Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Sa’adhatun Nisak*), Yuliaji Siswanto**), Puji Pranowowati **) *) Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen PSKM STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebab utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Desain penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini semua balita di Desa Purbo sebanyak 209 balita. Sampel yang diambil sebanyak 68 balita, teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu (67,6%) berpendidikan rendah, hampir seluruh responden (91,2%) menggunakan sumber air minum terlindung, sebagian besar responden (51,5%) menggunakan tempat pembuangan tinja tidak beresiko terkena diare, Hampir seluruh Ibu (85,3%) mempunyai kebiasaan cuci tangan sesudah buang air besar beresiko terkena diare, Sebagian kecil responden (35,3%) menderita diare. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan Ibu dengan diare (p= 0,591), tidak ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare (p= 0,935), ada hubungan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare (p= 0,0001), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang air besar dengan kejadian diare (p=0,475), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sesudah buang tinja anak dengan kejadian diare (p=0,413), tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare (p=0,649). Diharapkan bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk memberikan informasi secara rutin kepada masyarakat tentang diare dan kebersihan lingkungan terutama tentang jamban. Kata kunci : Tingkat pendidikan Ibu, sumber air minum, tempat pembuangan tinja, kebiasaan cuci tangan, kejadian diare ABSTRACT Diarrhea disease remains one of the important public health problem because it is a major cause of morbidity and mortality of children in various countries including Indonesia. It is estimated that more than 1.3 billion attacks and 3.2 million deaths per year in children under five are caused by diarrhea. The purpose of the study was to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1
The design of this study was a survey analytic with cross sectional approach. The population in this study were all toddlers at Purbo village. Samples were taken of 68 toddlers with proportional random sampling. Data were analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis by using frequency distribution and bivariate analysis by using chi square test. The results show that the majority of low-educated mother (67.6%), protected source of drinking water (91.2%), with goose neck (51.5%), sometimes handwashing (95, 6%), diarrhea (35.3%), while the results of the bivariate analysis show that there was no correlation between mother education and diarrhea (p=0.591) there was no correlation between the source of drinking water and diarrhea (p= 0.935), there is a correlation between a excreta disposal and diarrhea (p= 0.0001), there is no correlation between diarrhea and handwashing after BAB (p=0,475), there is a no correlation between diarrhea and handwashing fecal waste after children(p=0,413), there is a no correlation between diarrhea and handwashing before feeding children (p=0,649). The results of this study are expected to be useful for health professionals to provide regular information to the public about environmental hygiene and diarrhea especially about latrines. Keywords: Mother's level of education, source of drinking water, excreta disposal site, handwashing, Incident diarrhea PENDAHULUAN Penyakit diare masih menjadi salah satu
sedangkan AKABA di Kabupaten Batang tahun
masalah kesehatan masyarakat yang penting
2012 yaitu mencapai 14,72 per 1000 kelahiran
karena merupakan penyebab utama angka
hidup. Sebagian besar penyebab meningkatnya
kesakitan dan kematian anak di berbagai negara
prevalensi AKABA yaitu karena kondisisanitasi
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3
lingkungan dan faktor perilaku yang buruk
milyar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun
yang dapat menyebabkan penyakit diare.
pada balita disebabkan oleh diare.1).
Penemuan penderita diare di Provinsi Jawa
WHO
meperkirakan statistik di Amerika pada tahun
Tengah tahun 2012 yaitu sebesar 42,66%, dan
2009 mencatat tiap tahun terdapat 20-35 juta
di kabupaten/kota Batang sendiri yaitu 38,3%
kasus diare dan 16,5 juta diantaranya adalah
sedangkan cakupan penemuan dan penanganan
balita. Statistik menunjukkan bahwa setiap
penderita diare yaitu dengan target sebesar
tahun diare menyerang 50 juta penduduk
100%, jika dilihat dari indikator SPM (Standar
Indonesia, dua pertiganya adalah balita dengan
Pelayanan Minimal), Provinsi Jawa Tengah
jiwa.2)
belum memenuhi target indikator SPM tersebut
AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
insidens diare pada balita di Jawa Tengah yaitu
sebesar 11,85 per 1000 kelahiran hidup,
6,5% dan prevalen diare yaitu 6,7%.3)
korban
meninggal
sekitar
60.000
meningkat dibandingkan dengan tahun 2011
Faktor risiko yang sangat berpengaruh
sebesar 11,50 per 1000 kelahiran hidup,
untuk terjadinya diare pada balita yaitu faktor
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 2
lingkungan
(Sumber
air
minum,
tempat
pembuangan tinja), faktor sosio demografi (tingkat pendidikan Ibu), dan factor perilaku
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan Ibu
dari luar dan dapat untuk diperbaiki, sehingga
Tingkat Pendidikan Ibu Rendah Menengah Total
dengan memperbaiki faktor risiko tersebut
Berdasarkan
(kebiasaan cuci tangan). Faktor-faktor risiko diatas tersebut merupakan faktor yang berasal
diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan 4)
Frekuensi
(%) 46 22 68
tabel
1,
67,6 32,4 100,0
sebagian
besar
pendidikan ibu adalah berpendidikan rendah
kematian diare pada balita. Desa Purbo, jika
dengan persentase 67,6% (46 responden) dan
dilihat dari keadaan lingkungan, sosiodemografi
sebagian
kecil
dan faktor perilaku sebagian penduduk sudah
menengah
dengan
baik, tetapi kejadian diare pada balita masih
responden). Hal ini disebabkan karena jarak
ada. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
tempuh yang jauh dan juga tidak tersedianya
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
angkot desa untuk menuju tempat pendidikan.
dengan kejadian diare pada balita.
Sumber air minum
METODE PENELITIAN
Tabel 2. Distribusi Frekuensi sumber air minum
Penelitian ini dalam bentuk survei analitik
menggunakan
pendekatan
cross
sectional. Populasi penelitian adalah semua balita
Desa
Purbo
yang
berjumlah
209
balita,besar sampel didapatkan 68 responden. Teknik
pengambilan
Stratified
sampel
Random
Proporsional
Sampling.
zTeknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis
data
(prosentase
dan
dengan
analisis
distribusi)
dan
univariat bivariat
menggunakan uji chi square untuk variabel tempat pembuangan tinja, uji fisher’s exact untuk
variabel
tingkat
pendidikan
Ibu,
kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB, sesudah buang tinja anak, sebelum menyuapi anak, dan
uji kolmogorov smirnov untuk
sumber air minum, dan dianalisis dengan program SPSS 16,0 for windows pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Sumber Air Minum Air tidak terlindung Air terlindung Total
responden
berpendidikan
persentase
32,4%
Frekuensi
(22
Persentase (%) 91,2 8,8 100,0
62 6 68
Berdasarkan tabel 2, hampir seluruh responden menggunakan sumber air tidak terlindung
dengan
responden)
dan
persentase sedikit
91,2%
dari
(62
responden
menggunakan sumber air terlindung dengan persentase 8,8% (6 responden). Mayoritas
penduduk
menggunakan
sumber air yang berasal dari sumur dan sebagian besar keadaan sumur di Desa Purbo merupakan sumur gali dan tidak dibangun atap, cara pengambilan airnya sebagian masyarakat Desa Purbo menggunakan timba air, kondisi mata air di Desa Purbo yaitu air ditampung di dalam bak besar yang tidak diberi tutup dan kemudian air tersebut disalurkan ke rumah
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 3
warga dengan menggunakan selang ataupun
Kebiasaan cuci tangan
pralon.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan cuci tangan Ibu
Desa Purbo sendiri sudah terdapat sumber air yang berasal dari air ledeng/PAM tetapi sumber air tersebut tidak tersebar menyeluruh hanya beberapa responden saja menggunakan air dari ledeng/PAM, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat yang
rendah
sehingga
mereka
hanya
menggunakan sumur ataupun mata air. Sumber air minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan.
hampir
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tempat pembuangan tinja
Berdasarkan
Persentase
85,3 14,7
91,2 8,8 Persentase
92,6 7,4 100,0
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
Tempat pembuangan tinja
Tempat pembuangan tinja Beresiko Tidak beresiko Total
Variabel Frekuensi Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB Beresiko 58 Tidak beresiko 10 Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah Buang Tinja Anak Beresiko 62 Tidak beresiko 6 Variabel Frekuensi Kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapai makan anak Beresiko 63 Tidak beresiko 5 Total 68
Frekuensi 33 35 68
85,3%
(58
responden) mempunyai kebiasaan cuciitangan beresiko (tidak pernah, kadang-kadang) terkena
Persentase (%) 48,5 51,5 100,0
sebagian
diare dan sangat sedikit dari responden 14,7% (10 responden) yang mempunyai kebiasaan cucitangan tidak beresiko terkena diare, untuk kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja
responden 51,5% (35 respoden), menggunakan
anak hampir seluruh responden 91,2% (62
tempat pembuangan tinja tidak beresiko dan
responden) mempunyai kebiasaan cuci tangan
sangat
(8
beresiko (tidak pernah, kadang-kadang) terkena
responden) menggunakan tempat pembuangan
diare dan sangat sedikit dari responden 8,8% (6
tinja yang beresiko terkena diare.
responden) yang mempunyai kebiasaan cuci
dari
3,
responden
dari
sedikit
tabel
seluruh
responden
11,8%
Masyarakat Desa Purbo masih ada yang
tangan tidak beresiko terkena diare, kemudian
menggunakan jamban empang dan sungai, hal
untuk kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum
tersebut dipengaruhi oleh keadaan geografis di
menyuapi
Desa Purbo terdapat sungai yang jarak dengan
responden 92,6% (63 responden) mempunyai
rumah penduduk tidak jauh, sehingga penduduk
kebiasaan cuci tangan beresiko dan sangat
yang tingkat perekonomiannya masih rendah
sedikit dari responden 7,4% (5 responden) yang
lebih memilih membuang tinjanya di sungai
mempunyai kebiasaan tidak beresiko terkena
maupun di empang.
diare.
Hal
makan
ini
anak
hampir
dipengaruhi
oleh
seluruh
tingkat
kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya cuci tangan menggunakan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 4
sabun. Berdasarkan hasil wawancara kepada
persentase 64,7% (44 responden) sedangkan
responden diperoleh hasil bahwa masyarakat
yang
Desa Purbo beranggapa apabila kondisi tangan
responden). Diare pada balita disebabkan oleh
tidak berbau dan tidak kotor maka dianggap
faktor infeksi, alergi, malabsorbsi, keracunan,
bahwa tangan tersebut masih dalam keadaan
imunodefisiensi. Usia balita memiliki struktur
bersih
organ yang masih immatur dibandingkan pada
Kejadian Diare
usia dewasa baik dari sistem imun, perubahan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi kejadian diare
fisik seperti sistem kardiovaskuler, sistem
Kejadian diare
Frekuensi
Diare Tidak diare Total
24 44 68
Berdasarkan responden
Persentase (%) 35,3 64,7 100,0
tidak
tabel
5,sebagian
menderita
diare
menderita
diare
yaitu
35,3%
(24
pernapasan, sistem pencernaan. Sistem yang masih immatur ini menjadikan balita lebih rentan terhadap penyakit.5
dari
dengan
Tabel 6 Hubungan tingkat pendidikan Ibu, Sumber air minum, Tempat pembuangan tinja, Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang air besar, sesudah buang tinja anak, sebelum menyuapi anak dengan kejadian diare. Variabel 1.
Kejadian Diare Diare Tidak diare f % f %
3.
4.
5.
p-value %
15 9
32,6 40,9
31 13
67,4 59,1
46 22
100,0 100,0
0,591
Air tidak terlindung Air terlidung
24 0
38,7 0,0
38 6
61,3 100,0
62 6
100,0 100,0
0,935
Tempat pembuangan tinja Beresiko Tidak beresiko
20 4
60,6 11,4
13 31
39,4 88,6
33 35
100,0 100,0
0,0001
37,9 20,0
36 8
62,1 80,0
58 10
100,0 100,0
0,475
23 1
37,1 18,7
39 5
62,9 83,3
62 6
100,0 100,0
0,413
23 1
36,5 20,0
40 63,580,0 4
63 5
100,0 100,0
0,649
Sumber air minum
Kebiasaan cuci tangan ibu sesudah BAB Beresiko Tidak beresiko Kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang tinja anak Beresiko Tidak beresiko
6.
f
Tingkat pendidikan Ibu Rendah Menengah
2.
Total
22 2
Kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi makan anak Tidak beresiko Beresiko
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 5
Hubungan tingkat pendidikan Ibu dengan kejadian diare
menggunakan sumber air tidak terlindung
Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil
kesehatan bagi rumah tangga seperti jarak
bahwa persentase tingkat
sumur,
sudah
memenuhi
syarat
Ibu
sumur dengan tempat pembuangan tinja, jarak
menengah dan menderita diare lebih banyak
sumur dengan tempat pembuangan sampah, dan
yaitu 40,9% (9 responden) daripada responden
saluran pembuangan air limbah yaitu ≥10
yang tingkat pendidikan Ibu rendah yaitu 32,6%
meter. Berdasarkan hasil wawancara secara
(15
statistik
langung dengan responden untuk keperluan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
minum keluarga, ibu terlebih dahulu memasak
pendidikana Ibu dengan kejadian diare pada
air minum sampai mendidih. Air minum yang
balita (p=0,59). Hal ini dikarenakan pendidikan
sudah
tinggi tidak menjamin bahwa perilaku hidup
membunuh mikroorganisme dalam air tersebut,
bersih dan sehatnya juga baik. Pendidikan
sehingga air yang diminum tidak mengandung
kesehatan
mikroorganisme yang dapat menumbulkan
responden).
pada
Hasil
pendidikan
seperti
analisis
hakikatnya
adalah
suatu
kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan
direbus
sampai
mendidih,
akan
penyakit.7)
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya
Hubungan tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare
pesan tersebut masyarakat, kelompok atau Hasil analisis tempat pembuangan tinja
individu dapat memperoleh pengetahuan.
menunjukkan persentase tempat pembuangan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan
tersebut
diharapkan
dapat
berpengaruh terhadap perubahan perilakunya.6)
tinja yang beresiko (jamban empang, sungai) yaitu 60,6% (20 responden) sedangkan pada tempat
pembuangan
tinja
tidak
beresiko
(jamban leher angsa) dan menderita diare yaitu Hubungan sumber kejadian diare Hasil
air
analisis
minum
dengan
11,4% (4 responden). Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat
minum
pembuangan tinja dengan kejadian diare pada
menunjukkan persentase sumber air minum
balita (p=0,0001). Hal ini dipengaruhi oleh
tidak terlindung yaitu 38,7% (24 responden)
faktor perilaku responden mengenai kesadaran
lebih tinggi dibandingkan dengan responden
masyarakat
yang menderita diare dan menggunakan sumber
lingkungan khususnya tempat pembuangan
ait minum terlindung yaitu 0,0%. Hasil analisis
tinja, masyarakat lebih memilih membuang
statistik
tinjanya
menunjukkan
sumber
bahwa
air
tidak
ada
akan
ke
pentingnya
sungai,
kesehatan
berdasarkan
hasil
hubungan antara sumber air minum dengan
wawancara mereka beranggapan bahwa dengan
kejadian diare pada balita (p=0,935). Hal ini
membuang tinja di sungai,
dikarenakan
langsung mengikuti arus air, padahal penularan
sebagian
besar
responden
maka tinja akan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 6
diare dapat dikarenakan air yang tercemar tinja
cuci tangan Ibu yang tidak beresiko (selalu)
penderita. Pada masyarakat Desa Purbo tersebut
yaitu 18,7% (1 responden), Hasil analisis
masih ada yang memanfaatkan air sungai untuk
statistik menunjukkan tidak ada hubungan
keperluan dirinya, seperti untuk mencuci tngan.
antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang
Tempat pembuangan tinja yang tidak saniter
tinja anak dengan kejadian diare pada balita
yaitu jamban empang dan sungai, tempat
(p=0,413), dan untuk analisis hubungan antara
pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
kebiasaan cuci tangan ibu sebelum menyuapi
kesehatan. Penularan diare bisa terjadi melalui
anak dengan kejadian diare menunjukkan
feses ke mulut dalam jalur ini kuman yang
bahwa persentase balita yang menderita diare
dikeluarkan dari tubuh penderita melalui feses
dan kebiasaan cuci tangan Ibu yang beresiko
dapat menulari orang lain bila tertelan melalui
terkena diare lebih besar yaitu 36,5% (23
kontaminasi suplai air sentuhan tangan di
responden) dibandingkan dengan kebiasaan
kamar mandi dan dapur, memakan makanan
cuci tangan Ibu yang tidak beresiko yaitu
yang terkontaminasi oleh lalat yang sudah
20,0% (1responden). Hasil analisis statistik
terkontaminasi feses penderita.8)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
Hubungan kebiasaan dengan kejadian diare. Hasil
cuci
tangan
Ibu
kebiasaan cuci tangan Ibu sebelum menyuapi anak dengan
analisis
hubungan
antara
kejadian
diare
pada
balita
(p=0,649).
kebiasaan cuci tangan ibu sesudah BAB dengan
Dari hasil analisis statistik tersebut
kejadian diare menunjukkan bahwa persentase
dapat disimpulkan bahwa kebiasaan cuci tangan
balita yang menderita diare dan kebiasaan cuci
Ibu sesudah BAB, sesudah buang tinja anak dan
tangan Ibu yang beresiko terkena diare lebih
sebelum menyuapi makan anak sama-sama
besar
responden)
tidak mempunyai hubungan dengan kejadian
dibandingkan dengan kebiasaan cuci tangan Ibu
diare. Pada hasil penelitian, responden yang
yang tidak beresiko terkena diare yaitu 20,0%
tidak mencuci tangan dengan sabun tetapi tidak
(2
menderita diarea, hal ini dipengaruhi oleh
yaitu
37,9
responden),
%
Hasil
(22
analisis
statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubunan antara
faktor
imunodefisiensi
kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB dengan
responden yaitu apabila daya tahan tubuh
kejadian diare pada balita (p=0,475), untuk
seseorang baik
hasil analisis kebiasaan cuci tangan ibu sesudah
patogen/kuman yang masuk ke dalam tubuh,
membuang tinja anak dengan kejadian diare
sedangkan apabila daya tahan tubuh seseorang
menunjukkan bahwa persentase balita yang
menurun
menderita diare dan kebiasaan cuci tangan Ibu
patogen/kuman yang masuk ke dalam tubuh.9)
maka
masing-masing
maka tubuh dapat menahan
tubuh
tidak
menahan
yang beresiko terkena diare yaitu 37,1% (23 responden) dibandingkan dengan kebiasaan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 7
12. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
KESIMPULAN 1. Sebagian besar pendidikan ibu adalah
kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah buang
rendah (67,6%).
tinja anak dengan kejadian diare(p= 0,413)
2. Hampir seluruh responden menggunakan
13. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
sumber air tidak terlindung (91,2%).
kebiasaan
3. Sebagian dari responden menggunakan
tangan
Ibu
sebelum
menyuapi makan anaknya dengan kejadian
tempat pembuangan tinja tidak beresiko terkena diare (51,5%).
cuci
diare (p=0,649) SARAN
4. Hampir seluruh responden mempunyai
1.
Bagi masyarakat
kebiasaan cuci tangan sesudah BAB yang
Masyarakat berperan aktif dalam
beresiko terkena diare dengan persentase
pencegahan diare dengan menyediakan
(85,3%)
pembuangan tinja yang memenuhi syarat
5. Hampir seluruh responden kebiasaan cuci
kesehatan dan melakukan hidup bersih
tangan sesudah buang tinja anak beresiko terkena
diare
(tidak
pernah,
kadang-
dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. 2.
kadang) dengan persentase yaitu 91,2% (62
Diharapkan
responden). 6. Hampir seluruh responden
Bagi Tenaga Kesehatan memberikan
informasi
secara rutin kepada masyarakat tentang mempunyai
kebiasaan cuci tangan sebelum menyuapi
bahaya diare dan pencegahannya. 3.
Bagi Peneliti lanjutan
makan anak beresiko terkena diare (92,6%).
Perlu adanya penelitian lebih dalam
7. Sebagian dari balita tidak menderita diare
mengenai faktor-faktor yang berhubungan
(64,7%).
dengan kejadian diare misalnya dengan
8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
mengukur sumber air minum berdasarkan
tingkat pendidikan Ibu dengan kejadian
syarat fisik, syarat bakteriologis dan juga
diare pada balita (p=0,591).
syarat kimia.
9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita (p=0,935).
DAFTAR PUSTAKA 1.
10. Ada hubungan yang signifikan antara tempat pembuangan tinja dengan kejadian
2. 3.
diare (p=0,0001) 11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan cuci tangan Ibu sesudah BAB dengan kejadian diare (p=0,475)
4.
Kunoli, Josep Firdaus. 2012. Penyakit Tropis. Jakarta: CV. Trans Info Media. WHO (World Health Organization). 2009. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Irianto,Susanto,Supartini, Inswisri, Irianti, & Anwar. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita,Bulein Penelitian Kesehatan. Tahun 2000 No.24 hal 77-96.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 8
5.
6. 7. 8.
9.
Widjaja, 2001. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka. Notoatmodjo, 2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Efendi, Ferry 2009. Teori dan Praktik Keperawatan. Jakarta: 2009 Departemen Kesehatan R.I, 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI. Wijoyo, Yosep. 2013. Pahami Penyakit Diare dan Obatnya. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 9