JALAN SUTERA ABAD 21
KATA SAMBUTAN Chalik Hamid UNTUK memberikan kata sambutan atas terbitnya buku baru Bung Suar Suroso yang diberi judul Jalan Sutera Abad 21, saya berusaha menampilkan sebuah negara sosialis di Eropa dan sebuah lagi desa kecil yang merupakan cerminan negeri sosialis Tiongkok di Asia. Saya berusaha meninjau kelebihan dan kekurangan negeri‐negeri ini dalam praktik sosialis di masa lalu dan sekarang. Negeri itu adalah Albania yang berkedudukan di Eropa dan sebuah Desa Huaxi yang merupakan bagian dari Tiongkok di Asia. Dalam pelaksanaan praktik Marxisme–Leninisme di negeri negeri sosialis, sering terjadi kesalahan yang bisa menimbulkan kehancuran negeri tersebut. Sebagai contoh saya melihat kejadian itu di Albania. Mengapa saya mengambil contoh Albania? Karena saya mengalami langsung di negeri ini selama seperempat abad, selama dua puluh lima tahun. Partai Buruh Albania yang sebelumnya adalah Partai Komunis Albania, yang sejak semula diketuai oleh Anwar Hoja, (di Albania ditulis: Enver Hoxha), setelah menumbangkan kekuasaan kaum feodal dalam negeri dan mengusir kekuasaan fasis Jerman, berhasil menegakkan pemerintahan demokrasi rakyat. Dari sistem feodal, negeri ini langsung melompat memasuki sistem demokrasi rakyat. Dia tidak mengalami sistem kapitalis,seperti yang dialami negeri sosialis lainnya di dunia. Negeri itu membentuk koperasi‐koperasi pertanian dan perusahaan pertanian negara (ferma). Koperasi pertanian dipimpin oleh pengurus yang dipilih oleh rakyat yang merupakan anggota koperasi. Para anggota koperasi merupakan penduduk desa yang tergabung dalam sebuah koperasi. Sedangkan perusahaan pertanian negara, yang disebut ferma, adalah milik negara dikelola oleh pemerintah daerah masing‐masing. Para pekerjanya adalah penduduk (warga) yang berdekatan dengan tempat perusahaan pertanian tersebut. Baik koperasi maupun perusahaan pertanian negara, pada pokoknya bergerak di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan buah‐buahan. Bidang‐bidang lainnya seperti industri berat dan ringan, pabrik tembaga, pabrik tenun, pembangkit listrik (hidrocentral), pabrik porselen, dan lain‐lain, sepenuhnya berada di tangan pemerintah/negara. Apakah ada kesalahan yang kita jumpai dalam pengembangankoperasi dan perusahaan pertanian negara ini? Ya, ada! Yang paling pokok dan utama adalah warga tidak diberi tanah semacam halaman untuk bercocok tanam guna kebutuhan hidup mereka.
1
Misalnya untuk bertanam sayur‐sayuran guna kebutuhan makan mereka sehari‐hari. Warga tidak diperbolehkan beternak hewan besar seperti sapi, untuk memperoleh susu dan keju. Yang diperkenankan hanyalah ternak kecil seperti ayam. Padahal penduduk membutuhkan susu dan keju untuk hidupnya. Semua kebutuhan hidup harus dibeli di koperasi, padahal penghasilan mereka dari koperasi sangat terbatas dan sedikit. Koperasi sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan kaum tani sehari‐hari, dari hasil pertanian dan peternakan. Pemerintah beralasan seolah hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian ideologi proletariat, jangan sampai warga berkembang menempuh kembali ideologi burjuis. Pemberian sebidang tanah dan pemeliharaan hewan besar dianggap oleh pemerintah akan mengembangkan ideologi burjuis. Di kalangan atas juga terjadi perbedaan cara hidup sangat mencolok. Untuk ketua Partai dan para anggota Politbiro masing‐masing disediakan kendaraan Mercedes‐Benz, seluruh anggota Comite Central mendapatkan mobil Fiat buatan Italia.Penduduk biasa seperti buruh dan tani, sama sekali tidak diperbolehkan memiliki kendaraan bermotor. Mereka paling‐paling hanya memiliki sepeda yang sangat sulit untuk diperoleh karena benda ini merupakan barang impor. Di jalan‐jalan umum kita tidak menemukan kesibukan atau kemacetan, karena penduduk tidak memiliki kendaraan bermotor seperti yang terdapat di negeri‐negeri lain. Ketimpangan‐ketimpangan ini tentu saja menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan rakyat. Belum lagi masuk ke masalah makanan. Di kalangan atas yang mencakup anggota Politbiro Partai Buruh Albania dibandingkan dengan kehidupanwarga, juga terdapat perbedaan yang menyentuh hati. Anggota Politbiro mengonsumsi makanan yang ditanam di perkebunan khusus untuk mereka. Para pemimpin itu memiliki perkebunan yang menghasilkan sayuran dan perkebunan buah‐buahan khusus untuk para pemimpin. Untuk mereka disediakan peternakan khusus untuk susu, keju, dan daging yang berbeda dengan yang dikonsumsi rakyat biasa. Warga memperoleh makanan dari pasar bebas, dari warung‐warung dan kedai‐kedai, yang memperolehnya dengan antrean panjang. Kualitas makanannya jauh berbeda dengan makanan para pemimpin. Sebagai akibatnya, terbuka lapisan masyarakat baru dalam sistem sosialis, sebagai akibat salah urus, sebagai akibat kekeliruan dalam penerapan Marxisme–Leninisme. Hal demikian bukan hanya terjadi di Albania, tetapi juga di negeri‐negeri sosialis Uni Sovyet dan Eropa Timur lainnya seperti Hongaria, Bulgaria, Rumania, Cekoslawakia, Polandia, dan lain‐lainnya. Saya juga melihat, ada lagi sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Partai Buruh Albania pada waktu itu. Partai masih terus memelihara dan memupuk “dosa keturunan”. Jika ada seorang kakek atau ayah melakukan kesalahan dalam perjuangan melawan feodalisme dan membasmi fasisme Jerman di Albania, maka dosa kesalahan itu akan turut diderita oleh
2
sang anak berikut keturunan selanjutnya. Sang anak dan generasi keturunan selanjutnya tidak akan mendapatkan pelayanan yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Sang anak dan generasi keturunan selanjutnya akan terus‐menerus turut menanggung beban apa yang dilakukan sang kakek atau ayah di masa lalu. Mereka tidak akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan yang sama dengan warga lainnya. Keturunan “bekas penjahat” ini selalu mendapatkan pekerjaan yang lebih berat, seperti di pertambangan dalam tanah, pabrik pengecoran, dan pekerjaan pertanian. Mereka selalu diremehkan dan dicemoohkan dalam kehidupan sehari‐hari. Hal ini persis seperti yang dilakukan oleh pemerintah orde baru rezim fasis Jenderal Soeharto terhadap keturunan anggota Partai Komunis Indonesia dan pengikut Bung Karno. Kebejatan tersebut masih berlaku hingga saat ini, di mana rekonsiliasi belum pernah dilakukan dan Tap MPRS No.XXV/1966 belum dicabut dan dimusnahkan. Para pengikut rezim orde baru Soeharto masih terus berkuasa dan bercokol dalam kekuasaan negara RI. Kelemahan lainnya kita jumpai juga di bidang komunikasi dan propaganda, misalnya dalam hubungan penyiaran di TV dan radio. Di kalangan pimpinan diadakan saluran khusus untuk mengetahui perkembangan di luar negeri dengan mengikuti siaran TV/radio dari berbagai stasiun penyiaran negeri‐negeri lainnya. Sedangkan warga biasa hanya diperbolehkan mengikuti siaran dalam negeri yang disalurkan lewat TV/radio ibu kota Tirana. Untuk mengetahui perkembangan negeri‐negeri lainnya, warga secara diam‐diam membuat “antena liar” untuk memperoleh berita dan perkembangan lainnya di luar negeri, seperti di bidang olahraga dan kebudayaan. Di tempat‐tempat kerja, di pabrik, warga membuat antena televisi agar bisa berhasil menangkap siaran dari luar negeri. Mereka selalu melihat siaran TV dari Roma (Italia) dan Belgrado (Yugoslavia) secara diam‐diam dan sembunyi. Jika diadakan festival internasional atau pertandingan bola dunia, warga pasti melihatnya dengan menggunakan antena liar. Secara resmi pemerintah melarang warga melihat siaran TV lainnya dari luar negeri, warga hanya diperbolehkan mengikuti TV dan radio siaran dalam negeri. Bagi warga yang melanggar ketentuan pemerintah diambil tindakan hukum hingga masuk penjara. Mengapa pemerintah melakukan pemblokiran terhadap siaran‐siaran dari luar negeri bagi warganya? Alasannya sangat sederhana. Untuk menjaga kemurnian ideologi Marxisme–Leninisme. Di kalangan bawah dilakukan pemeliharaan ideology Marxisme–Leninisme, sedangkan di kalangan atas telah menyusup dan berkembang ideologi burjuis. Kepincangan‐kepincangan demikian ini terjadi sebagai akibat kesalahan pimpinan dalam menerapkan Marxisme–Leninisme di kalangan rakyat biasa, tidak satunya
3
ucapan dan perbuatan. Kelihatannya masalah seperti ini merupakan hal kecil, tetapi dalam kenyataan, hal demikian menjadi pendorong hancurnya negeri‐negeri sosialis di Eropa Timur dan di dunia. Ada lagi sebuah kejadian tragis yang terjadi bagi pimpinan Partai di Albania. Di saat‐saat akan berakhir dan runtuhnya pemerintahan sosialis di Albania, di kalangan pimpinan tertinggi Partai terjadi saling tuduh dan saling sikut, hingga pada akhirnya saling bunuh. Betapa tragisnya, beberapa anggota Politbiro Partai saling tembak yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh mati. Beberapa anggota Politbiro Partai yang merupakan kawan seperjuangan ketika bersama‐sama memusnahkan kaum feodal dan mengusir kaum fasis Jerman dari negerinya, pada akhirnya bentrok sendiri. Mereka gontok‐gontokan. Yang satu menuduh yang lain sebagai agen luar negeri untuk menumbangkan pemerintah Albania. Yang terakhir sekali adalah dibunuhnya Perdana Menteri Pemerintah Sosialis Albania, Mehmet Shehu. Oleh Ketua Partai Buruh Albania, orang ini dianggap sebagai agen ganda luar negeri yang berusaha menghancurkan Albania. Dia dituduh sebagai agen imperialisme Amerika Serikat dan sekaligus agen social imperialisme Uni Sovyet. Dia dibunuh dalam sebuah sidang. Kepada anggota masyarakat dan anggota Partai, dinyatakan bahwa perdana menteri itu melakukan bunuh diri, karena akal busuknya sudah diketahui. Namun kita juga tidak bisa menutup mata, melupakan segi‐segi positif dan kebaikan dalam sistem sosialis yang terdapat di negeri tersebut. Pelayanan kesehatan gratis yang diberikan kepada rakyat, sangat perlu dibanggakan. Jika ada warga menderita sakit, segera dibawa ke rumah sakit. Seluruh pemeriksaan dan pengobatan, warga tidak membayar satu sen pun. Demikian juga obat‐obat yang diperoleh dari apotek seluruhnya gratis, sama sekali tidak dibayar. Demikian juga dalam masalah pendidikan. Dalam semua jenjang pendidikan warga memperolehnya dengan gratis. Mulai dari penitipan bayi, taman kanak‐kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga pendidikan tinggi di universitas, semuanya dilakukan tanpa bayar. Kesempatan ini sangat terbuka bagi warga yang memiliki kemampuan untuk belajar. Bagi warga yang sudah bekerja, juga dibuka kesempatan untuk belajar pada malam hari. Betapa banyaknya jumlah kader sarjana yang dihasilkan dari sekolah malam hari, termasuk para sahabat dan teman dari Indonesia. Bagi warga yang telah berhasil menamatkan pendidikannya segera akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bakatnya. Tidak ada kekecualian, semua mendapatkan pekerjaan. Yang sangat menarik, semua pekerja akan menerima upah tidak jauh berbeda dalam jumlahnya. Seorang insinyur misalnya, menerima upah tidak jauh berbeda dengan seorang pekerja mesin bubut. Seorang dokter menerima gaji tidak jauh berbeda dengan seorang perawat. Demikian seterusnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin dalam sistem sosialis di Albania, mereka berusaha
4
untuk mengatasi atau mengurangi perbedaan gaya hidup yang berlebihan di masyarakat. Mereka berusaha mengatasi kesenjangan sosial jangan sampai terjadi di Albania. Pada waktu itu, Albania sama sekali tidak mengenal pengangguran. Semua penduduk dewasa memperoleh pekerjaan, di sana tidak ada manusia parasit. Demikian pula di bidang perumahan. Pemerintah melindungi warganya dengan memberikan perumahan. Memang pemerintah masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat. Apartemen terus dibangun dan dikembangkan. Warga desa diberi berbagai keringanan dan prioritas untuk membangun rumahnya. Bagi kaum buruh pabrik, pemerintah menyediakan bahan bangunan untuk membangun perumahan dengan kerja sukarela. Setelah apartemen selesai, buruh membaginya sesuai dengan ketentuan yang mereka atur sendiri. Dengan cara ini banyak kaum buruh dan warga yang tertolong untuk mengatasi masalah perumahan. Marxisme–Leninisme adalah sebuah ilmu. Sebagai ilmu, maka dia tidak pernah mandeg, tidak boleh berhenti pada satu titik. Ia akan selalu berkembang bersama ilmu‐ilmu lainnya. Marxisme–Leninisme termasuk masih muda dibandingkan dengan ilmu‐ilmu lainnya yang terdapat di dunia ini. Puncak pengujian kebenaran ilmu ini adalah ketika dimenangkannya Revolusi Oktober di Rusia pada tahun 1917. Dalam praktik proses pengembangannya masih selalu mengalami ganjalan. Selama puluhan tahun dalam praktik di berbagai negeri, akhirnya dia mengalami pukulan berat. Beberapa negeri sosialis yang menganut ajaran Marxisme–Leninisme, mengalami kehancuran. Tapi perlu dicatat bahwa Marxisme– Leninisme tak pernah mati. Ilmu itu tetap utuh dan bertahan.Namun dia masih perlu dikembangkan dan disempurnakan. Kini saya berusaha menampilkan sebuah contoh lain sebagai bahan banding dalam pelaksanaan dan pengembangan system sosialis yang didasari teori Marxisme–Leninisme. Sebuah desa di Tiongkok, bernama Huaxi, terletak di Provinsi Jiangsu, merupakan salah satu desa yang menganut paham sosialis yang didasari Marxisme–Leninisme. Huaxi adalah mininya Tiongkok yang besar. Merupakan desa teladan yang perlu dicontoh oleh desa‐desa lainnya di sana. Penduduk desa mengalami kemakmuran luar biasa. Setiap keluarga paling tidak memiliki sebuah rumah dan sebuah mobil. Perlengkapan rumah tangga keluarga, sudah dilengkapi dengan baik. Keluarga di Huaxi rata‐rata memiliki aset 150.000 dolar AS, pendapatan per kapita mencapai 2.000 dolar AS. Penduduk desa ini hidup dengan sejahtera yang diperoleh dari pabrik baja, besi, dan pabrik tekstil milik kolektif. Pada tahun 2008 saja, pabrik‐pabrik ini berhasil mengumpulkan 7,3 miliar dolar AS. Sejak kemerdekaan Tiongkok pada tahun 1949 hingga kini, Partai Komunis Tiongkok telah berhasil mengubah negeri itu dari negeri terbelakang menjadi sebuah negeri maju di dunia. Kedudukan perekonomian Tiongkok telah berhasil menduduki tempat kedua di dunia setelah AS.
5
Negeri‐negeri Eropa dan negeri‐negeri dunia lainnya tidak ada yang tidak mengenal barang produksi Tiongkok. Kini barang‐barang Tiongkok memenuhi pasar dunia. Di Eropa mulai barang‐ barang elektronik, porselen, bahan makanan, sampai tusuk sate dan tusuk gigi pun adalah produksi Tiongkok. Di tahun 1980‐an, ketika Tiongkok mulai mendorong kepemilikan perseorangan, Desa Huaxi berada di garis terdepan.Hasil dari pabrik baja dan pabrik‐pabrik lainnya digunakan untuk mengembangkan usaha lainnya. Mereka memperoleh sukses luar biasa. Warga Huaxi telah berhasil merealisasi mimpi mereka. Penduduk Huaxi yang berjumlah 400 kepala keluarga sekarang memiliki rumah bergaya Eropa, seluas 400–600 meter persegi, lengkap dengan mobilnya. Warga desa tersebut mendapat gaji pokok dan juga mendapat bonus tahunan. Menurut ketentuan yang ditetapkan bersama, 80 persen harus diinvestasikan ke dalam saham perusahaan, yang dengan demikian perusahaan akan terus berkembang dan membesar. Desa Huaxi yang menjadi kebanggaan Tiongkok ini, semoga bisa menjadi teladan bagi desa‐desa lainnya di Tiongkok. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai desa ini. Ada yang mengatakan desa ini menempuh jalan perpaduan sosialisme dengan kapitalisme. Ada yang mengatakan sudah sepenuhnya menempuh jalan kapitalisme. Banyak pula yang mengatakan inilah sosialisme berciri Tiongkok. Menurut pendapat saya, biarkan ilmu itu berkembang demi kemakmuran umat manusia, dengan sedapat mungkin menghindari penghisapan manusia atas manusia. Tulisan saya ini merupakan sambutan dalam rangka terbitnya buku Suar Suroso Jalan Sutera Abad 21. Buku ini sebenarnya melengkapi tulisan dalam buku Suar sebelumnya Pikir Itu Pelita Hati yang telah diterbitkan Ultimus Bandung beberapa waktu yang lalu. Saya melihat, kedua buah buku ini juga merupakan jawaban bagi beberapa teman yang berdiam di Eropa. Sekaligus merupakan pembelaan sosialisme dunia dewasa ini, termasuk sosialisme yang berkarakteristik Tiongkok, atau sosialisme berciri Tiongkok, atau sosialisme ala Tiongkok. Sepuluh bab tulisan dalam buku Jalan Sutera Abad 21 saling mengisi dengan buku Pikir Itu Pelita Hati. Buku ini sangat berguna dalam menganalisa situasi dan perkembangan zaman. Masing‐masing kita mempunyai hak memberikan pendapat untuk menjawab situasi konkret dewasa ini. Dari dua contoh di atas, saya berusaha mengemukakan bahwa Marxisme–Leninisme sebagai ilmu, belumlah sepenuhnya sempurna. Ia terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu lainnya. Dia akan terus dilengkapi, hingga pada akhirnya menjadi sempurna dan teruji dalam praktik. Di samping itu adanya negeri‐negeri yang dalam praktik menyelewengkan ajaran Marxisme–Leninisme itu ke arah lain, sehingga membawa negeri tersebut ke jalan yang fatal, itu adalah merupakan sebuah konsekuensi. Sementara itu, jika ada pandangan dan pendapat yang menyatakan bahwa Marxisme–Leninisme sekarang ini
6
sepenuhnya sudah lengkap dan sempurna, ini akan membawa kita pada dogmatisme.
Amsterdam, 6 Agustus 2016
7