriptive method. The population used in this study were all living in a dorm mahasiwi Lili at Adventist University of Indonesia, amounting to 142 people sampling saturated. The sample used in this study were 30 female students who are in a dating relationship more or less than four months. Instrument used in this study is a questionnaire consisting of 30 questions in dating violence.
Questionnaire was formulated based on the theory of reference violence in dating Annie (2002), Herath (2004), Annie (2005), McGee and Buddbenreg (2003). After the instrument was formulated the Content Vadility. Measuring instruments used are the Conflict Tactics Scale. The conclusion that the authors gained from this study is the percentage of the value of dating violence in the low category and every aspect of violence in the most dominant berpacaran.Peringkat is your suspect. Rating the less dominant is hit, kicked, slapped, scratched, disulutkan cigarette butts, limited meet with the family, forced to perform sexual intercourse, forced sexual intercourse to improve relations after bertengkar.tidak experience violence in dating. Advice to the Vice Chancellor for Student Affairs III study is expected to be as inputs and information materials. The research materials could be used as a counseling or seminars for all students UNAI. For the research can be used as basic data for the developed know violence in dating by using qualitative methods. Keywords : Couples appreciate each other, to say no to violence, violence in dating. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa baik secara jasmani maupun rohani. Pada saat berpacaran terdapat interaksi antara laki-laki dan perempuan, dimana relasi antara laki-laki dan perempuan tersebut semestinya dapat terjalin dengan baik (Jessica dan Roswita, 2007:167). Kasus kekerasan dalam pacaran juga ditemukan oleh Rifka Annisa Women’s Crisis Center Yogyakarta. Menurut data tersebut, 14 tahun terakhir ada 3.627 kasus kekerasan terhadap perempuan yang diketahui. Diantaranya 26,6% adalah kekerasan dalam pacaran. Setiap tahun kasus dalam pacaran akan terus meningkat di Yogyakarta. Selama periode 1994 sampai dengan September 2007, rekapitulasi jumlah kasus kekerasan dalam pacaran dan perkosaan mencapai 965 kasus. Kejadian kekerasan dalam pacaran yang terungkap tiap tahun minimal 20 kasus (Sugito, 2007:1). Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terbagi dalam dua bagian yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kekerasan pacaran pada mahasiswi di asrama lili UNAI, Bandung. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalh: 1. Mengindentifikasi kejadian kekerasan dalam berpacaran yang mahasiswi di asrama lili UNAI, Bandung. 2. Mengkaji distribusi kekerasan fisik, sosial, ekonomi, seksual dan psikis/emosional dari kekerasan dalam berpacaran. 3. Menentukan faktor mana yang paling dominan dan yang kurang dominan dari kekerasan dalam berpacaran. . Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Guidance and Counseling, sebagai gambaran tentang kekerasan pacaran pada mahasiswi di asrama UNAI Bandung. 2. Bidang penelitian, sebagai bahan acuan agar dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Kekerasan Dalam Pacaran Dalam konsep dasar ini akan dibahas tentang pengertian kekerasan, macam-macam kekerasan, faktor penyebab kekerasan, dampak kekerasan. Pengertian Kekerasan Menurut Martha (2003:21) mengutip dari Nettler kekerasan adalah peristiwa dimana individu secara ilegal dan secara sengaja melukai orang lain baik secara fisik ataupun non fisik. Kekerasan terjadi bila individu dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi potensialnya Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Goeritno, dkk (2006:18) mengutip dari rahayu menjelaskan bahwa kekerasan dalam pacaran atau dating violence merupakan bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan. Menurut Jessica dan roswita (2007:167) mengartikan kekerasan dalam berpacaran sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, menghancurkan secara fisik maupun psikologis, dan tindakan yang tidak disengaja, bukan intensional tetapi didasari oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, ataupun alasan lain. Idham (2007:25) yang mengutip dari Harry menyatakan bahwa kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk tindakan yang tidak baik yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam pacaran atau dating violence menurut Trianingsih (dalam Goeritno, dkk., 2006:18) merupakan bagian dari bentuk kekerasan terhadap perempuan yang berbasis gender. Macam-macam Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Venny (2003) menyatakan bahwa, kekerasan pada masa pacaran adalah saat seseorang memiliki hubungan yang dimana perempuan melakukan kekerasan ataupun sebaliknya. Kekerasan pada masa pacaran dapat berupa kekerasan fisik, psikis hingga kekerasan seksual. 1. Kekerasan fisik. Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan yang mengakibatkan cedera / luka pada tubuh perempuan, seperti: tindakan memukul, menampar, dan menjambak, menyudutkan rokok, menggunakan alat untuk melakukan kekerasan. Kekerasan yang dapat meninggalkan bekas pada tubuh korban dan biasanya dilakukan karena anda tidak menuruti keinginan pasangan anda. 2. Kekerasan Psikis (emosional). Kekerasan psikis adalah suatu tindakan kekerasan yang berupa ucapan yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri dan meningkatnya rasa tidak berdaya, depresi, membuat seseorang kehilangan nafsu makan, seperti memanipulasi pasangan, cemburu yang berlebihan, melarang pasangan untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan pengawasan berlebihan terhadap pasangan. Bentuk kekerasan jarang disadari karena memang wujudnya tidak kelihatan justru bentuk kekerasan ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan dapat membuat seseorang trauma.
3. Kekerasan Seksual. Kekerasan seksual adalah suatu tindakan yang berkaitan dengan pelecehan seksual tanpa persetujuan korban seperti: memaksa pasangan untuk melakukan tindakan seksual yang menjijikkan, dan memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seksual. Kekerasan ini dapat membuat harga diri seseorang rendah dan seseorang akan mengalami rasa tidak percaya diri. Kekerasan ini dapat dilakukan hanya unsur kesenangan saja . 4. Kekerasan ekonomi. Kekerasan ini berhubungan dengan uang dan barang yang pasangan menuntut hal-hal yang diluar kemampuan pasangan, misalnya pacar suka meminta uang, utang tidak pernah dibayar, pinjam barang tidak pernah dikembalikan, (Herawati, 2004). Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Uyun (2003:8) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut : 1. Struktur sosial patriarkhis cenderung berhubungan dengan kekerasan terhadap perempuan yang sering dilakukan oleh laki-laki. Dimana dari dulu sudah dikenal bahwa derajat lakilaki lebih tinggi dari pada perempuan yang dimana sifat perempuan yang selalu mengalah dalam segala sesuatu. Ketidakseimbangan gender yang membuat seringnya terjadi kekerasan dalam berpacaran. 2. Agama. Interpretasi terhadap ajaran agama memunculkan anggapan bahwa posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan. 3. Pendidikan. Kurangnya pengetahuan merupakan masalah untuk melakukan kekerasan. 4. Asertivitas. Keterampilan asertif membantu perempuan untuk terhindar dari korban kekerasan. Ada beberapa alasan mengapa perempuan selalu menerima kekerasan dari pasangan. Kekerasan sering terjadi jika kita tidak mengetahui apa arti kekerasan itu, banyak yang mengatakan jika pasangannya marah itu hal yang wajar, menurut Venny (2003) menyatakan alasan mengapa selalu perempuan menerima kekerasan yaitu: 1. Perempuan memiliki keyakinan bahwa jika pasangannya marah itu merupakan kasih sayang. 2. Perempuan malu jika dirinya tidak memiliki pasangan 3. Perempuan takut apabila pacarnya membalas dendam. 4. Perempuan merasa bahwa suatu hari nanti pacaranya akan berubah. 5. Perempuan yakin bahwa jika sudah menikah dan mempunyai anak, kekerasan itu akan hilang Venny (2003) dalam suatu hubungan pasti akan ada kekerasan yang dilakukan baik itu kaum perempuan ataupun laki-laki. Ada beberapa alasan mengapa laki-laki sering melakukan kekerasan pada pasangannya selagi mereka masa pacaran. Berikut ini adalah alasannya: 1. Laki-laki mencontohkan apa yang telah diperbuat orangtua kepada orang lain. 2. Laki-laki sudah pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak. 3. Tidak menyadari efek kekerasan yang mereka lakukan. 4. Laki-laki beranggapan bahwa derajat laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. METODOLOGI Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Menurut Hidayat (2007:12) menyatakan, metodologi penelitian
merupakan cara untuk mencari data secara ilmiah. Menurut Subiyanto (2004:87) menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan suatu metode yang dinilai objektif. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian, populasi, dan sampel peneliti, instrument yang digunakan peneliti serta rencana pengolahan data. Metode penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2007:9) mengatakan bahwa riset bersifat deskriptif yang memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah yang dihadapi. Pada penelitian metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kekerasan dalam pacaran di asrama Lili di UNAI. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Nursalam (2003:89) menyatakan bahwa populasi adalah setiap subjek yang memiliki kriteria yang ditentukan peneliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi yang tinggal di asrama Lili yang pacaran di Universitas Advent Indonesia Bandung. Pemilihan sampel dari peneliti menggunakan sampling jenuh yang menggunakan semua populasi menjadi sampel (Sugiyono 2010:86). Maka sampel penelitian ini adalah semua mahasiswi yang pacaran di asrama Lili yang berjumlah 30 orang bersedia menjadi responden secara sukarela, mampu membaca dan menulis. Kriteria Memilih Responden Kriteria yang digunakan untuk memilih responden adalah: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang bertempat tinggal diasrama Lili yang pacaran. 2. Subjek bersedia dan berada ditempat saat data dikumpulkan 3. Objek yang digunakan adalah kekerasan dalam pacaran Instrumen Penelitian Menurut Surakmad (2002:176) menyatakan bahwa pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner. Menurut Arikunto (2007:140) menjelaskan bahwa kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk mengumpulkan data dari respon. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kekerasan dalam pacaran.Alat ukur yang digunakan adalah CTS (conflict tactics scale). CTS telah digunakan dalam beberapa penelitian tentang kekerasan. Pengumpulan Data Menurut Nursalam (2008:111) pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan dengan memberi penekanan yang sesuai dengan etika yang berlaku. Pada bagian pengumpulan data ini dibahas mengenai etika pengumpulan data dan proses pengumpulan data. Etika Pengumpulan Data Adapun prinsip yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis memohon kepada Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan untuk melakukan penelitian.
2. Hasil kuesioner yang telah diisi responden akan dijaga kerahasiannya oleh peneliti dan tidak menuliskan nama respon dikertas kuesioner yang akan diberikan. 3. Dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan untuk mengisi kuesioner. Responden yang mengisi kuesioner adalah unsur kesukarelaan dalam mengisi kuesioner yang diberikan dan mengisi secara jujur. Proses Pengumpulan Data Adapun proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 01 April 2013. Peneliti membagikan kuesioner kepada mahasiswi yang berpacaran dan ditemui dikamar. Sebelum peneliti membagikan kuesioner pertama-tama peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk mengisi kuesioner. Peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk pengisian kuesioner untuk bertanya. Waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner sekitar 30 menit. Setelah kuesioner diisi, peneliti meminta responden untuk memeriksa kembali kuesioner untuk memastikan apakah semua pertanyaan dijawab. Setelah itu responden meminta untuk memasukkan jawaban kedalam amplop yang sudah disediakan peneliti untuk menjaga kerahasian jawaban responden. Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah dibagikan, data diolah untuk memberikan hasil. Kemudian akan dianalisis untuk mendapatkan jawaban identifikasi masalah nomor satu sampai tiga. Analisis Data Pengolahan data dihitung setelah data terkumpul. Data diolah guna memberikan hasil penelitian. Setelah data dikumpulkan, data dianalisis untuk dapat menjawab identifikasi masalah nomor satu sampai tiga Untuk menjawab identifikasi masalah pertama, yaitu: “Sampai sejauh mana kekerasan pacaran pada mahasiswi di asrama Lili?” maka dihitung nilai persentase dari masing-masing responden. Jawaban yang YA diberi nilai 1 dan jawaban yang TIDAK diberi nilai 0, kemudian dihitung dengan nilai rata-rata persentase. Nilai tiap-tiap responden mengacu ke jumlah jawaban ya dan dikonversikan ke skala 0-100 dengan rumusKemudian dipresentasikan sesuai dengan rumus persentase menurut Riduwan (2008:41). Persentase =
Skor % 0-20 21-40 31-60 61-80 81-100
Tabel 3.1 Skala Persentase Kekerasan Dalam Berpacaran Kategori Interpretasi Sangat rendah Kekerasan dalam berpacaran sangat rendah rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Kekerasan dalam berpacaran rendah Kekerasan dalam berpacaran sedang Kekerasan dalam berpacaran tinggi Kekerasan dalam berpacaran sangat tinggi
Untuk menjawab identifikasi masalah kedua, yakni: “Bagaimana distribusi kekerasan fisik, psikis, ekonomi, sosial, seksual pada mahasiswi di asrama Lili”, maka jawaban responden didistribusikan guna melihat kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswi di UNAI. Untuk menjawab identifikasi ketiga, yakni: “Manakah faktor yang paling dominan dan kurang dominan pada mahasiswi di UNAI?”, maka nilai persentase disusun dari setiap faktor dan disesuaikan dengan butir yang tinggi dan rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah data-data dikumpulkan maka langkah berikutnya yaitu menganalisis dan menginterpretasikan data. Analisis dan interpretasi data dilakukan untuk masalah pertama sampai ketiga mengenai kekerasan dalam berpacaran di asrama Lili Universitas Advent Indonesia (UNAI) Bandung. Analisis dan Interpretasi Untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini maka data dari ke-30 responden dianalisis sesuai dengan ketiga identifikasi masalah. Data yang dikumpulkan kemudian diinterpretasikan. Masalah Pertama: Kekerasan dalam Berpacaran pada Mahasiswi yang sedang berpacaran Untuk menjawab identifikasi masalah pertama yaitu: “Sampai sejauh mana kekerasan pacaran pada mahasiswi di asrama Lili di UNAI?”, maka setiap jawaban ya akan diberi nilai 1 dan jawaban tidak akan diberi nilai 0. Nilai setiap responden mengacu ke jumlah jawaban ya, dengan rumus menurut Riduwan (2011:41). Persentase = Tabel 4.1 Kekerasan Dalam Berpacaran (n=30) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Skor Responden 7 6 11 6 7 9 9 6 5 5 10 7 10 8 8
Skor Tertinggi 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Responde n
Skor Responden
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
10 6 11 5 3 4 15 6 3 15 16 12 4 3 3 230
Skor Terting gi 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 900
Berdasarkan rumus persentase, maka didapatkan hasil nilai persentase sebagai berikut: Nilai = % Analisis Data Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswi yaitu 25,55%. Menurut skala persentase kekerasan dalam berpacaran di tabel 3.1 dapat dikategorikan rendah. Interpretasi Data Analisis data dapat dikumpulkan bahwa mahasiswi yang sedang menjalin hubungan berpacaran di asrama Lili UNAI memiliki kekerasan dalam berpacaran rendah. Hal ini berarti para mahasiswi mengalami kekerasan dalam berpacaran rendah dikarenakan masih saling menghargai sifat pasangan dan saling mengerti pasangan. Menurut Boymau (2004) menyatakan bahwa seseorang dan pasangannya mendapatkan kesempatan untuk salin mengenal lebih dalam. Tentunya utnuk menjalin suatu hubungan harus ada kecocokan satu sama lain untuk memperoleh suatu hubungan yang baik. Venny (2003) cara mengatasi kekerasan dalam berpacaran adalah: saling percaya, saling menghargai, mempunyai waktu untuk menyendiri dan mempunyai waktu bersama. Rismiyati (2005) menyatakan bahwa penyebab kekerasan dalam pacaran yaitu adanya ketidakseimbangan gender (jenis kelamin) dalam suatu hubungan atau ketidakseimbangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan dalam suatu hubungan. Faktor kepribadian individu dan interpersonal mempengaruhi terjadinya kekerasan. Masalah Kedua: Gambaran Kekerasan dalam Berpacaran Untuk menjawab identifikasi masalah kedua, yakni: “Bagaimanakah distribusi faktor kekerasan fisik, sosial, ekonomi, seksual dan psikis/emosional pada mahasiswi?”, maka jawaban responden akan didistribusikan guna melihat kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswi di asrama Lili UNAI. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kekerasan dalam Berpacaran Aspek Fisik (n = 30) No Butir Frekuensi (f) Persentase (%) Dicubit 3 8 26.66 Digigit 5. 7 23.33 Ditendang 2 1 3.33 Dijambak 7. 1 3.33 Dipukul 1 0 0 Ditampar 4. 0 0 Dicakar 6. 0 0 Disulutkan puntung rokok 8. 0 0 Analisis Data Dari tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa terdapat kekerasan dalam berpacaran pada aspek fisik. Pada mahasiswi yang mengalami kekerasan fisik sebesar dicubit 26.66% dan dipukul, ditampar, dicakar, disulutkan dengan puntung rokok tidak ada kekerasan.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kekerasan dalam Berpacaran Aspek Psikis (n= 30) No 6. 3. 5. 7. 2. 8. 1. 4.
Butir Dicurigai Diabaikan Dibandingkan dengan perempuan lain Dituduh selingkuh Diancam Ditinggal selingkuh oleh pasangan Direndahkan didepan umum Dihina
Frekuensi (f)
Persentase (%)
27 15
90 50
14
46.66
11 7 7 4 4
36.66 23.33 23.33 13.33 13.33
Analisis Data Berdasarkan tabel diatas 4.3 maka diperoleh hasil bahwa terdapat kekerasan dalam berpacaran padan aspek psikis/emosional. Pada mahasiswi yang mengalami kekerasan psikis/emosional yakni: 90 % dicurigai termasuk kategori kekerasan dalam berpacaran sangat tinggi, dan dihina dan direndahkan didepan umum 13.33 % termasuk kategori sangat rendah. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kekerasan dalam Berpacaran Aspek Ekonomi (n=30) NO 3. 2. 1.
Butir Diminta untuk ditraktir Dipinjamkan barang dan tidak dikembalikan. Diminta untuk membayar hutang
Frekuensi (f)
Persentase (%)
14
46.66
5
16.66
2
6.66
Analisis Data Berdasarkan tabel 4.4 maka diperoleh hasil bahwa terdapat kekerasan dalam berpacaran pada aspek ekonomi yakni 46.66 % diminta untuk ditraktir termasuk kategori sedang dan 6.66 % diminta untuk membayar hutang termasuk kategori sangat rendah. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kekerasan dalam Berpacaran Aspek Sosial (n=30)
3.
Diperiksa handphone
26
Persentase (%) 86.77
6.
Selalu diawasi
21
70
5.
Dilarang untuk jalan dengan orang lain
16
53.33
No
Butir
Frekuensi (f)
2
Membatasi aktivitas
13
43.33
1.
Dibatasi dalam berteman
12
40
4.
Dibatasi ketemu dengan keluarga
0
0
Analisis Data Berdasarkan tabel 4.5 maka diperoleh hasil bahwa terdapat kekerasan dalam berpacaran dari segi aspek sosial. Pada mahasiswi yang mengalami kekerasan yakni: 86.77 % diperiksa handphone termasuk kategori sangat tinggi, dan dibatasi bertemu dengan keluarga tidak ada. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kekerasan dalam Berpacaran Aspek Seksual (n=30) No 4. 1. 2. 3. 5.
Butir Dipaksa untuk dipeluk Tubuh diraba Dipaksa untuk berciuman Dipaksa untuk melakukan hubungan seksual Dipaksa untuk melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan
Frekuensi (f) 3 1 1 0
Presentase(%) 10 3.33 3.33 0
0
0
Analisis Data Berdasarkan tabel 4.6 maka diperoleh hasil bahwa terdapat kekerasan dalam berpacaran dari segi aspek seksualitas. Pada mahasiswi yang mengalami kekerasan seksual yakni: 10 % dipaksa untuk dipeluk kategori sangat rendah dan untuk dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dan dipaksa untuk melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar tidak ada kekerasan. Interpretasi Data Analisis data di atas menunjukkan bahwa terjadi kekerasan dalam berpacaran pada mahasiswi di asrama Lili UNAI. Berdasarkan hasil analisis data mahasiswa mengalami kekerasan fisik adalah kekerasan dalam berpacaran rendah. Menurut Dinawati (2010:13) awal dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan adalah bahwa pria berpikir bahwa mereka yang mengontrol dan berhak melakukan kekerasan fisik agar terlihat lebih berani dan wanita berpikir bahwa pasangannya melakukan kekerasan karena rasa sayang. Korban yang telah merasakan perilaku kekerasan hanya dapat pasrah karena mereka masih berrpikir bahwa itu adalah rasa sayang yang dibuktikan oleh pasangnya. Hasil analisis data mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam berpacaran dari aspek psikis adalah kekerasan dalam berpacaran sangat tinggi. Menurut Utamadi (2008) menjelaskan bahwa faktor keluarga mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian individu. Orangtua yang kurang memperhatikan emosional anak dapat mempengaruhi masa mudanya. Bila peran yang diajarkan tidak sesuai makan itu akan membuat terjadinya kekerasan pada masa mudanya.
Berdasarkan hasil analisis data mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam berpacaran dari aspek ekonomi adalah kekerasan dalam berpacaran sedang. Arafah (2013) menjelaskan bahwa terjadinya tindak kekerasan dimana wanita yang menjadi korban tidak akan dipengaruhi oleh faktor budaya, pendidikan dan ekonomi saja yang melatarbelakangi terjadinya tindak kekerasan pada masa pacaran. Analisis data mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam berpacaran dari aspek sosial adalah kekerasan dalam berpacaran sangat tinggi. Mendatu (2007:1) menyatakan bahwa sikap wanita yang kurang memiliki sikap terbuka mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam berpacaran yang menyatakan bahwa wanita itu lemah, dan tidak berdaya. Mahasiswi yang mengalami kekerasan dalam berpacaran dari aspek seksual adalah kekerasan dalam berpacaran sangat rendah. Faktor yang mengakibatkan kekerasan seksual terjadi dalam pacaran adalah: adanya ingin menunjukan cinta kepada pasangannya, kehilangan kontrol atau batasan dalam berpacaran, penggunaan alkohol, merasa sudah pantas untuk melakukan aktivitas seksual, hubungan terlalu romantis, akibat ekonomi, kondisi keluarga yang kurang mendidik anak-anak, kurangnya perhatian dari orangtua Soetjiningsih (2007) Masalah Ketiga: Butir Kekerasan dalam Berpacaran Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga, yakni: “Manakah faktor yang paling dominan dan kurang dominan pada mahasiswi UNAI? “ maka nilai persentase dari setiap butir disusun dengan sesuai peringkat yang paling dominan dan kurang dominan. Tabel 4.7 Butir Kekerasan Dalam Berpacaran (n=30) No
Butir
Total
14 22 25 3 24
Dicurigai Diperiksa handphone Selalu diawasi Dicubit Dilarang untuk jalan dengan orang lain Diabaikan Diminta untuk mentraktir Dibandingkan dengan perempuan lain Dibatasi untuk berteman Dibatasi aktivitas anda Dituduh selingkuh Digigit Diancam anda Ditinggal selingkuh oleh pasangan Dipenjamkan barang dan tidak mengembalikan Dihina anda
11 19 13 20 21 15 5 10 16 18 12
Peringkat
27 25 20 19
Persentase (%) 90 83.33 66.66 63.33
16
53.33
5
15 15
50 50
6 6
14
46.66
7
12 12 11 7 7
40 40 36.66 23.33 23.33
8 8 9 10 10
7
23.33
10
5
16.66
11
4
13.33
12
1 2 3 4
9 29 17 26 27 7 1 28 4 6 23 28 30
Direndahkan anda didepan umum Dipaksa untuk dipeluk Diminta untuk membayar hutangnya Tubuh diraba-raba Dipaksa untuk berciuman Dijambak Dipukul Ditendang Disulutkan dengan putung Ditampar rokok Dicakar Dibatasi bertemu dengan keluarga Dipaksa untuk melakukan hubungan seksual Dipaksa untuk melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar
3
10
13
3
10
13
3
10
13
1 1 1 0 0 00 0 0
3.33 3.33 3.33 0 0 00 0 0
14 14 14 15 15 15 15 15 15
0
0
15
0
0
15
Analisis Data Berdasarkan tabel 4.3, butir yang paling dominan adalah butir nomor 14 ”Dicurigai” dengan nilai persentase 90%. Menurut skala persentase kekerasan dalam berpacaran termasuk dalam kategori tinggi. butir yang kurang dominan no 30 ”dipaksa untuk melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar”, butir no 28 ”dipaksa untuk melakukan hubungan seksual”, butir no 23 “dibatasi untuk bertemu dengan keluarga”, butir no 8 “disulutkan dengan puntung rokok”, butir no 6 “dicakar” butir no 4 “ditampar”, butir no 2 “ditendang”, butir no 1 “dipukul” dengan nilai persentase 0%. Menurut skala persentase nilai tersebut termasuk dalam tidak adanya kekerasan dalam berpacaran dengan nilai 0%. Interpretasi Data Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa yang paling dominan adalah “Dicurigai”. Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswi di UNAI mengalami kekerasan dalam berpacaran. Hal ini sesuai dengan kekerasan dalam berpacaran menurut Kurniawan adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur pemaksaan baik dari segi fisik dan psikologis dalam hubungan berpacaran (Idham, 2007:25). Kekerasan dalam berpacaran bagaimanapun bentuk kekerasan adalah hal yang tidak pantas dilakukan. Kekerasan yang terjadi dalam pacaran tidak hanya menghambat kesejahteraan pasangan tetapi juga menghambat kesejahteraan individu sendiri yang melakukan kekerasan (Whitson & El-Sheikh2003). Individu yang memiliki kepribadian yang cenderung emosional maka individu selalu melampiaskan kemarahannya dalam bentuk ucapan, tindakan kondisi individu yang tidak stabil memngakibatkan terjadinya kekerasan dalam berpacaran. Individu yang mempunyai perilaku agresif berawal dari lingkungan bukan faktor bawaan (Fromm, 2010:35). Butir yang kurang dominan adalah: “Dipaksa untuk melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar, dipaksa melakukan hubungan seksual, dibatasi untuk
bertemu dengan keluarga, disulutkan dengan puntung rokok, ditampar, ditendang dan dipukul” hal ini menunjukkan bahwa dalam menjalin hubungan mahasiswi UNAI tidak ada mengalami kekerasan dalam berpacaran bagi dari segi fisik, seksual, sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisna (2003:9) menjelaskan bahwa saat berpacaran individu tidak melarang untuk bertemu keluarga, tidak menampar, tidak menyudutkan puntung rokok, menendang, dan memukul anda walaupun individu mempunyai kesalahan dan tidak melakukan hubungan seksual saat berpacaran. Pontoh (2006:11) menjelaskan pacaran yang sehat adalah pacaran dimana tidak terdapat kekerasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam berpacaran yaitu: karena umur yang masih muda dan kurang sikap pengendalian diri. Hal ini disebutkan oleh teori interaksionisme simbolik dalam menjelaskan penyimpangan dengan menggunakan teori pengendalian. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian mengenai kekerasan dalam berpacaran yang dialami mahasiswi di asrama Lili Universitas Advent Indonesia (UNAI) Bandung, maka peneliti mengambil suatu kesimpulan. Selain itu, peneliti juga memberikan saran-saran kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan bidang penelitian. Kesimpulan Kesimpulan yang peneliti peroleh dari penelitian ini adalah: 1. Kekerasan dalam berpacaran yang dialami mahasiswi Universitas Advent Indonesia (UNAI) Bandung adalah rendah. 2. Kekerasan dalam berpacaran yang dialami mahasiswi UNAI dalam aspek fisik termasuk kekerasan dalam berpacaran rendah, aspek psikis termasuk kekerasan dalam berpacaran sangat tinggi, dalam aspek ekonomi termasuk kekerasan dalam berpacaran sangat rendah, dalam aspek sosial sangat tinggi dan aspek seksual sangat rendah. Dapart diartikan bahwa setiap menjalin hubungan terdapat kekerasan dalam berpacaran. 3. Butir yang paling dominan adalah “Dicurigai” dan butir yang kurang dominan “dipaksa untuk melakukan hubungan seksual, dipaksa melakukan hubungan seksual untuk memperbaiki hubungan setelah bertengkar, dibatasi untuk bertemu dengan keluarga, disulutkan dengan puntung rokok, dicakar dan ditampar”. Saran Setelah mengadakan penelitian dan menarik kesimpulan, maka penulis ingin memberikan saran yang dapat berguna bagi Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan dan bidang penelitian. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan bahan masukan. Selanjutnya dapat dijadikan bahan penyuluhan dan pembinaan untuk mahasiswi yang sedang berpacaran dan yang belum pacaran. Bidang Penelitian Disarankan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dikembangkan mengenai kekerasan fisik dalam berpacaran dengan metode kualitatif.
Daftar Pustaka Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta PT. Rineka Cipta Arifin. 2002. Pacaran dan Remaja. (online) Http://www.Geoklik.Com/ Pacaran-PadaRemaja.Html. Diakses 3 Februari 2010 ( 20 januari 2013). Arfa. 2010. http://arfawaidlife.host22.com/page 14.html Boymau Y 2004. Hubungan Antara Efektrif Komunikasi Interpersonal Perselingkuhan Pada Masa Pacaran. Skripsi : Fakultas Psikologi Untag Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia De Genova. 2008. Intimate Relationship, Marriage and Families. New York: McGraw Hill. Fajarwati, E. 2006. Perbedaan Pengetahuan dan Perilaku Pacaran Siswa Kelas II LakiLaki dan Perempuan SMAN Kabupaten Pacitan. Skripsi tidakditerbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas NegeriMalang Farabi. Farabi, Al Faruq. 2003. Remaja Gaul Kebablasan. Jombang: Lintas Media. Fromm, E. 2010. Akar Kekerasan: Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Goeritno, H., Suharsono, M., Arsitasari, A.I. 2006. Sikap Terhadap Kekerasan dalam Pacaran Ditinjau dari Kemandirian Wanita. Psikodimensia.Kajian Ilmiah Psikologi.Vol.5, No.1, Januari-Juni 2006 (17-26). (03 April 2013). Hidayat, A 2007 Metode Penelitian Keperawatan tehnik analisa data: Jakarta: Salemba Medika. Himawan, A, H. 2007. Bukan Salah Tuhan Mengazab. Solo: Tiga Serangkai Hurlock, E. B. (2006). Psikologi Perkembang Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwadiyanti dan Soedjarwo) Jakarta: Penerbit Erlangga Jessica, M., Roswita, Y. 2007. Dampak Psikologi pada Dewasa Muda Korban Kekerasan dalam Pacaran. Psikodimensia. Kajian Ilmiah Psikologi.Vol.6, No.2, Juli-Desember 2007 (167-174). (03 April 2013) Jono,
N.A, 2009. Pacaran: eksperimentasi seksual. [online] http://ruangpsikologi.com/pacaran-seksual [16 Oktober 2009].
available: