Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Pinky Saptandari
[email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract The Family institution today is increasingly important and strategic to push for changes in the building as well as strengthen the resilience and well-being of family members, including women and children. Fundamental changes for the realization of the resilience and well-being ang family member should start at the level of the family because the family is the smallest unit that plays an important role in building up or encourage a change in mindset, attitude and behavior of the community toward responsive mindset development family. When the community is encouraged to responsive to family development, then in it contained a human rights, gender perspective, empowerment and protection of women's rights, fulfillment and protection of children. This paper is developed from the results of the study "Building Models of Family Resilience development policy towards the welfare of the family (a case study in East Java)", which was held in Malang by 2013. A study intended to assess the implementation of family development policy as well as opportunities to develop integrated policy development model family in Malang. Specifically, this paper highlights about development policy for strengthening family resilience and family welfare. Some of the issues raised in this paper, among others, were: the vulnerability of women and children in the family; deconstruction and the transformation of values in family development; parenting pattern in the resilience and family; family development policy; as well as development opportunities model policy development for the realization of the resilience of families and the welfare of the family. Through this paper is expected to encourage commitment to the development of models of development policies for strengthening family resilience and family welfare. Keywords: Model policies, deconstruction of social transformation, family values and alternative family models Abstrak Pranata Keluarga semakin hari semakin penting dan strategis untuk mendorong perubahan dalam membangun serta memperkuat ketahanan serta kesejahteraan anggota keluarga, termasuk di dalamnya adalah perempuan dan anak. Perubahan mendasar untuk mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan anggota keluarga harus dimulai dari tingkat keluarga karena keluarga merupakan unit terkecil yang memainkan peran penting dalam membangun atau mendorong perubahan pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat menuju pola pikir yang responsif pembangunan keluarga. Ketika masyarakat didorong untuk responsif terhadap pembangunan keluarga, maka di dalamnya termuat perspektif hak asasi manusia, perspektif gender, pemberdayaan dan perlindungan perempuan, pemenuhan hak dan perlindungan anak. Makalah ini dikembangkan dari hasil penelitian “Membangun Model Kebijakan Pembangunan Ketahanan Keluarga Menuju Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus di Jawa Timur)”, yang dilaksanakan di Kabupaten Malang tahun 2013. Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengkaji pelaksanaan kebijakan pembangunan keluarga serta peluang untuk mengembangkan model kebijakan terpadu dalam pembangunan keluarga di Kabupaten Malang. Secara khusus, makalah ini menyoroti perihal kebijakan pembangunan keluarga untuk memperkuat ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Beberapa isu yang diangkat dalam makalah ini, antara lain adalah: kerentanan perempuan dan anak dalam keluarga; dekonstruksi dan transformasi nilai-nilai dalam pembangunan keluarga; ketahanan dan pola pengasuhan dalam keluarga; kebijakan pembangunan keluarga; serta peluang pengembangan model kebijakan pembangunan keluarga untuk mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Melalui makalah ini diharapkan dapat mendorong komitmen untuk pengembangan model kebijakan pembangunan keluarga untuk memperkuat ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kata Kunci: model kebijakan, dekonstruksi sosial keluarga,transformasi nilai dan alternatif model keluarga. BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 230
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
K
eluarga adalah unit terkecil dan
puan & Perlindungan Anak. BKKBN misal-
sekaligus
komunitas
nya, melihat permasalahan kependudukan
pertama bagi tumbuh kembang
berasal dan diselesaikan di lingkup kelu-
anak. Karenanya, keluarga dalam masya-
arga. Untuk itu, program keluarga Beren-
rakat memainkan peran yang sangat pen-
cana (KB) menempatkan keluarga sebagai
ting dan strategis dalam mem-bangun dan
kelompok sasaran dalam pengendalian ke-
memperkuat mental serta karakteristik
pendudukan.
sebagai
anak hingga tumbuh dewasa sebagai ba-
Makalah ini dikembangkan dari ha-
gian dalam kehidupan berbangsa dan ber-
sil penelitian “Membangun Model Kebijak-
negara. Pranata keluarga memainkan pe-
an Pembangunan Ketahanan Keluarga Me-
ran penting dalam kesejahteraan keluarga,
nuju Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus
termasuk bagi tumbuhkembang dan per-
di Jawa Timur)”. Penelitian yang dilaksa-
lindungan anak-anak secara fisik dan psi-
nakan di Kabupaten Malang tersebut me-
kososial. Apa yang didapat seorang anak
rupakan bentuk kerjasama Kementerian
dalam keluarga akan mempengaruhi per-
Pemberdayaan Perempuan dan Perlin-
tumbuhan fisik maupun perkembangan
dungan Anak dengan Lembaga Kajian
psikis. Dalam keluarga anak belajar ber-
Pembangunan Masyarakat pada tahun
sosialiasi dan berbagi dengan seluruh ang-
2013. Suatu penelitian terkait impemen-
gota keluarga.
tasi Undang Undang Nomor 52 Tahun
Arti penting peran keluarga, juga
2009 tentang Perkembangan Kependu-
dapat dilihat dari semakin meningkatnya
dukan dan Pembangunan Keluarga, khu-
jumlah kebijakan, program serta anggaran
susnya fokus pada mengkaji pelaksanaan
yang dialokasikan untuk pembangunan
kebijakan pembangunan keluarga serta
keluarga. Keluarga menjadi kelompok sa-
peluang pengembangan model kebijakan
saran berbagai kebijakan dan program Pe-
pembangunan keluarga untuk memperku-
merintah. Beberapa Kementerian/Lemba-
at ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
ga membuat kebijakan dan program deng-
Keluarga memainkan peran pen-
an kelompok sasaran keluarga, diantara-
ting, terutama untuk mengantarkan anak-
nya adalah: BKKBN, Kementerian Sosial,
anak Indonesia menjadi generasi yang
Kementerian Agama, Kementerian Kese-
berkualitas. Memperkuat ketahanan dan
hatan, Kementerian Pendidikan & Kebuda-
kesejahteraan keluarga untuk dapat men-
yaan, Kementerian Pemberdayaan Perem-
jalankan fungsi perlindungan dan pengaBioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 231
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
suhan dalam keluarga membutuhkan per-
Di satu sisi, keluarga berpeluang
ubahan pola pikir, perubahan nilai-nilai
menjadi sarana mewujudkan suatu ling-
budaya, norma, sikap dan perilaku dalam
kungan sosial budaya yang kondusif bagi
keluarga dan masyarakat agar dapat men-
kemajuan bangsa, khususnya bagi pen-
dukung cita-cita mulia tersebut. Keti-ka
capaian kesetaraan dan keadilan gender
proses kesadaran manusia menjadi pu-sat,
serta peningkatan kualitas hidup perem-
disanalah kunci perubahan masyara-kat
puan dan anak. Untuk mencapai hal ter-
diletakkan pada transformasi kebuda-
sebut dibutuhkan perubahan mendasar di
yaan. Menurut Mudji Sutrisno (2005:71-
tataran pola pikir (mindset), yang menyen-
72), transformasi kultural membutuhkan
tuh wilayah nilai-nilai budaya maupun
transformasi struktural baik politik mau-
perubahan pada tataran struktural yang
pun ekonomi. Menurutnya, tidaklah cukup
mendukung perubahan kebijakan maupun
transformasi nilai tanpa adanya transfor-
perilaku dalam masyarakat.
masi struktural. Pengabaian tentang pen-
Patut dikritisi perihal konstruksi
tingnya transformasi struktural untuk me-
sosial dan budaya yang berlaku dalam ma-
nyertai transformasi kultural akan mem-
syarakat tentang keluarga, serta kons-
buat sulit terwujudnya perubahan men-
truksi sosial budaya tentang peran ang-
dasar dalam pembangunan keluarga.
gota keluarga. Tentang peran orangtua,
Sejalan dengan pemikiran tersebut,
peran laki-laki dan perempuan, nilai-nilai
penulis berpendapat bahwa dibutuhkan
keperempuanan dan keibuan, peran anak,
perubahan secara sistematis dalam pem-
yang seringkali dibalut dengan mitos, ste-
bangunan keluarga untuk ketahanan dan
reotipe, stigma, dan pelabelan dalam ber-
kesejahteraan, serta perbaikan kualitas
bagai aspek kehidupan. Konstruksi bu-
pola pengasuhan dalam keluarga. Di mana
daya dalam dominasi ideologi patriarki
perubahan tersebut dilakukan secara sis-
yang sarat dengan mitos, tabu, stereotipe
temik dengan transformasi kultural dan
dan stigma tentang perempuan yang di-
struktural secara bersama-sama. Hal ini
bangun dan dipertahankan dalam lingkup
dibutuhkan mengingat pranata keluarga
keluarga, perlu untuk diubah. Meminjam
mengalami pergeseran peran, fungsi dan
istilah Irwan Abdullah, dibutuhkan de-
ketahananan di tengah derasnya arus
konstruksi sosial keluarga agar nilai-nilai
modernitas.
keluarga, peran dan fungsi serta hubungan antar anggota keluarga dalam kesetaraan BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 232
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
dan keadilan, bukan sebaliknya dalam hu-
Kerentanan Anak dan Perempuan
bungan yang mendominasi.
Telah banyak kebijakan maupun program
Dalam buku Dominasi Penuh Musli-
yang bertujuan untuk pemenuhan kebu-
hat Akar Kekerasan dan Diskiminasi, Har-
tuhan perempuan dan anak. Namun, ma-
yatmoko mengingatkan bahwa dominasi
sih ditemukan berbagai kendala dan tan-
adalah sebagai kejahatan moral dan
tangan dalam kehidupan keluarga mau-
kejahatan politik yang mendominasi me-
pun masyarakat yang berdampak pada
lalui mitos, ingatan sosial dan imajinasi.
rendahnya kualitas hidup dan kerentanan
Bahkan dominasi wacana membawa keke-
perempuan dan anak. Relatif masih ren-
rasan simbolik dalam hubungan gender.
dahnya kualitas hidup serta kerentananan
Menurut Haryatmoko, kekerasan yang pa-
perempuan dan anak dapat diamati dari:
ling sulit diatasi adalah kekerasan sim-
tingginya angka kematian ibu saat mela-
bolik beroperasi melalui wacana. Keke-
hirkan maupun angka kematian pada bayi
rasan simbolik terjadi karena pengakuan
dan anak; tingginya angka kekerasan ter-
dan ketidaktahuan yang didominasi atau
hadap perempuan dan anak di dalam ru-
diatur. Hanya saja prinsip simbolik dike-
mah tangga; belenggu kemiskinan yang
tahui dan diterima, baik oleh yang me-
mendorong perempuan dan anak harus
nguasai maupun yang dikuasai. Prinsip
berkorban untuk kelangsungan hidup ke-
simbolis ini berupa bahasa, cara berpikir,
luarga, dan lain-lain. Data-data tersebut
cara bekerja dan cara bertindak. Wacana
menunjukkan bahwa permasalahan ke-
patriarki merupakan kekerasan karena
timpangan gender berkontribusi terhadap
menjebak perempuan dengan menentu-
rendahnya kualitas hidup serta kerentan-
kan cara melihat, merasakan, berpikir dan
an perempuan dan anak.
bertindak. Penguasaan atas wacana men-
Data dari berbagai sumber menun-
jadikan dominasi laki-laki seakan seperti
jukkan bahwa anak adalah anggota ke-
sesuatu yang alamiah dan bisa diterima.
luarga yang paling rentan. Anak rentan
Pola hubungan dalam rumahtangga meng-
untuk jatuh sakit dan mengalami gizi bu-
gambarkan berlangsungnya afirmasi ke-
ruk, yang bahkan dapat berujung pada ke-
kuasaan dan proses pengakuan dominasi
matian sebagaimana dapat dilihat dari
dalam logika dominasi yang berjalan atas
masih tingginya angka kematian bayi/
nama prinsip simbolik (2010:127-130).
anak. Anak juga rentan mengalami perlakuan atau pola pengasuhan yang salah BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 233
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
yang dapat menimbulkan berbagai perma-
untuk kesehatan anak dan tumbuh-kem-
salahan seperti penyalahgunaan narkoba
bang anak dianggap sebagai urusan se-
atau terpapar dengan pornografi. Anak
orang ibu semata, di mana kontribusi laki-
juga rentan mengalami berbagai bentuk
laki relatif rendah; (iii) terdapat mitos dan
kekerasan. Data-data yang ada menun-
tabu tentang makanan maupun pemenuh-
jukkan bahwa rumah bukan tempat yang
an gizi yang ditujukan bagi bayi, balita,
aman bagi anak, karena anak mengalami
anak dan remaja yang berpengaruh terha-
kekerasan di lingkungan keluarga.
dap pola pemberian makan pada anak
Kerentanan
kondisi
kesehatan
yang sangat kuat dipengaruhi oleh nilai-
anak dipicu oleh permasalahan sosial dan
nilai budaya dan lingkungan alam setem-
budaya, sebagai berikut, antara lain: (i)
pat; (iv) fakta meningkatnya angka keke-
adanya cara pandang dan perilaku bias
rasan (fisik, psikis, seksual) dan trafiking
gender dalam keluarga dan masyarakat
terhadap perempuan dan anak-anak.
tentang status dan kedudukan laki-laki
Berdasarkan uraian tentang per-
dan perempuan. Antara lain berupa per-
masalahan kerentanan kesehatan anak da-
lakuan yang cenderung membedakan da-
lam keluarga, terlihat bahwa faktor-faktor
lam pemenuhan hak pada anak laki-laki
sosial dan budaya memberi sumbangan
dan hak anak perempuan. Anak laki-laki
yang besar terhadap kerentanan mereka.
cenderung mendapat perlakuan istimewa
Adapun akar permasalahan kerentanan
dalam keluarga sebagaimana konstruksi
anak dapat disebabkan beberapa faktor,
sosial yang berlaku dalam masyarakat.
antara lain: kemiskinan, ketimpangan gen-
Perlakuan isitimewa terhadap anak laki-
der dalam dominasi budaya patriarki,
laki juga berpengaruh terhadap pola pem-
serta rendahnya status dan posisi tawar
berian makan yang cenderung ada pembe-
anak dalam keluarga dan masyarakat.
daan terhadap kualitas dan kuantitas ma-
Penjelasan perihal kerentanan kesehatan
kanan yang diberikan kepada anak laki-
anak tersebut menjadi petunjuk bahwa
laki dibandingkan apa yang diberikan ke-
hak-hak dasar anak belum terpenuhi. Sua-
pada anak perempuan; (ii) masih ting-
tu hal yang memprihatinkan mengingat
ginya angka kematian bayi (AKB) dan
kesehatan anak adalah salah satu target
angka kematian anak (AKA) yang dipicu
Pembangunan Millenium atau MDGs yang
oleh adanya keyakinan dan kebiasaan da-
seharusnya jadi prioritas pembangunan.
lam masyarakat bahwa tanggung jawab BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 234
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
Berbagai tulisan menunjukkan be-
dalam posisi yang adil. Disimpulkan bah-
tapa besarnya peran dan posisi perempu-
wa posisi perempuan dalam kebijakan
an dalam keluarga. Namun, peran penting
Pemerintah di bidang kesejahteraan ke-
tersebut juga diwarnai kerentanan dalam
luarga masih sebagai penerima kebijakan
kesehatan
untuk
semata, yang jumlah dan cakupannya juga
mengalami berbagai bentuk kekerasan.
masih terbatas. Perempuan dan sebagian
Laporan Komisi Nasional Anti Kekerasan
besar penduduk miskin yang hidup dari
Terhadap Perempuan (Komnas Perempu-
sektor ekonomi informal pada umumnya
an) tahun 2008, mencatat 60% pengelola
tidak masuk dalam skema jaminan sosial.
struktur pengeluaran rumahtangga adalah
Kebijakan sosial bagi perempuan dalam
perempuan. Perempuan menjadi aktor
unit keluarga masih bersifat diskriminatif
yang bertanggung jawab untuk mengelola,
terhadap perempuan, sebagai konskuensi
tak hanya peran pengasuhan, tetapi juga
dari model keluarga dengan laki-laki se-
ekonomi rumah tangga (Keluarga). Ber-
bagai pencari nafkah utama. Jaminan hak
bagai cara dilakukan perempuan untuk
perempuan (bahkan anak) ditentukan
mempertahankan kesejahteraan keluarga,
oleh keabsahan dan relasi mereka dengan
mulai dari menikah, menjadi gundik, ber-
suami sebagai kepala keluarga (Jurnal Per-
hutang, spiritual, hingga menjadi buruh
empuan, 2012:7-16).
hingga
kerentanan
migran (Laporan Komnas Perempuan, 2008).
Target MDGs untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun
Atnike Nova Sigiro, dalam tulisan
2015 masih sulit dicapai karena kecen-
tentang “Perempuan dan Kesejahteraan
derungan naiknya AKI di Indonesia. Ke-
Keluarga di Indonesia: Kritik Atas Model
miskinan juga dianggap berwajah perem-
Keluarga Lelaki sebagai Pencari Nafkah
puan dan berdampak pada buruknya ke-
Utama”, yang dimuat dalam Jurnal Perem-
sehatan reproduksi perempuan. Hal ter-
puan Nomor 73 tahun 2012, menjelaskan
sebut disampaikan Women Research Insti-
bahwa posisi perempuan dalam pengelola
tute (WRI), berdasarkan penelitian di 7
keluarga sangat penting sekaligus rentan.
wilayah. Melalui penelitian tersebut, WRI
Sigiro juga menganalis apakah posisi per-
menyimpulkan bahwa perempuan adalah
empuan dalam kebijakan dalam kebijakan
sosok yang menanggung kemiskinan. Per-
negara, dalam bidang kesejahteraan ke-
empuan di wilayah pedesaan sesungguh-
luarga, telah menempatkan perempuan
nya merupakan penggerak roda ekonomi BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 235
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
pasar tradisional, selain juga sebagai so-
Upaya transformasi nilai-nilai ke-
sok yang memikul berbagai beban nilai
luarga merupakan proses penting yang
sosial dan budaya, dan cenderung terbatas
membutuhkan payung hukum dari tingkat
akses mereka ke dunia publik. Perempuan
nasional hingga tingkat desa. Munculnya
juga cenderung diposisikan lebih tidak
kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemen-
bermakna jika dibandingkan dengan laki-
terian Pemberdayaan Perempuan dan Per-
laki. Nilai-nilai sosial budaya telah mem-
lindungan Anak (KPPPA) sebagai lembaga
bentuk cara pikir masyarakat dalam me-
pemerintah yang mengeluarkan Peraturan
maknai perempuan. Pemaknaan ini dalam
Menteri No. 06 Tahun 2013 tentang Pe-
prakteknya ikut memberi pengaruh ter-
laksanaan Pembangunan Keluarga, diha-
hadap pemaknaan arti kesehatan bagi
rapkan dapat memberi warna yang ber-
perempuan. Kondisi ini memiliki kecende-
beda dalam pembangunan keluarga. Di
rungan yang merugikan kaum perempuan,
mana permasalahan gender, pemberdaya-
terutama mengenai nilai kesehatan re-
an dan perlindungan perempuan, serta
produksi mereka (2010:223-332).
perlindungan dan hak anak didorongkan untuk menjadi prioritas penting dalam
Dekonstruksi dan Transformasi NilaiNilai Keluarga
membuat perubahan mendasar tersebut.
Ketika kebijakan pembangunan dianggap
judkan ketahanan dan kesejahteraan ang-
tidak ramah terhadap perempuan dan
gota keluarga memang harus dimulai dari
anak, maka diharapkan ada perubahan ke-
tingkat keluarga. Mengapa demikian? Ka-
bijakan yang memuat perubahan-peru-
rena keluarga merupakan unit terkecil
bahan mendasar. Tujuannya adalah agar
yang memainkan peran penting dalam
perempuan dan anak sebagai kelompok
membangun atau mendorong perubahan
rentan tidak hanya ditempatkan sebagai
pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat
penerima kebijakan secara pasif. Dibutuh-
menuju pola pikir yang responsif pem-
kan perubahan mendasar, yang antara lain
bangunan keluarga. Ketika masyarakat di-
melalui pembangunan keluarga, di mana
dorong untuk responsif dalam pembang-
dilakukan proses transformasi nilai-nilai
unan keluarga, maka di dalamnya diha-
keluarga, khususnya dengan memasukkan
rapkan termuat juga perspektif hak asasi
nilai-nilai responsif gender.
manusia, kesetaraan gender, pemberdaya-
Perubahan mendasar untuk mewu-
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 236
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
an dan perlindungan perempuan, serta
tidak jelas dan pasti. Yang benar menjadi
pemenuhan hak dan perlindungan anak.
salah, yang baik menjadi buruk, atau se-
Masyarakat yang responsif pem-
baliknya. Akibat kekacauan peradaban
bangunan keluarga dengan penghargaan
umat manusia kemudian mendatangkan
terhadap hak asasi manusia, kesetaraan
dan mengakibatkan suatu gejala kematian
gender, serta pemenuhan hak dan perlin-
moralitas manusia (the death of morality).
dungan anak, menunjukkan bahwa pem-
Kejujuran dan kepribadian keadilan telah
bangunan keluarga bukan semata-mata
hilang. Rasa malu dan dosa telah menjauh.
sebagai proses transformasi kebudayaan,
Egoisme liberal muncul di mana-mana dan
melainkan juga sebagai suatu proses
menghilangkan solidaritas sosial dalam
membangun keluarga Indonesia yang mo-
masyarakat. Naya Sudjana menyampaikan
dern dan beradab. Tujuan pembangunan
bahwa pembentukan dan pembangunan
keluarga antara lain agar anak-anak dan
keluarga modern dan beradab (modern
seluruh anggota keluarga cinta budaya
and civilized family) menjadi hal yang
dan tanah air, menghargai perbedaan, me-
paling penting dewasa ini di tengah ke-
miliki toleransi, menghargai hak-hak asasi
hidupan umat manusia yang mengalami
manusia, serta menjauhi kekerasan. Dapat
keterbukaan, globalisasi dan persaingan
disebutkan bahwa membangun keluarga
hidup yang sangat ketat. Pembangunan
adalah membangun peradaban bangsa
nasional dan perubahan sosial harus
Indonesia.
mampu mengantarkan keluarga Indonesia
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Naya Sudjana yang ditulis dalam
artikel
“Membangun
menjadi
keluarga
yang modern
dan
beradab (2006:203-2006).
Keluarga
Pandangan Naya Sudjana tentang
Indonesia Masa Depan Yang Modern dan
kematian moralitas manusia dalam kaitan
Beradab”, yang dimuat dalam Buku Bunga
dengan keluarga juga dirasakan oleh
Rampai Masalah Anak, Gender & Multi-
Irwan Abdullah, sebagaimana ditulis da-
kulturalisme. Dikatakan bahwa dunia se-
lam tulisan yang berjudul Modernitas dan
dang dilanda oleh suatu kekacauan per-
Titik Balik Keluarga, dalam buku Kons-
adaban (the Chaos of Civilization) yang
truksi
maha dahsyat (istilah Albert Camus,
Abdullah menyampaikan bahwa keluarga
Michael Foucault), di mana nilai-nilai bu-
tidak lagi menjadi tanda dari adanya se-
daya dan kehidupan manusia menjadi
buah kebudayaan, tetapi menjadi wakil
dan
Reproduksi
Kebudayaan.
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 237
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
dari sebuah dunia yang ada di luarnya.
definisikan keluarga sebagai lokasi kon-
Keluarga sedangan mengalami kematian.
sumsi. Keluarga bukan sekedar tempat
Kematian keluarga merupakan suatu pro-
berbagai program pemerintah dijalankan,
ses sosial yang bukan sekedar menun-
termasuk KB, tetapi juga program-pro-
jukkan suatu titik akhir dari suatu per-
gram pasar yang melibatkan anggota-
adaban yang diagung-agungkan, tetapi
anggotanya dalam proses konsumsi mas-
lebih sebagai kegagalan sejarah dalam me-
sal. Lemahnya otoritas orangtua dan hi-
melihara institusi yang hampir paling
langnya fungsi tradisional keluarga men-
penting dalam penciptaan sistem sosial
dapat dukungan pada saat posisi mesin
dan nilai yang agung bagi suatu wilayah
dan teknologi menjadi semakin penting
kebudayaan. Lebih lanjut, Abdullah mem-
dari waktu ke waktu yang cara kerjanya
pertanyakan,
dapat
dan nilai-nilai yang melekat sangat mem-
dianggap sebagai masa lalu, pada saat oto-
pengaruhi ritme kehidupan dan norma-
ritas tidak terletak pada keluarga, tetapi di
norma yang terbentuk (2006:153-164).
apakah
keluarga
luar keluarga itu. Lokasi keluarga mulai
Pemikiran Abdullah tentang menu-
bergeser ke luar batas-batas keluarga. Pa-
ju ke suatu titik balik keluarga untuk me-
da saat industrial labour masuk melalui
ngatasi “kematian keluarga” tersebut,
kapitalisme menggantikan family labour
agaknya relevan dengan pemikiran Mudji
yang telah eksis selama berabad-abad,
Sutrisno perihal pentingnya transformasi
maka keluarga mulai kehilangan otoritas.
kebudayaan sebagai kunci perubahan
Kepala Keluarga yang semula memiliki
masyarakat termasuk di dalamnya adalah
peran dan kekuasaan hampir tak terbatas
dekonstruksi sosial keluarga (2005:71-
dalam mengatur sikap dan tindakan yang
72).
ideal yang harus diperlihatkan anggota-
Sjafri Sairin dalam buku Riak-Riak
anggotanya, kemudian harus tunduk pada
Pembangunan
Perspektif
Antropologi
kekuasaan diluar keluarga. Dikatakan bah-
(2010:3-15), menguraikan perihal trans-
wa keluarga, tidak hanya berhadapan
formasi nilai-nilai luhur budaya bangsa
dengan Negara, tetapi juga terlibat dalam
yang dapat diterapkan dalam pembang-
jaringan yang lebih kompleks yang me-
unan keluarga sebagai bagian dari penge-
libatkan pasar. Relasi antara state, market,
lolaan kebudayaan Indonesia untuk masa
dan society inilah yang menjadi basis ideo-
depan. Sairin juga menjelaskan bahwa
logi bagi praktik-praktik sosial yang men-
mengelola kebudayaan difokuskan kepada BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 238
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
cultural behavior. Dikatakan bahwa penge-
transformasikan nilai-nilai keluarga agar
tahuan tentang nilai-nilai diperoleh me-
tidak terjadi konflik nilai, melainkan
lalui transmisi yang berlangsung dari satu
membuka peluang untuk terjadi pemben-
generasi kepada generasi berikutnya. Pa-
tukan sistem nilai baru yang egaliter, ter-
da masyarakat sederhana yang relatif
masuk nilai-nilai kesetaraan gender serta
masih tertutup (closed community), proses
pemenuhan hak anak.
transmisi budaya itu berlangsung melalui
Dalam menjalankan peran men-
tradisi lisan dalam keluar, seperti keluarga
transformasikan nilai keluarga, orang-tua
luas (extended family) dan kelompok so-
dituntut
sial sekitarnya. Pada masyarakat terbuka
menggali serta mengembangkan nilai-nilai
yang telah mengenal teknologi komuni-
kearifan lokal dengan pemikiran dan sikap
kasi dan informasi modern, proses belajar
kritis, dibarengi dengan kemampuan me-
itu tidak lagi semata-mata melalui proses
manfaatkan kemajuan teknologi secara
transmisi nilai budaya melalui lingkungan
bijak, untuk pengembangan potensi yang
sosial terbatas, tetapi telah berada jauh di
dimiliki anggota keluarga termasuk anak-
luar itu. Proses belajar itu tidak lagi ter-
anaknya dalam kerangka pembangunan
batas pada transmisi nilai dalam ling-
keluarga.
kungan sekitar yang terbatas, tetapi telah
memiliki
Dekonstruksi
kemampuan
dan
untuk
transformasi
bergeser pada transformasi gagasan yang
nilai-nilai keluarga membutuhkan pema-
datang dari luar lingkungannya sendiri.
haman tentang arti modernitas dan kre-
Tanpa disadari proses transformasi nilai
ativitas. Menurut Benny H. Hoed (2008:
dari luar itu mempengaruhi pola budaya
109-110),
masyarakat.
modernitas. Kreativitas ada pada setiap
kreativitas
inheren
dalam
Dalam konteks penanaman nilai-
orang dan perkembangannya tergantung
nilai dalam keluarga, nilai-nilai baru yang
dari apakah masyarakat itu sendiri mem-
diadopsi dari luar lingkungan itu sering-
beri kesempatan untuk berkembang atau
kali tidak sejalan, bahkan bertentangan
tidak. Dalam menghadapi arus globalisasi
dengan nilai-nilai yang sebelumnya sudah
yang memang nyata, kita perlu mengambil
ada melalui proses transmisi dari generasi
sikap modern, dengan berani mende-
ke generasi. Menurut penulis, orang tua
konstruksi konsep-konsep yang masuk
dituntut memiliki kecerdasan dan kebi-
bersama globalisasi agar sesuai dengan
jaksanaan dalam menjalankan peran menBioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 239
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
keadaan kita sendiri. Kreativitas harus
pendidikan karakter dan pekerti bangsa
berani membuka makna-makna baru.
bagi keluarga melalui kelompok perem-
Mengacu pendapat Benny H. Hoed tentang
pentingnya
untuk
Kebudayaan & Pariwisata tahun 2005
membuka makna-makna baru dari ma-
maupun Modul yang dikeluarkan oleh
suknya nilai-nilai baru melalui globalisasi,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
penulis beranggapan bahwa perlu ada
pada tahun 2007, dapat digunakan seba-
pemaknaan baru tentang pembaharuan
gai bagian dari pembangunan keluarga.
nilai-nilai
baru
Melalui kegiatan berbagai pelatihan di-
tentang pembaharuan nilai-nilai keluarga
harapkan tujuan pembangunan keluarga
dimaksudkan agar keluarga tidak terjebak
dapat terwujud. Walaupun modul pendi-
pada asal “modern”, tetapi juga tidak
dikan karakter itu ditujukan pada kelom-
tersandera “konservatisme” yang sempit.
pok perempuan, namun sasaran akhirnya
keluarga.
kreativitas
puan yang diterbitkan oleh Departemen
Pemaknaan
Transformasi nilai-nilai kearifan
adalah membangun ketahanan keluarga.
lokal budaya bangsa untuk pembangunan
Beragam permasalahan serta kon-
keluarga dapat digali dan dikembangkan
flik budaya yang menyertai perjalanan
dari berbagai sumber budaya. Studi-studi
bangsa membutuhkan suatu tekad kuat
etnografi dapat digunakan sebagai suatu
untuk membangun nilai-nilai kebangsaan
peluang untuk mengungkap kearifan lokal
serta paradigma budaya yang mampu
tentang nilai-nilai keluarga yang kerapkali
memberi makna baru untuk membangun
terpendam atau terpinggirkan karena
Ke-Indonesia-An. Dalam hal inilah kelu-
kecenderungan pragmatisme dan mate-
arga adalah pranata yang memainkan pe-
rialisme. Penanaman dan revitalisasi nilai-
ran strategis untuk menanamkan nilai-
nilai keluarga untuk mewujudkan keta-
nilai kebangsaan untuk membangun Ke-
hanan dan kesejahteraan keluarga dapat
Indonesia-An Hal ini dianggap penting,
dilaksanakan melalui berbagai sumber
karena pada dasarnya Nasionalisme tidak
budaya seperti dongeng/cerita rakyat, pe-
pernah konstan, ia selalu memperbaharui
patah, wewarah, pantun, norma. Dibu-
diri, dan pada saat yang sama mendukung
tuhkan panduan untuk revitalisasi, de-
dan sekaligus didukung oleh berbagai ins-
konstruksi serta transformasi nilai-nilai
titusi sosial yang membentang dari ke-
budaya bangsa untuk memperkuat keta-
luarga, sekolah, pemerintah, agama for-
hanan dan kesejahteraan keluarga. Modul
mal, dan juga media massa. Edi Sedyawati BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 240
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
(2008), menuangkan gagasan tersebut da-
dap anak, (2) pemberian ASI atau makan-
lam buku yang berjudul “Ke-Indonesia-An
an pendamping pada anak, (3) rangsangan
dalam Budaya”, yang menjelaskan tentang
psikososial pada anak, (4) persiapan dan
perlunya dilakukan suatu perumusan
penyimpanan makanan, (5) praktek ke-
kembali Nasionalisme Indonesia dalam
bersihan dan sanitasi lingkungan, dan (6)
paradigma budaya, yang dapat dilaksana-
perawatan anak dalam keadaan sakit se-
kan melalui berbagai institusi sosial, an-
perti mencari pelayanan kesehatan. Meng-
tara lain melalui keluarga.
acu pada konsep dasar tumbuh kembang anak, maka pengasuhan adalah upaya dari
Ketahanan dan Pola Pengasuhan
lingkungan agar kebutuhan dasar anak
Dalam pembangunan berbasis keluarga,
untuk tumbuh kembang (asuh, asih, asah)
salah satu indikator penting adalah ke-
dapat terpenuhi dengan baik dan benar,
tahanan dan pola pengasuhan dalam ke-
sehingga anak dapat tumbuh dan ber-
luarga. Dalam hal ini, yang dimaksud
kembang secara optimal.
dengan ketahanan keluarga adalah ke-
Anak dapat dilihat sebagai awal
mampuan keluarga dalam mengelola sum-
mata rantai kehidupan manusia yang me-
berdaya yang dimiliki serta menanggu-
nentukan wujud dan kehidupan suatu
langi masalah yang dihadapi untuk me-
bangsa di masa depan. Menyiapkan gene-
menuhi kebutuhan fisik maupun psiko-
rasi berkualitas berarti membangun dan
sosial keluarga.
mensejahterakan kehidupan anak sedini
Pengasuhan berasal dari kata asuh,
mungkin agar dapat tumbuh dan berkem-
yang mempunyai arti menjaga, merawat,
bang menjadi manusia yang berbudi lu-
dan mendidik anak yang masih kecil
hur, cerdas dan bertakwa kepada Tuhan
menekankan bahwa tiga komponen, yaitu:
Yang Maha Esa.
Asah (kebutuhan akan stimulasi kognitif),
Ketahanan dan otonomi keluarga
Asih (kebutuhan akan kasih sayang), dan
saat ini mendapat tantangan yang sangat
Asuh (kebutuhan fisik-biomedis) yang me-
besar akibat perubahan yang sangat cepat,
rupakan faktor-faktor yang berperan da-
khususnya dengan masuknya teknologi
lam menunjang pertumbuhan dan per-
komunikasi dan informasi. Untuk itulah,
kembangan anak yang optimal.
dirasakan pentingnya disusun suatu ke-
Pola pengasuhan meliputi 6 hal,
bijakan, yang dapat menjadi pedoman bagi
yaitu (1) perhatian/dukungan ibu terha-
pemerintah dan masyarakat dalam memBioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 241
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
bangun dan memperkuat ketahanan dan
ada sampai dengan Pemerintah Provinsi,
kesejahteraan keluarga.
Kabupaten/Kota, hingga Desa. Kebijakan Pembangunan Keluarga
Kebijakan Pembangunan Keluarga
juga diharapkan dapat dimanfaatkan un-
Telah ada Undang Undang No.52 tahun
tuk
2009 tentang Perkembangan Kependu-
usnya untuk peningkatan kualitas hidup
dukan dan Pembangunan Keluarga. Na-
perempuan dan anak, serta mengatasi ke-
mun, baru difokuskan pada urusan per-
miskinan. Walaupun target MDGs untuk
kembangan kependudukan. Sedangkan
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
pembangunan keluarga belum mendapat
dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada
perhatian serius. Padahal kita semua tahu
tahun 2015 masih sulit dicapai. Setidak-
bahwa keluarga memainkan peran yang
nya upaya mengatasi AKI dan AKB dapat
sangat penting dalam kehidupan ber-
diintegrasikan sebagai target pelaksanaan
bangsa dan bernegara.
dalam kebijakan pembangunan keluarga.
mensukseskan target MDGs. Khus-
Dibutuhkan adanya Peraturan Pe-
Agar pembangunan keluarga dapat
merintah dan atau Peraturan Menteri agar
benar-benar menjadi komitmen bersama
Undang Undang No.52 Tahun 2009 ter-
Pemerintah dan masyarakat, serta dilak-
sebut dapat dilaksanakan dalam kehi-
sanakan secara terpadu telah diterbit-
dupan bermasyarakat. Dalam peraturan
kannya Peraturan Menteri Pemberdayaan
pelaksanaan dalam pembangunan keluar-
Perempuan
ga dirasakan pentingnya kejelasan konsep
(PPPA) Nomor 06 Tahun 2013, tentang
dan strategi pengintegrasian pembang-
Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan Ke-
unan keluarga sebagai bagian dari pem-
luarga, yang bertujuan untuk: (i) men-
bangunan manusia dalam jangka pendek
dorong penerapan konsep ketahanan dan
dan jangka panjang. Dalam pelaksanaan
kesejahteraan keluarga dengan perspektif
pembangunan keluarga membutuhkan ke-
gender pada semua kegiatan pembangun-
jelasan kelembagaan yang bertanggung
an yang sasarannya untuk keluarga; (ii)
jawab dalam perkembangan kependuduk-
mendorong
an dan pembangunan keluarga di tingkat
kebijakan pembangunan keluarga pada
pusat maupun daerah, terutama dikaitkan
masing-masing
dengan kelembagaan Pemberdayaan Per-
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/
empuan & Perlindungan Anak yang sudah
Kota dan Desa; (iii) mengembangkan ke-
dan
Perlindungan
peningkatan
Anak
pelaksanaan
Kementerian/Lembaga,
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 242
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
bijakan baru untuk melengkapi peme-
rana untuk mengatasi berbagai permasa-
nuhan kebutuhan keluarga dalam rangka
lahan, termasuk rendahnya kualitas hidup
peningkatan ketahanan dan kesejahtera-
serta kerentanan pada perempuan dan
an. Dalam pengembangan kebijakan pe-
anak, termasuk mengatasi AKI dan AKB.
laksanaan pembangunan keluarga diha-
Pembangunan keluarga ditujukan kepada
rapkan berpedoman pada konsep keta-
laki-laki dan perempuan, serta seluruh
hanan dan kesejahteraan yang didalamnya
anggota keluarga. Pembangunan keluarga
mencakup: landasan legalitas dan keutuh-
tidak dimaksudkan untuk membuat per-
an keluarga; ketahanan fisik; ketahanan
empuan menjalankan peran domestik se-
ekonomi; ketahanan sosial psikologi; dan
mata-mata, tetapi sebaliknya menjadi
ketahanan sosial budaya (dalam Pasal 3
sarana untuk mendekonstruksi pembagi-
dan 4 Peraturan Menteri PPPA No.6/2013
an peran dalam keluarga yang masih
tentang
timpang menuju pembagian peran gender
Pelaksanaan
Pembangunan
Keluarga).
yang lebih setara dan berkeadilan.
Lahirnya Peraturan Menteri PPPA
Memasukkan perspektif gender ke-
tersebut merupakan peluang untuk me-
dalam kebijakan pelaksanaan pembangun-
wujudkan pembangunan keluarga respon-
an keluarga tidak cukup dengan membuat
sif gender masuk dalam kebijakan dan
peraturan yang mencantumkan kata ke-
program pemerintah, serta mendapat por-
setaraan gender. Melainkan juga mem-
si alokasi anggaran dari pemerintah di
butuhkan operasionalisasi konsep keseta-
tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/
raan gender dan pada tataran pelaksana-
Kota, hingga tingkat Desa. Perihal tingkat
an, yang diiringi juga dengan penguatan
Desa peluang dapat dikembangkan de-
kapasitas SDM dan kelembagaan, dileng-
ngan mengintegrasikan dengan Undang
kapi dengan pendampingan dan monitor-
Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
ing evaluasi. Semuanya itu perlu dilaku-
yang baru saja diluncurkan pada awal
kan untuk memastikan suatu pembang-
bulan Januari 2014.
unan keluarga yang responsif gender.
Peraturan
tentang
Pelaksanaan
Munculnya
berbagai
kebijakan
Pembangunan Keluarga dikeluarkan dari
yang bertujuan untuk mendorong terwu-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
judnya kesetaraan gender tersebut tidak
dan Perlindungan Anak dimaksudkan agar
serta merta membuat hak-hak perempuan
pembangunan keluarga dapat menjadi sa-
terpenuhi dan diskriminasi gender berBioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 243
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
akhir. Menurut Irwan Abdullah, dalam
pat dilaksanakan oleh Pemerintah di ting-
buku Sangkan Paran Gender (2003:3-4),
kat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun
masih merupakan jalan panjang pencarian
Desa maupun dilaksanakan masyarakat.
identitas perempuan dari domestik ke
Sebagai contoh, dapat dilaksanakan oleh
publik.
Irwan
Kementerian Dalam Negeri yang mempu-
Abdullah melihat tiga hal yang menarik
nyai banyak program-program pember-
diperhatikan, yang juga merupakan “pi-
dayaan masyarakat, termasuk pemberda-
lihan” dalam melihat persoalan perempu-
yaan perempuan. Seperti program Bim-
an. Pertama, Bagaimana dikotomi do-
bingan Teknik Pogram Pemberdayaan
mestik dan publik (seperti nature dan
Perempuan yang dilaksanakan oleh Ditjen
culture) itu terbentuk dalam konteks ter-
Pembangunan Masyarakat Desa (PMD)
tentu. Pertanyaan ini mengarah kepada
Kementerian Dalam Negeri yang diadakan
pencarian determinan atau kekuatan-ke-
di beberapa daerah dapat menjadi pintu
kuatan dua domain kemudian merupakan
masuk yang sangat strategis sebagai
dua wilayah kekuasaan yang menggam-
upaya peningkatan ketahanan dan kese-
barkan dominasi dan subordinasi; Kedua,
jahteraan keluarga hingga tingkat desa.
Dalam
buku
tersebut
proses-proses sosial, budaya, ekonomi
Pentingnya
pengaturan
tentang
dan politik apa yang menyebabkan diko-
pembangunan keluarga, mengisyaratkan
tomi domestik-publik menguat dan diles-
bahwa tidak cukup apabila indeks pem-
tarikan terus menerus sebagai realitas
bangunan
yang tidak perlu dipertanyakan keabsah-
indeks pembangunan manusia (IPM) saja
annya; Ketiga, dalam hal apakah eskpansi
Dirasakan penting untuk membangun
dari sektor domestik ke sektor publik da-
Indeks Pembangunan Keluarga (IPK), di
pat terjadi dan apa arti perubahan sema-
mana indikator-indikator yang digunakan
cam ini dalam melihat pergeseran ma-
adalah pembangunan berbasis keluarga.
syarakat secara umum. Bagi Abdullah,
Pentingnya indeks pembangunan yang
perdebatan domestik publik hanya meru-
dikembangkan dari basis keluarga ter-
pakan salah satu “jalan masuk” untuk
sebut disampaikan Sonny Harry Harmadi,
melihat kembali pembentukan realitas
Kepala Lembaga Demografi Fakultas Eko-
sosial, ekonomi dan politik perempuan.
nomi Universitas Indonesia, pada Seminar
hanya
dikembangkan
dari
Penguatan kapasitas SDM dan ke-
Nasional “Paradigma Baru Pembangunan
lembagaan perihal perspektif gender –da-
Nasional: Membangun Indonesia Masa BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 244
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
Depan Berbasis IPTEK”, yang diseleng-
Pengembangan model terpadu an-
garakan di Ruang Auditorium Lemhannas
tar instansi terkait pembangunan keluar-
RI, pada tanggal 8 Mei 2013.
ga, dikutip dari hasil laporan penelitian
Dalam pembangunan berbasis ke-
“Membangun Model Kebijakan Pembang-
luarga, salah satu indikator penting adalah
unan Keluarga Menuju Kesejahteraan Ke-
ketahanan dan kesejahteraan keluarga
luarga” (2013). Dalam model yang dikem-
serta pola pengasuhan dalam keluarga.
bangkan antar instansi terkait yang meng-
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan ke-
ambil wilayah penelitian di Kabupaten
tahanan dan kesejahteraan keluarga ada-
Malang diperoleh temuan, sebagai berikut.
lah kondisi keluarga yang memiliki keulet-
Pertama, pendidikan dalam keluar-
an dan ketangguhan, kemampuan untuk
ga dikerjakan oleh banyak instansi terkait
hidup mandiri dan pengembangan diri
baik lembaga pemerintah melalui SKPD
dan keluarga, kemampuan untuk meng-
terkait (Dinas Pendidikan, Dinas Sosial,
atasi permasalahan yang dihadapi untuk
Kementerian Agama), juga juga dikerjakan
memenuhi kebutuhan fisik maupun psiko-
oleh lembaga masyarakat (PKK, Aisyiyah,
sosial keluarga, untuk meningkatkan kese-
Fayata NU, dll). Kedua, perlindungan ke-
jahteraan kebahagiaan lahir dan batin.
sehatan keluarga dikerjaan beberapa lembaga pemerintah dan non pemerintah
Peluang Pengembangan Model Kebijakan Pembangunan Keluarga
seperti: Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
Agar Undang Undang No. 52 Tahun 2009
Unicef, PKK, Aisyiyah, Fatayat NU, Penga-
tentang Perkembangan
Kependudukan
jian Al Hidayah, serta beberapa Yayasan
dan Pembangunan Keluarga, serta Per-
yang begerak dalam bidang kesehatan
aturan Menteri Pemberdayaan Perempu-
(Yayasan Gerontologi, PKBI, dll).
Puskesmas, Posyandu, Perguruan Tinggi,
an dan Perlindungan Anak No. 06 tahun
Ketiga, Keluarga Berencana. Walau-
2013 dapat dilaksanakan dengan baik,
pun leading sector ada pada BKKBN, na-
maka dibutuhkan pengembangan langkah-
mun tetap mrmbutuhkan koordinasi antar
langkah strategis. Antara lain, dengan
instansi terkait. Dalam hal ini koordinasi
mengembangkan model kebijakan pem-
BKKBN dilakukan dengan Dinas Kesehat-
bangunan keluarga untuk memperkuat
an, Dinas Pendidikan, Badan Pemberdaya-
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
an Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten, serta berbagai lembaga maBioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 245
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
syarakat seperti PKK, PKBI, LKK NU,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlin-
Fatayat
Keempat,
dungan Anak membuat program Bina Ke-
pemberdayaan dan Perlindungan Per-
luarga TKI di Kabupaten Malang sebagai
empuan dan Anak. Program Pemberdaya-
percontohan manajemen pengelolaan ke-
an Perempuan dan Perlindungan Anak
luarga pada keluarga Buruh Migran yang
memiliki cakupan yang sangat luas dan
dilaksanakan secara responsif gender,
membutuhkan koordinasi dan sinergitas
serta bertanggung jawab atas tumbuh
dengan beberapa SKPD terkait dan lem-
kembang dan perlindungan anak.
NU,
dan
lain-lain.
baga masyarakat. Badan Pemberdayaan Perempuan
dan
Perlindungan
Keenam, tingginya angka percerai-
Anak
an perkawinan di Kabupaten Malang
(BPPKB), Dinas Koperasi & Usaha Kecil
merupakan suatu permasalahan yang cara
Menengah, Dinas Kesehatan, Dinas Pen-
mengatasinya membutuhkan penyelesai-
didikan, P2TP2A, Kementerian Agama,
an di tingkat keluarga. Tingginya angka
Pengadilan Agama, Women Crisis Center,
perceraian juga masih terkait dengan bu-
Pusat Studi Wanita/Gender di Perguruan
ruh migran. Sehingga solusi mengatasinya
Tinggi, dan lain-lain.
juga bisa dilewatkan melalui program
Kelima, kabupaten Malang adalah
Bina Keluarga TKI.
Ketujuh, program-
salah satu daerah asal Buruh Migran Per-
program pembangunan keluarga untuk
empuan, yang memasok sekitar 6-8%
mewujudkan ketahanan dan kesejahtera-
BMP asal Jawa Timur ke berbagai Negara,
an telah dilaksanakan di Kabupaten
sepert Hongkong dan Arab Saudi. Kontri-
Malang, antara lain: Bina Keluarga Balita
busi BMP untuk pembangunan ekonomi
(BKB); Bina Keluarga Remaja (BKR); Bina
sangat besar, dapat dilihat dari berkem-
Keluarga Lansia (BKL); Generasi Berenca-
bang pesatnya pembangunan di wilayah
na (GENRE); Usaha Peningkatan Penda-
tenmpat tinggal mereka. 50% dari jumlah
patan Keluarga Sejahtera (UPPKS); Bina
keluarga yang ada di wilayah kabupaten
Keluarga TKI (BKT).
Malang memiliki anggota keluarga sebagai
Kedelapan, pada tahun 2013 Kabu-
buruh migran, atau pernah menjadi buruh
paten Malang mencanangkan sebagai ta-
migran di beberapa negara. Menyikapi
hun kualitas yang meliputi program pen-
berbagai permasalahan yang dihadapi bu-
dewasaan usia perkawinan, ketahanan
ruh migran terkait keluarga, termasuk
keluarga, bina keluarga dan pemberdaya-
tumbuh
an ekonomi keluarga. Hal ini menun-
kembang
anak.
Kementerian
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 246
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
jukkan tingginya komitmen untuk me-
rapkan dapat meningkatkan koordinasi
ningkatkan koordinasi antar instansi ter-
dan komunikasi yang efektif hingga ke
kait di Kabupaten Malang dalam mem-
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hal
bangun model kebijakan Pembangunan
ini dianggap penting, karena pembang-
Keluarga untuk memperkuat Ketahanan
unan keluarga untuk ketahanan dan kese-
dan Kesejahteraan Keluarga.
jahteraan keluarga dapat terwujud apabila
Kesembilan, melalui kegiatan FGD
ada koordinasi yang baik antara dua
Penyusunan Desain Model Program Ter-
lembaga yang memainkan peran penting
padu Antar Instansi terkait untuk Mem-
dan strategis. Koordinasi diharapkan da-
bangun Ketahanan dan Kesejahteraan Ke-
pat dilaksanakan sejak tahap perencana-
luarga, yang dilaksanakan di Kabupaten
an, pelaksanaan hingga monitoring eva-
Malang, teridentifikasi beberapa hal pen-
luasi; (v) kemitraan antara instansi terkait
ting, yakni: (i) adanya kebutuhan untuk
dengan Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi
melakukan sinkronisasi antara prioritas
Kemasyarakatan dan Keagamaan harus
kebutuhan masyarakat dengan berbagai
diperkuat untuk membangun kesadaran
program yang tersedia dari masing-ma-
dan peranserta masyarakat, termasuk un-
sing instansi; (ii) program yang dipilih
tuk meningkatkan kapasitas SDM maupun
untuk diadakan sinkronisasi dan menjadi
kelembagaan dalam melaksanakan pem-
prioritas diharapkan yang benar-benar
bangunan keluarga; (vi) hambatan berupa
sesuai. Sehingga program yang berorien-
ego sektoral masing-masing instansi di-
tasi projek dan tidak signifikan harus
harapkan dapat dihilangkan, sehingga ko-
dihilangkan; (iii) beberapa program yang
ordinasi antar instansi terkait dapat di-
pelaksanaannya bersifat overlapping antar
tingkatkan dalam mengemban amanah
instansi diambil salah satu yang paling
pelaksanaan pembangunan keluarga.
sesuai atau disinkronisasikan antar ins-
Sebagaimana dikutip dari hasil
tansi. Dengan tidak adanya program yang
penelitian “Membangun Model Kebijakan
overlapping, maka koordinasi antar ins-
Pembangunan Ketahanan Keluarga Menu-
tansi untuk membangun model program
ju Kesejahteraan Keluarga” (2013), pe-
terpadu dalam pembangunan keluarga
ngembangan
dapat dilaksanakan dengan baik; (iv) Ke-
Model) pembangunan keluarga menggu-
menterian Pemberdayaan Perempuan dan
nakan model yang dikembangkan Gass
Perlindungan Anak dengan BKKBN, diha-
dan Sisson (1974). Dalam buku tersebut,
model
kebijakan
(Policy
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 247
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
Gass dan Sisson menjelaskan model ke-
dan kesejahteraan anggota keluarga me-
bijakan sebagai representasi sederhana
mang harus dimulai dari tingkat keluarga
mengenai aspek-aspek yang terpilih dari
ka-rena keluarga merupakan unit terkecil
suatu kondisi masalah yang disusun untuk
yang memainkan peran penting dalam
tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan
membangun atau mendorong perubahan
dapat digunakan tidak hanya untuk men-
pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat
jelaskan dan memprediksi elemen-elemen
menuju pola pikir yang responsif pem-
suatu kondisi masalah, melainkan juga
bangunan keluarga. Ketika masyarakat
untuk memperbaikinya dengan mereko-
didorong untuk responsif dalam pem-
mendasikan serangkaian tindakan untuk
bangunan keluarga, maka di dalamnya
memecahkan masalah-masalah tertentu.
termuat juga perspektif hak asasi ma-
Dikatakan bahwa model kebijakan dapat
nusia, perspektif gender, pemberdayaan
membantu membedakan hal-hal yang
dan perlindungan perempuan, serta pe-
esensial dan tidak esensial dari situasi
menuhan hak dan perlindungan anak.
masalah, mempertegas hubungan diantara
Dibutuhkan pemikiran kritis diiringi lang-
faktor-faktor atau variabel-variabel pen-
kah-langkah konkrit untuk merevitalisasi,
ting dan membantu menjelaskan serta
mendekonstruksi, dan mentransformasi
mempredikdikan
secara kultural dan struktural agar per-
konsekuensi-konseku-
ensi dari pilihan kebijakan.
ubahan mendasar dapat diwujudkan da-
Hasil penelitian di Kabupaten Malang
menunjukkan
bahwa
lam pembangunan keluarga.
komitmen
Kedua, Permasalahan serta upaya-
Pemerintah Kabupaten Malang yang sa-
upaya yang telah dan sedang dilaksanakan
ngat tinggi dalam pembangunan keluarga
di beberapa daerah, termasuk yang di-
menjadi peluang untuk dikembangkan
laksanakan di Kabupaten Malang dalam
sebagai model percontohan pelaksanaan
kebijakan dan program pembangunan ke-
kebijakan pembangunan keluarga.
luarga, merupakan kondisi dan potensi yang berpeluang untuk dikembangkan
Kesimpulan
sebagai model kebijakan pembangunan
Sebagai kesimpulan disampaikan bebera-
keluarga. Model kebijakan pembangunan
pa catatan sebagai rangkuman makalah,
keluarga yang dikembangkan dari Studi
se-bagai berikut. Pertama, Perubahan
Kasus di Kabupaten Malang dapat diguna-
men-dasar untuk mewujudkan ketahanan
kan untuk menjelaskan dan memprediksi BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 248
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
suatu kondisi masalah, sekaligus juga dapat bermanfaat untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada. Sekaligus merekomendasikan serangkaian tindakan un-
Abdullah, Irwan, 2003, Sangkan Paran Gender, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar untuk Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada (cet ii).
yang bersifat sistematik dengan koordi-
_____________, 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
nasi dan sinergitas yang baik antar ins-
Arif
tuk memecahkan masalah yang ada. Ketiga, dibutuhkan upaya-upaya
tansi terkait dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan keluarga. Khu-, untuk
membuat
desain
model
percontohan pelaksanaan kebijakan dan program Pembangunan Keluarga, agar dapat dilaksanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan kekhasan setiap wilayah. Pada setiap daerah dapat dikembangkan model kebijakan pembangunan keluarga yang bersifat spesifik sesuai dengan kekhasan lokal. Di Kabupaten Malang yang dikenal banyak buruh migran, khususnya buruh migran perempuan, dapat dibuat model percontohan kebijakan pembangunan keluarga berupa Bina Keluarga TKI. Dengan panduan yang jelas, manajemen pengelolaan keluarga pada keluarga Buruh Migran melalui program Bina Keluarga TKI, diharapkan dapat dilaksanakan secara responsif gender, serta bertanggung jawab atas tumbuh kembang dan perlindungan anak. Daftar Pustaka
Aris Mundayat, 2010, Edriana Noerdin, Erni Agustini, Sita Aripurnami & Sri Wahyuni, Target MDGs Menurunkan AKI tahun 2015 Sulit Dicapai, Jakarta: Penerbit Women Research Institute.
Atnike
Nova Sigiro, Perempuan dan kesejahteraan Keluarga di Indonesia: Kritik Atas Model Keluarga ‘Lelaki Sebagai Pencari Nafkah Utama’, dalam Jurnal Perempuan Edisi ke-73, Jakarta: Penerbit Yayasan Jurnal Perempuan, April 2012.
Gass, Saul I dan Roger L Sisson (ed)., 1974. A Guide to Models In Governmental Planning and Operations, Washington DC: Office of Research and Development Environmental Protection Agency. Haryatmoko, 2010, Dominasi Penuh Muslihat Akar Kekerasan dan Diskriminasi, Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Hoed H Benny, 2008, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, Depok: Penerbit FIB UI. Komnas Perempuan (2008), “Kerentanan Perempuan Terhadap Kekerasan Ekonomi dan Kekerasan Seksual: Di Rumah, Institusi Pendidikan, dan Lembaga Negara – Catatan BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 249
Pinky Saptandari, “Kebijakan Pembangunan Keluarga: Peluang Peningkatan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga” hal. 230-250
Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2008”. Komnas Perempuan: Jakarta. Laporan Akhir Penelitian (belum dipublikasikan), “Membangun Model Kebijakan Pembangunan Ketahanan Keluarga Menuju Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus di Jawa Timur). Lembaga Kajian Pembangunan Masyarakat bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, tahun 2013.
Multikuturalisme. Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media. Sutrisno Mudji & Hendar Putranto (ed), 2005, Teori-Teori Kebudayaan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Otto, Herbet A, 1970, The Family in Search of A Future Alternate Models for Moderns, New York: Appleton-Century-Crofts Educational Division Meredith Corporation. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga, diterbitkan pada tahun 2013. Sairin
Sjafri, 2010, Riak-Riak Pembangunan Perspektif Antropologi, Yogyakarta: Penerbit Media Wacana.
Saptandari, Pinky, Trijoko & Nurcahyo TA, 2005, Modul Pendidikan Karakter & Pekerti Bangsa bagi Kelompok Perempuan, Jakarta: Departemen Kebudayaan & Pariwisata. Sedyawati Edi, 2008, KeIndonesiaAn dalam Budaya Buku 2, Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Satra. Sudjana Naya, 2006, “Membangun Keluarga Indonesia Masa Depan Yang Modern Dan Beradab”, dalam Yusuf Ernawan (eds), Bunga Rampai Masalah Anak, Gender &
BioKultur, Vol.III/No.1/Januari-Juni 2014, hal. 250