BUKU 1
KATA PENGANTAR
Buku 1 ini merupakan seri Buku Pedoman yang disusun dalam rangka Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Buku ini memuat pedoman bagi para Pimpinan BPS Provinsi, BPS Kabuapten/Kota. Disamping memuat petunjuk teknis berkaitan dengan tata cara penggelolaan kegiatan lapangan, buku ini dimaksudkan pula agar para Pejabat dan Petugas diatas memiliki keseragaman persepsi dan pemahaman tentang metodologi yang digunakan dalam Survei Industri Mikro dan Kecil. Saya minta agar semua pihak yang terkait khususnya para Pimpinan BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota membaca dan menggunakan buku pedoman ini secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat diperoleh hasil pendataan yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS serta para petugas lapangan atas kontribusinya dalam pelaksanaan Survei Industri Mikro dan Kecil. Selamat Bekerja.
Jakarta, Januari 2013 Deputi Bidang Statistik Produksi
Dr. Adi Lumaksono, MA NIP. 19600831 198302 1 002
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
Halaman i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
ii
I.
PENDAHULUAN 1.1. U m u m ……………………………………………………………. 1.2. Landasan Hukum …………………………………………………... 1.3. T u j u a n …………………………………………………………... 1.4. Lingkup dan Cakupan ……………………………………………… 1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan ………..……………….. 1.6. Jadual Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK13 …..…………………. 1.7. Jenis Dokumen Pelaksanaan VIMK13 ……..……………………. 1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan VIMK13…..………………………….
II. METODOLOGI 2.1. Kerangka Sampel ………………………………………………….. 2.2. Stratifikasi Blok Sensus …………………………………………… 2.3. Prosedur Penarikan Sampel …………………………………… 2.4. Alokasi Sampel Usaha IMK Per Kabupaten/Kota di suatu Provinsi 2.5. Alokasi Sampel Industri Mikro Per Blok Sensus di suatu Kabupaten/Kota ………............................................................. 2.6. Pengambilan sampel Industri Kecil di setiap Blok Sensus …...... 2.7. Pengambilan Sampel Industri Mikro di setiap Blok Sensus......... 2.8. Pengisian Daftar VIMK13 – DS.................................................. 2.9. Contoh Penarikan Sampel........................................................... III. ORGANISASI LAPANGAN 3.1. Organisasi Lapangan ………………………………………………. 3.2. Penanggung jawab PelaksanaanVIMK13 di Daerah ………………. IV. TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN 4.1. Pengiriman Dokumen dari BPS RI ke BPS Propinsi ……………… 4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Propinsi ………. 4.3. Pengiriman File Hasil Entry dan Tabel Evaluasi dari BPS Propinsi ke BPS RI …………………………………………………………..
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
1 2 2 2 3 3 5 6 7 7 11 12 13 16 16 19 20
23 23 27 27 28
ii
LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Tabel.1. Banyaknya Blok Sensus VIMK13 menurut Provinsi dan Strata... Tabel.2. Sebaran blok Sensus (Panel dan Fresh) Per Provinsi Tahun 2013........................................................................................... Tabel.3. Sebaran Sampel Usaha IMK(Panel dan Fresh) Per Provinsi Tahun 2013............................................................................... Tabel.4. Sebaran Blok Sensus dan Sampel IMK (Panel) Per Provinsi.......................................................................................... Tabel.5. Sebaran Blok Sensus dan Usaha IMK (Fresh) Listing dan Pencacahan Per Provinsi Untuk Triwulan II Tahun 2013................................... Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 Daftar Sampel Blok Sensus Non Panel(DSBS)....................................................................... Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 Daftar Sampel Blok Sensus Panel(DSBS)..............................................................................
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
31 32 33 34
35 36 37
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Dalam era reformasi bahwa perekonomian dibangun berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan. Komponen utama sistem ekonomi kerakyatan adalah sumberdaya manusia sebagai konsumen, sebagai tenaga kerja, dan sebagai pengusaha. Dengan demikian sistem ekonomi kerakyatan merupakan tatanan ekonomi yang memberikan kesempatan kerja dan berusaha seluas luasnya kepada masyarakat untuk mencapai peningkatan kesejahteraan secara merata dan berkeadilan. Secara kongkret upaya peningkatan ekonomi masyarakat harus dilakukan dalam berbagai program diantaranya pembangunan Industri Mikro dan Kecil (IMK). Industri Mikro dan Kecil mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan jumlah investasi yang relatif kecil, maka usaha Industri Mikro dan Kecil dapat lebih fleksibel dan beradaptasi terhadap perubahan pasar. Industri Mikro dan Kecil tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal , karena dapat tanggap menangkap peluang untuk subsitusi impor dan meningkatkan (Supply) persediaan domestik. Pengembangan IMK dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi industri dan percepatan perubahan struktur sebagai pra kondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Pada tahun 2011 dan 2012, Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) diselenggarakan secara triwulanan. Triwulan I periode Januari-Maret, Triwulan II periode April-Juni, Triwulan III periode Juli-September, dan Triwulan IV periode Oktober-Desember. VIMK13 diselenggarakan untuk mendata keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan karakteristik kegiatan IMK. Pendekatan pencacahan VIMK13 dilakukan melalui pendekatan perusahaan/usaha. Sasaran pencacahan IMK adalah perusahaan/usaha berskala mikro dan kecil. Dari hasil kegiatan VIMK13 ini diharapkan dapat diperoleh data mengenai pertumbuhan produksi IMK secara triwulanan, struktur pendapatan dan pengeluaran serta berbagai karakteristik usaha lainnya. Buku pedoman ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk BPS Provinsi/Kabupaten/Kota, agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama tentang hal-hal teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan VIMK13.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
1
1.2. Landasan Hukum Landasan hukum pelaksanaan VIMK13: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. c. Peraturan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.
1.3. Tujuan
Secara umum VIMK13 bertujuan untuk mengetahui profil Industri Mikro dan Kecil (IMK) daerah potensi di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. VIMK13 akan mengumpulkan dan menyajikan data tentang kegiatan perusahaan/usaha berskala mikro dan kecil yang rinci dan mutakhir menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) pada tingkat nasional. Secara khusus tujuan VIMK13 adalah : 1. Mengetahui pertumbuhan produksi IMK. Dimana listing tahap I ada sebanyak 3000 blok sensus dan pencacahan sebanyak 9000 usaha setiap triwulan. 2. Mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan ekonomi menurut 2 digit KBLI sebagai bahan untuk estimasi indikator IMK , seperti: a. Banyaknya usaha b. Banyaknya tenaga kerja c. Pengeluaran untuk tenaga kerja d. Struktur input dan output e. Kendala dan prospek usaha f. Keterangan lain yang berkaitan dengan usaha IMK
2
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
1.4.Lingkup dan Cakupan
VIMK13 ini dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota daerah potensi seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah blok sensus terpilih sebanyak 12.000 blok sensus. Mencakup 72.000 perusahaan/usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi empat triwulan untuk setiap triwulan terdiri dari 9000 perusahaan/usaha. Sisanya 36.000 perusahaan/usaha dicacah pada Triwulan II 2013 tahap II. Sasaran pencacahan meliputi perusahaan/usaha industri mikro dengan banyaknya tenaga kerja 1-4 orang dan industri kecil dengan banyaknya tenaga kerja 519 orang termasuk pengusaha/pemilik.
1.5. Data dan Keterangan yang Dikumpulkan
Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam VIMK13:
a.
Daftar VIMK13-L1/L2 terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu: Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI
b.
: : : : : :
Keterangan Tempat Ringkasan Pendaftaran Usaha/Rumah Tangga Keterangan Penarikan Sampel Utama Catatan Keterangan Petugas
Daftar VIMK13-S1/S2 terdiri dari 10 (sepuluh) blok, yaitu: Blok I.1 Blok I.2 Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI
: : : : : : :
Blok VII Blok VIII Blok IX Blok X
: : : :
Keterangan Tempat Keterangan Perusahaan/Usaha Keterangan Umum Keterangan Pekerja dan Balas Jasa Total Biaya/Pengeluaran Produksi Perusahaan/Usaha Produksi dan Pendapatan Perusahaan/Usaha Nilai Harta Yang Dimiliki Perusahaan/Usaha dan Sumber Modal Kendala, dan Prospek Usaha Catatan Pengesahan Keterangan Petugas
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
3
1.6. Jadual Kegiatan dan Pelaksanaan VIMK13 Adapun jadual kegiatan dan pelaksanaan VIMK13 yang dilaksanakan pada tahun 2013 seperti tabel di bawah ini: Jadual Pelaksanaan Survei Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahun 2013 A. Survei IMK Triwulanan (Panel) No . (1)
1. 2. 3. P 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 4
Kegiatan
P/D
Waktu Pelaksanaan
(2)
(3)
(4)
P P P D D D D D D D P P P P
2 Jan – 10 Februari 2013 2 - 15 Januari 2013 15 Januari 2013 15 Jan – 10 Pebruari 2013 11 Pebruari 2013 18 - 26 Maret 2013 22 - 29 Maret 2013 1 - 11 April 2013 2 – 19 April 2013 20 April 2013 21 – 28 April 2013 27 – 29 April 2013 1 Mei 2013 5 Mei 2013
D D D P P P P
1 – 11 Juli 2013 5 – 20 Juli 2013 10 – 20 Juli 2013 22 – 26 Juli 2013 27 – 29 Juli 2013 1 Agustus 2013 5 Agustus 2013
D D D P P P P
1 – 11 Oktober 2013 5 – 20 J Oktober 2013 10 – 20 Oktober 2013 22 – 26 Oktober 2013 27 – 29 Oktober 2013 1 Nopember 2013 5 Nopember 2013
Triwulan I Persiapan Buku Pedoman, Kuesioner & Program Pengambilan Sampel Blok Sensus Pengiriman Sampel Blok Sensus ke Provinsi Pemeriksaan Sampel Blok Sensus Pengiriman Blok Sensus hasil pemeriksaan Listing Blok Sensus Pengambilan Sampel Usaha Pencacahan Sampel Usaha Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry Pengiriman Data ke BPS RI Pengolahan Tabulasi di BPS RI Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB Rilis Pertumbuhan Industri Rilis PDB/PDRB Triwulan II Pencacahan Sampel Usaha Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry Pengiriman Data ke BPS RI Pengolahan Tabulasi di BPS RI Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB Rilis Pertumbuhan IMK Rilis PDB/PDRB Triwulan III Pencacahan Sampel Usaha Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry Pengiriman Data ke BPS RI Pengolahan Tabulasi di BPS RI Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB Rilis Pertumbuhan IMK Rilis PDB/PDRB
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Triwulan IV Pencacahan Sampel Usaha Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry Pengiriman Data ke BPS RI Pengolahan Tabulasi di BPS RI Angka Pertumbuhan IMK untuk PDB/PDRB Rilis Pertumbuhan IMK Rilis PDB/PDRB
D D D P P P P
1 – 11 Januari 2014 5 – 20 Januari 2014 10 - 20 Januari 2014 22 – 26 Januari 2014 27 – 29 Januari 2014 1 Februari 2014 5 Februari 2014
B. Survei IMK untuk estimasi indikator IMK No.
Kegiatan
P/D
Waktu Pelaksanaan
(1)
(2)
(3)
(4)
D D D D D P P P P P P P
10– 25 Juni 2013 25 -28 Juni 2013 1 – 25 Juli 2013 5 Juli – 10 Agustus 2013 10 Juli 31 Agustus 2013 1 – 15 September 2013 16 Agustus 2013 19 Agustus – 5 Sept 2013 5 -8 September 2013 10 September 2013 15 Sept -15 Oktober 2013 1 – 15 Nop. 2013
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Listing Blok Sensus *) Pengambilan Sampel Usaha *) Pencacahan Sampel Usaha Pemeriksaan, Editing, Coding dan Data Entry Pengiriman Data ke BPS RI Pengolahan Tabulasi di BPS RI Tabulasi sementara Pemeriksaan dan Evaluasi data Tabulasi Final Publikasi Profil IMK Tahun 2013 Pencetakan Publikasi Diseminasi data/Pengiriman Publikasi
*) : Listing tambahan 9000 BS dan tambahan sampel 36.000 usaha/perusahaan Ket : Kolom (3) : P = Pusat D = Daerah
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
5
1.7. Jenis Dokumen yang Digunakan Jenis daftar dan buku pedoman yang digunakan untuk pencacahan perusahaan/usaha industri mikro dan kecil 2013 serta kegunaanya seperti tabel di bawah ini: Jenis Dokumen, Kegunaan, dan Petugas
No
Jenis Dokumen
Kegunaan
Petugas
(1)
(2)
(3)
(4)
Mengetahui identitas blok sensus terpilih
Pengawas/ Pencacah
Pendaftaran perusahaan/usaha dalam blok sensus terpilih Mengetahui nama dan alamat perusahaan/usaha yang akan dicacah Untuk mencacah perusahaan/usaha terpilih Untuk merekap jumlah Industri Mikro dan Kecil per Blok Sensus Pedoman Teknis BPS Provinsi dan BPS Kab/Kota
Pengawas/ Pencacah Pengawas/ Pencacah Pencacah/ Pengawas Pengawas
6.
VIMK13-DSBS (Daftar Sampel Blok Sensus) VIMK13-L1/L2 (Listing) VIMK13-DS/DS (Daftar Sampel) VIMK13-S1/S2 (Sampel) VIMK13-RB (Rekap Blok Sensus) Buku 1
7.
Buku 2
Pedoman Pencacah
8. 9.
Buku 3 Buku 4
10.
Buku 5
Pedoman Pemeriksaan/Pengawasan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Pengawas Indonesia Industri Manufaktur Pedoman Pengolahan Kasie Integrasi Pengolahan Data/ Kasie Industri / Kasie Stat.Pertanian & IKR (Prov. DKI), editor dan Pengentri
1.
2. 3. 4. 5.
6
Provinsi/ Kabupaten Pengawas/ Pencacah Pengawas
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan IMK13 Alur pendistribusian dokumen IMK13 seperti pada gambar di bawah ini:
BPS
BPS Provinsi
BPS Kab/Kota
Pengawas
Petugas
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
4. Pedoman Buku 2
5. VIMK13-RB
5. VIMK13-RB
5. VIMK13-RB
5. VIMK13-RB
5. Sketsa peta
6. Pedoman Buku 1
6. Pedoman Buku 1
6. Pedoman Buku 1
6. Pedoman Buku 2
hasil
7. Pedoman Buku 2
7. Pedoman Buku 2
7. Pedoman Buku 2
7. Pedoman Buku 3
8. Pedoman Buku 3
8. Pedoman Buku 3
8. Pedoman Buku 3
8. Sketsa peta
9. Pedoman Buku 4
9. Pedoman Buku 4
9. Sketsa peta
hasil
10. Pedoman Buku 5
10. Pedoman Buku 5
hasil
1. Tabel Evaluasi
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-DSBS
1. VIMK13-DSBS
dalam bentuk Hard Copy
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
2. VIMK13-L1/L2
dan CD copy
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
3. VIMK13-DS
2. Data VIMK13_pp.krm
4. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
4. VIMK13-S1/S2
5. VIMK13-RB
5. VIMK13-RB
5.VIMK13-RB
6. Sketsa peta
6. Sketsa peta
hasil
hasil
scanning
scanning
scanning
scanning
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
scanning
7
8
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
BAB II METODOLOGI 2.1. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha. Kerangka sampel blok sensus yang digunakan adalah daftar blok sensus yang dilengkapi dengan informasi jumlah usaha industri mikro dan kecil (IMK) hasil pencacahan Sensus Ekonomi 2006 (SE06). Kerangka sampel usaha adalah daftar usaha hasil pendaftaran Survei IMK 2013. Kerangka sampel usaha ini dibedakan menurut usaha industri kecil dan usaha industri mikro. 2.2. Stratifikasi Blok Sensus
Stratifikasi blok sensus yang digunakan pada Survei IMK 2013 sama dengan stratifikasi yang digunakan pada Survei IMK 2010. Pada bagian ini diuraikan kembali proses stratifikasi blok sensus yang telah dilakukan pada saat persiapan IMK 2010 tersebut. Tujuan dilakukannya stratifikasi blok sensus adalah untuk mengelompokkan blok sensus menjadi kelompok-kelompok berdasarkan jumlah relatif usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) menurut jenis Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Untuk setiap jenis KBLI, strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis usaha adalah sekelompok blok sensus dengan komposisi jenis usaha yang dominan (menonjol). Stratifikasi blok sensus dilakukan pada level provinsi. Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus yang akan dilakukan, berikut ini disajikan notasi-notasi yang digunakan: h : menyatakan blok sensus (h = 1, 2, …, k) i
: menyatakan jenis usaha sesuai KBLI (i = 1, 2, 3, …,24) 1
: Industri Makanan,
2
: Industri Minuman,
3
: Industri Pengolahan Tembakau,
4
: Industri Tekstil,
5
: Industri Pakaian Jadi,
6
: Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki,
7
: Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur), dan Barang-Barang Anyaman dari Rotan, Bambu, dan Sejenisnya,
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
9
8
: Industri Kertas, Barang dari Kertas,
9
: Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman,
10 : Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi, 11 : Industri Bahan Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia, 12 : Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu, 13 : Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik, 14 : Industri Barang Galian Bukan Logam, 15 : Industri Logam Dasar, 16 : Industri Barang dari Logam, bukan Mesin dan Peralatannya, 17 : Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik, 18 : Industri Peralatan Listrik, 19 : Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL, 20 : Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer, 21 : Industri Alat Angkutan lainnya, 22 : Industri Furnitur, 23 : Industri Pengolahan Lainnya, 24 : Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatannya. Nhi : banyaknya usaha IMK dengan KBLI i dalam blok sensus h. Ai : jumlah blok sensus yang paling sedikit memuat satu usaha IMK dengan KBLI i. N.i : jumlah usaha IMK dengan KBLI i.
Proses Stratifikasi
Proses stratifikasi blok sensus dilakukan dengan tahapan seperti berikut: 1. Jika Nhi = 0 untuk semua i, maka blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata non usaha 2. Hitung rata-rata banyaknya usaha IMK pada blok sensus usaha dengan rumus: Bi
N .i . Ai
3. Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus dan jenis usaha IMK dengan rumus: I hi
10
N hi . Bi
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
4. Membuat peringkat dari Ihi diantara seluruh Ihi (i = 1, 2, …,24) untuk seluruh blok sensus seperti berikut:
Rhi = 1 untuk nilai Ihi terbesar pertama Rhi = 2 untuk nilai Ihi terbesar kedua …. dst. Rhi = 0 untuk seluruh i dengan Nhi = 0. 5. Definisikan R1h = i (peringkat pertama blok sensus h) bersesuaian dengan jenis usaha IMK dengan KBLI h untuk Rhi = 1 dalam blok sensus h, dan R1h = 0 jika N.h = 0 6. Definisikan R2h = i (peringkat kedua blok sensus h) bersesuaian dengan jenis usaha IMK dengan KBLI untuk Rhi = 2 dalam blok sensus h, dan R2h = 0 jika N.h = 0 7. Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h. Untuk lebih jelasnya, proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut jenis IMK sesuai KBLI secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
BS
Jumlah Usaha (i=1,2,…,24) 1
…
i
…
Nh1
….
Nhi
…. Nh24
N.i
N.1
….
N.i
….
N.24
Ai
A1
….
Ai
….
A24
Bi
B1
….
Bi
….
B24
24
Indeks Konsentrasi (Ihi) 1
…
i
…
24
Ih1
…
Ihi
…
Ih24
R1h
R2h Strata
1 2 … h … K
Contoh : R1h = 1 dan R2h = 0, adalah kelompok blok sensus yang hanya mengandung jenis usaha Industri Makanan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
11
R1h = 1 dan R2h = 2, adalah kelompok blok sensus yang peringkat pertama dari pada indeks konsentrasi terdapat pada jenis usaha Industri Makanan, sedangkan peringkat keduanya terdapat pada jenis usaha Industri Minuman. Evaluasi
Proses stratifikasi yang telah dilakukan dengan prosedur yang tercantum pada butir (2.b) akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang harus dievaluasi sehingga menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal adalah sebagai berikut: 3.
Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil awal stratifikasi maka dilakukan perubahan notasi. k : blok sensus j : peringkat pertama indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j (j = 1, 2, ...,24) j’ : peringkat kedua indeks konsentrasi usaha dengan KBLI j’ (j’= 0, 1, 2, …,24) Untuk j’= 0 berarti blok sensus tersebut hanya memuat jenis IMK dengan KBLI j.
N kj( j , j' ) : jumlah IMK dengan KBLI j dalam substrata (j,j’) 4.
N jj : rata-rata banyaknya IMK dengan KBLI j dalam strata j Prosedur Evaluasi Untuk j’= 0 Bila N kj( j , j ') N jj , maka j = 25, artinya blok sensus k digolongkan dalam strata non konsentrasi usaha. Untuk j’ 0 Bila N kj( j , j ') N jj dan N kj(' j , j ') N jj'' , maka j = j
Bila N kj( j , j ') < N jj dan N kj(' j , j ') N jj'' , maka j = j’
Bila N kj( j , j ') < N jj dan N kj(' j , j ') < N jj'' , maka j = 25
5. Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan ke dalam salah satu kelas, yaitu: a) Industri Makanan b) Industri Minuman c) Industri Pengolahan Tembakau d) Industri Tekstil e) Industri Pakaian Jadi f) Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki g) Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur), dan Barang-Barang Anyaman dari Rotan, Bambu, dan Sejenisnya h) Industri Kertas, Barang dari Kertas 12
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
i) Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman j) Industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi k) Industri Bahan Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia l) Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu m) Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik n) Industri Barang Galian Bukan Logam o) Industri Logam Dasar p) Industri Barang dari Logam, bukan Mesin dan Peralatannya q) Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik r) Industri Peralatan Listrik s) Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL t) Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer u) Industri Alat Angkutan lainnya v) Industri Furnitur w) Industri Pengolahan Lainnya x) Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatannya y) Blok Sensus Non Konsentrasi Usaha. 2.3. Prosedur Penarikan Sampel
Rancangan penarikan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel dua tahap terstratifikasi (stratified two-stage sampling). Tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus dipilih 12000 blok sensus secara probability proportional to size/pps dengan size banyaknya usaha IMK hasil pendaftaran SE06. Penarikan sampel blok sensus antar strata dilakukan secara independent. Estimasi Triwulan I, dan panel Triwulan II, III, dan IV, sebanyak 3000 blok sensus dipilih dari daftar sampel blok sensus Triwulan II secara sistematik sampling. Tahap kedua, dari kerangka sampel usaha, seluruh industri kecil dipilih sebagai sampel, dan dilakukan pemilihan sejumlah industri mikro dari hasil pendaftaran IMK secara sistematik linier untuk setiap jenis usaha sesuai KBLI pada blok sensus terpilih. Bila jumlah industri kecil dalam suatu provinsi melebihi target sampel usaha IMK, maka harus dilakukan pemilihan sampel untuk industri kecil. Pendaftaran dan pengambilan sampel usaha IMK dilakukan pada Triwulan I dan Triwulan II untuk blok sensus yang merupakan fresh sample.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
13
Jumlah Sampel
Jumlah sampel Survei IMK 2013 dirancang untuk estimasi tingkat provinsi pada setiap triwulan. Jumlah sampel blok sensus Triwulan I, III, dan IV sebanyak 3000 blok sensus dan 9000 usaha IMK, sedangkan jumlah sampel blok sensus Triwulan II sebanyak 12000 blok sensus dan 45000 usaha IMK digunakan untuk estimasi usaha IMK Tahun 2013.
Tabel 1. Jumlah Sampel Blok Sensus, Usaha, dan Level Estimasi Survei IMK 2013 Triwulan Jumlah sensus
sampel
blok
I
II
III
IV
Panel
-
3.000
3.000
3.000
Fresh
3.000
9.000
-
-
12.000
3.000
3.000
9.000
-
-
9.000
9.000
panel
panel
Provinsi
Provinsi
Jumlah 3.000 Jumlah sampel blok sensus yg di-listing
3.000
Jumlah sampel usaha
9.000 fresh
Level estimasi
Provinsi
9.000 panel + 36.000 fresh Provinsi
2.4. Alokasi Sampel Usaha IMK Per Kabupaten/Kota di suatu Provinsi
Khusus untuk industri kecil, seluruh usaha dalam tiap blok sensus terpilih dilakukan pendaftaran IMK (take all) kecuali jika jumlahnya melebihi target sampel usaha IMK atau industrinya homogen maka harus dilakukan pemilihan sampel. Untuk industri mikro, pencacahan dilakukan hanya pada usaha terpilih. Alokasi sampel usaha industri mikro dan kecil (IMK) dilakukan oleh BPS Provinsi berdasarkan rekapitulasi jumlah IMK hasil listing per kabupaten/kota. Alokasi sampel industri mikro per kabupaten/kota dilakukan setelah terlebih dahulu mengambil populasi industri kecil sebagai sampel. Dengan demikian, target sampel industri mikro di provinsi tersebut adalah target sampel IMK provinsi dikurangi dengan jumlah industri kecil untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut. mPm mP mPk ,
dengan: mPm = Target sampel industri mikro pada suatu provinsi, mP = Target sampel IMK pada suatu provinsi, 14
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
k k mPk = Jumlah sampel industri kecil pada suatu provinsi, ( mP M P bila sampel industri kecil sama dengan populasinya (take all)). Alokasi sampel industri mikro per kabupaten dilakukan secara proporsional terhadap
akar jumlah industri mikro di masing-masing kabupaten/kota dengan rumus: m m K
M Km
mPm ,
n
K 1
M
m K
dengan: : target sampel usaha industri mikro di kabupaten/kota K, mKm m : target sampel usaha industri mikro di provinsi P, mP M Km
: populasi usaha industri mikro di kabupaten/kota K.
Hasil alokasi sampel industri mikro per kabupaten/kota dikirim kembali ke setiap kabupaten/kota untuk selanjutnya dilakukan alokasi sampel usaha industri mikro menurut KBLI. 2.5. Alokasi Sampel Industri Mikro Per Blok Sensus di suatu Kabupaten/Kota
Alokasi sampel industri mikro menurut KBLI pada setiap blok sensus terpilih dilakukan dengan memperhatikan jumlah IMK hasil listing. Alokasi sampel industri mikro menurut KBLI per blok sensus dilakukan di BPS Kabupaten/Kota dengan tahapan seperti berikut: 1.
Rekapitulasi jumlah industri mikro dan jumlah industri kecil menurut KBLI Berdasarkan hasil listing IMK dari seluruh blok sensus sampel dengan menggunakan VIMK13-L, BPS Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi jumlah industri mikro dan jumlah industri kecil menurut KBLI dengan menggunakan Daftar VIMK13-RB sehingga memenuhi rumus sebagai berikut: M Mk Mm, Mm
k
24
M
m hi
,
h 1 i 1
dengan: M = Mk = Mm = M im = M hm =
Jumlah populasi IMK pada suatu kabupaten/kota, Jumlah industri kecil pada suatu kabupaten/kota, Jumlah industri mikro pada suatu kabupaten/kota, Jumlah industri mikro dengan KBLI i (i =1, 2, 3, ...,24) pada suatu kabupaten/kota, Jumlah industri mikro pada blok sensus ke-h pada suatu kabupaten/kota,
M him =
Jumlah industri mikro dengan KBLI i, pada blok sensus ke-h (h = 1,2,3, ...k).
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
15
Tabel 1.
Rekapitulasi Jumlah Industri Kecil dan Industri Mikro Menurut KBLI per Blok Sensus di Suatu Kabupaten dari Hasil Pendaftaran IMK
Provinsi : ……………. Kabupaten /Kota : ……………. Jumlah Jumlah Industri Mikro (Mm) menurut KBLI Kode Blok Industri Desa Sensus Kecil 1 2 3 ... i ... ... ... (2) (3) (4) (5) (6) (7) ... ... ... ... ...
Kode Kec. (1)
1 2 3 . h . k Jumlah
Mk1 Mk2 Mk3 . Mkh . Mkk
Mm11 Mm21 Mm31 . . . Mmk1
Mm12 Mm22 Mm32 . . . Mm2k
Mm13 Mm23 Mm33 . . . Mm3k
Mk
Mm1 Mm2 Mm3
24
Jumlah IMK
(28)
(29)
M1 M2 M3 . Mh . Mk M
… … …
… … …
… … …
…
Mm1i Mm2i Mm3i . Mmhi . Mmki
… …
… …
… …
Mm241 Mm242 Mm243 . . . Mmk24
…
Mmi
…
…
…
Mm24
… … …
Catatan : M k = jumlah industri kecil dalam satu kabupaten/kota. M im = jumlah industri mikro KBLI i (i=1, 2, 3….,24) dalam satu kabupaten/kota. M h = jumlah industri mikro dan kecil pada blok sensus ke-h.
2.
Menentukan target sampel industri mikro per KBLI di suatu kabupaten/kota Target sampel industri mikro dalam satu kabupaten/kota ( m m ) dialokasikan ke setiap KBLI (mi) secara proporsional akar jumlah industri mikro pada suatu KBLI i terhadap total akar jumlah industri mikro dari seluruh KBLI, dengan rumus: mim
M im 24
mm ,
M im
11
dengan: mim
= Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota,
M im = Jumlah industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota, m m = Target sampel industri mikro pada suatu kabupaten/kota,
m m
= Target sampel IMK pada suatu kabupaten/kota, k
k
k
= Jumlah sampel industri kecil pada suatu kabupaten/kota., ( m = M bila sampel industri kecil sama dengan populasinya (take all)).
Jumlah sampel industri mikro pada suatu KBLI (mi) maksimum sama dengan populasinya ( M im ). Apabila ternyata alokasi mi melebihi M im , maka kelebihannya dialokasikan ke industri mikro KBLI lain.
16
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Tabel 2.
Rekapitulasi Jumlah Industri Kecil dan Industri Mikro Menurut KBLI di Suatu Kabupaten dari Hasil Pendaftaran IMK : ……………. : …………….
Provinsi Kabupaten/Kota
Jumlah Jumlah populasi dan sampel Industri Mikro menurut KBLI Industri 2 3 .... i .... .... …. …. … Kecil 1 (2) (3) (4) (5) .... .... .... .... …. …. …
(1)
Populasi Mk Mk
Sampel
24
Jumlah
(26)
(27)
M 1m M 2m M 3m …
M im …
…
…
…
…
m M 24
Mm
m1m
mim …
…
…
…
…
m m24
mm
m2m
m3m …
3. Menentukan target sampel industri mikro menurut KBLI per blok sensus Alokasi sampel industri mikro per blok sensus (mhi) untuk setiap KBLI dilakukan dengan secara proporsional akar jumlah industri mikro hasil pendaftaran IMK (listing) pada suatu blok sensus h dengan KBLI i terhadap total akar jumlah industri mikro dari seluruh blok sensus dengan KBLI i, dengan rumus: mhim
M him k
mim ,
M him
h 1
dengan: mhim = Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus ke h, M him = Jumlah industri mikro dengan KBLI h pada blok sensus ke h, mim = Target sampel industri mikro dengan KBLI i pada suatu kabupaten/kota. Tabel 3.
Alokasi Sampel Industri Mikro per Blok Sensus Menurut KBLI di Suatu Kabupaten/Kota
Provinsi Kabupaten/Kota
: ……………. : …………….
Kode Kec.
Kode Desa
Blok Sensus
(1)
(2)
(3)
1 2 3 . . .
Jumlah
Jumlah populasi dan sampel Industri Mikro menurut KBLI 1
2
3
(4)
(5)
(6)
... ...
i ...
... ...
... ...
... ...
24
m m11 m m 21 m m31
m m12
m m13
m1mi
m m124
m m22
m m23
m2mi
m m224
m m32
m m33
m3mi
m m324
. . .
. . .
. . .
. . .
. . .
(27)
h . .
mhm1
mhm2
mhm3
mhim
mhm24
. .
. .
. .
. .
. .
k
mkm1
mkm2
mkm3
mkim
mkm24
m1m
m2m
m3m
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
…
mim
…
…
…
m m24
17
2.6. Pengambilan Sampel Industri Kecil di setiap Blok Sensus
Dari hasil pendaftaran IMK (listing) dengan Daftar VIMK13-L1/L2, ambil seluruh industri kecil yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang, dengan langkah sebagai berikut : a.
Berikan tanda lingkaran pada tanda cek () di Blok IV Kolom (18).
b.
Berikan pula lingkaran pada nomor urut segmen, bangunan fisik, bangunan sensus dan nomor perusahaan/usaha di Blok IV Kolom (1), (2), (3), dan (12).
2.7. Pengambilan Sampel Industri Mikro di setiap Blok Sensus
Pemilihan sampel industri mikro dilakukan berdasarkan hasil pendaftaran IMK industri mikro (Daftar VIMK13-L1/L2) di setiap blok sensus terpilih. Tahap pemilihan sampel industri mikro adalah sebagai berikut: a.
Berikan nomor urut pada sebelah kanan tanda cek () pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV untuk masing-masing Kolom (20) s.d (43). Penomoran dimulai dari angka 1 pada Kolom (20) halaman pertama sampai dengan baris terakhir Kolom (20) halaman terakhir, kemudian penomoran dimulai dari angka 1 kembali pada Kolom (21) halaman pertama sampai dengan halaman terakhir, begitu seterusnya untuk Kolom (22) s.d Kolom (43).
Contoh : Untuk Kolom (20) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai dari : 1, 2, 3, .... 11. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom (21) halaman pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2, 3, .... 7. Kemudian lanjutkan untuk Kolom (22) halaman pertama hingga halaman terakhir dengan nomor 1, 2, 3, 4, .... 27. Selanjutnya pemberian nomor dimulai dengan angka 1 untuk setiap Kolom (23), (24) sampai dengan Kolom (43). Contoh pemberian nomor urut Daftar VIMK13-L Blok IV Kolom (20) s.d. (43) halaman 1 s.d. terakhir:
18
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Halaman 1 dari 5 halaman 10
11
12
13
14
15
16
17
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
1
…
…
…
33 (43)
1 1
1
1 1
1
2
1
Halaman 2 dari 5 halaman 10
11
12
13
14
15
16
17
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
…
…
…
33 (43)
2
3
2
2 2
2 2
1
2
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
19
Halaman 5 dari 5 halaman 10
11
(20)
(21)
12
13
14
15
16
17
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
…
…
33 (43)
27
11
10
4 7
b.
…
2 26
9
3
Periksa terlebih dahulu, apakah pemberian nomor urut di Blok IV untuk tiap Kolom (20) s.d (43) sudah benar atau ada yang terlewat. Perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel. Jika sudah benar, cek jumlah industri mikro di setiap KBLI pada Blok IV dengan rekapnya pada Blok II, yaitu dengan cara membandingkan antara nomor urut terakhir di tiap Kolom (20) s.d (43) dengan banyaknya industri mikro menurut KBLI pada Daftar VIMK13–L1/L2 Blok II Rincian 2.a. Jika ditemukan perbedaan, periksa kembali penomoran pada Blok IV Kolom (20) s.d (43).
c.
Hitung interval (I) untuk tiap masing-masing industri mikro dengan cara: I him
M him m him
,
dimana: I him = Interval untuk pengambilan sampel industri mikro dengan KBLI i pada blok sensus ke-h, m M hi = Jumlah industri mikro dengan KBLI i hasil pendaftaran IMK, pada blok sensus ke-h, m m hi = Target sampel industri mikro dengan KBLI i, pada blok sensus ke h. d.
Menentukan unit sampel industri mikro pertama yang terpilih (R1hi) untuk tiap jenis KBLI. Angka random pemilihan sampel telah ditentukan dengan paket program berdasarkan distribusi Uniform yang bernilai antara 0 dan 1. Untuk menentukan sampel terpilih pertama (R1hi), dilakukan dengan rumus: R1hi AR I him .
20
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
e.
Tentukan angka random berikutnya R2hi, R3hi, … Rmhi dilakukan dengan rumus sebagai berikut: R2hi = R1hi + I him R3hi = R2hi + I him R4hi = R3hi + I him .. ..
Rmhi = R(m-1)hi + I him , dengan m mhim . Angka random terakhir yang terpilih harus kurang dari jumlah industri mikro dengan KBLI i di blok sensus terpilih (Rmhi M him ). f.
Berikan lingkaran pada nomor urut tanda cek () di Kolom (20) atau (21) s.d (43) sesuai dengan KBLI pada Blok IV Daftar VIMK13-L1/L2 yang sama dengan angka random terpilih (Rmhi).
g.
Berikan pula tanda lingkaran pada Kolom (17), yang nomor urut tanda cek ()-nya pada Kolom (20) atau (21) s.d (43) diberi lingkaran.
h.
Berikan pula tanda lingkaran pada nomor segmen, bangunan fisik, dan bangunan sensus serta nomor perusahaan/usaha pada Blok IV Daftar VIMK13-L1/L2 Kolom (1), (2), dan (3) serta Kolom (12) yang nomor urut tanda cek () nya pada Kolom (20) atau (21) s.d (43) diberi lingkaran.
2.8. Pengisian Daftar VIMK13-DS
Pengisian Daftar VIMK13-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel industri mikro maupun pemberian tanda lingkaran pada seluruh industri kecil. Tahapan pemindahan informasi industri mikro dan kecil dari Daftar VIMK13-L1/L2 ke Daftar VIMK13-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Salin nomor urut segmen, bangunan fisik, dan bangunan sensus yang diberi lingkaran pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Kol (1), (2), dan (3) ke Daftar VIMK13-DS Blok V Kolom (2), (3), dan (4) mulai dari nomor urut bangunan fisik terkecil. b. Salin pula nama perusahaan/usaha atau pengusaha/pemilik pada Blok IV Daftar VIMK13-L1/L2 Kolom (13) ke dalam Daftar VIMK13-DS Blok V Kol. (6), yang nomor urut bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut tanda cek ()-nya diberi lingkaran.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
21
c. Salin pula alamat lengkap dan KBLI pada VIMK13-L1/L2 Blok IV Kol.(20) s.d Kol (43) yang nomor urut tanda cek ()-nya diberi lingkaran, ke Daftar VIMK11-DS Blok V kol. (7) dan kol (8). 2.9. Contoh Penarikan Sampel
a. Hasil listing (VIMK13-L1/L2) blok sensus 003B Desa Pringgodani Kecamatan Bantur Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, sebagai berikut: Jumlah indutri kecil sebanyak 3 usaha (jumlah kode 1 pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Kolom (18) halaman terakhir = 3). Jumlah industri mikro sebanyak 72 usaha (penjumlahan nomor urut terakhir pada Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IV Kolom (20) s.d (43) = 72). Jumlah industri mikro kode KBLI 19 (industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki) sebanyak 26. Angka random pemilihan sampel yang tercantum dalam DSBS adalah 0,53. b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut: Target sampel industri mikro pada blok sensus 003B ini sebanyak 17. Target sampel industri mikro KBLI 19 berjumlah 10 industri. Interval untuk industri mikro KBLI 19 adalah 26/10 = 2,6. c. Penentuan R1, serta penghitungan R2 ..... Rn R1 = AR × I = 0,53 × 2,6 = 1,38 1. Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2 hingga R10 dengan cara: R2 = R1 + I = 1,38 + 2,6 = 3,98
4
R3 = R2 + I = 3,98 + 2,6 = 6,58
7
R4 = R3 + I = 6,58 + 2,6 = 9,18
9
R5 = R4 + I = 9,18 + 2,6 = 11,78
12
R6 = R5 + I = 11,78 + 2,6 = 14,38
14
R7 = R6 + I = 14,38 + 2,6 = 16,98
17
R8 = R7 + I = 16,98 + 2,6 = 19,58
20
R9 = R8 + I = 19,58 + 2,6 = 22,78
23
R10 = R9 + I = 22,78 + 2,6 = 24,78
25
d. Pemilihan Sampel Industri Mikro Berikan lingkaran di kolom KBLI 19, yaitu Kolom (24) pada nomor-nomor tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada nomor urut segmen, bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut perusahaan/usaha Kolom (12), serta Kolom (17) yang bersesuaian dengan tanda cek yang dilingkari. Dengan cara yang sama, lakukan penghitungan interval dan melingkari nomor urut tanda cek untuk KBLI yang lain.
22
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1. Organisasi Lapangan Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan VIMK13, struktur organisasi lapangan telah ditetapkan sebagai berikut: BPS Provinsi
Bidang Statistik Produksi
BPS Kabupaten/Kota
PMS Staf BPS
PCS Mantis/Staf BPS
3.2.
Penanggung Jawab Pelaksanaan VIMK13 di Daerah Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab
pelaksanaan VIMK13 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei. Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PMS), dan pencacah (PCS) adalah sebagai berikut: a. BPS Provinsi 1. Merekrut calon petugas VIMK (PCS) yang berasal dari staf BPS Provinsi menurut kebutuhan.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
23
2. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan pencacahan perusahaan/usaha, mengecek Daftar Sampel Blok Sensus dan perusahaan/usaha terpilih yang lewat cacah. 3. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. 4. Mengatur pengiriman dokumen ke dan dari setiap BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. 5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi. 6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan VIMK13, mengenai bidang teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri). 7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat
pelaksana
wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan dan pemecahan permasalahan yang timbul. 8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau pelaksanaan kegiatan VIMK13, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen. b. BPS Kabupaten/Kota 1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala BPS Kabupaten/Kota. 2. Merekrut calon petugas PMS/PCS survei IMK yang berasal dari staf BPS Kabupaten/Kota. 3. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan pencacahan perusahaan/usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan perusahaan/usaha tersebut. 4. Pemilihan sampel usaha dilakukan oleh pengawas di setiap BPS Kabupaten/Kota dengan dikoordinir oleh kasie produksi. 5. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan. 6. Pelaksanaan administrasi dan pengolahan keuangan di BPS Kabupaten/Kota harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
24
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
7. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi. 8. Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. c. Tugas Pengawas 1. Menyiapkan sketsa peta blok sensus hasil scanning, Daftar VIMK13-L1/L2, VIMK13-S1/S2 untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, serta Daftar VIMK13-DSBS, VIMK13-DS dan VIMK13-RB. 2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan mengenali batas-batas blok sensus yang menjadi tanggung jawab setiap pencacah, dengan berpedoman Daftar VIMK13-DSBS. 3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga pencacah mampu melaksanakan pencacahan dengan benar. 4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan masalah jika pencacah menghadapi kesulitan di lapangan. 5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggung jawabnya secara periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. 6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar VIMK13-L1/L2, dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau perlu bersama-sama dengan pencacah. 7. Apabila setiap pencacah telah selesai melakukan pendaftaran bangunan/rumah tangga, maka pengawas harus segera memeriksa tanda cek (√) Daftar VIMK13L1/L2 Blok III untuk usaha industri mikro pada kolom (17) dan tanda cek (√) pada salah satu kolom (19) s.d kolom (42) sesuai jenis produksi utama kode 2 digit kolom (16). 8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar VIMK13-L1/L2 Blok III banyaknya usaha ke dalam baris jumlah dari halaman 1 s.d halaman terakhir.
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
25
9. Mengisi Daftar VIMK13-L1/L2 Blok IIRingkasan. 10. Mengisi rekapitulasi jumlah Industri Mikro dan Kecil per Blok Sensus (VIMK13RB) dari VIMK13-L1/L2 Blok II rincian 2 populasi industri, yaitu: 2a (industri mikro) dan 2b (industri kecil). 11. Berdasarkan target sampel usaha dari BPS Kabupaten/Kota, selanjutnya pengawas bertugas untuk melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan Daftar VIMK13L1/L2 Blok IV Keterangan Penarikan Sampel Utama menurut masing-masing kategori lapangan usaha. 12. Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil listing ke dalam Daftar VIMK13-DSdi setiap blok sensus terpilih. d. Tugas Pencacah 1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan sketsa peta blok sensus terpilih hasil scanning. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah. 2. Memberitahukan dan minta ijin aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum melakukan pencacahan pada wilayah tersebut. 3. Melakukan pendaftaran setiap bangunan sensus dan rumah tangga dalam blok sensus terpilih yang menjadi wilayah kerjanya dengan Daftar VIMK13-L1/L2, dan menggambar bangunan pada sketsa peta blok sensus terpilih hasil scanning sesuai dengan letaknya, dan memberi nomor urut bangunan fisik pada simbol bangunan tersebut sesuai dengan nomor urut yang dicatat pada Daftar VIMK13-L1/L2. 4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar VIMK13-S1/S2 yang berpedoman pada Daftar VIMK13-DS(Daftar Sampel). 5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya. 6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas. 7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas. 8. Menepati jadual pelaksanaan lapangan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.
26
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
BAB IV TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN Untuk memudahkan pelaksanaan pencacahan di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota serta kompilasi hasil entri dan tabel evaluasi di BPS, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari BPS RI ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota.Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi kemudian dari BPS Provinsi ke BPS RI. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:
4.1. Pengiriman Dokumen dari BPSRI ke BPS Provinsi a. Seluruh dokumen survei IMKakan dikirim melalui ekspedisi. b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap pengiriman. d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli, contoh: Bila pada pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke Daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3] Box ketiga : [3] [3]
4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi, sebagai berikut: a. Pengemasan dokumen survei IMK tidak boleh dicampur dengan dokumen lain. b. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai. Pengiriman minimal satu blok sensus selesai. c. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu blok sensus dan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing blok sensus di setiap Desa/Kelurahan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan berdasarkan Desa/Kelurahan. d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim secara rinci
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
27
4.3. Pengiriman File Hasil Entry dan Tabel Evaluasi dari BPS Provinsi ke BPS RI. Adapun tata cara pengiriman hasil entri dari BPS Provinsi ke BPS RI, sebagai berikut: a.
Tabel Evaluasi dalam bentuk hard copy dan CD(softcopy).
b.
Hasil Entri yang sudah clean berupa file VIMK13_pp.krm
b.
Pengiriman Hasil Entri dan Tabel Evaluasi Survei IMK2013 ditujukan kepada: 1.
Mengirimkan CD ke alamat dibawah ini :
Subdirektorat Statistik IKR Direktorat Statistik Industri Badan Pusat Statistik (BPS) Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Pusat 10010
2. Atau melalui email dengan
[email protected],
[email protected]
28
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Lampiran
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
29
30
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Tabel 1. Banyaknya Blok Sensus dan Sampel IMK per Provinsi, Tahun 2013 No
Kode dan Nama Provinsi
(1)
(2)
Blok Sensus (3)
Triw I (4)
Triw II (5)
Sampel IMK Triw III (6)
Triw IV (7)
Total (8)
1
11
Aceh
312
560
560
560
560
2.240
2
12
Sumatera Utara
560
620
620
620
620
2.480
3
13
Sumatera Barat
352
540
540
540
540
2.160
4
14
Riau
296
330
330
330
330
1.320
5
15
Jambi
264
290
290
290
290
1.160
6
16
Sumatera Selatan
464
510
510
510
510
2.040
7
17
Bengkulu
224
250
250
250
250
1.000
8
18
Lampung
432
670
670
670
670
2.680
9
19
Kep. Bangka Belitung
204
180
180
180
180
720
10
21
Kepulauan Riau
148
200
200
200
200
800
11
31
DKI Jakarta
628
420
420
420
420
1.680
12
32
Jawa Barat
980
1.510
1.510
1.510
1.510
6.040
13
33
Jawa Tengah
1.112
2.050
2.050
2.050
2.050
8.200
14
34
D.I. Yogyakarta
344
620
620
620
620
2.480
15
35
Jawa Timur
1.024
1.830
1.830
1.830
1.830
7.320
16
36
Banten
408
630
630
630
630
2.520
17
51
Bali
352
650
650
650
650
2.600
18
52
Nusa Tenggara Barat
424
790
790
790
790
3.160
19
53
Nusa Tenggara Timur
324
600
600
600
600
2.400
20
61
Kalimantan Barat
292
450
450
450
450
1.800
21
62
Kalimantan Tengah
228
300
300
300
300
1.200
22
63
Kalimantan Selatan
276
490
490
490
490
1.960
23
64
Kalimantan Timur
304
270
270
270
270
1.080
24
71
Sulawesi Utara
228
400
400
400
400
1.600
25
72
Sulawesi Tengah
264
350
350
350
350
1.400
26
73
Sulawesi Selatan
424
740
740
740
740
2.960
27
74
Sulawesi Tenggara
244
280
280
280
280
1.120
28
75
Gorontalo
156
260
260
260
260
1.040
29
76
Sulawesi Barat
148
450
450
450
450
1.800
30
81
Maluku
152
270
270
270
270
1.080
31
82
Maluku Utara
132
200
200
200
200
800
32
91
Papua Barat
108
120
120
120
120
480
33
94
Papua
192
170
170
170
170
680
12.000
18.000
18.000
18.000
18.000
72.000
JUMLAH
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
31
Tabel 2. Sebaran Blok Sensus (Panel dan Fresh) per Provinsi , Tahun 2013 Blok Sensus No
Kode dan Nama Provinsi
(1)
(2) 1
11
Aceh
2
12
3
13
4 5
Panel*)
Fresh**)
(3)
Total
(4)
(5)
78
234
312
Sumatera Utara
140
420
560
Sumatera Barat
88
264
352
14
Riau
74
222
296
15
Jambi
66
198
264
6
16
Sumatera Selatan
116
348
464
7
17
Bengkulu
56
168
224
8
18
Lampung
108
324
432
9
19
Kep. Bangka Belitung
51
153
204
10
21
Kepulauan Riau
37
111
148
11
31
DKI Jakarta
157
471
628
12
32
Jawa Barat
245
735
980
13
33
Jawa Tengah
278
834
1.112
14
34
D.I. Yogyakarta
86
258
344
15
35
Jawa Timur
256
768
1.024
16
36
Banten
102
306
408
17
51
Bali
88
264
352
18
52
Nusa Tenggara Barat
106
318
424
19
53
Nusa Tenggara Timur
81
243
324
20
61
Kalimantan Barat
73
219
292
21
62
Kalimantan Tengah
57
171
228
22
63
Kalimantan Selatan
69
207
276
23
64
Kalimantan Timur
76
228
304
24
71
Sulawesi Utara
57
171
228
25
72
Sulawesi Tengah
66
198
264
26
73
Sulawesi Selatan
106
318
424
27
74
Sulawesi Tenggara
61
183
244
28
75
Gorontalo
39
117
156
29
76
Sulawesi Barat
37
111
148
30
81
Maluku
38
114
152
31
82
Maluku Utara
33
99
132
32
91
Papua Barat
27
81
108
33
94
Papua
48
144
192
3 000
9.000
12.000
JUMLAH Catatan :
*) Panel : Listing dilakukan triwulan I/2013 dan sampel usahanya dicacah setiap triwulan **) Fresh : Listing dilakukan di trwulan II/2013 dan sampel usahanya dicacah pada triwulan II/2013
32
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Tabel 3. Sebaran Sampel Usaha IMK (Panel* dan Fresh **) per Provinsi , Tahun 2013
Sampel Usaha No
Kode dan Nama Provinsi Total Q'I
Q'II
Q'III
Tambahan
Q'IV Panel
(1)
(2) 1
11
Aceh
2
12
Sumatera Utara
3
13
Sumatera Barat
4
14
Riau
5
15
Jambi
6
16
Sumatera Selatan
7
17
Bengkulu
8
18
Lampung
9
19
Kep. Bangka Belitung
10
21
Kepulauan Riau
11
31
DKI Jakarta
12
32
Jawa Barat
13
33
Jawa Tengah
14
34
D.I. Yogyakarta
15
35
Jawa Timur
16
36
Banten
17
51
Bali
18
52
Nusa Tenggara Barat
19
53
Nusa Tenggara Timur
20
61
Kalimantan Barat
21
62
Kalimantan Tengah
22
63
Kalimantan Selatan
23
64
Kalimantan Timur
24
71
Sulawesi Utara
25
72
Sulawesi Tengah
26
73
Sulawesi Selatan
27
74
Sulawesi Tenggara
28
75
Gorontalo
29
76
Sulawesi Barat
30
81
Maluku
31
82
Maluku Utara
32
91
Papua Barat
33
94
Papua JUMLAH
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah
Q'II (8)
(9)
280
280
280
280
1.120
1120
2.240
300
300
300
300
1.200
1280
2.480
260
260
260
260
1.040
1120
2.160
155
155
155
155
620
700
1.320
135
135
135
135
540
620
1.160
255
255
255
255
1.020
1020
2.040
125
125
125
125
500
500
1.000
335
335
335
335
1.340
1340
2.680
100
100
100
100
400
320
720
95
95
95
95
380
420
800
240
240
240
240
960
720
1.680
755
755
755
755
3.020
3020
6.040
1025
1025
1025
1025
4.100
4100
8.200
305
305
305
305
1.220
1260
2.480
910
910
910
910
3.640
3680
7.320
310
310
310
310
1.240
1280
2.520
325
325
325
325
1.300
1300
2.600
395
395
395
395
1.580
1580
3.160
300
300
300
300
1.200
1200
2.400
225
225
225
225
900
900
1.800
150
150
150
150
600
600
1.200
245
245
245
245
980
980
1.960
150
150
150
150
600
480
1.080
200
200
200
200
800
800
1.600
180
180
180
180
720
680
1.400
375
375
375
375
1.500
1460
2.960
125
125
125
125
500
620
1.120
130
130
130
130
520
520
1.040
245
245
245
245
980
820
1.800
135
135
135
135
540
540
1.080
90
90
90
90
360
440
800
60
60
60
60
240
240
480 680
85
85
85
85
340
340
9.000
9.000
9.000
9.000
36.000
36.000
72.000
Catatan : *) Panel : Listing dilakukan triwulan I/2013 dan sampel usahanya dicacah setiap triwulan **) Fresh : Listing dilakukan di trwulan II/2013 dan sampel usahanya dicacah pada triwulan II/2013
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
33
Tabel 4. Sebaran Blok Sensus dan Sampel IMK (Panel*) Per Provinsi, Tahun 2013 No
Kode dan Nama Provinsi
(1)
(2)
Blok Sensus
Q'I (4)
(3)
Sampel Usaha Q'III (6)
Q'II (5)
Q'IV (7)
Jumlah (8
1
11
Aceh
78
280
280
280
280
1.120
2
12
Sumatera Utara
140
300
300
300
300
1.200
3
13
Sumatera Barat
88
260
260
260
260
1.040
4
14
Riau
74
155
155
155
155
620
5
15
Jambi
66
135
135
135
135
540
6
16
Sumatera Selatan
116
255
255
255
255
1.020
7
17
Bengkulu
56
125
125
125
125
500
8
18
Lampung
108
335
335
335
335
1.340
9
19
Kep. Bangka Belitung
51
100
100
100
100
400
10
21
Kepulauan Riau
37
95
95
95
95
380
11
31
DKI Jakarta
157
240
240
240
240
960
12
32
Jawa Barat
245
755
755
755
755
3.020
13
33
Jawa Tengah
278
1025
1025
1025
1025
4.100
14
34
D.I. Yogyakarta
86
305
305
305
305
1.220
15
35
Jawa Timur
256
910
910
910
910
3.640
16
36
Banten
102
310
310
310
310
1.240
17
51
Bali
88
325
325
325
325
1.300
18
52
Nusa Tenggara Barat
106
395
395
395
395
1.580
19
53
Nusa Tenggara Timur
81
300
300
300
300
1.200
20
61
Kalimantan Barat
73
225
225
225
225
900
21
62
Kalimantan Tengah
57
150
150
150
150
600
22
63
Kalimantan Selatan
69
245
245
245
245
980
23
64
Kalimantan Timur
76
150
150
150
150
600
24
71
Sulawesi Utara
57
200
200
200
200
800
25
72
Sulawesi Tengah
66
180
180
180
180
720
26
73
Sulawesi Selatan
106
375
375
375
375
1.500
27
74
Sulawesi Tenggara
61
125
125
125
125
500
28
75
Gorontalo
39
130
130
130
130
520
29
76
Sulawesi Barat
37
245
245
245
245
980
30
81
Maluku
38
135
135
135
135
540
31
82
Maluku Utara
33
90
90
90
90
360
32
91
Papua Barat
27
60
60
60
60
240
33
94
85 9.000
85 9.000
85 9.000
85 9.000
340 36.000
Papua JUMLAH
48 3.000
Catatan : *) Panel : Listing dilakukan triwulan I/2013 dan sampel usahanya dicacah setiap triwulan
34
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Tabel 5. Sebaran Blok Sensus dan Usaha IMK (Fesh**) Listing dan Pencacahan Perprovinsi untuk Triwulan II , Tahun 2013 No
Kode dan Nama Provinsi
(1)
Blok Sensus
Sampel Usaha IMK
(3)
(4)
(2) 1
11
Aceh
234
1120
2
12
Sumatera Utara
420
1280
3
13
Sumatera Barat
264
1120
4
14
Riau
222
700
5
15
Jambi
198
620
6
16
Sumatera Selatan
348
1020
7
17
Bengkulu
168
500
8
18
Lampung
324
1340
9
19
Kep. Bangka Belitung
153
320
10
21
Kepulauan Riau
111
420
11
31
DKI Jakarta
471
720
12
32
Jawa Barat
735
3020
13
33
Jawa Tengah
834
4100
14
34
D.I. Yogyakarta
258
1260
15
35
Jawa Timur
768
3680
16
36
Banten
306
1280
17
51
Bali
264
1300
18
52
Nusa Tenggara Barat
318
1580
19
53
Nusa Tenggara Timur
243
1200
20
61
Kalimantan Barat
219
900
21
62
Kalimantan Tengah
171
600
22
63
Kalimantan Selatan
207
980
23
64
Kalimantan Timur
228
480
24
71
Sulawesi Utara
171
800
25
72
Sulawesi Tengah
198
680
26
73
Sulawesi Selatan
318
1460
27
74
Sulawesi Tenggara
183
620
28
75
Gorontalo
117
520
29
76
Sulawesi Barat
111
820
30
81
Maluku
114
540
31
82
Maluku Utara
99
440
32
91
Papua Barat
81
240
33
94
Papua
144 9.000
340 36.000
JUMLAH Catatan : **) Fresh : Listing dilakukan di trwulan II/2013 dan sampel usahanya dicacah pada
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
35
36
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK13
37