BIOSCIENTIAE Volume 11, Nomor 1, Januari 2014, Halaman 48-59 http:/fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae
KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI SERBUK SARI PADA 5 SPECIES Bougainvillea
1
Hery Purnobasuki1*, Etik Purwandari1 dan Thin Soedarti1 Departemen Biologi, Fakultas sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo (Kampus c Unair) Surabaya – 60115 *
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman morfologi serbuk sari pada spesies Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea glabra, Bougainvillea buttiana, Bougainvillea rosenka, dan Bougainvillea blossom. Karakter kuantitatif dan kualitatif dari morfologi serbuk sari dianalisis secara deskriptif. Untuk karakter kuantitatif dilakukan pengukuran secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi serbuk sari dari 5 species Bougainvillea adalah beranekaragam. Keanekaragaman morfologi serbuk sari terdapat pada bentuk serbuk sari (bulat, lonjong, dan segitiga), tipe ukiran (clavat, dan reticulat), pola ukiran serbuk sari (jaring-jaring, segilima tak beraturan, segienam tak beraturan, dan garisgaris panjang), dan lapisan eksin. Serbuk sari paling panjang adalah 282,3±0,002 µm terdapat pada Bougainvillea glabra, sedangkan panjang serbuk sari paling pendek adalah 251,2±0,004 µm. Lebar serbuk sari paling panjang adalah 250,3±0,01 µm, sedangkan lebar serbuk sari paling pendek adalah 200,3±0,005 µm. Persamaan terdapat dalam hal inaperturate (tanpa ada pori di dindingnya), pahatan ruga dan tipe soliter. Berdasarkan hasil deskripsi karakter morfologi serbuk sari dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis, karena ada yang memiliki ukuran dengan kisaran yang jelas berbeda dan ada pula yang tumpang tindih. Kata kunci: Bougainvillea, morfologi serbuk sari, tipe ukiran serbuk sari
merupakan tanaman yang memiliki bunga
PENDAHULUAN Angiospermae
merupakan
unik. Hal ini dikarenakan Bougainvillea
tumbuhan berbunga yang dominan di bumi.
memiliki
Banyak
menyebabkan
(Tjitrosoepomo, 2005). Dengan adanya
dominansi Angiospermae, diantaranya ialah
lokblad ini, maka Bougainvillea lebih
kemampuan bertahan hidup, bereproduksi
mudah diidentifikasi dan lebih mudah
hampir di segala keadaan lingkungan, serta
dibedakan dari tanaman berbunga lainnya.
pembentukan
Untuk
faktor
yang
bunga,
buah,
dan
biji
(Sutarmi, 1986).
daun
pemikat
kepentingan
atau
lokblad
identifikasi
dan
klasifikasi suatu tanaman, maka diperlukan
Bougainvillea sebagai salah satu
adanya data-data tentang bunga dan serbuk
tanaman dari sub divisi Angiospermae
sari. Dengan klasifikasi, suatu kelompok 48
BIOSCIENTIAE 2014 tanaman dapat dikenali dan memudahkan penyebaran informasi tentang tanaman
tentang serbuk sari Bougainvillea secara jelas dan rinci dari segi biologi untuk
tersebut (Jeffrey, 1982). Jumlah spesies Bougainvillea yang
kepentingan taksonomi. Penelitian ini mempelajari lima
terdapat di Indonesia relatif tinggi, yaitu 8 dari 14 spesies yang ada di dunia (Anonim, 2006a). Penelitian yang pernah dilakukan sampai saat ini pada Bougainvillea adalah pemanfaatan sebagai obat, yaitu mengobati penyakit bisul, biang keringat, keputihan, nyeri haid serta melancarkan haid yang tidak teratur (Dalimartha, 2008). Fase hidup dan fotosintesis (klorofil) tanaman
spesies dari genus Bougainvillea. Dengan adanya
keanekaragaman
Bougainvillea,
maka
jenis
diharapkan
data
karakter morfologi serbuk sari seperti bentuk, ukiran, ukuran, tipe, dan tipe pahatan lapisan luar serbuk sari dapat menambah
karakter
taksonomi
suatu
tanaman.
Bougainvillea dengan menggunakan etanol juga pernah diteliti oleh Hossain et al., (2007). Penelitian dalam bidang taksonomi
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
diantaranya
van
Steenis
(2002)
dan
Tjitrosoepomo (1996). Oleh karena masih sedikitnya penelitian tentang taksonomi
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Biologi Reproduksi bagian Kultur Jaringan Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi selama 5 bulan, mulai bulan Januari sampai
tanaman Bougainvillea, maka diperlukan penelitian lagi untuk menambah karakter taksonomi tanaman Bougainvillea. Dengan
bulan Mei 2009. Bahan Penelitian Bahan tanaman yang digunakan yaitu tanaman Bougainvillea yang berasal
adanya taksonomi, maka tanaman akan mudah
dikenali
dan
(Tjitrosoepomo, 1996).
diidentifikasi Hingga saat ini
dari lima spesies Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea buttiana,
glabra, Bougainvillea
Bougainvillea rosenka,
Bougainvillea blossom. Bahan tanaman belum banyak penelitian yang menjelaskan
tersebut didapatkan dari daerah di sekitar 49
BIOSCIENTIAE 2013 kampus C Universitas Airlangga, di pasar
berperekat kecil, selanjutnya diberi label
bunga Kalibokor, dan di pasar bunga
spesies.
Kayoon
Surabaya.
Bahan
lain
yang
diperlukan yaitu asam asetat glasial, asam
B. Pengamatan
sulfat pekat, natrium chlorat, dan safranin. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam
Kelima plastik berperekat kecil yang sudah diberi label, masing-masing diambil untuk diamati morfologi bunga dan
penelitian ini meliputi mikroskop cahaya,
serbuk
sarinya.
Pengamatan
karakter
obyek glass, cover glass, mikrometer,
morfologi serbuk sari meliputi bentuk
tabung reaksi, penggaris, tisu, cutter (silet),
serbuk sari, ukiran serbuk sari, ukuran
pinset, plastik kecil berperekat, kuas, dan
(panjang, lebar, dan diameter serbuk sari),
kamera digital.
tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar dari serbuk sari. Selanjutnya teknik
Prosedur Kerja
mengamati serbuk sari adalah sebagai
A. Persiapan alat dan bahan penelitian
berikut : serbuk sari yang diambil dari
Menyiapkan semua peralatan dan
kepala sari, dikumpulkan dalam tabung
yang diperlukan dalam proses
reaksi yang sudah diisi dengan asam asetat
penelitian. Bahan penelitian yaitu kepala
glasial. Kemudian memindahkan bahan
sari dari 5 spesies Bougainvillea masing-
dalam tabung sentrifus, lalu disentrifus
masing ditempatkan pada 5 kertas kecil
pada 1000 rpm selama 5 menit. Setelah itu
berperekat untuk penyimpanan sementara
cairan
sampai waktu penelitian. Penyimpanan
campuran dari asam asetat glasial dengan
serbuk sari sementara dapat dilakukan di
asam sulfat pekat dengan perbandingan 9:1
laboratorium pada suhu antara 2o-8o C dan
(dalam membuat campuran ini, asam sulfat
pada kelembaban udara antara 10% sampai
pekat selalu ditambahkan setetes demi
50%. Pengambilan kepala sari yang baik
setetes ke dalam asam asetat glasial).
diperoleh dari kuncup bunga yang telah
Kemudian
dewasa dan hampir merekah (karena pada
tersebut dalam waterbath pada suhu 600 C
saat itu ruang sarinya belum pecah dan
selama 5-10 menit. Setelah itu pemanasan
berisi penuh dengan serbuk sari yang
dihentikan, tabung diambil dan didiamkan
memiliki daya tumbuh tinggi) (Darjanto &
selama 15 menit. Kemudian disentrifus
Satifah, 1990). Setelah meletakkan masing-
pada 1000 rpm selama 5 menit dan setelah
masing kepala sari dan bunga pada kertas
itu cairan dibuang dan diganti dengan
bahan
dibuang
dan
memanaskan
diganti
dengan
tabung-tabung
akuades. Lalu diamati di bawah mikroskop. 50
BIOSCIENTIAE 2013 Apabila
maka
meliputi warna daun pemikat, bentuk daun
dilakukan bleaching dengan menggunakan
pemikat (ujung, pangkal, tepi), ukuran
2 ml asam asetat glasial ditambah 2-3 tetes
tenda bunga (panjang leher dan diameter
Natrium
HCl,
bibir), panjang leher (daerah perlekatan
kemudian disentifus pada 1000 rpm selama
leher, panjang keseluruhan dari leher),
5 menit. Setelah itu cairan dibuang dan
warna motif pada tonjolan 5 lengan, warna
endapannya dicuci dengan akuades 2-3 kali,
leher dan bibir permukaan bawah, warna
dimana setiap pencucian harus disentrifus
dan bentuk (ujung) kepala putik, panjang
lagi pada 1000 rpm selama 5 menit.
tangkai putik, tinggi putik terhadap benang
Kemudian dilakukan pewarnaan dengan
sari, panjang dan lebar bakal buah, warna
safranin 0,01% dan disentrifus pada 1000
dan bentuk benang sari, panjang benang
rpm selama 5 menit. Safranin dibuang dan
sari
dicuci dengan akuades 2-3 kali, setiap
Sedangkan
pencucian disentrifus lagi pada 1000 rpm
keanekaragaman morfologi serbuk sari dari
selama 5 menit.
Setelah itu dilihat di
kelima spesies Bougainvillea dilakukan
bawah mikroskop cahaya yang terdapat
dengan mengamati bentuk, ukiran, ukuran,
mikrometer didalamnya untuk mengukur
tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan
panjang, lebar, dan diameter serbuk sari
luar
menggunakan obyek glass dan cover glass
dilakukan setiap minggu selama 16 minggu.
(Soerodikoesoemo,
Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
antara
masih
terlihat
chlorat
dan
2-3 tetes
1987).
mikrometer
gelap,
Sebelumnya
okuler
tipe
pendek
dan
tipe
untuk
serbuk
sari.
panjang. mengamati
Pengambilan
data
dengan
mikrometer objektif harus ditera terlebih
HASIL
dahulu. Untuk karakter morfologi serbuk sari yang lain seperti bentuk serbuk sari, ukiran serbuk sari, tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar akan dideskripsikan setelah mengamati preparat di dalam mikroskop
dan
mencocokkan
gambar
1.
Bougainvillea spectabilis Pada
Bougainvillea
spectabilis,
serbuk sarinya memiliki bentuk seperti segitiga
yang
menggelembung
atau
membesar disetiap sudut dengan lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran yang
dengan literatur.
bertipe reticulat (Gambar 1.). Tipe reticulat memiliki arti bentuk ukiran memanjang
C. Pengumpulan Data Untuk mengetahui keanekaragaman morfologi
bunga
dilakukan
dengan
horizontal menyerupai pola jaring-jaring (Kapp, 1969).
mengamati karakter morfologi bunga yang 51
BIOSCIENTIAE 2013
Gambar 1. Morfologi serbuk sari Bougainvillea spectabilis dengan bentuk segitiga yang menggelembung atau membesar di setiap sudutnya. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya berbentuk bulat membentuk rantai yang tidak terputus, bertipe reticulat. Skala : 40 µm. Bougainvillea buttiana dari bentuk, Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea spectabilis berbentuk bulat
susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan
yang
lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea
bergandengan
membentuk
suatu
rantai yang tidak terputus. Serbuk sari
spectabilis
dapat
dibedakan
dengan
Bougainvillea spectabilis memiliki panjang
Bougainvillea rosenka dari bentuk, susunan
251,2±0,004 µm dan lebar 200,5±0,01 µm.
ukiran, panjang dan lebar serbuk sari.
Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate,
Bougainvillea spectabilis dapat dibedakan
artinya tanpa ada pori di dindingnya (Kapp,
dengan Bougainvillea blossom dari bentuk,
1969). Tipe pahatan lapisan luarnya adalah
susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin,
ruga, yang berarti kerutan memanjang
panjang dan lebar serbuk sari.
dengan arah yang berbeda dari tipe sulkus dan kolpa (Erdtman, 1954). Serbuk sari dari Bougainvillea spectabilis adalah soliter.
2.
Bougainvillea glabra Pada Bougainvillea glabra, serbuk
Bougainvillea
sarinya memiliki bentuk lonjong dengan
spectabilis dapat dibedakan dengan serbuk
lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran
sari Bougainvillea glabra dari bentuk,
yang bertipe reticulat (Gambar 2.). Ukiran
susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk
dari serbuk sari Bougainvillea glabra
sari. Serbuk sari Bougainvillea spectabilis
berbentuk segilima tidak beraturan yang
dapat dibedakan dengan serbuk sari
bergandengan membentuk suatu rantai
Serbuk
sari
yang tidak terputus.
52
BIOSCIENTIAE 2014
Gambar 2. Morfologi serbuk sari Bougainvillea glabra dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya membentuk segilima tidak beraturan, bertipe reticulat. Skala : 31,29 µm. Serbuk sari Bougainvillea glabra dibedakan dengan Bougainvillea rosenka memiliki panjang 282,3±0,02 µm dan lebar
dari susunan ukiran, panjang dan lebar
250,3±0,01 µm. Tipe serbuk sarinya adalah
serbuk sari. Bougainvillea glabra dapat
inaperturate. Tipe pahatan lapisan luarnya
dibedakan dengan Bougainvillea blossom
adalah ruga. Serbuk sari Bougainvillea
dari bentuk, susunan ukiran, tipe
glabra adalah soliter.
ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar
Serbuk sari Bougainvillea glabra dapat
dibedakan
Bougainvillea
dengan
spectabilis
serbuk dari
serbuk sari.
sari
bentuk,
3.
Bougainvillea buttiana
susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk
Pada Bougainvillea buttiana, serbuk
sari. Serbuk sari Bougainvillea glabra
sarinya memiliki bentuk lonjong dengan
dapat
sari
lapisan eksinnya sedikit bergelombang dan
Bougainvillea buttiana dari susunan ukiran,
memiliki ukiran yang bertipe reticulat
lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari.
(Gambar 3.).
dibedakan
dengan
serbuk
Serbuk sari Bougainvillea glabra dapat
53
BIOSCIENTIAE 2014 Ukiran
dari
sari
Bougainvillea buttiana dapat dibedakan
Bougainvillea buttiana berbentuk segienam
dengan Bougainvillea blossom dari bentuk,
tidak beraturan tetapi terdapat bagian yang
susunan ukiran, tipe ukiran, panjang dan
terputus.
lebar serbuk sari.
Serbuk
sari
serbuk
Bougainvillea
buttiana memiliki panjang 275,4±0,002 µm
Gambar 3. Morfologi serbuk sari Bougainvillea buttiana dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya bergelombang. uk, ukirannya membentuk segienam tidak beraturan tetapi terdapat bagian yang terputus, bertipe reticulat. Skala : 42 µm. dan lebar 210,3±0,001 µm. Tipe serbuk
4.
Bougainvillea rosenka
sarinya adalah inaperturate. Tipe pahatan
Pada Bougainvillea rosenka, serbuk
lapisan luarnya adalah ruga. Serbuk sari
sarinya memiliki bentuk lonjong dengan
Bougainvillea buttiana adalah soliter.
lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran
Serbuk sari Bougainvillea buttiana
yang bertipe reticulat (Gambar 4.). Ukiran
dibedakan
sari
dari serbuk sari Bougainvillea rosenka
bentuk,
berbentuk segienam tidak beraturan seperti
dapat
Bougainvillea
dengan
spectabilis
serbuk dari
susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan
rantai yang tidak terputus.
lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea
Serbuk sari Bougainvillea rosenka
buttiana dapat dibedakan dengan serbuk
memiliki panjang 275,4±0,01 µm dan lebar
sari Bougainvillea glabra dari susunan
225,7±0,006 µm. Tipe serbuk sarinya
ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar
adalah inaperturate. Tipe pahatan lapisan
serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea
luarnya
buttiana
Bougainvillea rosenka adalah soliter.
dapat
dibedakan
dengan
adalah
ruga.
Serbuk
sari
Bougainvillea rosenka dari lapisan eksin, panjang
dan
lebar
serbuk
sari. 54
BIOSCIENTIAE 2014
Gambar 4. Morfologi serbuk sari Bougainvillea rosenka dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya membentuk segienam tidak beraturan seperti rantai yang tidak terputus, bertipe reticulat. Skala : 39,34 µm. Serbuk sari Bougainvillea rosenka dapat dibedakan dengan Bougainvillea
mengkerut atau ujungnya seperti bentuk tongkat (Kapp, 1969).
spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari
Ukiran
dari
serbuk
sari
Bougainvillea rosenka dapat dibedakan
Bougainvillea blossom berbentuk garis-
dengan Bougainvillea glabra dari susunan
garis panjang seperti tertuju pada satu titik
ukiran, panjang dan lebar serbuk sari.
pusat dengan ujungnya berbentuk bulatan.
Serbuk sari Bougainvillea rosenka dapat
Serbuk
dibedakan dengan Bougainvillea buttiana
memiliki diameter 275,4±0,001 µm. Tipe
dari lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk
serbuk sarinya adalah inaperturate, artinya
sari. Serbuk sari Bougainvillea rosenka
tanpa ada pori di dindingnya (Kapp, 1969).
dengan serbuk sari Bougainvillea blossom
Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga.
dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran,
Serbuk sari Bougainvillea blossom adalah
lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari.
soliter.
sari
Bougainvillea
Bougainvillea
dapat
Bougainvillea blossom
dibedakan
Pada Bougainvillea blossom, serbuk
spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, tipe
sarinya memiliki bentuk bulat dengan
ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar
lapisan
dan
serbuk sari. Bougainvillea blossom dapat
clavat
dibedakan dengan Bougainvillea glabra
(Gambar 5.). Tipe clavat memiliki arti
dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran,
ukiran yang lebih kasar dengan pusat yang
lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari.
5.
memiliki
eksinnya ukiran
bergelombang yang
bertipe
dengan
blossom
blossom
Bougainvillea
55
BIOSCIENTIAE 2014 Bougainvillea blossom dapat dibedakan
ada
dengan Bougainvillea buttiana dari bentuk,
menggelembung
susunan ukiran, tipe ukiran, panjang dan
(Bougainvillea spectabilis).
lebar serbuk sari. Bougainvillea blossom
yang
berbentuk di
Lapisan
eksin
segitiga setiap
yang
sudutnya
serbuk
sari
dengan serbuk sari Bougainvillea rosenka
Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea
dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran,
glabra, dan Bougainvillea rosenka adalah
lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari.
rata, sedangkan lapisan eksin serbuk sari
Dari
kelima
spesies,
terlihat
yang
bergelombang
terdapat
pada
keanekaragaman morfologi serbuk sari. Hal
Bougainvillea buttiana dan Bougainvillea
ini terlihat dari bentuk serbuk sari, lapisan
blossom.
eksin, ukuran serbuk sari, ukiran serbuk
Serbuk sari paling panjang adalah
sari, dan susunan ukiran serbuk sari.
282,3±0,002
µm
terdapat
pada
Persamaan dari kelima spesies terdapat
Bougainvillea glabra, sedangkan panjang
Gambar 5. Morfologi serbuk sari Bougainvillea blossom dengan bentuk bulat. ek, eksinnya bergelombang. uk, ukirannya membentuk garis-garis panjang seperti tertuju pada titik pusat dengan bagian ujungnya terdapat bentuk bulatan, bertipe clavat. Skala : 39,34 µm. pada tipe pahatan lapisan luar adalah ruga,
serbuk
tipe serbuk sari adalah inaperturate, dan
251,2±0,004 µm. Lebar serbuk sari paling
pola serbuk sari adalah soliter.
panjang adalah 250,3±0,01 µm, sedangkan
Serbuk sari tanaman Bougainvillea ada yang berbentuk bulat (Bougainvillea blossom), ada yang berbentuk lonjong (Bougainvillea
glabra,
Bougainvillea
buttiana dan Bougainvillea rosenka), dan
sari
paling
pendek
adalah
lebar serbuk sari paling pendek adalah 200,3±0,005 µm. Ukiran
serbuk
sari
tanaman
Bougainvillea umumnya memiliki tipe reticulat,
kecuali
pada
spesies 56
BIOSCIENTIAE 2014 Bougainvillea blossom yang memiliki tipe
dengan keanekaragaman dalam morfologi
ukiran clavat. Dari kelima spesies, bentuk
bunga pada tanaman genus Bougainvillea.
dan ukiran Bougainvillea glabra dan Bougainvillea
rosenka
dilihat
dapat diketahui bahwa serbuk sari yang
sekilas hampir sama. Perbedaannya adalah
memiliki bentuk bulat memiliki panjang
jika pada Bougainvillea glabra, ukirannya
275,4±0,001 µm terdapat pada spesies
membentuk segilima tidak beraturan tetapi
Bougainvillea blossom. Hal ini berarti
terdapat
dan
serbuk sarinya dimasukkan ke dalam
ukirannya juga lebih besar dan jarang,
kelompok giganta (yang berarti berukuran
tetapi pada serbuk sari dari Bougainvillea
raksasa, lebih dari 200 mikron) berdasarkan
rosenka ukirannya membentuk segienam
ukurannya (Fahn, 1995).
bagian
yang
apabila
Dari karakter morfologi serbuk sari
terputus
tidak beraturan seperti rantai yang tidak
Dari hasil pengamatan diketahui
terputus, ukirannya lebih kecil dan rapat
bahwa serbuk sari pada tanaman satu genus
bila dibandingkan dengan Bougainvillea
Bougainvillea memiliki bentuk bermacam-
glabra.
macam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dlund, et al.,(2005) yang menyatakan bahwa tanaman dalam
PEMBAHASAN
satu genus memiliki bentuk serbuk sari
Dari karakter morfologi serbuk sari
bermacam-macam. Erdtman (1954), juga
dapat diketahui bahwa tanaman genus
menyatakan bahwa bentuk, ukiran dan tipe
Bougainvillea
memiliki
serbuk sari dapat berbeda-beda sesuai
keanekaragaman. Keanekaragaman yang
dengan tingkat kematangan dari serbuk sari.
dimaksud adalah terdapat perbedaan dalam
Bentuk serbuk sari yang berbeda
morfologi
juga
serbuk
genus
mengarah pada perbedaan tingkat spesies.
Bougainvillea. Perbedaan dalam morfologi
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
serbuk sari pada tanaman Bougainvillea
dilakukan oleh Chia & Tseng (2003)
terdapat pada bentuk serbuk sari, ukiran
menggunakan genus Dumasia, dimana
dari serbuk sari, susunan ukiran serbuk sari,
bentuk
dan
Sedangkan
Tumbuhan dalam 1 genus memiliki bentuk
persamaannya terdapat pada tipe serbuk
serbuk sari yang berbeda, tetapi tumbuhan
sari,
dalam 1 spesies memiliki bentuk serbuk
lapisan
dan
tipe
sari
eksin.
pahatan
pada
lapisan
luar.
Keanekaragaman dalam morfologi serbuk
serbuk
sarinya
berbeda-beda.
sari yang sama.
sari pada tanaman genus Bougainvillea
Menurut Fahn (1995), butir serbuk
tidak begitu banyak apabila dibandingkan
sari lonjong dijumpai pada tumbuhan 57
BIOSCIENTIAE 2014 monokotil dibanding dikotil. Bougainvillea
yang bergelombang. Struktur serbuk sari
merupakan salah satu tumbuhan dikotil
yang berbeda sering didasarkan pada
yang juga memiliki bentuk serbuk sari
susunan yang bervariasi. Susunan serbuk
lonjong, bahkan pada umumnya tanaman
sari dapat tersebar dan tidak teratur, tidak
Genus Bougainvillea memiliki serbuk sari
terputus
dengan bentuk lonjong. Spesies yang
reticulate, striate, atau rugulate (Kapp,
memiliki
1969).
bentuk
serbuk
sari
lonjong
diantaranya adalah Bougainvillea glabra, dan Bougainvillea buttiana.
dan
teratur,
atau
bentuknya
Pada serbuk sari selain terdapat lapisan intin juga terdapat lapisan eksin.
Pada hasil pengamatan kepala sari
Struktur
lapisan
eksin
memiliki
pori
terdapat bentuk kepala sari yang pecah
(lubang-lubang kecil), hanya saja pada
menjadi 2 bagian yang terdapat pada
serbuk sari tanaman Bougainvillea tidak
spesies Bougainvillea glabra dan terdapat
memiliki pori, yang terlihat jelas hanya
bentuk kepala sari yang hampir pecah
ukiran dan bentuk dari serbuk sari sehingga
(membuka) yang terdapat pada spesies
dikategorikan dalam tipe inaperturate. Pori
Bougainvillea
buttiana.
Hal
ini
ini hanya terlihat jelas apabila serbuk sari
menunjukkan
bunganya
telah
siap
hendak berkecambah (Darjanto & Satifah,
melakukan penyerbukan (polinasi). Jika
1990).
serbuk sari jatuh pada kepala putik yang
Penyebaran serbuk sari di alam dan
cocok, serbuk sari akan berkecambah
terjadinya penyerbukan pada umumnya
(Tjitrosoemo, 1986).
bergantung pada banyaknya bunga yang
Ukiran serbuk sari pada tanaman
mekar; kekuatan atau kecepatan arus angin;
Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea
berat butir-butir serbuk sari; jarak antara
glabra,
berbagai
Bougainvillea
buttiana,
dan
jenis
tanaman;
arah
angin;
Bougainvillea rosenka adalah reticulat
rintangan-rintangan yang terdapat dekat
(kecuali
yang
tanaman (pagar yang tinggi, pohon-pohon
memiliki ukiran serbuk sari tipe clavat),
besar, rumah bertingkat); keadaan cuaca,
oleh karena itu tanaman Bougainvillea
kelembaban udara, curah hujan; panas
tersebut
matahari, suhu udara (Darjanto & Satifah,
Bougainvillea
masuk
dalam
blossom
satu
genus.
Meskipun ukiran dari serbuk sarinya sama,
1990).
Pada
serbuk
sari
tanaman
tetapi bentuk dari serbuk sari tersebut
Bougainvillea, hal ini lebih dikarenakan
berbeda-beda. Demikian juga dengan pola
karena faktor banyaknya bunga yang mekar.
lekukan dari lapisan eksin serbuk sari yang
Bunga dari tanaman Bougainvillea sangat
berbeda-beda, ada yang rata dan ada juga
sulit mekar dan dibutuhkan waktu yang 58
BIOSCIENTIAE 2014 lama untuk mekar. Apabila mekar, pada tiga rangkaian daun pemikat yang terdapat
Erdtman, G. 1954. An Introduction to pollen Analysis. The Chronica Botanica Company. America.
3 calon bunga hanya 1 bunga saja yang mekar, sedangkan 2 yang lain masih dalam keadaan
belum
mekar.
Jarang
sekali
ditemukan 2 bunga yang mekar dalam 3 rangkaian daun pemikat, apalagi ditemukan 3 bunga yang semuanya dalam keadaan mekar.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006a. http:/ id.ditihias.hortikultura.deptan.go.id/ budidaya/ showpott.php? varietas= Bougainvillea. (akses 20 Oktober 2008). Chia, U & Tseng, G. 2003. Anther and Pollen Wall Development in Dumasia miaoliensis. Liu and Lu (Fabaceae). Taiwania, 48 (4): 273-281. Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Anggota IKAPI. Jakarta. Darjanto & Satifah, S. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT Gramedia. Jakarta. Dlund, E., Swanson, R., & Preuss, D. 2005. Pollen and Stigma Structure and Function: The Role of Diversity in Pollination. The Plant Cell, Vol. 16, S84S97.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hossain, S., Boyce, N., & Osman, N. 2007. Postharvest Quality, Vase Lifeand Photosynthetic Yield (Chlorophyll Fluorescence of Bougainvillea Flower by Applyng Ethanol). Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 1(4): 733-740. Jeffry, C. 1982. An Introduction to Plant Taxonomy. Second Edition. Cambridge University Press. Great Britain. Kapp, R. O. 1969. How To Know Pollen and Spores. WM. C. Brown Company. America. Soerodikoesoemo, W. 1987. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sutarmi, S. 1986. Bandung.
Botani.
Angkasa.
Tjitrosoepomo, G. 1996. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tjitrosoemo, S. 1986. Botani Umum 3. Angkasa. Bandung. Van Steenis. 2002. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
59