kampoeng percik
Kegiatan Penelitian Percik Kontribusi Dari Administrator Monday, 15 October 2007
Percik menempatkan kegiatan penelitian sebagai salah satu pilar utama disamping kegiatan advokasi dan refleksi. Kegiatan penelitian dilaksanakan berdasar minat dari dalam lingkungan Percik sendiri, kerjasama dengan lembaga lain, ataupun atas 'pesanan'dari pihak luar. Khususnya terhadap penelitian pesanan, Percik berusaha secara kritis mempertimbangkan kandungan kepentingan dan kemanfaatan dari penelitan yang dipesan. Untuk mengembangkan kegiatan di bidang penelitian Percik mengembangkan dua pusat penelitian, yaitu Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL), serta Pusat Studi Transformasi Praktek-praktek Keagamaan Lokal. - Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL) - Pusat Studi Transformasi Praktek-Praktek Keagamaan Lokal - Contoh Kegiatan Penelitian yang Dilakukan oleh Lembaga Percik PUSAT PENELITIAN POLITIK LOKAL (P2PL) Pusat Penelitian Politik Lokal (P2PL), semula bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Politik Lokal (P3PL), berdiri pada pertengahan tahun 1999. Pendirian pusat penelitian ini merupakan wujud keinginan Percik untuk mengkaji dinamika dan perkembangan politik lokal sesudah Orde Baru, memberikan dukungan kepada kebijakan yang mempertimbangkan situasi dan kondisi politik lokal, mengembangkan fungsi pusat informasi tentang politk lokal, dan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat dalam bidang sosial politk oleh masyarakat yang bersangkutan dengan memperhitungkan temuan penelitian. Berkat antara lain dukungan dana dari The Ford Foundation, selama kurun waktu 1999-2005 P2PL telah melakukan sejumlah program yang berorientasi pada gagasan tersebut di atas yang mencakup kegiatan-kegiatan penelitian, pengembangan kelembagaan, dan upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan penelitian P2PL memfokuskan pada aspek-aspek dari gejala perubahan politik di aras lokal, baik di pedesaan, kecamatan maupun kabupaten/kota. Ada enam gejala perubahan yang ditelaah, yaitu (1) adanya perubahan atau pergeseran pusat-pusat kekuasaan, (2) adanya perubahan basis relasi politik, (3) meluasnya gejala faksionalisme, (4) adanya perubahan pola kepemimpinan, (5) perubahan fungsi ideologi, dan (6) adanya perkembangan lembaga lokal. Keenam gejala perubahan itu didekati lewat telaah terhadap isu-isu yang muncul di lokasilokasi penelitian P2PL (yaitu di wilayah pedesaan di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara, Kabupaten Mamasa Sulewesi Selatan, dan Kabupaten Sumba Timur, NTT). Pemahaman yang diperoleh dari kegiatan penelitian mengungkapkan antara lain, teridentifikasikannya gejala-gejala perubahan dalam politik lokal baik dalam kelembagaan formal maupun dalam dinamika di kalangan masyarakat, terungkapkannya kerangka acuan kultural dalam dinamika politik lokal, dan peranan dari kelompok-kelompok agama dalam kehidupan masyarakat desa. Selain itu untuk menopang kegiatan penelitian, P2PL menyelenggarakan seminar tentang metodologi penelitian, seminar tentang temuan penelitian, dan seminar oleh para tamu (sosiolog, antropolog, dan ahli ilmu politik) yang memberikan seminar datang baik dari dalam negeri (UGM, UNDIP, UNAIR, LIPI) maupun luar negeri (VU-Amsterdam). Untuk mengembangkan jaringan peminat studi politik lokal, P2PL menyelenggarakan Seminar Internasional Dinamika Politik Lokal di Indonesia. Seminar ini diselenggarakan setiap tahun, pada tahun 2006 ini sudah memasuki tahun ketujuh. Selain itu P2PL juga melakukan pembentukan basis pemerhati politik lokal melalui training yang mencakup pemahaman teroritis dan latihan ketrampilan penelitian, serta pemberian beasiswa kepada peneliti (yang berasal dari kalangan perguruan tinggi dan LSM) yang melakukan studi politk lokal. Dalam pengembangan kelembagaan tercakup upaya pengembangan sarana pendukung bagi kegiatan-kegiatan P2PL, seperti (1) pengembangan koleksi kepustakaan dalam bidang politik lokal, (2) penerbitan berkala jurnal Politik LokalHumaniora Renai, (3) penerbitan seri monografi tentang politik lokal, (4) kerjasama pelatihan metodologi (antara lain dengan FISIPOL-UGM, dan CCSS Yogyakarta), dan (5) kerjasama penelitian (dengan Menristek, CRWRC, dsb). Termasuk ke dalam jenis kegiatan ini adalah pemberian bimbingan penelitian bagi berbagai pihak (misalnya peserta training tersebut di atas, penerima dana RUKK-Menristek) dan penyediaan fasilitas station (pangkalan) penelitian. Selama kurun waktu 1999 - 2006 sejumlah peneliti tamu, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, telah memanfaatkan fasilitas station penelitian P2PL. http://www.percik.or.id
Menggunakan Joomla!
Generated: 19 January, 2017, 12:21
kampoeng percik
P2PL mendorong upaya masyarakat sendiri untuk mengembangkan kemampuan setempat dengan turut memperhitungkan hasil penelitian di lokasi studi. Realisasi kegiatan ini (lewat FBB dan PDR) telah menunjukkan antara lain perkembangan benih-benih demokrasi pada aras pedesaan. Kembali ke Awal Pusat Studi Transformasi Praktek-Praktek Keagamaan Lokal
Disamping Pusat Penelitian Politik Lokal, Percik mengambangkan Pusat Studi dan Penelitian Transformasi PraktekPraktek Keagamaan Lokal. Pengembangan pusat studi dan penelitian ini dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa kajian praktek-praktek keagamaan lokal sangat diperlukan untuk memahami sifat perubahan politik pada aras lokal. Kajian praktek-praktek keagamaan lokal dapat membantu mencermati berbagai bentuk 'keagenan' lokal dalam arti luas; 'akar dan rute' perubahan yang bermula sebagai proses lokal. Studi agama lokal sering diabaikan karena dianggap kurang relevan bagi pemahaman terhadap perubahan politik dan ekonomi. Pada hal praktek-praktek keagamaan membantu mengungkapkan cara-cara pemegang peran lokal memahami situasi setempat dan berupaya mengatasi hambatan yang mereka hadapi. Dalam praktek keagamaan, masyarakat setempat merenungkan dan menanggapi isu-isu penting serta hambatan yang mereka hadapi. Praktek keagamaan dapat dipandang sebagai cara-cara mengatasi isu-isu serta hambatan konkret yang menantang para pemegang peran lokal. Pemahaman tentang agama-agama setempat dapat menjadi kunci untuk memahami transformasi politik dalam arti yang lebih luas. Kegiatan dari Pusat Studi Transformasi Praktek-praktek Keagamaan Lokal meliputi kegiatan penelitian mengenai berbagai topik yang diminati oleh anggota tim peneliti (lihat uraian mengenai Penelitian tentang Sejarah Praktek Keagamaan Lokal), training metodologi dalam rangka penyiapan penelitian lapang dari kegiatan Percik sendiri, training metodologi atas permintaan dari pihak luar (Lingkungan Universitas, Lembaga Research, Lembaga Keagamaan, dsb), seminar dan diskusi mengenai topik-topik khusus, serta publikasi. Sejak dikembangkannya kedua pusat penelitian itu, kegiatan-kegiatan penelitian lembaga Percik di koordinasikan dibawah keduanya.Kembali ke Awal Contoh Kegiatan Penelitian yang Dilakukan oleh Lembaga Percik Sejak tahun 1996 Percik telah melaksanakan beberapa kegiatan penelitian yaitu:
1. Penelitian tentang Pelaksanaan Hak-Hak Sipil Para Penganut Khong Hu Cu di Beberapa Kota di Jawa Tengah (1996) Kebijakan Orde Baru yang secara resmi hanya mengakui lima agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha menimbulkan berbagai kesulitan bagi para penganut Khong Hu Cu untuk memperoleh hak-hak sipil mereka. Salah satunya adalah dalam hal pencatatan perkawinan mereka. Penelitian singkat di Beberapa kota di Jawa Tengah mencoba mengungkap persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi oleh para penganut Kong Hu Cu dalam memperoleh hak-hak sipil mereka beserta cara-cara pengatasannya. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka persiapan penyelenggaraan sebuah seminar nasional untuk ikut memperjuangkan pengakuan pemerintah terhadap eksistensi Kong Hu Cu di Indonesia. 2. Penelitian tentang Gejala Kekerasan Massal di Pekalongan (1998) Pada pertengahan dekade 90an di beberapa wilayah di Indonesia marak terjadinya tindak kekerasan, kerusuhan dan amuk massal. Kota Pekalongan sebagai kota industri batik mengalami beberapa kali kerusuhan massal yang disertai dengan pengrusakan toko-toko Cina beserta beberapa tempat ibadah. Penelitian mengenai kerusuhan massal di Pekalongan ini dilaksanakan oleh Percik dalam kerjasama dengan Dr. Arief Budiman dari Melbourne University. Penelitian lapang dilaksanakan pada pertengahan tahun 1998. 3. Penelitian tentang pelaksanaan Pemilu tahun 1999 di sekitar Salatiga (1999). Penelitian ini berusaha untuk mengamati perubahan-perubahan sosial politik yang terjadi di tiga desa penelitian pada masa menjelang dan saat dilaksanakannya Pemilu 1999. Gejala politik yang diamati antara lain menyangkut kinerja partai politik, perilaku para pemilih (khususnya pemilih pemula), peran birokrasi pemerintah dan strategi para kontestan dalam memenangkan partainya. Penelitian mengenai pelaksanaan Pemilu pertama pasca tumbangnya rejim Suharto ini dilaksanakan di tiga desa di sekitar Salatiga, yang masing-masing berbeda dalam latar belakang sumber-sumber ekonomin, jauh dekatnya dari perkotaan (akses terhadap berita), serta dominasi afiliasi keagamaan penduduknya. 4. Studi Longitudinal pelaksanaan JPS-BK di Jawa Tengah.(1999) Sebagai akibat dari krisis multidimensional yang dialami masyarakat Indonesia, maka diterapkanlah implementasi program-program Jaringan Pengaman Sosial (JPS). Salah satu program JPS adalah program di bidang kesehatan yang khusus diperuntukkan bagi warga masyarakat keluarga miskin. Menelaah pelaksanaan program itu, maka Percik dan FKM - Undip, Semarang, melakukan pemantauan di dua kabupaten dan di dua kota dengan menggunakan pendekatan Process Documentation Research. Pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan pemantauan itu adalah antara lain: (1) Penetapan keluarga miskin yang menjadi tujuan program itu tidak dapat begitu saja menggunakan kriteria BKKBN. Percik mengintroduksikan identifikasi keluarga miskin dengan memanfaatkan pengetahuan warga masyarakat lokal (pimpinan RT dan tokoh masyarakat) yang dirasa lebih sesuai dengan persepsi masyarakat setempat tentang lapisan keluarga miskin. http://www.percik.or.id
Menggunakan Joomla!
Generated: 19 January, 2017, 12:21
kampoeng percik
(2) Forum PDR yang mempartisipasikan pihak - pihak policy makers, pegawai pelaksana, dan wakil masyarakat keluarga miskin dalam membahas laporan-laporan PDR secara periodik menjadi forum belajar bagi semua pihak, termasuk belajar dari apa yang diutarakan oleh keluarga miskin. (3) Keputusan yang disepakati dalam forum PDR belum tentu direalisasikan antara lain karena policy makers tidak lagi hadir pada pertemuan forum berikut (4) Berhentinya ketersediaan dana untuk program yang bercorak darurat ini membatasi keberlanjutan realisasi kesepakatan-kesepakatan yang menuntut masa yang lebih panjang. 5. Penelitian tentang Dinamika Politik Lokal di Kecamatan Suruh (1999-sekarang). Mundurnya Soeharto sebagai Presiden RI ke-2 pada pertengah 1998 membawa perubahan besar dalam langgam, sistem dan struktur politik secara nasional. Perubahan kondisi perpolitikan yang merebak sejak awal era reformasi itu menggugah dorongan untuk menelaah dinamika politik pada aras lokal, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Yang ingin ditelaah bukan hanya aspek pertarungan kekuatan politik pada aras lokal melainkan juga kebijakan-kebijakan politik yang masuk ke aras lokal. Mengingat desa masih merupakan basis massa serta basis dari berbagai usaha pengembangan sosial - ekonomi dan sosial politik, maka menarik untuk mempelajari bagaimana dampak perkembangan politik di aras nasional terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian tentang dinamika politik lokal di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dimulai sejak Juni 1999 dan memfokuskan pada "aspek-aspek dari gejala perubahan
politik di aras lokal terutama di pedesaan". Ada enam gejala perubahan yang ditelaah yaitu: (1) adanya perubahan atau pergeseran pusat-pusat kekuasaan, (2) adanya perubahan basis relasi politik, (3) meluasnya gejala faksionalisme, (4) adanya perubahan pola kepemimpinan, (5) perubahan fungsi ideologi, dan 6) adanya perkembangan lembaga lokal. Keenam gejala perubahan itu didekati lewat telaah terhadap isu-isu yang muncul di desa-desa studi. Hasil awal dari penelitian ini telah dipublikasikan dalam bentuk artikel, makalah seminar dan seri monografi. 6. Penelitian tentang Dimensi Etis dalam Pengembangan Ilmu dan Pelayanan Dunia Profesi ( 2000 s/d 2004) Penelitian ini adalah penelitian yang diminta oleh Kantor Menristek, khusus Deputi II Menristek, kepada Percik. Permintaan itu muncul sesudah Deputi II Menristek menghadiri dan berpartisipasi dalam Seminar Internasional I yang diselenggarakan Percik di Yogyakarta, Juli 2000. Permintaan itu direspons positif oleh Percik dalam kerangka pengembangan hubungan Percik dengan Kantor Menristek. Landasan pemikiran yang diacu oleh Percik untuk menyambut permintaan itu adalah bahwa pengembangan ilmu apa lagi pelayanan profesional tidaklah bebas nilai. Pilihan acuan nilai oleh ilmuwan dan organisasi profesi adalah perwujudan tanggungjawab etis dalam upaya pengembangan keilmuan maupun dalam pelaksanaan pelayanan profesional. Dari rangkaian penelitian ini telah dikemukakan paradigma Percik tentang konsep pemapanan etika profesi, yaitu bahwa proses pemapanan itu tidak dapat diupayakan oleh pihak luar organisasi profesi (termasuk oleh pemerintah) karena kode etik bagi suatu organisasi profesi adalah keputusan internal yang harus terus menerus dihayati oleh para pendukung profesi yang bersangkutan dan sanksi terhadap pelanggar kode etik suatu profesi diperlakukan oleh mereka di dalam organisasi profesi yang bersangkutan. 7. Penelitian mengenai Proses Desentralisasi di Kota Semarang, Jawa Tengah dan Kota Waengapu, Sumba Timur dalam Rangka Program IRDA. IRDA atau dikenal dengan nama Indonesia Rapid Decentralization Appraisal adalah sebuah proses penelitian dalam bentuk monitoring terhadap pelaksanaan desentralisasi untuik kota/kabupaten di Indonesia. Irda dilaksanakan oleh The Asia Foundation dibantu oleh sejumlah mitra lokal, baik lembaga penelitian, NGO, maupun perguruan tinggi yang berjumlah 27 lembaga. IRDA dilaksanakan dalam lima tahapan mulai April 2002 sampai dengan 2004. Jumlah kota/kabupaten yang dimonitoring pada akhir tahapan kelima adalah 39. Percik menjadi salah satu mitra peneliti dalam IRDA. Percik menaruh perhatian pada penelitian ini karena terkait dengan fokus kajian Percik dalam pengkajian dinamika politik lokal. Penelitian ini telah dilaksanakan dalam lima tahapan untuk kota Semarang, mulai April 2002 hingga 2004. Khusus untuk tahapan pertama, Percik juga mendapatkan wilayah monitoring di Waingapu, Sumba Timur. Dalam setiap tahap terdapat beberapa aspek dari gejala desentralisasi yang memperoleh penekanan. Pada semua tahapan tersebut harus diakui bahwa IRDA dengan menggunakan the technological of participation berbasis PRA (participoatory rural appraisal) lebih mengutamakan aspek penelitian, ketimbang sekaligus tindak lanjut dengan pemberian technical assistance (TA) kepada pemerintah kota/kabupaten. 8. Penelitian tentang Sejarah Praktek Keagamaan di Tingkat Lokal (2001-sekarang) Penelitian mengenai sejarah praktek-praktek keagamaan lokal meliputi beberapa topik yang dikembangkan berdasarkan minat individual dari anggota tim peneliti. Topik-topik tersebut antara lain meliputi: http://www.percik.or.id
Menggunakan Joomla!
Generated: 19 January, 2017, 12:21
kampoeng percik
a. Penelitian sejarah agama lokal di Dusun Nalen, Desa Watu Agung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (20012005) b. Penelitian sejarah agama lokal di Dusun Celengan, Desa Lopaid; keduanya di wilayah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang (2001-2003) c. Penelitian mengenai relasi diantara dua gereja lokal (GKJ dan GKJTU) di Desa Kaliceret, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan (2001-2002) d. Penelitian mengenai upaya mencari identitas dan sumber legitimasi dari sebuah gereja lokal di Dagen Palur, Kabupaten Karanganyar (2001-2004) e. Penelitian jejak langkah Kyai Sadrach di Desa Karangjoso, Kecamatan Langenrejo, Kabupaten Purworejo (2003) f. Penelitian peran politik tokoh-tokoh keagamaan lokal di daerah Muria (2004) g. Penelitian Tesis oleh Singgih Nugroho untuk Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul, Baptisan Massal Pasca Peristiwa 30 September 1965: Studi Kasus Perpindahan Ke Agama Kristen Pada Tahun-tahun Sesudah 1965 di Salatiga dan sekitarnya . Hasil studi ini telah diujikan pada tanggal 28 Agustus 2006 di depan Sidang Penguji yang terdiri: Dr. St. Sunardi, Dr. Budiawan, Dr. G. Budi Subanar, SJ; dan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan. h. Penelitian tentang Praktek Kekristenan di Kalangan Jemaat GKJ Sambirejo (2006). Hasil dari penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk artikel-artikel lepas, seri monografi (dalam proses), dan buku (dalam proses). 9. Penelitian tentang Pemilu 2004 di Pedesaan Kecamatan Suruh dan di Kota Salatiga (2004). Penelitian mengenai pelaksanaan Pemilu 2004 berfokus pada beberapa topik yang menjadi minat dari para peneliti yang bergabung dalam penelitian di kedua daearah tersebut. Topik-topik tersebut adalah: a. Perbandingan Kinerja Organisasi-organisasi Penyelenggara Pemilu 2004 di Kecamatan Suruh yang menelaah tentang kinerja lembaga-lembaga penyelenggra penyelenggara pemilu di aras lokal dalam kaitannya dengan pembentukan organsiasi, personalia, cakupan tugas dan realisasi tugas organisasi b. Pasang Surutnya Elite Parpol di Kecamatan Suruh: Telaah Perkembangan Menjelang dan Selama Pemilu 2004 yang menelaah tentang kontinuitas elite parpol di aras lokal seiring dengan adanya periodisasi perubahan situasi politik c. Pilihan Pemilih di Kecamatan Suruh Terhadap Parpol dan Caleg dalam pemilu 2004 yang menelaah tentang orientasi dan pandangan pemilih terhadap parpol dan caleg, serta pola interaksi antara pemilih dan parpol/caleg d. Perbandingan Strategi Bakal Caleg dan Caleg Parpol dalam Pemilu 2004 di Kota Salatiga yang menelaah tentang pola-pola dan penerapan strategi bakal caleg dan caleg dalam proses pertarungan politik e. Pertarungan Makna tentang Sosialisasi dan Tentang Kampanye Pemilu 2004 di Kalangan Parpol, Penyelenggara Pemilu, dan Kelompok Civil Society di Salatiga. Sebagian dari hasil penelitian ini telah disajikan dalam bentuk makalah.
10. Penelitian Local Governance Support Program (2005 - sekarang) Local Governance Support Program (LGSP) merupakan program yang dilaksanakan oleh RTI International dengan dukungan dana dari USAID. Dalam melaksanakan program-programnya LGSP berupaya memfasilitasi terwujudnya good governance di lebih dari 100 kabupaten/kota di tujuh provinsi utama di seluruh Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain ketujuh provinsi utama tersebut LGSP juga bekerja di tiga provinsi khusus yaitu Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua. Bersama dengan beberapa lembaga lain Percik ikut menjadi partner lokal untuk melaksanakan program ini di beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Sasaran yang hendak dicapai dengan program ini adalah: (1) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pemerintah di 80 persen kabupaten/ kota yang difasilitasi oleh LGSP; (2) Dewan dan pemerintah lebih responsif dalam menyediakan prioritas layanan kebutuhan masyarakat; (3) Meningkatnya kapasitas dalam perencanaan dan pengelolaan pelayanan publik dan keuangan di 80 persen kabupaten/ kota yang difasilitasi oleh LGSP; (4) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas di legislatif dan pemerintah; dan (5) Meningkatnya kapasitas SP (service providers) di daerah dalam memberikan layanan kepada pemerintah daerah dan masyarakat. LGSP ini baru dimulai pada bulan Mei 2005 dan sampai bulan Juni 2005 ini baru selesai dilaksanakan fase I. Lembaga Percik, sebagai salah satu mitra LGSP, dipercaya untuk melakukan kegiatan fase I di dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Pati dan Kabupaten Klaten. Setelah fase I (penentuan kota/kabupaten yang siap untuk memperoleh bantuan teknis), dilanjutkan dengan fase II untuk melakukan assessment terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota untuk diberikan bantuan teknis. Dalam kegiatan fase I LGSP yang dinamakan LG-RAM, terdapat beberapa kriteria yang menjadi indikator penilaian layak-tidaknya pemerintah kabupaten/kota memperoleh bantuan teknis. Indikator-indikator tersebut adalah: kemauan politik untuk melaksanakan http://www.percik.or.id
Menggunakan Joomla!
Generated: 19 January, 2017, 12:21
kampoeng percik
reformasi, prioritas pelayanan publik, keterlibatan organisasi masyarakat sipil, transparansi dan akuntabilitas, hubungan antara bupati dengan DPRD, dan komitmen sumber daya.
Pada kegiatan fase II disebut dengan LG-AMP merupakan suatu kegiatan yang mencoba mengidentifikasikan bantuan teknis riil apa yang dibutuhkan oleh suatu daerah dalam kegiatan LGSP. Percik pada tahapan LG-AMP kembali dipercaya untuk melakukan survey tersebut di Kabupaten Kebumen. Bantuan teknis yang ditawarkan dalam kegiatan LGAMP tersebut diantaranya adalah untuk: (1) Planning, (2) Finance & Budgeting, (3) Management pemerintahan, (4) Legislative, dan (5) CSO serta Media. Kegiatan ini berlangsung dari Juli – September 2005. Kegiatan selanjutnya dalam LGSP adalah CSO (Civil Society Orgnitation) Diagnostic and Visioning Workshop yang berlangsung pada bulan Mei – Juni 2006. Pada fase ini Percik melakukan identifikasi CSO yang berada di Kabupaten Jepara serta mencoba menggali permasalahan atau kendala yang menghambat proses partisipsi dalam tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance ). Kegiatan ini berlangsung secara bersamaan dengan daerah-daerah lain di Jawa Tengah diantaranya: Kabupaten Semarang, Kudus, Boyolali, Klaten. Kembali ke Awal
http://www.percik.or.id
Menggunakan Joomla!
Generated: 19 January, 2017, 12:21