Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SETIA DARMA KECAMATAN TAMBUN SELATAN, KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014 Dwi Wahyuni1, Purwani Ekayanty1 1
Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas MH.Thamrin. Alamat korespondensi : Jl. Raya Pondok Gede No. 23-25, Kramat Jati, Jakarta Timur 13540. Telp: 021-8096411 Ext: 1101 (Hunting) Fax: 021-8092235 Email:
[email protected]
ABSTRAK Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Setia Darma. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 180 responden. Yang menjadi responden adalah ibu-ibu yang mempunyai balita dan datang ke posyandu pada saat penelitian dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi sumber air minum terlindung sebesar 52,2%, sanitasi/jamban sendri 85%, responden berpendidikan tinggi 53,3%, tingkat sosial ekonomi tinggi 62,2%, responden berpengetahuan baik 68,3%, lulus memberikan ASI eksklusif 13,9%, menimbang bayi dan balita setiap bulan 98,3%, menggunakan air bersih 96,6%, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 95%, menggunakan jamban sehat 93,3%, akses terhadap pelayanan kesehatan dekat 84,4%, pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan 96,1%, dan status imunisasi lengkap 91,1%. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah kepemilikan jamban (p-value 0,012) dan pengetahuan (p-value= 0,05). Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian diare adalah meningkatkan frekuensi penyuluhan khususnya diare dan perilaku hidup bersih dan sehat oleh petugas promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan secara intensif dan berkelanjutan. Kata Kunci : Diare, Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan Pendahuluan Menurut Depkes RI (2003), diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari) (Sardjana, 2007). Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia (WHO, 2011). Menurut data Subdit diare Depkes RI, hasil survei menunjukkan dari tahun 2000 sampai 2010 tren penyakit diare menunjukkan kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 angka kejadian diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut diare akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi pembunuh nomor satu penyebab kematian
berdasarkan umur pada anak balita atau kelompok umur 1-4 tahun (Kemenkes RI, 2011). Wilayah Jawa Barat menunjukkan daerah yang memiliki penyebaran diare yang tinggi terlihat dari data Riskesdas tahun 2007 dengan prevalensi penyakit diare di provinsi ini sebesar 10,2 % (Kemenkes, 2011). Pada tahun 2010 jumlah kasus diare pada anak menunjukkan 269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada anak setiap tahunnya rata-rata di atas 40%, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada anak masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya di Propinsi Jawa Barat (Kemenkes RI, 2010). Di Kabupaten Bekasi, diare merupakan 10 besar penyakit pada kelompok umur 1-4 tahun. Kejadian diare tersebut tercatat sebanyak 36.712 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, 2012). Penyakit diare juga masuk kedalam 10 besar penyakit yang ada di Puskesmas Kecamatan Tambun Selatan. Jumlah penderita diare tertinggi yang ditangani yaitu terdapat di Desa Setia Darma dengan total penderita pada tahun 2013 sebanyak 232 (Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Tambun Selatan, 2013). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit diare pada balita, diantaranya adalah faktor lingkungan (fisik meliputi sumber air minum dan 19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 sanitasi/jamban, sosial meliputi tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi), faktor perilaku (pengetahuan dan PHBS) dan faktor pelayanan kesehatan (akses terhadap pelayanan kesehatan, pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, dan status imunisasi) (Riskesdas, 2007). Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.Penelitian dilakukan di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi, sedangkan waktu pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada bulan April-Juli 2014. Pengumpulan data yang diperoleh oleh penulis adalah dari wawancara, penyebaran kuesioner, laporan bulanan penyakit diare serta laporan tahunan mengenai 10 besar penyakit di Puskesmas Tambun. Responden adalah ibu yang memiliki bayi/balita dan hadir di Posyandu pada saat penelitian dilakukan. Dari hasil perhitungan, diperoleh besar sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 180 orang.
Hasil Hasil analisis univariat diperoleh sumber air minum terlindung sebanyak 94 responden (52,2%), sanitasi/jamban sendiri sebanyak 153 responden (85%), responden berpendidikan tinggi sebanyak 96 responden (53,3%), tingkat sosial ekonomi tinggi sebanyak 68 responden (37,8%), responden berpengetahuan baik sebsnyak 123 (68,3%), lulus memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 responden (13,9%), menimbang bayi dan balita setiap bulan sebanyak 177 responden (98,3%), menggunakan air bersih sebanyak 172 responden (96,6%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebanyak 171 responden (95%), menggunakan jamban sehat sebanyak 169 responden (93,3%), akses terhadap pelayanan kesehatan dekat sebanyak 152 responden (84,4%), pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu posyandu sebanyak 173 responden (96,1%), dan status imunisasi lengkap sebanyak 164 responden (91,1%) Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,412. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sumber air minum dengan penyakit diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5%, maka p-value ≤ αlpha (0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sanitasi/jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh pvalue sebesar 0,478. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0,05),
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Tabel 1. Gambaran Variabel Variabel Status Kesehatan Diare Tidak diare Sumber Air Minum Sumber air terlindung Sumber air tidak terlindung Sanitasi/Jamban Sendiri Umum Tingkat Pendidikan Tinggi Rendah Tingkat Sosial Ekonomi Tinggi Rendah Pengetahuan Baik Kurang Pemberian ASI Eksklusif Lulus Tidak lulus Menimbang bayi dan balita setiap bulan Menimbang Tidak menimbang Menggunakan air bersih Sehat Tidak sehat Kebiasaan mencuci tangan Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menggunakan jamban sehat Sehat Tidak sehat Akses terhadap pelayanan kesehatan Dekat (< 1 km) Jauh (> 1 km) Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (posyandu) Memanfaatkan Tidak memanfaatkan Status imunisasi Imunisasi lengkap Tidak lengkap
f
(%)
48 132
26,7 73,3
94 86
52,2 47,8
153 27
85,0 15,0
96 84
53,3 46,7
68 122
37,8 62,2
123 57
68,3 31,7
25 155
13,9 86,1
177 3
98,3 1,7
172 8
95,6 4,4
171
95,0
9
5,0
169 11
93,9 6,1
152 28
84,4 15,6
173 7
96,1 3,9
164 16
91,1 8,9
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,899. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat 20
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 sosial ekonomi dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi
bayi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Tabel 2. Hubungan Antara Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare Pada Balita
Tabel 7. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Diare Pada Balita
Diare Sumber Air Minum Sumber air tak terlindung Sumber air terlindung Total
n
Tidak diare %
20
23,3
n
66
%
ASI Ekslusif P
OR
76,7
29,8
66
70,2
48
26,7
132
73,3
n 13 35 48
Diare % 48,1 22,9 26,7
Tidak diare n % 14 51,9 118 77,1 132 73,3
n 25 23 48
Diare % 29,8 24,0 26,7
Tidak diare n % 59 70,2 73 76,0 132 73,3
Diare
Tidak diare
n
%
n
%
29 19 48
25,9 27,9 26,7
83 49 132
74,1 72,1 73,3
Kurang Baik Total
Diare % 36,8 22,0 26,7
Tidak diare N % 36 63,2 96 78,0 132 73,3
1,177 (0,4403,148)
Tabel 8. Hubungan Antara Penimbangan Bayi/Balita Setiap Bulan dengan Kejadian Diare Pada Balita
P
OR
0,478
1,345 (0,6942,608)
P
OR
0,899
0,901 (0,4581,775)
Tabel 6. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Diare Pada Balita N 21 27 48
0,935
3,131 (1,3467,280)
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Pengetahuan
OR
0,012
Tabel 5. Hubungan Antara Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare Pada Balita Tingkat Sosial Ekonomi Rendah Tinggi Total
P
OR
Tabel 4. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi Total
Tidak diare N % 113 72,9 19 76,0 132 73,3
P
Tabel 3. Hubungan Antara Sanitasi/Jamban dengan Kejadian Diare Pada Balita Sanitasi/Jamban Umum Sendiri Total
Diare % 27,1 24,0 26,7
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,174. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara menimbang bayi dan balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
0,412 28
0,714 (0,3661,393)
Tidak Ya Total
N 42 6 48
P
0,05
OR 2,074 (1,0434,123)
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value > αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara memberi
Menimbang Bayi/Balita Tidak Ya Total
N 2 46 48
Diare % 66,7 26,0 26,7
Tidak diare N % 1 33,3 131 74,0 132 73,3
P
OR
0,174
5,696 (0,50564,299)
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Tabel 9. Hubungan Antara Menggunakan Air Bersih Setiap Bulan dengan Kejadian Diare Pada Balita Penggunaan Air Bersih Tidak sehat Sehat Total
N 2 46 48
Diare % 25,0 26,7 26,7
Tidak diare N % 6 75,0 126 73,3 132 73,3
P
OR
1,000
0,913 (0,1784,686)
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Tabel 10. Hubungan Antara Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare Pada Balita Cuci Tangan Pakai Sabun Tidak Ya Total
N 2 46 48
Diare % 22,2 26,9 26,7
Tidak diare N % 7 77,8 125 73,1 132 73,3
P
OR
1,000
0,776 (0,1563,874)
21
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,487. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Tabel 11. Hubungan Antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare Pada Balita Menggunakan Jamban Sehat Tidak Ya Total
N 4 44 48
Diare % 36,4 26,0 26,7
Tidak diare N % 7 63,6 125 74,0 132 73,3
P
OR
0,487
1,623
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,653. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara akses terhadap pelayanan kesehatan dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,083. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Tabel 12. Hubungan Antara Akses Yankes dengan Kejadian Diare Pada Balita Akses Yankes Jauh (>1km) Dekat (<1km) Total
N 6 42 48
Diare % 21,4 27,6 26,7
Tidak diare N % 22 78,6 110 72,4 132 73,3
P
OR
0,653
0,714 (0,2711,885)
Tabel 13. Hubungan Antara Pemanfaatn Yankes dengan Kejadian Diare Pada Balita Pemanfaatan Yankes Tidak Ya Total
N 4 44 48
Diare % 57,1 25,4 26,7
Tidak diare N % 3 42,9 129 74,6 132 73,3
P
OR
0,083
3,909 (0,84218,153)
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh p-value sebesar 0,243. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kemaknaan 5 %, maka p-value ≤ αlpha (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian diare pada balita di Desa Setia Darma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Tabel 14. Hubungan Antara Status Imunisasi dengan Kejadian Diare Pada Balita Status Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap Total
N 2 46 48
Diare % 12,5 28,0 26,7
Tidak diare N % 14 87,5 118 72,0 132 73,3
P
OR
0,243
0,366 (0,0801,676)
Pembahasan Menurut laporan bulanan Puskesmas Tambun Selatan dari ketiga desa binaannya, prevalensi angka diare tertinggi yaitu berada di Desa Setia Darma yaitu sebesar 232 bayi dan balita. Berdasarkan hasil analisis univariat dari ibu yang memiliki bayi dan balita di posyandu Desa Setia Darma diperoleh bahwa dari 180 responden terdapat sebanyak 48 responden (26,7%) pernah menderita diare selama 3 bulan terakhir. Masih cukup rendahnya prevalensi diare yang ada dapat disebabkan karena bayi dan balita yang pernah menderita diare tidak datang pada saat posyandu dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai sumber air minum menunjukkan bahwa dari 94 responden yang menggunakan sumber air terlindung, terdapat 28 responden (29,8%) yang menderita diare, sedangkan dari 86 responden yang tidak menggunakan sumber air minum terlindung, terdapat 20 responden (23,3%) yang mengalami diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value 0,412 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yulianto Wijaya (2012) dengan p-value 1,000 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara jenis sumber air minum dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai kepemiikan jamban menunjukkan bahwa dari 153 responden yang memiliki jamban sendiri, terdapat 35 responden (22,9%) yang menderita diare, sedangkan dari 27 responden yang menggunakan jamban umum, terdapat 13 responden (48,1%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,012 (p≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laila Kamila, dkk dengan p-value= 0,001 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai pendidikan terakhir yang dicapai responden, menunjukkan bahwa diantara 96 responden (76,0%) yang berpendidikan tinggi yaitu SMP, SMA, dan akademik, terdapat 23 responden (24,0%) mengalami diare, sedangkan dari 84 responden yang berpendidikan rendah, terdapat 25 responden (29,8%) mengalami diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,478 (p≥ 0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan 22
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita.Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anjar P. Wulandari dengan pvalue= 0,08 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Seta Darma mengenai tingkat sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa diatara 68 responden yang berpenghasilan tinggi (> Rp. 2.500.000), terdapat 19 responden (27,9%) yang menderita diare, sedangkan dari 112 responden yang berpenghasilan rendah, terdapat 29 responden (25,9%) menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,899 (p≥ 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mimi Karminingsih (2010) dengan p-value= 0,282 yang menunjukkan tidah adanya hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Setia Darma mengenai pengetahuan ibu terhadap penyakit diare menunjukkan bahwa diantara 123 responden yang berpengetahuan baik, terdapat 27 responden (22,0%) yang menderita diare, sedangkan dari 57 responden yang berpengetahuan kurang, terdapat 21 responden (36,8%) yang menderita diare. Hasil uji chisquare diperoleh p-value=0,05 (p≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novie E. Mauliku dan Eka Wulansari (2008) dengan hasil penelitian menunjukkan pvalue=0,006 (p<0,05), berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Setia Darma mengenai pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa diantara 25 responden yang lulus ASI eksklusif, terdapat 6 responden (24,0%) yang menderita diare, sedangkan dari 155 responden yang tidak lulus ASI eksklusif, terdapat 42 responden (27,1%) yang menderita diare. Hasil chi square diperoleh pvalue=0,935 (p≥0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Arie Kusumaningrum, dkk (2011) menunjukkan bahwa hasil uji statistik menjelaskan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare (p =1,000, α = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai penimbangan bayi dan balita setiap bulan menunjukkan bahwa diantara 177 responden yang melakukan penimbangan setiap bulan, terdapat 46 responden (26,0%) yang menderita diare, sedangkan dari 3
responden yang tidak rutin menimbang, terdapat 2 responden (66,7%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,174 (p≥ 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penimbangan bayi dan balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asti Nuraeni (2012) yang menunjukkan nilai p-value pada variabel penimbangan balita adalah 0,991 (p≥ 0,05). Uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penimbangan balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai penggunaan air bersih menunjukkan bahwa diantara 172 responden yang menggunakan air bersih, terdapat 46 responden (26,7%) yang menderita diare, sedangkan diantara 8 responden yang tidak menggunakan air bersih, terdapat 2 responden (25%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 1,000 (p≥ 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan air bersih dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laila Kamila, dkk (2012) dengan nilai p-value= 0,432 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai kebiasaan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menunjukkan bahwa diantara 171 responden yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, terdapat 46 responden (26,9%) yang menderita diare, sedangkan dari 9 responden yang tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, terdapat 2 responden (22,2%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 1,000 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare. Penelitian yang dilakukan oleh Riki Nur Pratama (2013) menunjukkan p-value= 0,364 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara mencuci tangan setelah buang air besar dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai kepemilikan jamban menunjukkan bahwa diantara 169 responden yang menggunakan jamban sehat, terdapat 44 responden (26,0%) yang menderita diare, sedangkan diantara 11 responden yang tidak menggunakan jamban sehat, terdapat 4 responden (36,4%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,478 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riki Nur Pratama (2013) dengan nilai pvalue= 0,566 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita. 23
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai akses terhadap pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa diantara 152 orang responden yang berjarak dekat dengan posyandu, terdapat 42 responden (27,6%) mengalami diare, sedangkan diantara 28 responden yang berjarak jauh dengan posyandu, terdapat 6 responden (21,4%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,653 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara akses terhadap pelayanan kesehatan dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas (2007) Secara nasional, sebanyak 98,4% rumah tangga berada kurang atau sama dengan 5 km dari salah satu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat, dan sebanyak 96,5% rumah tangga dapat mencapai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat kurang atau sama dengan 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai pemanfaatan fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa diantara 173 responden yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan posyandu, terdapat 44 responden (25,4%) yang mengalami diare, sedangkan dari 7 responden yang tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan posyandu, terdapat 4 responden (57,1%) yang mengalami diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,083 (p≥ 005) yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggia Lonika (2011) dengan hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,362 yang berarti tidak terdapat hubungan yang berarti antara pelayanan kesehatan dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Setia Darma mengenai status imunisasi menunjukkan bahwa diantara 164 responden yang berimunisasi lengkap, terdapat 46 responden (28,0%) yang menderita diare, sedangkan dari 16 responden yang tidak melakukan imunisasi lengkap, terdapat 2 responden (12,5%) yang menderita diare. Hasil uji chi square diperoleh p-value= 0,243 (p≥ 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara status imunisasi lengkap dengan kejadian diare pada balita. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasman (2004) dengan hasil uji chi square pvalue=0,229 (p≥ 0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara status imunisasi dengan kejadian diare pada balita. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan khususnya diare dan perilaku hidup bersih dan sehat oleh petugas promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan secara intensif dan kontinue, meningkatkan penerapan PHBS terutama beberapa indikator yang dapat mencegah kejadian diare. Dengan adanya keterbatasan penelitian, diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat mengembangkan
penelitian mengenai kejadian diare pada balita lebih lanjut dan mendalam Daftar Pustaka Arnelia, dan S Muljati, 1991. Status Gizi Anak Balita Pengunjung Posyandu Kecamatan Ciomas dan Samplak, Kabupaten Bogor Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
dan
Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Agung Ceto Depkes RI. 2000. Diare Akut Jakarta : Kepmenkes RI
Disebabkan
Bakteri.
Depkes RI. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. James Chin (Ed), Dr. I Nyoman Kandun (Ep) Edisi 17, Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2007. Informasi Singkat Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. 2009. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2010. Petunjuk Teknis PHBS di Rumah Tangga. Bandung Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Ernawaty, Aeda. 2003. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan, Tingkat Konsumsi Dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun Di Kabupaten Semarang Tahun 2003(tesis) Universitas Diponegoro Semarang Fajar N.A, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadiandiare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola 11 Ilir Palembang Tahun 2009 (skripsi) Universitas Sumatera Utara Farliyanti Guamo. 2013. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Penyakit Diare Pada Balita Di Puskesmas Global Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo (skripsi) dalam http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/28 18/2794 Fauziah. 2013. Hubungan Faktor Individu Dan Karakteristik Sanitasi Air Dengan Kejadian Diare Pada Balita Umur 10–59 Bulan Di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi (skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 24
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1); Januari 2014 Hanamori, Ayu. 2013. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita (online) dalam http://ayuhanamorio.blogspot.com/2013/04/pelayanankesehatan-pada-bayi-dan-balita_30.html diakses pada 23 juni 2014
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
Iswari, Yeni. 2011. Analisis Faktor Resiko Kejadian Diare pada Anak Usia Dibawah 2 Tahun di Rsud Koja Jakarta (tesis). Universitas Indonesia
Sander MA. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Medika. Vol. 2. No.2. Juli=Desember 2005:163-171
Lonika, Anggia. 2011. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi Balita (skripsi) Universitas Andalas
Sardjana dan Nisa. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. UIN Jakarta Press: Jakarta
Kamilla, Laila, dkk. Hubungan Praktek Personal Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur (jurnal) Karminingsih, Mimi. 2010. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2009/2010 (skripsi). Universitas Indonesia Kasman. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (skripsi) Universitas Sumatera Utara Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riskesdas 2007. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen, RI. . 2010. Riskesdas 2010. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen, RI. .2011. Tangga Ber-perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Rumah
Kusumaningrum, Arie, dkk. 2011. Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang (jurnal) Laporan Bulanan Puskesmas Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Lestari, Isma. 2013. Fakor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat (skripsi) Universitas MH. Thamrin
Sarudji. D & Keman, S. 2010. Kesehatan Lingkungan, Bandung: Penerbit CV. Karya Putra Darwati Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta:Mitra Cendikia Press Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Wawan, A dan M, Dewi. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika WHO. The top 10 causes of death http://who.int diakses pada 17 Agustus 2014 Widjaja, M.C. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga. Widyastuti, P., (ed). 2005. Pengantar, edisi 2. Jakarta : EGC
Epidemiologi
Suatu
Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare Balita Di Sekitar TPS Banaran Kampus Unnes (jurnal) Universitas Negeri Semarang Winarno F.G., 1990. Gizi dan Masyarakat bagi Bayi dan Anak Sapihan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Wulandari, A.P. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009 (skripsi) Universitas Muhammadiyah Jakarta
Mauliku, Novie E dan Wulansari, Eka. 2008. Hubungan Antara Faktor Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat (jurnal) Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
dan
Perilaku
Notoatmodjo, S.2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta
25