KEHARMONISAN KELUARGA ANTARA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI PADA PERNIKAHAN USIA DINI PENI RATNAWATI Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara suami dan istri serta hubungan antara kematangan emosi dengan keharmonisan keluarga pada pernikahan usia dini. Subyek penelitian ini berjumlah 40 pasang yang menikah pada usia dini warga kecamatan Karangtengah. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah studi populasi. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Uji t dan Analisis Korelasi product moment. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan emosi antara suami dengan istri dan adanya perbedaan antara keharmonisan keluarga menurut suami dan istri. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,453 dan p=0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan yang positif antara kematangan emosi dan keharmonisan keluarga. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: Keharmonisan Keluarga, Kematangan Emosi.
FAMILY HARMONY BETWEEN HUSBAND AND WIFE IN TERMS OF EMOTIONAL MATURITY AT AN EARLY AGE MARRIAGE.
Abstract The research aimed to analyze the difference between husband and wife as well as the relations between the maturity of emotion with the family harmony at an early age marriage. This amount is 40 pairs of respondent who are married at an early age residents karangtengah sub-district. The technique of adoption of the data used is the study population. Methods of data analysis is done using the product moment correlation technique and analysis of t-test. Result of the analysis showed that there was no difference between the maturity of emotions with a wife and husband of the difference between the family harmony according to a husband and wife. Based on the result analysis of data obtained known that the rxy = 0,453 and p = 0,000 ( p & it; 0.01 ) that mean there was a positive relationship between the maturity of emotion and harmony the family. So that hypothesis in research is accepted. Keywords: Family Harmony, Emotional Maturity.
155
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial, yang
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan
Esa. Pernikahan merupakan salah suatu
dan saling tergantung terhadap manusia
aktivitas
lainnya. Dengan sifat dan hakekat itu,
umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang
manusia
ingin
selalu
berusaha
untuk
selalu
individu.
dicapai
Aktivitas
oleh
individu
individu
yang
memenuhi kebutuhannya. Diantara kebutuhan
bersangkutan, demikian pula dalam hal
tersebut adalah kebutuhan sosial. Untuk
pernikahan. Karena pernikahan merupakan
memenuhi kebutuhan sosialnya, maka mereka
suatu aktivitas dari satu pasangan, maka
biasanya
sudah
akan
melakukan
pernikahan.
selayaknya
merekapun
juga
Manusia dalam proses perkembangan untuk
mempunyai tujuan tertentu, tetapi karena
meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan
pernikahan itu terdiri dari dua individu, maka
hidup yang dapat memberikan keturunan.
adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka
Pernikahan
jalan
untuk
bisa
itu tidak sama. Bila hal tersebut terjadi, maka
rumah
tangga
yang
tujuan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu
bahagia. Pernikahan adalah suatu penyatuan
kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito,
jiwa dan raga dua manusia berlawanan jenis
2004:13).
mewujudkan
sebagai suatu
dalam suatu ikatan yang suci dan mulia di
Setiap orang yang memasuki kehidupan
bawah lindungan hukum dan Tuhan Yang
berkeluarga
Maha Esa (Walgito:2004:11). Kertamuda
menginginkan
(2009:16)
bahwa
harmonis, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
pernikahan adalah suatu yang sangat sakral
Hal ini telah menjadi keinginan dan harapan
dan tidak hanya melibatkan pasangan yang
mereka jauh sebelum dipertemukan dalam
akan berkomitmen yang akan menikah, namu
ikatan pernikahan yang sah. Keharmonisan
juga melibatkan keluarga besar kedua belah
Rumah
pihak.
Keharmonisan berasal dari kata harmonis
Menurut
juga
mengungkapkan
Undang-Undang
Pernikahan,
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara
melalui
pernikahan
terciptanya
Tangga
-
tentu
keluarga
Secara
yang
terminologi
yang berarti serasi, selaras. Titik berat dari keharmonisan
keluarga
adalah
keadaan 156
selaras atau serasi, keharmonisan bertujuan
dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan
untuk mencapai keselarasan dan keserasian,
mengenai dunia pernikahan, serta kurangnya
dalam kehidupan rumah tangga perlu menjaga
kesiapan untuk menikah (Papalia Olds dan
kedua
Wendkos, 2004).
hal
tersebut
untuk
mencapai
keharmonisan rumah tangga (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Keluarga
Pengertian pernikahan dini adalah sebuah
merupakan
bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau
tempat para penghuninya beristirahat dari
kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun
suatu kepenatan aktivitas, sehingga keluarga
atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah
haruslah menyenangkan. Menurut
sekcam
Karangtengah, Demak pernikahan banyak
menengah atas. Jadi sebuah pernikahan
membawa
juga
orang
di
kecamatan
disebut pernikahan dini, jika kedua atau salah
faktanya
meskipun
satu pasangan masuk berusia di bawah 18
kebahagiaan yang
tapi
tahun (masih berusia remaja) (YPAN, 2008).
mengakhiri Kebiasaan yang terjadi di kecamatan
pernikahannya dengan perceraian. Perceraian tentunya tidak terjadi begitu saja, pasti ada faktor yang mendasarinya. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Makamah Agung yang mengungkapkan bahwa faktor penyebab perceraian yang paling banyak adalah perselisihan yang terus menerus yang disebabkan oleh pernikahan.
ketidakharmonisan dalam Banyak
mempengaruhi
faktor
ketidakharmonisan
yang dalam
pernikahan, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ketidak harmonisan dalam keluarga adalah faktor emosi. Salah satu
Karangtengah, Demak adalah pernikahan yang dilakukan usia muda, dimana kebiasaan yang terjadi adalah anak perempuan yang berusia 15 tahun dan belum menikah, seringkali justru dianggap tidak laku. Bahkan terdapat pula pernikahan dalam usia relatif muda yaitu 13 tahun. Perkembangan ini amat mengkhawatirkan, karena berdasarkan data dari
kecamatan
Karangtengah,
jumlah
pernikahan setiap tahunnya selalu meningkat, namun jumlah perceraian juga meningkat pula. Berdasarkan data terlihat bahwa selama 4
adalah
tahun terakhir, terdapat peningkatan jumlah
ketidakmampuan pasangan menyesuaikan diri
pernikahan yang terjadi pada kecamatan
dengan peran dan tugasnya. Hal tersebut
Karangtengah, Demak, namun dalam tahun
penyebab
konflik
rumah
tangga
yang sama pula, jumlah kasus perceraian yang 157
terjadi juga mengalami peningkatan. Hal ini
cukup matang. Hasil ini bertolak belakang
mengindikasikan
dengan teori yang menyatakan bahwa kurang
bahwa
terdapat
banyak
kasus ketidakharmonisan dalam keluarga
matangnya
yang menyebabkan terjadinya perceraian.
perceraian.
Data yang didapat dari Kantor Urusan Agama,
menyebutkan
bahwa
emosi
akan
mengakibatkan
Keharmonisan Keluarga
banyak
pasangan yang menikah usia dini, lalu bercerai pula dalam usia masih relatif muda.
Keharmonisan keluarga adalah adanya komunikasi aktif di antara mereka-terdiri dari suami istri, dan atau anak atau siapapun yang
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa
tinggal
bersama
(Subhan,
2004).
pada tahum 2009-2012, terdapat banyak
Keharmonisan rumah tangga adalah proses
pasangan yang menikah di bawah umur
dinamis yang melibatkan kepiawaian seluruh
dengan
anggota
alasan
beragam,
antara
lain
keluarga
dan
dialog
adalah
perjodohan, hamil di luar nikah maupun yang
keniscayaan
betul-betul saling mencintai. Sedangkan pada
(Ronosulistyo, Rosalina dan Angelina, 2009).
tahun
yang
sama
terdapat
pula
pada saat menikah, usia dari pasangan atau salah satu individu masih di bawah umur. Banyak pasangan yang menikah pada usia dini pada kecamatan Karangtengah, Demak, hal ini menjadi fenomena tersendiri karena secara emosional, usia yang masih sangat muda tersebut belum cukup mampu dan dalam
mengatasi
kesulitan
dan
Berdasarkan hasil angket yang dilakukan peneliti
mengalami
terhadap perceraian,
prosesnya
Menurut Mitrofan dan Ciuperca (1998 dalam Adriana et al, 2012), keharmonisan keluarga adalah bagaimana suami dan istri dapat melakukan komunikasi, motivasi, serta mengetahui lebih dalam tentang pasangannya dalam mengembangkan hubungannya sebagai suatu keluarga. Menurut Kidwell et al (2012) dalam Pekdemir et al (2013), keharmonisan keluarga adalah ukuran dari persepsi standar dari pola
kehidupan berumah tangga.
oleh
setiap
kasus
perceraian dimana pasangan yang bercerai
tenang
dalam
20
orang
terlihat
yang bahwa
sebagian besar individu yang melakukan
perilaku
keluarga
yang
mencerminkan
sinkronisasi dan integrasi di antara anggota keluarga yang juga diindikasikan melalui anggota keluarga.
perceraian memiliki kematangan emosi yang 158
Secara terminologi keharmonisan berasal
Dalam
penelitian
ini
peneliti
dari kata harmonis yang berarti serasi, dan
menyimpulkan bahwa keharmonisan keluarga
selaras (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
merupakan hubungan antara suami dan istri
2012).
atau kedua orangtua dalam hubungan kasih
Keharmonisan
bertujuan
untuk
mencapai keselarasan dan keserasian dalam
sayang.
kehidupan. Keluarga perlu menjaga kedua hal
ketentraman
tersebut untuk mencapai keharmonisan.
kebahagiaan jiwa, dan kesenangan jasmaniah,
Keharmonisan
keluarga
merupakan
hubungan antara suami dan istri atau kedua orang tua dalam hubungan kasih sayang.
Hubungan hati,
yang
menciptakan
ketenangan
pikiran,
serta dapat mengantarkan seseorang hidup lebih bahagia, lebih layak dan lebih tentram. Aspek-aspek
keharmonisan
dalam
Hubungan ini dapat menciptakan ketentraman
keluarga menurut Sadarjoen (2005:68) antara
hati, ketenangan pikiran, kebahagiaan jiwa,
lain sebagai berikut:
dan kesenangan jasmaniah. Hubungan kasih sayang
ini
dapat
memperkuat
kebersamaan
antar
anggota
a. Faktor keimanan keluarga
rasa
Faktor keimanan merupakan faktor
keluarga,
penentu penting, yaitu penentu tentang
kekokohan pondasi keluarga, dan menjaga
keyakinan atau agama yang akan di
keutuhannya. Cinta dan kasih sayang dapat
pilih oleh kedua pasangan.
menciptakan rasa saling menghormati dan
b. Continuous improvement .
saling bekerja sama, bahu-membahu dalam
Terkait dengan sejauh mana tingkat
menyelesaikan setiap problem yang datang
kepekaan perasaan antar pasangan
menghadang perjalanan kehidupan berumah
terhadap
tangga. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 1
pernikahan.
tantangan
ayat 2 UU Pernikahan No 1 Tahun 1974 yang
c. Kesepakatan
mendeskripsikan pernikahan sebagai ikatan
jumlah anak.
lahir batin antara seorang pria dengan seorang
Sepakat untuk menentukan berapa
wanita sebagai suami istri dengan tujuan
jumlah anak yang akan dimiliki suatu
membentuk keluarga, rumah tangga yang
pasangan yang baru menikah.
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Nuruddin dan Tarigan,
tentang
permasalahan
perencanaan
d. Kadar rasa bakti pasangan terhadap orang tua dan mertua masing-masing.
2006:42). 159
Keadilan
dalam
memperlakukan
Kematangan Emosi
kedua belah pihak : keluarga, orang tua atau mertua beserta keluarga besarnya.
merupakan
keadaan
yang
ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya
e. Sense of humour. Menciptakan suasana
Emosi
atau
ceria
memiliki
dengan perilaku yang mengarah (approach) menghidupkan
didalam
makna
keluarga
terapi,
yang
memungkinkan terciptanya relasi yang
atau
menyingkiri
(avoidance)
terhadap
sesuatu dan perilaku tersebut pada umumnya disertai
adanya
ekspresi
kejasmanian,
sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa
penuh keceriaan.
seseorang sedang mengalami emosi Walgito
Sikap adil antar pasangan terhadap
(2004:209), Emosi tak pernah diam. Emosi
kedua belah pihak keluarga besar
tak akan pernah menjadi permanen. Karena
Menurut Gunarsa (2012:16), terdapat
itulah disebut emosi yang berasal dari kata
beberapa
mempengaruhi
Prancis emotion, yang berasal lagi dari
keharmonisan keluarga yaitu suasana rumah
emouvoir, excite, yang berdasarkan kata Latin
yang harus diciptakan sedemikian rupa
emovere, yang terdiri dari kata-kata e-
sehingga menjamin timbulnya suasana dan
(variant atau ex-), artinya “keluar” dan
perasaan aman. Hal ini bukan berarti bahwa di
movere,
dalam keluarga tersebut tidak ada maasalah
“Motivasi” juga bersal dari kata movere).
yang harus diatasi atau perselisihan paham
Dengan demikian, secara etimologi emogi
yang tercetus dalam pertengkaran. Faktor lain
berarti “bergerak keluar”. (Sarwono, 2010
yang
:125).
juga
faktor
yang
mempengaruhi
keharmonisan
“bergerak”
artinya
(istilah
keluarga menurut Gunarsa (2000), adalah kondisi ekonomi keluarga. Tingkat sosial ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam sebuah keluarga. Akibat banyaknya masalah yang ditemui karena kondisi keuangan yang memprihatinkan ini menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak harmonis.
Chaplin
(2008:165)
mendefinisikan
kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi
mencapai
perkembangan Chaplin
tingkat
emosional.
(2008:165),
kedewasaan Ditambahkan
kematangan
emosi
adalah suatu keadaan atau kondisi untuk mencapai
tingkat
kedewasaan
dari
perkembangan emosional seperti anak-anak, 160
kematangan
emosional
berhubungan
dengan
seringkali
kontrol
emosi.
Seseorang yang telah matang emosinya memiliki
kekayaan
dan
keanekaragaman
mengantisipasi secara kritis situasi yang dihadapi. Menurut pendapat Walgito (2004:45) ada beberapa aspek kematangan emosi, yaitu:
ekspresi emosi, ketepatan emosi dan kontrol a. Dapat menerima baik keadaan dirinya
emosi.
maupun keadaan orang lain seperti Seseorang
yang
kematangan
emosi
emosinya.
Emosi
telah
dapat
mencapai
mengendalikan
sesuai
obyektifnya.
dengan
Hal
ini
keadaan disebabkan
terkendali
karena seseorang yang lebih matang
menyebabkan orang mampu berpikir secara
emosinya dapat berpikir secara lebih
baik,
baik, dapat berpikir secara obyektif.
melihat
yang
adanya,
persoalan
secara
objektif
(Walgito, 2004: 44). Lebih lanjut (Hurlock 1999:213) mendefinisikan kematangan emosi sebagai tidak meledaknya emosi dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat
yang
lebih
tepat
untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang
lebih
dapat
diterima.
Petunjuk
b. Tidak bersifat implusif, akan merespon stimulus dengan cara berpikir baik, dapat
mengatur
memberikan
pikirannya
tanggapan
untuk
terhadap
stimulus yang mengenainya. c. Dapat
mengontrol
emosi
dan
kematangan emosi yang lain adalah bahwa
mengekspresikan emosinya dengan
individu menilai situasi secara kritis terlebih
baik.
dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Dalam
penelitian
menyimpulkan
yang
ini
dimaksud
d. Bersifat sabar, penuh pengertian dan
peneliti
pada umumnya cukup mempunyai
dengan
toleransi yang baik.
kematangan emosi adalah kemampuan dan
e. Mempunyai tanggung jawab yang
kesanggupan individu untuk memberikan
baik, dapat berdiri sendiri, tidak
tanggapan
dalam
mudah mengalami frustasi dan akan
menghadapi tantangan hidup yang ringan dan
menghadapi masalah dengan penuh
berat serta mampu menyelesaikan masalah,
pengertian.
emosi
dengan
baik
mampu mengendalikan emosi dan mampu
161
Hurlock (1999: 213) bahwa individu yang
mengalami
kematangan
emosi
memperlihatkan beberapa aspek: a.
Membicarakan
dan perkataannya dapat menyakiti orang lain. c. Seseorang
berbagai
masalah
dapat
menyatakan
perasaanya dengan cara-cara yang
pribadinya dengan orang lain
konstruktif,
dan
menyatakan
kekecewaan dengan bijaksana.
b. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa
d. Seseorang dengan keadaan beban
aman dalam hubungan sosial dan
perasaan berat, dia tidak menuduh
sebagian oleh tingkat kesukaannya
perasaan-perasaan itu menghancurkan
pada ”orang sasaran” yaitu orang yang
hidupnya, tetapi berusaha mengatasi
kepadanya remaja mau mengutarakan
perasaan-perasaan
berbagai
bijaksana
kesulitannya,
dan
oleh
tingkat penerimaan orang sasaran itu.
dengan
Metode Penelitian
c. Belajar menggunakan ”katarsis emosi” untuk menyalurkan emosinya
itu
Populasi dalam penelitian ini adalah para pasangan suami istri yang menikah dini di
d. Mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi secara objektif
kecamatan memiliki
Karangtengah, karakteristik
Demak
umur
yang
pada
saat
Seseorang yang secara emosional matang,
menikah sekitar 15 sampai 18 tahun, dengan
menunjukkan ciri-ciri kematangan sebagai
lama menikah sekitar 4 sampai 7 tahun, dan
berikut dalam ( Imtima 2007) :
usia mereka sekarang sekitar 21 sampai 25 tahun. Jumlah subyek penelitian yang dipakai
a. Dapat menahan diri, tidak emosional di dalam menanggapi sesuatu masalah yang sedang dihadapi.
dan
sini. Dalam
b. Seseorang akan berusaha mengenal perasaan-perasaan
40 pasangan suami istri yang menika di usia
penelitian
ini
peneliti
menggunakan studi populasi yang merupakan
mensensor
penelitian terhadap kelompok besar orang
perkataannya sebelum mengemukakan
yang berpartisipasi dalam studi penelitian,
perasaannya,
yang terdiri atas subyek yang mempunyai
kalau-kalau
pendapat
kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan 162
oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
antara kematangan emosi dan keharmonisan
ditarik kesimpulannya.
keluarga,
dengan
bantuan
IBM
SPSS
Teknik analisis data yang digunakan
(Statistical Packages for Social Science) for
untuk menguji hipotesis adalah teknik uji
Windows 19. Berdasarkan hasil analisis data
beda untuk mengukur perbedaan antara
yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,453
keharmonisan
kematangan
dan p=0,000 (p < 0,01) yang berarti ada
emosi suami dan istri. Analisis korelasi
hubungan yang positif antara kematangan
product moment digunakan untuk mengetahui
emosi dan keharmonisan keluarga, sehingga
hubungan
hipotesis
keluarga
dan
keharmonisan
keluarga
dan
dalam
penelitian
ini
yang
kematangan emosi.
menyebutkan bahwa ada hubungan antara
Hasil dan Pembahasan
kematangan
emosi
dan
keharmonisan
Berdasarkan uji beda, terlihat dari hasil
keluarga diterima. Kematangan emosi mutlak
Levene statistic bahwa nilai signifikansi
diperlukan dalam usaha pasangan usia dini
adalah 0,043 < 0,05 sehingga dapat dikatakan
dalam
keharmonisan
suami
keharmonisan keluarganya. Dengan adanya
dengan istri tidak sama. Hasil ini berarti dapat
kematangan emosi dan kedewasaan dari
menolak
Ho
dikatakan
pasangan, maka diharapkan pasangan suami
terdapat
perbedaan
keharmonisan
istri memiliki tingkat toleransi yang tinggi
keluarga
sehingga
menurut
dapat
antara
keluarga menurut suami dengan istri.
mempertahankan
pernikahan
dan
antar pasangannya, berpengertian dengan
Berdasarkan hasil uji beda, terlihat dari
kondisi yang terjadi saat ini dan terus mau
hasil Levene statistic bahwa nilai signifikansi
berusaha
adalah 0,493 > 0,05 sehingga dapat dikatakan
karena
kematangan emosi menurut suami dengan
berkeluarga berlangsung seumur hidup.
istri memiliki varian yang sama. Hasil ini
Simpulan
berarti dapat menerima Ho sehingga dapat
untuk
melakukan
penyesuaian
Berdasarkan
dalam
hasil
penyesuaian, kehidupan
penelitian
terlihat
dikatakan tidak terdapat perbedaan antara
terdapat
kematangan emosi suami dengan istri.
keluarga menurut suami dengan istri. Hal ini
Selanjutnya
dilakukan
uji
perbedaan
antara
keharmonisan
hipotesis
mengindikasikan bahwa walaupun menurut
dengan menggunakan teknik korelasi Product
suami rumah tangga saat ini telah harmonis,
Moment untuk menguji apakah ada hubungan
namun hal itu belum tentu juga berlaku 163
menurut istri sehingga hal ini sering kali dapat memicu pertengkaran yang mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga. Berdasarkan hasil uji beda t, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan antara kematangan emosi suami dengan istri. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif
antara
keharmonisan
kematangan keluarga
emosi
dimana
dan
semakin
tinggi kematangan emosi maka keharmonisan keluarga akan semakin tinggi pula, ataupun sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka
akan
semakin
rendah
pula
keharmonisan keluarga, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Duvall, E.M. dan Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. New York : Harper & Row Publisher Inc. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Gunarsa, D. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta : PT BPK. Gunung Mulia http://kampiunpsikologi.wordpress.com/2008/ 11/19/pengertian-kematangan-emosi/ diakses pada 14 /09/ 2013 http://alitrigiyatno.wordpress.com/2012/03/ diakses pada 16/10/2013 http://pasutrisejahtera.blogspot.com/2013/09/ keluarga-harmonis-dan-sejahtera.html diakses pada tanggal 14/09/2013 http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertia n-keluarga-harmonis.html diakes pada tanggal 15/09/2013 Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Daftar Pustaka
Hadi,S. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Basri, H. 1996. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta. Salemba Humanika
Chaplin, J.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. PT Raja Grafindo.
Khairani, Rahma dan Dona Eka Putri. 2008. Kematangan Emosi Pada Pria dan Wanita Yang Menikah Muda. Jurnal Psikologi Volume 1. No.2. Juni 2008.
Daradjad, Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang. Daradjad, Zakiyah. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Mar’at, S. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya. Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia : Studi Kritis 164
Perkembanagan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI. Jakarta : Prenada.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2008. Emotional learning. Alih Bahasa: Ahmadi Kahfi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarwono, S. W. 2011. Psikologi sosial, individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Papalia, Diane E. and Sally Wendkos. 1995. Human Development. New York: Mc Graw-Hill Inc.
Subhan, Zaitunah. 2004. Menuju Keluarga Sakinah.Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitiatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.
Osho.
Qoriah, Indah Nur. 2009. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Keharmonisan Keluarga (Suami-Istri) di Dusun Nglempung, Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat,, Kabupaten Blitar. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang Ronosulistyo, dr. Hanny, dr. Hj. Ina Rosalina, dan Ayu Angelina. 2009. Dialog Keluarga Menuju Surga. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Sadarjoen, Sawitri Supardi. 2005. Konflik Marital. Bandung. Refika Aditama
Syazili, Ahmad. 2008. Hubungan Keluarga Harmonis dan Tingkah Laku Siswa. Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Malang Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Rajawali Pers. Walgito, B. 2006. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi. Widyawati, S. 2002. Penyesuaian Diri Remaja Ditinjau Dari Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Jenis Kelamin. Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata, Semarang.
165