I
KATA PENGANTAR Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga, dan instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga. Publikasi triwulan IV tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2015. Dari sisi perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2015 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri. Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini. Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai. Jakarta, Maret 2016
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
Ringkasan Eksekutif Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang mencakup 70,0 persen pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan dan rebalancing secara bertahap aktivitas perekonomian Tiongkok, rendahnya harga komoditas energi, dan pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi ekspor. Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang kompleks dan tekanan pembangunan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,8 persen (YoY), paling rendah sejak tahun 2009. Dengan demikian, pada tahun 2015 ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian. Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah 4,8 persen (YoY), dibawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2015) yang besarnya 5,7 persen. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan diperkuat dengan membaiknya stabilitas nilai tukar Rupiah. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara signifikan. Ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, impor Indonesia pada akhir triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9
persen (YoY). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mencapai USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan impor. Pada triwulan IV tahun 2015, tingkat inflasi Indonesia menurun dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 (YoY). Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Sementara itu rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4498,2. Dengan demikian, tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 adalah sebesar 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun 2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp3.098,6 triliun. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Penjualan mobil dan motor baik pada triwulan IV tahun 2015 maupun sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yang disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi. Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 248.610 unit, turun sebesar 9,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Penjualan motor pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,7 juta unit, menurun sebesar 8,57 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sepanjang tahun 2015, penjualan mobil dan motor masing-masing sebanyak 1,0 juta unit dan 6,5 juta unit, menurun masing-masing sebesar 16 persen (YoY) dan 18 persen (YoY) dibandingkan tahun 2014. Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 7.756 juta ton, meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sementara itu, sepanjang tahun 2015 penjualan semen mencapai 26.012 juta ton, menurun 1,3 persen dibandingkan tahun 2014. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan IV tahun 2015 meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman rata-rata per bulan mencapai 839.207 orang, sedangkan total kunjungan selama tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... V DAFTAR TABEL......................................................................................................................................... VIII DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ X POLICY BRIEF .............................................................................................................................................. 2 Isu Sektor Industri ............................................................................................................................ 2 Isu Sektor Moneter ........................................................................................................................... 5 PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA................................................................................................... 10 Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ................................................................................ 10 Perkembangan Ekonomi Uni Eropa............................................................................................ 14 Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 17 Perekonomian Jepang .................................................................................................................... 20 Perekonomian Singapura .............................................................................................................. 22 PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 ........................................................................................ 23 PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ....................................................................................... 29 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA.......................................................................................... 32 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................................. 32 Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................................................... 37 Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................................ 39 Neraca Pembayaran Indonesia .................................................................................................... 41 PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ............................................................................................... 49 Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................... 49 Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang...................................................................................... 49 Posisi Utang Pemerintah ................................................................................................................ 50 Surat Berharga Negara (SBN) ....................................................................................................... 51 Pinjaman ............................................................................................................................................. 54 ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ............................................................................... 56 Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota.............. 56 Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi ................................................................. 57 Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 ......................................... 58
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
V
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan untuk Berinvestasi ........................................................................................................................... 59 Layanan Izin Investasi 3 Jam ......................................................................................................... 59 Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global .............................................................. 60 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ..................................................................................................... 61 Perkembangan Ekspor .................................................................................................................... 61 Perkembangan Impor ..................................................................................................................... 65 Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 68 Perkembangan Harga Domestik .................................................................................................. 70 Perkembangan Harga Internasional........................................................................................... 71 Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015.................................................................. 72 PERKEMBANGAN INVESTASI ................................................................................................................ 75 Perkembangan Investasi ................................................................................................................ 75 Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................. 76 Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 76 Realisasi Per Lokasi .......................................................................................................................... 77 Realisasi per Negara ........................................................................................................................ 79 PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ...................................................... 80 Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................ 80 Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA ............................ 80 Ekspor ASEAN Ke RRT ..................................................................................................................... 81 Impor ASEAN dari RRT .................................................................................................................... 82 Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) .............. 83 Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ....................................... 85 Ekspor Impor Indonesia-ASEAN................................................................................................... 85 PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ......................................................................................... 88 Perkembangan Moneter Global .................................................................................................. 88 Perkembangan Moneter Domestik ............................................................................................ 90 INFLASI ......................................................................................................................................................... 92 Inflasi Global ...................................................................................................................................... 92 Inflasi Domestik ................................................................................................................................ 93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
VI
Nilai Tukar Mata Uang Dunia ....................................................................................................... 95 Indeks Harga Saham ........................................................................................................................ 96 Indeks Harga Komoditas Internasional ..................................................................................... 98 Harga Bahan Pokok Nasional......................................................................................................100 Respon Kebijakan Moneter.........................................................................................................101 SEKTOR PERBANKAN .............................................................................................................................102 PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ...............................................................................................106 Pertumbuhan Industri Pengolahan ..........................................................................................106 Data Penjualan Komoditas Industri Utama............................................................................111 Tenaga Kerja Industri ....................................................................................................................115 Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................116 Rencana Pembangunan Industri 2015-2019 .........................................................................117 PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA .........................................................................................118 STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA.......................................................................118 STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL .......................................................................121 STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA..............................................................122 Jumlah Wisatawan Mancanegara .............................................................................................122 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA .............................................................125 10 Destinasi Pariwisata Prioritas ...............................................................................................125 PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA ................................................................................................127 Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015 ............129 Indeks Kutipan Karya Ilmiah .......................................................................................................132 LAMPIRAN.........................................................................................................................................134 Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................135 Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................136 Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ..........................................................................................137 Lampiran 3: Indeks Saham Global.............................................................................................138 Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ...........................................................139 Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional .............................................................................140
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
VII
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ...................................................................................... 12 Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa.......................................................................... 14 Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) ..................................................................... 19 Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ..................................................................................... 22 Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ......................................................................................... 23 Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 26 Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel).................................................................................. 30 Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ...................................................................................................................................... 33 Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ..................................................................................................................................... 36 Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya .................................................................................................................................... 38 Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016 ........................................................ 39 Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ............ 45 Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah) .......................................... 49 Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah) ..................................................... 49 Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015.................................................................................................... 50 Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 ..................................... 51 Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ............................................... 52 Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) .............................. 53 Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ......................................................... 54 Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) ......................................... 54 Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015................................................................................... 62 Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 63 Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 ..... 64 Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 ........................... 64 Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 66 Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015............. 67 Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 67 Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 ..................................................................... 68 Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 68 Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang................................................................................................ 69 Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................ 69 Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................. 69 Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand ............................................................................................ 70 Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 .............................................................................. 70
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
VIII
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ................................................................................. 71 Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015 ......................................................... 73 Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen) ........................................................ 75 Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015 .......................................................... 76 Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor 76 Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 77 Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .. 78 Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ..... 78 Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 79 Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 ............................................ 79 Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 80 Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT ......................................................................................................................... 81 Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT ........................................................................................................................ 82 Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............................................................ 83 Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................... 85 Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN...................................................................................................................... 86 Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD) ......................................................................................... 88 Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase) .............. 89 Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY) .............................................................................................. 92 Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015 .................................................................................................. 93 Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ............................................................................... 94 Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015 ........................................................................... 94 Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan ..................................... 94 Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri................................................................................................... 119 Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri................................................................................ 120 Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015 ......................................................................................... 127 Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru .......................................................... 130 Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang ..................................................................... 131 Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara................................................................................ 132 Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD......................................................................................................... 137 Tabel 65. Indeks Saham Global ........................................................................................................................ 138 Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 139 Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 140
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
IX
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg) .......................................................... 5 Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara ............................................................ 6 Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia .............................................................................................. 6 Gambar 4. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras .................................................................. 8 Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) .................................................................................... 8 Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ...................................................................30 Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) ....32 Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015.39 Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016 ...............41 Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) .........................................................................................................................................................42 Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD) .......................................................................................................................... 43 Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ..............................................................................................................................................43 Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015 .............................................................................61 Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ...................................................................65 Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015 ................72 Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .................................84 Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi .....................84 Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) .................................................................................91 Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)................................................................96 Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia .............................................................................................97 Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ......................................................................................97 Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia ................................................................................98 Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .........................................................99 Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................99 Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok..................................................100 Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia .................................................................102 Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ...................................................103 Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..................................................104 Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) .......................................................106 Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) .107 Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas .........................................108 Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 ...................................................109 Gambar 33. Ekspor Produk Industri .........................................................................................................110
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
X
Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015 ................................................................................................111 Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015 ...........................................................................113 Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton) .........................................................114 Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ...............................................................................115 Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ...................................................116 Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019 ......................................................................118 Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen) ..................................................120 Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015 ..............................................................................121 Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan) ........................................121 Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015 ...................................................122 Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015 ...........................................................................123 Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015 .....124 Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................................................................................ 125 Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia .......................................................................................129 Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015.....................................................135 Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015 .................................................136
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
XI
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
1
POLICY BRIEF Isu Sektor Industri Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tahun 2016 Yogi Harsudiono, SE, MPA Penyediaan lapangan pekerjaan yang layak merupakan hal mutlak dari proses pembangunan nasional—terlebih lagi dengan jumlah populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Sektor industri nasional memegang peranan penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal yang layak bagi tenaga kerja Indonesia. Salah satu resiko yang dihadapi Indonesia pada tahun 2016 adalah melemahnya penyerapan tenaga kerja industri akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi—baik perekonomian global ataupun domestik. Pertumbuhan PDB industri pada tahun 2015 mencapai 5,04 persen, walaupun pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar 4,79 persen, akan tetapi trend pertumbuhan PDB industri sebenarnya menurun sejak tahun 2011, yang ketika itu mencapai 7,46 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2015, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri mencapai 15,25 juta orang—sekitar 13,25 persen dari keseluruhan jumlah pekerja yang mencapai 114,82 juta orang. Dari jumlah tersebut, per tahun 2013, hanya 5 juta tenaga kerja sektor industri yang bekerja di industri skala besar dan menengah, untuk sisanya bekerja di industri skala mikro dan kecil. Dari lima juta tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah, terdapat hanya empat subsektor industri yang secara kumulatif menyerap 2,6 juta tenaga kerja industri—atau mencapai 52 persen dari total tenaga kerja industri skala besar dan menengah. Ke-empat subsektor tersebut adalah subsektor tekstil, makanan minuman, tembakau dan kulit alas kaki. Perkembangan nilai output subsektor tersebut secara signifikan memberi dampak kepada jumlah tenaga kerja di sektor industri yang terserap. Subsektor tekstil merupakan subsektor industri yang paling banyak mempekerjakan tenaga kerja industri, dengan pabrik-pabrik yang banyak didirikan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Akan tetapi, percepatan pertumbuhan output subsektor tekstil mengalami hambatan yang cukup berarti—khususnya di tengah perlambatan perekonomian yang terjadi. Di tahun 2015, pertumbuhan nilai output subsektor tekstil terkontraksi sebesar 4,79 persen. Subsektor tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang berorientasi pada pasar global, beberapa produk utama subsektor tekstil, seperti “Pakaian Jadi” dan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
2
“Pakaian Jadi Rajutan” merupakan produk yang termasuk dalam value chain industri pakaian global. Untuk kedua jenis produk tersebut, 50 persen dari nilai output yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor. Akan tetapi, ketika perlambatan ekonomi dunia mulai terjadi di tahun 2013, persentase produk yang diekspor turun signifikan menjadi kurang dari 30 persen—dampak langsung dari penurunan daya beli mitra dagang Indonesia. Statistik Industri Besar dan Menengah BPS tahun 2013 mencatat bahwa subsektor tekstil pada tahun 2013 mempekerjakan 1 juta orang, atau mencakup sekitar 21 persen dari tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah. Pertumbuhan output subsektor tekstil yang negatif pada tahun 2015 dan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang belum menguat di tahun 2016 membuat penyerapan tenaga kerja subsektor tekstil pada tahun 2016 diperkirakan akan berkurang. Subsektor makanan minuman mempekerjakan kurang lebih 950 ribu tenaga kerja (19 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor industri skala besar dan menengah). Data yang dimiliki tidak mencakup penyerapan tenaga kerja subsektor industri makanan pada industri skala mikro dan kecil, akan tetapi berdasarkan hasil studi literatur dan estimasi sementara, jumlah tenaga kerja subsektor industri makanan di industri skala mikro dan kecil jumlahnya jauh melebihi yang bekerja di skala besar dan menengah. Subsektor industri makanan pada tahun 2015 mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 7,54 persen—lebih tinggi dari pertumbuhan sektor industri dan nasional. Bahkan, berdasarkan dekomposisi pertumbuhan sektor industri tahun 2015, dari keseluruhan 5,04 persen pertumbuhan sektor industri, 45 persen merupakan kontribusi dari subsektor industri makanan. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa, setiap penambahan satu persen pertumbuhan PDB nasional menghasilkan penambahan tenaga kerja sektor makanan minuman skala besar dan menengah sebanyak 8.100 tenaga kerja. Subsektor tembakau mempekerjakan kurang lebih 360 ribu tenaga kerja (sekitar tujuh persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Subsektor tembakau sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,43 persen di tahun 2015. Industri pengolahan tembakau sendiri merupakan industri dengan konsumen mayoritas adalah pasar domestik, sehingga mekanisme transmisi perlambatan perekonomian global kepada industri tembakau tidak melalui perubahan daya beli mitra dagang akan tetapi bersifat tidak langsung melalui penurunan daya beli konsumen masyarakat Indonesia. Dengan struktur permintaan industri tembakau yang cenderung tidak elastis maka pertumbuhan nilai output industri tembakau dan juga beserta jumlah tenaga kerja yang terserap di tahun 2016 diperkirakan tidak akan berubah signifikan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
3
Subsektor industri kulit alas kaki menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 260 ribu tenaga kerja (sekitar lima persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Pada tahun 2015, subsektor kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 3,98 persen. Sebanyak kurang dari 10,0 persen output yang dihasilkan dari subsektor kulit alas kaki diekspor ke pasar luar negeri dan mayoritas dijual ke pasar domestik. Serupa dengan industri berbasis pasar domestik lainnya, pertumbuhan subsektor kulit alas kaki secara mayoritas akan ditentukan oleh perubahan daya beli masyarakat Indonesia. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa secara ratarata, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan PDB nasional akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja subsektor kulit alas kaki skala besar dan menengah sebanyak 4.500 tenaga kerja. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan pemetaan kondisi penyerapan tenaga kerja dan proyeksi pertumbuhan output dari ke-empat subsektor tersebut, maka terdapat tiga pilihan kebijakan yang dapat diambil pemerintah Indonesia dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri pada tahun 2016: 1. Subsektor industri makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja industri yang besar dan memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga leverage terbesar dalam penyerapan tenaga kerja industri nasional adalah melalui pertumbuhan subsektor tersebut. Pemerintah dapat memberikan insentif yang berarti untuk subsektor makanan dan minuman—baik berupa insentif pajak ataupun perencanaan program pembangunan infrastruktur yang mendukung subsektor tersebut. 2. Memberikan insentif fiskal kepada subsektor industri tekstil untuk mengantisipasi turunnya permintaan ekspor produk tekstil melalui pemotongan pajak perusahaan dan penundaan pembayaran pajak. Selain itu, juga melakukan percepatan realisasi investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar industri tekstil nasional—baik dalam hal bantuan kemudahaan perizinan relokasi pabrik tekstil ataupun pembangunan pabrik baru. 3. Memfokuskan pelaksanaan kebijakan yang bertujuan untuk menjaga daya beli konsumen lokal untuk mendorong pertumbuhan subsektor yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik seperti subsektor industri kulit alas kaki dan subsektor industri pengolahan tembakau.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
4
Isu Sektor Moneter Harga Beras Kembali Naik: Apakah Kesejahteraan Petani Membaik? Tari Lestari, S.Si.,SE.,MS Direktorat Keuangan Negara dan Analisa Moneter Kenaikan harga beras pada awal tahun bukan merupakan hal baru. Setiap tahun biasanya fenomena ini selalu terjadi secara berulang, diduga karena pasokan beras yang tidak memadai sementara permintaan tinggi. Akan tetapi, kenaikan harga beras tersebut tidak lantas membuat petani kita lebih sejahtera. Studi empiris menggunakan pendekatan ekonometrik dengan data bulanan periode 2011-2015, menunjukan bahwa petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga. Hal ini diperkuat dengan data yang menunjukan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) justru menurun ketika harga beras naik. Kebijakan pengendalian harga beras yang komprehensif dan terintegrasi dari hulu ke hilir diperlukan untuk mengatasi permasalahan beras. Keberpihakan kepada petani dengan peninjauan secara periodik Harga Penetapan Pemerintah (HPP) mutlak dilakukan.
Awal 2016 Harga Beras Kembali Naik - Pada awal tahun 2016, Indonesia kembali diwarnai dengan masalah kenaikan harga beras. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi pada bulan Januari 2016 dipicu salah satunya oleh kenaikan harga beras sebesar 0,51 persen. - Hingga bulan januari 2016, harga beras kualitas medium di tingkat eceran secara rata-rata mencapai Rp10.804,- dengan lonjakan harga sebesar 12,02 persen dibandingkan bulan Januari tahun sebelumnya (Gambar 1). Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg)
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah
Indonesia: Beras Termahal
-
Jika dibandingkan dengan rata-rata harga beras dunia dan beberapa negara di Asia selama beberapa tahun terakhir, harga beras di Indonesia selalu lebih mahal (Gambar 2).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
5
-
Hal ini berbanding terbalik dengan fakta bahwa Indonesia tercatat sebagai negara ke-tiga penghasil beras terbesar setelah China dan India (FAO, 2015) yang seharusnya menjamin ketersediaan pasokan beras. Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara
Sumber: FAO, data diolah
Permasalahan Beras - Dengan memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter pada tahun 2015, dapat dipetakan beberapa permasalahan terkait kenaikan harga beras yang selama ini dihadapi. Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia
Sumber : TPID, diolah
Hasil Analisis Empiris 1: Petani tidak menentukan harga - Pembentukan harga beras di pasar berangkat dari asumsi bahwa harga beras dipengaruhi oleh harga gabah (baik kering giling atau kering panen) yang ditawarkan oleh petani dan penggiling. Sebagai kontrol, model ini memasukan nilai tukar rupiah sebagai variabel independen.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
6
P_ECERAN=∝+β1P_GKGGILING+β2P_GKGPETANI+β3P_GKPGILING+β4P_GKPPETA NI+ β5KURS+ε1 (1) P_ECERAN=1178.58-1.55*P_GKGGILING+2.67*P_GKGPETANI5.09*P_GKPGILING+4.78*P_GKPPETANI+0.34*KURS t-stat (9.18)
(3.19)
p-value (0.000) R2
(-1.16)
(2.15)
(-0.69)
(0.64)
(0.0024) (0.2504)
(0.0361)
(0.4939)
(0.5231)
Adj-R2
= 0.9525
= 0.948
DW-Stat = 1.15
- Hasil simulasi model ini menunjukan bahwa pada level signifikansi 5 persen, harga beras di tingkat eceran dipengaruhi oleh harga gabah kering giling di tingkat penggilingan dan nilai tukar. Sementara, harga gabah (baik kering giling ataupun kering panen) di tingkat petani tidak signifikan mempengaruhi harga beras eceran. Hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga beras di pasar. Ketika harga beras naik, petani tidak merasakan keuntungan dari kenaikan tersebut. Hasil Analisis Empiris 2 : Harga beras sensitif terhadap perubahan nilai tukar 𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑬𝑪𝑬𝑹𝑨𝑵) =∝ +𝜷𝟏𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑮𝑲𝑮𝑮𝑰𝑳𝑰𝑵𝑮) + 𝜷𝟔𝒍𝒐𝒈(𝑲𝑼𝑹𝑺) + 𝜺𝟏 ………. (2) log(P_ECERAN) = 1.37 + 0.45 * log(P_GKGGILING)+0.41*log(Kurs) t-stat
(4.63) (6.87)
(9.97)
p-value
(0.00)
(0.00)
R2
= 0.949
(0.00) Adj-R2
= 0.947
DW-Stat = 0.958
- Model (2) memperlihatkan bagaimana harga beras di Indonesia sangat ditentukan oleh volatilitas nilai tukar rupiah. - Tingkat representatif model diperlihatkan oleh Koefisien Determinasi sebesar 0,9473 (0,95). Hal ini menunjukan bahwa harga gabah kering giling di tingkat penggilingan dan nilai tukar dapat menjelaskan pembentukan harga beras eceran sebesar 95,0 persen. Analisis ini sudah mengeliminasi permasalah data time series, seperti: autokorelasi, stasioneritas, dan multikolinearitas. Interpretasi - Setiap kenaikan 1 persen harga gabah kering giling di tingkat penggiling akan menaikkan harga beras eceran sebesar 0,45 persen. - Setiap nilai tukar rupiah terdepresiasi 1 persen maka harga beras akan naik sebesar 0,41 persen. Hasil Analisis Empiris 3 : HPP belum dapat memberikan insentif yang layak bagi petani - Analisis regresi logaritmik univariat antara variabel HPP gabah di tingkat petani dengan inflasi menunjukan bahwa pada level signifikansi 10 persen setiap
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
7
kenaikan satu persen inflasi akan menaikkan HPP gabah di tingkat petani sebesar 0,12 persen. log(P_HPPGABAHPETANI) = 7.859 + 0.12 * log(INFLASI_YoY) t-stat
(83.06) (2.23)
p-value
(0.00)
R2
= 0.079
(0.0295) Adj-R2
= 0.063
DW-Stat = 0.099
- Nilai elastisitas ini cukup kecil. Hal ini menunjukan bahwa selama ini, kebijakan penetapan HPP untuk gabah di tingkat petani belum efektif. Kenaikan inflasi hampir tidak diimbangi dengan kebijakan untuk menaikan HPP ke tingkat yang pantas yang dapat menjamin kesejahteraan petani. - Berdasarkan data yang dirilis BPS, di saat harga beras naik, NTP bulan Januari tahun 2016 secara nasional justu turun sebesar 0,27 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini karena kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,63 persen, lebih tinggi dari Indeks Harga yang diterima petani (It) sebesar 0,35 persen. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan NTP secara signifikan selama empat tahun terakhir (Gambar 5). Gambar 5. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras
Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Gambar
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
8
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY). Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY), melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY). Pada bulan Januari 2016, IMF dan Bank Dunia memproyeksi perekonomian dunia tahun 2015 tumbuh sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen pada tahun 2016
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
9
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia pada tahun 2015 masih tetap lemah akibat penurunan pertumbuhan negaranegara berkembang dan moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju
Harga komoditas mengalami penurunan sejak bulan September 2015 akibat kenaikan produksi minyak mentah
Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah. Pertumbuhan ekonomi negaranegara berkembang yang mencakup 70,0 persen pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Tiga faktor yang mempengaruhi penurunan ekonomi global adalah: (1) Perlambatan dan rebalancing secara bertahap aktivitas perekonomian Tiongkok, khususnya investasi dan manufaktur terhadap konsumsi dan jasa; (2) rendahnya harga komoditas energi dan lainnya; (3) pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang menandai perbaikan perekonomian, meskipun langkah bank sentral di beberapa negara maju melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter. Harga komoditas khususnya minyak mentah mengalami penurunan sejak bulan September 2015. Perkiraan peningkatan produksi negara-negara anggota OPEC menyebabkan kenaikan supply minyak mentah terus terjadi, bahkan melampaui jumlah permintaan. Penurunan harga minyak berdampak negatif bagi investasi ekstraksi minyak dan gas, serta mengurangi permintaan agregat global. Harga komoditas lain seperti baja juga mengalami penurunan.
Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi ekspor. Meskipun didukung dari kontribusi positif pada meningkatnya pengeluaran konsumsi
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
10
pribadi, belanja pemerintah pusat, dan investasi tetap residensial. Perlambatan konsumsi Amerika Serikat yang tumbuh 2,2 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
Belanja Pemerintah Amerika Serikat tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015
Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis perlambatan konsumsi yang tumbuh 2,2 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, setelah tumbuh 4,3 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Konsumsi barang hanya mengalami kenaikan sebesar 2,4 persen (YoY), dan konsumsi jasa hanya naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Ketidakpastian cuaca khususnya musim dingin turut menyebabkan tingkat penjualan yang melambat. Perlambatan ini memberikan kontribusi yang cukup besar besar perlambatan pertumbuhan ekonomi karena pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen dari seluruh perekonomian Amerika Serikat. Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara keseluruhan tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi menjadi sebesar -1,4 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah pusat tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY), dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar -5,7 persen. Sama halnya dengan belanja pemerintah pusat, belanja pemerintah untuk bidang pertahanan juga tumbuh sebesar 3,6 persen, meningkat setelah terkontraksi sebesar -10,3 persen (YoY). Di sisi lain, belanja pemerintah nonpertahanan mengalami tumbuh sebesar 1,4 persen pada triwulan IV tahun 2015, melambat setelah tumbuh 2,1 persen (YoY) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Berbeda dengan pergerakan belanja-belanja lainnya, belanja pemerintah daerah mengalami kontraksi sebesar -0,6 persen (YoY), sedangkan triwulan IV tahun 2014 tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
11
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) 2014 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,9 2,0 Konsumsi Barang
1,3 1,1
3,8 6,7
3,5 4,1
4,3 4,1
1,8 1,1
3,6 5,5
3,0 5,0
Jasa Investasi Ekspor Impor Belanja Pemerintah Belanja Pemerintah Pusat Belanja Pertahanan Belanja Non-Pertahanan
1,4 –2,5 -6,7 2,8 0,0 0,3 –4,6 8,9
2,4 12,6 9,8 9,6 1,2 –1,2 –0,5 –2,2
3,1 7,4 1,8 -0,8 1,8 3,7 4,5 2,5
4,3 2,1 5,4 10,3 –1,4 –5,7 –10,3 2,1
2,1 8,6 -6,0 7,1 -0,1 1,1 1,0 1,2
2,7 5,0 5,1 3,0 2,6 0,0 0,3 –0,5
2,1 -0,7 0,7 2,3 1,8 0,2 -1,4 2,8
Belanja Pemerintah Daerah
–0,2
2,6
0,6
1,3
–0,8
4,3
2,8
Q4 0,7 2,2 2,4 2,0 -2,5 -2,5 1,1 0,7 2,7 3,6 1,4 - 0,6
Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2016
Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -5,6 persen (YoY), menurun tajam dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY)
Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 43,4 miliar
Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -2,5 persen (YoY), menurun tajam dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh pelemahan harga minyak mentah menyebabkan penurunan investasi khususnya eksplorasi yang turun hingga 35,0 persen pada tahun 2015 atau penurunan paling tajam sejak 1986. Kontraksi investasi berdampak pada pengeluaran bisnis khususnya struktural nonresidensial. Pada tahun 2015, The Fed menaikkan federal fund rate (suku bunga acuan) dari 0,0 persen sampai 0,25 persen menjadi 0,25 persen hingga 0,50 persen. Kenaikan FFR merupakan pertama kalinya sejak tahun 2006. Kebijakan The Fed dipengaruhi oleh pertimbangan perkiraan perbaikan pasar tenaga kerja AS, tingkat pengangguran turun hingga 5,0 persen, dan tingkat inflasi diperkirakan akan mencapai target 2,0 persen dalam jangka menengah. Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD43,4 miliar, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD42,2 miliar. Defisit perdagangan barang naik menjadi sebesar USD 62,5 miliar, sedangkan sektor jasa mengalami
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
12
peningkatan surplus menjadi sebesar USD19,2 miliar. Ekspor barang dan jasa turun menjadi sebesar USD181,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor barang terutama disebabkan oleh penurunan jumlah kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan bermotor, bahan dan stok barang industri, serta makanan dan minuman. Sementara itu, ekspor jasa mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh jasa keuangan dan jasa lainnya (jasa penelitian dan pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa hubungan dan teknis perdagangan). Sebaliknya, impor barang dan jasa meningkat menjadi sebesar USD224,9 miliar, dengan peningkatan pada impor barang yang disebabkan oleh kenaikan pada jumlah kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan bermotor, serta bahan dan stok barang industri. Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya untuk wisata (untuk semua tujuan termasuk pendidikan) dan jasa lainnya. Jumlah pengangguran hingga bulan Desember 2015 tetap sebesar 7,9 juta orang
Jumlah pengangguran hingga bulan Desember 2015 tetap sebesar 7,9 juta orang. Kenaikan jumlah lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai sektor, diantaranya pada bisnis jasa dan profesional, kesehatan, konstruksi, bisnis jasa makanan dan minuman. Pada bulan Desember 2015, penyerapan tenaga kerja di sektor nonpertanian sebesar 292.000 orang. Tingkat partisipasi angkatan kerja AS bulan Desember 2015 sebesar 62,6 persen atau sedikit menurun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 62,7 persen. Pergerakan data tenaga kerja AS yang cenderung mendatar disebabkan oleh kontraksi pada sektor manufaktur, penurunan tajam tingkat ekspor dan dampak kenaikan federal fund rate.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
13
Perkembangan Ekonomi Uni Eropa Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010 masih berjalan lambat
Perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010 terus berlanjut, meskipun masih berjalan lambat. Pada triwulan IV tahun 2015 terjadi perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa. Perlambatan ini disebabkan oleh output sektor industri yang terus menurun, dan ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan mata uang Euro yang berkontribusi negatif bagi perekonomian.
Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa Pertumbuhan PDB (%) Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ) Kawasan Eropa (U19) Uni Eropa (U28) Sumber: Eurostat
Estonia menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,2 persen (QtQ)
Produksi industri di kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh masingmasing sebesar 1,0 persen (YoY) dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya
Q4-14 0,9
Q4-15 1,5
Q3-15 0,3
Q4-15 0,3
0,9
1,8
0,4
0,3
Pada triwulan IV tahun 2015, berdasarkan publikasi Eurostat, Estonia menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi, dengan pertumbuhan sebesar 1,2 persen (QtQ). Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan tumbuh 0,3 persen (QtQ), sedikit melambat dibandingkan triwulan III tahun 2015. Yunani menjadi negara yang diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi paling dalam dengan pertumbuhan sebesar -0,6 persen (QtQ). Di sisi lain, perekonomian Portugal dan Perancis mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 0,2 persen (QtQ). Sedangkan Italia dan Spanyol dalam tren positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 0,1 persen (QtQ) dan 0,8 persen (QtQ). Pada bulan Desember 2015, indeks harga sektor industri dari keseluruhan industri di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan masing-masing sebesar -3,0 persen (YoY), dan -3,2 persen (YoY). Sementara, produksi industri di kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami pelemahan dengan turun masing-masing sebesar 1,0 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
14
tahun sebelumnya. Produksi industri menurun disebabkan oleh penurunan produksi energi sebesar -7,3 persen (YoY) dan barang modal sebesar -2,6 persen (YoY). Disisi lain, produksi barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,4 persen (YoY), barang setengah jadi sebesar 0,4 persen (YoY), dan barang konsumsi tahan lama sebesar 0,8 persen (YoY) mengalami kenaikan, namun belum dapat mendorong laju produksi industri. Sementara itu, produksi sektor industri yang melemah di kawasan Uni Eropa disebabkan oleh penurunan produksi energi sebesar -5,7 persen (YoY) dan barang modal sebesar -1,4 persen (YoY), meskipun produksi barang konsumsi tahan lama, tidak tahan lama, barang setengah jadi masingmasing meningkat sebesar 0,8 persen (YoY), sebesar 1,4 persen, dan 0,4 persen (YoY). Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR24,3 miliar dan Uni Eropa mengalami surplus sebesar EUR20,5 miliar
Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR24,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya EUR23,6 miliar. Pada Desember 2015, negara-negara Uni Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR20,5 miliar, meningkat dibandingkan bulan Desember 2014 yang surplus sebesar EUR11,4 miliar. Sejalan dengan tren positif neraca perdagangan Eropa, volume perdagangan ritel bulan Desember 2015 di kawasan Eropa meningkat sebesar 2,4 persen (YoY) dan 3,0 persen (YoY) di Uni Eropa. Hal ini disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor nonmakanan sebesar 1,8 persen (YoY) dan sektor makanan, minum, dan tembakau sebesar 0,8 persen (YoY). Namun demikian, bahan bakar kendaraan bermotor turun tipis sebesar 0,8 persen (YoY). Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan Uni Eropa dipengaruhi oleh kenaikan sektor nonmakanan sebesar 2,0 persen (YoY), dan sektor makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,5
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
15
persen (YoY), serta bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 0,1 persen (YoY). Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan
Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Desember mencapai 10,4 persen (YoY)
Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan. Rasio defisit anggaran pemerintah terhadap PDB pada triwulan III tahun 2015 di kawasan Eropa menjadi sebesar 1,8 persen, sedikit menurun dibandingkan triwulan II tahun 2015 yang besarnya 2,2 persen. Defisit anggaran pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga menurun dari triwulan II tahun 2015 sebesar 2,6 persen menjadi 2,3 persen pada triwulan III tahun 2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan III tahun 2015, tingkat utang di kawasan Euro mencapai 91,6 persen dari PDB, sedikit menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 92,2 persen. Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap PDB di kawasan Eropa, Uni Eropa juga mengalami sedikit penurunan tingkat utang sebesar 87,7 persen terhadap PDB dibandingkan triwulan II tahun 2015 yang besarnya 87,8 persen. Pada triwulan III tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal menjadi negara dengan tingkat utang terhadap PDB tertinggi yaitu masing-masing sebesar 171,0 persen; 134,6 persen; dan 130,5 persen. Sementara itu negara dengan tingkat utang terhadap PDB terendah adalah Estonia yang besarnya 9,8 persen, Luxemburg yang besarnya 21,3 persen, dan Bulgaria yang besarnya 26,9 persen. Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan Eropa diikuti oleh penurunan jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Desember 2015 mencapai 10,4 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya 11,4 persen (YoY), merupakan yang terendah sejak bulan September 2011. Sementara itu, tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan Desember 2015 sebesar 9,0 persen, menurun
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
16
dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya 9,9 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga kerja di Uni Eropa sebanyak 21.944 juta orang, dimana 16.750 juta orang berada di kawasan Eropa. Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun sebesar 2.026 juta orang, dan 1.501 juta orang di kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan Desember 2014. Tingkat pengangguran tertinggi dialami Yunani (24,5 persen), dan Spanyol (20,8 persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling rendah adalah Jerman dan Republik Ceko (4,5 persen), serta Malta dan Inggris (5,1 persen pada Oktober 2015 untuk data Inggris).
Perekonomian Tiongkok Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan tekanan pembangunan ekonomi dalam negeri
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY) disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya.
Pemerintah Tiongkok menerapkan pola pembangunan dan strategi baru dengan tetap menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi, perbaikan regulasi makroekonomi, reformasi yang lebih mendalam, mendukung kewirausahaan skala besar dan inovasi, serta meningkatkan supply barang dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian Tiongkok secara bertahap masih moderat. Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY), menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 merupakan paling rendah sejak tahun 2009. Pada keseluruhan tahun 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian. Tiongkok mengharapkan pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan, serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
17
tajam yang berdampak pada berkurangnya lapangan kerja dan pendapatan. Nilai tambah industri tersier, primer, dan sekunder Tiongkok mengalami pertumbuhan
Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para pengembang yang cukup tinggi
People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang melambat
Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic Tiongkok, nilai tambah industri tersier pada triwulan IV tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan tumbuh 8,4 persen (YoY). Kondisi ini menandai percepatan pengembangan dan inovasi di bidang perindustrian. Nilai tambah industri primer dan sekunder juga meningkat sebesar 3,9 persen (YoY) dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan produksi industri relatif stabil. Nilai tambah industri pertambangan dan manufaktur masing-masing meningkat sebesar 2,7 persen (YoY) dan 7,0 persen (YoY). Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis penjualan retail barang konsumsi pada bulan Desember 2015 tumbuh 11,1 persen (YoY), atau menjadi USD436 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh kebijakan pro-konsumsi yang dicanangkan oleh Pemerintah. Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para pengembang yang cukup tinggi. Pada triwulan IV tahun 2015, penjualan bangunan perumahan dan bangunan komersial tumbuh masing-masing sebesar 16,6 persen (YoY) dan 14,4 persen (YoY). Selain itu , total investasi di sektor real estate pada tahun 2015 sebesar CNY9.597,9 miliar atau hanya tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu, luas bangunan baru secara keseluruhan dan bangunan komersial mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,0 persen (YoY) dan 14,6 persen (YoY). People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang melambat. Pada 30 November 2015, Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi menetapkan penggunaan mata uang Tiongkok, Renminbi sebagai mata uang special drawing rights (SDR). Hal ini
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
18
merupakan titik awal reformasi keuangan yang mendalam dan liberalisasi keuangan. Pada 24 Oktober 2015, PBoC kembali memotong suku bunga acuan pinjaman dan deposito sebesar 25 basis poin masing-masing menjadi sebesar 4,35 persen dan 1,5 persen. Selain itu, Giro Wajib Minimum (GWM) juga diturunkan 50 basis poin menjadi 17,5 persen berlaku bagi semua bank. Namun demikian, GWM perbankan khusus pertanian dan UMKM akan mendapat kembali pengurangan sebesar 50 basis poin.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akibat reformasi struktural berdampak yang pada kinerja neraca perdagangan yang melemah
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akibat reformasi struktural yang berdampak pada perlambatan kinerja neraca perdagangan. Perdagangan Tiongkok pada bulan Desember 2015 hanya mencapai surplus sebesar USD60,09 miliar, sedikit menguat dibandingkan bulan November 2015 yang besarnya USD54,1 miliar. Kinerja ekspor bulan September 2015 mengalami penurunan sebesar 1,4 persen (YoY). Hal ini disebabkan gangguan pasar keuangan Tiongkok, perbaikan ekonomi yang melambat, dan depresiasi nilai tukar CNY terhadap mata uang lain. Sementara itu, impor mengalami penurunan sebesar 7,6 persen (YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat pabrik yang menimbun minyak mentah, biji besi, dan bahan lainnya terkena dampak penurunan harga komoditas global.
Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) PMI Tiongkok November-15 Desember-15 HSBC 50,5 49,4 NBS Tiongkok 49,6 49,7 Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2016
Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas bisnis selama empat bulan terakhir
Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas bisnis telah menurun selama empat bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen terhadap sektor manufaktur. Pelemahan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
19
permintaan konsumen dan kompetisi yang semakin ketat antar bisnis baru berkontribusi pada kelanjutan penurunan rata-rata tarif, dimana sektor manufaktur menurunkan biaya input dan berdampak bagi penurunan tingkat inflasi Tiongkok. National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis data PMITM sebesar 49,7 sedikit menguat dibandingkan bulan November 2015. Hal ini disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan baru, dan indeks waktu pengiriman dari supplier sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih tinggi dari batas nilai indeks PMITM manufaktur Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini menggambarkan perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan sektor manufaktur, dimana lapangan kerja baru di sektor jasa Tiongkok hanya mengalami sedikit kenaikan dan penciptaan bisnis baru juga menurun, seiring dengan perusahaan manufaktur yang hanya tumbuh moderat dalam enam bulan terakhir.
Perekonomian Jepang Perekonomian Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY)
Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY). Kondisi ini merupakan penurunan pertumbuhan ketiga berturut-turut dan penanda awal fase resesi ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang disebabkan oleh konsumsi swasta yang menurun dan apresiasi mata uang Yen terhadap Dolar yang berdampak negatif bagi ekspor dan pengeluaran modal. Seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang, tingkat pengangguran mengalami kenaikan. Pengangguran Jepang pada bulan Desember 2015 turun 3,3 persen (MtM) dibandingkan bulan November 2015 yang besarnya 0,0 persen (MtM). Namun demikian, jumlah pengangguran secara tahunan menurun hingga sebesar 2,9 persen (YoY) atau menjadi sebesar 2,04 juta orang dibandingkan bulan Desember 2014.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
20
Pemerintah Jepang mencanangkan Abenomics 2.0 untuk mendorong tingkat potensi pertumbuhan
Jepang mengalami penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca perdagangan
Ekspor dan Impor Jepang mengalami penurunan masing-masing sebesar -8,0 persen (YoY) dan -18,0 persen (YoY)
Pada bulan September 2015, pemerintah Jepang mencanangkan kebijakan Abenomics 2.0 setelah kebijakan sebelumnya yang terfokus pada strategi pertumbuhan, kebijakan fiskal, dan pelonggaran moneter untuk mendorong perekonomian keluar jerat deflasi dianggap kurang berhasil. Kebijakan Abenomics 2.0 bertujuan untuk mendorong tingkat potensi pertumbuhan antara lain: (1) Mendorong pencapaian PDB nominal sebesar JPY600 miliar pada tahun 2016; (2) bantuan keuangan bagi keluarga untuk mendorong angka kelahiran hingga 1,8 persen per tahun; (3) tambahan fasilitas perawat bagi lansia, agar mencapai target 0,0 persen jumlah pekerja meninggalkan pekerjaan karena menjaga anggota keluarga. Pada bulan Desember 2015, Jepang mengalami penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca perdagangan. Kebijakan pelonggaran moneter yang cukup agresif yaitu pelemahan mata uang Yen terhadap USD hingga 16,0 persen berhasil mendorong perekonomian. Publikasi Departemen Keuangan Jepang memperkirakan neraca perdagangan mengalami surplus sebesar JPY140,3 juta pada bulan Desember 2015, meningkat cukup signifikan dibandingkan pada bulan Desember 2014 yang mengalami defisit besarnya JPY665,6. Secara umum, nilai ekspor Jepang pada bulan Desember 2015 turun sebesar -8,0 persen (YoY) dibandingkan bulan Desember 2014. Hal ini menandai pelemahan ekspor tiga bulan berturutturut dan penurunan terbesar sejak bulan September 2015. Namun, volume eskpor mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen (YtD). Pelemahan kinerja ekspor disebabkan pelemahan permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen berhasil mendorong barang ekspor lebih kompetitif. Sementara itu, impor mengalami penurunan sebesar -18,0 persen (YoY), dibandingkan bulan Desember 2014. Kinerja impor yang melemah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
21
disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan permintaan dalam negeri.
Perekonomian Singapura Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan penguatan sektor jasa
Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan penguatan sektor jasa yang mempengaruhi dua pertiga perekonomian. Namun demikian, permintaan eksternal yang melemah, persaingan global, kenaikan biaya di sektor bisnis, dan pertumbuhan tenaga kerja dalam negeri yang mendatar mempengaruhi kinerja sektor manufaktur Singapura. Perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar, sehingga permasalahan eksternal akan berdampak besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri Singapura.
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ) Q4-14 Q4-15 Q3-15 Q4-15 Pertumbuhan Ekonomi 2,1 2,0 1,7 5,7 Industri Barang Manufaktur
-1,3
-6,0
Konstruksi 0,7 2,2 Industri Jasa 3,1 3,2 Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura
Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura mengalami penurunan
-3,5
-3,1
-4,9 2,9
7,0 6,5
Meskipun mengalami penguatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura tetap mengalami penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics Singapore, kinerja ekspor terkontraksi sebesar -6,4 persen (YoY), menurun dibandingkan bulan Desember 2014. Sementara, kinerja impor juga terkontraksi sebesar -10,6 persen (YoY). Pelemahan kinerja ekspor disebabkan oleh penurunan tajam ekspor minyak domestik yang terkontraksi hingga 24,9 persen (YoY). Sementara, ekspor domestik nonminyak juga mengalami penurunan sebesar 7,2 persen (YoY). Namun, re-ekspor minyak menguat sebesar 0,8 persen (YoY) belum dapat mendorong
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
22
secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan Desember 2015. Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan IV tahun 2015, sedangkan sektor konstruksi dan industri jasa mengalami pertumbuhan.
Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penurunan rekayasa transportasi, elektronika dan rekayasa presisi. Di sisi lain, sektor konstruksi Singapura tumbuh pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh perbaikan aktivitas konstruksi sektor swasta. Selain itu, industri jasa juga mengalami pertumbuhan yang didorong oleh kenaikan kinerja di sektor perdagangan besar dan retail, serta sektor keuangan dan asuransi.
PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF WEO-IMF Realisasi Perkiraan Kelompok Negara 2014 2015 2016 Dunia 3,4 3,1 3,6 Negara Maju 1,8 2,0 2,2 Amerika Serikat Kawasan Eropa
2,4 0,9
2,6 1,5
Negara Berkembang 4,6 4,0 Tiongkok 7,3 6,8 ASEAN-5 4,6 4,6 Amerika Latin dan 1,3 -0,3 Karibia Sub Sahara Afrika 5,0 3,8 Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015
Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara maju yang berjalan lambat
2,8 1,6 4,5 6,3 4,9 0,8 4,3
IMF menjelaskan resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan PDB dunia yang masih terkoreksi pada tahun 2015 disebabkan oleh penurunan harga komoditas, depresiasi mata uang negara-negara berkembang, dan volatilitas pasar keuangan terus meningkat. Namun demikian, aktivitas perekonomian global mengalami sedikit penguatan pada tahun 2016. Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang dimulai tahun 2016 diperkirakan semakin menguat.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
23
Koreksi pada pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh perlambatan aktifitas perekonomian pada negara berkembang maupun negara maju
Perbaikan Amerika Serikat didorong oleh kondisi pelonggaran keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan properti
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung melambat pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang melambat seiring dengan reformasi struktural Tiongkok
Bank Dunia juga menyatakan koreksi pada pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh perlambatan aktifitas perekonomian pada negara berkembang maupun negara maju akibat penurunan harga komoditas, perdagangan dunia, dan aliran modal. Pada tahun 2016, perekonomian dunia diperkirakan kembali menguat. Disisi lain, beberapa proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang mengalami kenaikan secara bertahap diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika Latin, dan Timur Tengah, meskipun perekonomian Tiongkok diperkirakan masih melambat. Perbaikan Amerika Serikat diperkirakan terus berjalan. Hal ini didorong oleh kondisi pelonggaran keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan properti. Namun, penguatan mata uang Dolar yang berpengaruh pada sektor manufaktur dan rendahnya harga minyak mentah akan mengurangi investasi di sektor peralatan dan struktur pertambangan. Di sisi lain, perekonomian di kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan pertumbuhannya cenderung moderat. Hal ini disebabkan oleh penguatan konsumsi swasta yang didorong oleh pelemahan harga minyak mentah dan longgarnya kebijakan moneter, meskipun berdampak bagi pelemahan net ekspor. Sementara, pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung melambat pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang melambat seiring dengan reformasi struktural Tiongkok. India dan seluruh negara berkembang Asia diperkirakan tumbuh cukup kuat, walaupun beberapa negara terkena dampak reformasi struktural Tiongkok dan pelemahan sektor manufaktur secara global. Perlambatan ekonomi ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term of trade Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina, dan Vietnam akibat penurunan harga minyak mentah. Disisi lain, pelemahan ekonomi Asia Timur
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
24
dan Pasifik disebabkan oleh perlambatan ekonomi Tiongkok dan perbaikan ekonomi hampir di seluruh kawasan. Pertumbuhan moderat diperkirakan terjadi di Malaysia dan Indonesia, sejalan dengan berkurangnya gejolak politik Malaysia dan reformasi ekonomi yang mendorong pertumbuhan investasi Indonesia. Selain itu, Thailand diperkirakan masih dibayangi ketidakpastian kondisi politik yang berimplikasi pada investasi swasta dan tingginya utang rumah tangga yang menghambat konsumsi swasta. Kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia Perekonomian di kawasan diperkirakan masih Sub Sahara Afrika melambat pada tahun 2015, cenderung mengalami dan pertumbuhan perlambatan sebagai cenderung moderat pada dampak tahun 2016dari penurunan harga komoditas khususnya minyak mentah
Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat pada tahun 2016. Proyeksi penurunan harga komoditas dan pergolakan domestik menekan kinerja perekonomian beberapa negara di Amerika Latin. Sementara itu, Brazil sebagai salah satu perekonomian terbesar di kawasan Amerika Latin diperkirakan kembali tumbuh dibawah prediksi. Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta permintaan dalam negeri terjadi akibat gangguan politik, penurunan investasi secara cepat, dan pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu, perbaikan permintaan dari pasar Amerika Serikat akan mendukung perekonomian, seiring dengan implementasi reformasi struktural di Meksiko dan perjanjian damai dengan pemberontak di Kolombia. Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak dari kelanjutan pelemahan harga komoditas dan biaya kredit yang semakin tinggi di beberapa negara ekonomi terbesar seperti Angola, Nigeria, Afrika Selatan dan negara eksportir komoditas lainnya. Hal ini terjadi akibat penurunan permintaan dari Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar negara Sub Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan global. Perbaikan ekonomi di kawasan Sub Sahara
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
25
Afrika pada tahun 2016 terjadi seiring dengan penguatan belanja pemerintah dan investasi swasta. Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) Pertumbuhan PDB (%) 2015 2016 2014 ADO Update ADO Update Asia 6,2 6,3 5,8 6,3 6,0 Asia Timur 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0 Tiongkok 7,3 7,2 6,8 7,0 6,7 Jepang -0,1 1,1 1,5 1,4 1,6 Asia Selatan 6,8 7,2 6,9 7,6 7,3 Asia Tengah 5,1 3,5 3,3 4,5 4,2 ASEAN 4,4 4,9 4,4 5,3 4,9 Singapura 2,9 3,0 2,1 3,4 2,5 Sumber: Asian Development Outlook, 2015
Perekonomian negaranegara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. menyebar ke seluruh kawasan
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok
ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. Prospek perlambatan negara-negara berkembang Asia menyebar ke seluruh kawasan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat. Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan pelemahan. ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah, meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok. Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling dirasakan oleh Mongolia dimana penurunan penanaman modal asing, output pertanian, dan kelanjutan kebijakan moneter ketat yang diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2016, kinerja perekonomian di negara-negara maju diasumsikan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
26
mengalami perbaikan yang akan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan Asia Timur kecuali Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi dan produksi industri kebijakan fiskal yang lebih kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD
Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan mengalami penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah
Estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung moderat, perlambatan ekonomi di negaranegara maju, perdagangan global, penundaan mengenai reformasi struktural India
Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara, tingkat ekspor diperkirakan menurun seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca perdagangan dan neraca pembayaran dalam kondisi surplus seiring dengan penurunan impor akibat fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi lain, pelemahan sektor properti, perlambatan pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan fiskal dan moneter yang komodatif, serta penguatan permintaan eksternal dan dalam negeri akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016. Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan mengalami penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah mendorong perkiraan pertumbuhan positif ekonomi Jepang. Pada tahun 2016, fluktuasi pasar keuangan, devaluasi mata uang Tiongkok, dan depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat menekan permintaan ekspor Jepang. Konsumsi dalam negeri dan investasi diproyeksikan mengalami perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan eksternal diperkirakan tetap terjadi. Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan pada tahun 2015 menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung moderat, perlambatan ekonomi di negara-negara maju, perdagangan global, penundaan mengenai reformasi struktural India yang berakhir
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
27
Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia serta Tiongkok
Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan enam negara ASEAN dikoreksi turun dan sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok
deadlock di parlemen. Disisi lain, perlambatan aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan kawasan Asia Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa dan pemulihan ekonomi akibat gempa besar di Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia. Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara eksportir energi seperti Azerbaijan, Kazakhstan, Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat penurunan harga minyak mentah dan gas. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara-negara importir energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta Tajikistan juga melambat karena pelemahan konsumsi domestik akibat remittances yang lebih rendah. Pada tahun 2016, pelemahan ekonomi pada sebagian besar negara-negara eksportir akibat perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok akan menahan laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Asia Tengah. Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Filipina, Singapura, Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang melemah di sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok. Selain itu, pelemahan permintaan global, penurunan harga minyak global, dan komoditas berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei Darusalam dan Malaysia. Pada tahun 2016, perekonomian ASEAN diperkirakan membaik melalui peningkatan ekspor dan investasi pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
28
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor manufaktur
Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015, proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada sebagian besar negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor manufaktur yang menyebabkan penurunan output rekayasa transportasi, dan industri biomedis. Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh perkiraan tumbuhnya sektor jasa khususnya perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan konsumsi swasta akan mendorong pengeluaran konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri masih melemah akibat penurunan inventori.
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat kondisi oversupply
Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat kondisi oversupply. Tren harga minyak mentah cenderung menurun pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh OPEC memutuskan kebijakan untuk tidak melakukan pembatasan produksi, untuk mempertahankan pangsa pasar. Berdasarkan publikasi OPEC pada Desember 2015, tingkat permintaan minyak dunia pada triwulan IV tahun 2015 direvisi turun 0,02 juta barel perhari dibandingkan publikasi bulan November 2015, menjadi 93,94 juta barel per hari. Berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration), terdapat peningkatan stok distillate sebesar 8,7 juta barel dan stok gasoline sebesar 4,5 juta barel di Amerika Serikat pada akhir bulan Desember 2015, dibandingkan stok pada akhir bulan November 2015, menjadi berturut-turut sebesar 153,1 juta barel dan 221,4 juta barel. Kondisi ini dapat mendorong harga minyak mentah sedikit menguat, mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen minyak kedua terbesar di dunia.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
29
Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) Rata-rata Rata-rata Bulanan Triwulanan Harga Minyak Mentah Dunia 2015 2015 Q1 Q2 Q3 Juli Agts Sept Crude Oil (Rata-rata)
51.6
60.5
48.8
54.3
45.7
46.3
Crude Oil; Brent
53.9
62.1
50.0
55.9
47.0
47.2
Crude Oil; Dubai
52.2
61.4
49.9
56.3
47.2
46.2
Crude Oil; WTI
48.6
57.8
46.4
50.9
42.9
45.5
42.8
43.1
Indonesian Crude Price 51.6 60.5 45.9 51.81 Oil Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional
Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional. Penurunan harga minyak ICP disebabkan oleh produksi minyak mentah OPEC mengalami peningkatan produksi bulan November 2015 sebesar 0,23 juta barel per hari, dibandingkan bulan Oktober 2015 menjadi 31,7 juta barel per hari. Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah dipengaruhi oleh penurunan produktifitas kilang Jepang di Yokkaichi sebesar 255.000 BOPD yang disebabkan oleh kebakaran dan terdapat penurunan utilisasi kilang negara Tiongkok sebesar 2,0 persen menjadi 6,31 juta BOPD atau hanya sebesar 153,1 juta barel dan 221,4 juta barel.
Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
30
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), relatif sama dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY). Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
31
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 adalah 4,8 persen (YoY), dengan pertumbuhan ekonomi sebesar sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015.
Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), dengan pertumbuhan ekonomi sebesar sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan tersebut di bawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan belanja Negara perubahan (APBN-P) 2015 yang besarnya 5,8 persen. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 merupakan pertumbuhan tertinggi selama tahun 2015. Sebelumnya, pada triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2015, perekonomian Indonesia hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,7 persen (YoY). Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, perekonomian juga diperkuat dengan perkembangan nilai tukar Rupiah yang mulai stabil meskipun beberapa negara partner mengalami perlambatan pertumbuhan.
Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
32
Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 12,5 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 7,9 persen (YoY). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY) dari yang sebelumnya sebesar 6,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2014. Penyediaan Akonomdasi tumbuh sebesar 5,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 4,6 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan Transportasi dan Pergudangan; Konstruksi; serta Industri Pengolahan masing-masing tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY), 8,2 persen (YoY), serta 4,4 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015.
Jasa Keuangan dan Asuransi; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; Penyediaan Akomodasi; Transportasi dan Pergudangan; Konstruksi; serta Industri Pengolahan masing-masing tumbuh lebih tinggi dari triwulan IV tahun 2015.
Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh negatif sebesar 7,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar -1,5 persen (YoY). Penurunan pertumbuhan ini terjadi karena pertumbuhan negatif pada Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 30,3 persen (YoY). Selain itu, Pertambangan Bijih Logam hanya tumbuh sebesar 0,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Di sisi lain, Pertambangan Minyak, Gas dan Panas dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5 persen (YoY) dan 2,7 persen (YoY).
Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh negatif sebesar 7,9 persen (YoY).
Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) 2013 2014 2015 URAIAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Q4
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,2
4,6
3,5
4,6
5,2
4,9
3,6
3,3
4,0
6,9
3,3
1,6
Pertambangan dan Penggalian
0,8
1,5
4,2
3,6
-1,0
1,1
1,2
1,5
-1,3
-5,2
-5,7
-7,9
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4,6
5,2
3,5
4,2
4,5
4,8
5,0
4,2
4,0
4,1
4,5
4,4
9,8
4,7
2,4
4,4
3,3
6,5
6,0
6,5
1,7
0,8
0,6
1,8
3,2
2,9
3,3
3,8
4,9
5,8
5,9
6,9
5,4
7,8
8,7
6,8
Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
5,4
6,3
6,5
6,2
7,2
6,5
6,5
7,7
6,0
5,4
6,8
8,2
3,1
4,9
5,0
6,2
6,1
5,0
5,2
4,5
4,1
1,7
1,4
2,8
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
33
URAIAN
2013
2014
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
6,9
8,0
6,3
6,7
7,0
7,6
7,7
7,2
5,8
5,9
7,3
7,7
Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi
7,0
7,0
6,9
6,3
6,4
6,4
5,8
4,6
3,4
3,8
4,5
5,8
10,6
11,4
10,1
9,5
9,8
10,5
9,8
10,3
10,1
9,7
10,7
9,7
Jasa Keuangan dan Asuransi
12,6
10,3
8,8
3,8
3,6
5,5
1,9
7,9
8,6
2,6
10,4
12,5
Real Estate
8,9
7,7
5,4
4,3
4,7
4,9
5,1
5,3
5,3
5,0
4,8
4,3
Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
7,8
7,6
8,2
8,0
10,3
10,0
9,3
9,7
7,4
7,6
7,6
8,1
1,8
-1,8
6,6
3,8
2,7
-2,5
2,4
6,8
4,7
6,3
1,3
6,7
Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
11,1
2,8
7,7
8,3
4,6
4,5
6,3
6,6
5,0
11,7
8,1
5,3
7,0
5,4
8,4
10,7
7,6
8,7
9,6
6,0
7,1
7,5
6,3
7,4
5,6
5,6
6,2
8,2
8,4
9,5
9,5
8,4
8,0
8,1
8,1
8,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5,5
5,6
5,5
5,6
5,1
5,0
5,0
5,0
4,7
4,7
4,7
5,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kinerja Penyediaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY) melambat.
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY).
Perlambatan pertumbuhan terjadi pada Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan, yaitu menjadi sebesar 1,6 persen (YoY); 8,1 persen (YoY); dan 6,6 persen (YoY).
Kinerja Penyediaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY) melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY). Perlambatan ini terjadi karena pertumbuhan negatif pada Pengadaan Gas dan Produksi Es sebesar 4,2 persen (YoY). Sementara itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor serta Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya yang tumbuh melambat menjadi sebesar 2,9 persen (YoY) dan 2,4 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan pertumbuhan sebesar 1,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 3,3 persen (YoY). Jasa Perusahaan juga tumbuh melambat,
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
34
yaitu sebesar 8,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY). Jasa Pendidikan juga tumbuh melambat, menjadi sebesar 5,3 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY). Real Estate serta Informasi dan Komunikasi tumbuh melambat, masing-masing sebesar 4,3 persen (YoY) dan 9,7 persen (YoY).
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada Jasa Lainnya; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang serta yang masingmasing sebesar 8,2 persen (YoY), 6,7 persen (YoY) dan 6,8 persen (YoY).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi LNPRT, Pengeluaran Pemerintah dan PMTB.
Kinerja Real Estate juga melambat, yaitu tumbuh sebesar 4,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 5,3 persen (YoY). Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 10,3 persen (YoY). Jasa lainnya tumbuh melambat yaitu sebesar 8,2 persen (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 8,4 persen (YoY). Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY), juga melambat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 6,8 persen (YoY). Sementara itu, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 didorong oleh Pengeluaran Konsumsi LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, dan Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto yang masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY), 7,3 persen (YoY) dan 6,9 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi Individu yang tumbuh sebesar 10,1 persen (YoY), meningkat cukup berarti dibandingkan dibanding triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY). Sementara itu, komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto terbesar adalah Bangunan yang tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY)
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
35
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) 2013 2014 2015 URAIAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Pengeluaran Konsumsi 5,7 5,4 5,3 5,3 5,3 5,1 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 Rumahtangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Q4 4,9 8,3
3,0
3,1
12,0
7,7
6,1
-1,8
1,2
0,9
2,9
2,6
7,1
7,3
7,5
5,3
5,6
2,0
5,2
4,1
4,5
4,6
4,6
3,9
4,8
6,9
Ekspor Barang dan Jasa
3,5
2,1
1,3
9,4
3,2
1,4
4,8
-4,6
-0,6
0,0
-0,6
-6,4
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2,9
0,9
4,9
-0,9
5,0
0,4
0,3
3,2
-2,2
-7,0
-5,9
-8,1
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5,5
5,6
5,5
5,6
5,1
5,0
5,0
5,0
4,7
4,7
4,7
5,0
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada triwulan IV tahun 2015, Pengeluaran Pengeluaran Konsumsi Konsumsi LNPRT tumbuh Pemerintah tumbuh sebesar sebesar 8,3 persen (YoY). 7,3 persen (YoY).
Pada triwulan IV tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga) tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar -0,5 persen (YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT didorong oleh berbagai kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pasca-PILKADA yang berlangsung pada bulan Desember 2015. Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY), meningkat cukup signifikan dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 0,9 persen (YoY). Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi individu yang besarnya 10,1 persen (YoY) dan peningkatan konsumsi kolektif sebesar 5,6 persen (YoY). Komponen konsumsi individu pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan IV tahun 2014, yang masing-masing adalah sebesar 2,0 persen (YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2015 konsumsi kolektif tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 0,2 persen (YoY). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
36
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB pada triwulan IV tahun 2014.
Pada triwulan IV tahun 2015, ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana ekspor terkontraksi sebesar 6,4 persen (YoY).
Impor barang dan jasa pada triwulan III tahun 2015 terkontraksi menjadi sebesar 8,1 persen (YoY).
pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya mencapai 4,6 persen (YoY). Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen (YoY), pertumbuhan Peralatan lainnya sebesar 7,8 persen (YoY) dan pertumbuhan Kendaraan sebesar 7,3 persen (YoY). Produk kekayaan intelektual serta Mesin dan Perlengkapan masing-masing tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY) dan 3,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Sementara itu, Cultivated Biological Resources (CBR) terkontraksi menjadi sebesar -3,6 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015. Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih terkontraksi sebesar -6,4 persen (YoY), menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi sebesar -4,6 persen (YoY). Ekspor barang nonmigas tumbuh negatif sebesar -10,0 persen (YoY). Sementara itu, ekspor barang migas mengalami peningkatan, yaitu tumbuh sebesar 11,6 persen pada triwulan IV tahun 2015. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor jasa relatif tetap dibandingkan triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar 0,1 persen (YoY). Pertumbuhan negatif ekspor barang dan jasa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat yang melemah dari 2,0 persen menjadi 0,7 persen dan Tiongkok yang melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8 persen. Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar 8,1 persen (YoY) atau menurun signifikan dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,2 persen (YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat impor barang nonmigas dan jasa yang masing-masing terkontraksi sebesar -8,1 persen (YoY) dan -7,7 persen (YoY).
Indeks Tendensi Konsumen Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun 2015 menurun menjadi 102,8 yang menunjukkan kondisi ekonomi konsumen menurun dibandingkan triwulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
37
Indeks tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun 2015 menurun.
sebelumnya. Penurunan kondisi ekonomi konsumen disebabkan oleh penurunan pada semua komponen indeks. Komponen pendapatan rumah tangga menurun dengan nilai sebesar 103,1. Selain itu, komponen pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari serta tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan juga menurun dengan nilai sebesar 101,9. Tingkat optimisme konsumen ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang mencapai 102,8.
Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya 2014 2015 Variabel Pembentuk Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Pendapatan rumah tangga Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi) Indeks Tendensi Konsumen Sumber: Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan ITK pada triwulan IV tahun 2015 menurun, namun diperkirakan meningkat pada triwulan I tahun 2016.
108,8
110,7
113,5
106,1
96,63
104,4
108,4
103,1
110,4
112,6
109,9
106,3
109,0
105,6
108,1
101,9
112,5
108,5
113,2
113,0
100,7
105,6
111,6
103,0
110,0
110,8
112,4
107,6
100,9
105,2
109,0
102,8
Pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun 4,5 persen (YoY), seiring persepsi konsumen yang menganggap triwulan IV tahun 2015 kurang baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat persepsi konsumen pada triwulan I tahun 2016 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 dengan ITK yang diperkirakan besarnya 105,4. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh peningkatan semua komponen indeks. Komponen pendapatan rumah tangga sebesar diperkirakan besarnya 108,1. Sementara itu, komponen rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan diperkirakan besarnya 100,5.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
38
Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia, pada bulan Oktober mulai meningkat tipis dan terus meningkat hingga bulan Januari 2016.
Setelah menurun signifikan pada bulan September 2015 yaitu sebesar 97,5, indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada bulan Oktober mulai meningkat tipis menjadi sebesar 99,3. Peningkatan nilai IKK terus berlangsung hingga bulan Januari 2016, yaitu mencapai sebesar 112,6. Peningkatan yang berlangsung dari awal triwulan III tahun 2015 hingga triwulan IV tahun 2015 tersebut, terutama didorong oleh meningkatnya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing sebesar 11,2 dan 18,2.
Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016 KETERANGAN
2015
2016
Mei
Jun
Jul
Aug
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
112,8
111,3
109,9
112,6
97,5
99,3
103,7
107,5
112,6
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
102,6
100,3
98,8
101,2
87,8
87,5
92,6
94,0
99,9
Penghasilan saat ini
120,9
120,5
114,6
121,6
108,1
106,7
109,3
112,3
117,7
Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
89,5
86,1
84,9
85,0
68,6
66,8
76,8
78,5
88,0
98,5
94,3
97,0
97,1
86,7
88,9
91,7
91,2
93,8
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
122,9
122,4
120,9
124,0
107,2
111,2
114,8
121,0
125,4
Ekspektasi Penghasilan
139,5
138,7
137,7
143,4
128,8
131,0
133,1
139,6
143,0
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan
107,5
105,9
104,7
107,3
85,7
92,4
96,8
103,5
105,0
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
39
KETERANGAN
2015
2016
Mei
Jun
Jul
Aug
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
121,9
122,5
120,4
121,3
106,9
110,2
114,4
120,0
121,1
Kerja Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber: Bank Indonesia
IKE kembali menguat pada bulan November 2015 menjadi sebesar 92,6 dan terus menguat hingga bulan Januari 2016 menjadi sebesar 99,9.
Sejalan dengan IKK, IEK juga mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga bulan September 2015, kemudian terus meningkat sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016.
Setelah mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga bulan September 2015, IKE kembali melemah tipis pada bulan Oktober 2015 yaitu menjadi sebesar 87,5. Nilai IKE kembali menguat pada bulan November 2015 menjadi sebesar 92,6 dan terus menguat hingga bulan Januari 2016 menjadi sebesar 99,9. Pada bulan Januari 2016, terjadi penguatan IKE dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden terhadap penghasilan yang meningkat dari 106,7 pada bulan Oktober 2015 menjadi sebesar 117,7 pada bulan Januari 2016. Selain itu, penguatan IKE juga disebabkan oleh persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan kerja yang juga meningkat dari 66,8 pada bulan Oktober 2015 menjadi sebesar 88,0 pada bulan Januari 2016. Indeks persepsi responden terhadap ketepatan waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Januari 2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan bulan Oktober 2015, yaitu menjadi sebesar 93,8. Sejalan dengan IKK, IEK juga mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga bulan September 2015, kemudian terus meningkat sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016. Nilai IEK pada bulan Januari 2016 sebesar 125,4, meningkat dibandingkan dengan IEK pada bulan Oktober 2015 yang besarnya 111,2. Pada bulan Januari 2016, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat dari 110,2 pada bulan Oktober 2015 menjadi 121,1. Di sisi lain, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan indeks ekspektasi penghasilan juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,6 dan 12,0 sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
40
Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016
Sumber: Bank Indonesia
Trend peningkatan IKK terjadi pada bulan Spetember 2015 hingga bulan Januari 2016.
Trend peningkatan IKK terjadi pada bulan September 2015 hingga bulan Januari 2016 setelah beberapa bulan sebelumnya mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada bulan September 2015, pertumbuhan IKK sempat mengalami pelemahan signifikan sebesar 18,6 persen (YoY). Pada bulan Oktober 2015, IKK menguat tipis, yaitu dengan mengalami pelemahan sebesar 17,7 persen (YoY). Penguatan IKK terus berlanjut hingga bulan Januari 2016, yaitu dengan pelemahan IKK yang besarnya 6,3 persen.
Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar, meningkat tajam dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara signifikan menjadi sebesar USD9,5 miliar pada triwulan IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar sebesar USD0,3 miliar. Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan meningkat menjadi sebesar USD5,1miliar ( 2,4 persen PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang besarnya USD4,2 miliar (1,9 persen PDB).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
41
Meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan tersebut disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan nonmigas akibat ekspor nonmigas yang tumbuh negatif sebesar 4,2 persen (QtQ) karena masih lemahnya permintaan global dan terus menurunnya harga komoditas. Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Impor nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen (QtQ) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik
Cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD105,9 miliar
Di sisi lain, impor nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen (QtQ) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik. Sementara itu, perbaikan kinerja neraca perdagangan migas, neraca jasa, serta neraca pendapatan primer dan sekunder tidak bisa mengimbangi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas. Walaupun demikian, defisit transaksi berjalan pada triwulan IV tahun 2015 relatif lebih baik dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya USD6,0 miliar (2,7 persen PDB). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mencapai sebesar USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan impor; atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
42
Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial meningkat secara signifikan pada triwulan IV tahun 2015 menjadi sebesar USD9,5 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang besarnya USD0,3 miliar. Surplus tersebut bersumber dari surplusnya investasi portofolio seiring masuknya dana asing pada obligasi pemerintah serta surplus investasi lainnya seiring bertambahnya penarikan pinjaman luar negeri. Selain itu, menurunnya ketidakpastian perekonomian global dan meningkatnya keyakinan terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menjadi pendorong meningkatnya kinerja neraca transaksi modal dan finansial.
Surplus neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan IV tahun 2015 meningkat signifikan, yaitu mencapai USD9,5 miliar.
Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)
10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Investasi langsung
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2014
Investasi Portofolio
Q3
Q4
2015
Investasi lainnya
Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
43
Pada triwulan IV tahun 2015 investasi langsung surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD1,8 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015, investasi portofolio surplus sebesar USD4,4 miliar, meningkat signifikan dari triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD1,5 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015 investasi lainnya surplus sebesar USD2,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya yang sebesar USD0,5 miliar.
Pada triwulan IV tahun 2015, aliran investasi langsung surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD1,8 miliar. Meningkatnya surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya neto aliran masuk investasi langsung sisi kewajiban yang sebesar USD3,6 miliar dari yang sebelumnya USD3,1 miliar. Selain itu juga didukung oleh menurunnya arus keluar investasi langsung sisi asset dari yang sebelumnya USD1,3 miliar menjadi USD1,2 miliar. Pada triwulan IV tahun 2015, investasi portofolio surplus sebesar USD4,4 miliar, meningkat signifikan dari triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD1,5 miliar. Perkembangan tersebut didorong oleh aksi investor asing yang melakukan neto beli atas surat utang pemerintah berdenominasi Rupiah. Selain itu, terjadi penurunan neto jual asing terhadap surat berharga sektor swasta domestik, baik berupa saham maupun obligasi. Dari sisi aset, meningatnya kinerja investasi portofolio juga didukung oleh pelepasan kepemilikan atas surat berharga asing oleh masyarakat. Pada triwulan IV tahun 2015 investasi lainnya surplus sebesar USD2,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya yang besarnya USD0,5 miliar. Meningkatnya kinerja tersebut didukung oleh terjadinya surplus aset investasi lainnya yang besarnya melebihi penurunan surplus kewajiban investasi lainnya. Surplus sisi aset investasi lainnya bersumber dari penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di luar negeri serta pembayaran atas piutang dagang dan pinjaman yang diberikan. Sementara itu, turunnya surplus sisi kewajiban investasi lainnya disebabkan oleh penurunan surplus investasi lainnya pada sektor publik yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan surplus investasi lainnya pada sektor swasta.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
44
Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) 2013 2014 2015 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
-6,0
-10,1
-8,6
-4,3
-4,9
-9,6
-7,0
-6,0
-4,2
-4,3
-4,2
-5,1
1,6
-0,6
0,1
4,7
3,4
-0,4
1,6
2,4
3,1
4,1
4,1
2,0
- Ekspor
44,9
45,2
43,8
48,1
43,9
44,5
43,6
43,2
37,8
39,7
36,1
34,7
- Impor
-43,3
-0,5
-43,7
-43,4
-40,6
-4,5
-42,0
-40,8
-34,8
-35,6
-31,9
32,8
0,1
-0,8
-0,5
4,2
2,8
-0,7
1,2
2,2
2,7
3,8
4,0
2,0
- Ekspor, fob.
44,6
45,0
43,2
47,5
43,4
44,2
43,2
42,9
37,5
39,4
35,7
34,4
- Impor, fob.
-43,3
-45,8
-43,7
-43,4
-40,6
-44,9
-42,0
-40,8
-34,8
-35,6
-3,2
32,4
1. Non-migas
4,1
1,3
2,1
6,3
5,6
2,5
4,3
4,9
3,9
5,9
6,2
3,0
a. Ekspor
36,1
37,0
34,7
38,9
35,8
36,7
36,0
36,6
33,1
34,7
32,0
30,7
b. Impor
-32,0
-35,8
-32,6
-32,6
-30,2
-34,2
-31,6
-31,6
-29,1
-28,8
-25,9
27,7
2. Migas
-2,9
-2,1
-2,6
-2,1
-2,7
-3,2
-3,1
-2,8
-1,3
-2,1
-2,1
-1,0
I. Transaksi Berjalan A. Barang
1. Barang Dagangan Umum
a. Ekspor
8,5
7,9
8,5
8,7
7,6
7,5
7,3
6,4
4,4
4,6
3,7
3,7
b. Impor
-11,3
-10,0
-11,2
-10,8
-10,3
-10,7
-10,4
-9,2
-5,6
-6,8
-5,8
-4,7
2. Barang Lainnya
0,4
0,3
0,6
0,6
0,5
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
0,1
-0,1
- Ekspor, fob.
0,4
0,3
0,6
0,6
0,5
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
- Impor, fob.
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-0,3
-0,4
B. Jasa – jasa
-2,6
-3,6
-2,8
-3,1
-2,1
-2,8
-2,5
-2,6
-1,8
-2,7
-2,2
-1,8
II. Transaksi Modal
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
III. Transaksi Finansial
0,0
8,7
4,5
8,6
6,4
14,5
14,5
9,6
5,1
2,2
0,3
9,5
1. Investasi langsung
3,3
3,3
5,4
0,2
2,0
4,4
5,8
2,7
1,7
3,5
1,8
2,3
2. Investasi portofolio
0,4
3,8
1,5
1,8
8,7
8,0
7,4
1,9
8,5
5,6
-2,2
4,8
3. Investasi lainnya
-6,9
1,6
-2,1
6,7
-4,2
2,0
1,4
5,1
-5,2
-6,8
0,5
2,7
IV. Total (I + II + III)
-6,0
-1,4
-4,1
4,3
1,5
4,9
7,5
3,6
0,9
-2,1
-3,9
4,4
V. Selisih Perhitungan Bersih
-0,6
-1,0
1,4
-0,1
0,6
-0,6
-1,0
-1,2
0,4
-0,9
-0,7
0,7
VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)
-6,6
-2,5
-2,6
4,4
2,1
4,3
6,5
2,4
1,3
-2,9
-4,6
5,1
104,8
98,1
95,7
99,4
102,6
107,7
111,2
111,9
111,6
108,0
101,7
105, 9
Dalam Bulan Impor
5,7
5,4
5,2
5,5
5,7
6,1
6,3
6,4
6,6
6,8
6,8
7,4
Transaksi Berjalan (%PDB)
-2,6
-4,2
-3,7
-2,1
-2,3
-4,3
-3,0
-2,7
-2,0
-2,0
-1,9
-2,4
- Posisi Cadangan Devisa
Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
45
Box 1. Dampak Penutupan Empat Perusahaan pada Sektor Industri di Indonesia Pada awal tahun 2016, sektor industri di Indonesia bergejolak akibat beberapa perusahaan menghentikan operasinya di Indonesia, yaitu dalam industri otomotif dan industri elektronik. Dalam industri otomotif, PT Ford Motor Indonesia (FMI) resmi menututup usahanya di Indonesia pada 25 Januari 2016. Seluruh operasi PT FMI akan diberhentikan sebelum akhir tahun 2016 dan akan dikonsentrasikan pada sumber daya yang ada di tempat lain. PT FMI berhenti beroperasi disebabkan oleh penjualan yang relatif masih kecil dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2011 penjualan dan pangsa pasar PT FMI terus menurun. Pada tahun 2011, penjualan PT FMI mencapai 15.620 unit atau 1,8 persen dari total penjualan mobil tahun 2011. Pada tahun 2012, penjualan menurun 23,7 persen atau menjadi 11.958 unit dengan pangsa pasar sebesar 1,1 persen. Pada 2013, penjualan kembali menurun 17,4 persen yaitu menjadi 9.907 unit dengan pangsa pasar di bawah 1,0 persen. Penjualan PT FMI pada tahun 2014 meningkat 21,2 persen, atau menjadi sebesar 12.008 unit dengan pangsa pasar mendekati 1,0 persen. Pada tahun 2015 penjualan PT FMI menurun signifikan sebesar 58,5 persen, yaitu menjadi 4.986 unit dengan pangsa pasar sebesar 0,5 persen. Dampak penutupan PT FMI secara langsung tidak terlalu signifikan karena hanya memperkerjakan 32 pekerja. Namun demikian, penutupan tersebut berpengaruh pada distributor PT FMI yang tersebar di 20 wilayah, atau terdapat potensi pengangguran dari distributor-distributor PT FMI di ke-20 wilayah tersebut. Sementara itu, menurut Ketua III Gakindo, Johnny Darmawan, berhentinya PT FMI di Indonesia tidak mencerminkan potensi pasar otomotif Indonesia di waktu mendatang. Rasio antara kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk di Indonesia masih relatif rendah. Selain itu, daya beli masyarakat relatif meningkat sehingga menyebabkan permintaan mobil baru akan relatif tetap tinggi. Sementara itu, menurut Kepala BKPM, Franky Sibarani, berhentinya operasi PT FMI di Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi di Indonesia. Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Perindustrian, Saleh Husein, bahwa PT FMI tidak berinvestasi dengan membangun pabrik di Indonesia tetapi mengimpor dari pabrik di Thailand, sehingga walaupun berhenti beroperasi relatif tidak mempengaruhi investasi nasional. Pada industri elektronik, restrukturisasi perusahaan yang dilakukan oleh Grup Panasonic Gobel pada tiga pabrik yang berlokasi di Cikarang dan Cileungsi, Jawa Barat serta di Pasuruan, Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
46
PT Toshiba yang berlokasi di Cikarang akan ditutup pada bulan April 2016. Sementara itu, PT Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur telah ditutup pada awal Januari 2016, sedangkan PT PLI yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan ditutup pada bulan Februari 2016. Kedua pabrik PT PLI di Cikarang dan Pasuruan tersebut kemudian digabung (merger) dan dikonsentrasikan di Pasuruan, Jawa Timur dan Cileungsi, Jawa Barat. Penggabungan tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan memperkuat daya saing. PT PLI bermaksud mengganti proses produksi dan teknologi lampu dengan yang lebih baik dan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Hal tersebut dilatarbelangi oleh berubahnya preferensi pasar dari lampu hemat energi compact fluorencent lamp (CFL) dan beralih ke lampu light emitting diode (LED). Penutupan ketiga pabrik Grup Panasonic Gobel, menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, berpotensi menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sekitar 2500 pekerja. Jumlah tersebut terdiri dari sekitar 1.700 anggota KSPI di PT PLI dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Penutupan pabrik berpotensi menyebabkan PHK terhadap 600-700 pekerja di PT PLI Pasuruan untuk periode Desember 2015 sampai dengan Januari 2016, serta 900-1000 pekerja di PT PLI Cikarang untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016. Selain PT PLI dan PT Toshiba, PT Samoin dan PT Starlink yang merupakan perusahaan elektronik dari Korea Selatan juga telah selesai beroperasi di Indonesia pada bulan Januari 2016. Akibat dari penutupan usaha tersebut adalah terjadinya PHK pada 1.200 pekerja pada PT Samoin dan 500 pekerja pada PT Starlink. Sementara itu, menurut Ketua Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, penutupan tiga pabrik Grup Panasonic Gobel tidak bisa dijadikan sebagai indikator melemahnya iklim industri elektronik di Indonesia. Dari puluhan pabrik PT PLI, tidak semua pabrik menutup operasional usaha dan melakukan PHK. Selain itu, pada Januari 2016 jumlah permohonan izin prinsip untuk perusahaan elektronik di Indonesia meningkat 106 persen dibandingkan tahun 2016. Berdasarkan klarifikasi yang diterima oleh BKPM, jumlah pekerja yang terkena PHK adalah sebanyak 425 pekerja pada PT PLI dan 360 pekerja pada PT Toshiba. Beberapa faktor yang dinilai sebagai penyebab melesunya industri elektronik di Indonesia adalah kondisi pasar yang tidak kondusif akibat pengaruh dari melambatnya pasar global. Perlambatan ekonomi tersebut menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Selain itu, menurut ketua KSPI, pengendalian upah yang diatur dalam PP Nomor 78 tahun 2015 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terutama buruh pabrik yang merupakan pasar utama dari industri elektronik.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
47
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA
Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.098,6 triliun. Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.187,7 triliun pada akhir tahun 2011 menjadi Rp 2.346,7 triliun pada tahun 2015. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
48
PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Pembiayaan Utang Pemerintah Dalam tahun 2015, utang pemerintah mencapai Rp374,5 triliun
Dalam periode 5 tahun terakhir (2011-2015), realisasi pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata sebesar 38,2 persen. Pada tahun 2011 pembiayaan utang pemerintah mencapai sebesar Rp102,7 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 374,5 triliun di tahun 2015. Di tahun 2015, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp361,6 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar Rp12,3 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp 0,6 triliun (Tabel 13).
Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah)
Jenis Pembiayaan Utang I II
SBN (Neto) Pinjaman Luar Negeri (Neto) a. Penarikan (Bruto) i. Pinjaman Program ii. Pinjaman Proyek b. Penerusan Pinjaman c. Pembayaran Cicilan Pokok III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) Jumlah Sumber : Kementerian Keuangan
Real 2011
Real 2012
Real 2013
Real 2014
Real 2015
119,9 (17,8) 33,7 15,3 14,3 (4,2) (47,3) 0,6
159,7 (23,5) 31,4 15,0 12,6 (3,8) (51,1) 0,8
224,6 (5,8) 51,4 18,4 33,0 (3,9) (57,2) 0,5
265,0 (13,4) 50,7 16,9 33,8 (1,2) (64,2) 2,2
361.6 12.3 81.9 55.1 26.8 (3.6) (66.0) 0.6
102,7
137,0
219,3
253,7
374,5
Rata-Rata 2011-2015 31,8 24,8 37,8 17,1 (3,9) 8,7 (0,8) 38,2
Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Dibandingkan SBN, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar terhadap APBN-P 2015
Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan utang sampai dengan Triwulan III tahun 2015. Berdasarkan komposisinya, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar yakni 241,9 persen. Dari besaran tersebut, pinjaman luar negeri (neto) dan dalam negeri (neto), masing-masing menyumbangkan proporsi 263 persen dan 37,4 persen.
Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah)
INSTRUMEN TOTAL (neto) PINJAMAN (neto) Pinjaman Luar Negeri (neto) - Pinjaman Program - Pinjaman Proyek - Penerusan Pinjaman (SLA) - Pembayaran Cicilan Pokok ULN
Real 2013 219.3 -5.3 -5,8 18,4 36,9 -3,9 -57,2
Real 2014 253,7 -11,3 -13,4 16,9 35,0 -1,2 -64,2
APBN-P 2015 276,7 -18,4 -20,1 7,5 41,1 -4,5 -64,2
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Real 2015 373,1 12,9 12,3 55,1 26,8 -3,6 -66,0
Persentase thd APBN-P 135,4% 241,9% 263,0% 734,5% 65,2% 78,9% 102,8%
49
Real 2013
INSTRUMEN Pinjaman Dalam Negeri (neto) - Pinjaman Dalam Negeri - Pembayaran Cicilan Pokok PDN SURAT BERHARGA NEGARA (neto) - SBN - Jatuh tempo dan Buyback SBN Sumber : Kementerian Keuangan
Real 2014
APBN-P 2015
Real 2015
Persentase thd APBN-P
0,5 0,6
2,2 2,4
1,7 2,0
0,6 0,8
37,4% 38,9%
0,1 224,7 327,7 -103,1
0,2 265,0 428,1 -163,2
0,3 295,1 452,2 -157,1
-0,1 361,6 514,0 -152,4
-47,1% 122,5% 113,7% 97,0%
Posisi Utang Pemerintah Dalam kurun waktu 20112015, total utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 14,4 persen
Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 15. Total utang pemerintah pusat mencapai Rp3.098 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 14,4 persen. Total utang pemerintah tersebut terdiri atas dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman dan dalam bentuk SBN. Outstanding pinjaman pemerintah mencapai sebesar Rp751,9 triliun atau naik rata-rata sebesar 4,9 persen. Sementara itu, outstanding SBN mencapai Rp2.346,7 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 18,6 persen.
Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015 Outstanding (triliun rupiah) 2011 2012 2013 2014 Total Utang Pemerintah Pusat 1.809,0 1.977,7 2.375,5 2.608,8 a Pinjaman 621,3 616,6 714,4 677,6 1, Pinjaman Luar Negeri 620,3 614,8 712,2 674,3 Bilateral*) 381,7 359,8 383,5 334,6 Multilateral**) 213,0 230,2 288,3 292,3 Komersil***) 25,2 24,4 40,0 47,2 Suppliers***) 0,5 0,4 0,4 0,2 Lain-Lain***) 2, Pinjaman Dalam Negeri 1,0 1,8 2,3 3,2 b
SBN 1.187,7 Denominasi Valas 195,6 Denominasi Rupiah 992,0 Catatan: *Termasuk semi commercial **Beberapa termasuk semi concessional ***Seluruhnya termasuk commercial Sumber : Kementerian Keuangan
Porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan
1.361,1 264,9 1.096,2
1.661,1 399,4 1.261,7
1.931,2 456,6 1.474,6
2015 3.098,6 751,9 748,1 337,8 360,0 50,1 0,2 3,9 2.346,7 610,6 1.736,1
Rata-Rata 2011-2015 14,4 4,9 4,8 -3,0 14,0 18,8 -23,6 39,8 18,6 32,9 15,0
Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang pemerintah selama 2011- 2015 dapat dilihat pada Tabel 16. Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman dalam struktur
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
50
utang pemerintah terus mengalami penurunan dari 34,3 persen di tahun 2011 menjadi 24,3 persen tahun 2015. Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 2011 2012 2013 2014 Total Utang Pemerintah Pusat (triliun rupiah) 1.809,0 1.975,4 2.375,5 2.608,8 a Pinjaman (triliun rupiah) 621,3 614,3 714,4 677,6 b SBN (triliun rupiah) 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 Denominasi Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 Denominasi Rupiah 992,0 1.096,2 1.261,7 1.474,6 Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang
34,3 10,8 54,8
31,1 13,4 55,5
30,1 16,8 53,1
26,0 17,5 56,5
2015 3.098,6 751.9 2,346.7 610.6 1,736.1 24,3 19,7 56,0
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga akhir 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai sekitar 75 persen dari total utang pemerintah
Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 20112015. Utang pemerintah dalam bentuk SBN sekitar 75 persen dari total utang pemerintah. Porsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding SBN valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami peningkatan dari 10,8 persen pada tahun 2011 menjadi 19,7 persen tahun 2015.
Surat Berharga Negara (SBN) Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan selama 2011-2015
Dalam kurun waktu 20112015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35 persen
Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2011-2015. Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp1.187,7 triliun pada akhir tahun 2011 menjadi Rp2.346,7 triliun tahun 2015. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata sebesar 18,9 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada meningkatnya outstanding SBN domestik. Outstanding SBN domestik meningkat dari Rp723,6 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp1.446,9 triliun tahun 2015. Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2011-2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
51
persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp195,7 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp610,6 triliun tahun 2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah sebesar USD39,7 miliar, mata uang Yen Jepang sebesar JPY255 miliar, dan dalam mata uang euro sebesar EUR2,25 miliar. Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) JENIS SBN I. SBN Rupiah Fixed Rate Variable Rate Zero Coupon SPN SBSN Total SBN Rupiah II. SBN Valas SUN (dalam juta USD) SBSN (dalam juta USD) SUN (dalam juta JPY) SUN (dalam juta EUR) Total SBN Valas III. Yang tidak diperdagangkan SPNS SUP SPN SBR SDHI Total SBN Valas GRAND TOTAL SBN Asumsi Kurs (IDR/USD) Asumsi Kurs (IDR/JPY) Asumsi Kurs (IDR/EUR) Komposisi SBN Rupiah (dalam %) SBN Valas (dalam %) Sumber: Kementerian Keuangan
SBN masih menjadi prioritas utama dalam pembiayaan APBN-P 2015
31-Des-11
31-Des-12
31-Des-13
31-Des-14
31-Des-15 1.148.916,0 96.743,0
517.142,0 135.063,0 2.512,0 29.900,0 38.988,0 723.605,0
610.393,0 122.755,0 1.263,0 22.820,0 63.035,0 820.266,0
751.273,0 122.755,0 34.050,0 87.174,0 995.252,0
945.963,0 113.344,0 39.950,0 110.704,0 1.209.961,0
42.950,0 158.236,0 1.446.845,0
18.700,0 1.650,0 95.000,0 195.649,0
22.950,0 2.650,0 155.000,0 264.912,0
27.140,0 4.150,0 155.000,0 399.374,0
29.190,0 5.000,0 155.000,0 1.000,0 456.616,0
32.690,0 7.000,0 255.000,0 2.250,0 610.633,0
244.636,0 23.783,0
240.144,0 35.783,0
234.870,0 31.533,0
229.054,0 2.391,0 33.197,0
5.084,0 222.642,0 22.434,0 2.391,0 36.697,0
268.419,0 1.187.673,0
275.927,0 1.361.105,0
266.403,0 1.661.028,0
264.642,0 1.931.219,0
289.248,0 2.346.726,0
9.068,0 117,0
9.670,0 112,0
12.189,0 116,0
12.440,0 104,0 15.133,0
13.795,0 114,52,0 15.070,0
60,9 16,5
80,5 19,5
59,9 24,0
62,7 23,6
61,7 26,0
Selanjutnya Tabel 18 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto) terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
52
Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) Nominal Target APBN% Realisasi Target APBNRealisasi sd 31 Uraian P (defisit (thd defisit P Desember 2,6%) 2,8%) 2015 361.607.128,0 100.0 277.049.800,0 361.607.128,0 SBN Netto 153.612.324,0
SBN Jatuh Tempo 2015 Rencana Buyback Kebutuhan Penerbitan 2015 (Bruto)*
152.418.613,0
152.418.613,0
100.0
3.000.000,0
1.401.290,0
1.401.290,0
100.0
430.662.124,0
514.025.741,0
514.025.741,0
100.0
SUN
395.511.563,0
SUN Domestik
308.942.874,0
- ON
202.110.000,0
- SPN
52.200.000,0
- Private Placement
27.194.119,0
- SUN RITEL
27.438.755,0
SUN Valas SBSN SBSN Domestik SBSN Valas Sumber : Kementerian Keuangan
Investor nonbank masih mendominasi kepemilikan SBN domestik
Dalam kurun waktu 20112015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat menjadi 38,2 persen
86.568.689,0 118.514.178,0 92.092.178,0 26.422.000,0
Posisi kepemilikan SBN domestik 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 19. Dari sisi kepemilikan, realisasi penerbitan SBN domestik lebih banyak diserap oleh investor nonbank, terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana, dan investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN domestik yang diserap oleh investor nonbank mencapai Rp962,9 triliun atau 65,9 persen dari total SBN domestik. Investor perbankan menyerap Rp350,1 triliun atau 23,9 persen dari total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar 10,2 persen dimiliki oleh Institusi Pemerintah. Tabel 19 juga menunjukkan komposisi kepemilikan SBN domestik. Kepemilikan investor asing pada SBN domestik meningkat menjadi 38,2 persen. Di satu sisi, tingginya kepemilikan asing mengindikasikan instrumen keuangan Indonesia masih cukup menarik. Sementara di sisi lain, tingkat kerentanan terhadap pembalikan modal (sudden reversal) juga semakin meningkat.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
53
Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) 2011
2012
2013
2014
2015
265,0
299,7
335,4
375,6
350,1
7,2
Persentase Kepemilikan 24,0
7,8
3,1
44,4
41,6
148,9
108,8
10,2
Nonbank 450,8 Reksadana 47,2 Asuransi 93,1 Asing 222,9 Dana Pensiun 34,4 Sekuritas 0,1 Individu Lain lain 53,1 Total 723,6 Sumber : Kementerian Keuangan
517,5 43,2 83,4 270,5 56,5 0,3
615,4 42,5 129,6 323,8 39,5 0,9 32,5 46,7 995,3
792,8 45,8 150,6 461,4 43,3 0,8 30,4 60,5 1.210,0
962,9 61,6 171,6 558,5 49,8 0,3 42,5 78,5 1461,8
20,9 6,9 16,5 25,8 9,7 16,7
65,9 4,2 11,7 38,2 3,4 0,0 2,9 5,4 100,0
Bank Institusi Pemerintah
64,6 820,3
Rata-Rata
10,3 19,2
Pinjaman Realisasi luar Realisasipinjaman pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 negeri mencapai 164,3 triliun persen dari APBN-P 2015
Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2011-2015. Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 168,5 persen dari APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru mencapai Rp26,8 triliun (65,2 persen dari APBN-P 2015) dan pinjaman program sebesar Rp55,1 triliun (734,5 persen dari APBN-P 2015). Beberapa faktor seperti lambatnya proses pengadaan barang dan jasa, dan pemberian ijin pemanfaatan lahan, menjadi penyebab rendahnya realisasi pinjaman proyek.
Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) Real Real Real Real APBN-P Real Proporsi thd JENIS PEMBIAYAAN UTANG 2011 2012 2013 2014 2015 2015 APBN-P 2015 PINJAMAN Pinjaman Luar Negeri - Pinjaman Program - Pinjaman Proyek Pinjaman Dalam Negeri Sumber : Kementerian Keuangan
34,4 33,8 15,3 14,3 0,6
32,0 31,0 15,0 12,7 0,8
55,8 55,3 18,4 36,9 0,5
54,1 52,0 16,9 35,1 2,2
50,3 48,6 7,5 41,1 1,7
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
82,7 81,9 55,1 26,8 0,8
164,3 168,5 734,5 65,2 45,7
54
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK DAN INTERNASIONAL
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014. Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9 persen (YoY). Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD369,1 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas surplus sebesar USD1.394,5 juta.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
55
ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota Isu prioritas dalam paket kebijakan ekonomi IX yang terkait dengan perdagangan adalah stabilisasi harga daging serta peningkatan sektor logistik dari desa ke pasar globa.l
Dalam paket kebijakan ekonomi IX, arah kebijakan diprioritaskan pada 3 (tiga) isu, yaitu (1) percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, (2) stabilisasi harga daging, dan (3) peningkatan sektor logistik desa-kota. Terkait isu pertama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden untuk mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi.
Kebijakan yang akan diambil terkait stabilisasi harga daging adalah menambah sumber alternatif penyediaan hewan dan produk hewan dari negara maupun zona tertentu (yang ditetapkan OIE).
Terkait isu stabilisasi pasokan dan harga daging sapi, guna mengatasi terbatasnya jumlah negara pemasok maka Pemerintah Indonesia perlu memperluas akses dari negara maupun zona tertentu yang memenuhi syarat kesehatan hewan - yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Hewan Internasional (OIE) - untuk menambah alternatif sumber penyediaan hewan dan produk hewan. Untuk itu Menteri Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan tetap memperhatikan ketentuan OIE. Dengan demikian, pemasukan ternak dan produk hewan dalam kondisi tertentu tetap bisa dilakukan, seperti dalam keadaan bencana, kurangnya ketersediaan daging, atau ketika harga daging sedang naik yang bisa memicu inflasi dan mempengaruhi stabilitas harga. Jenis ternak yang dapat dimasukkan berupa sapi atau kerbau bakalan, sedangkan produk hewan yang bisa didatangkan berupa daging tanpa tulang dari ternak sapi dan/atau kerbau. Kebijakan ini diharapkan mampu menstabilisasi pasokan daging dalam negeri dengan harga yang terjangkau dan kesejahteraan peternak tetap meningkat.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
56
Pembangunan efisiensi, daya saing, dan konektivitas ekonomi desa-kota dilakukan melalui deregulasi 5 (lima) jenis usaha.
Terkait isu sektor logistik dari desa ke pasar global, perlu dilakukan pembenahan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desakota. Lima jenis usaha yang dideregulasi, adalah : a. Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos komersial dengan cara menyelaraskan ketentuan tentang besaran tarif guna mendorong efisiensi jasa pelayanan pos. b. Penyatuan pembayaran jasa-jasa kepelabuhanan secara elektronik (single billing) oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengoperasikan pelabuhan. c. Optimalisasi sinergi BUMN sebagai agregator/konsolidator ekspor produk-produk UKM, geographical inidications (seperti akar wangi, gambir, dan sejenisnya), dan ekonomi kreatif (seperti film, musik, dan sejenisnya). d. Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara elektronik, dengan cara pengembangan port system menjadi inaportnet yang terintegrasi ke dalam INSW guna memperlancar pergerakan barang dan dokumen di pelabuhan. e. Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi kegiatan transportasi.
Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi Panjangnya rantai logistik dan tingginya perbedaan harga pangan antar wilayah berpotensi menyebabkan lonjakan harga pangan, yang akan berujung pada tekanan inflasi.
Rantai logistik yang panjang antara lain pada komoditas beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras.
Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan tekanan inflasi akibat gejolak harga bahan makanan. Rantai logistik yang panjang dan perbedaan harga pangan yang tinggi antar wilayah Indonesia, membuat potensi lonjakan harga pangan masih terjadi. Rantai logistik yang panjang pernah dikeluhkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS, saat ini distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras dari produsen ke konsumen akhir melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan usaha perdagangan. Jalur distribusi perdagangan terpanjang adalah untuk komoditas cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan di Jawa Tengah. Sedangkan jalur distribusi perdagangan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
57
terpanjang untuk komoditas beras dan daging ayam ras ada di DKI Jakarta. Rantai perdagangan yang panjang membuat margin perdagangan dan pengangkutan menjadi lebih besar. Dengan margin yang besar, biaya yang harus dibayar oleh konsumen terhadap suatu bahan pangan menjadi lebih mahal. Selain memperbaiki logistik atau distribusi, perbaikan produksi juga diperlukan. Sebab gangguan iklim seperti El Nino dan La Nina mengancam ketersediaan bahan makanan.
Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 Integrasi SRG mobile dengan PLK diharapkan akan meningkatkan volume SRG dan PLK.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menyatakan volume Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) akan meningkat pada 2016 seiring integrasi keduanya melalui perangkat dalam jaringan (daring/online). Namun, karena masih dalam tahap embiro, belum bisa diprediksi seberapa jauh perkembangannya. Kepala Bappebti Sutriono Edi, pada bulan Juni 2016 akan diluncurkan SRG mobile yang terintegrasi dengan PLK di dua daerah percontohan (pilot project), yaitu Tasikmalaya dan Ciamis.
Komoditas yang paling banyak disimpan di gudang SRG adalah gabah.
Sepanjang 2015, total gudang yang telah mendapat persetujuan sebagai gudang SRG adalah 117 buah, dengan lokasi yang tersebar di 19 provinsi, dan 91 diantaranya telah menerbitkan resi. Jumlah resi gudang yang telah diterbitkan selama tahun 2009-2015 mencapai 2.173 resi, dengan total volume komoditas sebanyak 81.440,08 ton. Komoditas yang paling banyak disimpan di gudang SRG adalah gabah (68.742,06 ton), beras (6.449,22 ton), dan jagung (5.101,07 ton).
Komoditas dengan transaksi PLK terbesar (media 2015) adalah jagung dan beras.
Di samping itu, nilai transaksi PLK medio 2015 mencapai Rp 240,55 miliar, dengan total komoditas berjumlah 136 jenis. Sepuluh transaksi komoditas terbesar adalah jagung (17,37 persen), beras (16,43 persen), jahe (6,90 persen), lada (6,55 persen), bawang merah (4,74 persen), jeruk (3,58 persen), kakao (3,11 persen), kopi (2,89 persen), gambir hitam (2,66 persen), dan kacang mete (2,20 persen).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
58
Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan untuk Berinvestasi JBIC melakukan survei mengenai operasi bisnis oleh perusahaan manufaktur Jepang setiap tahun. Responden dari survei ini adalah perusahaan manufaktur Jepang yang memiliki afiliasi di luar negeri. Hasil survei tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dalam aspek negara yang menjanjikan untuk bisnis di luar negeri untuk jangka waktu menengah. Peringkat pertama diduduki oleh India dan peringkat ketiga diduduki oleh RRT.
Menurut hasil survei JBIC tahun 2015, negara yang menjanjikan untuk berbisnis di luar negeri adalah India, Indonesia, dan RRT.
Alasan Indonesia termasuk ke dalam negara yang menjanjikan untuk bisnis adalah pertumbuhan pasar lokal di masa datang, sedangkan isu yang dominan adalah upah tenaga kerja yang meningkat.
Alasan mengapa Indonesia termasuk ke dalam negara yang menjanjikan untuk bisnis secara berurutan menurut jumlah koresponden yang menjawab adalah: (a) potensi pertumbuhan pasar lokal di masa datang, (b) ukuran pasar lokal saat ini, (c) tenaga kerja yang murah, (d) basis pemasok untuk perakit dan (e) konsentrasi industri yang sesuai. Di lain pihak, isu yang diperhatikan untuk Indonesia secara berurutan adalah: (i) upah tenaga kerja yang meningkat, (ii) eksekusi hukum yang tidak jelas, (iii) infrastruktur yang tidak memadai, (iv) ketatnya persaingan dengan perusahaan lainnya dan (v) kesulitan dalam mempertahankan staf di level manajer.
India mengungguli Indonesia karena sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak ada masalah dengan kenaikan upah buruh.
Tahun 2014 dan tahun 2015, India menduduki peringkat satu sebagai negara yang menjanjikan prospek bisnis pengusaha Jepang. Faktor utama India menjadi peringkat satu adalah India memiliki sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Selain itu, di India tidak ada masalah mengenai kenaikan upah buruh.
Layanan Izin Investasi 3 Jam BKPM menambahkan jumlah izin yang dapat terbit dengan layanan izin investasi 3 jam menjadi delapan perizinan dan surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan.
Di awal tahun 2016, BKPM meningkatkan pelayanan izin investasi 3 jam dengan bertambahnya jumlah izin yang dapat diterbitkan. Sebelumnya, jumlah izin yang dapat diterbitkan hanya tiga yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), surat pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan izin investasi. Kini tambahan perizinan yang dapat diterbitkan berjumlah lima yaitu Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
59
Nomor Induk Kepabeanan (NIK) sehingga total perizinan yang dapat diterbitkan berjumlah delapan ditambah dengan surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan. Syarat layanan izin investasi 3 jam tidak berubah.
Walaupun jumlah izin yang dapat diterbitkan bertambah, syarat dari layanan izin investasi 3 jam ini tetap sama yaitu investasi bernilai minimal Rp100 miliar dan/atau dapat menyerap tenaga kerja minimal 1.000 orang. Selain itu, investor harus datang langsung ke BKPM atau diwakili oleh salah satu investor dengan membawa surat kuasa. Layanan 3 jam ini mulai diluncurkan tanggal 26 Oktober 2015. Terdapat tujuh investor yang telah memanfaatkan fasilitas tersebut.
Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global Per Desember 2015 Yuan diakui oleh IMF sebagai salah satu mata uang acuan global.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memasukkan mata uang Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Yuan atau Renminbi ke dalam keranjang mata uang acuan global pada awal Bulan Desember tahun 2015. Masuknya Yuan dalam special drawing right (SDR) dinilai memang sudah seharusnya mengingat dominasi RRT di perekonomian dunia semakin besar. Masuknya Yuan kedalam SDR akan membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Salah satu yang utama adalah dalam kegiatan perdagangan, dimana Indonesia dan RRT dapat menggunakan mata uang Yuan atau Rupiah dalam setiap transaksi ekspor-impor. Hal tersebut akan mengurangi ketergantungan pergerakan Rupiah terhadap perekonomian AS. Secara umum, Pemerintah menyambut baik perkembangan ini. Hal tersebut ditandai oleh penandatanganan kesepakatan perpanjangan bilateral currency swap arrangement (BCSA) yang disepakati pada 1 Oktober 2013 lalu.
Migrasi dari USD ke Yuan dalam kerjasama perdagangan Indonesia-RRT akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap USD.
Lebih lanjut, jika kita melihat dari sisi perdagangan, nilai ekspor Indonesia ke RRT mencapai USD16 miliar, sementara nilai ekspor RRT ke Indonesia mencapai USD30 miliar. Jika sepertiga dari total nilai perdagangan Indonesia-RRT dapat menggunakan Yuan, tentunya ketergantungan Indonesia terhadap USD dapat dikurangi. Selain itu, penggunaan mata uang Yuan juga akan mendorong RRT untuk melakukan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
60
investasi ke Indonesia. Selama ini hubungan perdagangan dengan RRT selalu defisit USD14 miliar per tahun. Defisit ini kiranya dapat diimbangi oleh naiknya nilai investasi RRT di Indonesia. Namun, demikian perlu dilakukan antisipasi terhadap dampak negatif dari penggunaan Yuan -apalagi Indonesia masih defisit dalam berdagang dengan RRT- terutama terkait masih terbatasnya jumlah Yuan jika dibandingkan dengan USD. Dengan kondisi itu, jika permintaan Yuan meningkat, biaya untuk menggunakan Yuan lebih mahal dari USD.
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN Perkembangan Ekspor Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD 35.171,7 juta dengan pertumbuhan negatif sebesar 18,7 persen.
Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD35.172 juta, mengalami penurunan sebesar 18,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama triwulan IV tahun 2014. Secara keseluruhan sepanjang Januari sampai dengan Desember 2015 nilai total ekspor mencapai USD150.221,2 juta. Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mencatatkan penurunan sebesar 15,7 persen pada triwulan IV tahun 2015 dan secara keseluruhan sepanjang Januari sampai dengan Desember mengalami penurunan sebesar 9,8 persen. Sedangkan kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor pada tahun 2015 ditopang oleh eskpor produk industri yang
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
61
mencatatkan nilai USD106.636,8 juta, meskipun demikian pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi berdasarkan sektor adalah ekspor produk pertanian dengan pertumbuhan 48,4 persen. Komoditas Nilai Ekspor (USD Juta)
Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015 2012 2013 2014 Q4 2014 Q4 2015 190.020,3 182.551,8 175.980,0 43.273,8 35.171,8
2015 150.221,2
Migas
36.977,3
32.633,0
30.018,8
6.616,6
4.261,0
18.551,9
Minyak Mentah
12.293,4
10.204,7
9.528,2
2.338,8
1.403,5
6.457,0
4.163,4
4.299,1
3.623,4
822,8
260,5
1.754,1
20.520,5
18.129,2
17.180,3
3.768,1
2.597,0
10.340,8
Nonmigas
153.043,0
149.918,8
145.961,2
36.657,3
30.910,8
131.643,8
Pertanian
5.569,2
5.713,0
5.770,6
1.548,5
1.375,7
5.629,3
116.125,1
113.029,9
117.330,0
29.480,4
25.433,0
106.636,8
31.329,9
31.159,5
22.850,3
5.626,5
4.199,1
19.434,5
-6,6 -10,9 -11,1 -12,8 -10,3 -5,5 7,8 -5,0 -9,6 100,0 19,5 6,5 2,2 10,8 80,5 2,9 61,1 16,5 -6,6 -2,1 -0,7 -0,3 -1,1 -4,5 0,2 -3,0 -1,6
-3,9 -11,8 -17,0 3,3 -11,7 -2,0 2,6 -2,7 -0,5 100,0 17,9 5,6 2,4 9,9 82,1 3,1 61,9 17,1 -3,9 -2,1 -1,0 0,1 -1,2 -1,7 0,1 -1,7 -0,1
-3,6 -8,0 -6,6 -15,7 -5,2 -2,6 1,0 3,8 -26,7 100,0 17,1 5,4 2,1 9,8 82,9 3,3 66,7 13,0 -3,6 -1,4 -0,4 -0,3 -0,5 -2,2 0,0 2,5 -3,5
-11,0 -25,6 0,0 -31,4 -29,6 -7,7 -0,6 -0,8 -33,3 100,0 15,3 5,4 1,9 8,7 84,7 3,6 68,1 13,0 -11,0 -3,9 0,0 -0,6 -2,6 -6,5 0,0 -0,6 -4,3
-18,7 -35,6 -40,0 -68,3 -31,1 -15,7 -11,2 -13,7 -25,4 100,0 12,1 4,0 0,7 7,4 87,9 3,9 72,3 11,9 -18,7 -4,3 -1,6 -0,5 -2,3 -13,8 -0,4 -9,9 -3,0
-14,6 -37,9 1,3 -27,1 -12,6 -9,8 48,4 37,2 28,9 100,0 12,4 6,4 1,8 10,0 87,6 5,7 107,2 19,6 -14,6 -4,7 0,1 -0,5 -1,3 -8,6 2,8 39,8 5,7
Hasil Minyak Gas
Industri Pertambangan Pertumbuhan Ekspor* (%) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Nonmigas Pertanian Industri Pertambangan Proporsi Ekspor (%) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Nonmigas Pertanian Industri Pertambangan Sumber Pertumbuhan (%) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Nonmigas Pertanian Industri Pertambangan
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY) Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
62
Komoditas Alas Kaki (HS-64) dan Pakaian Jadi Bukan Rajutan (HS-62) merupakan dua komoditas dengan pertumbuhan positif yaitu 6,0 persen dan 3,6 persen.
Pada triwulan IV tahun 2015 nilai ekspor nonmigas Indonesia untuk komoditas adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar dan mencatatkan nilai USD4.600,6 juta dan juga merupakan komoditas ekspor nonmigas dengan proporsi terbesar yaitu 15,3 persen terhadap total ekspor. Sementara itu komoditas ekspor nonmigas yang memiliki kinerja positif pada triwulan IV tahun 2015 adalah Alas Kaski (HS-64) dan Pakaian Jadi Buka Rajutan (HS-62) yang secara berturut-turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,0 persen dan 3,7 persen. Selanjutnya komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif terbesar adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) yaitu 27,6 persen (YoY), yang diikuti oleh Perhiasan/Permata (HS-71) yaitu sebesar -24,8 persen.
Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 HS Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%) Komoditas Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 15 Lemak & minyak hewan/nabati 5.617,3 4.600,6 2,7 -18,1 13,2 15,3 27 Bahan bakar mineral 4.857,1 3.514,5 -21,2 -27,6 14,8 13,3 85 Mesin/peralatan listrik 2.435,6 2.106,1 -12,2 -13,5 6,7 6,6 40 Karet dan Barang dari Karet 1.500,7 1.330,5 -15,3 -11,3 4,3 4,1 84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 1.466,7 1.235,4 -9,3 -15,8 3,9 4,0 64 Alas kaki 1.142,6 1.211,5 -29,5 6,0 3,9 3,1 87 Kendaraan dan Bagiannya 1.428,1 1.201,5 -8,4 -15,9 3,8 3,9 44 Kayu, Barang dari Kayu 1.026,3 979,0 -22,3 -4,6 3,2 2,8 62 Pakaian jadi bukan rajutan 942,0 976,4 -31,0 3,7 3,3 2,6 71 Perhiasan/Permata 1.164,5 875,7 2,8 -24,8 2,7 3,2 Total Lainnya 15.075,9 15.841,1 -9,9 5,1 40,3 41,1 Total Nonmigas 36.656,9 33.872,3 -11,7 -7,6 100,0 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar 126.637,4 juta kg.
Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar 126.637,5 juta kg dan mengalami penurunan sebesar -33,8 persen (YoY). Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan IV tahun 2015 adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS-15) dengan volume 90.407,1 juta kg dan menyumbang proporsi 53,6 persen terhadap total volume ekspor nonmigas. Selanjutnya komoditas dengan volume dan proporsi tebesar kedua adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) dengan volume 8.486,4 juta kg dan menyumbang proporsi
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
63
3,7 persen terhadap total volume ekspor nonmigas Indonesia. Dilihat dari pertumbuhannya, Bahan Bakar Mineral (HS-27) pada triwulan IV tahun 2015 mencatatkan peningkatan pertumbuhan sebesar 20,3 persen (YoY). Sementara itu, Berbagai Produk Kimia (HS-38) merupakan barang ekspor nonmigas dengan penurunan volume ekspor paling besar jika dibandingkan dengan sembilan komoditas lainnya dengan penurunan sebesar 12 persen (YoY). Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%) HS Komoditi Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 7.052,8 8.486,4 1,8 20,3 3,6 3,7 27 Bahan bakar mineral 102.545,2 90.407,1 -7,4 -11,8 57,9 53,6 15 Lemak & minyak hewan/nabati 129,6 134,2 -8,4 3,5 0,1 0,1 25 Garam, Belerang, Kapur 736,0 798,5 -16,4 8,5 0,5 0,4 23 Ampas/Sisa Industri Makanan 142,5 135,9 -8,5 -4,7 0,1 0,1 44 Kayu, Barang dari Kayu 60,8 65,6 8,0 7,8 0,0 0,0 26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 155,5 153,8 6,6 -1,1 0,1 0,1 48 Kertas/Karton 1.528,3 1.345,2 1,4 -12,0 0,8 0,8 38 Berbagai produk kimia 48,9 48,4 -1,6 -0,9 0,0 0,0 47 Bubur kayu/Pulp 0,6 0,7 1,8 11,3 0,0 0,0 40 Karet dan Barang dari Karet Total Lainnya 23.835,9 25.061,6 -66,3 5,1 36,9 12,5 Total Nonmigas 191.256,5 126.637,5 0,0 -33,8 100,0 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perkembangan ekspor nonmigas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan IV tahun 2015 turun sebesar 13,82 persen (YoY).
Pada triwulan IV tahun 2015 Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai sebesar USD3.692,9 juta. Sementara itu pada posisi kedua negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok dengan nilai sebesar USD3.342.2 juta. Secara keseluruhan perkembangan ekspor nonmigas ke-5 (lima) negara tujuan utama pada triwulan IV tahun 2015 turun sebesar 13,8 persen (YoY). Singapura merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas yang mencatatkan penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,6 persen.
Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 Nilai Ekspor Nonmigas Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%) (Juta USD) Negara Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Japan 3.851,6 3.189,6 -6,4 -17,2 10,5 9,9 China 3.877,7 3.342,2 -39,5 -13,8 10,6 10,4 Singapore 2.474,8 2.015,4 0,2 -18,6 6,8 6,3 India 3.190,4 2.739,9 -9,6 -14,1 8,7 8,5
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
64
Negara
Nilai Ekspor Nonmigas (Juta USD) Q4 2014 Q4 2015 3.987,7 3.692,9 17.382,2 14.980,1 19.274,6 17.230,2 36.656,9 32.210,3
United States Total 5 Negara Total Lainnya Total Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pertumbuhan YoY (%) Q4 2014 5,1 -14,4 -0,7 -7,7
Q4 2015 -7,4 -13,8 -10,6 -12,1
Proporsi (%) Q4 2014 10,9 47,4 52,6 100,0
Q4 2015 11,5 46,5 53,5 100,0
Perkembangan Impor Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD 34.740,8 juta.
Pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor Indonesia secara total adalah sebesar USD 34.740,8 juta atau menurun sebesar 20,7 persen (YoY). Penurunan nilai impor tersebut disumbang oleh penurunan impor migas sebanyak 50,2 persen dan impor nonmigas sebesar 11,6 persen. Berdasarkan golongan penggunaan barang Impor barang, bahan baku merupakan komoditas yang mencatatkan nilai impor terbesar pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD25.551,4 juta. Diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi dengan nilai berturut-turut sebesar USD6.343,5 juta dan USD2.845,9 juta. Dilihat dari sumbangannnya impor bahan baku memberikan sumbangan terbesar terhadap impor nonmigas Indonesia sebesar 73,5 persen diikuti oleh barang modal dan barang konsumsi sesebar 18,3 persen dan 8,2 persen. Impor bahan baku juga mencatatkan penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu turun sebesar 23,5 persen diikuti penurunan pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi sebesar 11,8 persen dan 11,0 persen.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
65
Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q4 2014 Nilai Impor (USD Juta) 191.670,9 186.628,3 178.178,8 43.804,1 Barang Konsumsi 13.415,2 13.138,9 12.667,2 3.197,7 Bahan Baku 140.111,3 141.957,2 136.208,6 33.411,4 Barang Modal 38.144,4 31.532,2 29.303,0 7.195,0 Migas 42.565,3 45.266,0 43.459,9 10.440,1 Minyak Mentah 10.803,2 13.585,8 13.072,5 2.755,6 Hasil Minyak 28.680,5 28.568,1 27.363,2 7.012,3 Gas 3.081,6 3.112,9 3.025,0 672,2 Nonmigas 149.125,3 141.362,3 134.718,9 33.364,0 Pertumbuhan Impor* (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 Barang Konsumsi 0,2 -2,1 -3,6 -4,4 Bahan Baku 7,0 1,3 -4,0 -4,9 Barang Modal 15,2 -17,3 -7,1 -7,6 Migas 4,6 6,4 -4,0 -10,3 Minyak Mentah -3,2 25,8 -3,8 18,5 Hasil Minyak 1,9 -0,4 -4,2 -6,5 Gas 118,2 1,0 -2,8 -17,3 Nonmigas 9,0 -5,2 -4,7 -3,7 Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 Barang Konsumsi 7,0 7,0 7,1 7,3 Bahan Baku 73,1 76,1 76,4 76,3 Barang Modal 19,9 16,9 16,4 16,4 Migas 22,2 24,3 24,4 23,8 Minyak Mentah 5,6 7,3 7,3 6,3 Hasil Minyak 15,0 15,3 15,4 16,0 Gas 1,6 1,7 1,7 1,5 Nonmigas 77,8 75,7 75,6 76,2 Sumber Pertumbuhan (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 Barang Konsumsi 0,0 -0,1 -0,3 -0,3 Bahan Baku 5,1 1,0 -3,1 -3,8 Barang Modal 3,0 -2,9 -1,2 -1,3 Migas 1,0 1,5 -1,0 -2,4 Minyak Mentah -0,2 1,9 -0,3 1,2 Hasil Minyak 0,3 -0,1 -0,6 -1,0 Gas 1,9 0,0 0,0 -0,3 Nonmigas 7,0 -3,9 -3,6 -2,8 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY) Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)
Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) mengalami penurunan sebesar -11,5 persen.
Q4 2015 34.740,8 2.845,9 25.551,4 6.343,5 5.195,6 1.799,7 2.860,8 535,1 29.501,9 -20,7 -11,0 -23,5 -11,8 -50,2 -34,7 -59,2 -20,4 -11,6 100,0 8,2 73,5 18,3 15,0 5,2 8,2 1,5 84,9
2015 147.085,6 10.873,5 107.123,6 24.742,5 48.317,5 18.727,6 25.413,1 4.176,8 98.768,1 -17,5 -14,2 -21,4 -15,6 11,2 43,3 -7,1 38,1 -26,7 100,0 7,4 72,8 16,8 32,8 12,7 17,3 2,8 67,2
-20,7 -0,9 -17,3 -2,2 -7,5 -1,8 -4,9 -0,3 -9,8
-17,5 -1,0 -15,6 -2,6 3,7 5,5 -1,2 1,1 -17,9
Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) mengalami penurunan sebesar -11,5 persen disebabkan oleh adanya penurunan impor di berbagai komoditas diantaranya penurunan impor Besi dan Baja (HS-72) sebesar 24,5 persen dengan proporsi 5,6 persen dari nilai total impor nonmigas; penurunan impor Bahan Kimia Organik (HS-29)
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
66
sebesar -20,8 persen dengan proporsi 4,6 persen; serta penurunan impor Kendaraan Bermotor dan Bagiannya (HS87) sebesar 18,7 persen dengan proporsi impor 3,9 persen. Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015
HS
Komoditas
84
Nilai Impor (Juta USD) Q4 2014 Q4 2015 6.279,8 5.625,1
Mesin dan Peralatan Mekanik 85 Mesin dan Peralatan Listik 4.188,2 39 Plastik dan Barang dari 2.020,2 Plastik 72 Besi dan Baja 2.191,2 29 Bahan Kimia Organik 1.711,7 87 Kendaraan Bermotor dan 1.403,3 Bagiannya 10 Serealia 1.047,7 73 Benda-benda dari Besi 1.077,9 dan Baja 23 Sisa Industri Makanan 734,2 90 Perangkat Optik 581,5 Total Lainnya 12.128,5 Total Nonmigas 33.364,1 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai impor dari 5 (lima) negara utama asal impor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 9,0 persen (YoY).
Pertumbuhan YoY (%) Q4 2014 Q4 2015 -12,8 -10,4
Proporsi (%) Q4 2014 Q4 2015 18,8 19,1
4.047,3 1.691,3
-0,2 7,9
-3,4 -16,3
12,6 6,1
13,7 5,7
1.654,5 1.355,9 1.141,4
9,8 -1,2 -23,1
-24,5 -20,8 -18,7
6,6 5,1 4,2
5,6 4,6 3,9
889,2 889,0
1,8 -1,2
-15,1 -17,5
3,1 3,2
3,0 3,0
683,9 581,5 10.952,6 29.511,6
-15,6 -7,8 -0,6 -3,7
-6,8 0,0 -9,7 -11,5
2,2 1,7 36,4 100,0
2,3 2,0 37,1 100,0
Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara utama asal impor pada triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 9,1 persen (YoY). Negara utama asal impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok dimana pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor nonmigas dari Tiongkok mencatatkan nilai sebesar USD7.712,9 juta, namun demikian mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,2 persen. Sementara itu nilai impor nonmigas Indonesia yang berasal dari negara-negara di kawasan ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD6.500,3 juta dan menyumbangkan proporsi sebesar 22 persen total impor nonmigas Indonesia.
Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015
Negara Tiongkok Jepang Singapura Thailand Amerika Total 5 Negara Total Asean
Nilai Impor Nonmigas (Juta USD) 2015 Q4 2014 Q4 2015 29.217,9 8.047,3 7.712,9 13.232,0 3.950,0 3.029,3 8.971,6 2.465,9 2.329,1 8.022,4 2.275,6 1.919,8 7.550,2 1.913,1 1.971,4 66.994,1 18.651,8 16.962,5 26.042,2 7.272,4 6.500,3
Pertumbuhan YoY (%) 2015 Q4 2014 Q4 2015 -4,1 25,5 -4,2 -21,9 -4,0 -23,3 -11,6 -0,1 -5,5 -17,3 85,8 -15,6 -6,8 -49,6 3,0 -11,1 3,6 -9,1 -10,0 -1,0 -10,6
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
2015 22,6 12,6 7,5 7,2 6,0 55,9 21,5
Proporsi (%) Q4 2014 Q4 2015 24,1 26,1 11,8 10,3 7,4 7,9 6,8 6,5 5,7 6,7 55,9 57,4 21,8 22,0
67
Total Uni Eropa 11.223,3 3.016,6 Total Lainnya 80.860,9 23.075,1 Total Nonmigas 118.126,4 33.364,1 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
2.702,6 20.346,2 29.549,1
-11,4 -13,2 -12,3
-29,6 -17,9 -16,0
-10,4 -11,8 -11,4
9,4 69,1 100,0
9,0 69,2 100,0
9,1 68,9 100,0
Perkembangan Neraca Perdagangan Pada triwulan IV tahun 2015 Neraca Perdagangan total Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD369,1 juta yang disumbangkan dari surplus pada neraca perdagangan nonmigas yang mencatatkan surplus sebesar USD1.394,5 juta sementara pada neraca perdagangan migas mencatatkan defisit sebesar USD1.025,3 juta. Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan pertumbuhan 327,8 persen (YoY).
Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD 1.663,7 juta.
Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 2014 Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 mengalami deficit.
176292,7 30331,9 145960,8 178178,8 43459,9 134718,9 -1886,1 -13128,0 11241,9
2015 150221,2 18637,0 131643,8 142739,6 24613,2 118126,4 7481,6 -5976,2 13517,4
Q4 14
Q4 15
43273,7 6616,6 36656,3 43804,1 10440,1 33364,0 -530,4 -3823,5 3292,3
35119,6 4176,1 30943,6 34750,5 5201,4 29549,1 369,1 -1025,3 1394,5
YoY 2015 Q4 15 -14,8 -18,8 -38,6 -36,9 -9,8 -15,6 -19,9 -14,6 -43,4 -5,9 -12,3 -17,4 -496,7 327,8 -54,5 47,8 20,2 2,7
Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 mengalami defisit USD3.844,8 juta, hal itu disebabkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor nonmigas sebesar USD4.366,6 juta, yang lebih besar dari surplus pada sektor migas sebesar USD 521,9 juta. Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok 2014
Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
17.605,9 1.146,8 16.459,1 30.624,3 162,7 30.461,6 -13.018,4 984,1 -14.002,5
2015 15.045,3 1.785,7 13.259,6 29.404,0 186,1 29.217,9 -14.358,7 1.599,6 -15.958,3
Q4 14
Q4 15
4.365,8 488,1 3.877,7 8.120,0 72,6 8.047,3 -3.754,2 415,5 -4.169,6
3.887,0 540,6 3.346,4 7.731,8 18,8 7.713,0 -3.844,8 521,9 -4.366,6
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
2015 -14,5 55,7 -19,4 -4,0 14,4 -4,1 10,3 62,5 14,0
YoY Q4 15 -11,0 10,8 -13,7 -4,8 -74,1 -4,2 2,4 25,6 4,7
68
Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.289 juta, hal itu disebabkan oleh surplus pada sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD 1.128,7 juta dan USD160,3 juta.
Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus.
Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang
Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus.
2014
2015
Q4 14
23.117,5 8.551,7 14.565,8 17.007,6 69,4 16.938,2 6.109,9 8.482,3 -2.372,4
18.014,2 4.924,8 13.089,4 13.262,8 30,8 13.232,0 4.751,4 4.894,0 -142,6
5.823,8 1.972,2 3.851,6 3.963,6 13,6 3.950,0 1.860,2 1.958,6 -98,4
Q4 15 4.325,1 1.135,5 3.189,6 3.036,2 6,8 3.029,3 1.289,0 1.128,7 160,3
2015 -22,1 -42,4 -10,1 -22,0 -55,6 -21,9 -22,2 -42,3 -94,0
YoY Q4 15 -25,7 -42,4 -17,2 -23,4 -49,7 -23,3 -30,7 -42,4 -262,9
Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.931,7 juta. Hal tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD210,4 juta dan USD1.721,4 juta.
Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika
Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Perdagangan IndonesiaIndia pada triwulan IV tahun 2015juga menunjukkan kinerja yang baik.
2014
2015
Q4 14
16.530,1 673,1 15.857,0 8.170,1 67,7 8.102,4 8.360,0 605,4 7.754,6
16.239,2 932,6 15.306,6 7.592,6 42,4 7.550,2 8.646,6 890,2 7.756,4
4.217,2 0,0 3.987,7 1.926,5 13,4 1.913,1 2.290,7 -13,4 2.074,6
Q4 15 3.908,6 215,7 3.692,9 1.976,8 5,4 1.971,5 1.931,7 210,4 1.721,4
2015 -1,8 38,6 -3,5 -7,1 -37,4 -6,8 3,4 47,0 0,0
YoY Q4 15 -7,3 0,0 -7,4 2,6 -60,1 3,1 -15,7 -1.667,8 -17,0
Perdagangan Indonesia-India selama triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus yaitu sebesar USD 2.165,6 juta. Surplus ini disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD33,9 juta dan USD2.131,7 juta. Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India
Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas
2014
2015
Q4 14
12.249,0 25,3
11.713,0 129,0
3.196,3 5,9
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Q4 15 2.780,2 40,2
YoY 2015 Q4 15 -4,4 -13,0 409,9 585,0
69
Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
12.223,7 3.952,1 388,2 3.563,9 8.296,9 -362,9 8.659,8
11.584,0 2.741,2 75,7 2.665,5 8.971,8 53,3 8.918,5
3.190,4 800,4 61,6 738,7 2.395,9 -55,8 2.451,7
2.739,8 614,5 6,3 608,2 2.165,6 33,9 2.131,7
-5,2 -30,6 -80,5 -25,2 8,1 -114,7 3,0
-14,1 -23,2 -89,7 -17,7 -9,6 -160,7 -13,1
Neraca perdagangan Indonesia-Thailand pada triwulan IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD715,7 juta. Hal tersebut dicatatkan oleh defisit pada neraca perdagangan nonmigas sebesar USD862,6 juta lebih besar dari surplus neraca perdagangan migas sebesar USD146,9 juta.
Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand mengalami defisit pada triwulan IV tahun 2015.
Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand
Ekspor Total (Juta USD) Ekspor Migas Ekspor Nonmigas Impor Total (Juta USD) Impor Migas Impor Nonmigas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Nonmigas Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
2014
2015
Q4 14
Q4 15
5.783,1 780,2 5.002,9 9.781,1 86,3 9.694,8 -3.998,0 693,9 -4.691,9
5.507,2 906,8 4.600,4 8.087,1 64,7 8.022,4 -2.579,9 842,1 -3.422,0
1.343,8 169,1 1.174,7 2.291,2 15,6 2.275,7 -947,4 153,5 -1.100,9
1.220,4 163,1 1.057,3 1.936,0 16,2 1.919,8 -715,7 146,9 -862,6
2015 -4,8 16,2 -8,0 -17,3 -25,0 -17,3 -35,5 21,4 -27,1
YoY Q4 15 -9,2 -3,6 -10,0 -15,5 4,2 -15,6 -24,5 -4,4 -21,7
Perkembangan Harga Domestik Sejak bulan Januari 2015 hingga Desember 2015, lima komoditas tertentu mengalami fluktuasi harga yang cukup besar.
Sejak Bulan Januari hingga Desember 2015, lima komoditas tertentu (beras medium, gula pasir, tepung terigu, minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah) mengalami fluktuasi harga yang cukup besar. Komoditas dengan pertumbuhan inflasi yang paling tinggi yaitu komoditas gula pasir dengan nilai sebesar 5,14 persen pada bulan Mei 2015, dan komoditas beras medium dengan pertumbuhan inflasi yang paling rendah dengan nilai sebesar -3,95 persen pada Bulan April 2015.
HARGA
Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 Komoditas Minyak Goreng Kemasan Minyak Goreng Curah Tepung terigu Beras Medium
Unit
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des*
Rp/ltr
15.106
15.108
15.214
15.183
15.201
15.216
15.190
15.164
15.173
15.100
15.088
15.040
Rp/ltr
11.331
11.267
11.302
11.220
11.186
11.249
11.212
11.006
10.719
10.708
10.565
10.414
Rp/kg
8.840
8.799
8.833
8.832
8.883
8.904
8.983
9.011
8.986
8.969
8.982
9.050
Rp/kg
9.634
9.929
10.373
9.963
9.925
9.928
10.009
10.122
10.281
10.414
10.520
10.673
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
70
INFLASI PERIODIK
Komoditas
Unit
Gula Pasir Minyak Goreng Kemasan Minyak Goreng Curah Tepung terigu Beras Medium Gula Pasir
Rp/kg
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des*
11.169
11.157
11.428
11.925
12.538
13.120
13.041
12.927
12.715
12.719
12.752
12.866
%
0,7
0
0,7
-0,2
0,1
0,1
-0,2
-0,2
0,1
-0,5
-0,1
-0,3
%
0,3
-0,6
0,3
-0,7
-0,3
0,6
-0,3
-1,8
-2,6
-0,1
-1,3
-1,4
%
0,1
-0,5
0,4
0
0,6
0,2
0,9
0,3
-0,3
-0,2
0,1
0,8
%
3,2
3,1
4,5
-4
-0,4
0
0,8
1,1
1,6
1,3
1
1,5
%
-0,4
-0,1
2,4
4,4
5,1
4,6
-0,6
-0,9
-1,6
0
0,3
0,9
Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah *data update terbaru
Perkembangan Harga Internasional Pada akhir triwulan IV tahun 2015 (Desember), sebagian besar harga komoditas internasional terpilih mengalami penurunan.
Berdasarkan data harga komoditas internasional yang didapat dari Bank Dunia, pada akhir tahun 2015, sebagian besar harga komoditas internasional yang merupakan komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga, diantaranya Coal yang mengalami penurunan harga 0,8 persen, Cocoa 0,5 persen, dan Copper 3,4 persen. Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada akhir tahun 2015 adalah komoditas Rubber yang harganya naik sebesar 2,1 persen dan Palm Oil yang naik sebesar 1,8 persen.
Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih Komoditas Unit 2014 2015 Okt-15 Nov 15 ENERGI Coal, Australia ($/mt) 841,6 690,1 52,3 52,6 Crude Oil, West Texas ($/bbl) 1117,4 584,5 46,2 42,7 PERTANIAN Cocoa ($/kg) 36,8 37,6 3,2 3,4 Coffe, robusta ($/kg) 26,6 23,3 1,8 1,8 Palm Oil ($/mt) 9857,3 7472,0 583,0 558,0 Soybeans ($/mt) 5901,3 4685,0 376,0 368,0 Shrimp, Mexican ($/kg) 207,0 172,3 11,4 10,0 Woodpulp ($/mt) 10523,0 10500,0 875,0 875,0 Rubber*, ($/kg) 23,5 18,7 1,3 1,2 Singapore/MYS LOGAM & MINERAL Copper ($/mt) 82360,8 66125,5 5216,1 4799,9 Iron ore ($/dmtu) 1163,3 670,0 53,0 47,0 Nickel ($/mt) 202720,5 142351,6 10316,8 9244,3 Tin ($/mt) 262786,5 192799,6 15794,6 14745,3 Zinc ($/mt) 25931,7 23180,1 1724,3 1583,3 INFLASI Unit 2014,0 2015,0 42278,0 Nov 15 ENERGI Coal, Australia (%) -17,1 -18,0 -4,4 0,5
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Des-15 52,1 37,2 3,4 1,8 568,0 372,0 10,1 875,0 1,3
4638,8 41,0 8707,8 14691,7 1527,8 42339,0 -0,8
71
Komoditas Unit Crude Oil, West Texas (%) PERTANIAN Cocoa (%) Coffe, robusta (%) Palm Oil (%) Soybeans (%) Shrimp, Mexican (%) Woodpulp (%) Rubber*, (%) Singapore/MYS LOGAM & MINERAL Copper (%) Iron ore (%) Nickel (%) Tin (%) Zinc (%) Sumber: World Bank, diolah
2014 -4,9
2015 -47,7
Okt-15 1,7
Nov 15 -7,6
Des-15 -12,8
25,6 6,8 -4,1 -8,7 24,7 6,5 -30,0
2,4 -12,4 -24,2 -20,6 -16,8 -0,2 -20,3
-2,5 1,6 8,4 2,2 -21,6 0,0 -0,9
5,1 -1,3 -4,3 -2,1 -12,7 0,0 -6,0
-0,5 -3,0 1,8 1,1 1,9 0,0 2,1
-6,4 -28,4 12,4 -1,7 13,1
-19,7 -42,4 -29,8 -26,6 -10,6
0,0 -7,0 3,8 2,2 0,2
-8,0 -11,3 -10,4 -6,6 -8,2
-3,4 -12,8 -5,8 -0,4 -3,5
Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 naik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai ITB sebesar 105,22. Peningkatan antara lain pada lapangan usaha industri pengolahan, pengadaan air, pengadaan listrik dan gas, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa perusahaan. Adapun sektor pertanian, peternakan dan kehutanan dan perikanan merupakan lapangan usaha yang indeksnya mengalami penurunan. Perkiraan ITB triwulan I tahun 2016 adalah sebesar 104,28.
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: BPS, diolah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
72
Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan
Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015 Variabel pembentuk ITB Trw IV-2015
No 1
Sektor dalam ITB
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Pengadaan Listrik dan Gas 5 Pengadaaan Air 6 Kosntruksi 7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan 12 Real Estat 13 Jasa Perusahaan 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya Indeks Tendensi Bisnis Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
99,6
90,18
-
Penggunaan Kapasitas Produksi/Us aha 90,18
96,2 99,3 109,3 107,0 109,3 110,5
94,74 101,03 111,18 109,82 107,98 105,03
96,21 102,54 111,2 111,3 113,46 106,78
92,42 102,78 113,54 109,57 108,87 104,59
94,5 99,04 110,17 108,7 103,05 103,79
112,0 109,0
109,08 109,19
111,24 111,86
106,98 109,78
108,18 106,71
108,0 110,8 101,7 109,5 111,0
109,07 112,03 101,45 111,23 117,84
111,05 111,25 104,41 113,25 117,39
108,48 113,51 85,59 108,64 119,78
107,69 112,06 101,47 110,65 117,39
111,5 110,0 109,0 106,0
107,99 108,1 110,02 105,22
109,06 108,86 113,06 107,49
111,83 109,29 108,97 103,95
105,48 106,97 107,92 103,86
ITB Trw III-2015
ITB Trw IV-2015
Pendapat an Usaha
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Rata Rata Jam Kerja -
73
PERKEMBANGAN INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
Pada sisi penggunaan, pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,9 persen (YoY).
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, tumbuh sebesar 10,6 persen dibanding triwulan IV tahun 2014.
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD 11.063,8 juta.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
74
PERKEMBANGAN INVESTASI Perkembangan Investasi Struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa dan Sumatera.
Perekonomian Indonesia triwulan IV tahun 2015 dibanding periode yang sama tahun 2014 tumbuh 5,04 persen, sedangkan tahun 2015 dibanding tahun 2014 tumbuh sebesar sebesar 4,8 persen. Secara spasial, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau Jawa dan Sumatera, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,3 persen, pulau Sumatera sebesar 22,2 persen, Kalimantan 8,15 persen. Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,9 persen (YoY) dibanding periode yang sama tahun 2014, sementara pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 di banding triwulan III tahun 2015 (QtQ) mengalami kenaikan sebesar 5,0 persen.
Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen) Q4-2014 Q4-2014 Q4-2015 (QtQ) (YtY) (QtQ) Pertumbuhan PDB -2,1 5,0 -1,8 Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan) 2,9 4,6 5,0 a. Bangunan 4,1 7,1 6,0 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 0,4 -9,2 2,6 c. Kendaraan -3,0 -7,4 -2,5 d. Peralatan Lainnya 6,3 9,7 4,3 e. Sumber Daya Hayati 15,3 7,6 13,1 f. Produk Kekayaan Intelektual -25,6 12,2 -12,2 Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku) a. Bangunan b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri c. Kendaraan d. Peralatan Lainnya e. Sumber Daya Hayati f. Produk Kekayaan Intelektual Sumber: BPS , diolah
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY).
34,4 26,1 3,2 1,4 0,5 2,2 0,9
Q4-2015 (YtY) 5,0 6,9 8,2 3,8 7,3 7,8 -3,6 6,4 33,2 25,0 3,2 1,5 0,5 2,0 1,0
Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 (YoY) sebesar 6,9 persen secara lebih detil didorong oleh pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen, Peralatan Lainnya sebesar 7,8 persen dan Kendaraan sebesar 7,3 persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
75
PMTB pada triwulan IV tahun 2015 secara detil yaitu pada Bangunan dengan sumbangan 25,0 persen.
Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015 PMDN PMA Pertumbuhan (YoY, %) TAHUN (Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA 2010 60,6 16.214,8 60,4 2011 76,0 19.474,2 25,4 2012 92,2 24.564,7 21,3 2013 128,2 28.617,5 39,0 2014 156,1 28.529,7 21,8 2015 Trw IV 46,2 7.938,7 10,6 Sumber : BKPM, diolah
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan positif.
49,9 20,1 26,1 16,5 -0,3 17,0
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun 2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.
Realisasi Per Sektor Pertumbuhan YoY terbesar pada PMA adalah sektor tersier, sedangkan untuk PMDN adalah sektor sekunder.
Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 17,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Kenaikan terjadi di seluruh sektor, dengan kenaikan terbesar pada sektor tersier sebesar 25,9 persen. Untuk PMDN pada periode yang sama terjadi pertumbuhan sebesar 10,6 persen. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan sektor sekunder sebesar 51,1 persen. Adapun dilihat secara sumbangannya, pada triwulan IV tahun 2015, untuk PMA sektor sekunder memberikan sumbangan terbesar dengan sumbangan 40,8 persen dan pemberi sumbangan terbesar untuk PMDN juga dari sektor sekunder sebesar 56,3 persen.
Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor PMA PMDN Jumlah Jumlah (Rp Tahun (USD juta) Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier 2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12,3 25,5 22,8 60,6 2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16,3 39,0 20,6 76,0 2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20,4 49,9 21,9 92,2 2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25,7 51,2 51,3 128,2 2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16,5 59,0 80,6 34,6
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
76
Tahun
Primer 1.491,2 1.644,4
PMA Sekunder 2.869,4 3.241,5
Tersier 2.423,9 3.052,8
Jumlah (USD juta) 6.784,5 7.938,7
Primer 5,8 2,8
PMDN Sekunder 17,2 26,0
Tersier 18,7 17,4
Jumlah (Rp Triliun) 41,7 46,2
10,3
13
25,9
17
-52,7
51,1
-6,9
10,6
20,7
40,8
38,5
100
6
56,3
37,8
100
2014 TRW IV 2015 TRW IV Pertumbuhan (YoY, %) Share 2015 trw IV (%) Sumber : BKPM, diolah
Sektor dengan persentase realisasi terbesar untuk PMA adalah sektor Listrik, Gas dan Air dan untuk PMDN adalah sektor Industri Mineral Non Logam.
Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan IV tahun 2015 lima sektor/bidang dengan realisasi PMA terbesar dan persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 17,5 persen, Industri Logam, Mesin dan Elektronik 12,5 persen, Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 12,0 persen, Pertambangan 11,7 persen dan Tanaman Pangan dan Perkebunan 8,2 persen. Untuk PMDN, terbesar secara berurutan adalah Industri Mineral Non Logam 18,6 persen, Konstruksi 16,3 persen, Industri Makanan 13,9 persen, Industri Kimia dan Farmasi 10,1 persen dan Listrik, Gas dan Air 9,7 persen.
Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN Sektor/Bidang Usaha USD Juta % Thd total Sektor/Bidang Usaha Rp Triliun Ind. Mineral Non 1 Listrik, Gas dan Air 1.393,2 17,5 1 8,6 Logam Ind. Logam, Mesin & 2 993,2 12,5 2 Konstruksi 7,5 Elektronik Perumahan, Kawasan 3 952,3 12,0 3 Industri Makanan 6,4 Ind & Perkantoran 4 Pertambangan 928,2 11,7 4 Ind. Kimia dan Farmasi 4,7 Tanaman Pangan & 5 651,0 8,2 5 Listrik, Gas dan Air 4,5 Perkebunan Gabungan lainnya 3.020,9 38,1 Gabungan lainnya 14,5 Jumlah / Total 7.938,7 100 Jumlah / Total 46,2 Sumber: BKPM, diolah
% Thd total 18,6 16,3 13,9 10,1 9,7 31,3 100
Realisasi Per Lokasi Pada triwulan IV tahun 2015, pertumbuhan YoY realisasi PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara.
Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan IV tahun 2015 dibanding triwulan IV tahun 2014, pertumbuhan realisasi PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan pertumbuhan sebesar 506,3 persen diikuti Papua sebesar 283,9 persen dan Sulawesi 95,1 persen. Dilihat dari sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Sulawesi memberikan sumbangan terbesar pada triwulan IV tahun 2015 yaitu 59,4
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
77
persen, 15,6 persen dan 13,2 persen. Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) Lokasi TAHUN TOTAL Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua 2010 4,2 35,1 2,1 14,6 4,3 0,0 0,2 60,6 2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0 2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2 2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2 2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1 2014 trw IV 8,4 25,7 0,2 4,1 3,1 0,0 0,1 41,7 2015 trw IV 7,2 27,4 1,4 3,8 6,1 0,0 0,3 46,2 Pertumbuhan -14,5 6,5 506,3 -8,1 95,1 -100 283,9 10,6 (YoY,%) Share trw IV 2015 15,6 59,4 3 8,2 13,2 0 0,6 100 (%) Sumber : BKPM, diolah
Pada triwulan IV tahun 2015, pertumbuhan Y-o-Y realisasi PMA terbesar terjadi di Maluku.
Untuk PMA pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 dibandingkan triwulan IV tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 17,0 persen dengan pertumbuhan positif terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Lokasi lainnya yaitu Sumatera dan Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara sumbangan, pada triwulan IV tahun 2015 pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera memberikan sumbangan terbesar yaitu 50,3 persen, 24,5 persen dan 11,4 persen.
Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) LOKASI TAHUN TOTAL Bali & Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Maluku Papua NT 2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8 2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2 2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9 2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5 2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6 2014 trw IV 929,3 3.816,9 206,5 998,1 486,7 14,7 332,4 6.784,5 2015 trw IV 907,9 3.992,2 260,1 1.945,2 575,0 70,9 187,4 7.938,7 Pertumbuhan (YoY, %) -2,3 4,6 26,0 94,9 18,1 381,9 -43,6 17,0 Share Trw IV 2015 (%) 11,4 50,3 3,3 24,5 7,2 0,9 2,4 100,0 Sumber : BKPM, diolah
Pulau Jawa merupakan lokasi PMDN dan PMA yang paling diminati.
Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan IV tahun 2015 untuk PMDN, tiga dari lima besar lokasi investasi yang diminati terletak di Pulau Jawa, dengan kontribusi realisasi PMDN terbesar yaitu Jawa Timur sebesar 36,5 persen.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
78
Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Triliun DKI Jakarta 1.363,70 17,2 Jawa Timur 16,9 Banten 925,9 11,7 Jawa Tengah 5,1 Jawa Timur 910,7 11,5 Sulawesi Selatan 4,4 Kalimantan Tengah 659,8 8,3 Riau 2,8 Kalimantan Timur 613,3 7,7 Banten 2,7 Gabung lainnya 3.465,30 43,7 Gabung lainnya 14,3 Jumlah 7.938,70 100 Jumlah 46,2 Sumber : BKPM, diolah
% Thd Total 36,5 11 9,5 6 5,9 31 100
Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar berturut-turut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan sumbangan realisasi PMA terbesar berasal dari DKI Jakarta sebesar 17,2 persen.
Realisasi per Negara Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 Negara USD Juta % Terhadap Total Singapura 2.349,80 29,6 Hong Kong 520,6 6,6 Belanda 399,5 5 Jepang 382 4,8 R. R. Tiongkok 222,3 2,8 Gabung Lainnya 4.064,50 51,2 Jumlah 7.938,70 100 Sumber : BKPM, diolah
Singapura merupakan Negara asal investasi PMA terbesar pada triwulan IV tahun 2015.
Pada triwulan IV tahun 2015, empat dari lima besar negara asal investasi PMA merupakan negara-negara di Asia, yaitu: 1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar USD2.349,8 juta atau 29,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Hong Kong dengan nilai USD520,6 juta (6,6 persen); 3) Jepang dengan nilai realisasi investasi USD382 juta (4,8 persen); 4) R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD222,3 juta (2,8 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai USD399,5 Juta atau 5,0 persen dari total realisasi investasi PMA.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
79
PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah. Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional PERJANJIAN EKONOMI STATUS Negotiations launched 1 ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA) (the 7th round of negotiations) Negotiations launched 2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement (the 3rd round of negotiations) India-Indonesia Comprehensive Economic Negotiations launched 3 Cooperation Arrangement (consultation pre-negotiation) Indonesia-Australia Comprehensive Economic Negotiations launched 4 Partnership Agreement (the 2nd round of negotiations) Indonesia-European Free Trade Association Free Negotiations launched 5 Trade Agreement (the 9th round of negotiations) Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 6 (RCEP) (the 10th round of negotiations) Republic of Korea-Indonesia Free Trade Negotiations launched 7 Agreement (the 7th round of negotiations) Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement Negotiations launched 8 (PTA) (the 1st round of negotiations) 9 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group (JSG) 10 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG 11 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing 12 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG Trade Preferential System of the Organization of 13 Signed but not yet In Effect the Islamic Conference 14 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade 15 Signed and In Effect Agreement ASEAN-India Comprehensive Economic 16 Signed and In Effect Cooperation Agreement ASEAN-Japan Comprehensive Economic 17 Signed and In Effect Partnership ASEAN-China Comprehensive Economic 18 Signed and In Effect Cooperation Agreement ASEAN-Republic of Korea Comprehensive 19 Signed and In Effect Economic Cooperation Agreement 20 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 21 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight 22 Signed and In Effect Developing Countries Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag No
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan RRT selama triwulan IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD11.063,8 juta.
Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan RRT selama triwulan IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD11.063,8 juta. Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand mengalami defisit perdagangan dengan RRT masing-masing sebesar
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
80
USD3.107,8 juta, USD2.924,6 juta, USD7.438,1 juta dan USD854,1 juta. Sementara itu, hanya Malaysia yang mengalami surplus perdagangan dengan RRT yaitu sebesar USD3.260,7 juta.
Ekspor ASEAN Ke RRT Nilai ekspor ASEAN-5 ke Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan 4,5 persen (QtQ).
Secara keseluruhan, nilai ekspor ASEAN-5 ke RRT pada triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,5 persen (QtQ) dari USD41.459,0 juta menjadi USD39,581,2 juta. Jika dibandingkan dengan kurtal yang sama tahun sebelumnya, ekspor ASEAN ke RRT mengalami penurunan sebesar USD3.951,2 juta (9 persen). Hanya Malaysia yang mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar USD128,1 juta (0,9 persen). Secara nominal, Thailand mengalami penurunan ekspor paling tinggi pada triwulan IV, yaitu sebesar USD654,0 juta, diikuti oleh Singapura (USD512,9 juta), Filipina (USD482,7 juta) dan Indoneisa (USD356,3 juta). Total nilai ekspor ASEAN-5 ke RRT pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar 9 persen dari seluruh nilai ekspor yang masuk ke RRT. Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT Nilai Ekspor (juta USD) Q4 2014
ASEAN (5 negara) Filipina Machinery, Electrical Equipment Electrical Machinery and Equipment Nuclear Reactors, Machinery Mineral Products Indonesia Mineral Products Mineral Fuels, Mineral Oils & Products Animal or Vegetable Fats and Oils Indonesia: Machiney, Electrical Equipment Malaysia Machinery, Electrical Equipment Electrical Machinery and Equipment Mineral Products Mineral Fuels, Mineral Oils & Product Singapura
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %) (YoY, %) -4,5 -9,1 -9,2 -15,8 -2,7 -10,5
Proporsi* Q4 2015
43.532,4 5.650,4 3.854,5
41.459,0 5.239,3 3.547,0
39.581,2 4.756,6 3.451,2
2.575,7
2.525,5
2.476,6
-1,9
-3,8
0,6
1.278,8 921,9 5.358,4 2.059,3
1.021,5 1.161,9 5.419,3 1.964,8
974,6 712,5 5.062,9 1.706,2
-4,6 -38,7 -6,6 -13,2
-23,8 -22,7 -5,5 -17,1
0,2 0,2 1,2 0,4
1.705,9
1.781,5
1.631,3
-8,4
-4,4
0,4
666,4
895,9
866,8
-3,2
30,1
0,2
397,3
424,0
429,1
1,2
8,0
0,1
14.451,3 9.558,7
13.557,5 9.289,3
13.685,6 9.643,3
0,9 3,8
-5,3 0,9
3,1 2,2
8.581,4
8.464,2
8.879,3
4,9
3,5
2,0
1.826,8
1.569,4
1.671,3
6,5
-8,5
0,4
1.644,7
1.137,1
1.221,2
7,4
-25,7
0,3
7.960,4
6.961,3
6.448,4
-7,4
-19,0
1,5
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
9,0 1,1 0,8
81
Nilai Ekspor (juta USD) Q4 2014 Machinery, Electrical Equipment 3.530,9 Electrical Machinery and 2.391,0 Equipment Nuclear Reactors, Machinery 1.140,0 Plastics, Rubber and Articles 990,9 Thereof Thailand 10.111,8 Machinery, Electrical Equipment 3.801,5 Electrical Machinery and 2.030,4 Equipment Nuclear Reactors, Machinery 1.771,1 Plastics, Rubber and Articles 2.168,4 Thereof Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %) (YoY, %) -7,9 -13,0
Proporsi* Q4 2015
3.333,4
3.071,0
0,7
2.313,8
2.169,0
-6,3
-9,3
0,5
1.019,6
902,0
-11,5
-20,9
0,2
1.039,8
935,5
-10,0
-5,6
0,2
10.281,7 4.028,4
9.627,7 4.309,0
-6,4 7,0
-4,8 13,3
2,2 1,0
2.307,5
2.401,1
4,1
18,3
0,5
1.720,9
1.907,9
10,9
7,7
0,4
1.905,0
1.875,8
-1,5
-13,5
0,4
Pertumbuhan Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %) (YoY, %) -0,04 -7,1 10,6 13,7 11,3 11,3 32,4 71,0
Proporsi*
Impor ASEAN dari RRT Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT Nilai Impor (juta USD) Q4 2014 ASEAN (5 negara) Filipina Machinery, Electrical Equipment Textiles and Textile Articles Electrical Machinery and Equipment Miscellaneous Mfg Articles Indonesia Machinery, Electrical Equipment Nuclear Reactors, Machinery Electrical Machinery and Equipment Base Metals and Articles Malaysia Machinery, Electrical Equipment Electrical Machinery and Equipment Base Metals and Articles Nuclear Reactors, Machinery Singapura Machinery, Electrical Equipment Electrical Machinery and Equipment Nuclear Reactors, Machinery Indonesia: Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport Eq Thailand
Q3 2015
Q4 2015
Q4 2015
54.503,6 6.754,5 1.781,9 810,4
50.665,7 6.945,2 1.782,4 1.046,9
50.645,1 7.681,2 1.984,0 1.385,8
1.113,5
1.140,3
1.356,4
19,0
21,8
0,2
424,4 10.348,5 3.481,4 1.836,4
607,2 8.428,7 2.971,0 1.600,3
585,5 8.170,7 2.962,7 1.619,0
-3,6 -3,1 -0,3 1,2
38,0 -21,0 -14,9 -11,8
0,1 1,3 0,5 0,3
1.645,0
1.370,7
1.343,7
-2,0
-18,3
0,2
1.596,4 12.718,9 3.745,0
1.046,9 10.899,7 3.709,1
1.226,6 10.424,9 3.282,9
17,2 -4,4 -11,5
-23,2 -18,0 -12,3
0,2 1,7 0,5
2.429,8
2.470,2
2.141,5
-13,3
-11,9
0,3
2.118,4 1.315,1 14.500,4 5.862,8
1.312,7 1.238,9 14.441,3 6.416,0
1.164,0 1.141,4 13.886,5 6.092,7
-11,3 -7,9 -3,8 -5,0
-45,1 -13,2 -4,2 3,9
0,2 0,2 2,3 1,0
3.539,5
4.538,0
3.977,8
-12,3
12,4
0,6
2.323,2
1.878,0
2.115,0
12,6
-9,0
0,3
1.555,0
1.735,1
1.285,9
-25,9
-17,3
0,2
10.181,4
9.950,8
10.481,8
5,3
3,0
1,7
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
8,3 1,3 0,3 0,2
82
Nilai Impor (juta USD) Q4 2014 Machinery, Electrical Equipment 3.738,4 Electrical Machinery and 2.047,6 Equipment Nuclear Reactors, Machinery 1.690,8 Base Metals and Articles 1.381,9 Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok
Impor ASEAN-5 dari Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015 turun sebesar 0,04 persen (QtQ).
Q3 2015
Q4 2015
Pertumbuhan Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %) (YoY, %) 8,0 17,8
Proporsi* Q4 2015
4.076,1
4.404,1
0,7
2.411,3
2.778,8
15,2
35,7
0,5
1.664,8 1.271,7
1.625,3 1.103,1
-2,4 -13,3
-3,9 -20,2
0,3 0,2
Impor ASEAN-5 dari RRT pada triwulan IV tahun 2015 turun sebesar 0,04 persen dari triwulan sebelumnya yang mencapai USD50.665,7 juta menjadi USD50.645,1 juta. Jika dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014, impor dari RRT ke ASEAN turun sebesar 7,1 persen atau USD3.858,5 juta. Filipina dan Thailand mengalami pertumbuhan impor yang positif pada triwulan tahun IV 2015 (QtQ), yaitu masing-masing sebesar USD736,0 juta (10,6 persen) dan USD531,1 juta (5,3 persen). Sedangkan Indonesia, Malaysia dan Singapura mengalami penurunan impor masing-masing sebesar USD258,0 juta (3,1 persen), USD474,9 juta (4,4 persen) dan USD554,8 juta (3,8 persen).
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia SKA Preferensi SKA Nonpreferensi SKA Preferensi + SKA Non Periode (%) (%) Preferensi (%) 2012 45,4 11,8 57,2 2013 50,7 12,4 63,1 2014 50,6 11,9 62,5 2015 72,3 13,5 85,8 Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Penggunaan SKA Preferensi dan SKA Nonpreferensi mencapai 85,8 persen terhadap total ekspor Indonesia pada tahun 2015.
Sepanjang tahun 2015, penggunaan SKA Preferensi dan SKA Nonpreferensi mencapai 85,8 persen terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan pemanfaatan sebesar 72,3 persen. Form E yang merupakan SKA Preferensi atas perjanjian ACFTA paling banyak dimanfaatkan sepanjang tahun 2015 dengan tingkat pemanfaatan sebesar 23,6 persen, diikuti oleh Form A (Generalized System of Preferences) sebesar 20,6 persen (Gambar 16). Pada kurun waktu yang sama Form B mendominasi pemanfaatan penggunaan SKA Nonpreferensi dengan tingkat utilisasi sebesar 92,5 persen (Gambar 17).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
83
Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
84
Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA Ekspor Impor Indonesia-ASEAN Pada triwulan IV tahun 2015 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan ASEAN sebesar USD1.283,9 juta.
Ekspor Indonesia-ASEAN menurun 19,2 persen (YoY) dengan penurunan paling tinggi ke Malaysia sebesar 30,3 persen.
Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD7.840,3 juta sedangkan nilai impor Indonesia dari ASEAN terhitung sebesar USD9.124,2 juta. Sehingga, pada triwulan IV tahun 2015 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan ASEAN sebesar USD1.283,9 juta. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan negara tujuan ekspor terbesar (37,3 persen) sekaligus negara asal impor terbesar Indonesia (45,8 persen). Pertumbuhan ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) secara kumulatif menurun 19,2 persen dengan penurunan ekspor paling tinggi yaitu ke Malaysia sebesar 30,3 persen. Pertumbuhan ekspor yang positif hanya ke negara Kamboja (13,2 persen), Vietnam (11,4 persen) dan Brunei Darussalam (0,4 persen).
Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015 Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi* Negara Okt-15 Nov-15 Des-15 Q4 2015 (YoY, %) (%) Brunei Darussalam 14,1 4,9 5,4 24,5 0,4 0,3 Filipina 305,0 307,6 273,7 886,4 -7,1 11,3 Kamboja 36,7 34,1 41,7 112,5 13,2 1,4 Laos 0,9 0,3 0,5 1,7 -4,2 0,0 Malaysia 594,5 519,4 545,7 1.659,5 -30,3 21,2 Myanmar 48,0 71,6 50,5 170,0 -3,0 2,2 Singapura 1.045,9 928,3 947,4 2.921,7 -26,4 37,3 Thailand 448,8 431,3 340,3 1.220,4 -9,2 15,6 Vietnam 288,0 264,1 291,4 843,5 11,4 10,8 Total Ekspor 2.781,9 2.561,6 2.496,7 7.840,3 -19,2 100,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : proporsi terhadap total ekspor ke ASEAN
Myanmar sebagai negara importir yang mengalami pertumbuhan positif tertinggi.
Demikian halnya dengan ekspor, pertumbuhan impor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) secara kumulatif mengalami penurunan sebesar 26,7 persen. Penurunan impor paling tinggi yaitu dari Laos sebesar 99,2 persen. Pertumbuhan impor yang positif dari negara Brunei Darussalam (2013,8 persen), Kamboja (84,6 persen) dan Myanmar (68,9 persen). Peningkatan impor yang sangat besar dari Brunei disebabkan oleh tidak adanya impor migas pada kuartal IV tahun 2014. Impor dari Brunei pada kurtal
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
85
IV tahun 2014 hanya sebesar USD3,2 juta meningkat menjadi USD68,2 juta pada kuartal IV tahun 2015.
Negara Brunei Darussalam Filipina Kamboja Laos Malaysia Myanmar Singapura Thailand Vietnam Total Impor
Okt-15 36,9 52,3 2,3 0,0 595,6 7,7 1.356,7 627,7 200,3 2.879,5
Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN Nilai Impor(juta USD) Nov-15 Des-15 Q4 2015 2,7 28,6 68,2 58,1 61,6 172,0 1,8 1,4 5,6 0,0 0,0 636,3 659,1 1.890,9 14,3 15,9 37,9 1.494,1 1.328,4 4.179,2 604,3 704,0 1.936,0 331,9 302,1 834,4 3.143,6 3.101,1 9.124,2
Pertumbuhan (YoY, %) 2013,8 -1,5 84,6 -99,2 -32,7 68,9 -32,9 -15,5 -9,0 -26,7
Proporsi* (%) 0,7 1,9 0,1 0,0001 20,7 0,4 45,8 21,2 9,1 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : proporsi terhadap total impor dari ASEAN (%)
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
86
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN
Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp13.773 per USD. Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan terhadap Rupiah sebesar 5,9 persen dibanding triwulan III tahun 2015. Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4498,2. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan November 2015 adalah sebesar 21,3 persen, meningkat 0,7 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ). Pada bulan November 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan sebesar 0,1 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,6 persen.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
87
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER Perkembangan Moneter Global Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang moderat pada tahun 2015 diiringi dengan tren penurunan cadangan devisa berbagai negara kawasan, terutama negara maju. Sebaliknya, negara-negara berkembang di kawasan ASEAN dan India mengalami peningkatan (Tabel 51). Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember merupakan yang tertinggi, hal ini terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, hasil ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah.
Penurunan cadangan devisa sebagian besar terjadi pada negaranegara maju
Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD) September Oktober November Desember BRIC Brazil 361,4 361,2 Rusia 371,3 369,6 India 350,3 354,2 Tiongkok 3590,3 3604,0 ASEAN-5 Indonesia 101,7 100,7 Malaysia 93,3 94,0 Singapura 251,6 249,8 Thailand 155,5 158,3 Filipina 80,6 81,1 Fragile-5 Turki 119,7 118,6 Afrika Selatan 46,1 46,1 Negara Maju Jepang 1.248,9 1244,2 Kawasan Euro 721,7 721,2 Inggris 158,0 163,5 Amerika Serikat 121,0 119,6 Sumber: International Monetary Fund, data
Tiongkok mengalami penurunan cadangan devisa tertinggi seiring dengan keputusan pelonggaran kebijakan moneter pada Oktober 2015.
%QtQ
357,0 364,7 350,2 3513,0
356,5 368,4 350,4 3406,1
-1,4 -0,8 0,03 -5,1
100,2 94,6 247,1 155,7 80,2
105,9 95,3 247,7 156,5 80,7
4,1 2,1 -1,6 0,6 0,1
116,5 45,1
n.a n.a
n.a n.a
1233,0 691,1 154,4 117,0
1233,2 701,4 155,9 118,5
-1,3 -2,8 -1,3 -2,1
Pada Oktober 2015, People’s Bank of China (PboC) melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan tingkat suku bunganya terutama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen di akhir tahun 2015. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat merangsang peningkatan pinjaman. Akan tetapi di sisi lain di tengah penguatan USD, peningkatan pinjaman meningkatkan risiko berupa peningkatan utang yang menggerus cadangan devisa Tiongkok pada akhir
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
88
Desember 2015 hingga 5,1 persen dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 51). Pelonggaran kebijakan ini dinilai belum berhasil membuat Cina mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen dimana pada akhir 2015 Cina hanya tumbuh 6,8 persen. Amerika Serikat (The Fed) telah memulai pengetatan kebijakan moneternya pada pertengahan Desember 2015.
Sementara itu, negara kawasan Eropa dan Jepang masih melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Peningkatan suku bunga The Fed merupakan yang pertama sejak tahun 2006. Keputusan The Fed dalam meningkatkan suku bunganya didasarkan pada aktivitas ekonomi yang telah berkembang secara moderat. Indikator pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan perbaikan beserta laju inflasi yang stabil di bawah dua persen membuat The Fed semakin yakin untuk meningkatkan suku bunga pada tingkat 0,5 persen. Pada tingkat suku bunga ini diyakini bahwa Amerika Serikat akan mencapai kondisi tenaga kerja yang maksimal dengan inflasi pada tingkat 2 persen. European Central Bank (ECB) melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter pada bulan Desember 2015 dengan menurunkan suku bunga deposito. Selain itu, ECB juga memperpanjang tanggal jatuh tempo pembelian aset (dari September 2016 menjadi Maret 2017) dan berkomitmen untuk menginvestasikan kembali sekuritas yang telah jatuh tempo untuk memenuhi likuiditas pada operasi pasar terbuka hingga awal 2018. Neraca ECB ditargetkan mencapai EUR700 miliar pada tahun 2016 dimana sebelumnya EUR620 miliar pada akhir tahun 2015. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga meningkatkan stimulus moneter pada akhir Januari 2016 dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin. Keputusan ini didasarkan pada masih rendahnya harga minyak dan ketidakpastian ekonomi global yang dapat menunda sasaran target inflasi Jepang di tingkat dua persen.
Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase) Negara September Oktober November Desember Amerika Serikat
0,25
0,25
0,25
0,50
Cina
4,60
4,35
4,35
4,35
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
89
Negara
September
Oktober
November
Desember
Hongkong
0,50
0,50
0,50
0,75
Selandia Baru
2,75
2,75
2,75
2,50
Meksiko
3,00
3,00
3,00
3,25
Chili
3,00
3,25
3,25
3,5
Afrika Selatan
6,00
6,00
6,25
6,75
Sumber: Bank Indonesia
Sejumlah bank sentral emerging market memilih untuk menaikkan suku bunganya pada triwulan IV tahun 2015.
Peningkatan suku bunga terjadi pada beberapa bank sentral emerging market untuk menekan laju inflasi (Tabel 55). Tren penurunan harga komoditas dunia tidak menjadi pertimbangan utama beberapa bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya, seperti Meksiko, Chili, dan Afrika Selatan karena tekanan penguatan USD dirasakan sangat berdampak pada peningkatan inflasi masing-masing negara tersebut. Sebaliknya, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember 2015 untuk meningkatkan tingkat inflasi dari lemahnya aktivitas perdagangan. Begitu juga dengan Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunganya pada Januari 2016 karena dinilai risiko depresiasi nilai tukar telah berkurang sebagai dampak The Fed telah meningkatkan suku bunganya.
Perkembangan Moneter Domestik Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 meningkat tipis diiringi dengan penurunan laju inflasi.
Beberapa indikator perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 meningkat menjadi 5,04 persen (YoY) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,74 persen (YoY). Peningkatan pertumbuhan ekonomi diiringi oleh penurunan inflasi menjadi 3,35 persen (YoY). Angka inflasi ini merupakan yang terendah sejak Desember 2009. Sama halnya nilai tukar Rupiah yang mengalami penguatan dengan rata-rata Rp13773 per USD selama triwulan IV tahun 2015 dimana sebelumnya Rp13849 per USD selama triwulan III tahun 2015.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
90
Rata-rata IHSG selama triwulan IV tahun 2015 menguat dibanding triwulan sebelumnya.
Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV tahun 2015 tumbuh melambat sebesar 8,9 persen.
Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar modal Indonesia cukup kondusif dibanding negara lain, hal ini tercermin pada IHSG yang menguat 8,7 persen dibanding triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015, IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September 2015 (triwulan III tahun 2015). Pelemahan indeks saham ini terutama disebabkan oleh sentimen negatif dari faktor eksternal seiring dengan pelemahan bursa Amerika Serikat. Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp 4546,7 triliun, tumbuh melambat 8,9 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan pada akhir triwulan III tahun 2015 yang sebesar 9,2 persen (YoY) (Gambar 18). Perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang kuasi (simpanan berjangka dan tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta simpanan giro valuta asing). Sebaliknya, uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh meningkat menjadi 12 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan pertumbuhan uang beredar terutama disebabkan oleh melambatnya tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.
Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) 4600
13.00% 12.00%
Triliun Rupiah
4550
12.00%
10.60%
4500
4450
10.40% 10.20%
4400
11.00%
10.00% 10.00% 9.30%
8.90%
9.20%
4350 Oktober M2 (LHS)
Pertumbuhan M2
November
9.00%
8.40%
8.00%
Desember
Pertumbuhan Uang Kuasi
Pertumbuhan M1
Sumber: Bank Indonesia
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
91
INFLASI Inflasi Global Peningkatan inflasi terjadi pada negara-negara maju selama triwulan IV tahun 2015.
Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kawasan Euro, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Pada akhir Desember 2015, Kawasan Euro, Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 0,4 persen, 0,7 persen, dan 0,2 persen (Tabel 53). Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara maju tengah mengalami rebound dari perlambatan ekonomi akibat krisis.
Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY) September Oktober November Desember Indonesia 6,83 6,25 4,89 3,35 BRIC Brazil 9,49 9,93 10,48 10,67 Russia 15,7 15,6 15 12,9 India 6,32 5,14 6,72 6,32 Tiongkok 1,6 1,3 1,5 1,6 ASEAN Singapura -0,6 -0,8 -0,8 -0,6 Malaysia 2,6 2,5 2,6 2,7 Thailand -1,07 -0,77 -0,97 -0,85 Filipina 0,4 0,4 1,1 1,5 Vietnam 0 0 0,34 0,6 Negara Maju Kawasan Euro -0,1 0,1 0,2 0,4 Amerika Serikat 0 0,2 0,5 0,7 Inggris -0,1 -0,1 0,1 0,2 Jepang 0 0,3 0,3 0,2 Sumber: Bloomberg, data
Peningkatan inflasi juga terjadi pada sebagian besar negara emerging market.
Mayoritas emerging market juga mengalami peningkatan inflasi seperti Brazil, India, Malaysia, Filipina, dan Vietnam (Tabel 53) seiring dengan pelemahan masingmasing nilai tukar terhadap USD. Di sisi lain, tren penurunan harga komoditas dunia tidak terlalu berpengaruh terhadap inflasi beberapa negara emerging market ini. Sebaliknya, Indonesia tengah merasakan dampak positif dari penurunan harga komoditas dunia, terutama komoditas minyak dunia yang membuat tingkat inflasi semakin menurun. Tekanan Rupiah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
92
terhadap USD yang cukup kecil juga merupakan salah satu pendukung inflasi Indonesia dapat teredam.
Inflasi Domestik Indonesia mengalami penurunan tingkat inflasi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara tahunan (YoY). Tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 tercatat 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Akan tetapi secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan. Meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa wilayah hingga akhir bulan Desember 2015, namun secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih terkendali. Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Pada periode yang sama secara bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi masing-masing sebesar -0,08 persen, 0,21 persen, dan 0,96 persen (Tabel 54). Inflasi tahunan pada akhir tahun 2015 merupakan yang terendah sejak Desember tahun 2009.
Inflasi bulan Desember 2015 merupakan inflasi tahunan terendah sejak enam tahun terakhir.
Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015 Persentase (%) Oktober November Desember Year-on-Year
6,25
4,89
3,35
Month-to-month
-0,08
0,21
0,96
Tahun kalender
2,16 2,37 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Penurunan inflasi tahunan terutama didorong oleh rendahnya tingkat inflasi pada komponen harga diatur pemerintah.
3,35
Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi terendah pada Desember tahun 2015 dimiliki oleh komponen inflasi harga diatur Pemerintah, sebesar 0,39 persen yang menurun cukup drastis dibandingkan periode sebelumnya. Adapun inflasi harga bergejolak dan inflasi inti mengalami pergerakan yang cukup stabil di akhir tahun. Berbeda halnya secara tahunan, ketiga komponen inflasi pada akhir Desember tahun 2015, secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan inflasi dibanding periode sebelumnya (Tabel 55).
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
93
Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen YoY MtM Oktober November Desember Oktober November
Komponen
Desember
Inti
5,02
4,77
3,95
0,23
0,09
0,23
Bergejolak
6,95
4,84
4,84
-1,22
0,07
3,53
0,39
0,03
0,05
0,86
Diatur pemerintah
9,83 5,61 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Sesuai pola seasonal, share inflasi harga bergejolak dan diatur pemerintah terhadap inflasi bulanan cenderung meningkat mendekati akhir tahun 2015.
Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2015 terutama disumbang oleh komponen inflasi harga bergejolak dengan sumbangan deflasi sebesar 0,22 persen. Akan tetapi, pola inflasi ini tidak dapat terlepas dari faktor seasonal. Mendekati akhir tahun, pada NovemberDesember sumbangan inflasi harga bergejolak semakin meningkat masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,65 persen. Begitu juga dengan sumbangan inflasi harga diatur pemerintah (Tabel 56). Sementara itu, inflasi inti berhasil dijaga kestabilannya di akhir tahun.
Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015
Komponen Oktober
Persentase (%) November
Desember
UMUM (headline)
-0,08
0,21
0,96
Inti
0,13
0,09
0,13
Bergejolak
-0,22
0,07
0,65
0,05
0,18
Diatur Pemerintah
0,01 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbangkan deflasi terhadap pembentukan inflasi tahun 2015.
Rendahnya tingkat inflasi pada akhir tahun 2015 sebesar 3,35 persen terutama disumbang oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain bensin dan solar. Sebaliknya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau beserta kelompok bahan makanan menyumbang inflasi tertinggi terutama pada komoditas beras, rokok kretek filter, dan bawang merah (Tabel 57).
Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan persentase (%) Kelompok Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014 2015 UMUM (headline)
6,96
3,79
4,3
8,38
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
8,36
3,35
94
persentase (%)
Kelompok Pengeluaran Transpor, Keuangan
Komunikasi,
2010 dan
Jasa
2011
2012
2013
2014
2015
0,45
0,34
0,35
2,36
2,35
-0,34
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
0,23
0,35
0,28
0,26
0,36
0,32
Kesehatan
0,09
0,18
0,12
0,15
0,26
0,24
Sandang
0,45
0,52
0,35
0,04
0,20
0,23
1,01
0,78
0,8
1,48
1,82
0,85
1,23
0,78
1,09
1,34
1,31
1,07
3,5
0,84
1,31
2,75
2,06
0,98
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bahan Makanan Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Daerah dengan tingkat inflasi di atas tingkat inflasi nasional sebagian besar dialami oleh kabupaten/ kota di Kawasan Timur.
Secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM), selama triwulan IV tahun 2015, terdapat beberapa daerah yang secara berturut-turut berada di atas inflasi nasional, yaitu Tangerang, Banjarmasin, Samarinda, dan Mamuju. Inflasi tahunan tertinggi selama Oktober-November 2015 masing-masing terjadi pada Pontianak (9,79 persen), Tabalong (8,27 persen), dan Tual (8,58 persen) (Lampiran 1). Sementara itu, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada Manado dan Merauke. Adapun daerah dengan tingkat inflasi terendah baik secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM) dialami oleh beberapa daerah di kawasan Barat, antara lain Tanjung Pandan, Pangkal Pinang, Cirebon, dan Meulaboh.
Nilai Tukar Mata Uang Dunia Selama triwulan IV tahun 2015, USD menguat terhadap mayoritas mata uang negara lain.
Tren penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan The Fed dan perbaikan data perekonomian Amerika Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua mata uang dunia, termasuk Rupiah, baik secara MtM, YtD, maupun YoY. Tekanan tertinggi secara YtD maupun YoY dialami oleh Real Brazil dimana penguatan USD terhadap BRL pada kisaran 45-50 persen (Lampiran 2). Sebaliknya, pada akhir Desember 2015, USD sempat melemah terhadap mata uang negara Indonesia, India, Filipina, kawasan Euro, dan Jepang di tengah respon peningkatan suku bunga The Fed (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara tersebut memiliki kondisi ekonomi
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
95
domestik yang cukup kondusif dalam normalisasi kebijakan Amerika Serikat.
merespon
Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) 140
120
100
80
60
40
Feb-95 Jul-95 Dec-95 May-96 Oct-96 Mar-97 Aug-97 Jan-98 Jun-98 Nov-98 Apr-99 Sep-99 Feb-00 Jul-00 Dec-00 May-01 Oct-01 Mar-02 Aug-02 Jan-03 Jun-03 Nov-03 Apr-04 Sep-04 Feb-05 Jul-05 Dec-05 May-06 Oct-06 Mar-07 Aug-07 Jan-08 Jun-08 Nov-08 Apr-09 Sep-09 Feb-10 Jul-10 Dec-10 May-11 Oct-11 Mar-12 Aug-12 Jan-13 Jun-13 Nov-13 Apr-14 Sep-14 Feb-15 Jul-15 Dec-15
20
Indonesia
Thailand
Malaysia
Filipina
Singapura
Sumber: Bank for International Settlements
Nilai tukar riil Rupiah (REER) tergolong lemah dibandingkan mata uang negara sekawasan.
Selama triwulan IV tahun 2015, USD melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Secara riil, nilai tukar Rupiah relatif lebih rendah dibandingkan negara sekawasan lainnya, namun menunjukkan peningkatan memasuki triwulan IV tahun 2015 (lihat Gambar 19). Pada bulan Desember 2015, nilai REER Indonesia meningkat menjadi 89,78 dibanding bulan sebelumnya. Real Effective Exchange Rate Indonesia berada diatas REER Malaysia yang sebesar 86,4. Pada bulan Desember 2015, nilai REER negara kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar 116,13, disusul REER Singapura dan Thailand masingmasing 109,88 dan 100,31. Pergerakan nilai tukar pada triwulan IV tahun 2015 menunjukkan kondisi positif. Dolar Amerika Serikat (USD) melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp13.773,00 per USD dimana pada triwulan III tahun 2015 mencapai Rp14.086 per USD (Lampiran 2).
Indeks Harga Saham Mayoritas indeks saham dunia melemah selama triwulan IV tahun 2015.
Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama triwulan IV tahun 2015 mengalami tren pelemahan saham, khususnya jika dibandingkan awal tahun (YtD) dan secara tahunan (YoY). Pelemahan indeks saham
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
96
yang cukup tinggi dialami oleh IHSG, IBOV, STI, dan SETI (Lampiran 3). Sementara itu, penguatan saham dialami oleh SSEA dan N225. Sentimen negatif dari peningkatan suku bunga The Fed juga berdampak pada pelemahan saham negara maju lainnya.
Peningkatan suku bunga The Fed yang diumumkan tertanggal 16 Desember tahun 2015 membuat pergerakan saham dunia melemah. Indeks saham Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500) sendiri di posisi akhir bulan Desember ikut melemah sebesar 1,7 persen dan 1,8 persen. Pada tanggal 31 Desember 2015, Indeks DJIA dan S&P 500 ditutup pada level 17.425 dan 2.043,9. Pelemahan bursa Wall Street ini diikuti dengan pelemahan indeks saham negara maju lainnya dimana pelemahan tertinggi dialami oleh saham STOXX-50 yang mencapai 6,8 persen (Lampiran 3). Akan tetapi, hal berbeda terjadi pada Indonesia sebagai negara emerging market yang berhasil mempertahankan penguatan sahamnya (IHSG) sebesar 3,3 persen (MtM). Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
97
Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah kembali
Posisi IHSG pada akhir triwulan IV tahun 2015 menguat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.
Pada triwulan III tahun 2015, posisi IHSG pada level 4120,5 adalah yang terendah selama tahun 2015, namun IHSG berhasil menguatkan kembali posisinya selama triwulan IV tahun 2015 di tengah shock dari ekonomi global. Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4.498,2 menguat 8,7 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Berbeda halnya dengan pergerakan indeks saham negara-negara ASEAN (Malaysia, Singapura, dan Thailand), negara maju, dan negara emerging market lainnya yang cenderung menurun, Indonesia memperlihatkan pergerakan yang positif (Gambar 20, 21, dan 22). Penguatan ini terutama ditopang oleh kondusifnya perekonomian domestik dan cukup terkendali dengan dikeluarkannya paket kebijakan Pemerintah.
Indeks Harga Komoditas Internasional Selama triwulan IV tahun 2015, sebagian besar harga komoditas global masih melanjutkan tren penurunan.
Pada posisi akhir bulan, baik secara MtM, YtD, maupun YOY, mayoritas komoditas internasional mengalami tren penurunan harga (Lampiran 4). Akan tetapi, pergerakan indeks harga komoditas pangan masih lebih stabil dibandingkan pergerakan indeks harga komoditas mineral (Gambar 23 dan 24). Komoditas gula adalah satusatunya komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga selama Oktober-Desember 2015. Peningkatan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
98
tertinggi komoditas gula terjadi pada bulan Oktober mencapai 19,3 persen (MtM). Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global
Sumber: Bloomberg, data diolah (3 Januari 2012=100) Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global 120 100
80 60 40
EMAS
PERAK
BRENT OIL
TEMBAGA
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
20
GAS ALAM
Sumber: Bloomberg, data diolah (3 Januari 2012=100)
Komoditas mineral global terutama Brent Oil mengalami penurunan harga yang tajam hingga di bawah USD40/barrel.
Pada akhir tahun 2015 komoditas mineral global yang mengalami penurunan indeks harga tertinggi secara bulanan (MtM) adalah minyak mentah Brent Oil mencapai 16,4 persen. Sedangkan emas, gas alam, tembaga, dan perak mengalami pergerakan indeks harga yang lebih positif selama triwulan IV tahun 2015 (Lampiran 4). Tren penurunan harga minyak yang terjadi
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
99
sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena melimpahnya pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang tidak didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari negara OPEC. Sementara itu, anjloknya harga juga tidak didukung oleh peningkatan permintaan global akan komoditas ini.
Harga Bahan Pokok Nasional Menjelang akhir tahun 2015, harga bahan pokok domestik cenderung meningkat.
Selama periode Oktober-Desember 2015 mayoritas komoditas bahan pokok terpilih mengalami peningkatan harga (Lampiran 5). Pergerakan peningkatan harga yang cukup tajam terjadi pada komoditas cabai merah (keriting dan biasa) beserta bawang merah yang mencapai 16 persen, baik secara YtD maupun YoY selama triwulan IV tahun 2015. Komoditas beras juga mengalami tren peningkatan harga namun tipis pada kisaran 6-8 persen (Gambar 25). Peningkatan harga pada komoditas pertanian merupakan dampak dari El Nino pada periode sebelumnya. Sementara itu, hanya minyak goreng curah yang mengalami penurunan harga berkala secara bulanan (MtM).
Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok
Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah (2009=100)
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
100
Respon Kebijakan Moneter
Hingga akhir tahun 2015 BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunganya.
Paket kebijakan Bank Indonesia yang dikeluarkan pada September 2015 diterapkan secara konsisten
Di bidang moneter, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hingga akhir tahun 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,5 persen dengan suku bunga Lending Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit Facility pada level 5,50 persen. Namun seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dengan kenaikan Fed Fund rate pada Desember 2015, Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas BI-rate sebesar 25 basis poin pada tanggal 13-14 Januari tahun 2016 menjadi 7,25 persen. Keputusan ini didasarkan pada ruang pelonggaran moneter yang semakin terbuka dan diharapkan dapat memperkuat pelonggaran kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan pada September 2015, Bank Indonesia mengeluarkan lima paket kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah; (iii) Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv) Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar keuangan. Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon kebijakan dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah, yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan netekspor, kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal countercyclical. Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya fundamental perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk menarik kembali kepercayaan investor dan membangun persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang sifatnya produktif. Current Account Deficit (CAD) yang
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
101
sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal utama perbaikan CAD. Sementara impor dapat diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii) Manajemen ekspektasi penting. Meningkatkan kualitas komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan menyampaikan capaian yang sudah dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait dengan proyek-proyek besar. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus diintensifkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus diintensifkan.
SEKTOR PERBANKAN Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia 25.00
94.00 92.00
20.00
90.00
15.00
86.00 84.00
10.00
82.00 80.00
5.00
LDR (persen)
CAR, NPL (persen)
88.00
78.00 76.00
LDR
CAR
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q4:2013
Q3:2013
Q2:2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
74.00
Q1:2012
0.00
NPL
Sumner: Bank Indonesia Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
102
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) kembali mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan November 2015 adalah sebesar 21,3 persen, meningkat 0,7 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya. Untuk rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) mengalami penurunan sebesar 0,1 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya menjadi 2,6 persen di bulan November 2015. Loan to Deposit Ratio (LDR) kembali mengalami kenaikan sebesar 1,9 persen (QtQ) pada bulan November 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi 90,5 persen.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat
Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia 5,000
30.00
4,500
25.00
4,000
20.00
3,000 2,500
15.00
2,000
10.00
1,500 1,000
Pertumbuhan (%)
DPK, Kredit (triliun Rp)
3,500
5.00
500
DPK
Kredit
Pertumbuhan DPK (yoy)
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q3:2013
Q4:2013
Q2:2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
0.00
Q1:2012
0
Pertumbuhan Kredit (yoy)
Sumber: Bank Indonesia Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan.
Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan pertumbuhan. DPK pada triwulan IV tahun 2015 tercatat sebesar Rp4.335 triliun atau tumbuh sebesar 8,0 persen dibanding tahun lalu (YoY). Pada triwulan IV tahun 2015, kredit tercatat sebesar Rp4.083 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 10,1 persen dibanding tahun sebelumnya (YoY). Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) pada triwulan IV tahun 2015 juga tercatat lebih dari 90,0 persen. Pertumbuhan DPK yang
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
103
melambat serta rasio LDR yang mencapai lebih dari 90,0 persen akan berimplikasi pada terbatasnya ruang pertumbuhan kredit yang diberikan perbankan kepada masyarakat. Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya 2,500
40.00
35.00 2,000 30.00
KK, KI, KMK (triliun Rp)
20.00 1,000
15.00
10.00
Pertumbuhan (persen)
25.00
1,500
500 5.00
KI (1.6)
KMK (1.8)
KK (1.10)
Pertumbuhan KI
Pertumbuhan KMK
Q4:2015
Q3:2015
Q2:2015
Q1:2015
Q4:2014
Q3:2014
Q2:2014
Q1:2014
Q4:2013
Q3:2013
Q2: 2013
Q1:2013
Q4:2012
Q3:2012
Q2:2012
0.00 Q1:2012
0
Pertumbuhan KK
Sumber: Bank Indonesia Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015
Kredit Investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi dibanding Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi
Kredit Investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi dibanding Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi pada triwulan IV tahun 2015. Kredit Investasi tumbuh sebesar 14,6 persen (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp1.025 triliun. Kredit Modal Kerja tumbuh sebesar 8,4 persen (YoY) dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp1.914 triliun. Sedangkan, Kredit Konsumsi tumbuh sebesar 9,1 persen (YoY) dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp1.143 triliun.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
104
Pada triwulan IV tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai 540 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 436,5 triliun. Sektor industri pengolahan pada triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai 5,04 persen (YoY). Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan keempat tahun ini sekitar 839.207 orang dengan jumlah total kunjungan wisman 2015 mencapai 9.729.350 orang. Pilar Inovasi di Indonesia berada di peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur. Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi. Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal ilmiah internasional.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
105
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI Pertumbuhan Industri Pengolahan Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pada tahun 2015, PDB industri pengolahan nonmigas atas dasar harga berlaku mencapai Rp540 triliun dan tumbuh sebesar 5,04 persen (YoY).
Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB nasional dan industri manufaktur non migas tahun 20092015. Pada tahun 2015, nilai tambah sektor industri manufaktur non migas pada triwulan IV mencapai Rp540 triliun (Harga Belaku). Secara kumulatif, industri manufaktur non migas ini mencapai Rp2.097,7 triliun dan bertumbuh sebesar 5,04 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2014. Namun demikian, kontribusi nilai tambah sektor industri manufaktur non migas ini menyumbang 18,2 persen dari total pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2015, meningkat dari tahun 2014 yang mencapai angka 17,9 persen.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
106
Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri barang logam; industri makanan dan minuman (mamin); industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen.
Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan subsektor industri manufaktur non migas pada tahun 2015. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri barang logam, kemudian diikuti dengan industri makanan dan minuman, dan industri mesin dan perlengkapan yang masing-masing mampu bertumbuh masing-masing sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen (YoY). Tingginya permintaan ekspor dan peningkatan investasi pada subsektor industri barang logam menyebabkan subsektor ini mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Namun demikian, tidak semua subsektor mengalami pertumbuhan yang positif. Melanjutkan tren pada triwulan III, industri kertas, industri kayu, serta industri tekstil dan pakaian jadi masih mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar (0,11 persen), (1,84 persen), dan (4,79 persen). Industri tekstil dan pakaian jadi menjadi satu-satunya subsektor yang selalu mengalami pertumbuhan negatif sepanjang empat triwulan di tahun 2015 ini. Belum membaiknya kondisi ekonomi dari pangsa pasar produk tekstil Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Jepang, serta membanjirnya produk tekstil impor yang memiliki harga lebih murah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
107
dibandingkan dengan produk lokal menjadi beberapa penyebab dari mundurnya industri tekstil ini. Ketidakmampuan hasil industri tekstil dalam negeri untuk bersaing dengan produk tekstil impor haruslah menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan agar segera menghasilkan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, seperti pemberian insentif untuk industri hulu, proteksi untuk industri hilir, dan peninjauan kembali atas penetapan upah minimum provinsi (UMP). Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Pada tahun 2015, subsektor makanan dan minuman masih menjadi subsektor yang dominan dalam industri pengolahan nonmigas.
Grafik di atas menunjukkan komposisi pertumbuhan industri manufaktur non migas pada tahun 2015. Subsektor industri makanan dan minuman menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi sebesar 46 persen. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), subsektor industri makanan dan minuman Indonesia merupakan industri yang paling siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Besarnya kontribusi subsektor ini juga menunjukkan kebenaran pernyataan tersebut. Selain itu, sudah banyak pengusaha industri makanan dan minuman yang sudah mengembangkan usahanya ke negara ASEAN lainnya, seperti Filipina,
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
108
Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Namun demikian, pemerintah dan pengusaha di subsektor ini harus tetap menjalin kerjasama demi menjaga iklim investasi untuk menjaga daya saing subsektor industri makanan dan minuman Indonesia di tingkat ASEAN. Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 3,500 2016
2015
2014
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
Kalimantan Utara
Lampung
Jawa Barat
Papua
Papua Barat
Maluku
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
NTT
Kalimantan Barat
Bali
NTB
Banten
DKI Jakarta
Bengkulu
Bangka Belitung
Jambi
Sumatera Selatan
Riau
Kepri
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Nangroe Aceh Darussalam
0,000
Sulawesi Utara
0,500
Sumber: Kementerian Tenaga Kerja 2016, diolah
Sejak akhir tahun 2015, penentuan Upah Minimum Provinsi ditentukan lewat formula yang pasti.
Pada akhir tahun 2015, pemerintahan Kabinet Indonesia Kerja mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV, yang berfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya bagi pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal kerja untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
109
Penentuan UMP yang berlangsung tripartit antara buruh, pengusaha, dan pemerintah yang berlarut-larut dirubah dengan menggunakan formula. Kebijakan ini merupakan bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum dengan sistem formula. Pemerintah berusaha memastikan agar buruh tidak terjatuh ke dalam upah murah. Dengan kebijakan ini upah buruh akan naik setiap tahun dengan besaran yang terukur sekaligus mengurangi ketidakpastian kepada pengusaha dalam berusaha. Formula penentuan UMP yang baru adalah UMP tahun berjalan ditambah penyesuaian sebesar kenaikan harga secara umum (inflasi) dan laju pertumbuhan ekonomi. Memasuki tahun 2016, seluruh 31 provinsi telah menetapkan UMP tahun 2016 dengan formula tersebut, sebanyak 30 provinsi telah menetapkan dengan rerata tidak tertimbang (simple average) sebesar 11,6 persen. Tingkat UMP tertinggi di Indonesia adalah di DKI Jakarta yang mencapai Rp3.100.000,00, meningkat 14,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
UMP tertinggi di Indonesia adalah DKI Jakarta yang mencapai Rp3.100.000 per bulan.
Gambar 33. Ekspor Produk Industri
35.000
30,00 25,00 20,00 25.434 15,00 10,00 5,00 0,00 -5,00 -10,00 [VALUE] -15,00 -20,00
30.000 25.000 20.000
15.000 10.000 Q1
Q2
Q3 2014
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2015
Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri) Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y) Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
110
Grafik di atas menunjukkan nilai dan pertumbuhan ekspor Indonesia dari triwulan pertama pada tahun 2014 hingga triwulan keempat tahun 2015. Nilai ekspor produk industri pada triwulan IV 2015 mencapai USD25,4 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah 13,72 persen dari Triwulan IV pada tahun 2014 (YoY). Salah satu hal yang menyebabkan penurunan ekspor Indonesia ini adalah menurunnya permintaan dari pasar utama produk ekspor Indonesia, seperti Jepang, Eropa, dan Tiongkok. Penurunan ekspor industri yang sudah berlangsung selama lima kuartal berturut-turut haruslah menjadi hal yang mendapatkan perhatian serius bagi para pemangku kebijakan untuk segera mengeluarkan kebijakan khusus yang mampu untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia di tengah kondisi perekonomian global yang belum pulih sepenuhnya. Selain itu, pemerintah juga dapat menyiapkan alternatif kebijakan lainnya untuk mendukung penyerapan produk industri, yakni dengan cara memperkuat pasar domestik untuk mengkonsumsi hasil industri Indonesia.
Nilai ekspor produk industri Indonesia tahun 2015 mencapai USD25,4 miliar.
Data Penjualan Komoditas Industri Utama Penjualan mobil di Indonesia dianggap sebagai indikator yang mampu menggambarkan daya beli masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan penjualan motor mampu mencerminkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam menggambarkan tingkat pembangunan di Indonesia, penjualan semen dianggap sebagai indikator yang sesuai. Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015
Sumber: GAIKINDO 2015, diolah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
111
Penjualan mobil di Triwulan IV tahun 2015 ini mencapai 248.610 unit atau turun sebesar 9,7 persen dibandingkan Triwulan IV tahun 2015.
Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 1.013.293 unit atau turun sebesar 16 persen jika dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014.
Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan mobil setiap triwulannya sekaligus pertumbuhannya secara tahunan dari tahun 2013 hingga 2015. Penjualan mobil selama Triwulan IV mencapai angka 248.610 unit atau turun sebesar 9,7 persen dibandingkan dengan penjualan pada Triwulan IV tahun 2014. Meskipun tren penurunan masih berlanjut, namun besarnya penurunan pada Triwulan IV ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan penjualan pada Triwulan III yang mencapai 17 persen. Hal ini menunjukkan jika telah terjadi peningkatan penjualan mobil di Indonesia pada Triwulan IV tahun 2015 ini. Secara kumulatif, penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2015 (Januari-Desember) mencapai angka 1.013.293 unit atau turun sebesar 16,0 persen jika dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014 lalu. Penurunan penjualan yang memang sudah diprediksi sejak awal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang memang mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi ini menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat yang menyebabkan masyarakat menunda pembelian mobil mereka. Selain itu, perlambatan ekonomi Indonesia juga menyebabkan bank menjadi lebih selektif dalam memberikan leasing kepada konsumen untuk menghindari kredit macet. Depresiasi rupiah yang terjadi juga semakin memberikan efek negatif terhadap penjualan mobil akibat kenaikan harga beberapa tipe mobil untuk mengimbangi kenaikan harga komponen mobil yang harus di impor. Penurunan daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi faktor utama turunnya penjualan mobil.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
112
Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015
Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah
Penjualan motor pada Triwulan IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami penurunan sebesar 8,57 persen (YoY)
Penjualan motor 2015 tercatat mencapai 6,48 juta unit. Turun 1,32 juta dari tahun 2014
Grafik di atas menggambarkan siklus penjualan motor setiap triwulannya dan juga pertumbuhannya dari tahun 2013 hingga 2015. Angka penjualan motor pada Triwulan IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami penurunan sebesar 8,57 persen dibandingkan dengan penjualan motor pada triwulan yang sama di tahun 2014. Sama seperti penjualan mobil, besarnya pertumbuhan penjualan motor para Triwulan IV ini juga semakin positif dibandingkan dengan Triwulan III tahun 2015 yang mengalami penurunan sebesar 11 persen (YoY). Secara kumulatif, penjualan motor di Indonesia pada tahun 2015 hanya mencapai 6,48 juta unit atau mengalami penurunan sebesar 18 persen jika dibandingkan dengan penjualan tahun 2014 yang mampu mencapai 7,8 juta unit. Pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menjadi dasar dari penyebab penurunan penjualan motor ini. Akibat dari lemahnya perekonomian Indonesia, masyarakat menjadi ragu-ragu untuk melakukan pembelian motor. Keraguraguan tersebut disebabkan oleh ketidakpastian nasib karyawan terhadap PHK yang mungkin akan terjadi akibat menurunnya kinerja sektor manufaktur di Indonesia. Selain itu, kenaikan harga bahan pokok yang terjadi di
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
113
luar Pulau Jawa juga semakin menambah tekanan terhadap penjualan motor tahun 2015 ini. Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah
Penjualan semen di Indonesia pada triwulan IV 2015 merupakan yang tertinggi diantara triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014
Penjualan semen tahun 2015 menurun 1,3% dari tahun 2014
Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan semen di Indonesia setiap bulannya dari tahun 2013 hingga 2015. Penjualan semen pada Triwulan IV tahun 2015 merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014. Pada Triwulan IV tahun 2015 ini, penjualan semen mencapai 7.756 juta ton atau meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan Triwulan IV tahun 2014 lalu. Hal ini disebabkan banyaknya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah yang sudah dimulai sejak akhir Triwulan III lalu. Secara kumulatif, penjualan semen di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 26.012 juta ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 1,3 persen dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2014. Penurunan tersebut dapat dikatakan kenyataan yang cukup baik, mengingat penurunan sektor lain, seperti mobil dan motor, yang cukup besar. Penurunan penjualan semen tersebut berasal dari penurunan penjualan semen pada triwulan I hingga Triwulan III di tahun 2015. Penurunan pada triwulan pertama dan kedua tahun 2015 tersebut
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
114
disebabkan masih sedikitnya realisasi proyek pemerintah, curah hujan yang tinggi di awal tahun yang menyebabkan penundaan proyek, serta perlambatan ekonomi global. Memasuki Triwulan IV 2015, penjualan semen Indonesia meningkat dengan pesat. Hal ini disebabkan peningkatan realisasi proyek pemerintah yang dimulai sejak memasuki Triwulan IV ini mampu meningkatkan penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 ini.
Tenaga Kerja Industri Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)
Sumber: BPS 2015, diolah
Tenaga kerja sektor industri tahun 2015 relatif tidak berubah dari tahun 2014
Jumlah tenaga kerja industri bulan Agustus 2015 adalah sejumlah 15,25 juta tenaga kerja, relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun sebelumnya. Di tengah lesunya perekonomian dunia yang ditunjukkan dengan turunnya jumlah penanaman modal asing dan melemahnya perekonomian negara-negara partner dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Singapura, penambahan jumlah tenaga kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit. Perkembangan yang menjanjikan adalah mulai tahun 2015, pemerintah Kabinet Indonesia Kerja telah mengeluarkan sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I sd terakhir Jilid IX berupaya untuk mendorong pertumbuhan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
115
ekonomi melalui sejumlah kebijakan deregulasi, debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha, serta kebijakan lain untuk mendorong industri nasional, seperti kebijakan kemudahan pembiayaan ekspor, penetapan harga gas untuk bahan baku industri, perizinan perdagangan, hingga mencakup penentuan harga upah minimum.
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah
Penurunan suku bunga diharapkan mampu menjadi stimulus bagi sektor perindustrian dalam menjalankan operasional perusahaan dan meningkatkan investasi di tengah lemahnya perekonomian.
Grafik di atas menggambarkan jumlah pinjaman modal kerja dan investasi dalam mata uang rupiah dan valuta asing lainnya dari perbankan untuk sektor industri dan juga menggambarkan suku bunga kredit untuk modal kerja dan investasi pada sektor industri. Nilai outstanding loan untuk modal kerja pada triwulan IV naik menjadi Rp528 triliun atau tumbuh sebesar 1,4 persen dibanding kuartal tiga. Nilai outstanding loan untuk modal kerja sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar 11,5 persen dari tahun 2014. Sedangkan nilai outstanding loan untuk modal investasi pada triwulan IV menjadi Rp219 triliun atau tumbuh sebesar 3,4 persen dari kuartal sebelumnya. Nilai outstanding loan untuk
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
116
modal investasi sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar 21,6 persen dari tahun sebelumnya. Tren penurunan bunga kredit untuk modal kerja dan investasi juga masih berlanjut di Triwulan IV 2015 ini. Bunga kredit modal kerja dan investasi adalah sebesar 12,82 persen dan 12,77 persen. Penurunan suku bunga tersebut diharapkan mampu untuk memicu sektor industri untuk melakukan kegiatan operasional dan menambah investasi di tengah kondisi perekonomian yang masih melemah.
Rencana Pembangunan Industri 2015-2019 Dalam RPJMN, proporsi sektor industri ditargetkan mencapai 21,6 persen dari PDB pada 2019.
Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan agar lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dengan sasaran proporsi industri manufaktur mencapai 21,6 persen pada tahun 2019. Untuk mencapai sasaran tersebut, jumlah industri berskala menengah dan besar ditargetkan untuk meningkat sebesar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke depan. Secara singkat, arah kebijakan pembangunan industri dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM; 2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha; dan 3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja).
Upaya pemerataan pembangunan industri dilakukan dengan pembangunan 14 kawasan industri di luar Pulau jawa.
Dalam RPJMN 2015-2019, disebutkan untuk pemerataan pembangunan pemerintah akan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, seperti Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus, terutama di luar Pulau Jawa. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa yang menjadi unggulan. Pembangunan kawasan ini diutamakan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
117
Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019
Sumber: RPJMN 2015-2019, diolah
PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA Situasi global yang tidak kondusif tidak mempengaruhi perjalanan wisatawan dunia tahun 2015.
Dayabeli masyarakat dunia tahun 2016 diperkirakan tumbuh.
Faktor yang mempengaruhi jumlah perjalanan wisatawan dunia, seperti faktor ekonomi, kekerasan, serangan teroris, dan memanasnya situasi pencari suaka selama tahun 2015 membuat pasar pariwisata dunia mengalami tekanan. Industri pariwisata berpotensi kehilangan calon wisatawan - yang membatalkan niat perjalanannya karena situasi global yang tidak kondusif. Namun, sepanjang tahun 2015 statistik diluar dugaan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data World Travel Monitor, sepanjang delapan bulan pertama 2015 menunjukkan peningkatan jumlah perjalanan luar negeri dunia tumbuh 4,5 persen. Kondisi ekonomi global yang mencerminkan dayabeli masyarakat dunia selama tahun 2015 sedikit menurun tumbuh hanya 2,4 persen, tetapi ekonomi global diprediksi akan meningkat kembali pada 2016. Menurut World Bank, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan tumbuh sebesar
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
118
Tahun 2015 terdapat 1.200 kedatangan wisatawan di dunia.
2,9 persen. Hal ini tentu menjadi pendorong pariwisata dunia dari sisi permintaan. Menurut World Tourism Organization (UNWTO) jumlah wisatawan asing selama delapan bulan pertama 2015 meningkat 4 persen menjadi 810 juta wisatawan outbound di seluruh dunia. Sementara World Travel Monitor (IPK International) menyebutkan selama tahun 2015 ada total 1.024 juta perjalanan luar negeri yang menyumbang 1.200 kedatangan wisatawan di dunia (dengan rerata perjalanan luar negeri wisatawan mengunjungi 1,2 negara per perjalanan). Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri 2012
2013
2014
Perjalanan ke Luar Negeri (trip) +4% Perjalanan ke Luar Negeri (malam) +2% Pengeluaran Perjalanan ke Luar Negeri +9% (malam) Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International
+4% +4% +1%
+5% +3% +2%
Pertumbuhan perjalanan luar negeri paling besar tahun 2015 dilakukan oleh wisatawan asal Timur Tengah.
Perjalanan wisatawan ke Asia dan Amerika Utara diprediksi tumbuh tinggi tahun 2016.
2015 (8 bulan) +4.5% +3% +4%
Jumlah perjalanan luar negeri yang tercatat di tahun 2015, didorong oleh wisatawan mancanegara asal Asia Pasifik (tumbuh 5 persen), Amerika Utara (+5 persen), Amerika Latin (+ 4 persen), Eropa (+4,5 persen). Jumlah perjalanan luar negeri yang mengalami peningkatan paling besar adalah Timur Tengah (tumbuh 9 persen), sedangkan Afrika mengalami penurunan sebesar 6 persen. Amerika Utara dan Eropa di luar perkiraan mampu tumbuh dengan tingkat yang meyakinkan, ditengah rendahnya pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik dan serangan terorisme yang memanas. Sedangkan untuk tahun 2016, di tengah optimisme membaiknya ekonomi dunia dengan masih mempertimbangkan berlarutnya masalah terorisme dunia dan pencarian suaka di Eropa, kecenderungan wisatawan mancanegara akan mencari destinasi wisata yang relatif lebih aman. Pertumbuhan jumlah perjalanan ke Asia dan Amerika Utara diprediksi masih akan tumbuh tinggi dengan masing-masing tumbuh sebesar 6 dan 5 persen. Sementara Eropa, faktor rendahnya prediksi pertumbuhan ekonomi regional membuat prediksi tumbuh sekitar 3 persen ditahun 2016.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
119
Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen)
Sumber: World Travel Monitor Projection, IPK International
Jerman merupakan negara penyumbang perjalanan ke luar negeri terbanyak tahun 2015.
Beberapa kota-metropolitan tujuan utama wisatawan dunia adalah Paris dengan jumlah 18,8 juta wisatawan, New York (18,5 juta), London (16,1 juta), Bangkok (14,6 juta), Barcelona (12,4 juta), dan Singapura (10,6 juta). Negara penyumbang perjalanan ke luar negeri (outbound) utama di dunia berturut-turut adalah Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris; sementara dari sisi penyumbang pengeluaran perjalanan ke luar negeri adalah Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Jerman.
Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri Total Pengeluaran Perjalanan Ke Peringkat Total Perjalanan Ke Luar Negeri (trip) Luar Negeri (pengeluaran) 1 Jerman Amerika Serikat 2 Amerika Serikat Republik Rakyat Tiongkok 3 Inggris Jerman 4 Republik Rakyat Tiongkok Inggris 5 Perancis Jepang 6 Kanada Kanada Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
120
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015
Sumber: UNWTO 2015, diolah
Terjadi peningkatan total kunjungan wisman ke kawasan Asia Tenggara tahun 2015
Walaupun pertumbuhan ekonomi di kawasan ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun sepanjang tahun 2015, Asia Pasifik merupakan salah satu kawasan yang memiliki angka pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan kawasan lain di dunia dengan pertumbuhan sebesar 5 persen. Di Asia tenggara, sepanjang 2015 Indonesia menyerap total 9.729.350 juta wisatawan mancanegara, terbesar keempat dibawah Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selama tahun 2015, Indonesia tumbuh hanya 2,9 persen. Total wisatawan mancanegara yang masuk ke kawasan Asia Tenggara mencapai lebih dari 100 juta wisman, nilai ini meningkat dari hanya 96,7 juta wisman pada tahun 2014.
Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan)
Sumber: CEIC 2015, diolah Keterangan: *) Annualized number; Data tersedia hingga November 2015 **) Annualized number; Data tersedia hingga Oktober 2015
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
121
STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA Jumlah Wisatawan Mancanegara Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015 950,000 913,828
900,000 850,000 800,000 750,000 700,000 650,000 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Jumlah Wisman Tahun 2015
Juli
Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Wisman Tahun 2014
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman yang cukup signifikan dari bulan September 2015 hingga bulan November 2015.
Peningkatan yang sangat signifikan terjadi di bulan Desember 2015 meskipun sempat menurun di tiga bulan sebelumnya.
Pada triwulan IV tahun 2015, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisman sedikit lebih rendah dibandingkan dengan jumlah wisman di periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah wisman dari bulan September hingga November 2015 secara gradual mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan jumlah kunjungan wisman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) buka-tutup bandara Ngurah Rai, Selaparang, dan Blimbingsari akibat frekuensi letusan Gunung Rinjani yang cukup tinggi, (2) kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau dan Pontianak yang ditetapkan menjadi bencana nasional, (3) teror Paris yang menyebabkan turunnya kunjungan wisman yang asal Eropa, dan (4) abrasi pesisir pantai selatan yang berada di daerah Bantul. Meskipun sempat terjadi penurunan, rata-rata kunjungan wisman per bulan selama Triwulan IV tahun 2015 berjumlah 839.333 orang dan jumlah total kunjungan wisman tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang, angka ini meningkat 2,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada bulan Desember terjadi peningkatan yang sangat signifikan, salah satunya, karena faktor libur panjang (high season). Hingga akhir
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
122
tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Wisman dari Singapura masih menempati posisi pertama dalam hal kunjungan ke Indonesia hingga akhir tahun 2015.
Sampai Triwulan IV tahun 2015, wisman yang paling banyak mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk utama adalah wisatawan berkebangsaan Singapura sebanyak 1.519.430 orang. Selain wisatawan berkebangsaan Singapura, terdapat tujuh kebangsaan lainnya yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu Malaysia, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan, India, dan Inggris dengan jumlah wisatawan berturutturut sebanyak 1.200.202, 1.121.066, 1.035.325, 492.077, 338.671, 271.252, dan 269.798 orang. Hingga akhir tahun 2015, terdapat 174 negara yang menerima bebas visa sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Terlepas kondisi memburuknya hubungan diplomasi pasca hukuman mati terhadap bandar narkoba, upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki hubungan diplomasi dengan beberapa negara di dunia berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
123
Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
Kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai meningkat pesat di akhir tahun 2015.
Wisman masuk Indonesia melalui 19 pintu masuk utama, antara lain: Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam (Kepulauan Riau), Tanjung Uban (Kepulauan Riau), dan Juanda (Jawa Timur), dengan jumlah kedatangan terbanyak adalah melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah wisman yang masuk melalui Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, Batam, dan Juanda-Jatim tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan pada bulan November 2015 dibandingkan Oktober 2015 khususnya di Ngurah Rai karena faktor Gunung Rinjani. Namun pada bulan Desember 2015, kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai kembali meningkat sangat signifikan. Wisatawan terus membanjiri objek-objek wisata yang ada di Gumi Keris Badung dan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Badung dikarenakan banyaknya destinasi wisata di Pulau Dewata yang menarik untuk dikunjungi. Dinas Provinsi Bali terus membangun dan mengembangkan obyekobyek wisata baru maupun eksisting. Adapun tiga destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah Pantai Pandawa, Kutuh, dan Kuta Selatan. Objek wisata yang dikelola pihak swasta adalah Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan waterboom. Selain itu juga ada objek wisata Uluwatu, Taman Ayun, Sangeh, Pantai Kuta dan sejumlah objek wisata lainnya di Badung yang tak pernah sepi dari wisatawan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
124
Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015
Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Promosi pariwisata besarbesaran dilakukan tahun 2015 dengan target jumlah wisman sebanyak 11,2 juta.
Pemerintah menargetkan kedatangan wisman ke Indonesia tahun 2019 sebanyak 20 juta wisatawan. Untuk dapat mencapai target tersebut, Pemerintah melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015 menetapkan kebijakan perkuatan dengan target jumlah wiswan sebanyak 11,2 juta wisatawan yaitu melalui (i) pengembangan kawasan ekowisata maritim dengan pembangunan 4 titik labuh yacht, (ii) pengembangan ekowisata sungai di Kalimantan dengan 2 dermaga, dan (iii) pengembangan 10 lokasi kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor pariwisata. Selama tahun 2015, Kementerian Pariwisata memiliki fokus yang sangat besar terhadap pemasaran (promosi) ke beberapa negara untuk dapat mendatangkan wisman sebanyak mungkin. Promosi pariwisata difokuskan pada tiga hal, yakni branding, advertising, dan selling. Branding 'Wonderful Indonesia'. Promosi tersebut dilakukan ke tiga pasar utama, yakni Asean, Asia Pasifik (non-Asean), serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA). Upaya yang dilakukan Pemerintah tersebut dapat dibilang berhasil karena peningkatan kedatangan wisman ke Indonesia yang signifikan tahun 2015.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
125
Kebutuhan akan SDM bidang pariwisata sangat tinggi.
Selain pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata, salah satu sasaran kepariwisataan 2015 adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan tinggi pariwisata yang ditandai dengan jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja bidang pariwisata sebesar 1.490 orang. Hingga saat ini, terdapat empat perguruan tinggi kepariwisataan yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata Denpasar, Akademi Pariwisata Makassar (berubah status menjadi Politeknik Negeri Makassar pada tanggal 28 September 2015), dan Akademi Pariwisata Medan. Pada tahun 2015, jumlah lulusan keempat perguruan tinggi mencapai lebih dari 1.500 orang dan langsung terserap di pasar kerja bidang pariwisata. Melihat tingginya kebutuhan industri pariwisata akan lulusan sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata, Pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan tinggi kepariwisataan nasional.
Tahun 2015 ditetapkan sepuluh destinasi prioritas yang akan dibangun hingga tahun 2019.
Pada triwulan IV 2015, Menko Maritim mengadakan Rapat Koordinasi dengan Menteri Pariwisata, Menteri Perhubungan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Menteri PU&PERA. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa pembangunan sektor pariwisata – khususnya pengembangan destinasi – difokuskan pada sepuluh destinasi prioritas yang akan dibangun dan dikembangkan bersama antar instansi pemerintah. Sepuluh destinasi prioritas akan akan dikembangkan adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
126
Gambar 41. 10 Destinasi Wisata Prioritas 2015-2019
PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2012-2015 untuk pilar ‘Ínnovation’ dan ‘Technology Readiness’ sebagai representasi perkembangan iptek mengalami kenaikan peringkat
Perkembangan iptek negara-negara di dunia secara umum dapat dilihat dalam Global Competitiveness Index (GCI) yang dikeluarkan setiap tahun oleh World Economic Forum, yang direpresentasikan oleh dua pilar yakni ‘Technology Readiness’ dan ‘Innovation’. Berikut ini pencapaian Indonesia untuk kedua pilar tersebut menurut GCI report tahun 2012-2015.
Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015 Score Global Competitiveness Index 9th pillar: Technological Readiness Availability of latest technologies Firm-level technology absorption FDI and technology transfer Individuals using internet (%) Broadband internet subscriptions/100 pop International Internet bandwith, kbps per user Mobile broadband subscriptions/100 pop 12th Pillar: Innovation Capacity for Innovation Quality of Scientific Research Institutions
Ranks
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
3,6 4,9 4,9 4,8 18
3,7 5,1 5,1 5 15,4
3,6 5,2 5,1 4,9 15,8
3,5 4,8 5,1 4,6 17,1
85 72 56 61 100
75 60 46 39 113
77 53 42 40 112
85 66 41 54 113
1,1
1,2
1,3
1,2
99
105
101
106
7,2 22,2 3,6 3,9 3,9
17,2 31,9 3,8 4,4 4,1
10,1 31,6 3,9 4,8 4,3
6,2 34,7 3,9 4,7 4,3
94 43 39 30 56
74 53 33 24 46
100 65 31 22 41
111 76 30 30 41
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
127
Score
Global Competitiveness Index Company Spending on R&D University-Industry Collaboration in R&D Gov't Procurement of Advanced Tech Products Availability of Scientist and Engineers PCT patents, applications/million pop Source: GCI, World Economic Forum, 2012-2015
Berdasakan GCI report, perkembangan sector iptek Indonesia berkembang dengan signifikan
Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Inovasi’ kurang baik
Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Kesiapan Teknologi’ cenderung menurun dalam lima tahun terakhir
Ranks
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
3,9 4,2
4,1 4,5
4,0 4,5
4,2 4,5
25 40
23 30
24 30
24 30
4,0 4,3 0,1
4,1 4,5 0,1
4,2 4,6 0,1
4,2 4,6 0,1
29 51 101
25 40 103
13 31 106
13 34 102
Hingga tahun 2015, berdasarkan data di atas sektor iptek mengalami perkembangan yang cukup berarti— terutama pada sisi peningkatan kemampuan inovasi. Pilar Inovasi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukkan dalam peningkatan nilai index Inovasi secara kontinyu dari tahun 2012 ke tahun 2015 dan juga ditunjukkan oleh membaiknya peringkat Indonesia—dari peringkat 39 tahun 2012 menjadi peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur. Jika ditelaah lebih lanjut lagi, lima dari tujuh sub-elemen inovasi yang diteliti juga sedikit mengalami peningkatan yakni subelemen kualitas lembaga penelitian, jumlah pengeluaran penelitian, kolaborasi antar institusi, pengadaan dan jumlah peneliti. Pengadaan untuk barang berteknologi tinggi di pemerintah menjadi sub-elemen yang memiliki peringkat yang paling baik—peringkat ke 13 untuk tahun 2015 dari sebelumnya peringkat 29 pada tahun 2012. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia dalam mengidentifikasi pengungkit berkembangnya sektor iptek di Indonesia. Adapun demikian, dua subelemen lain yang kurang mengalami perkembangan yang baik adalah kapasitas inovasi dan persentase paten. Persentase paten khususnya harus menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia karena sub-elemen ini merupakan sub-elemen dengan peringkat yang paling rendah dari sisi inovasi—peringkat ke 102 dari 144 negara. Pilar ke-9 yaitu “Kesiapan Teknologi” tidak mengalamai perkembangan yang cukup berarti, tidak hanya di tahun 2015 saja tetapi selama lima tahun terakhir. Hal ini
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
128
membuktikan bahwa perkembangan iptek di Indonesia salah satunya terkendala dengan kesiapan teknologi di Indonesia, yang mayoritas banyak bergantung kepada perkembangan infrastruktur secara keseluruhan di Indonesia. Dari tujuh sub-elemen pilar kesiapan teknologi, hanya satu yang menunjukkan perkembangan yang baik, yaitu sub-elemen penyerapan teknologi di level perusahaan. Sub-elemen ketersediaan bandwith juga menjadi salah satu sub-elemen yang perkembangannya cenderung menurun dan mengkhawatirkan. Di tengah berkembangnya sektor teknologi informasi yang sangat pesat dan kemungkinan besar akan terus berlanjut di masa depan, hal ini menjadi faktor yang diselesaikan oleh pemerintah Indonesia guna mendorong tumbuhnya inovasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015 Pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat konservasi ex-situ.
Dalam bidang sumber daya alam, Pemerintah telah melakukan kegiatan pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat konservasi ex-situ, eksplorasi biota (flora, fauna, dan mikroba), dan pengelolaan koleksi spesimen ilmiah untuk mengungkapkan potensi kemanfaatan sumber daya alam Indonesia. Peta persebaran kebun raya di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia
Sumber: LIPI
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
129
Pengembangan kebun raya tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan di bidang biologi yang difokuskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi dalam upaya menemukan jenis baru flora, fauna dan mikroba. Dengan dilakukan penggalian potensi keanekaragaman hayati sampai tingkat molekuler, sehingga dapat mempercepat program konservasi dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Hasil litbang bidang biologi spesies dan catatan baru yang menjadi salah satu output kegiatan di kebun raya dapat dilihat di tabel berikut ini:
Pengembangan kebun raya untuk peningkatan litbang di bidang biologi agar dapat mempercepat program konservasi
Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru Jenis Jumlah spesies/jenis baru Jumlah catatan baru Sumber: LIPI, 2015
Persebaran Kebun Raya di Indonesia sudah mencapai 20 provinsi.
Telah ditetapkan 12 kebun raya di Indonesia yang termasuk dalam kawasan perkotaan dalam RPJMN 2015-2019...
2010
2011
2012
2013
2014
34
63
51
32
61
34
55
38
18
31
Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi. Kebun raya yang dikelola oleh LIPI berjumlah 5 kebun raya dan kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah berjumlah 22 kebun raya. Untuk Kebun Raya Daerah, 16 kebun raya sedang dalam tahap pembangunan dan 6 kebun raya baru dalam tahap perencanaan (masterplan sudah diselesaikan, namun belum memasuki tahap pembangunan). Pada tahun 2015, penyusunan masterplan KR Gorontalo dan KR Wakatobi telah dilakukan. Dua dari 22 Kebun Raya Daerah telah dibuka untuk publik yaitu KR Massenrempulu Enrekang (Juni 2013) dan KR Balikpapan (Agustus 2014). Direncanakan dalam 5 tahun ke depan (2015-2019), setidaknya 1 Kebun Raya Daerah dapat dibuka untuk publik dan 2 Kebun Raya Daerah yang baru dapat diinisiasi per tahun. Pada RPJMN tahun 2015-2019, Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan 12 Kebun Raya di Indonesia yang termasuk dalam kawasan perkotaan, yaitu: 5 kebun raya yang dikelola LIPI dan 7 kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah (Atmawidjaja et al., 2014), sedangkan 15 kebun raya yang lain termasuk dalam kawasan non
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
130
perkotaan. Roadmap pembangunan 15 kebun raya non perkotaan tahun 2015-2019 yang mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan disusun sebagai dasar pemrograman pembangunannya dalam 5 (lima) tahun ke depan. Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan RTRW.
Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan berkaitan dengan lokasi dan nilai strategis kawasan. Berkaitan dengan lokasi, lahan yang dimanfaatkan untuk kebun raya harus sesuai dengan rencana pola ruang dengan fungsi utama apakah sebagai kawasan lindung atau kawasan budidaya dengan peruntukan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RTRW provinsi/kabupaten/kota. Sementara berdasarkan nilai strategis kawasan, tingkat kepentingan dan prioritas pembangunan kebun raya oleh pemerintah daerah dapat ditunjukkan apakah kebun raya ditetapkan sebagai kawasan strategis atau tidak. Berikut ini beberapa contoh kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah antara lain yang memiliki perkembangan cukup baik Antara lain di Katingan (Kalimantan Tengah), Kuningan (Jawa Barat), Enrekang (Sulawesi Selatan), dan Samosir (Sumatera Utara):
Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang NAMA KEBUN RAYA KATINGAN KUNINGAN MASSENREMPULU Lokasi Kabupaten Katingan Kuningan Enrekang provinsi Pengelola Status RTRW
Kabupaten
Provinsi
Nilai Strategis Kebun Raya dalam RTRW
Kabupaten
Provinsi
SAMOSIR Samosir
Kalimantan Tengah Pemerintah Kabupaten Surat Persetujuan Substansi Menteri PU No. HK.01 03-Dr/21 Surat Persetujuan Menteri PU surat No. HK .01.03-Mn/13 KSK Lingkungan Hidup
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Pemerintah Kabupaten Perda No. 26 Tahun 2011
Pemerintah Kabupaten Perda No. 14 Tahun 2011
Pemerintah Kabupaten -
Perda No. 22 Tahun 2010
Perda No.9 Tahun 2009
KSK Lingkungan Hidup
-
-
-
KSP Lingkungan
Surat Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103-Dr/516 Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103- Dr/516 KSK Lingkungan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
131
NAMA KEBUN RAYA Arahan Fungsi dan Peruntukan dalam RTRW
KATINGAN
Kabupaten
Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan budidaya lain
Provinsi
-
KUNINGAN Kawasan Lindung: Kawasan perlindungan alam plasma nutfah ex-situ Kawasan Budidaya: kawasan pariwisata alam -
MASSENREMPULU Hidup Kawasan Lindung: Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan pariwisata alam
SAMOSIR Hidup -
Kawasan Budidaya: Kawasan pariwisata TWA
Kawasan Lindung: Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Sumber: Roadmap Kebun Raya 2015-2019, LIPI
Indeks Kutipan Karya Ilmiah Untuk melakukan analisis terhadap kualitas dan kuantitas karya ilmiah dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti Indonesia, salah satu indikator yang dapat digunakan adalah Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index). Perbandingan H-index dari beberapa negara termasuk Indonesia dapat dilihat di tabel berikut ini:
Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index) digunakan sebagai indicator kualitas dan kuantitas karya ilmiah
Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara Country
Rank
Documents
Citable Documents
Amerika 1 8.626.193 7.876.234 serikat China 2 3.617.355 3.569.652 India 9 998.544 944.632 Korea Selatan 12 739.229 719.338 Brazil 15 598.234 573.988 Singapore 32 192.942 182.169 Malaysia 36 153.378 148.844 Thailand 43 109.832 104.982 Indonesia 57 32.355 30.770 Vietnam 66 24.473 23.559 Sumber: SCImago Journal and Country Rank
Peringkat Indonesia untuk publikasi karya ilmiah dan citation index dibandingkan beberapa negara tetangga masih tergolong rendah
Citations Per Document
Citations
SelfCitations
HIndex
177.434.935
83.777.658
23
1.648
19.110.353 6.989.150 7.063.429 5.036.027 2.561.645 670.387 976.328 230.610 204.089
10.462.121 2.409.025 1.528.443 1.699.530 331.822 183.198 162.255 26.258 29.994
7 10 12 12 16 9 13 13 14
495 383 424 379 349 165 213 140 133
Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal ilmiah internasional. Sampai pada tahun 2015 Indonesia telah mengeluarkan publikasi jurnal ilmiah sejumlah 32.355 dokumen. Namun peringkat Indonesia masih di bawah
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
132
beberapa negara tetangga seperti Singapura (peringkat 32); Malaysia (36); dan Thailand (43); serta hanya sedikit di atas Vietnam (66), termasuk untuk nilai H-index. Akar permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks kutipan karya ilmiah di Indonesia adalah kekurangan penghargaan dan keterbatasan dana
Secara umum bisa diuraikan beberapa akar permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks kutipan karya ilmiah di Indonesia. Pertama, penghargaan atas publikasi karya ilmiah yang belum sepenuhnya menjadi aset yang dipikirkan. Minimnya penghargaan terhadap peneliti yang mampu menghasilkan publikasi internasional menjadi salah satu penyebab. Padahal untuk mengirimkan sebuah artikel ke dalam jurnal internasional butuh melewati seleksi yang sangat ketat. Semakin tinggi reputasi suatu jurnal, yang salah satunya diukur melalui impact factor, semakin ketat proses seleksi yang dilakukan. Kedua, keterbatasan sumber daya dan dana. Untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tentu saja harus didukung oleh penelitian dan sumber referensi yang bermutu. Mahalnya biaya berlangganan jurnal internasional dan kurangnya dana penunjang penelitian juga menjadi salah satu penyebab ketertinggalan peneliti Indonesia terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
133
LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5.
INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA NILAI TUKAR MATA UANG INDEKS SAHAM GLOBAL INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL HARGA BAHAN POKOK NASIONAL
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
134
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015
Meulaboh Jayapura Banda Aceh Merauke Lhokseumawe Sorong Sorong Sibolga Manokwari Pematang Siantar Ternate Medan Tual Padang Sidempuan 9,00% Ambon Padang Mamuju Bukittinggi Gorontalo Tembilahan Bau-Bau Pekanbaru 7,00% Kendari Dumai Palopo
Bungo
Parepare
Jambi
5,00%
Makassar
Palembang
Watampone
Lubuk Linggau 3,00%
Bulukumba
Bengkulu
Palu
Bandar Lampg
Manado
Metro
1,00%
Tarakan
Tanjung Pandan
Samarinda
Pangkal Pinang
-1,00%
Balikpapan
Batam
Banjarmasin
Tanjung Pinang
Tabalong
Jakarta
Palangkaraya
Bogor
Sampit
Sukabumi
Singkawang
Bandung
Pontianak
Cirebon
Kupang
Bekasi
Maumere
Depok
Bima
Tasikmalaya
Mataram Denpasar Singaraja Cilegon Tangerang Serang Surabaya Madiun Probolinggo Malang
Oktober
Kediri
Cilacap Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal Yogyakarta Jember Banyuwangi Sumenep
November
Desember
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
135
Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015
Meulaboh Jayapura BandaLhokseumawe Aceh Merauke Sorong Sibolga 3,00% Manokwari Pematang Siantar Ternate Medan Tual Padang Sidempuan Ambon Padang Mamuju Bukittinggi Gorontalo Tembilahan 2,00% Bau-Bau
Pekanbaru
Kendari
Dumai
Palopo
Bungo
1,00%
Parepare
Jambi
Makassar
Palembang
Watampone
Lubuk Linggau
0,00%
Bulukumba
Bengkulu
Palu
Bandar Lampg -1,00%
Manado
Metro
Tarakan
Tanjung Pandan
Samarinda
Pangkal Pinang -2,00%
Balikpapan
Batam
Banjarmasin
Tanjung Pinang
Tabalong
Jakarta
Palangkaraya
Bogor
Sampit
Sukabumi
Singkawang
Bandung
Pontianak
Cirebon
Kupang
Bekasi
Maumere
Depok
Bima
Tasikmalaya
Mataram
Cilacap
Denpasar Singaraja Cilegon Tangerang Serang Surabaya Madiun ProbolinggoMalang
Oktober
Kediri
Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal Yogyakarta Jember Banyuwangi Sumenep
November
Desember
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
136
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD Negara
PAB
Oktober 2015 MTM YTD (%) (%)
YOY (%)
PAB
November 2015 MTM YTD (%) (%)
YOY (%)
PAB
Desember 2015 MTM YTD (%) (%)
YOY (%)
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%)
13684
-6,6
10,5
13,2
13847
1,2
11,8
13,4
13788
-0,4
11,3
11,3
13773
-5,9
2,92
-3,7
25,0
31,1
2,9138
0,0
25,0
31,2
2,9172
0,1
25,1
24,9
2,915
-3,6
13,82
-0,2
19,7
25,2
14,448
4,5
25,1
30,6
15,4685
7,1
33,9
33,7
14,580
11,6
Brazil
3,86
-2,3
45,1
55,6
3,8674
0,3
45,5
50,8
3,9608
2,4
49,0
49,0
3,895
0,3
Rusia
63,95
-2,2
10,6
48,7
66,4192
3,9
14,9
34,3
72,5209
9,2
25,5
19,4
67,632
11,0
India
65,27
-0,5
3,0
6,4
66,6675
2,1
5,2
7,5
66,1537
-0,8
4,4
4,9
66,029
0,9
6,32
-0,6
1,8
3,3
6,3984
1,3
3,1
4,1
6,4937
1,5
4,6
4,6
6,403
2,2
Singapura
1,40
-1,5
5,9
9,0
1,4109
0,7
6,6
8,2
1,4185
0,5
7,2
7,0
1,410
-0,3
Malaysia
4,30
-2,1
23,0
30,8
4,26
-1,0
21,8
25,9
4,2943
0,8
22,8
22,8
4,285
-2,3
Thailand
35,62
-2,1
8,1
9,3
35,811
0,5
8,7
9,0
36,03
0,6
9,3
9,5
35,821
-0,9
Filipina
46,85
0,3
4,8
4,4
47,211
0,8
5,6
5,1
46,905
-0,6
4,9
4,9
46,989
0,4
Myanmar
1279
-0,6
24,1
27,4
1301,5
1,8
26,2
26,2
1310
0,7
27,1
26,9
1297
1,8
Kawasan Euro
0,91
1,6
10,0
13,8
0,9466
4,2
14,6
17,8
0,921
-2,7
11,5
11,4
0,925
2,9
Inggris
0,65
-2,0
1,0
3,7
0,6642
2,5
3,5
4,0
0,6786
2,2
5,8
5,7
0,664
2,7
Jepang
120,62
0,6
0,7
7,4
123,11
2,1
2,8
3,8
120,22
-2,3
0,4
0,4
121,317
0,3
1140,54
-3,8
4,3
6,7
1157,9
1,5
5,8
4,5
1175,06
1,5
7,4
7,7
1158
-0,9
Indonesia Turki Afrika Selatan BRIC
Tiongkok ASEAN-6
Negara Maju
Korea Selatan
Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
137
Lampiran 3: Indeks Saham Global Tabel 65. Indeks Saham Global
Negara Indonesia (IHSG)
PAB 4455,2
Oktober 2015 MTM YTD (%) (%) 5,5 -14,8
YOY (%) -12,5
November 2015 MTM YTD PAB (%) (%) 4446,5 -0,2 -14,9
YOY (%) -13,7
Desember 2015 MTM YTD PAB (%) (%) 4593,0 3,3 -12,1
YOY (%) -12,1
Rata-rata Triwulanan
QtQ (%)
4498,2
8,7
BRIC Brazil (IBOV)
45631,0
1,8
-9,4
-14,9
45627,0
0,0
-9,4
-16,9
43348,0
-5,0
-13,9
-13,9
44868,7
-3,3
Russia (RTSI)
845,5
7,1
6,9
-22,5
847,1
0,2
7,1
-13,1
757,0
-10,6
-4,3
-4,3
816,6
-4,1
26656,8
1,9
-3,1
-4,3
26145,7
-1,9
-5,0
-8,9
26117,5
-0,1
-5,1
-5,0
26306,7
-0,1
3382,6
10,8
4,6
39,8
3445,4
1,9
6,5
28,4
3539,2
2,7
9,4
9,4
3455,7
15,9
Singapura (STI)
2998,4
7,4
-10,9
-8,4
2855,9
-4,7
-15,1
-14,8
2882,7
0,9
-14,3
-14,3
2912,3
3,3
Malaysia (KLCI)
1665,7
2,8
-5,4
-10,2
1672,2
0,4
-5,1
-8,2
1692,5
1,2
-3,9
-3,9
1676,8
4,4
Thailand (SETI)
1394,9
3,4
-6,9
-11,9
1359,7
-2,5
-9,2
-14,7
1288,0
-5,3
-14,0
-14,0
1347,6
-4,5
17663,5
8,5
-0,9
1,6
17719,9
0,3
-0,6
-0,6
17425,0
-1,7
-2,2
-2,2
17602,8
7,0
2079,4
8,3
1,0
3,0
2080,4
0,1
1,0
0,6
2043,9
-1,8
-0,7
-0,7
2067,9
6,5
3418,2
10,2
8,6
9,8
3506,5
2,6
11,4
7,9
3267,5
-6,8
3,8
3,8
3397,4
5,4
19083,1
9,7
9,4
16,3
19747,5
3,5
13,2
13,1
19033,7
-3,6
9,1
9,1
19288,1
9,5
21996,4
-2,8
-6,8
-8,3
21914,4
-0,4
-7,2
-7,2
22183,6
5,1
India (BSE) Tiongkok (SSEA) ASEAN-4
Negara Maju Amerika Serikat (DJIA) Amerika Serikat (S&P 500) Kawasan Euro (STOXX-50) Jepang (N225)
Hong Kong (Hang 22640,0 8,6 -4,1 -5,7 Seng) Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
138
Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional
Oktober 2015 Komoditas
PAB
MTM (%)
YTD (%)
November 2015 YOY (%)
PAB
MTM (%)
YTD (%)
Desember 2015 YOY (%)
PAB
MTM (%)
YTD (%)
YOY (%)
Ratarata Triwulan
QtQ (%)
Beras
80,7
-12,0
1,0
-3,3
82,7
2,5
3,6
-3,5
80,3
-2,9
0,7
0,7
81,2
-12,4
Gula
59,2
19,3
0,0
-9,5
60,9
2,8
2,8
-4,2
62,2
2,1
5,0
5,0
60,8
25,2
Gandum
79,5
1,8
-11,5
-2,0
70,0
-11,9
-22,0
-20,3
71,5
2,2
-20,3
-20,3
73,7
-8,3
Kacang Kedelai
72,5
-0,9
-13,3
-15,6
72,3
-0,3
-13,6
-13,3
71,5
-1,1
-14,5
-14,5
72,1
-2,3
Jagung Minyak Mentah (Brent Oil) Gas Alam
64,6
-1,4
-3,7
-1,8
62,9
-2,6
-6,2
-4,2
60,6
-3,6
-9,6
-9,6
62,7
-7,5
44,2
2,5
-13,6
-42,3
39,8
-10,0
-22,2
-36,4
33,2
-16,4
-35,0
-35,0
39,1
50,2
-8,0
-19,9
-40,2
48,3
-3,7
-22,8
-44,5
50,5
4,6
-19,3
-19,3
49,7
-7,4
Emas
69,5
2,3
-3,6
-2,6
64,9
-6,7
-10,0
-9,4
64,6
-0,5
-10,5
-10,5
66,3
-4,9
Tembaga
66,8
-1,0
-18,0
-23,7
59,1
-11,6
-27,5
-28,0
61,6
4,2
-24,4
-24,4
62,5
-8,8
Perak 52,9 -21,7 -0,2 96,3 3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan
47,8
-9,5
-9,7
-9,4
61,6
28,6
16,2
16,2
54,1
-8,8
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
-22,9
139
Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional
November 2015
Oktober 2015 Komoditas
YOY (%) -6,0
10.450
MTM (%) -1,7
YTD (%) -7,5
YOY (%) -7,6
Minyak Goreng Curah
10.630
Daging Sapi
107.680
-0,7
6,4
7,8
109.490
1,7
8,2
9,4
110.520
0,9
9,2
9,0
109.230
Daging Ayam Broiler
29.020
-1,2
-2,2
9,0
31.120
7,2
4,9
15,5
33.930
9,0
14,4
16,2
31.357
Telur Ayam Ras
59.805
-4,7
-3,0
-0,8
60.066
0,4
-2,6
0,2
62.759
4,5
1,8
3,3
60.877
Tepung Terigu
21.810
-2,1
-0,7
10,6
22.860
4,8
4,1
14,4
25.950
13,5
18,1
22,0
23.540
Kedelai Impor
40.976
-1,5
-2,5
-0,8
41.161
0,5
-2,0
-19,3
41.585
1,0
-1,0
0,8
41.241
Kedelai lokal
8.960
-0,1
1,3
1,6
8.990
0,3
1,6
1,8
9.060
0,8
2,4
2,7
9.003
Beras Medium
11.070
0,4
-2,4
-0,6
10.990
-0,7
-3,1
-2,6
10.970
-0,2
-3,2
-3,2
11.010
Gula Pasir
10.860
0,2
-1,5
0,9
11.000
1,3
-0,2
0,7
11.170
1,5
1,3
1,6
11.010
Cabe Merah Keriting
10.410
0,6
9,6
16,2
10.600
1,8
11,6
15,4
10.730
1,2
13,0
14,2
10.580
Cabe Merah Biasa
12.780
0,9
14,5
15,1
12.780
0,0
14,5
13,9
12.960
1,4
16,1
15,8
12.840
10.291 0,5 0,8 2,5 10.242 Bawang Merah Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan
-0,5
0,3
0,0
10.240
0,0
0,3
0,7
10.258
PAB
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
10.380
MTM (%) -0,7
YTD (%) -8,1
YOY (%) -8,3
Ratarata Triwulan
MTM (%) -1,4
PAB
YTD (%) -5,9
Desember 2015 PAB
10.487
140
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca. Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015