Kebijakan Strategis Pemerintah Mempercepat Terwujudnya Masyarakat Informasi Sarwoto Wijoyo Latisuroa a Staf pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Telp : (021) 7493547 Email :
[email protected]
ABSTRACT Based on the decision of the World Summit on Information Society (WSIS) in Tunis in 2003 which was attended by state officials from around the world has set its commitment to building the Information Society the targeted half or 50% of the population in the World could be realized in2015, include community colleges, Health, Business, etc. The information society is a society which meant that the information literate society that understands the importance of the information obtained from the community's ability to use a variety of media including Information and Communication Technology to access help information used in everyday life are included in solving problems. In order to realize this target, many countries in the world have established a strategic policy and be synergistic and integrated areas evenly in all its aspects to accelerate the realization of the WSIS commitments. In connection with the study aims to determine the policy of the Government's policy strategy to accelerate the realization of the 2015 Information and strategic steps taken by the government in society to realize information. Data used is extracted from the data of the discussions, seminars, workshops and literature data. By using these methods are expected to reach a conclusion about a concrete picture of the strategic policy of the government in the establishment of the community Information. Keywords: Strategic Policy, Government, public information, information literacy, digital divide. bahwa pendidikan, pengetahuan, informasi, dan komunikasi adalah inti kemajuan, usaha dan kesejahteraan manusia. Sidang WSIS juga menekankan bahwa Teknologi Informasi 1. PENDAHULUAN dan Komunikasi mempunyai pengaruh yang amat besar 1.1 Latarbelakang Sebagai tindak lanjut dari komitment WSIS di dalam segala aspek kehidupan didalam masyarakat. Dalam Jenewa 2003 yang ditindaklanjuti dengan pertemuan di rangka mewujudkan komitmen internasional tersebut, maka Tunisia tahun 2005 yang dihadiri tidak kurang dari 175 para banyak Negara di dunia telah menetapkan berbagai pimpinan pemerintah dari negara-negara di dunia telah kebijakan strategis dan program kegiatan dalam rangka menyepakati sasaran antara lain terwujudnya masyarakat mempercepat terwujudnya target WSIS antara lain informasi sebesar 50 % dari penduduk dunia pada tahun terwujudnya masyarakat informasi dari 50 % pendudukdi 2015. Namun dalam kenyataannya setiap pemerintah negara dunia di tahun 2015, menghadapi berbagai permasalahan internal, antara lain Sehubungan dengan itu kajian ini bertujuan untuk masih rendahnya tingkat literasi di bidang TIK, rendahnya mendiskrpsikan sampai sejauh mana kebijakan strategis dan penggunaan teknologi TIK. Berdasarkan data yang program kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah selaku diperoleh dari berbagai Pakar TIK di Indonesia, seperti Dr penentu kebijakan dalam mempercepat terwujudnya Eko Indrajid bahwa Indonesia menghadapi berbagai masyarakat informasi. permasalahan TIK antara lain masih besarnya digital divide dan rendahnya Human Development index bangsa Indonesia 1.2 Permasalahan yakni pada ranking 114 dari 187 negara ( UNDP 2003) dan Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu menjadi 111 dari 187 negara ( UNDP 2004). Sedangkan adanya perhatian yang utama dari pemerintah selaku berdasar HDI yang dirilis Nopember 2011, Indonesia penyelenggara negara untuk mempercepat terwujudnya menempati rangking ke 124 dari 187 negara . masyarakat informasi. Guna mempercepat terwujudnya Berdasar hasil sidang WSIS, Para pimpinan negara masyarakat informasi tersebut diperlukan pengkajian juga mengakui bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran kebijakan pemerintah dalam mempercepat terwujudnya utama dalam pembangunan Masyarakat Informasi. Banyak masyarakat informasi. Pertanyaan pengkajian, adalah aspek bangunan Masyarakat Informasi antara lain adalah bagaimanakah langkah-langkah dan program kegiatan hasil dari kemajuan teknologi. Sidang WSIS mengakui peningkatan literasi-informasi yang ditempuh oleh
16
Pemerintah mempercepat terwujudnya masyarakat kebijakan strategis informasi, serta sejauh manakah pemerintah dalam mempercepat terwujudnya masyarakat informasi.
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Stephanie K marrus-http://carapedia.com).
1.3 Tujuan Dan Manfaat Pengkajian Kajian ini bertujuan untuk mengetahui langkahlangkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam memujudkan masyarakat informasi serta merumuskan strategi kebijakan Pemerintah dalam mempercepat terwujudnya masyarakat Informasi tahun 2015. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai analisis kebijakan strategis pemerintah dalam mewujudkan masyarakat informasi, serta dapat menyediakan informasi mengenai program kegiatan pemerintah dalam mewujudkan masyarakat informasi.
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,sosialbudaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian bahwa pengertian strategis adalah pernyataan yang mengindikasikan suatu rencana ataupun cara yang terbaik untuk tercapainya tujuan suatu badan maupun lembaga pemerintah. 2.2 Pemerintah Menurut Dr. Ir, Dharma Setyawan Salam, M.Ed, dalam bukunya berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia disebutkan bahwa untuk menjalankan sebuah Negara agar dapat mencapai ketentreman , kesejahteraan, dan kesentosaan bersama diperluakan penguasa yang mengatur dan mengelola segenap sumber daya untuk mencapai tujuan suatu Negara. Penguasa dalam suatu Negara tersebut biasa dikenal dengan istilah pemerintah.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Kebijakan Strategis 2.1.1 Kebijakan Pemilihan terhadap alternatif tindakan strategis sebagai pilihan tindakan yang terbaik bukan merupakan akhir dari formulasi atau perumusan strategi. Namun,selanjutnya organisasi harus mengembangkan kebijakan lebih lanjut. Kebijakan pada umumnya dijadikan sebagai panduan umum mengenai implementasi strategi. Kebijakan juga dapat membatasi pilihan strategi di masa yang akan datang sehingga perubahan strategi harus diikuti dengan perubahan kebijakan. Berdasarkan pendapat Aizawa Kakeru (2012) bahwa kebijakan yang disarikan dari bukunya William N. Dunn (1999) berjudul Analisis Kebijakan, disebutkan bahwa kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan intepretatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada. Masih banyak kesalahan pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan ”kebijaksanaan”, yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi.
Dalam pengertian sempit, pemerintah diartikan sebagai eksekutif yang melaksanakan kegiatan fungsi menjalankan undang-undang negara yaitu sekelompok orang yang diberi tugas untuk merencanakan, mengumpulkan, menyusun, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengarahkan segenap upaya masyarakat/penduduk dalam suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan Negara yang telah ditetapkan. Sedangkan upaya menjalankan segenap fungsi dan kegiatan pemerintah biasa disebut dengan pemerintahan. Karena itu, fungsi pemerintah adalah upaya merealisasikan tujuan Negara. Negara adalah suatu organisasi kekuasaan masyarakat yang berupaya mengatur interaksi antar anggota masyarakat atau penduduknya dalam suatu wilayah hukum tertentu berdasarkan kesepakatan di antara mereka baik mengenai cara pencapaian maupun tujuan yang akan dicapai agar mereka dapat hidup secara harmonis dan meningkat kesejahteraannya secara adil dan makmur. 2.3 Masyarakat Informasi Berdasarkan hasil Sidang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) WSIS tentang Masyarakat Informasi, menyatakan keinginan bersama dan komitmen untuk pembangunan masyarakat Informasi yang berpusat pada manusia, di mana setiap orang dapat membuat, mengakses, memanfaatkan dan berbagi informasi dan pengetahuan, yang memungkinkan individu, masyarakat dan bangsa untuk mencapai potensi penuh mereka dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup mereka;
2.1.2 Strategis Strategis dari kata Strategi yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
17
Sejalan dengan pemikiran UNESCO sangat menganjurkan pembangunan masyarakat pengetahuan di mana kekuatan informasi dan komunikasi yang dibutuhkan sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai potensi tinggi dan memperbaiki kehidupan masyarakat sehari-hari.
Know how to accurately identify and define the information needed to meet the need, solve the problem, or make the decision; Stage Three: Know how to determine whether the needed information exists or not, and if it does not, know how to create, or cause to be created the unavailable information (also referred to as “creating new knowledge”); Stage Four: Know how to find the needed information if you have determined that it does, indeed,exist; Stage Five: Know how to create, or cause to be created, unavailable information that you need; sometimes called “creating new knowledge; Stage Six:Know how to fully understand found information, or know where to go for help if needed to understand it; Stage Seven: Know how to organize, analyze, interpret and evaluate information, including source reliability; Stage Eight: Know how to communicate and present the information to others in appropriate and usable formats and mediums; Stage Nine:Know how to utilize the information to solve a problem, make a decision or meet a need; Stage Ten: Know how to preserve, store, reuse, record and archive information for future use; Stage Eleven: Know how to dispose of information no longer needed, and safeguard information that should be protected.
Konsep literasi informasi /melek informasi dari masyarakat dianggap sebagai hal yang sangat mendasar dan penting untuk memungkinkan masyarakat/orang dalam menghadapi tantangan perkembangan dan kemajuan teknologi. Masyarakat yang melek informasi atau masyarakat informasi telah menjadi paradigma baru dalam era informasi dan komunikasi dewasa ini, karena mereka mampu memanfaatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengakses informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan mereka dan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup serta memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasar Alexandria Proclamation yang diadopsi oleh Kolokium Tingkat Tinggi pada Literasi Informasi dan Lifelong Learning pada November 2005 mendefinisikan literasi informasi dari masyarakat berarti "memberdayakan masyarakat di semua lapisan masyarakat untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan dan menciptakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, tujuan kerja dan pendidikan. Dalam era dewasa ini, information literacy/literasi informasi atau sering disebut dengan istilah “melek informasi” berarti bahwa dengan pemahaman teknologi tidak cukup. Apa yang harus dilakukan orang/masyarakat adalah belajar bagaimana memanfaatkan teknologi tersebut. Namun kenyataannya, kemampuan masyarakat sangat beragam dalam mencari, mengambil, mengolah,menganalisis, mengevaluasi informasi dan kemudian menggunakan dan memanfaatkan dalam berbagai kegiatan baik untuk membantu pengambilan keputusan maupun dalam pemecahan masalah dan sejenisnya.
2.4
Pengertian Kebijakan Strategis pemerintah Berdasarkan uraian tersebut diatas, dan mengambil pandangan dari Buku William N Dunn dalam bukunya berjudul Pengantar Analisis Kebijakan Publik (1999) yang disunting oleh Dr. Muhadjir Darwin, MPA, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan strategis pemerintah adalah serangkaian informasi baik berupa rencana strategis, rencana aksi maupun berupa kesepakatan, ketentuan dan keputusan yang dihasilkan oleh Badan dan pejabat pemerintah. Serangkaian kebijakan strategis tersebut merupakan alternatif pilihan langkahtindakan untuk terwujudnya tujuan yang diinginkan. Terkait dengan pembahasan ini adalah tercapainya masyarakat informasi yang ditargetkan 50 % penduduk di dunia pada tahun 2015; yakni masyarakat yang telah menyadari pentingnya informasi yang diperoleh dari berbagai sumber informasi termasuk kemampuan dalam mengakses informasi melalui berbagai media serta Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) dalam kehidupan mereka.
Sejalan dengan mandat WSIS serta juga UNESCO untuk pembangunan masyarakat Informasi/ pengetahuan pada abad 21 ini, maka melek informasi /Literasi sebagai landasan terwujudnya masyarakat informasi, memiliki enam kategori ( Forest Woody Horton, Jr, 2008) yang saling berkaitan yakni : the Basic or Core functional literacy fluencies (competencies) of reading, writing, orally and numeracy; Computer Literacy; Media Literacy; Distance Education and E-Learning; Cultural Literacy; and Information Literacy. Lebih lanjut Forest menyebutkan bahwa terdapat (11) Sebelas tahapan proses yang dilalui untuk mencapai informasi literacy/ melek informasi, atau yang disebut dengan istilah multi-stage process of “life cycle.” Tahapan tersebut sebagai berikut: Stage One: Realize that a need or problem exists that requires information its satisfactory resolution; Stage Two:
2.5
Posisi Indonesia di Bidang TIK
Berdasarkan data IMD-World Competitiveness Year Book berikut diketahui bahwa kemampuan bersaing Pemerintah/Negara Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa Negara di ASEAN terlihat masih menduduki peringkat yang rendah, misalnya daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara lain di dunia menempati posisi yang jauh tertinggal, yaitu menempati urutan ke 58 dari 60 negara (sumber : The IMD World Competitiveness Year Book 2004).
18
Secara umum kondisi SDM bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya ranking Human Development Index Indonesia tahun 2004, yaitu urutan ke 111 dari 177 negara di dunia (sumber : Human Development Report – UNDP, 2004). Dilihat dari indikator e-readiness yang terdiri dari kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, serta kebijakan, lingkungan usaha dan sosial yang mendukung, maka posisi Indonesia dibandingkan negara lain pada tahun 2004 berada di urutan ke 59 dari 64 negara (sumber : Economist Intelligence Unit). Dilihat dari “teledensity” masih rendah, yaitu 1125% di kota besar dan 0,2% di daerah perdesaan dimana sekitar 43.022 desa (64,4% dari 66.778 jumlah total desa) masih belum memiliki akses telepon. Penetrasi telepon yaitu fixed line adalah 7,82 juta atau sekitar 3%, sedangkan telepon seluler kurang lebih 20 juta (sumber : Ditjen. Postel, 2005). Adapun penetrasi komputer masih sekitar 1%, sedangkan jumlah pengguna internet sejak tahun 2002 meningkat cukup banyak, yaitu pada tahun 2004 menurut APJII sekitar 12 juta orang. Penggunaan Internet oleh lembaga pendidikan terus meningkat, dimana menurut IDNIC pada saat ini terdapat 639 domain ac.id yaitu untuk perguruan tinggi dan 841 domain sch.id untuk sekolah. Dilihat dari e-literacy masyarakat sebagai prasyarat utama untuk mewujudkan knowledge-based society, pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih pada tingkatan belum peduli dan belum memahami dan hanya sedikit yang sudah pada tingkatan dimana kehidupan orang itu sudah tidak dapat dipisahkan dengan teknologi informasi dan komunikasi Berdasarkan data tersebut diperlukan adanya kebijakan strategis yang mampu meningkatkan daya saing yang mampu mendongkrak ketertinggalan dibandingkan dengan beberapa Negara di Asean, misalnya Korea, Jepang, Thailand, Malaysia, Singapura dan kain-lainnya .
tenaga yang berpendidikan tinggi,masih belum memadainya angggaran untuk mendudukung kegitaan Penelitian dan Pengembangan, kurangnya pengembangan dan kemajuan di bidang Bisnis, serta masih rendahnya infrastruktur di bidang TIK, Namun pemerintah Indonesia masih memiliki beberapa kekuatan antara lain adanya perhatian pemerintah dalam pengembangan TIK, meningkatnya kemampuan eksport teknologi tinggi, serta adanya jumlah penduduk yang tinggi yang berarti tersedianya tenaga kerja yang cukup tinggi. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa pemerintah Indoensia memiliki bebrapa peluang antara lain upah tenaga kerja yang rendah, kecenderungan meningkatnya tenaga Outsorcing di bidang TIK serta adanya percepatan pertumbuhan sektor pelayanan di bidang Software dan TIK. Namun jika dilihat dari perkembangan dan kemajuan dibidang TIK di era globalisasi informasi saat ini, pemerintah Indonesia akan menghadapi tantangan atas kemajuan yang pesat dari negara-negara India dan Cina yang semakin menjadi sumber kekuatan dunia di bidang TIK, serta juga beberapa Negara di ASEAN yang semakin memperkuat kemampuan dan pengaruhnya di bidang SDM maupun penelitian dan pengembangan TIK. Terkait dengan tercapainya masyarakat informasi, maka tantangan yang dihadapi adalah untuk mengendalikan potensi Teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung tujuan-tujuan pembangunan dimana semua orang dapat menciptakan, mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi dan pengetahuan yang memungkinkan masyarakat untuk mencapai kemampuan penuh mereka dalam rangka memperbaiki kualitas hidup mereka dan mendudkung keberhasilan pembangunan yang berkesinambungan. 3.
METODOLOGI PENELITIAN Untuk menjawab fokus penelitian digunakan metode penelitian hasil studi kasus maupun workshop seminar dengan tujuan deskriptif komparatif. Metode pengumpulan data pada penelitian ini di peroleh dari berbagai hasil konsultansi dan diskusi dengan beberapa tim ahli antara lain dengan Institute of Information Industry (I3) Taipei, Korean Agency of Digital Opportunity ( KADO) tahun 2005 serta dari Tim Ahli dari Korea Information Society and Development Institute (KISDI) tahun 2007, Selain itu, juga data dan informasi hasil studi kepustakaan yakni berbagai literatur dan dokumen-dokumen hasil Sidang Worl Summit on Information Society (WSIS) tahun 2003/2005 di Geneva dan Tunis serta dari data kepustakaan. Masing-masing kasus akan dideskripsikan dan diperbandingkan, sehingga diperoleh gambaran hasil dari masing-masing kasus yang diteliti. Setelah data terkumpul maka akan dilakukan analisa kegiatan strategis dalam mewujudkan masyarakat Informasi yang dilakukan beberapa pemerintah diberbagai negara dan selanjutnya melakukan pemetaan langkah strategis tersebut. Dalam kajian ini konsep strategi kebijakan yang dilakukan pemerintah yakni selaku penentu kebijakan dalam
Tabel 1 : IMD- world Competitiveness YearBook E m ploym ent(P ercentage of P opulation) E m ploym ent G row th
E ntrepreneurship
S kliiled Labor
V enture C apital
N um ber of P atents in Force (P er 100,000 inhabitants)
IT S kills
Total P ublic E xpenditure on E ducation(P ercentage of G D P )
H igh-Tech E xports
E xports of G oods(U S $ billion)
H igher E ducation A chievem ent
Know ledge Transfer
S cientific A rticles
B usiness E xpenditure on R & D
Indonesia
Thailand
Total E xpenditure on R & D
Korea
S ingapore
M alaysia
Berdasar data tersebut dapat dijelaskan bahwa pemerintah Indonesia masih menghadapi beberapa kelemahan dan hambatan didalam pengembangan TIK untuk mempercepata terwujudnya masyarakat informasi , antara lain masih rendahnya tingkat kemampuan Tenaga Kerja kerja termasuk dibidang TIK, masih rendahnya pencapaian
19
mewujudkan masyarakat informasi. Informasi yang akan digali adalah informasi tentang: 1. Bagaimana kebijakan Strategis pemerintah dalam mewujudkan masyarakat informasi. 2. Berbagai program dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan dalam mempercepat target terwujudnya masyarakat informasi tahun 2015. Kajian dilakukan berdasar hasil diskusi dan pertemuan dengan berbagai lembaga dan Tim Ahli TIK yang sekaligus sebagai key-informan yang dilakukan di Taipei, Korea dan Jakarta pada tahun 2005 dan bulan Juni 2007.
kendala waktu dan jarak, untuk pertama kalinya dalam sejarah memungkinkan penggunaan potensi teknologi tersebut bagi manfaat jutaan manusia di seluruh penjuru dunia. Untuk itu para petinggi negara tersebut berkomitmen untuk mengubah kesenjangan digital ini menjadi suatu peluang digital untuk semua orang, khususnya bagi mereka yang berisiko tertinggal dan semakin terpinggirkan. Para petinggi negara juga mengakui bahwa untuk membangun Masyarakat Informasi yang inklusif memerlukan bentuk solidaritas yang baru, kemitraan dan kerjasama antar pemerintah dan semua yang berkepentingan, seperti pihak swasta, masyarakat sipil, dan organisasiorganisasi internasional. Menyadari bahwa tujuan besar Deklarasi ini – menjembatani kesenjangan digital dan memastikan pembangunan yang selaras, adil, dan merata untuk semua - akan membutuhkan komitmen yang kuat bagi semua yang berkepentingan, kita menyerukan adanya solidaritas digital, baik di tingkat nasional maupun internasional. 4.1.1 Prinsip-Prinsip Utama Para petinggi negara setuju bahwa prinsip-prinsip utama dalam membangun Masyarakat Informasi sebagai berikut : 1) Peran pemerintah dan semua pemangku kepentingan dalam mempromosikan TIK untuk pembangunan; Prinsip ini menekankan bahwa Pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi-organisasi internasional lainnya memiliki peran dan tanggung jawab utama dalam pengembangan Masyarakat Informasi, dan dalam proses pengambilan keputusan sesuai kebutuhan. 2) Infrastruktur informasi dan komunikasi: suatu fondasi esensial untuk Masyarakat Informasi ; prinsip ini antara lain menekankan bahwa konektivitas merupakan sarana pemberdaya utama yang memungkinkan pembangunan Masyarakat Informasi. Akses untuk infrastruktur dan jasa TIK yang universal, merata, adil, serta terjangkau, merupakan salah satu tantangan untuk Masyarakat Informasi dan harus menjadi tujuan semua pemangku kepentingan untuk membangunnya. 3) Akses ke Informasi dan Pengetahuan; Antara lain menekankan bahwa kemampuan semua orang untuk mengakses dan menyumbangkan informasi, gagasan dan pengetahuan, adalah sangat penting dalam suatu Masyarakat Informasi yang berguna untuk pengembangan kegiatan ekonomi, sosial, politik, kesehatan, kebudayaan, pendidikan, serta kegiatan ilmiah, dan dengan memudahkan akses ke informasi ranah publik, termasuk melalui desain universal dan penggunaan teknologi pendukung lainnya. 4) Pembangunan Kemampuan; Prinsip ini antara lain menekankan setiap orang harus mempunyai peluang untuk memperoleh ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami, berpartisipasi aktif, dan mendapatkan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan Strategis Pemerintah tentang Masyarakat Informasi Pemerintah yang mewakili dari negara-negara di dunia, berkumpul di Jenewa 10-12 Desember 2003 untuk tahap pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) WSIS tentang Masyarakat Informasi, menyatakan keinginan bersama dan komitmen untuk pembangunan masyarakat Informasi yang berpusat pada manusia, di mana setiap orang dapat membuat, mengakses, memanfaatkan dan berbagi informasi dan pengetahuan, yang memungkinkan individu, masyarakat dan bangsa untuk mencapai potensi penuh mereka dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup mereka; yang didasarkan pada tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menghormati sepenuhnya dan menegakkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Sidang WSIS juga menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi adalah untuk memanfaatkan potensi teknologi informasi dan komunikasi untuk mempromosikan tujuan pembangunan Deklarasi Milenium, yaitu pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar universal, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, penurunan angka kematian anak , peningkatan kesehatan ibu, untuk memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya, memastikan kelestarian lingkungan, dan pengembangan kemitraan global untuk pembangunan untuk pencapaian yang lebih baik, serta hasilhasil lain dari Deklarasi internasional seperti Deklarasi hak Azasi Manusia Sedunia, dan KTT Perserikatan BangsaBangsa yang relevan. Para petinggi negara mengakui bahwa ilmu pengetahuan memiliki peran utama dalam pembangunan Masyarakat Informasi, bahwa pendidikan, pengetahuan, informasi, dan komunikasi, adalah inti kemajuan, usaha, dan kesejahteraan manusia. Selanjutnya, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mempunyai pengaruh amat besar terhadap segala aspek kehidupan kita. Cepatnya kemajuan teknologi-teknologi ini sepenuhnya membuka kesempatankesempatan baru dalam mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Kemampuan teknologi-teknologi ini untuk mengurangi banyaknya kendala tradisional,khususnya
20
manfaat sepenuhnya, dari Masyarakat Informasi dan Masyarakat Ekonomi yang Berbasis pengetahuan. 5) Membangun Kepercayaan dan Keamanan dalam Penggunaan TIK; Prinsip ini antara lain memperkuat pola kepercayaan, termasuk keamanan informasi dan keamanan jaringan, otentikasi, perlindungan privasi dan konsumen, adalah persyaratan dalam pengembangan Masyarakat Informasi dan untuk membangun kepercayaan antar pengguna TIK. 6) Lingkungan yang Memberdayakan; Prinsip ini antara lain menyatakan bahwa Lingkungan yang memberdayakan di tingkat nasional dan internasional sangatlah penting bagi Masyarakat Informasi. TIK harus dipergunakan sebagai alat penting untuk pengelolaan yang baik. Pemerintah harus campur tangan, sesuai kebutuhan, untuk memperbaiki kegagalan pasar, menjaga persaingan yang adil, menarik investasi, meningkatkan pembangunan infrastruktur dan aplikasi TIK, memaksimalkan manfaat ekonomi dan sosial, serta untuk melayani prioritas nasional 7) Penerapan TIK: Manfaat-manfaat di dalam semua aspek kehidupan. Prinsip ini antara lain menegaskan bahwa penggunaan dan penggelaran TIK harus menciptakan manfaat dalam semua aspek kehidupan keseharian kita. Penerapan TIK berpotensi penting dalam operasi dan jasajasa pemerintahan, perawatan kesehatan dan informasi kesehatan, pendidikan dan pelatihan, ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja, bisnis, pertanian, transportasi, perlindungan terhadap lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam, pencegahan bencana, serta kebudayaan, serta untuk mendorong pemberantasan kemiskinan dan tujuan pembangunan lain yang telah disepakati. 8) Keragaman budaya dan identitas, keragaman bahasa dan konten lokal; prinsip ini antara lain menegaskan Keragaman budaya adalah warisan umum umat manusia. Masyarakat Informasi harus didirikan atas dan membangkitkan rasa hormat terhadap indentitas budaya, keragaman budaya dan bahasa, tradisi dan agama, dan menumbuhkembangkan dialog antar kebudayaan dan peradaban. 9) Media; Prinsip ini menegaskan bahwa komitmen terhadap prinsip-prinsip kebebasan pers dan kebebasan informasi, serta terhadap kemerdekaan, pluralisme, dan keragaman media, yang sangat penting untuk Masyarakat Informasi. Kebebasan untuk mencari, menerima, berbagi, serta menggunakan informasi untuk penciptaan, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan adalah penting untuk Masyarakat Informasi. secara bertanggung jawab oleh media sesuai dengan etika tertinggi dan standar profesional. 10) Dimensi etika Masyarakat Informasi. Prinsip ini menegaskan bahwa masyarakat Informasi harus menghormati perdamaian dan menegakkan nilai-nilai fundamental dari kebebasan, persamaan hak, solidaritas, toleransi, pembagian tanggung jawab, dan hormat terhadap alam.serta pentingnya etika untuk Masyarakat Informasi, yang harus memelihara keadilan serta martabat dan nilai manusia. Perlindungan perlu diberikan bagi keluarga
sehingga memungkinkan mereka memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat. 11) Kerjasama internasional dan regional. Prinsip ini menegaskan antara lain bahwa Masyarakat Informasi pada hakekatnya adalah global secara alamiah, dan usaha nasional perlu didukung oleh kerjasama internasional dan regional yang efektif antar pemerintahan, sektor swasta, masyarakat umum serta para pemangku kepentingan lainnya, termasuk institusi keuangan internasional. 4.1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran a. Maksud Rencana Aksi adalah untuk membangun Masyarakat Informasi inklusif, untuk menempatkan potensi pengetahuan dan TIK dalam jasa pembangunan; untuk mempromosikan penggunaan informasi dan pengetahuan demi tercapainya tujuan pembangunan yang telah disepakati secara internasional, termasuk yang tertera di dalam Deklarasi Milenium; serta untuk membahas tantangantantangan baru Masyarakat Informasi, pada tingkat nasional, regional, dan internasional. Peluang akan diambil di tahap ke dua WSIS untuk mengevaluasi dan menilai kemajuan yang telah dibuat dalam menjembatani kesenjangan digital. b. Sasaran khusus untuk Masyarakat Informasi akan ditentukan sesuai kebutuhan, pada tingkat nasional dalam kerangka e-strategi nasional, dan sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional, dengan memperhitungkan perbedaan keadaan ditiap negara. Sasaran-sasaran dalam mengupayakan maksud dari Masyarakat Informasi dapat diperhitungkan dalam pembuatan sasaran nasional, dengan mempertimbangkan perbedaan keadaan di tiap negara. Sasaran-sasaran tersebut yakni menghubungkan desa-desa dengan TIK dan mendirikan tempat- tempat akses komunitas; menghubungkan universitas, perguruan tinggi, sekolah menengah dan sekolah dasar dengan TIK; menghubungkan pusat-pusat ilmiah dan penelitian dengan TIK; menghubungkan perpustakaan umum, pusat kebudayaan, kantor pos, dan kantor arsip dengan TIK; menghubungkan pusat kesehatan dan rumah sakit dengan TIK; menghubungkan semua instansi pemerintahan lokal dan pusat serta mendirikan website dan alamat e-mail; menyesuaikan semua kurikulum sekolah dasar dan menengah dalam memenuhi tantangan-tantangan Masyarakat Informasi, dengan memperhitungkan keadaan nasional;. untuk memastikan bahwa semua penduduk dunia memiliki akses terhadap jasa televisi dan radio; untuk mendorong perkembangan konten dan untuk menempatkan kondisi teknis dalam upaya untuk memudahkan keberadaan dan penggunaan semua bahasa dunia di internet;serta untuk memastikan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia memiliki akses terhadap TIK dalam jangkauan mereka. 4.1.3 Arahan Aksi mewujudkan Masyarakat Informasi 1. Peran pemerintah dan semua pemangku kepentingan dalam mempromosikan TIK untuk pembangunan. Arahan ini antara lain menegaskan bahwa Partisipasi efektif antara pemerintah dan semua pemangku kepentingan sangat vital
21
dalam pembangunan Masyarakat Informasi yang membutuhkan kerjasama dan kemitraan antar mereka semua. 2. Infrastruktur informasi dan komunikasi: Suatu fondasi esensial untuk Masyarakat Informasi. Arahan ini antara lain menegaskan bahwa Infrastruktur adalah unsur inti dalam pencapaian tujuan inklusi digital, memungkinkan ketersediaan akses terhadap TIK secara universal berkesinambungan, ada dimana-mana, dan terjangkau, dengan memperhitungkan solusi-solusi terkait yang sudah ada di negara-negara berkembang dan negara-negara dengan ekonomi dalam transisi, untuk menyediakan konektivitas yang berkesinambungan serta akses untuk daerah daerah yang terpencil dan terpinggir pada tingkat nasional dan regional. 3. Akses untuk informasi dan pengetahuan; TIK memungkinkan manusia, di mana pun di dunia, untuk mengakses informasi dan pengetahuan pada saat yang hampir bersamaan. Para individu, organisasi, dan komunitas harus mengambil manfaat dari akses untuk informasi dan pengetahuan. 4. Pembangunan kemampuan; Arahan ini menegaskan setiap orang harus memiliki kecakapan yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari Masyarakat Informasi. 5. Membangun kepercayaan dan keamanan dalam penggunaan TIK; Kepercayaan dan keamanan adalah bagian dari pilar-pilar utama Masyarakat Informasi. 6. Lingkungan yang memberdayakan; Untuk memaksimalkan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan Masyarakat Informasi, pemerintah perlu menciptakan peraturan dan kebijakan lingkungan yang dapat dipercaya, transparan, serta non-diskriminatif.. 7. Aplikasi-aplikasi TIK: manfaat dalam semua aspek kehidupan; Aplikasi-aplikasi TIK dapat mendukung perkembangan yang berkesinambungan, di bidang-bidang administrasi publik, bisnis, pendidikan dan pelatihan, kesehatan,ketenagakerjaan, lingkungan hidup, pertanian, serta ilmu pengetahuan, dalam kerangka e-strategi nasional. Hal ini akan mencakup tindakan-tindakan dalam berbagai sektor antara lain seperti E-Gov, E-pertanian,E-kepegawaian, E-pembelajaran dan E-kesehatan,E-bisnis, E-lingkungan, E-ilmu pengetahuan, 9. Media; Media dalam berbagai bentuk mereka dan dengan keragaman kepemilikan sebagai pemeran, memiliki peran esensial dalam pengembangan Masyarakat Informasi dan diakui sebagai kontributor penting untuk kebebasan berekspresi serta kejamakan informasi. Untuk penegasaan dukungan terhadap hasil KTT mengenai Masyarakat Informasi di Geneva pada Desember 2003, Maka dilaksanakan KTT Dunia mengenai Masyarakat Informasi (WSIS) tahap ke dua di Tunis dari 16-18 November 2005. Para Petinggi Pemerintahan menegaskan kembali keinginan dan komitmennya untuk membangun Masyarakat Informasi yang terpusat pada manusia tersebut.
4.2.1Analisa Program Kegiatan Pemerintah Sejalan dengan kebijakan strategis dari WSIS yang dihadiri 175 negara di dunia yang telah menyepakati satu pandangan visi yakni terwujudnya masyarakat informasi; Maka negara-negara di Dunia baik pemerintah, para pihak yang berkepentingan, sektor swasta, maupun organisasi internasional bersinergi dalam rangka mewujudkan pembangunan masyarakat informasi, termasuk pemerintah Indonesia. Berikut data tentang program kebijakan strategis kongkrit dari beberapa pemerintah negara di dunia baik yang berupa perencanaan sebagai kebijakan strategis dan program kegiatan untuk mewujudkan masyarakat informasi yakni masyarakat yang memiliki kemampuan dan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan akses TIK untuk meningkatkan informasi dan pengetahuan masyarakat yang dapat membantu pengembangan kehidupan mereka. 1) Kebijakan Strategis Pemerintah Malaysia. Malaysia dalam pembangunan di sektor ICT yang menarik adalah bagaimana negara tersebut memanfaatkan telekomunikasi dan teknologi informasi sebagai perangkat pendukung dalam pemulihan perekonomian mereka. Bahkan saat ini ICT sudah menjadi program prioritas dalam pembangunan nasional di Malaysia. Secara garis besar terdapat tujuh proyek yang mendasari pembangunan ICT di Malaysia, yang meliputi Government Office Environment (GOE), Human Resources Management Information System (HRMIS), e-services, e-government dan Public Management Security (PMS). Keseluruhan infrastruktur ICT di Malaysia berbasis open source dengan total investasi mencapai US$31.199.023,784. Adzman Musa, Director ICT Security Division Malaysian Administrative Modernization and Management Planning Unit, Prime Minister’s Department of Malaysia, mengatakan pembangunan ICT di Malaysia difokuskan pada 25 kementerian federal, 180 departemen federal, 347 departemen negara bagian dan 148 pemerintah daerah. Dalam rangka untuk peningkatan kemampuan masyarakat baik secara individual maupun organisasi, Pemerintah Malaysia bekerjasama dengan pihak non pemerintah/industri telah melakukan berbagai kemudahan dan mengalokasikan sejumlah dana bantuan untuk peningkatan kemampuan dan ketrampilan masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan di bidang TIK. Begitu juga, pemerintah Filipina juga memberikan berbagai kemudahan dan bea siswa untuk peningkatan kemampuan masyarakatnya di bidang TIK. 2)
Kebijakan Strategis Pemerintah Republik Korea. Sesuai dengan hasil pemaparan dan diskusi dengan Tim konsultansi dari Korea Information Society Development Institute ( KISDI ) pada Juni 2006 dapat diketahui bahwa kebijakan strategis pengembangan TIK dalam mempercepat terwjudnya masyarakat informasi
4.2. Pembahasan
22
dan Ketrampilan TIK, Keempat adalah strategi menjembatani kesenjangan digital; dan Kelima adalah strategi Peningkatan Standar Kelembagaan.
dikenal dengan istilah Strategi IT839 yakni strategi untuk peningkatan 8 (delapan) bidang pelayanan (Services) , Strategi untuk peningkatan 9 ( Sembilan ) bidang produksi dan Strategi untuk peningkatan 3 ( tiga) bidang pembangunan Infrastruktur seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
Korea’s Strategy for ICT HRD – Overview • expand internet, broadband
connection • connecting schools • teacher training
IT839 Strategy(Revised) Service
Institutional measures IT labor markets • National Certification • Evaluation of HRD Program
Mobile Telecom/Telematics Devices
Broadband/Home NW Devices Digital TV/Broadcasting Devices NG Computing/Peripherals
Gambar 4. Strategi Pemerintah Republik Korea untuk peningkatan Literasi Masyarakat di bidang TIK.
Embedded SW Digital Contents/SW Solution
3)
Kebijakan Strategis Pemerintah Thailand. Seperti negara-negara, Pemerintah Thailand juga memiliki Kebijakan dalam pengembangan TIK Nasional Thailand 2010. Adapun visi dalam pengembangan TIK di Thailand adalah “ Thailand’s Vision towards A Knowledge Based Economy” Yakni Thailand menuju Masyarakat Ekonomi Berbasis Pengetahuan. Strategi yang dilakukan meliputi tiga bidang yakni bidang Pengembangan Innovasi Teknologi, Bidang Pembangunan Potensi SDM dan bidang Pengembangan Infrastruktur dan Teknologi. Dalam rangka pengembangan Infrastruktur dan innovasi teknologi untuk mendukung percepatan pembangunan berbagai bidang, Pemerintah mendorong penerapan E-strategi nasional sebagai flagship (program utama pengembangan TIK di Thailand yakni penerapan E-society, E-education, EIndustry, E-Commerce dan E-Government.
Korea Information Society Development Institute
Gambar 2.Kebijakan Strategis Pemerintah Republik Korea tentang Strategi IT839 Sedangkan peranan Pemerinrah dan pihak swasta dalam pengembangan industri TIK antara lain disebutkan bahwa peranan kedua belah pihak meliputi bidang New Service Introduction (Pengenalan Pelayanan Baru) , bidang Infrastructure Build up (Pembangunan infrastrustur) , Bidang product Business development (Pengembangan Usaha Produksi) serta bidang Industrialization (Industri). Uraian secara rinci dapat diketahui dalam gambar berikut ini.
Thailand’s Initiatives: IT
Government Roles in Korean IT Industry
Service Spec Determination
Basic Research
IPR Protection
International Cooperation
License Approval
Pilot Project Launch
Conflict Arbitration
National IR
Frequency Allocation
Financial Support
Fair Competition
Competition Policy
Human Resource Development
Private Product/Technology Development
• Foster Hot Skills • Conversion Training
Korea Information Society Development Institute
RFID/USN Devices
3 Infrastructure
Government
• MIC IT Academy
benefited from 2000 to 2002 • Free ICT facilities in rural areas
IT SoC/Convergence/Parts
Infrastructure
Retraining Bridging Digital Divide
• Basic ICT training-13.8 million
Intelligent Service Robot
Broadband Convergence Network u-Sensor Network Software Framework
• IT Research Centers • National ITscholarship Quality ICT Workforce from Educational Institutions
• forecasting
9 Products
HSDPA/W-CDMA Service WiBro Service Broadband Convergence DMB/DTV Service u-Home Service Telematics/ Location-based Service RFID/USN Application IT Service
Service Business Planning
Building ICT Infrastructure
Product
8 Services
Legal System
• Model schools for IT
Mass Production Cost Reduction
R&D Activity
Pilot Production
Job Creation
Infrastructure Investment
Application & Solution
Global Standardization
IP Creation
Global Marketing & Export Reinvestment for Next Growth Engine
Korea Information Society Development Institute
Source: NECTEC(2001), Information Technology Policy Framework: 2001~2010, Thailand’s Vision Towards A Knowledge-Based Economy
Gambar 3. Peranan Pemerintah Republik Korea tentang Industri TIK.
Gambar 5. Rencana Pemerintah Tentang Pengembangan IT2010.
ditempuh melalui lima strategi yang saling kait mengkait yakni pertama adalah Pembangunan Infrastruktur TIK;l kedua adalah Peningkatan Kualitas SDM TIK dari Lembaga Pendidikan; Ketiga adalah peningkatan Pelatihan
4)
Kebijakan Strategis Pemerintah Singapura. Singapura yang dikenal sebagai “Intelligent Island” juga telah memiliki rencana Induk pengembangan TIK 2015.
23
Dalam rangka mengantisipasi era teknologi digital maka Pemerintah Singapura menetapkan bahwa visi digital untuk Singapura “The Digital Vision For Singapore “ adalah dilakukan beberapa strategi utama yakni Pembangunan Industri Infokom yang berdaya saing global, yang didukung dengan Strategi Pembangunan Infrastruktur Infokom yang terpercaya dan mempunyai kecepatan yang sangat tinggi, Pengembangan SDM yang memiliki kekuatan dan berdaya saing global, Peningkatan transformasi budaya, dan pola pikir sebagai kunci pengembangan sektor ekonomi, pemerintah dan masyarakat.
IT Strategy in Japan e-Japan Strategy (January 2001)
e-Japan Strategy II (July 2003)
A leading IT nation
Strategy II Acceleration Package (February 2004)
IT New Reform Strategy (January 2006)
◆IT Basic Law ◆IT Strategy Headquarters (chaired by Prime Minister)
Promoting IT applications Seven priority fields Health care, food supplies, households, small business finance, knowledge, employment and industry, government services
Infrastructure and foundations
e
Program kegiatan unggulan yangdilakukan meliputi bidang-bidang digital media & entertainment, education & learning, financial services, government, healthcare & biomedical sciences, manufactoring & logistic, serta tourism, hospiatality & retail.
Priority issues e-government (local and national) IT in health services IT in education Information security
apan Priority Program-2004 June 2004
e-Japan Priority Program-2003 (August 2003) e-Japan Priority Program-2002 (June 2002) e-Japan Priority Program-2002 (March 2001)
2001
2002
2003
2004
2005
~ 1
Gambar 7. Strategi Pengembangan IT di Jepang. iN2015 Masterplan:
Further IT Policy Priorities ①
Our Digital Vision for Singapore Government
Structural reform potential of IT
Healthcare & Biomedical Sciences
— Using IT to address issues in Japanese society —
IT in health care
Financial Services
◆ Medical expense statements available online
◆ Using IT to boost the efficiency of energy consumption and resource utilization
IT-based environment initiatives
Manufacturing & Logistics Education & Learning
◆ Using terrestrial digital technology to minimize damage from natural disasters
Safety and security in society
◆ Using ITS technology to prevent traffic accidents
Road and traffic safety
Tourism, Hospitality & Retail
◆ 50% of application procedures available online
Convenient and efficient e-government services
Digital Media & Entertainment
More competitive industry based on IT management systems
Quality of life initiatives
◆ Using IT to improve internal and external corporate communication ◆ Telecommuting, e-learning
1
Sumber : www.ida.gov.sg
Gambar 8. Jepang
Gambar 6. Rencana Induk tentang Visi Digitalisasi untuk Singapura.
Prioritas Kebijakan Pengembangan TIK di New IT National Strategy
Reforms
5)
Kebijakan Strategis Pemerintah Jepang. Jepang sebagai negara industri baru telah menetapkan E-strategi nasional sejak tahun 2001 yang meliputi program pembangunan infrastruktur dan landasan Dasar seperti perumusan peraturan dan perundangan tentang TIK, dan Program pengembangan aplikasi TIK yang meliputi tujuh bidang kegiatan prioritas. Kegiatan ini antara lain terkait dengan kegiatan TIK di bidang health-care, food supplies, Household, Small Business, finance, knowledge, industry dan Government. Selanjutnya sejak 2006, dilakukan strategi Reformasi Baru TIK, strategi ini meliputi Program Mengurangi Hambatan Pemanfaatan TIK di dalam masyarakat luas dan Program Pengembangan Perangkat dan Peralatan TIK untuk mendukung pembaruan TIK. Program kegiatan ini meliputi kegiatan pengembangan infrastrutur jaringan serta investasi untuk pengembangan teknologi dan anak-anak dalam pemanfaatan TIK.
改革
ITT
Eliminate obstacles to IT in wider -IT化を妨げる社会的制約を排除- society Network infrastructure Performance improvements through structural reform
○Structural reform predicated on the use of IT to generate new forms of value and resolve problems
-改革を支えるツ ル- tools supporting reform
Investment in children and technology Emphasis on IT users and consumers
○IT throughout society based on universal design principles
International involvement and international competitiveness
○Using IT to make a stronger international contribution and boost the competitiveness of domestic industry 1
Gambar 9. Strategi Reformasi TIK di Jepang. Strategi yang dilakukan adalah untuk mencapai Pemerintah Jepang sebagai negara yang unggul di bidang TIK. Sebagai realisasinya maka sejak 2010 Jepang menetapkan perubahan pengembangan teknologi TIK dari EJepang menjadi Ubiquitous ( U-Japan) atau dari E-society menjadi U-society yakni teknologi yang bisa
24
menghubungkan every one, every place , every thing at every time.
Research, Development, and Evaluation Commission
Government Service Network
e-Taxation Service
e-Procurement Service
Basic Concept of u-Japan u-Japan is the next generation ICT society from 2010
u- apan
Ubiquitous Net Japan
U
biquitous Connects everyone and everything
U
niversal User-friendly
U
ser-oriented From the user’s point of view ○Close to the user For a society that is user-orientated than a society where objects are given by the supplier Developing technologies and services that are connected to our needs
Official Document Interchange
( www.gov.tw)
Key E-Government Initiative
○An easy-to-use network anytime, anywhere, with anything and for anyone. ICT will be everywhere in daily life for a user-friendly society ○Person2Person plus Person2Goods, and Goods2Goods In every aspect, communication will take the more important role in society
○Gentle with people Can be used by anyone without thinking of the equipment or network The aged and disabled will be able to participate in society with ICT ○Interaction A heart to heart interaction overcoming barriers between generations and localities to create togetherness
The e-Government Portal
Government Certification Authority
U
e-Village Services
e-Motor Vehicle Service
nique Be something special
e-Job Service
-- Bridging Digital Divide
○Create individual energy A new society where your dreams come true ○Vitalize the society Create new social systems and business services Get out from the norm and realize local revitalization with creativity
Gambar 12. Program Penentu E-government di Taiwan. All copyrights reserved (MIC)
6
Gambar 10. Penerapan Teknologi Ubiquitous di Jepang.
Namun, Pemerintah Taiwan dalam mewujudkan E-Taiwan menghadapi tantangan-tantangan dan hambatan utamanya terkait dengan adanya perbedaan kesenjangan digital/ gagap teknologi antara masyarakat kota dengan masyarakat perdesaan, Industri tradisional dan kelompok-kelompok minoritas. Menyadari tantangan dan hambatan dalam mewujudkan E-Taiwan utamanya terkait dengan kesenjangan digital, maka pemerintah Taiwan menetapkan perencanaan strategis bagaimana mempersempit / memperkecil kesenjangan digital. melalui 2 (dua) langkah kebijakan startegis yakni program kegiatan Memperkecil kesenjangan digital yang disebut dengan Strategi Trac II yakni Narrowing the digital divide dan program kegiatan Elearning bagi setiap orang yang disebut dengan Strategi Trac I yakni E-Learning for everyone.
6) Kebijakan Strategis Pemerintah Taiwan Rencana strategis Pemerintah Taiwan untuk membangun E-Taiwan dimaksudkan adalah untuk mempercepat Pemerintah Taiwan dalam mewujudkan pembangunan masyarakat informasi, dimana setiap lapisan /kelompok masyarakat di Taiwan yang memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi komunikasi dan informatika ( TIK) untuk mengakses informasi yang bermanfaat untuk mempercepat pembangunan masyarakat dalam segala aspeknya. Dalam upaya mewujudkan tantangan mewujudkan rencana strategis yakni E-Taiwan yang dilakukan melalui 4(empat) tahapan strategis yakni ELearning sebagai fondasi kegiatan awal yang dimanfaatkan di sektor pendidikan/pembelajaran masyarakat, yang selanjutnya TIK dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga / E- home, untuk kegiatan Pemerintah/perkantoran yakni E-Government serta untuk mendukung kegiatan masyarakat luas yakni dengan E-Society.
Narrowing the Digital Divide
• This track aims at narrowing the difference generated from the inequality of absorption of information and knowledge, and utilization of techniques. Establish measurement for digital divide
Track II. Narrowing the digital divide
Effectiveness evaluation of E-learning for everyone and related policies
e-Taiwan─Challenges 2008 Prioritize Plan
problem analysis
e-Taiwan Minority Groups Traditional industry Divide between Cities and the Country
Solution submission
e-Society e-Government
Track I. E-Learning for everyone
e-Home
Establish demonstration models Modified solution and Feedback.
e-Learning
Industry and related agencies
18
Gambar11. Rencana Prioritas Pengembangan e-Taiwan tahun 2008
Policy assessment and evaluation.
Policy revised proposal
Establish organization for promotion
6
Gambar 13. Upaya Pemerintah Taiwan Memperkecil Kesenjangan digital.
Beberapa contoh kegiatan utama dalam pelaksanaan E-government dapat diketahui antara lain melalui kegiatan eProcurement Service; e-taxation service, e-village servis, ejob service dan lain-lainnya seperti tercantum dalam gambar 12 dibawah ini.
7)
Kebijakan Strategis Pemerintah Indonesia Dalam keranka NKRI yang bertujuan antara lain untuk mewujudkan Masyarakat informatif, Masyarakat yang Sejahtera, melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, maka Peme rintah dalam hal ini Kementerian
25
Komunikasi dengan program antara lain: USO Plus, PSO, tarif yang terjangkau, dan alokasi frekuensi. 3. Fasilitasi Industri TIK dengan program antara lain: pengembangan Pusat Sertifikasi Open Source (PSOS), Komputer Paket Terjangkau, dan pengembangan aplikasi dasar atau perangkat lunak unggulan (eGovernment, e-Procurement, e-Announcement, e-UKM, e-Payment, e-Money, e-Learning, e-Health). 4. Diseminasi Informasi untuk meningkatkan Daya Saing Nasional dengan program antara lain TV digital, Video on demand, dan layanan multimedia. 5. Interoperabilitas Layanan Publik dengan program antara lain: Standardisasi Aplikasi, Single Identity Number (SIN)/Nomor Identitas Tunggal (NIT), dan InterGovernmental Accses to Shared Information System (IGASIS). Adapun sasaran pembangunan Nasional Jangka menengah dari2010-2014 antara lain tersedianya akses informasi dan komunikasi yang merata di seluruh Indonesia (mengecilnya kesenjangan digital). Indikator suksesnya sasaran tersebut apabilajJumlah provinsi yang memiliki indeks kesiapan kompetisi (competition readiness index) sekurangkurangnya 49% dari total provinsi di Indonesia mempunyai indeks tinggi dan sekurang-kurangnya 51% indeks menengah.
Kominfo selaku focal point yang bertanggung jawab dibidang pengembangan Kominfo, liki visi yang sejalan dengan mandat WSIS yakni “Terwujudnya Indonesia Informatif menuju masyarakat sejahtera melalui pembangunan yang berkelanjutan, kominfo yang merakyat dan ramah lingkungan, dalam kerangka NKRI”. Beberapa misi yang telah ditetapkan antara lain Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia Informatif dalam kerangka NKRI serta mengembangkan sistem kominfo yang berbasis kemampuan lokal yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan. Dalam rang mewujudkan masyarakat informasi Indonesia tersebut maka strategi yang ditempuh dikenal dengan istilah Strategi 315 yakni strategi tiga (3) pilar utama yang harus dilakukan yakni pembangunan Infrastruktur Informasi, SDM dan Kelembagaan TIK serta peraturan Perundang-undangan Bidang TIK, Sedangkan Satu (1) adalah Dukungan Alokasi Sumberdaya yang dimiliki baik lembaga pemerintah maupun Swasta, serta Lima (5) Program kegiatan unggulan. Lima program unggulan /flagship programs sebagai berikut : 1. Peningkatan e-Literacy/SDM TIK termasuk eLeadership, fasilitasi perangkat TIK di Sekolah, Koperasi, Pesantren, dan di berbagai komponen masyarakat termasuk melakukan Kampanye Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan upaya Penegakan HaKI. Dialogue Indonesia-Japan, Jakarta, 14 March 2006
4.2.2
Analisa kesiapan Pemerintah Sejalan dengan kesepakatan Sidang WSIS di Tunis dan Geneva tahun 2003 dan 2005 untuk mewujudkan masyarakat Informasi yang ditargetkan 50% dari penduduk dunia pada tahun 2015, maka banyak pemerintah di beberapa negara di dunia telah melakukan berbagai upaya strategis serta langkah-langkah proaktif untuk mempercepat terwujudnya masyarakat informasi. Banyak pemerintah negara di dunia melaui lembaga yang berkompeten sesuai tuagas dan tanggung jawabnya dalam pengembangan TIK telah memiliki Rencana Aksi, strategi serta program dan kegiatan untuk mengatasi berbagai persoalan pengembangan TIK. Berdasar data yang ada dapat diketahui bahwa masih banyak negara-negara di dunia utamanya Negaranegara berkembang termasuk Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan yang cukup kompleks dalam mewujudkan masyarakat informasi, seperti misalnya masalah pengembangan SDM, pembangunan infrastruktur telekomunikasi, fasilitas TIK maupun jaringan, rendahnya kesadaran dan tingkat pengetahuan TIK di dalam masyarakat, termasuk juga masih rendahnya dukungan sumber daya yang ada untuk mempercepat terwujudnya masyarakat informasi.
Department of Communication and Information Technology
STRATEGY 315. Towards Indonesian Information Society 2015 1. National movement to establish smart society: OSOL, CAP,
5
3.
4.
5.
e-Literacy programs, the use of open source sw, etc Development of convergent information infrastructure with regulation transparancy and fairnesses in information and communication services: USO+, PSO, Tariff, etc ICT industry facilitations: killer applications (e-gov, e-proc, e-UKM, e-Learning, e-Money, e-Health), inexpensive computer, PSOS, etc Information dissemination to increase national competitiveness: TV digital, multimedia services, Video on demad, etc Public Service Interoperability: Standardization application, SIN, IGASIS
1 3
Public Private Partnership
Information Infrastructure
HRD and ICT Institution Dev.
Flagship Programs
2.
Resources Allocation
Regulation
Pilar
©Departmen Kominfo – March 2005
Sumber : Ministry of I nformation and Communication Indonesia; Policy Gambar 14.Kebijakan Strategis 315 menuju Masyarakat Informasi Indonesia 2.
Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan baik pelaku bisnis, lembaga pendidikan, tokoh-tokoh masyarakat dan para penentu kebijakan termasuk lembagalembaga internasional telah banyak melakukan koordinasi dan program kerjasama nyata dalam melakukan berbagai
Pengembangan Infrastruktur Informasi yang konvergentif dengan Regulasi yang Transparan dan Berkeadilan untuk Pemerataan Layanan Informasi dan
26
kegiatan konkrit untuk mewujudkan tercapainya masyarakat pembangunan kapasitas sumber daya manusia maupun informasi. untuk pembangunan infrastruktur TIK utamanya untuk Berbagai program kegiatan telah dilakukan untuk mengatasi masyarakat perdesaan guna memepercepat permasalahan pengembangan TIK, antara lain, misalnya terwujudnya masyarakat informasi. Program untuk menangani ketidaksesuaian keterampilan, 2) Keberhasilan dalam mewujudkan masyarakat pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten lainnya informasi sangat ditentukan oleh strategi , koordinasi memberikan insentif dan memfasilitasi untuk peningkatan dan kerjasama yang solid antar pemerintah dan pihakpengetahuan TIK dan keterampilan untuk pengembangan pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kompetensi SDM melalui pendidikan tinggi, on-the-job sumber daya baik pembangunan infrastruktur jaringan training, pelatihan, dan sejenisnya. TIK, pembangunan peningkatan kompetensi SDM, Seperti pemerintah Indonesia misalnya, juga menyiapkan berbagaitermasuk Program prioritas TIKdan untuk mempercepat terwu dukunganpengembangan dana/ anggaran sejenisnya TIK. Terkait dengan pengembangan SDM TIK misalnya untuk mempercepat tercapainya masyarakat informasi. dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan baik jangka pendek dan jangka panjang untuk para guru baik universitas, Sekolah lanjutan, pegawai negeri sipil, dan REFERENSI masyarakat pada umumnya. Pendidikan dan pelatihan [1] Bintoro Tjokroamidjojo, Prof.H.; Manajemen didalam negeri dilakukan di Pusat NICT yakni pusat diklat pembangunan,CV Haji Masagung, Cetakan ketiga, yang dilakukan kerjasama antara Kementerian Kominfo 1991, Jakarta. dengan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta maupun bea [2] Dharma Setyawan salam, Ir,M.Ed,Dr, Manajemen siswa atas kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan Pemerintahan Indonesia,Jakarta, Jambatan, 2004 dan pelatihan di bidang TIK di luar negeri. [3] Forest Woody Horton, Jr, Understanding Information Literacy: A primer, Unesco,France, 2008. [4] http://www.google.co.id/ 5. KESIMPULAN DAN SARAN [5] I ndr a jit , R ic har dus E ko , E l ect roni c Government I n A ct i on, 2001 5.1 KESIMPULAN 1) Dalam mewujudkan masyarakat informasi sesuai [6] Institute of Information Industry (I3), Presentation: , komitmen hasl KTT WSIS yang ditargetkan 50% dari ADOC, Juni, 2005, Taipei. penduduk di dunia, maka pelaksanaan dalam [7] Korea Information Society Development Institute, pengembangan sektor TIK dalam segala aspeknya Presentation : ICT HRD and R&D Policy Framework baik aspek infrastruktur teknologi, jaringan dan for Indonesia, 13 Juni 2007,Jakarta. managemen dan investasinya yang dilakukan secara [8] Tobing, Paul L; Knowledge Management, Graha Ilmu, sinergi dan terintegrasi khususnya di daerah-daerah 2007, Yogyakarta. secara merata, sehingga masyarakat memperoleh [9] Policy Dialogue Indonesia-Japan: ICT Policies in kemudahan dalam mengakses teknologi guna Japan, MIC-Japan; March 14, 2006, Jakarta. memperoleh informasi yang bermanfaat dan berguna [10] Rahardjo, Budi, Membangun E-Government. PPAU dalam berbagai sektor kehidupan seperti sektor Mikroelektronika ITB, 2001, ekonomi, sosial, pendidikan, riset dan teknologi, [11] MCIT-KISDI Joint Study on the Indonesian IT Policy, pertanian, pertambangan, perdagangan, industri, dan Sangwon Ko: ICT HRD and R&D Policy Framework sebagainya. for Indonesia, KISDI, 13-Juni-2007, Jakarta. 2) Untuk itu, selain perencanaan strategis dan kebijakan [12] Wibowo,S.E,M.Phil,Prof.Dr, Manajemen Perubahan, yang tepat, juga diperlukan dukungan e-leadership dan Edisi 3, Rajawali pers, 2008, Jakarta. pihak-pihak yang berkepentingan yang memiliki [13] William N.. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. komitmen kuat dalam menerapkan setiap perencanaan Samodra Wibawa, MA dkk. Edisi ke 2.GajaghMada yang telah dibuat secara matang. Untuk itu, dukungan University Press, 1999, Jakarta aspek kelembagaan baik pemerintah maupun swasta [14] www.kemkominfo.go.id/Dokumen Hasil Sidang WSIS [15] www.itu.int/wsis dari semua pihak yang mengatur tugas dan fungsi masing-masing sektor akan menjadi penentu keberhasilan pembangunan bidang TIK serta bidang komunikasi dan informatika secara umum dan khususnya dalam mewujudkan masyarakat informasi yakni 50% dari penduduk dunia pada tahun 2015. 5.2 1)
SARAN-SARAN Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan perlu meningkatkan kerjasama untuk melakukan kegiatan nyata dalam bentuk program terpadu untuk
27