Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
KEEFEKTIFAN INTERVENSI PSIKOLOGIS: MOTIVATIONAL INTERVIEWING PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN DIRI DAN KONTROL GLIKEMIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Effectivity of Psychologic Intervention: Motivational Interviewing Program for Increasing Self-Management and Glycemic Control in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus) Rr Dian Tristiana Departemen Jiwa, Gerontik dan Komunitas, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Surabaya; HP. 0856 4818 2935 Email:
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan global yang paling serius, mengancam, berkembang yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya perawatan kesehatan terbanyak. Manajemen diri merupakan landasan kontrol diabetes namun beberapa studi menemukan tingkat manajemen diri pasien DM masih rendah yang salah satu faktor penyebabnya adalah psikologis pasien. Motivational interviewing (MI) adalah teknik konseling berfokus pada klien yang didesain untuk membantu individu mengeksplorasi dan mengatasi ambivalensi dalam perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah literatur, artikel, dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan program motivational interviewing dalam meningkatkan self management dan kontrol glikemik pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode penelusuran artikel jurnal di database dengan menggunakan kata kunci, kemudian setelah data didapatkan, artikel jurnal penelitian tersebut ditelaah. Hasil: Hasil penelusuran didapatkan 40 artikel dan 8 artikel yang memenuhi kriteria artikel/jurnal yang ditelaah dalam penelitian ini. Kemudian artikel/jurnal tersebut ditelaah desain, sampel, perlakuan, dan hasilnya.(parameter dan hasil). Hasil literature review dari artikel/jurnal menyatakan bahwa motivational interviewing efektif dalam meningkatkan manajemen dan kontrol glikemik pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Kesimpulan: intervensi dengan program motivational interviewing efektif dalam meningkatkan manajemen diri dan kontrol glikemik, beberapa komponen dalam pelaksanaan program perlu dimodifikasi untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Kata Kunci: motivational interviewing, manajemen diri, kontrol glikemik, diabetes mellitus tipe 2 ABSTRACT Introduction: Diabetes Mellitus is the most serious global health problem, threatening, progressive resulting in morbidity and mortality and improve the most health care costs. Self-management is the base control of diabetes. But some studies found that self management level of type 2 DM patients were low and one of the causal factor was psychological. Motivational interviewing (MI) is a client-
166
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
focused counseling technique that designed to help individual explore and resolve ambivalence in behavior. This study aimed to examine the literature, articles and research journals related to motivational interviewing program in improving selfmanagement and glycemic control in patients with diabetes mellitus type 2. Method: The method used in this study with the search methods journal articles in the database using key words, then after the journal article obtained the study then examined. Result: The Searching process results obtained 40 articles and 8 articles that meet the criteria of articles / journals were examined in this study. Later article/journals are reviewed based on design, sampling, treatment, and outcome. The result of the literature review of articles/journals obtained that motivational interviewing was effective in improving self management and glycemic control in patients with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Intervention used motivational interviewing program was effective in improving self-management and glycemic control, but some component of the program need to be modified to obtain maximum results. Keywords: motivational interviewing, self-management, glycemic control, type 2 diabetes mellitus konsentrasi hemoglobin glycated namun juga pada faktor penghambat dan pendorong dalam implementasi keterampilan-keterampilan khusus tersebut (Yvonne et al., 2011). Manajemen perawatan diri merupakan landasan kontrol diabetes namun terdapat beberapa masalah yang disebutkan dalam beberapa literatur bahwa tingkat manajemen perawatan diri pasien DM tipe 2 adalah rendah (Shrivastava, Shrivastava, & Ramasamy, 2013; Luo, et al., 2015). Rendahnya tingkat manajemen diri pada pasien DM tipe 2 disebabkan oleh banyak faktor yang salah satunya adalah faktor psikologis (Tristiana, 2014) Tingkat perawatan diri yang rendah akan mengakibatkan peningkatan terjadinya komplikasi (Davis, 2010). Studi-studi tentang pengelolaan manajemen diri pada pasien DM telah banyak dilakukan, hasilnya adalah motivasi pasien perlu ditingkatkan untuk dapat melakukan
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan global yang paling serius, mengancam, berkembang yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya perawatan kesehatan terbanyak (Pourisharif. Hamid et al, 2010; Chen, 2012). Menurut Diabetes Care (2004) yang dicatat dalam Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Pusat Komunikasi Publik., 2012). Fokus pendekatan proaktif sebaiknya bermanfaat dalam meningkatkan keterampilan khusus pasien (misal, self-management/Manajemen diri) dan keterampilan pelayan kesehatan (misalnya keterampilan dan kemampuan memotivasi) sehingga hasil dari intervensi tidak hanya berfokus pada outcome medis seperti tekanan darah atau
167
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
1992; Clarke & Forde, 2006; Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011; International Diabetes Federation (IDF), 2012). Banyak pasien yang kesulitan dalam melakukan manajemen diri sehingga menyebabkan kontrol glikemik yang buruk. Perilaku sehat merupakan hasil dari perasaan kepercayaan dan praktik budaya. Bagi sebagian besar orang, pemberian informasi dan pendidikan pada risiko dan strategi untuk meningkatkan kesehatan pada pasien DM, masih belum cukup. Perlu strategi untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam manajemen diri yang salah satunya adalah peningkatan motivasi. Penyakit Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang bisa menyebabkan penderita mengalami distress. Distress Diabetes dijelaskan sebagai tingkat respons emosi akibat kerumitan dan kekompleksan akibat memiliki penyakit kronis yang berupa emosi; marah, frustasi, putus asa, serta peningkatan risiko depresi (Polonsky et al 2005; Fisher, 2007). Distress Diabetes juga bisa merupakan dampak rendahnya motivasi pasien DM terkait dalam self-care dan aktivitas manajemen diri. Motivational interviewing (MI) adalah teknik konseling berfokus pada individu yang didesain untuk membantu individu mengeksplorasi dan mengatasi ambivalensi dalam merubah perilaku mereka (Miller & Rollnick, 2002 dalam Lakhanpal, 2007). Dalam
manajemen diri terhadap penyakitnya. kondisi psikologis dapat mempengaruhi regulasi proses psikologis dan memfasilitasi perubahan perilaku pasien DM tipe 2 (Tristiana, 2014). Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes mellitus sebesar 1,5 – 2,3% pada penduduk yang berusia lebih 15 tahun. Di daerah perkotaan, prevalensi DM sebesar 14,7% dan di daerah pedesaan sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun berjumlah 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di daerah perkotaan sejumlah 8,2 juta dan di daerah pedesaan sejumlah 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun maka diperkirakan terdapat penderita sejumlah 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2006). Berdasarkan data tersebut maka isu tentang pengelolaan atau manajemen diabetes merupakan isu yang sangat penting. Diabetes dipandang sebagai proses regulasi diri karena pasien perlu regulasi metabolik, seperti penatalaksanaan nutrisi, perencanaan latihan fisik, monitoring kadar glukosa darah, kepatuhan pada pengobatan serta pendidikan (Cox,
168
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
pada program motivational interviewing dalam meningkatkan manajemen diri pasien dan kontrol glikemik pada pasien Diabetes mellitus tipe 2, terutama berdasarkan pemberi intervensi motivasi, metode pemberian, dosis/frekuensi, dan durasi. Studi ini diharapkan dapat menjadi contoh ide dan panduan bagi intervensi peningkatan manajemen diri dan kontrol glikemik dengan metode motivational interviewing pada riset ke depan sehingga manajemen diri pasien DM tipe 2 menjadi lebih efektif.
MI, individu didorong untuk membuat agenda dan tujuan (Lakhanpal G. , 2007). MI telah banyak diaplikasikan pada sejumlah area perubahan perilaku. Hasil penelitian Dilorio, McCarty, & Lundberg (2008) menunjukkan bahwa intervensi Motivational interviewing terbukti memberikan hasil yang baik pada kasus HIV, untuk mengurangi faktor resiko dan mengurangi penyalahgunaan substansi dan meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien HIV. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi individu maupun kelompok menghasilkan tingkat kontrol glikemik yang lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan jangka panjang pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Sehingga sudah sangat jelas bahwa intervensi pada manajemen diri yang berfokus pada perubahan perilaku sebaiknya praktis dan mudah diaplikasikan di dalam berbagai macam setting. Peningkatan perilaku tidak hanya dari sisi fisiologis saja namun juga psikologis. Motivasi seseorang dalam berperilaku berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Dengan menggunakan metode motivational interviewing akan meningkatkan aspek psikologis penderita diabetes mellitus tipe 2. Motivational interviewing merupakan salah satu intervensi yang efektif dalam peningkatan tingkat kepatuhan pasien. Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan review literatur
BAHAN DAN METODE Strategi pencarian studi berbahasa inggris yang relevan dengan topik dilakukan dengan menggunakan database EBSCOHOST, Proquest, Springerlink, Science direct dan Sagepub dibatasi dari januari 2010 sampai juli 2014. Kata kunci yang digunakan adalah “type 2 diabetes mellitus”, “self management”, “self care”, “behavior change”, “glycemic control”, “motivational interviewing”, artikel fulltext dan abstrak direview untuk memilih studi yang sesuai dengan kriteria. Kriteria inklusi dalam review ini adalah motivational interviewing, pada pasien DM tipe 2 dengan usia di atas 20 tahun. Pencarian menggunakan keyword di atas mendapatkan 40 artikel, namun artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi hanya 8 artikel. Artikel yang digunakan sebagai sampel selanjutnya
169
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
antara lain kontrol glikemik, Hba1c, self care (perawatan diri) dan Manajemen diri (pengobatan, diet, aktivitas), BMI (Body Mass Index), penurunan berat badan, kualitas hidup, tingkat kecemasan, tingkat depresi, kadar HDL dan kadar kolesterol. Sebagian besar penelitian menggunakan parameter yang berkaitan dengan kontrol glukosa, self care dan Manajemen diri. Jangka waktu penelitian yang digunakan dalam artikel ini bervariasi, mulai 9 minggu hingga 2 tahun. Waktu penelitian maupun frekuensi pemberian perlakuan yang lebih lama dan lebih sering lebih baik digunakan dalam penelitian sejenis ini terutama jika yang diukur adalah self care dan Manajemen diri pasien. Namun untuk pengukuran perubahan HbA1c disarankan minimal 3 bulan setelah intervensi. Jangka waktu pemberian intervensi yang lebih lama terutama karena adanya tendensi perilaku untuk kembali ke awal seperti sebelum diberikan intervensi. Jangka waktu yang diambil peneliti untuk melakukan penelitian sudah sesuai untuk mengetahui perubahan masalah pada self management pasien diabetes, namun dari semua penelitian yang direview sama-sama tidak melakukan follow up setelah selesai pemeberian intervensi. Frekuensi pemberian intervensi ratarata dari penelitian ini adalah 4-5 kali selama proses penelitian. Metode sampling yang digunakan dalam penelittian yaitu sejumlah 7 penelitian telah dilakukan
diidentifikasi dan disajikan dalam tabel 1. HASIL Penelitian yang ditelaah dalam artikel ini yang menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap responden untuk mengetahui pengaruhnya terhadap self management pasien DM tipe 2 yaitu sejumlah 8 artikel. Satu artikel menggunakan desain kualitatif namun di dalamnya tetap menggunakan proses RCT (Randomized Control Study). Metode pemberian intervensi dilakukan dengan program motivational interviewing berupa konseling, training, dan telecare oleh professional. Pelaksanaan MI ini lebih banyak dilakukan oleh perawat yang telah menerima pelatihan MI sebelum melakukan intervensi ke pasien. Pada penelitian Minet (2011), pemberi intervensi adalah perawat spesialis diabetes, ahli gizi dan fisioterapis serta psikolog yang telah mendapatkan pelatihan Motivational interviewing dan hasilnya adalah tidak ada perbedaan signifikan pada pemberi intervensi. Sehingga bisa disimpulkan pemberi intervensi tidak dilihat dari latar belakang pendidikan yang artinya pemberi intervensi MI bisa dilakukan oleh selain perawat yaitu bisa dari keilmuan lain namun yang telah mendapatkan pelatihan motivational interviewing. Parameter penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan intervensi yang diberikan cukup komprehensif,
170
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
skor depresi pada pasien DM tipe 2. Namun pada 2 penelitian yaitu Yvonne (2010) dan Minet (2011) pada parameter kontrol glikemik antara kelompok perlakuan dan kontrol memiliki nilai yang sama. Dua penelitian menggunakan metode edukasi sedangkan satu penelitian menggunakan metode training. Pada penelitian Welch (2010), hasil penelitian setelah dilakukan intervensi selama 6 bulan memang ada perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan, namun setelah dilakukan follow up pada bulan ke12, kedua kelompok memiliki nilai signifikansi yang sama. Sedangkan pada kedua penelitian, lainnya yaitu penelitian Yvonne (2010) dan Minet (2011), motivational interviewing hanya berhasil pada sebagian parameter sehingga perlu upaya yang optimal untuk meningkatkan hasilnya seperti modifikasi pada teknik pemberian intervensi dan keterampilan pemberi intervensi. Penelitian Heinrich (2010) menunjukkan bahwa pemberian MI memang meningkatkan perilaku diet pasien DM tipe 2 namun pada indikator lainnya tidak ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol. Pengembangan dan implementasi program motivational interviewing terutama dalam hal training dan praktek, metode pemberian, integritas perawatan, frekuensi pemberian dan masalah lainnya
secara acak (randomized). Sedangkan sisanya yaitu 1 penelitian menggunakan kualitatif. Pengambilan sampel secara acak/random ini penting agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan ke populasi dan meminimalkan terjadinya bias pada penelitian. Kriteria inklusi dan ekslusi harus diperhatikan dalam pemilihan sampel seperti dalam penelitian Dale (2012) disebutkan bahwa kriteria inklusi pasien DM tipe 2 yang dijadikan sampel adalah pasien dengan kadar HbA1c > 8% dan disarankan dokter untuk meningkatkan kontrol glikemik. Kemudian kriteria inklusi sampel adalah mereka yang memiliki penyakit parah (gangguan jiwa, gangguan pendengaran berat). Hal ini dikarenakan intervensi motivational interviewing berkaitan dengan motivasi seseorang dan juga melihat dari metode pemberian intervensi. Kriteria ekslusi juga penting untuk menyingkirkan faktor penyebab bias misalnya pasien memiliki penyakit yang akan mempengaruhi kadar gula darah selain penyakit tunggal Diabetes mellitus. Dari 8 penelitian, sejumlah 6 penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi berupa program motivational interviewing menunjukkan perubahan yang signifikan pada manajemen diri dan kontrol glikemik pasien Diabetes Mellitus tipe 2. Penelitian Chen (2012) juga menunjukkan bahwa MI meningkatkan kualitas hidup, efikasi diri (self efficacy) serta menurunkan
171
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
Viana & Gomes (2016) yang menyatakan bahwa pemberian intervensi pada multikomponen manajemen diri lebih efektif dibandingkan hanya pada satu komponen saja. Hal ini bertujuan meningkatkan keefektifan intervensi dan outcome yang didapatkan lebih baik. Pada penelitian Randomized controlled study terutama yang berkaitan dengan kualitas hidup pasien, pemberian intervensi ini perlu mendapatkan ethical clearance. Studi etik perlu dilakukan karena seperti yang dijelaskan pada penelitian Chen (2012) bahwa memberikan intervensi yang berkaitan dengan pengambilan sampel darah untuk pengukuran glukosa maupun HbA1c berkaitan dengan kenyamanan pasien. Perawat klinik maupun perawat komunitas dapat menambahkan program ini dalam melakukan asuhan keperawatan berkelanjutan pada pasien kesimpulan ini dapat diambil berdasarkan parameter manajemen diri pasien Diabetes tipe 2 dengan cara pemberian yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu pengetahuan tentang psikologi juga perlu ditambahkan mengingat intervensi ini merupakan intervensi psikologis agar meningkatkan keterampilan pemberi intervensi. Perawat dapat terlibat dalam merawat orang dengan diabetes tipe 2 yang berfokus pada perubahan perilaku karena motivational
PEMBAHASAN Penelitian yang telah ditelaah dalam artikel-artikel dalam makalah ini menunjukkan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan manajemen diri dan kontrol glikemik pada pasien Diabetes mellitus tipe 2 adalah dengan menggunakan intervensi psikologis yaitu program motivational interviewing. Walaupun tidak semua penelitian menghasilkan nilai yang signifikan pada semua aspek parameter pengukuran, namun kesimpulan ini dapat diambil berdasarkan parameter manajemen diri pasien Diabetes mellitus. Hal ini sejalan dengan penelitian Chapman, Liu, & Thomas (2015) yang menyatakan bahwa intervensi psikologis efektif dalam meningkatkan outcome tertentu pada pasien DM tipe 2. Intervensi psikologis bahkan dapat menurunkan nilai glycated hemoglobin dan meningkatkan kontrol glikemik pada pasien DM tipe 2 (Chapman, Liu, & Thomas, 2015). Pemilihan sampel dalam pemerian intervensi juga perlu diperhatikan seperti dalam penentuan usia sampel. Rentang usia yang terlampau jauh akan mempengaruhi aktivitas serta metabolisme glukosa pasien Diabetes mellitus tipe 2 (Viana & Gomes, 2016). Hal ini dilakukan untuk menjaga kehomogenitasan sampel penelitian. Peningkatan manajemen diri dan kontrol glikemik pada pasien Diabetes juga sebaiknya meliputi area aktivitas, diet dan pengobatan. Hal ini sejalan dengan penelitian
172
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
diperhatikan dalam penentuan sampel. Berdasarkan kajian tersebut metode yang paling efektif adalah training yang diberikan oleh perawat terlatih motivational interviewing. Saran 1. Pemilihan metode pemberian intervensi MI diperlukan berdasar kondisi pasien, pada tatanan klinik bisa menggunakan konseling maupun training sedangkan pada daerah yang jauh bisa menggunakan telecare. 2. Pelaksana intervensi sebaiknya orang yang telah paham dengan konsep MI dan telah mendapatkan pelatihan motivational interviewing 3. Perlu dilakukan penelitian dengan tema yang sejenis di Indonesia terutama dengan metode training, peer dan telecare 4. Perlu dilakukan penelitian dengan sampel pasien DM tipe 2 yang obese dengan tujuan penurunan berat badan dengan kombinasi program aktivitas fisik. Atau membandingkan penerapan intervensi ini pada dua sampel yang berbeda. 5. Apabila melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini sebaiknya jika menggunakan parameter HbA1c maka intervensi minimal dilakukan selama 3 bulan dengan frekuensi pemberian minimal 4-5 kali selama proses penelitian
interviewing termasuk dalam intervensi psikologis dengan keunggulan membantu pasien Diabetes Mellitus menerima penyakitnya, meningkatkan self care dan mengurangi distress psikologis. Perawat yang memberikan motivational interviewing sebaiknya juga memahami konsep motivational interviewing dan bagaimana cara melaksanakan dan memberikan motivational interviewing pada pasien Diabetes mellitus tipe 2. Pengetahuan bisa meningkatkan keterampilan individu, Penentuan jangka waktu pemberian intervensi motivational interviewing sebaiknya disesuaikan dengan outcome penelitian yang akan diukur. Pada pengukuran Hba1c memang sebaiknya dievaluasi setiap 3 bulan (Viana & Gomes, 2016). Sehingga evaluasi Hba1c sebaiknya minimal dilakukan tiga bulan setelah diberikan intervensi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil literature review pada penelitian yang telah kami lakukan pada 9 jurnal tentang pelaksanaan motivational interviewing untuk meningkatkan manajemen diri dan kontrol glikemik pada pasien Diabetes mellitus tipe 2 dengan metode pemberian berupa training, edukasi, maupun telecare dapat kami ambil kesimpulan bahwa metode tersebut bisa diterapkan pada masyarakat Indonesia. Latar belakang budaya sebaiknya juga
173
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
Tabel 1. Hasil Literature Review N o 1
2
3
4
5
Judul The effectiveness of motivational interviewing in improving health outcomes in adults with type 2 diabetes
Peneliti , tahun (Pouris harif. Hamid et al, 2010)
Implementati on of Motivational Interviewing in a diabetes care management initiative in the Netherlands Effect evaluation of a Motivational Interviewing based counselling strategy in diabetes care Effects of motivational interviewing intervention on selfmanagement, psychological and glycemic outcomes in type 2 diabetes: A randomized controlled trial
(Yvonn e et al., 2011)
Motivational interviewing delivered by diabetes educators: Does it improve blood glucose control among poorly controlled type 2 diabetes patients?
(Welch, 2011)
Design Rando mized Control led Trial
Rando mized Control led Trial
Populasi & sampel Pasien DM tipe 2 usia 30-75 tahun yang didiagnosi s min. 1 tahun
Intervensi/ perlakuan 1. MI 2. CBGT 3. MI dan CBGT selama 4 sesi masing2 90 menit selama 9 minggu
141 pasien dengan DM tipe 2
Training Motivational Interviewing selama 6 bulan
Random
Outcome
Hasil
konvensi onal
Ya
1. BMI 2. HbA1c
Perlakuan 1> kontrol Perlakuan 2> kontrol Perlakuan 1>Perlakuan 2
Studi
Ya
1. Pengoba tan 2. Aplikasi diet 3. Regulasi diri 4. aktivitas
Perlakuan>ko ntrol Perlakuan=ko ntrol Perlakuan=ko ntrol Perlakuan=ko ntrol
(Heinri ch, 2010)
Rando mized Control led Trial
618 pasien DM tipe 2 < 5 tahun usia 40-70 tahun
Adapted motivational Interviewing selama 2 tahun
Training
Ya
1. Perilaku 2. HDLKolester ol 3. Nilai HLOC 4. Pengeta huan
Perlakuan>ko ntrol Perlakuan>K ontrol Perlakuan >Kontrol Perlakuan>K ontrol
(Chen, 2012)
Rando mized Control led Trial
184 pasien DM tipe 2 diagnosis > 3 bulan, usia > 18 tahun
Intervensi MI dengan pendekatan Miller dan Rolinick 4560 menit selama 3 bulan
Sesi pendidik an berbasis rumah sakit dan klub diabetes
Ya
1. Penurun an HbA1c 2. Self Manage ment 3. Self efficacy 4. Quality of Life 5. Kecema san dan depresi
Perlakuan > kontrol
230 Pasien DM tipe 2 30-70 tahun, HbA1c>7, 5%
Edukasi diabetes dengan MI (118) selama 4 sesi selama periode 6 bulan
DSME standart, (116)awa l 60 menit, sesi selanjutn ya 30 menit per bulan
Ya
Rando mized Control led Trial
174
Kontrol
1. Kontro l glukos a 2. HbA1c 3. Perilak u self care
Perlakuan > kontrol Perlakuan > kontrol
Perlakuan=ko ntrol Perlakuan < kontrol
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
N o 6
7
8
Judul Motivational Interviewing Improves Weight Loss in Women With Type 2 Diabetes
Peneliti , tahun (West, 2007)
The effect of motivational interviewing on glycaemic control and perceived competence of diabetes selfmanagement in patients with type 1 and type 2 diabetes mellitus after attending a group education programme: a randomised controlled trial
(Minet, 2011)
How patients with type 2 diabetes mellitus respond to motivational interviewing
Dellase ga, Cheryl et al, 2012
Design
Populasi & sampel 217 pasien DM tipe 2 perlakuan (109), control (108) usia 42-64 tahun
Intervensi/ perlakuan Motivational interviewing selama 45 menit pada bulan 1,3,6,9,12
Rando mized Control led Trial
Pasien tipe 1 dan 2, usia.18 tahun sebanyak 352 pasien, perlakuan (176) dan control (176)
MI selama 1 tahun dengan sesi konseling 45 menit diberikan sebanyak 5 kali (1,3,6,9,12)
Konselin g diabetes biasa
ya
Qualita ttive study
19 partisipan dengan DM tipe 2 usia ratarata 62,1 tahun
Motivational interviewing setiap 3-6 bulan selama 2 tahun
Materi pendidik an kesehata n tentang diabetes
ya
Rando mized Control led Trial
175
Kontrol
Random
Kontrol atensi
Ya
Outcome
Hasil
Weight losses Glyce mic control Medica tion adhere nce
Perlakuan>ko ntrol
1. Glycemi c control 2. Self manage ment
Perlakuan=ko ntrol
1. 2. 3.
1. Akuntab ilitas tanpa judgeme nt 2. Empowe rment dan encoura gement 3. Rencana tindakan yang kolabora tif 4. coaching
Perlakuan>ko ntrol Perlakuan>ko ntrol
Perlakuan=ko ntrol
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
Luo, X., Liu, T., Yuan, X., Ge, S., Yang, J., Li, C., et al. (2015). Factors Influencing Self-Management in Chinese Adults with Type 2 Diabetes: A Systematic Review and Meta-Analysis. Int. J. Environ. Res. Public Health , 12, 11304-11327.
KEPUSTAKAAN Chapman, A., Liu, S., & Thomas, S. (2015). Psychological Intervention for The management of glycemic and psychological outcome of type 2 Diabetes mellitus in China. Front Public Health , 3 (252).
Minet, R. e. (2011). The effect of motivational interviewing on glycaemic control and perceived competence of diabetes selfmanagement in patients with type 1 and type 2 diabetes mellitus after attending a group education programme:. Diabetologia .
Chen, S. e. (2012). Effects of motivational interviewing intervention on self-management, psychological and glycemic outcomes in type 2 diabetes: A randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies , 637-644.
PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Cox, D. &.-F. (1992). Major Development in Behavioral Diabetes research. Journal of Consulting and Clinical Psychology , 628-638
Pourisharif. Hamid et al. (2010). The effectiveness of motivational interviewing in improving health outcomes in adults with type 2 diabetes. Elsevier: Procedia Social and behavioral Sciences , 15801584.
Davis, M. (2010). Psychological aspects of Diabetes Management. UK: Elsevier. Dilorio, C., McCarty, F., & Lundberg, B. (2008). Using Motivational Interviewing to Promote Adherende to Antiretroviral Medications: A Randomized Controlled Study. AIDS Care , 273283.
Pusat Komunikasi Publik. (2012). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Retrieved July Monday, 2013, from Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: http://www.depkes.go.id/index.
Heinrich, E. (2010). Effect evaluation of a Motivational Interviewing based counselling strategy in diabetes care. diabetes research and clinical practice , 270– 278
Shrivastava, S. R., Shrivastava, P. S., & Ramasamy, J. (2013). Role of selfcare in management of diabetes mellitus. J Diab Metab Disord , 12 (14).
Lakhanpal, G. (2007). Patient SelfManagement A Discussion Paper. Toronto: Department of Family and Community Medicine University of Toronto.
Tristiana, R. D. (2014). Psychological Well Being Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
176
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016
Puskesmas Mulyorejo Master Thesis .
Surabaya.
Viana, L. V., & Gomes, M. B. (2016). Interventions to Improve patients Compliance With Therapies Aimed at Lowering Glycated Hemoglobin (HbA1c) in Type 1 Diabetes: Systematic review and Meta analyses of randomized Controlled Clinical Trials of Psychological, Telecare and Educational Interven. Biomed Central , 17 (4).
Welch, G. (2011). Motivational interviewing delivered by diabetes educators:Does it improve blood glucose control among poorlycontrolled type 2 diabetes patients? diabetes research and clinical practice 91 , 54-60. West, D. (2007). Motivational Interviewing Improves Weight Loss in Women With Type 2 Diabetes. Clinical Care/Education/Nutrition .
Yvonne et al. (2011). Implementation of Motivational Interviewing in a diabetes care management initiative in the Netherlands. Elsevier Patient Education and Counseling , 10-15.
177