KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA Ursa Majorsy1 Cory Dita Pratiwi2 Maizar Saputra3 Usber Manurung4 Quroyzhin Kartika Rini5 Wahyu Rahardjo6 1,2,3,4,5,6
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No 100, Depok, 16424, Jawa Barat
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mahasiswa melakukan perilaku yang mengarah pada kecanduan internet serta memberikan gambaran mengenai sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang kecanduan internet. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berjumlah 119 orang, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa sudah mulai mengenal internet sejak SMP. Ratarata waktu yang digunakan untuk mengakses internet lebih dari 5 jam sehari. Mayoritas tujuanpenggunaan internet terkait dengan pencarian informasi dan hiburan. Pada dasarnya partisipan menganggap bahwa kecanduan internet merupakan perilaku mengakses internet yang sifatnya eksesif (berlebihan) dimana mayoritas penggunaan internet oleh partisipan untuk keperluan pertemanan di situs jejaring sosial serta permainan online.
Kata kunci : Kecanduan Internet, Mahasiswa
PENDAHULUAN Maraknya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memicu hadirnya berbagai media baru yang bisa digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi dan komunikasi yang dirasakan saat ini perlahan-lahan membawa manusia secara tidak langsung untuk lebih terampil dalam menggunakan teknologi tersebut. Komputer, telepon seluler serta internet menjadi hal yang tidak asing lagi untuk digunakan manusia dalam membantu kegiatan sehari-hari. Salah satu media yang biasa digunakan untuk membantu manusia dalam menemukan informasi terbaru dan tercepat adalah melalui internet. Internet sebagai media elektronik yan g canggih perlahan merambah menjadi milik semua orang. Internet tidak lagi hanya digunakan untuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia bisnis dan teknologi namun dalam dunia pendidikan dan organisasipun demikian. Hal ini dikarenakan internet dinilai sebagai media yang praktis dan multifungsi untuk digunakan dengan berbagai macam kebutuhan, mulai dari
kebutuhan pribadi hingga kebutuhan yang terkait dengan orang banyak. Kebutuhan untuk berkomunikasi, berbisnis, berkarir, menjalankan proses belajar-mengajar hingga menyiarkan berita ke khalayak ramai dapat dilakukan dengan menggunakan akses internet. Menurut lihat.co.id (2013), Indonesia masuk dalam 10 negara pengguna internet terbesar di dunia. Rata-rata pertumbuhan internet di Indonesia tumbuh 30% setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2009 pengguna internet di Indonesia sebanyak 30 juta pengguna, tahun 2010 sebanyak 42 juta pengguna, tahun 2011 mencapai 55 juta pengguna dan di tahun 2012 mencapai 63 juta pengguna atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk Indonesia (Detikinet, 2012). Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) terhadap 2000 responden di 42 kota dari 31 propinsi di Indonesia sejak April hingga Juli 2012 diketahui bahwa penetrasi pertumbuhan akses internet di Indonesia mulai merata di setiap kota walau masih didominasi Jakarta. Lebih lanjut, Marketeers (2013) menjelaskan bahwa saat ini jumlah pengguna internet tumbuh signifikan hingga 22% dari 63 juta di tahun 2012 menjadi 74,57 juta di tahun 2013. Survei dilakukan pada bulan Agustus-September 2013 terhadap 2150 responden yang tinggal di 10 kota besar di Indonesia yaitu Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Denpasar, Banjarmasin dan Makassar. Marketeers (2013) mengemukakan bahwa netizen atau pengguna internet yang sehari-harinya menghabiskan waktu lebih dari tiga jam dalam dunia maya meningkat dari 24,2 juta di tahun 2012 menjadi 31,7 juta orang di tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa internet memungkinkan jutaan orang di Indoneaia maupun di seluruh dunia untuk bertukar informasi dan berkomunikasi tak terbatas waktu dan tempat. Melalui internet, setiap orang dari berbagai belahan bumi yang terpisah tempat dan waktu dapat bertemu dengan mudah. Tersedianya beragam fasilitas dan kemudahan yang ada dalam internet menjadikan internet digemari oleh semua lapisan masyarakat. Persentase pengguna internet yang setiap tahunnya semakin meningkat, menunjukkan bahwa internet telah menjadi kebutuhan bagi banyak orang dari segala lapisan usia. Menurut hasil survei yang dikemukakan oleh Detikinet (2012), diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia didominasi oleh pengguna yang berusia 12-34 tahun sebesar 64,2% dengan kelompok pengguna berusia 20-24 tahun mencapai 15,1% dari total pengguna. Hal yang hampir serupa juga ditemukan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Marketeers (2013) bahwa hampir separuh dari netizen di Indonesia merupakan pengguna internet muda berusia di bawah 30 tahun, sedangkan 16% adalah para netizen berusia di atas 45 tahun. Salah satu pengguna internet yang termasuk dalam kalangan remaja dan dewasa awal adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah siswa yang belajar di akademi atau perguruan tinggi.
Rentang usia mahasiswa masuk ke dalam rentang usia yang paling banyak mengakses internet yaitu sebanyak 64,4% pada rentang usia 12-34 tahun. Kebutuhan akan informasi dan hiburan yang tinggi disertai kemudahan untuk mengakses internet menjadikan mahasiswa memiliki kecenderungan untuk mengalami kecanduan internet yang tinggi. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan mahasiswa akan kecanduan internet serta dampak negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan terganggunya berbagai aspek kehidupan, baik sosial, individu maupun akademik. Selain itu, diketahui pula bahwa mahasiswa memiliki akses internet yang cukup luas karena minat penggunaan perangkat seperti telepon selular dan komputer yang cukup tinggi. Berdasarkan survei yang diperoleh melalui Detikinet (2012), diketahui bahwa jenis perangkat yang dipakai untuk mengakses internet pun beragam, mulai dari yang menggunakan smartphone sebesar 70,1%, diikuti oleh yang menggunakan notebook 45,4%, computer desktop 41%, netbook 5,6% dan tablet 3,4%. Sedangkan hasil survei yang dikemukakan oleh Marketeers (2013) mengatakan bahwa hampir 95% dari Netizen adalah pengguna internet melalui perangkat mobile (smartphone). Hal ini menunjukkan bahwa kian hari segmen pasar pengguna internet dengan berbagai usia, lapisan masyarakat dan media yang digunakan untuk mengakses internet semakin meluas. Kebutuhan mahasiswa terhadap informasi dan hiburan disertai dengan mudahnya mengakses internet menyebabkan intensitas menggunakan internet menjadi lebih lama dari yang seharusnya dibutuhkan. Menurut Young (2011), kecanduan merupakan dorongan kebiasaan untuk terlibat dalam aktivitas tertentu atau menggunakan zat, yang berakibat buruk pada kesejahteraan fisik, sosial, spiritual, mental, dan keuangan individu. Penggunaan internet yang berlebihan dapat menjadi patologis hingga adiktif dan disebut dengan kecanduan internet (Griffiths, 1996, 1998). Kecanduan internet secara operasional didefinisikan sebagai kecanduan non-chemical yang melibatkan interaksi manusia-mesin, baik pasif maupun aktif, yang dapat mendorong dan memperkuat fitur yang dapat berkontribusi untuk peningkatan kecenderungan kecanduan (Griffiths, 1995). Kecanduan internet dapat dilihat sebagai bagian dari kecanduan perilaku (Marks, 1990). Kecanduan internet didefinisikan Young (1996) sebagai suatu gangguan pengendalian impuls yang tidak melibatkan zat alkohol atau substansi tertentu. Sedangkan menurut Shaw & Black (2008) kecanduan internet ditandai dengan penempatan kontrol yang buruk atau berlebihan, dorongan atau perilaku yang menganggap penggunaan komputer dan akses internet berperan dalam pengrusakan atau distres. Lebih lanjut Soetjipto (2010) mengungkapkan bahwa kecanduan internet sebagai sebuah pathological disorder yang relatif
baru dan dapat disimpulkan sebagai keinginan yang kuat atau ketergantungan secara psikologis terhadap internet. Menurut
Young (1996), seseorang dapat dikategorikan mengalami kecanduan
internet apabila menggunakan internet lebih dari 35 jam perminggu. Berangkat dari pemikiran ini, kami tertarik untuk meneliti sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai kecanduan internet serta mengetahui apakah mahasiswa melakukan perilaku yang mengarah kepada kecanduan internet.
METODE PENELITIAN
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 1 (n=22, 27%) sampai
tingkat
4
(n=36,
45%)
dan
non
kelas
(n=23,
28%).
Jumlahkeseluruhanpartisipandalampenelitianiniadalah 119 orang. Rentang usia partisipan dimulai dari 17 sampai 23 tahun dengan usia partisipan yang paling banyak adalah 20 tahun (n=35, 42%), 22 tahun (n=29, 35%) dan 21 tahun (n=19, 23%). Berjenis kelamin perempuan (n=45, 38%) dan laki-laki (n=74, 62%). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan angket kecanduan internet yang terdiri dari identitas diri dan 7 item pertanyaan mengenai kecanduan internet. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik incidential sampling dikarenakan ketersediaan partisipan yang ada di sekitar peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data namun tetap memenuhi kriteria penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil yang didapatkan diketahui bahwa 66% partisipan penelitian mengenal dan menggunakan media internet sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Hal ini dikarenakan pada jaman sekarang ini, penggunaan bermacam teknologi khususnya internet bagi anak-anak maupun remaja sudah tidak asing lagi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Spire Research & Consulting bekerjasama dengan Majalah Marketing (dalam Budhyati, 2012) diketahui bahwa kaum muda, khususnya mahasiswa sudah mengerti dan menggunakan internet dalam kegiatan sehari-hari.
Bila dilihat dari waktu yang digunakan oleh mahasiswa untuk menggunakan internet, diketahui bahwa 43 % partisipan menggunakan internet lebih dari 5 jam sehari, maka dapat dikatakan bahwa partisipan dalam penelitian ini dapat dikategorikan mengalami kecanduan internet. Merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Young (1996) bahwa bila individu menggunakan internet lebih dari 35 jam perminggu maka individu yang bersangkutan dapat dikatakan memiliki kecanduan terhadap internet. Selain itu, diketahui pula bahwa tujuan partisipan penelitian dalam menggunakan internet ternyata pada umumnya untuk mencari informasi, hiburan, dan melewatkan waktu. 42% partisipan mengatakan bahwa mereka menggunakan internet untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Hal tersebut dilakukan karena dengan menggunakan media internet informasi menjadi lebih mudah dan lebih cepat untuk didapat. Selain itu, 32% partisipan mengatakan bahwa tujuan mereka menggunakan internet karena internet merupakan salah satu media hiburan yang sangat menyenangkan. Sedangkan 26% lainnya mengatakan bahwa tujuan mereka menggunakan internet dikarenakan ingin mengisi waktu luang, menghabiskan waktu ketika mereka mengalami kejenuhan. Dalam penelitian ini, sebagian besar partisipan penelitian mengatakan bahwa kecanduan internet adalah penggunaan waktu yang berlebihan untuk melakukan aktivitas internet (56%). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soetjipto (2010) bahwa kecanduan internet adalah peningkatan curahan waktu dan penggunaan internet yang sangat intensif yang menimbulkan berbagai permasalahan. Diketahui juga bahwa 33% mahasiswa mengatakan kecanduan internet ditandai dengan kesulitan yang dialami mereka untuk dapat menghentikan penggunaan internet. Menurut partisipan penelitian, diketahui bahwa hal-hal yang biasanya termasuk dalam kecanduan internet diantaranya adalah bila individu merasa keasyikan saat menggunakan internet hingga individu tersebut tidak mampu mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan internet dan mengakses internet lebih lama dari yang diharapkannya. 36% mahasiswa menyatakan bahwa mereka merasa keasyikan saat menggunakan internet sehingga tidak mampu mengontrol, mengurangi atau berhenti menggunakan internet. Sedangkan 28% mahasiswa mengatakan bahwa saat mengakses internet mereka biasanya mengakses internet lebih lama dari yang mereka harapkan. Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa umumnya mahasiswa menganggap seseorang yang mengalami kecanduan internet adalah orang yang menggunakan internet dengan alokasi waktu yang terus bertambah, melebihi waktu yang telah direncanakan dan yang menggunakan internet sebagai jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang
dialaminya. Diketahui 39% mahasiswa mengganggap kecanduan internet terjadi saat individu memiliki kebutuhan untuk menggunakan internet dengan alokasi waktu yang terus menerus bertambah demi mengejar kepuasan. 34% mahasiswa mengatakan bahwa orang yang mengalami kecanduan internet akan melakukan aktivitas online melebihi waktu yang direncanakannya. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi kepuasan semata. Sedangkan 27% mahasiswa menyatakan bahwa orang yang kecanduan internet biasanya menggunakan internet sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalahnya atau untuk menghilangkan perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, gelisah maupun depresi. Mahasiswa mengungkapkan bahwa jenis kecanduan internet yang mereka ketahui adalah cybersexual addiction, cyber-relation addiction dan computer addiction (Meerkerk, Eijnden & Garretsen, 2006). Sebanyak 39 % mahasiswa mengatakan bahwa jenis kecanduan internet yang umum dikenal adalah cybersexual addiction. Cybersexual addiction adalah penggunaan kompulsif materi pornografi di internet. Cybersexual addiction dapat terjadi pada individu yang melakukan penelusuran dalam situs-situs porno (cybersex), terlibat dalam aktivitas melihat, mendownload atau berlangganan pornografi online hingga terlibat dalam peran fantasi dewasa di ruang chatting. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini, internet telah mengubah kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia, termasuk mengubah pola perilaku seksual para penggunanya. Menurut Pribadi & Putri (2009), situs seks di dunia maya saat ini memudahkan pengguna internet mencari informasi dari hanya sekedar cerita-cerita erotis, gambar-gambar vulgar, video hingga menemukan pasangan kencan. Tak jarang pengguna memiliki ketertarikan terhadap materi-materi pornografi. Selain cybersexual addiction, jenis kecanduan internet lainnya yang juga dikenal umum oleh mahasiswa dalam partisipan penelitian adalah cyber-relation addiction (32%). Cyber-relation addiction adalah sebuah fenomena kecanduan dimana individu terlibat atau menjalin interaksi sosial dengan menggunakan media online seperti situs jejaring sosial, ruang chatting maupun pesan online. Melalui pertemanan di dunia cyber, tak jarang individu terlibat dalam suatu hubungan online. Terkadang tanpa disadari hubungan online yang terjalin menjadi lebih penting daripada kehidupan nyata. Facebook, Myspace, Twitter, hingga Whatsapp merupakan media sosial online yang saat ini sering digunakan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalin hubungan online. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Detikinet (2012) diketahui bahwa Indonesia termasuk dalam daftar negara dengan jumlah pengakses media sosial online
Facebook dan Twitter terbesar, dimana berdasarkan data yang dilansir oleh lembaga riset Semiocast, Indonesia berada di posisi 5 sebagai pengguna Twitter terbesar di dunia. Sedangkan untuk pengguna Facebook, Indonesia menduduki peringkat ke 4 dunia. Hadirnya media sosial telah membawa banyak perubahan positif dalam cara individu berkomunikasi dan berbagi informasi. Namun juga membawa dampak negatif dan konsekuensi jangka panjang. Menurut Kuss & Griffiths (2011) dampak negatif atau konsekuensi yang muncul akibat media sosial online adalah munculnya masalah dalam berinteraksi, menurunnya keterlibatan individu di dunia nyata, buruknya performansi akademik, kurangnya privasi, serta menurunnya kesejahteraan individu. Sejalan dengan pandangan tersebut, Thadani & Cheung (2011) mengungkapkan bahwa ketergantungan teknologi seperti terhadap media sosial online setidak-tidaknya membawa tiga dampak negatif dalam kehidupan individu seperti munculnya masalah-masalah psikologis seperti depresi; compromised performance seperti berkurangnya produktivitas kerja dan performansi pendidikan, masalah sosial seperti perselisihan dalam perkawinan serta isolasi sosial. Selain itu, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan berlebihan dari media sosial online dapat berpotensi menyebabkan addiction (Thadani & Cheung, 2011; Kuss & Griffiths, 2011). Satu lagi jenis kecanduan internet yang umum diketahui oleh mahasiswa adalah computer addiction (29%). Computer addiction merupakan salah satu bentuk dari kecanduan internet dimana individu yang mengalami kecanduan, terobsesi pada permainan-permainan online (online games), menjadi ketagihan bermain hingga mengorbankan berbagai aktivitas atau kewajiban yang harus dilakukan atau dimiliki. Online game merupakan permainan yang dimainkan secara online melalui jaringan internet.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pemaparan yang dilakukan atas hasil riset dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya mahasiswa telah memiliki pemahaman akan konsep kecanduan terhadap internet, yaitu perilaku mengakses internet yang bersifat eksesif (berlebihan) terutama dalam penggunaan waktu. Namun walaupun demikian, diketahui pula bahwa mahasiswa telah menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan internet secara berlebihan atau cenderung kecanduan terhadap internet. Berdasarkan fenomena yang saat ini sedang marak berkembang, maka dapat diketahui bahwa internet telah memberikan kesempatan pada setiap individu untuk melakukan berbagai
hal. Namun daya tarik internet secara langsung maupun tidak langsung telah menyebabkan keprihatinan terutama dengan meningkatnya jumlah anak muda yang menghabiskan waktu untuk online. Oleh karena itu, perlu diwaspadai hal negatif yang mungkin muncul dari penggunaan internet terutama bila penggunaan sudah mulai berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA Davis,
R. A. (2001). What is internet http://www.victorialpoint.conv/internetaddoction/internetaddiction.htm
addiction.
Davis, R. A. (2001). A cognitive–behavioral model of pathological Internet use. Computers in Human Behavior, 17, 187–195. Goldberg, I. (1996). Internet Addiction Disorder. Retrieved June 16,2010 from http://www.rider.edu/suler/psycyber/supportgp.html Griffiths M. (1998). Internet addiction: does it really exist. In J. Gackenbach, Psychology and the Internet: intrapersonal, interpersonal, and transpersonal implications. New York: Academic Press. Katz, E., Gurevitch, M., & Haas,H. (1973). On the use of the massmedia for important things. American Sociological Review, 38, 164–181 Ko, C. H., Yen, J. Y., Yen, C. F., Lin, H. C., & Yang, M. J. (2007). Factors predictive for incidence and remission of Internet addiction in young adolescents: A prospective study. CyberPsychology & Behavior, 10 (4), 545–551. Kuss , D.J. & Griffiths, M. D. (2011). Online social networking and addiction: A review of the psychological literature. International Journal of Environmental Research and Public Health, 8, 3528-3552 Meerkerk, G.-J., Eijnden, R. J. J. M. V. D., & Garretsen, H. F. L. (2006). Predicting Compulsive Internet Use: It’s All about Sex!. CyberPsychology & Behavior, 9(1), 95103 Pribadi, S. A., & Putri, D. E. (2009). Perbedaan sikap terhadap seks dunia maya pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil). Vol. 3, A121-A125 Shaw, M. & Black, D. W. (2008). Internet addiction: Definition, assessment, epidemiology and clinical management. Leading article: CNS Drugs. 22 (5): 353-365 Soetjipto, H. P. (2010). Pengujian validitas konstruk kriteria kecanduan internet. Jurnal psikologi. Vol. 32, (2) : 74-91
Thadani & Cheung (2011). Online social networking dependency: Theoretical development and testing of Competing Models. Proceedings of the 44th Hawaii International on System Science, 1-9 Widyanto, L. & Griffiths, M.D. (2006). Internet Addiction: A Critical Review. International Journal of Mental Health & Addiction, 4(1), 31-51. Young, K. S. (1996). Internet addiction: The emergence of a new clinical disorder. Paper presented at the 104th annual meeting of American Psychological Association, August 11, 1996. Toronto. Htto://netaddiction.com/ Young, K. S., & Rogers, R. C. (1998). The relationship between depression and internet addiction. Cyberpsychology and Behavior, 1, 25–36. Young, K. S. (1999). Internet addiction: Symptoms, evaluation, and treatment. In L. VandeCreek & T. Jackson (Eds.) Innovations in Clinical Practice: A sorce Book. Sarasota, FL: Professional Resource Press. http://netaddiction.com/ Young, K. S. & De Abrue , C. N. (2011). Internet addiction: A handbook and guide to evaluation and treatment. United States of America.: John Wiley & Sons, Inc