GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI KAWASAN MANGROVE DESA LABUHAN KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN Endah Sih Prihatini dan Husen Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Penelitian ini beryujuan untuk mengetahui keanekaragaman plankton di perairan kawasan mangrove desa Labuhan Kecamatan Brondong Lamongan. Sampel diambil dari 4 stasiun pengamatan, dan pada setiap stasiun pengamatan dilakukan 5 kali ulangan. Titik pengambilan ditentukan dengan menggunakan metode Purposive Random Sampling. Sampel berupa plankton di ambil dengan planktonet. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan, dan di Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan. Hasil penelitian dari 4 stasiun penelitian diketahui, Indeks Kelimpahan paling banyak di temukan di stasiun B (62.667) dan D (50.001), yang paling sedikit ditemukan stasiun C (34.332) dan A (35.667). Indeks Keanekaragaman paling banyak ditemukan di stasiun D (1,84) dan B (1.73), paling sedikit ditemukan di stasiun A (1,68) dan C (1,69). Indeks Keseragaman paling banyak ditemukan di stasiun C (0,43) dan D (0,43), paling sedikt ditemukan di stasiun B (0,38) dan A (0,42). Indeks Dominansi paling banyak di stasiun D (0,27) dan C (0,26), paling sedikit di stasiun A (0,21) dan B (0,24). Dengan ini dapat disimpulkan stasiun yang paling banyak di tempati vegetasi mangrove tingkat kesuburan perairan lebih baik dari pada daerah yang tidak mempunyai vegetasi mangrove. Nilai indeks keanekaragaman pada stasiun A, B, C dan D berada pada kisaran 1,705 – 1,841 artinya menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya lebih kecil dari 2,3026. Karena berada pada kisaran 1 – 3, maka p e r a i r a n d i K a w a s a n M a n g r o v e berada dalam kondisi tercemar sedang.Pada pengukuran parameter kualitas air di semua stasiun , DO berada pada nilai kisaran 4,93 – 6,06 mg/L, kadar nitrit berkisar 0,13 – 0,32 mg/L kadar fosfat 0,225 mg/L, kadar ammonia berkisar 0,3 – 0,5 mg/L sehingga terindikasi pencemaran ringan. Kata kunci : Keanekaragaman, Plankton, Kawasan Mangrove khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin atau payau.. Menurut Romimmohtarto dan Juwana (2005), ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur dan teluk, goba dan estuaria yang didominasi oleh halofita (halophyta), yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin, berpokok dan beradaptasi tinggi, yang berkaitan dengan anak sungai, rawa dan banjiran, bersama-sama dengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, larva, ikan, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain. Plankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena plankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada pruduksi primer total suatu perairan, karena plankton dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih
PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah pencampuran antara rezim darat dan laut, serta membentuk suatu keseimbangan yang dinamis dari masing-masing komponen. Menurut Nybakken (1988), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Kawasan Mangrove di Desa Labuhan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan merupakan lingkungan alami bagi beberapa habitat ikan dan hewan, yang menggantungkan hidup dengan mencari makan dan sebagai tempat bertahan hidup dari predator serta tempat berkembang biak. Menurut Chaerani (2000), ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang 11
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
tinggi. Dari fenomena di atas, maka penelitian ini perlu di lakukan untuk melihat distribusi dan identifikasi plankton di Kawasan Mangrove Desa Labuhan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.
No
METEDOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 3 Januari 2015 sampai dengan 2 Febuari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Mangrove Desa Labuhan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, sedangkan identifikasi plankton dilakukan di labolatorium Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Stasiun pengambilan sampel dibagi menjadi tiga lokasi penelitian dan satu lokasi kontrol atau pembanding yang terdiri dari : a. Stasiun A (ST.A) daerah yang tidak memiliki tumbuhan mangrove. Berdekatan dengan pelabuhan rakyat, mempunyai tepian yang menjorok ke laut dan stasiun yang paling dalam dibandingkan stasiun yang lainnya. Berfungsi sebagai pembanding dengan daerah yang mempunyai vegetasi mangrove. b. Stasiun B (ST.B) Berada di ujung barat Kawasan Mangrove Desa labuhan mempunyai tegakan 100 tumbuhan mangrove dengan luas 20 x 20 m2, dan tergolong mempunyai tingkat kerapatan yang sedang, serta dekat dengan sungai yang mengaliri tambak ketika laut pasang. c. Stasiun C (ST.C) di stasiun ini mempunyai tegakkan 200 tumbuhan mangrove dengan luas 20 x 20 m2, dan tergolong mempunyai tingkat kerapatan yang sedang. Berada di tengah stasiun b dan stasiun d. d. Stasiun D (ST.D) stasiun mempunyai tegakkan 350 tumbuhan mangrove dengan luas 20 x 20 m2, dan tergolong yang paling banyak mempunyai vegetasi mangrove dan terdapat sungai yang di andalkan sebagai saluran irigasi sekaligus sebagai filterisasi ke tambak warga.
Peralatan Sampling
1.
Plankton Net no. 25
2.
Botol Sampel
3.
Ember Plastik
4.
Pipet Tes
-
5.
Formalin
4%
6.
Kertas Label
-
7.
Alat Tulis
-
60 x 60 Micron
-
10 Liter
Kegunaan
Mengambil dan menyaring sampel plankton Wadah penampungan sampel plankton Penyaringan ke jaringan plankton net Mengambil sampel air (plankton) Pengawetan sampel plankton Memberi tanda pada sampel Mencatat data
Analisis Laboratorium
1.
Mikroskop Trinokuler
10 x
2.
Sedgwich Rafter
-
3.
Tissue
-
4.
12
Ketelitian Atau Ukuran
I
II
Alat dan Bahan Alat dan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Alat dan bahan
Buku identifikasi plankton (Tomas,1997) (Sahlan, 1982)
-
Alat bantu identifikasi plankton Alat menghitung plankton Membersihkan alat identifikasi Alat bantu identifikasi plankton
III
Pengukuran Kualitas Air
1.
Termometer
2.
pH paper
-
Mengukur pH
3.
DO meter
-
Mengukur DO
4.
Refraktometer
5.
Sechidisk
-
6.
Nitrit
-
7.
Fosfat
-
8.
Amonia
-
1ᴼ C
1‰
Mengukur suhu
Mengukur salinitas Mengukur kecerahan Mengukur Nitrit Mengukur Fosfat Mengukur Amonia
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
dimasukan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin 4% sebanyak 3 – 4 tetes. Selanjutnya sampel tersebut diidentifikasi di Labolatorium Universitas Islam Lamongan dengan mengacu kepada pustaka Sachlan (1982) dan Thomas (1997).
Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode purposive random sampling dan pengambilan sampel plankton dilakukan pada 4 stasiun dengan satu stasiun sebagai pembanding (control), menggunakan plankton net dengan pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali pada pagi hari dan 5 kali pada sore hari dengan cara mengambil contoh air dengan ember berukuran 10 liter sebanyak 5 kali lalu dituangkan ke dalam plankton net. Lalu contoh plankton yang didapat dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin sebanyak 3 – 4 tetes. Selanjutnya dianalisis dan dihitung jumlah serta jenisnya di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Penelitian ini adalah riset deskriptif yang bersifat eksploratif, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Untuk pengambilan data dalam penelitian ini digunakan beberapa materi. Adapun materi utama yang diperlukan adalah plankton yang diambil di lokasi penelitian yaitu di Kawasan Mangrove Desa Labuhan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.
Analisis Data Data yang berupa keanekaragaman plankton di kumpulkan dan dianalisis. Dengan uji t yaitu di hitung dengan software spss 18. Kelimpahan Plankton Mengacu kepada Wardhana,W (2003) bahwa pencacahan plankton dilakukan dengan menghitung jumlah plankton per satuan volume, ini dapat memberikan gambaran yang lebih pasti mengenai kepadatan di suatu tempat. Kepadatan plankton dalam sel atau individu per satuan volume dapat diketahui dengan mempergunakan rumus sebagai berikut : 1 D
=
q
(
1 )(
f
) V
Dimana :
Teknik Pengumpulan data a. Pengumpulan dalam pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5 (lima) kali yang dilakukan secara acak untuk tiap–tiap stasiun penelitian dan jarak antar ulangan 3 – 4 meter. Jeda atau interval waktu pengambilan sampel adalah setiap 1 (satu) minggu dua kali, sehingga bisa memperkirakan waktu pasang surut air laut dilokasi pengambilan sampel dan sampel yang diperoleh akan berbeda secara signifikan untuk tiap-tiap pengambilan sampel. Diperoleh 20 sampel air laut pada pagi hari dan 20 sampel pada sore hari dari 4 stasiun dengan kode A1 pagi, A2 pagi, A3 pagi, A4 pagi , A5 pagi ; B1 pagi, B2 pagi, B3 pagi, B4 pagi, B5 pagi ; dan C1 pagi, C2 pagi, C3 pagi, C4 pagi, C5 pagi; D1 pagi, D2 pagi, D3 pagi, D4 pagi, D5 pagi; A1 sore, A2 sore, A3 sore, A4 sore A5 sore; B1 sore, B2 sore, B3 sore, B4 sore, B5 sore ; dan C1 sore, C2 sore, C3 sore, C4 sore, C5 sore; D1 sore, D2 sore, D3 sore, D4 sore, D5 sore. b. Untuk mengidentifikasi dan menghitung kelimpahan fitoplankton, contoh air dalam ember berukuran 10 liter sebanyak 5 kali lalu dituangkan ke dalam plankton net ukuran 25 µm. Lalu contoh plankton yang didapat
D
:
Jumlah plankter per satuan volume ( Ind/liter ) plankter dalam Q : Jumlah subsampel ( Ind ) F : fraksi yang diambil ( volume subsampel per volume sampel ) V : Volume air yang tersaring ( ml ) = 300 ml Kelimpahan organisme dalam perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per liter. Odum, 1971 dalam Yazwar 2008 menggolongkan perairan berdasarkan kelimpahan individu yaitu suatu perairan dengan kelimpahan <10.000 Ind/L adalah termasuk dalam perairan dengam tingkat kelimpahan rendah (Oligotrooph), kelimpahan antara 10.000 – 12.000 Ind/L termasuk dalam tingkat sedang (Mesotrooph), dan perairan dengan kelimpahan >12.000 Ind/L adalah tingkat tinggi (Eutrooph). Indeks Keseragaman Untuk mengetahui sebaran ataupun distribusi kelimpahan takson dalam komunitas dilakukan uji indeks ekuitabilitas yang disebut juga sebagai indeks keseragaman. Adapun rumus dari indeks ekuitabilitas adalah sebagai berikut (Zar, 1999 dalam Yazwar, 2008) 13
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Dimana : D = Indeks Dominansi Simpson ni = Jumlah Individu tiap spesies N = Jumlah Individu seluruh spesies
H’ Indeks Keseragaman ( E )
= H maks
Dimana : E
=
H’
=
H maks
=
Indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1, dimana semakin kecil nilai indeks dominansi maka menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominsi sebaliknya semakin besar dominansi maka menunjukan ada spesies tertentu (Odum, 1971 dalam Yazwar, 2008).
Indeks Ekuitabilitas Indeks diversitas ShannonWienner Indeks diversitas maximum, yang nilainya sama dengan Ln S ( dimana S banyaknya spesies ). Besarnya nilai E berkisar antara 0-1
Kriteria : 0 < E < 0,4
Uji T Adapun rumus dari uji T yang dipergunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dari keanekaragaman plankton antar stasiun adalah sebagai berikut (Zar, 1999 dalam Yazwar, 2008) : t =H'1 - H'2 /SH'1-SH'2 Dimana : t : Nilai hitung yang di cari H' : Indeks keanekaragaman SH' : Standard Deviasi Keanekaragaman Nilai Standard deviasi keanekaragaman dapat dihitung dari variasi keanekaragaman sebagai berikut ini: SH'1-SH'2 = √S2 H'1 + S2 H'2 Selanjutnya, variasi keanekaragaman dapat dihitung melalui pendekatan berikut ini :
= Keseragaman Rendah
0,4 < E < 0,6
= Keseragaman Sedang
E > 0,6
= Keseragaman Tinggi
Indeks Keanekaragaman (H') Untuk menghitung keanekaragaman, maka digunakan indeks keanekaragaman ShannonWiener (Romimohtarto dan Juwana, 2005) sebagai petunjuk pengolahan data. H' = - ( ni / N ) ln ( ni / N ) Dimana : H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wienner ni = Jumlah individu/spesies N = Jumlah individu keseluruhan Kisaran total indeks keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut modifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Dianthani (2003) : H’ < 2,3026
S2 H' = Dimana : fi = Jumlah individu tiap takson n = Jumlah total dari individu keseluruan takson Sementara itu nilai derajat bebas ( v ) yang digunakan untuk mendapat nilai t tabel pada t dihitung melalui persamaan sebagai berikut : V = (S²H’1+S²H’2)/(S²H’1)/n1+(S²H’2)/n2 Kriteria : t hitung < t tabel. Pada ∝ 0.05 : tolak Ha, terima Ho t hitung > t tabel. Pada ∝0.05 : terima Ha, tolak Ho
:
keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah 2,3026 < H ’< : keanekaragaman sedang 6,9078 dan kestabilan komunitas sedang H’ > 6,907 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi Berdasarkan indeks keragaman mutu kualitas air menurut Dahuri (1995). Bila indeks keanekaragaman > dari 3 berarti tidak tercemar, keanekaragaman antara 1-3 berarti perairan sedang tercemar. Keanekaragaman < 1 perairan tercemar berat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kelimpahan Plankton Dalam penelitian jumlah plankton di Stasiun A didapatkan sejumlah 13 genera dengan kelimpahan rata-rata sebesar 36.667 individu/L seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Indeks Dominansi (D) Indeks Dominansi dihitung dengan menggunakan rumus indeks dominanasi dari Simpson (Odum, 1971 dalam Yazwar, 2008) : D = ( ni / N ) 2 14
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Tabel 2. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun A (Individu/L) Kelimpahan Individu ( Ind / Lt ) No Spesies A A RataPagi Sore rata 1 Chaetoceros sp. 667 0 334 2 Nitzschia sp. 8,667 21,333 15,000 3 Closterium uncinata 0 0 0 Rhizosolenia sp 4 0 667 334 5 Navicula sp. 0 0 0 6 Ceratium sp. 0 667 334 7 Asterionella sp. 2,000 4,667 3,334 8 Nauplius sp. 0 667 334 Branchionus ureus 9 0 0 0 10 Skeletonema sp. 3,333 1,333 2,333 11 Colotrix sp 0 0 0 12 Peridium sp 0 0 0 13 Pleurosigma sp 7,333 9,333 8,333 14 Amphipora sp 2,000 667 1,334 15 Rabdonella sp 2,000 1,333 1,667 16 Daphnia sp 667 2,000 1,334 17 Calonoid copepod 0 1,333 667 18 calomoecia ampullo 667 2,000 1,334 Caenomopha 19 medusula 0 0 0 20 Tricorcerca chattoni 0 0 0 27,33 Jumlah 4 46,000 36,667
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Skeletonema sp. Colotrix sp Peridium sp Pleurosigma sp Amphipora sp Rabdonella sp Daphnia sp Calonoid copepod calomoecia ampullo Caenomopha 19 medusula 20 Tricorcerca chattoni Jumlah
2,667 0 0 16,000 4,667 0 0 0 667
667 6,000 0 0 0 0 2,667 1,333 0
1,667 3,000 0 8,000 2,334 0 1,334 667 334
0 0 0 0 0 0 62,667 62,667 62,667
Jumlah plankton di lokasi penelitian pada Stasiun B didapatkan sejumlah 13 genera dengan kelimpahan rata-rata sebesar 62.667 individu/L. Dalam hal jenis kelimpahan plankton yang tertinggi yaitu Nitzschia sp. dengan kelimpahan rata-rata 25.333 individu/L. Sementara jenis plankton yang mempunyai kelimpahan terendah yaitu calomoecia ampullo dengan kelimpahan 334 individu/L. Stasiun C mempunyai kelimpahan plankton rata-rata sebesar 34.334 individu/L yang terdiri dari 11 genera. Jenis plankton yang mempunyai kelimpahan tertinggi yaitu Nitzschia sp. dengan kelimpahan rata-rata 16.000 individu/L. Sementara jenis plankton yang mempunyai kelimpahan terendah yaitu Ceratium sp dan Caenomopha medusula dengan kelimpahan rata-rata 334 individu/L. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Kelimpahan tertinggi pada pengambilan sampel yang kedua yang dengan jumlah plankton 46.000 individu/L. Dalam hal jenis kelimpahan plankton yang tertinggi yaitu Nitzschia sp. dengan kelimpahan rata-rata 15.000 individu/L. Sementara jenis plankton yang mempunyai kelimpahan terendah yaitu Chaetoceros sp, Rhizosolenia sp, Ceratium sp, Nauplius sp. dengan kelimpahan rata-rata 334 individu/L. Data kelimpahan plankton pada stasiun B dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun B (Individu/L) Kelimpahan Individu (Ind / Lt ) No Spesies B B RataPagi Sore rata 1 Chaetoceros sp. 3,333 10,000 6,667 2 Nitzschia sp. 27,333 23,333 25,333 3 Closterium uncinata 0 6,667 3,334 4 Rhizosolenia sp 0 0 0 5 Navicula sp. 0 3,333 1,667 6 Ceratium sp. 1,333 2,000 1,667 7 Asterionella sp. 6,667 6,667 6,667 8 Nauplius sp. 0 0 0 9 Branchionus ureus 0 0 0
Tabel 4. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun C (Individu/L) Kelimpahan Individu (Ind / Lt) No Spesies C C RataPagi Sore rata 1 Chaetoceros sp. 3,333 4,000 3,667 2 Nitzschia sp. 16,667 15,333 16,000 3 Closterium uncinata 2,000 5,333 3,667 4 Rhizosolenia sp 667 667 667 5 Navicula sp. 0 0 0 6 Ceratium sp. 667 0 334 7 Asterionella sp. 0 0 0 8 Nauplius sp. 0 0 0 9 Branchionus ureus 0 4,000 2,000 10 Skeletonema sp. 4,667 667 2,667 11 Colotrix sp 4,000 4,000 4,000 12 Peridium sp 0 0 0 13 Pleurosigma sp 0 0 0 14 Amphipora sp 0 0 0 15 Rabdonella sp 0 0 0 16 Daphnia sp 0 0 0 17 Calonoid copepod 2,000 0 1,000 15
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
18
calomoecia ampullo Caenomopha 19 medusula 20 Tricorcerca chattoni Jumlah
0
0
0
667
0
334
11 Colotrix sp 12 Peridium sp 13 Pleurosigma sp 14 Amphipora sp 15 Rabdonella sp 16 Daphnia sp 17 Calonoid copepod 18 calomoecia ampullo 19 Caenomopha medusula 20 Tricorcerca chattoni Jumlah
667 1,333 1,000 34,668 34,000 34,334
Di Stasiun D yang mempunyai kelimpahan plankton yang tertinggi yaitu Nitzschia sp. dengan
Stas iun
A
B
C
D
Titik Samplin g
Kelimpa han (Individ u/L)
Indeks Keane karaga man (H’)
A Pagi
27,334
1.63
Inde k Kes erag ama n (E) 0.44
A Sore Ratarata B Pagi
46,000
1.74
0.41
0.27
36,667
1.68
0.42
0.24
62,667
1.56
0.34
0.28
B Sore Ratarata C Pagi
62,667
1.89
0.42
0.20
62,667
1.73
0.38
0.24
34,668
1.72
0.43
0.27
C Sore Ratarata D Pagi
34,000
1.66
0.42
0.25
34,334
1.69
0.43
0.26
56,002
1.72
0.39
0.31
D Sore Ratarata
44,000
1.96
0.47
0.23
50,001
1.84
0.43
0.27
Inde ks Do min ansi (D)
Nilai Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indek Keseragaman dan Indeks Dominansi Plankton Dari identifikasi dan penghitungan jumlah populasi masing-masing spesies plankton pada semua lokasi penelitian dengan 4 titik stasiun pengamatan. Dengan keterangan, 3 stasiun yang mempunyai vegetasi mangrove yang masingmasing mempunyai tingkat kerapatan yang berbeda-beda sebagai objek utama penelitian dan 1 stasiun yang tidak mempunyai vegetasi mangrove sebagai objek pembanding, dilanjutkan dengan analisis kelimpahan, indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (D) , dengan hasil lengkap dapat dilihat pada tabel 6.
0.21
Tabel.6 Nilai Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman dan Indeks Dominansi Plankton Sumber : Data Primer, Januari - Febuari 2015 Berdasarkan pada tabel 6. nilai rata – rata kelimpahan plankton tertinggi pada stasiun B yaitu 62.667 Ind/L dari semua stasiun. Stasiun B berada di kawasan mangrove yang letaknya dekat dengan sungai yang yang akan tergenang cepat pada kondisi air pasang. Dari hasil perhitungan nilai rata rata indeks keanekaragaman plankton, nilai tertinggi berada pada stasiun D yaitu 1,84 dan terendah pada stasiun A sebesar 1,68. Nilai rata – rata indeks keseragaman tertinggi pada stasiun C dan D yaitu 0,43 dan terendah pada stasiun B sebesar 0,380. Sedangkan untuk indeks dominansi, nilai rata – rata tertinggi pada stasiun D berada pada 0,27 dan terendah pada stasiun A dan B sebesar 0,24.
Tabel 5. Data Kelimpahan Plankton di Stasiun D (Individu/L)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Spesies Chaetoceros sp. Nitzschia sp. Closterium uncinata Rhizosolenia sp Navicula sp. Ceratium sp. Asterionella sp. Nauplius sp. Branchionus ureus Skeletonema sp.
2,334 667 667 667 667 1,000 667 0 0 667 50,001
4.1.2
kelimpahan rata-rata 23.667 individu/L. Plankton di Stasiun D terdiri dari 17 genera dengan kelimpahan rata-rata sebesar 50.001 individu/L. Sementara jenis plankton yang mempunyai kelimpahan terendah yaitu Ceratium sp, Asterionella sp, Peridium sp, Pleurosigma sp, Amphipora sp, Rabdonella sp, Calonoid copepod, Tricorcerca chattoni dengan kelimpahan rata-rata 667 individu/L. Adapun data kelimpahan plankton di Stasiun D selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 5
No
2,000 2,667 1,333 0 667 667 0 1,333 667 667 667 1,333 1,333 0 0 0 0 0 667 667 56,002 44,000
Kelimpahan Individu ( Ind / Lt ) D D RataPagi Sore rata 2,000 3,333 2,667 28,667 18,667 23,667 11,333 6,000 8,667 2,667 3,333 3,000 2,000 1,333 1,667 667 667 667 667 667 667 0 0 0 667 1,333 1,000 667 2,000 1,334
Data Kualitas Air Data kualitas air di kawasan Mangrove dalam 4 kali ulangan bisa dilihat pada tabel 7.
16
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Tabel 7. Data Parameter kualitas air di Kawasan Mangrove dalam 4 kali ulangan 4.2 Pembahasan 4.2.1 Kelimpahan Plankton Kelimpahan plankton yang paling banyak ditemukan kawasan mangrove yang dekat dengan sungai yang mengaliri tambak ketika laut pasang di stasiun B dengan kelimpahan rata-rata 62.667 individu/L adalah Nitzschia sp. Kelas Bacillariophyceae sebagai penyusun fitoplankton memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan untuk hidup pada berbagai kondisi perairan dibanding dengan genera dari kelas lainnya (Amin,M dan Utojo, 2007). Sachlan (1982) menyatakan bahwa fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae bersifat kosmopolit dan cepat berkembang. Genera dari Kelas Bacillariophyceae yang ditemukan pada semua stasiun adalah Nitzschia sp. Sedangkan untuk jenis yang paling jarang ditemukan adalah Nauplius sp. dan Caenomopha medusula.
No
Parameter
1
Suhu (OC )
Stasiun A
B
C
D
28.50
28.50
28.50
28.50
2
DO (mg/L)
6.00
6.77
6.77
6.00
3
pH
6.70
6.58
6.59
6.75
30
30
30
30
0.33
0.33
0.35
0.33
0.06
0.06
0.43
0.32
0.20
0.21
0.26
0.23
25
26
26
27
4 5
6
Salinitas (O/00) Nitrit (NO2-N) (mg/L) Amonia Bebas (mg/L)
7
Phospat (mg/L)
8
Kecerahan
Nilai Referensi 15 – 35 OC (Hutabarat dan Evans, 1985) > 3 mg/L (PP No.82 tahun 2001) 6,0 -9,0 (PP No.82 tahun 2001) 5 – 30 O/00 (Nybakken,1988) 0,06 mg/L (Kep.Men LH 02/1988) 0,016 mg/L (Kep.Men LH 02/1988) 1 mg/L (PP No.82 tahun 2001) 100 cm (Akrimi dan Gatot 2002)
Keanekaragaman (H’) , Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi Plankton di Muara Kawasan Mangrove Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Nilai A B C D Indeks 1.68 1.73 1.69 1.84 Keanek aragam an (H’) Indeks 0.42 0.38 0.43 0.43 Kesera gaman (E) Indeks 0.24 0.24 0.26 0.27 Domin ansi (D)
Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Secara keseluruhan, indeks keanekaragaman rata – rata berada dalam kisaran 1,68 – 1,84. Kemudian untuk indeks keseragaman menunjukkan nilai kisaran 0,38 – 0,43. Dan untuk indeks dominansi berada pada kisaran 0,24 – 0,27. Apabila dilihat dari nilai indeks keanekaragamannya, maka stasiun A, B, C dan D menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya lebih kecil dari 2,3026, sehingga dapat dikatakan p e r a i r a n d i k a w a s a n m a n g o v e berada dalam kondisi tercemar sedang. (Kementerian Lingkungan Hidup, 1988). Berdasarkan pencapaian tabel 6. nilai indek keseragaman diseluruh stasiun yang berkisar 0,34 – 0,47 , maka kondisi perairan muara Kawasan Mangrove dapat dikatakan berada kondisi keseragaman rendah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan indeks keseragamannya berada pada kisaran 0 < E < 0,4 (Zar, 1999 dalam Suyoto, 2013) Sedangkan untuk nilai indeks dominansi di seluruh stasiun berada pada kisaran 0,21 – 0,31. Nilai indeks dominansi mendekati angka 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi di seluruh stasiun. Data hasil perhitungan rata-rata Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (D) plankton di Perairan Kawasan Mangrove Desa Labuhan Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan sebagai lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 8.
Kualitas Air Pengamatan kualitas air selama penelitian suhu rata-rata 28,50C, pH : 6,58 - 6,78, salilitas 30 promil DO : 6,05 - 6,15 mg/l, NO2 : 0,35mg/l, kecerahan : 26-27 cm, NH3 : 0,016 PO4 : 0,2 - 026 mg/l Uji T Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS PASW versi 18 dari semua stasiun diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Uji T dengan pengujian sampel perpasangan (paired sample T Test) menunjukkan nilai indeks keanekaragaman antara stasiun A dan B, Stasiun A dan C, Stasiun A dan D, Stasiun B dan D, dan Stasiun C dan D berada pada t hitung < t tabel. Pada 0.05 : tolak Ha, terima Ho, sehingga berbeda
nyata..
Sedangkan untuk Stasiun B dan C berada pada t hitung > t tabel. Pada 0.05 : terima Ha, tolak Ho, sehingga tidak berbeda nyata. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 8. Hasil Perhitungan rata – rata Indeks 17
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Dianhani, 2003, Indentifikasi Jenis Plankton di Muara Badak Kalimantan Timur, IPB Bogor.
Kesimpulan Hasil penelitian disimpulkan, Indeks Kelimpahan paling banyak di temukan di stasiun B (62.667) yang paling sedikit ditemukan stasiun C (34.332). Indeks Keanekaragaman paling banyak ditemukan di stasiun D (1,84) paling sedikit ditemukan di stasiun A (1,68)). Indeks Keseragaman paling banyak ditemukan di stasiun C (0,43) dan D (0,43), paling sedikt ditemukan di stasiun B (0,38). Indeks Dominansi paling banyak di stasiun D (0,27) paling sedikit di stasiun A (0,21). Dengan ini dapat disimpulkan stasiun yang paling banyak di tempati vegetasi mangrove tingkat kesuburan perairan lebih baik dari pada daerah yang tidak mempunyai vegetasi mangrove. Nilai indeks keanekaragaman pada stasiun A, B, C dan D berada pada kisaran 1,705 – 1,841 artinya menunjukkan keanekaragaman kecil dan kestabilan rendah, ini dikarenakan nilainya lebih kecil dari 2,3026. Berarti p e r a i r a n d i K a w a s a n M a n g r o v e berada dalam kondisi sedang tercemar.
Djarijah, A.S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Jakarta. 87 hal. Iyam.
2007. Keanekaragaman Biota Penerbit Titian Ilmu ,Bandung.
Laut,
Kenentrian Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1988, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta. Universitas Diponegoro, Semarang (Thesis). 111 hal. Jabung Barat Provinsi Jambi. [Jurnal]. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Sulawesi Selatan. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan : Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Eidman. Marine Biology, An Ecology Approach, PT. Gramedia, Jakarta. Romimohtarto,K dan Juwana,S. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut.Edisi Revisi II. Djambatan.
Saran 1. Perlu adanya perhatian dan kesadaran bagi masyarakat di sekitar Kawasan Mangrove agar menjaga kelestarian hutan dengan tidak menebang pohon demi perluasan lahan tambak. 2. Bagi pembudidaya tambak di Kawasan Mangrove, agar menerapkan teknologi budidaya dengan system tertutup (Close System) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang. Suyoto, 2013, Kajian Kualitas Air dimuara Kawasan Mangrove Desa Sedayu Lawas Kecamatan Ngrongong Lamongan ditijau dari indeks keanekaragaman dan indeks saproditas plankton [skripsi] Program Studi Managemen Sumber Daya Perairan Unisla. Thomas,C.R.1997. Identiflying Marine Phytoplankton. Florida Departement of Environmental Protection. Florida Marine Research Institut. St.Petersburg Florida,Academic Press.858 pp.
DAFTAR PUSTAKA Amin,M dan Utojo.2007. Komposisi dan keragaman jenis plankton di perairan teluk Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. [Jurnal]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanudin, Makasar.
Wardhana,W. 2003. Teknik sampling, pengawetan dan analisis plankton dalam pelatihan teknik sampling dan identifikasi plankton, Balai pengembangan dan pengujian mutu perikanan,Jakarta 7-8 mei 2003, Departemen Biologi FMIPA-UI, Jakarta.
Chaerani,N 2000. Kerapatan, Frekuensi dan Tingkat Penutupan Jenis Mangrovo di Desa Coppo Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatra Utara, Medan. 69 halaman.
Dahuri, R. 1995, Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi Institut Pertanian, Bogor.
18